Upload
thomas-brock
View
14
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara nyata matematika sangat berguna bagi kehidupan manusia,
karena matematika dapat melatih seseorang berfikir kritis dan logis, juga
bermanfaat dalam melakukan perhitungan dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang
sangat penting terutama dalam era globalisasi sekarang ini, dengan arti kata
dalam perkembangannya, matematika tidak terlepas kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Seperti diketahui, era globalisasi sekarang ini menginginkan manusia
yang mempunyai pola pikir yang logis dan kritis. Sebagaimana yang
diutarakan Sri mengemukakan bahwa matematika yang merupakan ilmu
deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti
adalah sebuah sistem matematika. Sistem matematika berisikan model-model
yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat
lainnya adalah dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya
menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh
kecermatan. Oleh sebab itu matematika sangat perlu dipahami dan dikuasai
oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa Sekolah Dasar (SD).
Dari uraian di atas, jelas bahwa matematika sangat penting dalam era
globalisasi. Matematika harus diajarkan sejak dari SD, dimana pembelajaran
matematika di SD harus ditingkatkan kualitasnya, karena SD merupakan kunci
pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan pembelajaran matematika
1
pada jenjang berikutnya. Pembelajaran matematika di SD mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
matematika yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran matematika di SD
menurut DEPDIKNAS adalah agar siswa memiliki kemampuan:
”1) percaya diri dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan pemecahan masalah”.
Tujuan pembelajaran matematika di atas menuntut siswa berfikir kritis
dan kreatif. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika, hendaknya
guru berusaha melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal
yang dapat dilakukan adalah guru menggunakan berbagai model pembelajaran
agar siswa tidak merasa jenuh dalam menerima pembelajaran yang
disampaikan.
Berdasarkan observasi peneliti di kelas V SD Negeri 14 Gantiang
kototuo Kecamatan Canduang pada tanggal 25 Oktober 2013, siswa
menganggap mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang paling
sulit di antara mata pelajaran lainnya, sehingga siswa kurang semangat dalam
belajar matematika. Selain hasil observasi, peneliti juga mengadakan
2
wawancara dengan guru kelas V SD tersebut, yang menyatakan bahwa mata
pelajaran matematika memang kurang diminati oleh siswa, karena pada
umumnya siswa sangat sulit untuk memahami konsep-konsep matematika
sehingga siswa kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Uraian di atas disebabkan oleh kurang tepatnya seorang guru dalam
menciptakan suatu model pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa,
sehingga siswa kurang semangat dan sulit untuk memahami materi
pembelajaran. Selain itu, dalam menyampaikan materi pembelajaran guru
kurang melibatkan siswa dengan benda-benda konkrit maupun alat peraga dan
pendekatan maupun metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat
dengan materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran guru lebih banyak aktif
dari siswa, pencapaian indikator yang ditetapkan tanpa memperhatikan tingkat
kemampuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.
Dari hal diatas hasil belajar matematika pada umumnya kurang
tercapai dengan hasil yang memuaskan. Sebagaimana yang telah peneliti lihat
dalam data nilai ujian mid semester 2 Matematika kelas V SD Negeri 14
Gantiang kototuo Kecamatan Canduang masih banyak siswa memperoleh
nilai di bawah standar, data nilainya tersebut dapat dilihat dalam tabel
halaman berikut :
3
Tabel 1.1 Skor Dasar
No Nama Siswa Nilai1 BP 5,252 JS 6,003 MG 4,074 MYS 3,435 RP 4,216 RJP 2,567 R 5,308 ANC 3,469 AM 3,4310 AH 5,5411 FM 5,4512 GOR 7,2013 LO 6,5114 OAP 4,8115 SR 5,2516 Sa 4,3817 TJ -18 VMG 5,5319 YB 5,5720 FS 5,5721 RJ 4,6322 TDP 6,7623 JM 5,2324 NEP 4,8225 AM 5,6526 Mn 2,75Jumlah 121,16Rata-rata 4,66
Salah satu materi dalam pembelajaran matematika di SD adalah
tentang geometri. Apabila ditelaah dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), materi geometri ini pada umumnya dipelajari pada setiap
kelas, ini membuktikan bahwa geometri merupakan salah satu materi
pembelajaran yang perlu mendapat perhatian, dengan tujuan agar geometri
tersebut dapat lebih dipahami dan dikuasai oleh siswa sebagaimana mestinya.
