52
A. JUDUL PENELITIAN Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011. B. LATAR BELAKANG Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran efisisensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat. Lembaga pendidikan formal atau persekolahan, kelahiran dan pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat bersangkutan. Artinya, sekolah sebagai pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan. Haluan tersebut bercermin di dalam falsafah dan tujuan perjenjangan, kurikulum pengadministrasian serta pengelolaannya. 1 Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. 2 1 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 2003, 146. 2 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 125. 1

Proposal Skripsi Zainal A

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Skripsi Zainal A

A. JUDUL PENELITIAN

Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam Di

Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun

Pelajaran 2010/2011.

B. LATAR BELAKANG

Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari

pemikiran efisisensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga

masyarakat. Lembaga pendidikan formal atau persekolahan, kelahiran dan

pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat bersangkutan. Artinya, sekolah

sebagai pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi

kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal,

mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan. Haluan tersebut bercermin di

dalam falsafah dan tujuan perjenjangan, kurikulum pengadministrasian serta

pengelolaannya.1

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

oleh siswa sebagai anak didik.2

Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan

reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh

Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran koneksionisme orang belajar

karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan

perangsang atau stimulus terhadap individu. Kemudian individu itu mengadakan

reaksi terhadap rangsang, dan bila reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan

perangsang dan reaksi dan terjadi pula peristiwa belajar.3

Menurut pandangan konstruktifistik, belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia

harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi

1 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 2003, 146.2 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 125.3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, 208.

1

Page 2: Proposal Skripsi Zainal A

makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil

prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya

belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar

adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa

hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.4

Tidak mungkin kegiatan belajar dapat terjadi tanpa adanya perhatian

motivasi dari siswa. Pikiran mungkin membutuhkan tingkat perubahan masukan

sensoris yang agak tinggi untuk membuat situasi tinggi untuk senantiasa waspada

jika stimulus pengajaran tidak memberikan kebutuhan tingkat masukan sensoris,

mungkin siswa akan mengadakan proses internal informasi lain (berpaling ke

masalah lain), bahkan mungkin menutup diri dari seluruh proses belajar.5

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang

wajib diberikan kepada seluruh siswa di lembaga pendidikan. Oleh karena itu,

Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari kurikulum, meskipun sepanjang

tahun kurikulum diubah, Pendidikan Agama Islam tidak akan dihilangkan.6

Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan

pendidikan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT., serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi.7

Proses belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting di arus era

global ini. oleh karena itu, upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses

belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting, karena dengan

4 Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, 58-59.5 Ahmadi, Psikologi Belajar, 158.6 Herabudin, Administrasi & Supervisi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009, 2437 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, 22

2

Page 3: Proposal Skripsi Zainal A

peningkatan tersebut, siswa dapat belajar dengan optimal, dan dapat diterapkan

dikehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Motivasi dan belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar

yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus di ingat, kedua

faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seorang

berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.8

Thomas M. Risk memberikan motivasi sebagai berikut: We may definen

motivation, in a pedagogical sense, as the students motives leading to sustained

activity to ward the learning goals (Motivasi adalah usaha yang disadari oleh

pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar

yang menunjang kegiatan kearah tujuan belajar).9

Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong

(driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam

peserta didik untuk belejar secara aktif, kreatif, afektif, inovatif, dan

menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotorik.10

Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam

belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh

dan berkembang. Berikut ini merupakan beberapa cara atau upaya untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa: Pertama, siswa memperoleh pemahaman

(comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran. Kedua, siswa

memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap pembelajaran. Ketiga,

menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan siswa secara link and

match. Keempat, memberi sentuhan lembut (soft touch). Kelima, memberi hadiah

(reward). Keenam, memberika pujian dan penghormatan. Ketujuh, siswa

mengetahui prestasi belajarnya. Kedelapan, adanya iklim belajar yang kompetitif

secara sehat. Kesembilan, belajar menggunakan multi media. Kesepuluh, belajar

8 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, 23.9 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 11.10 Nanang Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, 2010, 26.

3

Page 4: Proposal Skripsi Zainal A

mengunakan multi metode. Kesebelas, guru yang kompeten dan humoris. Kedua

belas, suasana lingkungan sekolah yang sehat.11

Baru-baru ini, di kelas VIII SMPI Al-Magrobi pada pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) siswa banyak yang kurang serius dalam proses belajar. Itu

disebabkan karena kurangnya motivasi dalam diri siswa. Akibatnya, dalam proses

belajar sebagian siswa ada yang main handphone (HP), bicara sendiri, dan lain

sebagainya.

Seorang anak yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,

maka ia tidak akan tahan lama dalam belajar maupun dalam proses pembelajaran,

dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Sebaliknya,

seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha

mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang

baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan seorang tekun

belajar, lebih-lebih terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Padahal tanpa disadari, agama adalah sebagai bentuk kenyakinan manusia

terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) ternyata seakan menyertai

manusia, orang-perorang atau dalam hubungannya dengan masyarakat. Selain itu

agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik dalam rangka menangkis bahaya

negatif arus era global. Dan motif yang didorong keyakinan sulit ditandingi oleh

keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat profan.12

Sebagaimana telah di ketemukan bahwa sebenarnya proses pendidikan,

dalam arti proses pemeliharaan, pengasuhan dan pendewasaan anak, itu

merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses penciptaan alam semesta

dalam kaitannya dalam proses penciptaan manusia ini. Oleh karena itu untuk

memahami hakikat pendidikan islam harus difahami dari sumber pangkalnya,

yaitu “hakikat dari proses penciptaan alam dan hubungannya dengan penciptaan

manusia serta kehidupannya di muka bumi ini”.13

Berpijak dari uraian diatas penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang

"Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam

11 Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, 2812 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008, 133.13 Muhaimin, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abditama, t.t., 59.

