107
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara nyata matematika sangat berguna bagi kehidupan manusia, karena matematika dapat melatih seseorang berfikir kritis dan logis, juga bermanfaat dalam melakukan perhitungan dalam kehidupan sehari- hari. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang sangat penting terutama dalam era globalisasi sekarang ini, dengan arti kata dalam perkembangannya, matematika tidak terlepas kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Seperti diketahui, era globalisasi sekarang ini menginginkan manusia yang mempunyai pola pikir yang logis dan kritis. Sebagaimana yang diutarakan Sri mengemukakan bahwa matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti adalah sebuah sistem matematika. Sistem matematika berisikan model-model 1

proposal cc.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: proposal cc.doc

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara nyata matematika sangat berguna bagi kehidupan manusia,

karena matematika dapat melatih seseorang berfikir kritis dan logis, juga

bermanfaat dalam melakukan perhitungan dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang

sangat penting terutama dalam era globalisasi sekarang ini, dengan arti kata

dalam perkembangannya, matematika tidak terlepas kaitannya dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Seperti diketahui, era globalisasi sekarang ini menginginkan manusia

yang mempunyai pola pikir yang logis dan kritis. Sebagaimana yang

diutarakan Sri mengemukakan bahwa matematika yang merupakan ilmu

deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti

adalah sebuah sistem matematika. Sistem matematika berisikan model-model

yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat

lainnya adalah dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya

menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh

kecermatan. Oleh sebab itu matematika sangat perlu dipahami dan dikuasai

oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa Sekolah Dasar (SD).

Dari uraian di atas, jelas bahwa matematika sangat penting dalam era

globalisasi. Matematika harus diajarkan sejak dari SD, dimana pembelajaran

matematika di SD harus ditingkatkan kualitasnya, karena SD merupakan kunci

pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan pembelajaran matematika

1

Page 2: proposal cc.doc

pada jenjang berikutnya. Pembelajaran matematika di SD mempunyai

kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan

matematika yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran matematika di SD

menurut DEPDIKNAS adalah agar siswa memiliki kemampuan:

”1) percaya diri dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan pemecahan masalah”.

Tujuan pembelajaran matematika di atas menuntut siswa berfikir kritis

dan kreatif. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika, hendaknya

guru berusaha melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal

yang dapat dilakukan adalah guru menggunakan berbagai model pembelajaran

agar siswa tidak merasa jenuh dalam menerima pembelajaran yang

disampaikan.

Berdasarkan observasi peneliti di kelas V SD Negeri 14 Gantiang

kototuo Kecamatan Canduang pada tanggal 25 Oktober 2013, siswa

menganggap mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang paling

sulit di antara mata pelajaran lainnya, sehingga siswa kurang semangat dalam

belajar matematika. Selain hasil observasi, peneliti juga mengadakan

2

Page 3: proposal cc.doc

wawancara dengan guru kelas V SD tersebut, yang menyatakan bahwa mata

pelajaran matematika memang kurang diminati oleh siswa, karena pada

umumnya siswa sangat sulit untuk memahami konsep-konsep matematika

sehingga siswa kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

Uraian di atas disebabkan oleh kurang tepatnya seorang guru dalam

menciptakan suatu model pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa,

sehingga siswa kurang semangat dan sulit untuk memahami materi

pembelajaran. Selain itu, dalam menyampaikan materi pembelajaran guru

kurang melibatkan siswa dengan benda-benda konkrit maupun alat peraga dan

pendekatan maupun metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat

dengan materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran guru lebih banyak aktif

dari siswa, pencapaian indikator yang ditetapkan tanpa memperhatikan tingkat

kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

Dari hal diatas hasil belajar matematika pada umumnya kurang

tercapai dengan hasil yang memuaskan. Sebagaimana yang telah peneliti lihat

dalam data nilai ujian mid semester 2 Matematika kelas V SD Negeri 14

Gantiang kototuo Kecamatan Canduang masih banyak siswa memperoleh

nilai di bawah standar, data nilainya tersebut dapat dilihat dalam tabel

halaman berikut :

3

Page 4: proposal cc.doc

Tabel 1.1 Skor Dasar

No Nama Siswa Nilai1 BP 5,252 JS 6,003 MG 4,074 MYS 3,435 RP 4,216 RJP 2,567 R 5,308 ANC 3,469 AM 3,4310 AH 5,5411 FM 5,4512 GOR 7,2013 LO 6,5114 OAP 4,8115 SR 5,2516 Sa 4,3817 TJ -18 VMG 5,5319 YB 5,5720 FS 5,5721 RJ 4,6322 TDP 6,7623 JM 5,2324 NEP 4,8225 AM 5,6526 Mn 2,75Jumlah 121,16Rata-rata 4,66

Salah satu materi dalam pembelajaran matematika di SD adalah

tentang geometri. Apabila ditelaah dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), materi geometri ini pada umumnya dipelajari pada setiap

kelas, ini membuktikan bahwa geometri merupakan salah satu materi

pembelajaran yang perlu mendapat perhatian, dengan tujuan agar geometri

tersebut dapat lebih dipahami dan dikuasai oleh siswa sebagaimana mestinya.

4

Page 5: proposal cc.doc

Fenomena yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan guru

kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang, dalam

pembelajaran menghitung luas bangun datar guru hanya menjelaskan konsep-

konsep dari materi yang akan diajarkan, kemudian memberikan latihan kepada

siswa tentang materi yang telah dijelaskan tanpa menganalisis apakah siswa

tersebut sudah paham atau belum. Guru kurang melibatkan siswa dengan alat

peraga yang tepat dan cara mengajar yang digunakan masih bersifat

konvensional, yaitu cendrung menggunakan metode ceramah. Sehingga

pembelajaran lebih didominasi oleh guru yang menyebabkan siswa kurang

aktif dalam proses pembelajaran.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut siswa agar

lebih aktif dalam proses pembelajaran, dengan tujuan supaya siswa lebih

paham dengan apa yang dipelajarinya.

panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk : 1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) belajar untuk memahami dan menghayati, 3) belajar untuk mampu melakssanakan dan berbuat secara efektif, 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain serta 5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan1.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang didapatkan, peneliti mencoba

untuk mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar

menghitung luas bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang

kototuo Kecamatan Canduang dengan menerapkan pembelajaran yang aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan yaitu dengan jalan mengkonkritkan materi

1 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP. Jakarta : BSNP 2006. Jakarta : h 1

5

Page 6: proposal cc.doc

yang abstrak. Dengan hal seperti itu dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran

yang aktif dan menyenangkan adalah melalui pembelajaran kooperatif

(cooperative learning). Pendapat lain menyatakan bahwa ”dalam

pembelajaran koperatif siswa belajar secara berkelompok, saling membantu

satu sama lain. Siswa mengeluarkan ide-ide, konsep-konsep dan keterampilan

yang mereka miliki”. Dengan hal seperti ini dapat meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran, karena siswa saling bekerja sama untuk

menuntaskan materi belajarnya. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa2.

pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan yang salah

satunya adalah pencapaian hasil belajar. Pembelajaran kooperatif juga

bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Pembelajaran

kooperatif dapat memberi keuntungan pada siswa yang bekerja sama

menyelesaikan tugas-tugas akademik, baik kelompok atas maupun kelompok

bawah. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah.

Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas aka meningkat kemampuan

akademiknya karena memberi pelayanan kepada teman sebaya yang

membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang

terdapat di dalam materi tertentu3.

2 Mohammad Nur. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. 2005 : Depdiknas h 23 Nur Asma.. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta 2006: Depdiknas h 12

6

Page 7: proposal cc.doc

Senada dengan pendapat atas. Pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4

sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dimana

keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas

anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok4.

Dari kutipan-kutipan di atas jelas bahwa pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam

proses pembelajaran siswa saling ketergantungan antara yang satu dengan

yang lainnya dan bertanggung jawab atas materi yang dipelajarinya.

Pada pembelajaran kooperatif, guru tidak lagi berperan sebagai nara

sumber satu-satunya, tetapi berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam

proses pembelajaran. Proses pembelajaraan berlangsung dalam suasana

keterbukaan dan demokratis, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak tentang materi yang

dipelajari dan dapat meningkatkan keterampilan sosial sebagai bekal dalam

hidup bermasyarakat.

Penerapan pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe

Jigsaw. Dalam tipe Jigsaw ini menuntut adanya keterlibatan semua anggota

kelompok. Dalam Jigsaw peserta didik bekerja dalam tim-tim heterogen,

peserta didik ditugasi mempelajari bab atau bahan-bahan lain untuk dibaca

4 Etin Solihatin.. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta 2007: Bumi Aksara h 4

7

Page 8: proposal cc.doc

dan diberikan lembar ahli yang berisi topik yang berbeda untuk setiap anggota

tim agar saat membaca topik dapat memfokuskan pada topik tersebut. Apabila

telah selesai membaca, peserta didik dari tim yang berbeda dengan topik yang

sama bertemu dalam sebuah “kelompok ahli” untuk membahas topik mereka.

Setelah dibahas dalam kelompok ahli, peserta didik kembali pada tim asal

mereka dan secara bergantian mengajar teman satu timnya tentang topik-topik

keahlian mereka. Akhirnya peserta didik diberi kuis tentang seluruh topik5.