4

Page 5: Proposal Skripsi Zainal A

Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun

Pelajaran 2010/2011".

C. FOKUS PENELITIAN

1. Fokus Penelitian

Bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan

Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang

Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Sub Fokus Penelitian

a. Bagaimana upaya peningkatan motivasi intrinsik siswa dalam proses

belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran

Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011?

b. Bagaimana upaya peningkatan motivasi ekstrinsik siswa dalam proses

belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran

Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa

terhadap Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran

Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan motivasi intrinsik siswa

dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-

Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran

2010/2011

b. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan motivasi ekstrinsik

siswa dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI

Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran

2010/2011

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki manfaat, secara garis

besar dibagi menjadi dua, yaitu:

5

Page 6: Proposal Skripsi Zainal A

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan dokumentasi di dunia Pendidikan

Akademik yang di pakai sebagai dasar perbandingan terhadap penelitian-

penelitian selanjutnya

b. Sebagai tambahan referensi Perpustakaan STAI

Syarifuddin Wonorejo Lumajang, guna memperlancar kegiatan studi

mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Peneliti

1) Dapat memberi tambahan pengetahuan tentang pentingnya

motivasi belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

2) Dapat mengetahui bagaimana upaya guru dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI).

b. Untuk SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon

1) Dapat memberi masukan untuk lebih meningkatkan motivasi

belajar siswa terhadap pembelejaran Pendidikan Agama Islam (PAI),

supaya anak didik menjadi anak yang memiliki IMTAQ dan IPTEK

yang seimbang.

2) Menambah khazanah keilmuan tentang pentingnya motivasi belajar

siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

c. Untuk STAI Syarifuddin Wonorejo Lumajang

1) Menambah atau memperkaya informasi tentang pentingnya

motivasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI).

2) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai berbagai macam

upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap

pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

F. DEFINISI KONSEP

6

Page 7: Proposal Skripsi Zainal A

Beberapa konsep atau istilah penting yang menjadi perhatian di dalam

proposal ini dan perlu di jelaskan agar tidak terdapat kesalahpahaman dalam

memahami proposal ini.

Adapun istilah-istilah dalam judul yang perlu dapat penegasan ialah

sebagai berikut:

1. Upaya: Usaha, syarat yang menyampaikan suatu maksud.14

2. Peningkatan: Proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb).15

3. Motivasi: Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat.16

4. Belajar: Berusaha, berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.17

5. Siswa: Murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pelajar:

SMA).18

6. Pendidikan Agama Islam: Suatu usaha untuk membina dan mengasuh siswa

agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.19

Dari paparan atau pengertian beberapa istilah di atas, maka maksud dari

judul penelitian ini ialah: usaha perbuatan meningkatkan kekuatan yang terdapat

dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat

berusaha berlatih untuk mendapatkan pengetahuan murid (terutama pada tingkat

Sekolah Dasar dan Menengah, pelajar: SMA) dalam suatu usaha untuk membina

dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara

menyeluruh.

G. KAJIAN KEPUSTAKAAN

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan bertujuan untuk melakukan survey

secara sugguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam

bidang yang akan diteliti. Adapun beberapa studi yang peneliti temukan dan 14 Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2002, 411.15 http://kamusbahasaindonesia.org/peningkatan/html (Maret, 2011), 1.16 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 3.17 Pius Abdillah, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya: ARKOLA, t.t., 38.18 Dep. Pend. Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, 84919 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137403-pengertian-pendidikan-agama-islam/html (April, 2011), 1.

7

Page 8: Proposal Skripsi Zainal A

memiliki relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan penelitian ini

antara lain diuraikan sebagai berikut:

Imam Budaeri Subkhi, dengan judul Pengaruh Profesionalisme Guru

Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Tingkat Pertama

(SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan

Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006, Skripsi STAIN Jember. Fokus

penelitian, Adakah pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi belajar

siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth

Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun

Pelajaran 2005/2006. Jika ada pengaruh, sejauhmana pengaruh tersebut?.20

Dengan kesimpulan, ada pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi

belajar siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Negeri

02 Wuluhan Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan

Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006 dengan pengaruh rendah.21

Asnawi, dengan judul Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas

Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Nurul Hasan Dadapan Kecamatan

Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005, skripsi STAIN

Jember. Fokus penelitian, bagaimana peranan motivasi belajar terhadap

aktifitas belajar siswa di MA Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan

Kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2004-2005?.22 Dengan kesimpulan,

peranan motivasi terhadap aktifitas belajar siswa dalam penelitian ini

menunjukkan hasil yang baik. Dengan perolehan angka prosentasi 79.25 yang

berarti baik.23

Titin Sri Agustin, dengan judul Pengaruh Metode Mengajar Guru

Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember

20 Imam Budaeri subkhi, “Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006”, Skripsi, STAIN Jember, Jember, 2005, 10.21 Subkhi, “Pengaruh Profesonalisme Guru”, 126.22 Asnawi, “Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005”, Skripsi, STAIN Jember, Jember, 2004, 10.23 Asnawi, “Peranan Motivasi Belajar”, 81.

8

Page 9: Proposal Skripsi Zainal A

Tahun Ajaran 2005/2006, skripsi STAIN Jember. Fokus penelitian, Adakah

pengaruh metode mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa MTs Al-

Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006?.24 Dengan

kesimpulan, ada pengaruh metode mengajar guru terhadap motivasi belajar

siswa MTs Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006

dengan kategori cukup signifikan.25

Dari keterangan di atas, penelitian tentang motivasi belajar siswa

cukup banyak, akan tetapi bedanya disini peneliti ingin mengkaji lebih husus

tentang Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan

Agama Islam Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang

Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011, yang mana di dalamnya akan

memaparkan upaya-upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al-Magrobi

Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.

2. Kajian Teori

a. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari peraktik atau

penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai

tujuan tertentu.26

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan

sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan

individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara

langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa

rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah

laku tertentu.

24 Titin Sri Agustin, “Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006”, Skripsi, STAIN Jember, Jember, 2006, 8.25 Agustin, “Pengaruh Metode Mengajar Guru”, 101.26 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 23.

9

Page 10: Proposal Skripsi Zainal A

Motif dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu: pertama motif

biogenetis, yaitu motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme

demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan

dan istirahat, mengambil nafas, seksualitas, dan sebagainya. Kedua motif

sosiogenitis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan

kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak

berkembang dengan sendirinya, tetapi di pengaruhi oleh lingkungan

kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik, makan

pecel, makan coklat, dan lain-lain. Ketiga Motif teologis, dalam motif ini

manusia adalah sebagai mahkluk yang berketuhanan, sehingga ada

interaksi antara manusia dengan tuhan-Nya seperti ibadahnya dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan

Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.

Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita

menelaah pengindentivikasian kata motif dan motivasi. Motif adalah daya

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan diri seseorang aktifitas

tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi

merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhanya.

Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog

menyebut motivasi sebagai kontruk hipotetis yang digunakan untuk

menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan prilaku yang

dialahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti

kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan

keingintahuan sesorang terhadap sesuatu. Penggolongan lain yang

berdasarkan terbentuknya motif, terdapat dua golongan, yaitu motif

bawaan, dan motif yang dipelajari. Motif bawaan sudah ada sejak

dilahirkan dan tidak perlu di pelajari. Motif bawaan ini, mislanya makan,

minum, dan seksual. Motif yang kedua adalah motif yang timbul karena

kedudukan atau jabatan.

10

Page 11: Proposal Skripsi Zainal A

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahn tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut: pertama adanya hasrat dan keinginan berhasil, kedua

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, ketiga adanya harapan dan

cita-cita masa depan, keempat adanya penghargaan dalam belajar, kelima

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, keenam adanya lingkungan

belajar yang kondusif, sehin gga memungkinkan seseorang siswa dapat

belajar dengan baik.27

1) Macam-Macam Motivasi

Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif di bedakan

menjadi dua macam, yaitu motif intrisik dan motif ekstrinsik. Motif

intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena

memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan

dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik, timbul karena

adanya rangsanngan dari luar individu, misalnya dalam bidang

pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan

karena timbul karena manfaatnya.28

Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong

seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ektrinsik. Contoh dari

dua motif tersebut antara lain: seorang mahasiswa yang banyak

membaca buku-buku dari perpustakaan karena rasa ingin tahunya

terhadap masalah tertentu, berarti mahasiswa ini dimotivasi oleh suatu

kebutuhan yang datangnya dari dalam dirinya sendiri. Sebaliknya,

apabila mahasiswa berusaha sekuat tenaga untuk belajar dengan tujuan

menggaet teman sekelasnya untuk memikat hatinya, maka motif

mahasiswa ini berasal dari luar dirinya. Biasanya motivasi yang datang

27 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 23.28 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 3-4.

11

Page 12: Proposal Skripsi Zainal A

dari luar ini tidak dapat bertahan lama. Ia tidak akan aktif belajar lagi

jika ternyata tujuannya gagal.29

Diatas telah dibicarakan, bahwa perbuatan individu muncul

karena motif yang asali yang telah dibentuk oleh pengaruh faktor

lingkungan. Namun demikian, masih dijumpai perbuatan individu

yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak diketahui

secara jelas, tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada suatu

motif yang tidak dipengaruhi lingkungan itu. Perilaku yang yang

disebabkan oleh motif semacam itu muncul tanpa perlu adanya

ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak

melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik.

Sebaliknya, ada pula perilaku individu yang hanya muncul karena

adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang

menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau

hukuman). Motif seperti itu disebut motif ekstrinsik. Ganjaran atas

suatu perbuatan, menguatkan motif yang melatar belakangi perbuatan

itu, sedangkan hukuman memperlemahnya.30

Motivasi ekstrinsik sangat berkaitan erat dengan reinforcement

atau penguatan. Ada dua macam penguatan atau reinforcement:

pertama, reinforcement positif, sesuatu yang memperkuat hubungan

stimulus respon atau sesuatu yang dapat memperbesar kemungkinan

timbulnya sesuatu respon. Kedua, reinforcement negatif, sesuatu yang

dapat memperlemah timbulnya respon atau memperkecil kemungkinan

hubungan stimulus-respon.31

Formulasi dasar teori Skinner menetapkan perbedaan antara

penguatan motivasi positif dengan penguatan motivasi negatif. Dalam

penguatan motivasi positif, beberapa bentuk pengahargaan, obyek atau

peristiwa yang diinginkan, diberikan sebagai konsekuensi dari operant

yang dilakukan. Dalam eksperimen awal yang dilakukan Skinner

29 Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, 110.30 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 33.31 Rohani, Pengelolaan Pengajaran, 13-14.

12

Page 13: Proposal Skripsi Zainal A

terhadap beberapa hewan, penguat motivasi positif seringkali

berbentuk kenyamanan mendasar yang dibutuhkan mahluk, biasanya

dalam bentuk makanan, minuman, atau hubungan seksual. Hal-hal

tersebut menjadi penguat motivasi bukan disebabkan karena sifat

hakiki mereka sebagai kebutuhan, melainkan karena mereka

menyebabkan perilaku operant terjadi lebih sering makanan bagi

anjing (atau anak) yang kekenyangan, misalnya, tidak akan menjadi

penguat motivasi dalam pengertian Skinnerian. Dalam penelitian

yangdilakukan Skinner terhadap obyek orang, penguat motivasi sering

terbentuk penghargaan non fisik sebuah pujian bagi siswa dalam kelas

atau atau sebuah komisi bagi karyawan pemasaran dalam bisnis-bisnis

tertentu.