Dari penjelasan tentang Jigsaw di atas, tipe Jigsaw memiliki

keunggulan, yaitu dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan

mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya. Dengan demikian

siswa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di

atas dan kendala yang ditemui di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang dalam pembelajaran matematika, maka pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw ini cocok diterapkan, karena pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw ini melatih siswa untuk bertanggugjawab terhadap materi yang

dipelajari dan saling bekerja sama antara yang satu dengan yang lain.

Sehingga siswa akan lebih serius dalam belajar

Melihat keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka

peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe

5 Mohammad Nur. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya . 2005: Depdiknas h 63

8

Page 9: proposal cc.doc

Jigsaw dalam penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil

Belajar Luas Bangun Datar Melalui Strategi Belajar Kooperatif Tipe Jigsaw

Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, secara umum rumusan masalahnya adalah

bagaimanakah peningkatan hasil belajar luas bangun datar melalui

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Jigsaw bagi siswa kelas V

SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang dan secara khususnya

adalah tentang:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada materi luas bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada materi luas bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar luas bangun datar

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD

Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

meningkatkan hasil belajar luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw bagi siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan

Canduang, secara khususnya adalah untuk mendeskripsikan :

9

Page 10: proposal cc.doc

1. Perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi luas

bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan

Canduang.

2. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi luas

bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan

Canduang.

3. Peningkatan hasil belajar luas bangun datar siswa setelah mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SD Negeri 14 Gantiang

kototuo Kecamatan Canduang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya :

1. Bagi peneliti, untuk memperkuat dan pemantapan pengetahuan dalam

pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang.

2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan pada

pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang,

sehingga dapat memberikan pembelajaran matematika yang

menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

3. Bagi siswa, untuk memperoleh kesempatan dalam mempelajari luas

bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena

10

Page 11: proposal cc.doc

pembelajaran melalui hal seperti ini sangat bermakna dan menyenangkan

bagi siswa.

4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi dan pendidik

lainnya dalam menyusun suatu proses pembelajaran yang lebih efektif,

bermakna dan menyenangkan.

11

Page 12: proposal cc.doc

BAB IIKAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika di SD

a. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah satu kata yang mempunyai kata dasar

“belajar” yang diberi awalan pe- dan akhiran -an. Pembelajaran menurut

Cagne dan Biggs adalah rangkaian peristiwa / kejadian yang

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat

berlangsung dengan mudah6. Kemudian Pembelajaran adalah suatu upaya

pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah

berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya

sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan7.

Sedangkan Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk

membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti

jika tidak menghasilkan kegiatan belajar para siswa8.

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas dapat dimaknai

bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembimbingan terhadap

siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan juga bertujuan untuk

membentuk kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan

budaya masyarakat.

6 Djafar Zahara.. Konstribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang 2001: FIP UNP h 10

7 Natawijaya Rochman. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud 1992 hal 598 Rahadi Aristo. Media Pembelajaran. Jakarta. 2003: Depdiknas hal 6

12

Page 13: proposal cc.doc

b. Pengertian matematika

Menurut Nasution menjelaskan bahwa “Istilah matematika

berasal dari bahasa Yunani, yaitu mathein atau manthenein yang berarti

mempelajari, matematika erat kaitannya dengan kata sanskerta, medha

atau widya yang artinya kepandaian , ketahuan atau intelegensia 9.

Banyak pendefenisian tentang pengertian matematika, ada yang

mendefinisikan bahwa matematika adalah bagian dari ilmu pengetahuan

tentang bilangan dan kalkulasi, matematika sebagai ilmu pengetahuan

tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan

bilangan dan ada juga yang menyatakan bahwa matematika adalah ilmu

pengetahuan tentang kuantitas dan ruang. Semua pendefinisian tersebut

dapat digunakan tergantung pada tujuan apa yang ingin diterapkan 10”.

Dari uraian-uraian di atas tentang pengertian matematika dapat

dimaknai bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses

kegiatan yang berhubungan dengan masalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari struktur yang abstrak tentang konsep, struktur dan hubungan

antar konsep dan struktur sehingga mempengaruhi siswa untuk berfikir

secara logis dan kritis.

9 Sri Subarinah. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta 2006: Depdiknas h 110 Antonius Cahya Prihandok. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan

Menarik. Jakarta 2006: Depdiknas hal 6

13

Page 14: proposal cc.doc

c. Pembelajaran matematika di SD

Belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep,

struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya11.

Di samping itu “Dalam penyampaian pelajaran matematika di dalam

kelas seorang guru harus memperhatikan tiga konsep pengajaran

matematika yang saling terkait dalam penyampaiannya yaitu konsep

dasar, konsep yang berkembang dan konsep yang harus dibina

keterampilannya.” Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat

abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan

pengajaran yang efektif dan efisien yang sesuai dengan tingkat

perkembangan mental siswa dan dalam pengajarannya dibutuhkan

peranan teori-teori belajar unuk memilih strategi yang cocok12.

Dalam mempelajari matematika peserta didik memerlukan

konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru

untuk 1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media

pelajaran yang menarik perhatian peserta didik, 2) memberikan

kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan, 3)

memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai

keperluan, 4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai

alat untuk memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah, 5)

menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni di dalam perkembangan

11 Sri Subarinah. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas 2006 h 112 Karso Karso,dkk.Materi pokok pendidikan matematika I.Jakarta1998: universitas

Terbuka h 1.36)

14

Page 15: proposal cc.doc

matematika, dan 6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan

matematika13.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran matematika yang lebih

bermakna dengan hasil prestasi siswa yang tinggi, guru harus kreatif.

Hendaknya siswa tidak belajar matematika hanya dengan menerima dan

menghapal saja, tetapi harus melalui belajar yang bermakna. Karena

belajar matematika memerlukan pengertian dan dalam mempelajari

matematika dilakukan secara bertahap dan berurutan serta

berkesinambungan14.

Proses pembelajaran matematika yang berlangsung di SD pada

dasarnya meliputi tiga tahapan yaitu kegiatan pembelajaran untuk

penanaman konsep, kegiatan pembelajaran untuk pemahaman konsep,

dan kegiatan pembelajaran untuk pembinaan konsep”. Untuk itu guru

dalam proses pembelajaran menyajikan materi dengan baik, perlu

menguasai materi pelajaran.dan inovatif dalam mengembangkan strategi

belajar15.

13 I Made Suriana. I Made Suriana. Pembelajaran Kooperatif Tife STAD dengan Media VCD Untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Matematika Siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Banjarangkan tahun 2008/2009. 2008.h 5.14 Karmawati yusuf.. Pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif 2009. H 415 Karso,dkk..Materi pokok pendidikan matematika I.Jakarta 1998:

universitas Terbuka h 1.41

15

Page 16: proposal cc.doc

2. Luas Bangun Datar

a. Pengertian luas

Dalam mempelajari bangun datar, banyak hal yang harus perlu

diketahui oleh siswa. Misalnya harus mengetahui tentang konsep titik,

garis, sudut, sisi, rusuk, luas, keliling dan sebagainya. Luas merupakan

ukuran bagian dalam sebuah bidang, yang biasanya diukur dengan satuan

persegi seperti inci persegi, sentimeter persegi dan sebagainya.

Luas adalah daerah bidang datar yang dibatasi oleh garis yang

mengelilinginya16. Luas suatu bangun datar dapat disajikan berdasarkan

pemahaman tentang satuan luas, perhitungan luas berdasarkan banyaknya

satuan-satuan luas yang ada pada bangun, generalisasi rumus perhitungan

luas secara induktif dan penyajian beberapa latihan. Berdasarkan

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa luas merupakan ukuran suatu

bidang dengan satuan-satuan luas pada sebuah bangun17.

b. Bangun datar

1) Pengertian bangun datar

Geometri merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam

pembelajaran matematika yang membahas ide-ide dasar tentang titik,

garis, bidang, permukaan dan ruang. Konsep geometri dapat

diwujudkan dengan cara semi kongkrit dan kongkrit. Dalam

pembelajaran, gambar dan model-model geometri dapat menjadikan

suatu alat peraga yang menantang dan menarik bagi siswa karena

16 Indriyastuti. Matematika Kelas III SD. Jawa Timur. 2008 ; PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri h 175

17 Sri Subarinah.. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta2006: Depdiknas h 75

16

Page 17: proposal cc.doc

model-model tersebut dapat diamati langsung olehsiswa. Sehingga

dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

konsep-konsep yang dipelajarinya18.

Pada dasarnya geometri dibedakan atas dua jenis, yaitu

bangun datar dan bangun ruang. Bangun datar merupakan bangun

yang berdimensi dua dengan permukaan datar/ rata19. Bangun datar

adalah Suatu bangun geometri yang berbentuk datar20. Senada,

Bangun datar adalah bangun yang mempunyai permukaan datar yang

berdimensi dua21.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

bangun datar adalah bangun berdimensi dua yang memiliki bidang

datar.