Dalam penguatan motivasi negatif, beberapa bentuk obyek atau

peristiwa yang aversif dihilangkan atau dicegah kemunculannya. Jika

seekor anjing mampu menghindari sebuah strum listrik dengan

melompati pagar, itu artinya ia mendapatkan penguatan motivasi yang

negatif. Atau jika seorang anak bisa menghindari omelan gurunya

dengan menyelesaikan tugasnya tepat waktunya, maka itu artinya dia

mendapatkan penguatan motivasi yang negatif. Dalam masing-masing

kasus, tingkat probalitas sebuah prilaku meningkat karena

konsekuensinya, itulah mengapa konsekuensi tersebut dianggap

sebagai “penguat motivasi”. Oleh karena itu, penguatan motivasi

negatif bekerja dengan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,

sementara penguat motivasi positif bekerja dengan mengharapkan hal-

hal yang tidak diinginkan.32

2) Teori Motivasi

Dari berbagai teori tentang motivasi yang dikemukakan oleh

para ahli, terdapat berbagai teori motivasi yang bertitik tolak pada

dorongan yang berbeda satu sama lain. Ada teori motivasi yang

32 Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan, jogjakarta: IRCISod, 2007, 33-34.

13

Page 14: Proposal Skripsi Zainal A

bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang

bertitik tolak pada asas kebutuhan. Motivasi menurut asas kebutuhan

saat ini banyak diminati.33

Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu

teori kandungan (content), yang memusatkan perhatian pada

kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang banyak berkaitan

dengan bagaimana orang berprilaku dan mengapa mereka berprilaku

dengan cara tertentu. Hal paling penting dari kedua teori seperti terurai

dibawah ini.

a) F. W. Taylor dan Manajemen Ilmiah

F. W. Taylor adalah seorang tokoh angkatan “manajemen

ilmiah”, manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendekatan itu

memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin

dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan

penilaian pekerjaan. Pekerjaan dibagi-bagi ke dalam berbagai

komponen, diukur dengan menggunakan tehnik-tehnik penelitian

pekerjaan dan diberi imbalan sesuai dengan produktivitas. Dengan

pendekatan itu, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat

dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran

inilah yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian pekerjaan

yang didasarkan skema imbalan (insentif).34

b) Teori Kebutuhan

Manusia adalah mahluk rasional yang akan mengalami

proses kognitif sebelum terjadi respons. Perilaku manusia dikuasai

oleh actualizing tendency, yaitu kecenderungan intern manusia

untuk mengembangkan diri. Kecenderungan tersebut dipengaruhi

oleh tingkat dan kriteria kebutuhannya. Teori ini beranggapan,

bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya

33 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 5.34 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 39

14

Page 15: Proposal Skripsi Zainal A

adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik

maupun kebutuhan psikis.35

c) Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan (Existence,

Relatedness, and Growth ERG) Aldefer

Aldefer merumuskan kembali hierarki Maslow dalam tiga

kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan, dan

pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG), yaitu:

(1) Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan

yang berkaitan denga keberadaan manusia yang dipertahankan

dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman

pada hierarki Maslow

(2) Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan

kemitraan

(3) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang

berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan

dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang

dikemukakan Maslow.

Menurut teori ERG, semua kebutuhan itu timbul pada

waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak

dapat dipuaskan, seseorang kelihatannya kembali ketingkat lain.

Contoh, kalau pekerjaan orang tidak menyediakan peluang untuk

pengembangan diri, sebagai imbangannya mereka memusatkan

perhatian pada hubungan-hubungan kemasyarakatan (sosial), yang

lebih condong kepada kebutuhan keterkaitan daripada

pertumbuhan. Pengaruhnya bagi manajer adalah bahwa kalau

pekerjaan tertentu tidak memberi peluang untuk pengembangan

pribadi. Misalnya, maka ia harus memperhatikan segi-segi (lain)

pekerjaan, seperti menambah perolehan gaji dan tunjangan atau

kegiatan-kegiatan sosial.

d) Teori Motivasi Kesehatan Herzberg

35 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008, 190

15

Page 16: Proposal Skripsi Zainal A

Herzberg berteori, “faktor-faktor kesehatan tidak

mendorong minat para pegawai. Akan tetapi jika faktor-faktor itu

dianggap tidak memuaskan dalam berbagai hal, umpamanya

karena gaji tidak cukup tinggi atau kondisi kerja tidak

menyenangkan, faktor itu menjadi sumber ketidakpuasan potensial

yang kuat”. Motivator sebaliknya, adalah faktor-faktor yang

agaknya mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih

tinggi dan pekerjaan dengan mutu lebih baik. Harapan akan

kemajuan, misalnya, menyebabkan seseorang bekerja lebih keras

meskipun pada waktu yang sama kurangnya harapan semacam itu

tidak cukup untuk menyebabkan orang itu meninggalkan

pekerjaan.

e) Teori X dan Teori Y McGregor

Teori X dan Teori Y McGregor beranggapan bahwa

manajer teori X memandang para pekerja sebagai pemalas yang

tidak dapat diperbaiki, dan oleh karena itu mereka cenderung

menggunakan pendekatan “wortel dan tongkat” untuk

menanganinya. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja

harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang-

orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan

pekerjaan dengan baik. Teori bahwa seorang manajer itu

mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka

menangani dan memotivasi bawahan.

f) Teori Manusia Kompleks

Masalahnya, kebanyakan teori motivasi diatas menganggap

orang termotivasi oleh suatu jenis pendorong. Model utamanya

dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Manusia ekonomi, yang termotivasi terutama

oleh imbalan keuangan

(2) Manusia sosial, yang termotivasinya

dipengaruhi terutama oleh sifat hubungan kemitraan dalam

16

Page 17: Proposal Skripsi Zainal A

pekerjaan, diturunkan terutama dari karya Elton Mayo dan

observasi melalui percobaan-percobaan “Hawthorne”. Hal itu

merupakn serangkaian penelitian yang diadakan di Western

Electric’s Hawthorne Works pada tahun 1820-an dan 1930-an

(3) Manusia yang mengaktualisasi diri, seperti yang

dinyatakan dalam hierarki kebutuhan Maslow dan teori Y

McGregor.36

3) Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

Beberapa bentuk yang dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa, antara lain: Pertama, buat pembelajaran penuh arti, kaitkan

kehidupan dalam kehidupan sehari-hari siswa dan tunjukkan

manfaatnyauntuk masa depan mereka. Kedua, bantu siswa menentukan

targetnya sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ketiga,

tumbuhkan harga diri siswa dengan menciptakan harapan untuk sukses

dalam mencapai target yang ditetapkan. Keempat, ciptakan hubungan

yang hangat dengan siswa, dengan mengenal nama ssiswa, dengan

menggunakan alat peraga. Kelima, gunakan metode mengajar yang

inovatif, sehingga menarik minat siswa dengan menggunakan alat

peraga. Keenam, kembangkan pendidikan dengan sistem “among”

yang menempatkan siswa sebagai subjek dengan memberikan

kebebasan untuk memberikan pendapat, guru bersikap “tut wuri

handayani”. Ketujuh, salurkan minat dan kegemaran siswa dalam

berbagai kegiatan. Kedelapan, bentuklah kelompok-kelompok

belajar.37

Untuk menghadapi siswa yang enggan belajar, kepala sekolah

dan guru dapat menerapkan cara-cara antara lain: Pertama, susun

target jangka pendek yang sesuai dengan kemampuannya. dengan cara

itu diharapkan siswa sapat segera merasakan sukses, sehingga

menimbulkan rasa percaya diri. Kedua, ajak siswa menuliskan target

36 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 43-46.37 Muchlas Samani, Panduan Menejemen Sekolah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000, 146.

17

Page 18: Proposal Skripsi Zainal A

tersebut dan bantu mencapainya. Dengan menulis target sendiri, siswa

akan selalu teringat dan terdorong untuk mencapainya. Ketiga,

sesuaikan situasi belajar dengan minat siswa, sehingga terdorong untuk

aktif mengerjakannya. Keempat, hindari kritik, karena kritik bagi siswa

semacam itu justru dapat menurunkan rasa percaya diri dan

meregangkan hubungan hangat antara guru dengan siswa. Kelima, jika

perlu berikan insentif. Seringkali siswa yang enggan belajar

termotivasi jika diberikan hadiah tertentu. Keenam, lakukan konseling

sehingga dapat di ketahui sebab keengganan belajar.

Umpan balik sangat penting dalam pembelajaran, tetapi harus

diberikan secara biak agar tidak mematahkan semangat siswa.

Beberapa cara yang dapat di tempuh:

a) Berikan segera, setelah siswa mengerjakan

tugas tertentu

b) Jangan hanya memberi kritis, tetapi

berikan penghargaan jika siswa mencapai sukses atau mampu

mengerjakan tugas tertentu

c) Berikan jalan keluar atau saran pemecahan

jika diketahui siswa mengalami kesulitan

d) Jika saudara memberikan bantuan, jangan

secara langsung. Upayakan siswa merasa mampu menyelesaikan

sendiri.38

Beberapa tehnik motivasi yang dapat dilakukan dalam proses

belajar antara lain: Pernyataan pengharagaan secara verbal,

menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan,

menimbulkan rasa ingin tahu, memunculkan sesuatu yang tidak diduga

oleh siswa, menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa,

menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar,

gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan perinsip yang telah dipahami, menuntut siswa untuk

38 Samani, Panduan Menejemen Sekolah, 147-148.

18

Page 19: Proposal Skripsi Zainal A

menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, menggunakan

simulasi dan permainan, memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperlihatkan kemahirannya didepan umum, mengurangi akibat

yang tidak mennyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan

belajar, memahami iklim dalam sekolah, memanfaatkan kewibawaan

guru secara tepat, memperpadukan motif-motif yang kuat,

memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, merumuskan tujuan-

tujuan sementara, memberikan hasil kerja yang telah dicapai, membuat

suasana persaingan yang sehat diantara para siswa, mengembangkan

persaingan dengan diri sendiri, dan memberikan cotoh yang positif.

Pernyataaan seperti “bagus sekali”, “hebat”, “menakjubkan”

disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu

juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang

langsunng antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,

sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau

penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.39

b. Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan seringkali tumpang tindih dengan istilah

pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga

dikatakan “pengajaran” atau sebaliknya, pengajaran disebut sebagi

pendidikan. Ini adalah suatu yang rancu, sebagimana orang sering keliru

memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan indentik dengan

sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempat belajar bagi

peserta didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang

mencakup totalitas keunggulan kemanusiaan sebagi hamba (‘abd) dan

pemakmur alam (khalifah) agar senantiasa bersahabat dan memberikan

kemanfaatan untuk kehidupan bersama.40

Istilah mengajar mempunyai arti: memberikan pengetahuan kepada

anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-pristiwa, hukum-hukum

39 Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 34-37.40 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: LKiS, 2009, 13.

19

Page 20: Proposal Skripsi Zainal A

ataupun proses daripada suatu ilmu pengetahuan. Jadi yang dipentingkan

segi ilmiahnya.

Sedangkan istilah mendidik mempunyai arti; menanamkan tabiat

yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik dan berpribadi

utama. Dalam mendidik yang lebih baik dipentingkan adalah segi

pembentukan pribadi anak. Dengan demikian jelaslah bahwa kalau

mengajar itu dari segi inteleknya, maka mendidik adalah menyangkut

masalah perasaan antara akal dan perasaan memang mempunyai hubungan

yang sangat erat.