2) Macam-macam bangun datar

Macam-macam bangun datar antara lain:

a) Persegi

Persegi ialah suatu segi empat yang keempat sisinya sama

panjang, besar sudutnya sama yaitu 90º dan kedua diagonalnya

tegak lurus. Seperti gambar di bawah ini :

D C

18 Sri Subarinah. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta. 2006 : Depdiknas h 127

19 Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas h 127

20 Mulyana. Tip dan Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika. Surabaya. 2007 : Agung Media Mulya h 88

21 Antonius Cahya Prihandoko. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta . 2006: Depdiknas h 1720

17

Page 18: proposal cc.doc

A B

Gambar 2.1 Persegi ABCD

b) Persegi Panjang

Persegi panjang merupakan bangun geometri yang mempunyai

dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang, besarnya

sudutnya sama yaitu 90º dan kedua diagonalnya saling membagi

sama panjang. Seperti gambar dibawah ini :

D C

A B

Gambar 2.2 Persegi Panjang ABCD

c) Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga titik yang

tidak segaris yang dihubungkan dengan tiga ruas garis dan

jumlah ketiga sudutnya 180º. Seperti gambar di bawah ini

C

A B

Gambar 2.3 Segitiga ABC

d) Jajargenjang

18

Page 19: proposal cc.doc

Jajargenjang adalah bangun segi empat yang mempunyai dua

pasang sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, kedua

diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan sudut yang

berhadapan sama besar . Seperti gambar di bawah ini :

D C

A B

Gambar 2.4 Jajar Genjang ABCD

e) Belah Ketupat

Belah ketupat adalah bangun segi empat yang keempat sisinya

sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar, kedua

diagonalnya saling tegak lurus. Seperti gambar pada halaman

berikut:

D

D

A C

f) Layang-layang

Layang-layang adalah segi empat dimana sisi yang berdekatan

sepasang-sepasang, sudut yang berhadapan sama besar dan

19

B

Gambar 2.5 Belah Ketupat ABCD

Page 20: proposal cc.doc

diagonalnya saling berpotongan dan tegak lurus. Seperti gambar

di bawah ini :

D

A C

B

Gambar 2.6 Layang-layang ABCD

g) Trapesium

Trapesium adalah bangun segi empat yang sepasang sisinya

sejajar. Seperti gambar pada halaman berikut:

D C

A B

Gambar 2.7 Trapesium ABCD

h) Lingkaran

Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang mempunyai jarak

tertentu terhadap suatu titik tertentu yang disebut sebagai titik

pusat, dimana jarak dari titik pusat terhadap suatu titik disebut

20

Page 21: proposal cc.doc

dengan jari-jari (r) dan jarak dari satu titik ke titik yang lain yang

melewati titik pusat disebut sebagai diameter (d). Seperti gambar

di bawah ini22

Gambar 2.8 Lingkaran

3. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang

dilakukan dalam suatu kelompok-kelompok, yang mana tiap kelompok

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif

adalah Pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan

interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan23.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang

menginginkan adanya kelompok-kelompok dalam proses pembelajaran,

di mana anggota dalam tiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan

intelektual yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Anggota

kelompok yang berbeda ini saling bekerja sama dalam mencari solusi

22 Mulyana. Tip dan Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika. Surabaya. 2007 : Agung Media Mulya h 88

23 Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada h 359

21

Page 22: proposal cc.doc

permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama,

yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen

struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas

kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja

sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif

kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu

untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.

Keberhasilan belajar berdasarkan model belajar seperti ini

bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,

melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan

secara bersama-sama dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur

dengan baik24. Pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan

kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam

pembelajaran karna siswa bekerja sama dalam merumuskan alternatif

pemecahan masalah terhadap materi yang dihadapi25.

Cooper dan Heinich menjelaskan bahwa Pembelajaran

kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-

kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai

tujuan dan tugas akademik, keterampilan-keterampiln kolaboratif dan

24 Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group h 243

25 Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara h 5

22

Page 23: proposal cc.doc

sosial. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lain untuk

mencapai tujuan bersama 26.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas tentang pengertian

pembelajaran kooperatif dapat dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif

mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar

kelompok dan sekaligus bertanggungjawab terhadap aktivitas belajar

anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat

menguasai materi pelajaran dengan baik.

b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) Jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka pembentukan anggota kelompoknya terdiri dari perbedaan tersebut dan 4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan27.

Dalam menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif

terdiri dari :

1) kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi, yaitu tinggi, sedang dan rendah, 2) jika memungkinkan dalam pembentukan kelompok juga diperhatikan perbedaan suku, budaya, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi dan sebagainya, 3) peserta didik belajar untuk kelompoknya secara cooperative untuk menguasai materi akademis, 4) sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu28.

26 Nur Asma.. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang 2008: UNP Pres h 227 Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta : Depdiknas h 1428 Ismiati 2008 h 2

23

Page 24: proposal cc.doc

Dari uraian-uraian di atas tentang cirri-ciri pembelajaran

kooperatif, dapat dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara anggota

kelompok, anggota kelompok bervariasi dalam berbagai hal,

bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan adanya

penghargaan yang lebih ditujukan pada kelompok dari pada individu.

c. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu:

1) saling ketergantungan positif, dalam hal ini guru menciptakan

suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan

antar sesama yang dapat dicapai melalui adanya saling

ketergantungan pencapaian tujuan, ketergantungan dalam

menyelesaikan pekerjaan, ketergantungan bahan atau sumber untuk

menyelesaikan pekerjaan dan saling ketergantungan peran

2) interaksi tatap muka, menuntut para siswa dalam kelompok saling

bertatap muka sehingga dapat melakukan dialog antar sesamanya

3) akuntabilitas individual, meskipun dalam belajar kelompok tetapi

penilaian terhadap tingkat penguasaan siswa terhadap materi

dilakukan secara individual,

4) keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, pembelajaran

kooperatif menekankan aspek-aspek tenggang rasa, sopan santun,

24

Page 25: proposal cc.doc

kritik, berfikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan

berbagai sikap positif lainnya29.

Dari penjelasan tentang unsur-unsur pembelajaran kooperatif di

atas, dapat dimaknai bahwa interaksi positif dapat menciptakan suatu

motivasi, dalam memotivasi diperlukan interaksi tatap muka yang

mengakibatkan terjadinya proses komunikasi sehingga dapat

menimbulkan suatu penilaian terhadap individu, akan tetapi walaupun

adanya penilaian individu pembelajaran kooperatif selalu menumbuhkan

hubungan yang baik antar individu. Pembelajaran kooperatif juga dapat

menumbuhkan tanggungjawab terhadap proses pembelajaran yang telah

dipelajarinya.

d. Tujuan pembelajaran kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah :

1) Pencapaian hasil belajar

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja

siswa dalam tugas-tugas akademik, mengubah norma budaya anak

yang berhubungan dengan hasil belajar. Siswa kelompok atas dapat

menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, dengan demikian siswa

kelompok atas akan meningkatkan kemampuan belajarnya.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

29 Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada h 359

25

Page 26: proposal cc.doc

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang

berbeda latar belakang untuk bekerja saling ketergantungan atas

tugs-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif,

serta menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Mengajarkan kepada siswa keterampilan kolaborasi, karena hal ini

amat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Selain unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model ini

sangat berguna membantu siswa menumbuhkan kemampuan bekerja

sama30.

kooperatif mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:

1) hasil belajar akademik, dengan pembelajaran kooperatif peserta didik dapat lebih mudah umtuk memahami konsep-konsep yang sulit, karena peserta didik saling ketergantungan antara sesamanya. Sehingga dapat meningkatkan kinerja belajarnya, 2) penerimaan terhadap keragaman, dengan pembelajaran kooperatif peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaaan latar belakang kehidupan, 3) pengembangan keterampilan sosial, dengan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial, seperti menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan pendapat, berbagi tugas dan sebagainya 31.

Senada dengan hal di atas tujuan pembelajaran kooperatif,

Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

30 Nur Asma. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang 2008: UNP Pres h 331 Depdiknas. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta . 2005: Depdiknas h 15

26

Page 27: proposal cc.doc

kekurangan diri dan orang lain, merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berfikir, memecahkan masalah, meningkatkan harga diri serta

mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan32.

Berdasarkan uraian-uraian tentang tujuan pembelajaran

kooperatif di atas, dapat dimaknai bahwa tujuannya yaitu dapat

memberi keuntungan pada siswa, yaitu dapat bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas, meningkatkan hubungan sosial serta dapat

mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Secara tidak langsung

menumbuhkan sikap saling ketergantungan antara yang satu dengan

yang lainnya.

e. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri atas enam

langkah, yaitu :

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Kegiatan yang dilakukan adalah guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

2) Menyajikan informasi

Kegiatan yang dilakukan adalah guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

32 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta. 2008 : Kencana Prenada Media Group h 242

27

Page 28: proposal cc.doc

Kegiatan yang dilakukan adalah guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Kegiatan yang dilakukan adalah guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5) Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan adalah guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

6) Memberikan penghargaan

Kegiatan yang dilakukan adalah guru mencari cara-cara untuk

menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok33.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari :

1) Menentukan model yang akan digunakan, 2) Menentukan materi, 3) Membentuk kelompok-kelompok kecil, 4) Mengembangkan materi, 5) Memberikan pemahaman tentang tugas dan peran peserta didik, 6) Menentukan waktu dan tempat belajar, 7) Menyajikan materi pembelajaran kooperatif, 8) Belajar dalam kelompok, 9) Mengerjakan kuis, 10) Penghargaan34

Sedangkan Stahl dan Slavin mengemukakan bahwa langkah-

langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari :

1) Merancang rencana program pembelajaran, 2) Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan belajar bersama dalam

33 Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta : Depdiknas h 1634 Nur Asma. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang. 2008 : UNP Pres h 91

28

Page 29: proposal cc.doc

kelompok, 3) Melakukan observasi terhadap kegiatan, mengarahkan dan membimbing peserta didik baik secara individual maupun kelompok dalam memahami materi maupun sikap selama proses pembelajaran, 4) Presentasi hasil kerja kelompok35.

Dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif di atas dapat

dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif diawali dengan penyampaian

tujuan pembelajaran, memotivasi, mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok belajar, mengadakan evaluasi dan memberikan penghargaan.

Pembelajaran kooperatif juga menunjukkan adanya proses demokrasi

dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, di samping itu juga

menumbuhkan penerimaan antara kelompok baik keterampilan sosial

individu maupun kelompok.

4. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Tipe Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran

kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe Jigsaw. Kooperatif tipe

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajaran sendiri dan pembelajaran orang lain. Pada tipe

Jigsaw pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen yang

beranggotakan 4-6 orang. Materi pelajaran disajikan kepada siswa

dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggungjawab atas penguasaan

materi dan mampu mengajarkannya kepada anggota kelompok lainnya.

35 Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara h 10

29

Page 30: proposal cc.doc

Pembentukan kelompok secara heterogen maksudnya adalah

pembentukan kelompok tersebut mempertimbangkan berbagai hal yang

menyangkut tentang diri siswa, misalnya tingkat intelektual, jenis

kelamin, agama dan lain-lain. Dalam kelompok ada siswa yang

mempunyai intelektual tinggi, sedang dan rendah. Siswa bekerjasama,

saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan

materi yang dipelajarinya dan menyampaikan materi tersebut kepada

anggota kelompok lain.

Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok

asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang keluarga

yang beragam. Penyajian materi dalam kelompok asal ini berbeda antar

anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa

yang terdiri dari anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang

sama dikelompokkan dalam satu kelompok dan mendiskusikan materi

tersebut secara bersama-sama, setelah selesai didiskusikan dalam

kelompok ahli tersebut maka anggota kelompok ahli kembali pada

kelompok asalnya dan bertanggungjawab untuk mengajarkan atau

menjelaskan materi yang dipelajarinya kepada anngota kelompok

asalnya.

Contoh pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw dapat dilihat seperti cara di bawah ini:

KELOMPOK ASAL

30

I II

III IV

I II

III IV

I II

III IV

I II

III IV

Page 31: proposal cc.doc

KELOMPOK AHLI

b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari 5 langkah,

yaitu :

1) Membaca topik

Dalam tahap ini masing-masing siswa dalam kelompok asalnya

menerima topik-topik yang akan dibahas dan membaca bahan

tersebut untuk menemukan informasi.

2) Diskusi kelompok ahli

Para siswa yang telah mendapat topik yang sama bergabung dalam

satu kelompok yang dinamakan kelompok ahli dan mendiskusikan

topik tersebut dalam kelompok ahli.

3) Laporan kelompok

Setelah didiskusikan dalam kelompok ahli, perwakilan kelompok

melaporkan hasil diskusinya. Kemudian para ahli kembali kepada

kelompok asalnya untuk mengajarkan topik yang telah dibahasnya

tersebut kepada anggota kelompok asalnya.

4) Tes

31

I I

I I

II II

II II

III III

III III

IV IV

IV IV

Page 32: proposal cc.doc

Para siswa diberikan kuis atau soal-soal yang berkaitan dengan

seluruh topik yang telah dibahas.

5) Penghargaan

Penghargaan dapat diberikan kepada individu maupun kelompok

yang memperoleh nilai yang tertinggi36.

Novi menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw adalah :

1) Membagikan bahan ajar, maksudnya guru membagikan bahan bacaan tentang topik-topik ahli pada masing-masing anggota kelompok, 2) diskusi kelompok ahli, maksudnya peserta didik yang memperoleh topik yang sama bergabung dalam satu kelompok untuk membahas topik tersebut, 3) laporan tim, maksudnya para anggota kelompok ahli bergabung kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik-topik ahli yang telah dibahas pada kelompok ahli, 4) penghargaan tim, maksudnya guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi

Dari pendapat-pendapat ahli di atas tentang langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimaknai bahwa langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimulai dengan penentuan

kelompok, membagikan topik yang akan dibahas, diskusi kelompok

ahli maupun kelompok asal, mengadakan tes dan terakhir memberikan

penghargaan.

5. Pengertian Hasil Belajar

Manusia selalu berusaha bagaimana supaya kehidupannya bisa

berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu tidak bisa datang dengan

36 Nur Asma. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang .2008: UNP Pres h 75

32

Page 33: proposal cc.doc

sendirinya tanpa adanya suatu proses yang harus kita jalani. Proses

maksudnya disini adalah proses belajar, baik itu belajar secara formal

maupun non formal. Melalui proses belajar yang dilakukan akan diperoleh

suatu hasil belajar yang dapat mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku

pada manusia. Perubahan tingkah laku yang diharapkan disini adalah

perubahan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Hamalik mengemukakan bahwa, “Hasil belajar adalah

tingkah laku yang timbul, misalnya dari yang tidak tau menjadi tau,

timbulnya pertanyaan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan dan

keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sikap sosial,

emosional dan pertumbuhan jasmani”. Menurut Purwanto bahwa “Hasil

belajar peserta didik dapat ditinjau dari beberapa hasil kognitif yaitu

kemampuan siswa dalam pengetahuan (ingatan), pemahaman, menerapkan

(aplikasi), analisis sintesis, evaluasi37

Sedangkan menurut Bloom menyatakan bahwa “Hasil belajar

mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil

afektif. Karakteristik manusia meliputi cara berfikir, berbuat dan perasaan.

Cara berfikir menyangkut ranah kognitif, cara berbuat menyangkut ranah

psikomotor sedangkan perasaan menyangkut ranah afektif 38 ”.

Dari pendapat-pendapat ahli di atas tentang pengertian hasil belajar,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah suatu perubahan yang

37 Suharsimi Arikunto, dkk. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. 2004 : PT.Bumi Aksara h 75

38 Harun Rasyid, dkk. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima h 13

33

Page 34: proposal cc.doc

terjadi pada diri individu, dimana perubahan yang diharapkan adalah

perubahan kearah yang lebih baik, baik dari segi kognitif, afektif maupun

psikomotor yang didapatkan melalui proses belajar. Untuk mendapatkan

hasil belajar yang diharapkan sebagaimana mestinya, maka guru harus

mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang bermakna dan

menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan

baik.

6. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Luas

Bagun Datar di Kelas V SD.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dilaksanakan dengan menggunakan perencaan pembelajaran yang dirancang

sendiri oleh guru. Pada awalnya guru terlebih dahulu menyampaikan materi

yang akan diajarkan, kemudian membentuk siswa ke dalam beberapa

kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 orang.

Dalam kelompok asal, masing-masing siswa mendapatkan topik

pembelajaran yang berbeda. Anggota kelompok yang mempunyai topik

yang sama dalam kelompok-kelompok asal bergabung dalam satu

kelompok yang disebut dengan kelompok ahli, kemudian dalam kelompok

ahli ini siswa berdiskusi untuk membahas topik yang mereka miliki sesuai

dengan petunjuk LKS.

Setelah selesai berdiskusi, guru meminta perwakilan dari masing-

masing kelompok ahli untuk melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas.

34

Page 35: proposal cc.doc

Kemudian kelompok ahli bergabung kembali pada kelompok asalnya dan

menjelaskan topik yang telah dibahas dalam kelompok ahli kepada anggota

kelompok asalnya. Sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai

ataupun memahami seluruh materi pelajaran.

Kegiatan terakhir dalam pembelajaran yaitu guru memberikan tes

secara kelompok yang menyangkut seluruh materi. Bagi kelompok yang

memperoleh nilai tertinggi akan mendapat penghargaan dari guru.

Penghargaan tersebut untuk penghargaan kelompok. Dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dapat mengembangkan

potensinya secara efektif dalam bekerja sama dalam kelompok yang dapat

menumbuhkan rasa saling ketergantungan antar yang satu dengan yang lain.

Sehingga dengan demikian dalam proses pembelajaran guru berperan

sebagai fasilitator dan motivator dan siswa harus lebih banyak aktif agar

tujuan dari model pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan dapat

memperoleh hasil belajar yang memuaskan sebagaimana yang diinginkan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar,

materi luas bangun datar terdapat pada kelas V semester I yang dikhususkan

dalam menghitung luas trapesium dan layang-layang. Tetapi dalam skripsi

ini peneliti menambah materinya tentang luas belah ketupat dan

jajargenjang, karena peneliti akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang membutuhkan beberapa topik materi pembelajaran, Maka

topik yang peneliti angkat adalah menghitung luas layang-layang,

trapesium, belah ketupat dan jajargenjang.

35

Page 36: proposal cc.doc

Dalam topik tersebut, permasalahan yang dibahas adalah siswa dapat

menemukan kembali rumus menghitung luas layang-layang, trapesium,

belah ketupat dan jajargenjang dan dapat menghitung luas bangun datar

tersebut berdasarkan rumus yang telah ditemukan.

Berikut contoh pembelajaran materi luas berbagai bangun datar

(persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, layang-

layang, trapesium dan lingkaran) melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw berdasarkan langkah-langkah yang diutarakan Nur (2006:75) yaitu :

a. Membaca topik

Sebelum membaca topik, terlebih dahulu guru membagi siswa

kedalam 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.

Kemudian guru membagikan topik-topik pembelajaran kepada masing-

masing anggota kelompok dengan topik yang berbeda antar anggota

kelompok, tetapi topik-topik tersebut sama dengan topik pada kelompok

lain. Topik yang akan dibahas adalah bagaimana cara menemukan

kembali rumus luas layang-layang, trapesium, belah ketupat dan jajar

genjang serta menghitung luas bangun-bangun tersebut berdasarkan

rumus yang telah ditemukan. Setelah masing-masing siswa dalam

kelompok asalnya menerima topik yang akan dibahas, maka siswa

membaca topik tersebut.

b. Diskusi kelompok ahli

Para siswa yang telah mendapat topik yang sama bergabung

dalam satu kelompok yang dinamakan kelompok ahli dan mendiskusikan

36

Page 37: proposal cc.doc

topik tersebut dalam kelompok ahli. Menurut Bruner Pembelajaran

matematika di SD, para siswa seharusnya dilibatkan dengan media atau

alat peraga konkret yang dapat diotak-atik. Dengan media siswa dapat

memanipulasi benda-benda dengan cara menyusun, menjejerkan,

memindah-mindahkan, menempel dan kegiatan lainnya yang bersifat

coba-coba. Adapun media konkret yang dapat digunakan dalam

menemukan kembali rumus luas bangun datar adalah berbagai macam

bangun datar yang terbuat dari karton ataupun kertas manila yang

berwarna, persegi satuan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1) Kelompok ahli I membahas tentang bagaimana cara menemukan

kembali rumus luas belah ketupat39

Penanaman konsep luas belah ketupat dapat dilakukan dengan

menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang

berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga sama kaki,

kemudian mengambil satu buah lagi segitiga sama kaki yang sama

besar dan alasnya sama panjang. Kedua segitiga tersebut

ditempelkan, hasil dari tempelan kedua segitiga tersebut akhirnya

membentuk sebuah bangun yaitu belah ketupat. Setelah terbentuk

bangun belah ketupat, ditarik garis lurus dari setiap titik sudutnya

sehingga garis tersebut berpotongan di suatu titik.Garis yang ditarik

dari satu titik sudut ke titik sudut lain merupakan diagonal dari belah

39 Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas h 3 dan 128

37

Page 38: proposal cc.doc

ketupat. Setelah terbentuk diagonal, hitunglah luas kedua bangun

segitiga yang membentuk belah ketupat tadi kemudian dijumlahkan,

Hasil dari penjumlahan luas segitiga merupakan luas dari belah

ketupat. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan di

bawah ini :

Segitiga I Segitiga

D

A C

B

Penempelan dua buah segitiga pembuatan diagonal

Hitunglah luas segitiga ACD, yaitu ½ x AC x OD dan luas segitiga

ABC yaitu ½ x AC x OB. Luas dari kedua segitiga tersebut

dijumlahkan, yaitu ½ x AC x OD + ½ x AC x OB. Dari penjumlahan

luas kedua segitiga tersebut = luas belah ketupat. Jadi ½ x AC x OD

+ ½ x AC x OB = ½ x AC x (OD + OB) = ½ x AC x BD, dimana

AC dan BD merupakan diagonal dari belah ketupat, jadi luas belah

38

Page 39: proposal cc.doc

ketupat dapat dihitung dengan rumus ½ x diagonal (d) 1 x diagonal

(d) 2. Dari proses seperti inilah cara menemukan rumus luas belah

ketupat.

2) Kelompok ahli II membahas tentang bagaimana cara menemukan

kembali rumus luas layang-layang

Penanaman konsep luas layang-layang dapat dilakukan

dengan menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton

yang berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga sama

kaki, kemudian mengambil satu buah lagi segitiga sama kaki yang

ukurannya berbeda tetapi alasnya sama panjang. Kedua segitiga

tersebut ditempelkan, hasil dari tempelan kedua segitiga tersebut

akhirnya membentuk sebuah bangun yaitu layang-layang. Setelah

terbentuk bangun layang-layang, ditarik garis lurus dari setiap titik

sudutnya sehingga garis tersebut berpotongan di suatu titik. Garis

yang ditarik dari satu titik sudut ke titik sudut lain merupakan

diagonal dari layang-layang. Setelah terbentuk diagonal, hitunglah

luas kedua bangun segitiga yang membentuk belah ketupat tadi

kemudian dijumlahkan, Hasil dari penjumlahan luas segitiga

merupakan luas dari layang-layang. Kegiatan di atas dapat

digambarkan seperti kegiatan di bawah ini :

39

Page 40: proposal cc.doc

Segitiga I Segitiga II

D

A C

B

Penempelan dua buah segitiga pembuatan diagonal

Hitunglah luas segitiga ACD, yaitu ½ x AC x OD dan luas segitiga

ABC yaitu ½ x AC x OB. Luas dari kedua segitiga tersebut

dijumlahkan, yaitu ½ x AC x OD + ½ x AC x OB. Dari penjumlahan

luas kedua segitiga tersebut = luas layang-layang. Jadi ½ x AC x OD

+ ½ x AC x OB = ½ x AC x (OD + OB) = ½ x AC x BD, dimana

AC dan BD merupakan diagonal dari layang-layang, jadi luas layang-

layang dapat dihitung dengan rumus ½ x diagonal (d) 1 x diagonal

(d) 2. Dari proses seperti inilah cara menemukan rumus luas layang-

layang.

3) Kelompok ahli III membahas tentang bagaimana cara menemukan

kembali rumus luas jajargenjang

Penanaman konsep luas jajar genjang dapat dilakukan dengan

menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang

berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga siku-siku,

kemudian mengambil satu buah lagi dengan ukuran yang sama dan

40

Page 41: proposal cc.doc

mengambil satu buah persegi panjang. Pertama kita mengambil

bangun persegi panjang, kemudian menempelkan bangun segitiga

siku-siku pada samping kiri dan kanan persegi panjang. Hasil dari

tempelan ketiga bangun tersebut akhirnya membentuk sebuah bangun

yaitu jajargenjang. Setelah terbentuk bangun jajargenjang,

dipindahkan salah satu segitiga siku-siku tersebut pada tempat yang

sesuai. Pemindahan salah satu bangun segitiga membentuk sebuah

bangun baru yaitu persegi panjang. Kita ketahui bahwa rumus luas

persegi panjang adalah panjang (p) x lebar (l). Panjang pada persegi

panjang merupakan alas pada jajar genjang dan lebar pada persegi

panjang merupakan tinggi pada jajar genjang. Hasil perkalian antara

panjang dan lebar pada persegi panjang merupakan luas pada jajar

genjang. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan di

bawah ini :

Segitiga I persegi panjang segitiga II

Penempelan ketiga bangun

Panjang=alas

41

Leb

ar = tin

ggi

Pemindahan segitiga I

Page 42: proposal cc.doc

Jadi luas jajar genjang adalah alas(a) x tinggi(t), dengan proses

seperti itulah cara menemukan rumus luas jajar genjang.

4) Kelompok ahli IV membahas tentang bagaimana cara menemukan

kembali rumus luas trapesium

Penanaman konsep luas trapesium dapat dilakukan dengan

menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang

berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga siku-siku,

kemudian mengambil satu buah lagi dengan ukuran yang berbeda dan

mengambil satu buah persegi panjang. Pertama kita mengambil

bangun persegi panjang, kemudian menempelkan dua buah bangun

segitiga siku-siku pada tempat yang sesuai (satu di sebelah kanan dan

satu lagi di sebelah kiri persegi panjang). Hasil dari tempelan ketiga

bangun tersebut akhirnya membentuk sebuah bangun yaitu trapesium.

Setelah terbentuk bangun trapesium, jarak antara sisi-sisi sejajarnya

merupakan tinggi pada trapesium. Kemudian buat lagi sebuah

trapesium yang sama dengan yang pertamanya. Setelah terbentuk dua

buah bangun trapesium, pindahkanlah salah satu bangun dari

trapesium ke II ke trapesium I kemudian tempelkan pada tempat yang

sesuai dan bangun yang tinggal pada trapesium ke II dipindahkan

juga dan ditempel pada tempat yang sesuai. Hasil dari penempelan

dan pemindahan bangun terbentuk sebuah bangun, yaitu bangun

42

Page 43: proposal cc.doc

persegi panjang. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan

pada halaman berikut:

Setiga I persegi panjang segitiga ke II

a

b

Penempelan ketiga bangun (trapesium I)

Penempelan ketiga bangun (trapesium ke II)

a b

b a

Dengan terbentuknya bangun baru berupa persegi panjang

yang berukuran panjang a+b dan lebar (t), maka luas persegi panjang

tersebut adalah panjang (a+b) x lebar (t) = (a+b) x t. Karena persegi

panjang tersebut terbentuk dari dua buah trapesium , maka dapat

43

Leb

ar = tin

ggi

Page 44: proposal cc.doc

disimpulkan bahwa 2x luas trapesium = luas persegi panjang baru. 2x

luas trapesium yang ditanyakan = (a + b) x t, maka luas trapesium =

½ x (a + b) x t. Dimana (a+b) adalah jumlah sisi-sisi sejajar, jadi luas

trapesium adalah ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi (t). Dengan proses

seperti itulah cara menemukan luas trapesium.