Dengan melihat pengertian mendidik dan mengajar diatas, maka

jelaslah pula pengertian agama dan pengajaran agama. Pendidikan Agama

berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak

didik agar supaya mereka hidup sesuai ajaran agama. Sedangkan

pengajaran agama berarti pemberian pengetahuan agama kepada anak,

agar supaya mempunyai ilmu pengetahuan agama.

Dengan demikian yang katakan mengajar Agama berarti, hanya

sekedar memberikan ilmu agama saja, sehingga anak-anak akan memiliki

pengetahuan agama (islamologi), bukan menjadi orang yang taat

beragama. Sedangkan kalau mendidik agama, maka arahnya adalah

pembentukan pribadi muslimyang taat, berilmu dan beramal. Karena itu

penggunaan istilah pendidikan agama adalah lebih tepat daripada

pengggunaan istilah pengajaran agama. .41

Pendidikann agama di sekolah-sekolah umum terutama di sekolah-

sekolah negeri dilakukan olah guru-guru agama yamng diangkat oleh

Departemen Agama. Karena sekolah-sekolah negeri pada umumnya

mayoritas siswa-siswanya beragama Islam, Pemerintah c. q. Departemen

Agama mengangkat guru-guru agama di tiap-tiap sekolah sesusai dangan

kebutuhan masing-masing sekolah. Jika disuatu sekolah terdapat siswa

41 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, 27-28.

20

Page 21: Proposal Skripsi Zainal A

yang beragama lain di luar Agama Islam, pemerintah mengangkat pula

guru-guru agama lain sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut.42

1) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam tradisi muslim, tujuan menduduki posisi yang teramat

penting dan hal inisangat mudah dillihat dari pelafalan niat seorang

muslim setiap kali hendak menjalankan ibadah. Niat berarti

menjalankan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan

diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.

Menyembah Allah adalah wujud penyerahan total hamba kepada

Allahyang dengannya hidup dapat diraih. Pengabdian yang benar dan

total didukung oleh pengetahuan yang benar tentang ajaran agama dan

kesiapan fisik materil dan juga psikis.43

Tujuan umum pendidikan agama adalah membimbing anak

agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal

sholeh dan berahlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan

negara.

Tujuan pendidikan agama tersebut adalah merupakan tujuan

yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan

agama. Karena didalam mendidik agama yang perlu ditanamkan

terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya

keimanan yang teguh itu maka akan menghasilkan ketaatan

menjalankan kewajiban agama.

Tujuan khusus pendidikan agama ialah tujuan pendidikan

agama pada setiap tahap atau tingkat yang dilalui, seperti misalnya

tujuan pendidikan agama di SD. Berbeda dengan tujuan pendidikan

agama untuk sekolah menengah, dan berbeda pula untuk perguruan

tinggi.44

2) Prinsip-prinsip Pendidikan Agama Islam

42 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, 157-158.43 Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, 13.44 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 45-46.

21

Page 22: Proposal Skripsi Zainal A

Tujuan pendidikan islam sesungguhnya tidak terlepas dari

prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Al-Quran

dan as-sunnah. Dalam hal ini, paling tidak ada lima prinsip dalam

pendidikan islam. Kelima prinsip tersebut ialah:

Pertama, Prinsip integrasi. Prinsip ini memandang adanya

wujud kesatuan dunia akhirat. Oleh karena itu pendidikan akan

meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai kebahagiaan di dunia

sekaligus di akhirat.

Kedua, Prinsip keseimbangan. Prinsip ini merupakan

konsekuensi dari prinsip integrasi. Keseimbangan yang proporsional

antara muatan rohaniah dan jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu

terapan, antara teori dan peraktik, dan antara nilai yanng menyangkut

aqidah, syari’ah, dan akhlak.

Ketiga, Prinsip persamaan dan pembebasan. Prinsip

inidikembangkan dari nilai tauhid, bahwa Tuhan adalah Esa. Oleh

karena itu setiap individu dan bahkan semua mahluk hidup diciptakan

oleh pencipta yang sama (Tuhan). Perbedaan hanyalah unsur untuk

memperkuat persatuan. Pendidikan islam adalah suatu upaya untuk

membebaskan manusia dari belenggu nafsu dunia menuju dengan nilai

tauhid yang bersih dan mulia. Manusia dengan pendidikan, diharapkan

bisa terbebas dari belenggu kebodohan, kemiskinan, kejumudan, dan

nafsu hayawaniyah-nya sendiri.

Keempat, Prinsip kontinuitas dan berkelanjutan. Dari prinsip

inilah dikenal konsep pendidikan seumur hidup (life long education)

sebab di dalam Islam. Belajar adalah suatu kewajiban yang tidak

pernah dan tidak boleh berahir. Seruan yang ada dalam Al-Quran

merupakan perintah yang tidak mengenal batas waktu. Dengan

menuntut ilmu secara kontinu dan teerus menerus, diharapkan akan

muncul kesadaran pada diri manusia akan diri dan lingkungannya, dan

yang lebih penting tentu saja adalah kesadaran akan Tuhannya.

22

Page 23: Proposal Skripsi Zainal A

Kelima, Prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Jika ruh tauhid

telah berkembang dalam sistem moral dan akhlak seseorang dengan

kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh dari kotoran maka ia akan

memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat atau

berguna bagi kehidupan. Sebab, nilai tauhid hanya bisa dirasakan

apabila ia telah dimanifestasikan dalam gerak langkah mannusia untuk

kemaslahatan, keutamaan manusia itu sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perinsip

pendidikan islam identik dengan perinsip hidup setiap muslim, yakni

beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkribadian muslim, insan

shaleh guna mengemban amanat Allah sebagai khalifah di muka bumi

dan beribadat kepada Allah untuk mencapai ridha-Nya.45

c. Penerapan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam

Hasil belajar ditentukan antara lain oleh gabungan antara

kemampuan dasar siswa dan kesungguhan dalam belajar. Kesungguhan

ditentukan oleh motivasi yang bersangkutan. Oleh karena itu sangat

penting menumbuhkan motivasi belajar siswa.46

Langkah pertama untuk meningkatkan keterampilan anda dalam

berhubungan dengan orang (relasi manusia yang berhasil) adalah

memahami orang dan kodrat manusia dengan tepat.