5) Bagaimana cara menemukan kembali rumus luas

persegi

Penanaman konsep luas persegi dapat dilakukan dengan

menggunakan media bangun datar dan persegi satuan dengan ukuran

1cm yang terbuat dari karton atau kertas manila yang berwana.

Pertama kita mengambil bangun persegi, kemudian menempelkan

persegi-persegi satuan pada seluruh permukaan persegi yang telah

disediakan.

Kemudian hitung jumlah semua persegi satuan yang dapat

menutupi seluruh permukaan persegi. Setelah itu hitung berapa

jumlah persegi satuan yang dapat ditempel pada sisi-sisi persegi,

kemudian mengalikan jumlah persegi satuan tersebut.. Kegiatan di

atas dapat digambarkan seperti kegiatan di bawah ini

Persegi-persegi satuan

44

Page 45: proposal cc.doc

Persegi sebelum ditempel

Persegi sesudah ditempel

Jumlah persegi yang dapat menutupi seluruh permukaan

persegi adalah 9 buah persegi satuan, jumlah persegi satuan yang

dapat menutupi masing-masing sisi persegi adalah 3 buah. Apabila

dikalikan jumlah persegi satuan (sisi x sisi) maka diperoleh hasil 3 x

3 = 9. Jadi hasilnya sama dengan cara menjumlahkan semua persegi

satuan dan mengalikan sisi x sisi. Rumus menghitung luas persegi

adalah Sisi(s) x Sisi(s). Dengan proses seperti itulah cara menemukan

rumus luas persegi

6) Bagaimana cara menemukan kembali rumus luas persegi panjang

Penanaman konsep luas persegi panjang dapat dilakukan

dengan menggunakan media bangun datar dan persegi satuan dengan

ukuran 1cm yang terbuat dari karton atau kertas manila yang

berwana. Pertama kita mengambil bangun persegi, kemudian

menempelkan persegi-persegi satuan pada seluruh permukaan persegi

panjang yang telah disediakan.

45

Page 46: proposal cc.doc

Kemudian hitung jumlah semua persegi satuan yang dapat

menutupi seluruh permukaan persegi panjang. Setelah itu hitung

berapa jumlah persegi satuan yang dapat ditempel pada sisi-sisi

persegi panjang, kemudian mengalikan jumlah persegi satuan

tersebut.. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan di

bawah ini :

Persegi-persegi satuan

Persegi panjang sebelum ditempel

Persegi panjang sesudah ditempel

Jumlah persegi yang dapat menutupi seluruh permukaan

persegi panjang adalah 8 buah persegi satuan, jumlah persegi satuan

yang dapat menutupi sisi panjangnya sebanyak 4 buah dan sisi

lebarnya sebanyak 2 buah. Apabila dikalikan jumlah persegi satuan

(panjang x lebar) maka diperoleh hasil 4 x 2 = 8. Jadi hasilnya sama

46

Page 47: proposal cc.doc

dengan cara menjumlahkan semua persegi satuan dan mengalikan

panjang x lebar. Rumus menghitung luas persegi panjang adalah

panjang(p) x lebar(l). Dengan proses seperti itulah cara menemukan

rumus luas persegi panjang

7) Bagaimana cara menemukan kembali rumus luas segitiga

Penanaman konsep luas segitiga dapat dilakukan dengan

menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang

berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah jajar genjang

kemudian membagi dua sama besar sehingga terbentuk dua buah

segitiga yang sama besar. Telah diketahui bahwa luas jajar genjang

adalah alas x tinggi. Karena segitiga terbentuk dari setengah jajar

genjang, maka luas segitiga adalah ½ x luas jajar genjang = ½ x

alas(a) x tinggi(t) .Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti

kegiatan pada halaman berikut:

Jajar genjang

Pembagian jajar genjang menjadi dua buah setiga

47

Page 48: proposal cc.doc

Hasil potongan jajar genjang

Dari proses seperti itulah cara menemukan luas segitiga.

8) Menghitung luas lingkaran

A B

OA adalah jari-jari (r) lingkaran, sedangkan AOB adalah diameter (d)

lingkaran. Jadi cara menghitung luas lingkaran, yaitu (pi) x jari-jari (r)²

c. Laporan kelompok

Setelah didiskusikan dalam kelompok ahli, perwakilan kelompok

melaporkan hasil diskusinya. Kemudian para ahli kembali kepada

kelompok asalnya untuk mengajarkan topik yang telah dibahasnya

tersebut kepada anggota kelompok asalnya.

d. Tes

Para siswa diberikan kuis atau soal-soal yang berkaitan dengan

seluruh topik yang telah dibahas, yaitu menghitung luas bangun datar

sesuai dengan rumus yang telah ditemukan kembali

e. Penghargaan

48

Page 49: proposal cc.doc

Penghargaan dapat diberikan kepada kelompok yang memperoleh

nilai yang tertinggi.

B. KERANGKA TEORI

Pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar

di kelas V SD akan lebih menarik dan bermakna apabila seorang guru

membelajarkan materi tersebut melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

karena pembelajaran dengan model tersebut dapat meningkatkan partisipasi,

pemahaman siswa, sikap kerja sama dan rasa saling ketergantungan antar

sesama siswa

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari 5 tahapan

pembelajaran, yaitu : 1) Siswa membaca topik yang telah diberikan guru

kemudian bergabung dalam kelompok ahli, 2) Diskusi kelompok ahli yaitu

siswa yang memiliki toik yang sama bergabung untuk mendiskusikannya

dalam kelompok ahli, 3) melaporkan hasil diskusi kelompok ahli kemudian

para ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang telah

dibahasnya, 4) Pemberian tes dalam kelompok asal yang menyangkut seluruh

topik, 5) penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.

KERANGKA TEORI PENELITIAN

49

Proses Pembelajaran matematika

Materi luas bangun datar (belah ketupat, jajar genjang, trapesium dan

layang-layang)

Page 50: proposal cc.doc

50

Pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dimana siswa saling membantu satu sama lain untuk mempelajari suatu materi

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana kelompok belajarnya ada dua, yaitu ada yang disebut dengan kelompok asal dan kelompok ahli

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw1. membaca topik2. diskusi kelompok ahli 3. Laporan kelompok4. tes5. penghargaan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 15 Koto Lalang Kecamatan Lubuk Kilangan

Siswa Kelas V SD

Bagan 1. Kerangka Teori Penelitian

Page 51: proposal cc.doc

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 14 Gantiang

kototuo Kecamatan Canduang. Beberapa pertimbangan peneliti memilih

SD ini sebagai tempat penelitian, diantaranya adalah :

a. Guru-guru yang mengajar di SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang dalam melaksanakan proses pembelajaran masih

menggunakan cara-cara mengajar yang kovensional, seperti

penggunaan metode ceramah dan tanya jawab.

b. Belum pernah melakukan pembelajaran melalui pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, khususnya dalam pembelajaran matematika

tentang materi luas bangun datar di sekolah ini.

c. Pihak sekolah dan majelis guru bersedia memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di sekolah

ini, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa

dimasa akan datang.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang

kototuo Kecamatan Canduang dengan jumlah peserta didik 26 orang yang

terdiri dari 15 perempuan dan 11 laki-laki. Ada pun yang terlibat dalam

penelitian ini adalah :

51

4444

50

Page 52: proposal cc.doc

b. Peneliti sebagai praktisi pada kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang.

c. Observer yang terdiri dari dua orang, yaitu teman sejawat dan guru

kelas yang bersangkutan.

3. Waktu atau Lama Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester dua bulan Januari s/d Juni tahun

ajaran 2013/2014 pada kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang. Terhitung dari waktu perencanaan sampai

penulisan laporan hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan ini

dimulai dari tanggal 05 Mei 2014 dan berakhir pada tanggal 10 Juni 2014.

Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rentang waktu 3 kali

pertemuan (9 jam pelajaran). Siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan

dengan alokasi waktu 3jam pelajaran 1 kali pertemuan dan siklus II

dilakukan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3jam pelajaran.

B. Rancangan Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berkenaan dengan

proses pembelajaran dan rancangan pembelajaran. Penelitian ini akan

memaparkan data yang diperoleh secara alami, mulai dari data sebelum

mengadakan tindakan, selama tindakan dan sesudah tindakan. Tindakan

ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran matematika terutama dalam pembelajaran luas bangun

52

Page 53: proposal cc.doc

datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SDN 14

Gantiang kototuo Kecamatan Canduang.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas

(classroom Action Research) dibidang pendidikan khususnya dalam

pengajaran matematika tentang luas bangun datar pada kelas V SDN 14

Gantiang kototuo Kecamatan Canduang. Yang dalam penelitiannya

diadakan kegiatan tertentu yang didasarkan pada masalah-masalah nyata

yang ditemukam di lapangan. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar

siswa meningkat. Penelitian tindakan bukan hanya menyangkut materi

atau pokok bahasan itu sendiri, tetapi juga menyangkut penyajian topik

materi yang bersangkutan yaitu strategi, pendekatan, metode atau cara

untuk memperoleh hasil melalui kegiatan penelitian40.