Bila anda mempunyai pemahaman yang tepat mengenai orang dan

kodrat manusia, bila anda tahu mengapa orang melakukan hal-hal yang

mereka lakukan, bila anda tahu mengapa dan bagaimana orang akan

bereaksi dibawah kondisi tertentu, maka anda akan menjadi seorang

manajer yang terampil.

Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mengenali

orang sebagaimana mereka adanya, bukan apa yan g anda kira atau

pikirkan tentang mereka, dan bukan anda menginginkan mereka menjadi

45 Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, 32-33.46 Samani, Panduan Menejemen Sekolah, 145.

23

Page 24: Proposal Skripsi Zainal A

apa. Orang terutama tertarik pada diri mereka sendiri, bukan tertarik pada

anda. Dengan kata lain, orang lain itu sepuluh ribu kali lebih tertarik pada

dirinya sendiri daripada tertarik pada anda.47

Manusia hidup bukan hanya makan nasi saja. Manusia

membutuhkan santapan untuk jiwa seperti halnya untuk tubuh. Ingat

bagaimana rasanya ketika sebuah kata yang manis atau pujian diberikan

kepada anda? Ingat bagaimana sepanjang hari atau malam anda menjadi

bersinar oleh kata manis atau pujian itu? Ingat berapa lama perasaan manis

itu bertahan? Orang lain pun bereaksi persis seperti anda. Jadi, katakan

hal-hal yang ingin di dengar orang. Mereka akan menyukai anda karena

mengatakan hal-hal yang baik dan anda akan merasa enak karena telah

mengatakan hal-hal itu.48

H. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian disini menggunakan pendekatan kualitatif.

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan pertama,

menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda, kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dan responden dan ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama

dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pada umumnya penelitian

kualitatif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah

penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

study kasus. Penelitian study kasus ini dilakukan karena kebenaran itu dapat

diperoleh dari lapangan, yaitu merefleksikan kondisi sebenarnya yang ada

dilapangan tersebut.

2. Lokasi Penelitian

47 Les Giblin, Skill With Poeple, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, 1-2.48 Giblin, Skill With Poeple, 47-48,

24

Page 25: Proposal Skripsi Zainal A

Dalam proposal ini peneliti menjadikan SMPI Al-Magrobi sebagai

obyek penelitian, yang terletak di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Desa

Sawaran Kulon Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang, dengan

mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai alasan. Pemilihan lokasi ini

didasarkan pada masalah yang diangkat cukup menarik. Dikatakan menarik

karena upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses belajar

Pendidikan Agama Islam, sangatlah penting dengan berjalannya arus era

modernisasi, sehingga masalah tersebut perlu diteliti dan dibahas. Disamping

itu sekolah tersebut merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Pertama

(SMP) yang ada di Desa Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.

3. Sumber Data

Data yang di peroleh dalam penelitian ini di peroleh dari orang-orang

yang berperan langsung dalam proses pembelajaran PAI di SMPI Al-Magrobi

Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang, yang berupa dokumen-dokumen

penting dan lain-lain. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini antara

lain: Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul, Kepala Sekolah SMPI Al-

Magrobi, Guru PAI beserta beberapa guru yang dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dan beberapa siswa maupun masyarakat

di sekitar SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.

Selanjutnya penentuan sunber data atau informan dapat berkembang sesuai

dengan kebutuhan dan kemantapan penelitian dalam pengumpulan data.

Tehknik Snowball Sampling digunakan dalam penelitian ini untuk

mengambil sumber data yang awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi

besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu

belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain

lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah

sample sumber data semakin besar seperti bola salju yang menggelinding,

lama-lama menjadi besar.49

Dalam penelitian ini sumber data terdiri dari tiga bagian yakni

manusia, dokumen, dan suasana. Sesuai dengan fokus penelitian, maka data

49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, 218-219

25

Page 26: Proposal Skripsi Zainal A

didapat dari Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul, Kepala Sekolah SMPI Al-

Magrobi, Guru PAI beserta beberapa guru dan beberapa siswa maupun

masyarakat di sekitar SMPI Al-Magrobi yang dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan mewawancarai, mengobservasi,

serta melalui dokumentasi.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak

menggunakan tehnik wawancara, observasi, dan metode library research

(study perpustakaan).50

a. Metode interview atau wawancara

Interview yang sering juga di sebut dengan wawancara atau

kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer).51

Jika peneliti menggunakan metode interview atau wawancara

dalam penelitiannya, perlu diketahui lebih dulu maksud, sasaran dan

masalah apa yang dibutuhkan sipeneliti, sebab dalam suatu wawancara

dapat diperoleh keterangan yang berlainan dan adakalanya tidak sesuai

dengan maksud peneliti.

Metode ini di gunakan untuk mengetahui secara mendalam,

mendetail atau intensif terhadap pengalaman-pengalaman informan dari

topik tertentu atau situasi spesifik yang di kaji. Oleh karena itu, dalam

pelaksanan wawancara, peneliti ingin mendapatkan data dan informasi

tentang sejarah berdiri dan perkembangan SMPI Al-Magrobi Sawaran

Kulon dan bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam

proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi

Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.

b. Metode Observasi

50 Afifuddin, metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, 131.51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 155.