Dari hal diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan,

permasalahan yang harus dipecahkan adalah masalah yang berhubungan

dengan proses pembelajaran di kelas yang diselesaikan secara lebih

profesional, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan

memperbaiki tindakan-tindakan pembelajaran yang telah berlangsung

selama ini.

40 Suharsimi Arikunto, dkk. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara h 7

53

Page 54: proposal cc.doc

2. Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, Proses penelitian

merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek :

mengembangkan perencanaan, melakukan tindakan sesuai rencana,

melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap

perencanaan, kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada

setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran yaitu selama 3 x 35 menit. Setiap akhir

tindakan dilakukan tes hasil belajar. Alur penelitian yang telah dilakukan

dapat digambarkan seperti pada bagan pada halaman berikut 41:

41 Ritawati Mahyuddin, dkk. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang : UNP h 69

54

Page 55: proposal cc.doc

Siklus I

Siklus II

[

55

Studi PendahuluanStudi pendahuluan observasi latar SD, guru dan proses pembelajaran luas bangun datar di kelas V SD untuk mengidentifikasi masalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Perencanaan1. Diskusi tentang

pembelajaran luas bangun datar melalui pembelejaran kooperatif tipe Jigsaw

2. Menyusun RPP3. Menyusun penilaian.

Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus I1. siswa membaca topik dan menetapkan anggota kelompok ahli2. diskusi topik yang sama dalam kelompok ahli3.laporan masing-masing kelompok ahli dan ahli kembali

kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang telah dibahasnya

4.memberikan tes dalam kelompok asal yang mencakup seluruh topik

5. memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi

Diskusi dan Refleksi Belum berhasil

Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus II1 siswa membaca topik, dimana topiknya berbeda dengan topik pada

siklus I 2 diskusi topik yang sama dalam kelompok ahli

3 laporan masing-masing kelompok ahli dan ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang telah dibahasnya

4. memberikan tes yang mencakup seluruh topik5 memberikan penghargaan pada kelompok asal yang memperoleh

nilai tertinggi

PerencanaanMenyusun tindak lanjut berdasarkan hasil refeleksi pada siklus I untuk mewujudkan peningkatan hasil belajar luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu :1. Perbaikan RPP dari

segi alokasi waktu2. Memfokuskan

kegiatan pada langkah kegiatan yang ke 4 (tes)

3. Menyusun penilaian

Diskusi dan Refleksi

Berhasil

Laporan

Bagan 2. Alur Penelitian Pembelajaran Luas Bangun Datar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang

2. Alur Penelitian

Analisis Data AwalPembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 14

Gantiang kototuo

Page 56: proposal cc.doc

3. Prosedur Penelitian

a. Studi pendahuluan/ Refleksi awal

Studi pendahuluan dilakukan dengan melaksanakan observasi

awal terhadap proses pembelajaran matematika tentang pembelajaran

luas bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo

Kecamatan Canduang. Hal ini dilaksanakan untuk mengetahui

bagaimana proses pembelajaran matematika khususnya dalam

pembelajaran luas bangun datar dan apa saja kendala atau masalah yang

dihadapi dalam proses pembelajaran tersebut baik dari guru maupun

dari siswa. Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan terlihat

masalah-masalah dalam hal menghitung luas bangun datar, yaitu siswa

kurang memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan luas

bangun datar. Misalnya, siswa kurang tau mana yang panjang, lebar,

alas, sisi, tinggi dan lain-lainnya.

Setelah mendapatkan data berupa hasil tes siswa masih jauh dari

hasil yang diharapkan. Peneliti melakukan tanya jawab dengan beberapa

orang siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan

Canduang tentang pembelajaran luas bangun datar yang mereka terima

selama ini. Selain itu peneliti juga mengadakan wawancara dengan guru

kelas yang bersangkutan tentang proses pembelajaran luas bangun datar

yang telah dilakukan selama ini.

56

Page 57: proposal cc.doc

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti menarik

kesimpulan bahwa rendahnya hasil belajar matematika tentang materi

luas bangun datar disebabkan oleh faktor guru, siswa serta sarana dan

prasarana yang menunjang proses pembelajaran yang masih kurang

tepat.

Setelah adanya identifikasi masalah, maka guru dan peneliti

merumuskan permasalahan yang akan diangkat sebagai permasalahan

yang akan dibahas. Peneliti menjelaskan tentang tindakan yang akan

dilaksanakan di kelas V SD tersebut untuk meningkatkan hasil belajar

luas bangun datar dari siswanya. Peneliti menjelaskan pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu cara yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, karena dengan kooperatif tipe Jigsaw ini siswa akan

belajar secara berkelompok, saling bekerja sama antara yang satu

dengan yang lain dan siswa harus bertanggung jawab atas materi yang

dipelajarinya serta mengajarkan materi tersebut kepada temannya yang

lain. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan

berdasarkan siklus yang telah disusun, dimana siklus tersebut disusun

berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Penyusunan rancangan tindakan/perencanaan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh dari hasil

studi pendahuluan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan

dilakukan yaitu tentang materi luas bangun datar pada siswa kelas V SD

57

Page 58: proposal cc.doc

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tindakan tersebut dapat

dilakukan seperti kegiatan pada halaman berikut :

1) Menetapkan jadwal selama penelitian

2) Mengkaji KTSP dan buku paket matematika kelas V SD yang

relevan dengan materi luas bangun datar

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi:

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, menetapkan materi

pembelajaran, menyusun kegiatan pembelajaran, mentapkan media

dan sumber belajar dan penilaian.

4) Menyusun lembaran observasi untuk mencatat semua kegiatan

selama proses pembelajaran, baik kegiatan yang dilakukan oleh guru

maupun siswa.

5) Menyamakan pendapat guru dan peneliti tentang pembelajaran luas

bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

6) Membentuk kelompok belajar, yaitu adanya kelompok asal dan

kelompok ahli

7) Merancang tugas-tugas, LKS atau latihan yang akan diberikan

kepada siswa sesuai dengan materi yang dibahas atau dipelajari

8) Merancang tes untuk mengevaluasi tingkat hasil belajar siswa.

58

Page 59: proposal cc.doc

c. Pelaksanaan tindakan

Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan tindakan, terlebih

dahulu menentukan jadwal penelitian kemudian melaksanakan

pembelajaran luas bangun datar sesuai dengan rencana yang telah

disusun.

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, kegiatan dilakukan

oleh peneliti sebagai guru dan guru kelas sebagai observer yang

didampingi oleh teman sejawat. Kegiatan yang dilakukan adalah

kegiatan interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa.

Dimana kegiatan yang dilakukan tersebut adalah sesuai dengan langkah-

langkah pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

yaitu : 1) membentuk kelompok, adanya kelompok asal dan kelompok

ahli 2) membaca topik, topik yang diberikan dalam kelompok asal

berbeda antar anggota kelompok, 3) diskusi kelompok ahli, anggota

kelompok yang mendapat topik yang sama bergabung dalam satu

kelompok, 4) laporan kelompok ahli, 5) pemberian tes, diberikan pada

masing-masing kelompok asal yang mencakup seluruh topik, 6)

penghargaan, diberikan pada kelompok asal yang memperoleh nilai

tertinggi.

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam satu siklus. Fokus

tindakan yang dilaksanakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dalam pembelajaran menghitung luas bangun datar.

59

Page 60: proposal cc.doc

d. Pengamatan

Pengamatan terhadap pembelajaran luas bangun datar ini

dilakukan sejalan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan

oleh observer saat guru praktisi mengadakan tindakan pembelajaran luas

bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berlangsung..

Pengamatan dilakukan secara terus menerus dari siklus I sampai

siklus II. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru dan

diadakan refleksi, untuk perencanaan selanjutnya siklus berikutnya.

Kegiatan pengamatan dilakukan oleh observer yang terdiri dari dua

orang, yaitu guru kelas dan teman sejawat. Guru kelas mengisi

pencatatan lapangan tentang proses pembelajaran luas bangun datar

melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari aspek guru, sedangkan

teman sejawat mengisi pencatatan lapangan proses pembelajaran luas

bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari aspek

siswa. Sementara yang mengamati proses pembelajaran dari siswa

adalah peneliti sendiri.

Dalam kegiatan pengamatan ini, guru dan peneliti berusaha

untuk mendokumentasikan semua kegiatan pembelajaran yang

dilakukan, baik tindakan yang dilakukan secara terencana maupun

tindakan yang diluar perencanaan. Pengamatan dilakukan mulai dari

siklus I sampai siklus II yang dilakukan secara terus-menerus. Hasil

pengamatan didiskusikan bersama guru dan diadakan refleksi untuk

siklus berikutnya.

60

Page 61: proposal cc.doc

e. Refleksi

Refleksi adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan

menganalisis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan, dimana

kegiatan yang direfleksi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa .

Refleksi diadakan setiap satu kali tindakan telah berakhir. Kegiatan

yang didiskusikan saat melaksanakan refleksi adalah menganalisa

tindakan yang telah dilaksanakan, mengulas dan menjelaskan rencana

yang telah disusun dengan pelaksanaan yang telah dilakukan, apakah

sesuai atau tidak. Serta melakukan intervensi, pemaknaan dan

penyimpulan data yang telah diperoleh.

Hal-hal yang didiskusikan saat refleksi adalah: 1) kesesuaian

antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan yang dilakukan, 2)

kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dan

akan diperbaiki pada siklus berikutnya, 3) Perkembangan belajar yang

dicapai siswa, 4) rencana pembelajaran selanjutnya, apabila berbeda

dengan lembar observasi maka diperbaiki pada pembelajaran

berikutnya. Apabila telah berhasil rencana yang telah diperbaiki, maka

pembelajaran dicukupkan.

C. Data dan Sumber Data

1. Data penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang berupa hasil

pengamatan dari setiap tindakan dalam proses pembelajaran luas bangun

daatar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD

61

Page 62: proposal cc.doc

terteliti. Data ini berupa hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan dan hasil belajar. Dimana data tersebut berupa data yang

diperoleh dari :

a. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan tindakan siswa

dan guru, yang meliputi interaksi antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa dalam pembelajaran luas bangun datar melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

b. Evaluasi pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil

c. Hasil tes, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan

pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

2. Sumber data

Sumber data penelitian ini berasal dari proses pembelajaran luas bangun

datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SD. Sumber

data ini meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, prilaku guru dan siswa serta evaluasi pembelajaran.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini untuk

mendapatkan data adalah dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes

dan dokumantasi. Berupa gambaran tentang pengamatan terhadap praktisi

dalam pembelajaran menghitung luas bangun datar di kelas V SD yang dicatat

pada lembaran observasi.

62

Page 63: proposal cc.doc

1. Pencatatan lapangan.

Pencatatan lapangan ini berkaitan dengan kegiatan yang telah disusun

sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP. Pengamat

bertugas memberi tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia “ada” atau

“tidak ada” sesuai dengan kegiatan yang terlaksana pada pembelajaran

menghitung luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.dari aspek guru dan siswa.

2. Penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran menghitung luas bangun

datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari aspek guru dan

aspek siswa.

Penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran menghitung luas bangun

datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, peneliti mengamati apa

yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung baik yang berasal

dari guru maupun dari siswa yaitu dengan memberi tanda ceklis (√) pada

kolom yang sesuai pada lembaran observasi.

3. Hasil Tes

Dilaksanakan untuk memperkuat data observasi dalam kelas, terutama

pada penguasaan terhadap materi pembelajaran luas bangun datar melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SD, maksudnya tes

dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa.

63

Page 64: proposal cc.doc

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif yaitu

berhubungan dengan hasil pengamatan dan pencatatan lapangan. Pengamatan

dan pencatatan lapangan maksudnya disini adalah pengamatan dan pencatatan

lapangan tentang rancangan pembelajaran yang telah disusun untuk kegiatan

proses pembelajaran, baik itu rancangan kegiatan yang akan dilakukan guru

maupun siswa. Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu berkaitan dengan

hasil belajar siswa. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar

siswa, maka diadakanlah tes. Tes yang dapat diberikan untuk mengetahui

apakah semua materi pelajaran sudah dapat dikuasai dengan baik oleh siswa

salah satunya yaitu dengan mengadakan tes akhir (post-test). Tes akhir ini

biasanya dilakukan setelah materi pembelajaran berakhir dalam proses

pembelajaran. Adapun bentuk tes yang diberikan adalah dalam bentuk

evaluasi hasil, seperti menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru diakhir

pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menelaah seluruh data yang telah terkumpul, baik melalui observasi

maupun pencatatan lapangan dengan melakukan proses transkripsi hasil

pengamatan, penyeleksian dan pemilihan data. Data maksudnya disini

adalah data tentang rancangan pembelajaran yang telah disusun, baik

kegiatan yang dilakukan guru maupun siswa selama proses pembelajaran.

64

Page 65: proposal cc.doc

Apakah guru maupun siswa ada melaksanakan kegiatan sesuai dengan

rancangan yang telah disusun.

2. Mereduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua

data yang terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokkan sesuai

dengan fokus penelitian. Data yang telah dipisah-pisahkan diseleksi mana

yang relevan dan tidak relevan. Data yang relevan dianalisis dengan

format analisis data yang telah dibuat, sedangkan data yang tidak relevan

dengan rancangan yang telah disusun dibuang. Maksudnya data yang tidak

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas tidak perlu

dimasukkan.

3. Penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang

sudah direduksi. Data disajikan terpisah-pisah tetapi setelah direduksi

seluruh data dirangkum dan disajikan secara terpadu42.

4. Menyimpulkan hasil penelitian.

I.G.A.K menjelaskan bahwa tahap-tahap dalam analisis data adalah ;

1. Menyeleksi dan mengelompokkan

Pada tahap ini data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi,

karna tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data

diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau rumusan masalah yang ingin

dicari solusinya.

2. Memaparkan atau mendeskripsikan data

42 Ritawati Mahyuddin, dkk. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang : UNP h 58

65

Page 66: proposal cc.doc

Pada tahap ini, data yang sudah terorganisasi dideskripsikan atau

digambarkan sehingga bermakna dan mudah dipahami. Pendeskripsian ini

dapat dibuat dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel.

3. Menyimpulkan dan memberi makna

Pada tahap ini, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat

ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan.

Miles dan Huberman Model analisis data kualitatif yang mana analisis

data dimulai dengan menelaah proses pengumpulan data sampai seluruh data

terkumpul. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti

penyajiaan data dan terakhir penyimpulan43.

Tahap analisis demikian dilakukan berulang-ulang sampai data selesai

dikumpulkan pada setiap tahap pengumpulan data dalam setiap tindakan.

Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui

observasi, pencatatan, perekaman dengan melakukan proses transkripsi

hasil pengamatan, penyeleksian dan pemilihan data. Seperti

mengelompokkan data pada siklus I dan siklus II. Kegiatan menelaah data

dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan.

2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan

pengklasifikasian. Semua data yang telah terkumpul diseleksi dan

dikelompok-kelompokkan sesuai dengan fokus. Data yang telah dipisah-

43 Akhmad Sudrajat. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Part II). online (http: akhmadsudrajat .worpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas- part-ii/ diakses 5 oktober 2013) h 8

66

Page 67: proposal cc.doc

pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan mana yang tidak

relevan. Data yang relevan dianalisis dan data yang tidak relevan dibuang.

3. Menyajikan data dilakukan dengan cara

mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi. Data tersebut mula-

mula disajikan terpisah, tetapi setelah tindakan terakhir direduksi,

keseluruhan data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu

sehingga diperoleh sajian data tunggal berdasarkan fokus pembelajaran

bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4. Menyimpulkan hasil penelitian dan triangulasi. Kegiatan

ini merupakan kegiatan penyimpulan akhir temuan penelitian, diikuti

dengan kegiatan triangulasi atau pengujian temuan hasil penelitian..

Kegiatan triangulasi dilakukan dengan cara :

a) Peninjauan kembali catatan lapangan

b) Bertukar pikir dengan ahli, teman sejawat dan guru.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik

data perencanaan, pelaksanaan maupun data evaluasi, secara terpisah-

pisah. Hal ini dimaksud agar dapat ditemukan berbagai informasi yang

spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung

pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian

pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan

tepat pada aspek yang bersangkutan.

Dari langkah-langkah kegiatan analisis data di atas dapat

disimpulkan bahwa analisis data dilakukan terhadap data yang telah

67

Page 68: proposal cc.doc

direduksi, baik data perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis data

dilakukan secara terpisah-pisah agar dapat ditemukan berbagai informasi

yang mendukung dan menghambat pembelajaran.

68

Page 69: proposal cc.doc

DAFTAR RUJUKAN

Akhmad Sudrajat. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Part II). online (http: akhmadsudrajat .worpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas- part-ii/ diakses 5 Maret 2009)

Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Antonius Cahya Prihandoko. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta : Depdiknas

Aristo Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. BSNP. Jakarta : BSNP

----------. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : BSNP

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta : Depdiknas

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA

Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara

Harun Rasyid, dkk. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima

I.G.A.K Wardani, dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Indriyastuti. 2008. Matematika Kelas III SD. Jawa Timur ; PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

I Made Suriana. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tife STAD dengan Media VCD Untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Matematika Siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Banjarangkan tahun 2008/2009. (online). (http://disdikklung.net/content/view/73/46/ Diakses 19 Februari 2009 )

Karmawati yusuf. 2009. Pembelajaran matematika dengan pendekatan

kooperatif. online (http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-matematika-dengan-pendekatan-kooperatif.html diakses 19 Februari 2009)

69

146

Page 70: proposal cc.doc

Karso,dkk.1998.Materi pokok pendidikan matematika I.Jakarta: universitas Terbuka

Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Masnur Muslich. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara

Mohammad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Depdiknas

Mulyana. 2007 . Tip dan Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika. Surabaya : Agung Media Mulya

Nur Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas

----------. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP Pres

Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas

Suharsimi Arikunto, dkk. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara

Ritawati Mahyuddin, dkk. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang : UNP

Rochman Natawijaya. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud

Rosna. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Geometri Dalam Penbelajaran melalui Penggunaan Media Bangun Datar bagi Siswa Kelas IV SDN 18 Kota Panjang. Skripsi tidak diterbitkan. Padang.PGSD.UNP.

Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Zahara Djafar. 2001. Konstribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang : FIP UNP

70