26

Page 27: Proposal Skripsi Zainal A

Orang sering kali mengartikan observasi suatu aktiva yang sempit,

yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam

pengertian psikologi, observasi atau yang di sebut pula dengan

pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indra.52

Metode ini peneliti tempuh untuk mengungkapkan atau

memperoleh data yang berkaitan dengan kondisi yang umum letak

geografis SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon dan upaya peningkatan

motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di kelas VIII

SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen ialah barang-barang

tertulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi, peniliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian dan sebagainnya.53

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data berupa

struktur organisasi, data siswa kelas VIII, denah SMPI Al-Magrobi

Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang dan data-data yang berkaitan

dengan objek penelitian. Data-data dokumen ini memiliki sifat tetap,

sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian mudah untuk di cek kembali.

Sifat inilah yang membedakan dengan data-data hasil metode lain.

5. Analisis Data

Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Sedangkan menurut Bogdan menyatakan bahwa ” data analysis is the process

of systematically searching and arranging the inteview transcripts, fieldnotes,

and ather materials than you accumulate to increase your own understanding

of them and to enable you to peresent what yau have discovered to others ”

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

52 Arikunto, Prosedur Penelitian, 156.53 Arikunto, Prosedur Penelitian, 155.

27

Page 28: Proposal Skripsi Zainal A

di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada

orang lain.54

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa analisis

data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema (ide) kerja

seperti yang disarankan oleh data.

Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata bukan angka. Hal ini

karena adanya penerapan metode kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif

berisi kutipan-kutipan data, baik berasal dari naskah wawancara, catatan

laporan dokumen pribadi maupun resmi lainnya.

Dalam analisis data ini peneliti mendeskripsikan dan menguraikan

tentang upaya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan Agama

Islam (PAI). Karena itu peneliti melakukan data dengan beberapa cara yaitu :

a. Data reduction (memasukkan data kedalam kategori tema, fokus)

b. Data display (penyajian data kedalam sejumlah makrik, yang

menunjukkan pengaruh antar faktor didalam proses peristiwa)

c. Conclusion drawing/verification.55

6. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang di perbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Untuk menetapkan

keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan teknik

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, maka peneliti

menempuh cara-cara sebagai berikut: trianggulasi sumber, diskusi teman

sejawat, dan perpanjangan pengamatan.

Trianggulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Diskusi teman sejawat digunakan dalam rangka lebih menangkap ide-

54 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, 334.55 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 3.

28

Page 29: Proposal Skripsi Zainal A

ide yang dikemukakan informan, serta mendapat arahan dari Dosen

Pembimbing Skripsi (DPS). Perpanjangan pengamatan berarti peneliti

kembali kelapangan dan melekukan penelitian lagi demi terbentuknya

keakraban, dan rasa saling percaya sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi, demi terselesainya penelitian yang dilakukan peneliti.

Pengecekan ini dilakukan setelah data-data terkumpul dan sebelum

peneliti menulis laporan hasil penelitian yang diperoleh dengan mengecek data

yang telah didapat dari hasil interview dan mengamati serta melihat dokumen

yang ada, didiskusikan dengan teman sejawat, dan selanjutnya melakukan

perpanjangan pengamatan. Dengan ini data yang didapat dari penelitian dapat

diujikan keabsahannya dan dapat dipertanggung jawabkan.

7. Tahap-Tahap Penelitian

Secara lebih jelasnya rancangan penelitian yang peneliti laksanakan

adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

1) Pengajuan judul

2) Penyusunan rancangan penelitian

3) Memilih lapangan penelitian

4) Menyiapkan perlengkapan penelitian

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

1) Persiapan diri

2) Menyusun rancangan penelitian

3) Mengumpulkan data

c. Tahap Analisis Data

d. Penulisan Laporan

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mempermudah dalam pembahasannya, proposal skripsi yang

berjudul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan

Agama Islam Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang

Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011”, maka perlu diberi gambaran singkat yang

dirumuskan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

29

Page 30: Proposal Skripsi Zainal A

Bab pertama yaitu pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan

sistematika pembahasan.

Bab kedua kajian pustaka, yang berisi tentang penelitian terdahulu dan

kajian teoritik tentang pengertian motivasi belajar, dan Pendidikan Agama Islam

serta penerapannya.

Bab ketiga metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,

keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

Bab keempat penyajian dan analisis data, yang berisi tentang gambaran

obyek penelitian, penyajian dan analisis data, serta pembahasan temuan.

Bab kelima penutup, yang berisi tentang kesimpulan dari semua hasil

penelitian baik secara teoritis maupun empiris, dan saran-saran untuk perbaikan

dan kemajuan SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.

30

Page 31: Proposal Skripsi Zainal A

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Pius. t.t. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Surabaya: ARKOLA.

Afifuddin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pustaka Setia.

Anwar, Desi. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.

Ardiansyah, andre. t.t. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Pustaka Agung Harapan.

Arifin, Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asnawi. 2004. “Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.

Subkhi, Imam Budaeri. 2005. “Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dep. Pend. Dan Kebudayaan. 1089. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Giblin, Les. 2007. Skill With Poeple. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hanafiah, Nanang. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Herabudin. 2009. Administrasi & Supervisi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

http://kamusbahasaindonesia.org/peningkatan /html (Maret, 2011).

31

Page 32: Proposal Skripsi Zainal A

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137403-pengertian-pendidikan-agama-islam/html (April, 2011).

LP3M. 2011. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Program Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Agama Islam. Wonorejo Lumajang: STAI Syarifuddin.

Muhaimin. t.t. Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: Karya Abditama Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 1997 Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LkiS.

Samani, Muchlas. 2000. Panduan Menejemen Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan. jogjakarta: IRCISod.

Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Agustin, Titin Sri. 2006. “Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTs Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi.

Zuhairini. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.

32