4
Fenomena yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan guru
kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang, dalam
pembelajaran menghitung luas bangun datar guru hanya menjelaskan konsep-
konsep dari materi yang akan diajarkan, kemudian memberikan latihan kepada
siswa tentang materi yang telah dijelaskan tanpa menganalisis apakah siswa
tersebut sudah paham atau belum. Guru kurang melibatkan siswa dengan alat
peraga yang tepat dan cara mengajar yang digunakan masih bersifat
konvensional, yaitu cendrung menggunakan metode ceramah. Sehingga
pembelajaran lebih didominasi oleh guru yang menyebabkan siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut siswa agar
lebih aktif dalam proses pembelajaran, dengan tujuan supaya siswa lebih
paham dengan apa yang dipelajarinya.
panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk : 1) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) belajar untuk memahami dan menghayati, 3) belajar untuk mampu melakssanakan dan berbuat secara efektif, 4) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain serta 5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan1.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang didapatkan, peneliti mencoba
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar
menghitung luas bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang
kototuo Kecamatan Canduang dengan menerapkan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan yaitu dengan jalan mengkonkritkan materi
1 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP. Jakarta : BSNP 2006. Jakarta : h 1
5
yang abstrak. Dengan hal seperti itu dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan adalah melalui pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Pendapat lain menyatakan bahwa ”dalam
pembelajaran koperatif siswa belajar secara berkelompok, saling membantu
satu sama lain. Siswa mengeluarkan ide-ide, konsep-konsep dan keterampilan
yang mereka miliki”. Dengan hal seperti ini dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran, karena siswa saling bekerja sama untuk
menuntaskan materi belajarnya. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa2.
pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan yang salah
satunya adalah pencapaian hasil belajar. Pembelajaran kooperatif juga
bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan pada siswa yang bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas akademik, baik kelompok atas maupun kelompok
bawah. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah.
Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas aka meningkat kemampuan
akademiknya karena memberi pelayanan kepada teman sebaya yang
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang
terdapat di dalam materi tertentu3.
2 Mohammad Nur. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. 2005 : Depdiknas h 23 Nur Asma.. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta 2006: Depdiknas h 12
6
Senada dengan pendapat atas. Pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dimana
keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas
anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok4.
Dari kutipan-kutipan di atas jelas bahwa pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam
proses pembelajaran siswa saling ketergantungan antara yang satu dengan
yang lainnya dan bertanggung jawab atas materi yang dipelajarinya.
Pada pembelajaran kooperatif, guru tidak lagi berperan sebagai nara
sumber satu-satunya, tetapi berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaraan berlangsung dalam suasana
keterbukaan dan demokratis, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak tentang materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan keterampilan sosial sebagai bekal dalam
hidup bermasyarakat.
Penerapan pembelajaran kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe
Jigsaw. Dalam tipe Jigsaw ini menuntut adanya keterlibatan semua anggota
kelompok. Dalam Jigsaw peserta didik bekerja dalam tim-tim heterogen,
peserta didik ditugasi mempelajari bab atau bahan-bahan lain untuk dibaca
4 Etin Solihatin.. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta 2007: Bumi Aksara h 4
7
dan diberikan lembar ahli yang berisi topik yang berbeda untuk setiap anggota
tim agar saat membaca topik dapat memfokuskan pada topik tersebut. Apabila
telah selesai membaca, peserta didik dari tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu dalam sebuah “kelompok ahli” untuk membahas topik mereka.
Setelah dibahas dalam kelompok ahli, peserta didik kembali pada tim asal
mereka dan secara bergantian mengajar teman satu timnya tentang topik-topik
keahlian mereka. Akhirnya peserta didik diberi kuis tentang seluruh topik5.
Dari penjelasan tentang Jigsaw di atas, tipe Jigsaw memiliki
keunggulan, yaitu dapat meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya. Dengan demikian
siswa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di
atas dan kendala yang ditemui di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang dalam pembelajaran matematika, maka pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ini cocok diterapkan, karena pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw ini melatih siswa untuk bertanggugjawab terhadap materi yang
dipelajari dan saling bekerja sama antara yang satu dengan yang lain.
Sehingga siswa akan lebih serius dalam belajar
Melihat keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka
peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe
5 Mohammad Nur. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya . 2005: Depdiknas h 63
8
Jigsaw dalam penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil
Belajar Luas Bangun Datar Melalui Strategi Belajar Kooperatif Tipe Jigsaw
Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, secara umum rumusan masalahnya adalah
bagaimanakah peningkatan hasil belajar luas bangun datar melalui
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Jigsaw bagi siswa kelas V
SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang dan secara khususnya
adalah tentang:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada materi luas bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada materi luas bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar luas bangun datar
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD
Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
meningkatkan hasil belajar luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw bagi siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan
Canduang, secara khususnya adalah untuk mendeskripsikan :
9
1. Perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi luas
bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan
Canduang.
2. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi luas
bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan
Canduang.
3. Peningkatan hasil belajar luas bangun datar siswa setelah mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SD Negeri 14 Gantiang
kototuo Kecamatan Canduang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya :
1. Bagi peneliti, untuk memperkuat dan pemantapan pengetahuan dalam
pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan pada
pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang,
sehingga dapat memberikan pembelajaran matematika yang
menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
3. Bagi siswa, untuk memperoleh kesempatan dalam mempelajari luas
bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena
10
pembelajaran melalui hal seperti ini sangat bermakna dan menyenangkan
bagi siswa.
4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi dan pendidik
lainnya dalam menyusun suatu proses pembelajaran yang lebih efektif,
bermakna dan menyenangkan.
11
BAB IIKAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika di SD
a. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah satu kata yang mempunyai kata dasar
“belajar” yang diberi awalan pe- dan akhiran -an. Pembelajaran menurut
Cagne dan Biggs adalah rangkaian peristiwa / kejadian yang
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat
berlangsung dengan mudah6. Kemudian Pembelajaran adalah suatu upaya
pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah
berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya
sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan7.
Sedangkan Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk
membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti
jika tidak menghasilkan kegiatan belajar para siswa8.
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas dapat dimaknai
bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembimbingan terhadap
siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan juga bertujuan untuk
membentuk kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan
budaya masyarakat.
6 Djafar Zahara.. Konstribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang 2001: FIP UNP h 10
7 Natawijaya Rochman. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud 1992 hal 598 Rahadi Aristo. Media Pembelajaran. Jakarta. 2003: Depdiknas hal 6
12
b. Pengertian matematika
Menurut Nasution menjelaskan bahwa “Istilah matematika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu mathein atau manthenein yang berarti
mempelajari, matematika erat kaitannya dengan kata sanskerta, medha
atau widya yang artinya kepandaian , ketahuan atau intelegensia 9.
Banyak pendefenisian tentang pengertian matematika, ada yang
mendefinisikan bahwa matematika adalah bagian dari ilmu pengetahuan
tentang bilangan dan kalkulasi, matematika sebagai ilmu pengetahuan
tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
bilangan dan ada juga yang menyatakan bahwa matematika adalah ilmu
pengetahuan tentang kuantitas dan ruang. Semua pendefinisian tersebut
dapat digunakan tergantung pada tujuan apa yang ingin diterapkan 10”.
Dari uraian-uraian di atas tentang pengertian matematika dapat
dimaknai bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses
kegiatan yang berhubungan dengan masalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak tentang konsep, struktur dan hubungan
antar konsep dan struktur sehingga mempengaruhi siswa untuk berfikir
secara logis dan kritis.
9 Sri Subarinah. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta 2006: Depdiknas h 110 Antonius Cahya Prihandok. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan
Menarik. Jakarta 2006: Depdiknas hal 6
13
c. Pembelajaran matematika di SD
Belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep,
struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya11.
Di samping itu “Dalam penyampaian pelajaran matematika di dalam
kelas seorang guru harus memperhatikan tiga konsep pengajaran
matematika yang saling terkait dalam penyampaiannya yaitu konsep
dasar, konsep yang berkembang dan konsep yang harus dibina
keterampilannya.” Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat
abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan
pengajaran yang efektif dan efisien yang sesuai dengan tingkat
perkembangan mental siswa dan dalam pengajarannya dibutuhkan
peranan teori-teori belajar unuk memilih strategi yang cocok12.
Dalam mempelajari matematika peserta didik memerlukan
konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru
untuk 1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media
pelajaran yang menarik perhatian peserta didik, 2) memberikan
kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan, 3)
memberikan kesempatan menggunakan matematika untuk berbagai
keperluan, 4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai
alat untuk memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah, 5)
menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni di dalam perkembangan
11 Sri Subarinah. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas 2006 h 112 Karso Karso,dkk.Materi pokok pendidikan matematika I.Jakarta1998: universitas
Terbuka h 1.36)
14
matematika, dan 6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan
matematika13.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran matematika yang lebih
bermakna dengan hasil prestasi siswa yang tinggi, guru harus kreatif.
Hendaknya siswa tidak belajar matematika hanya dengan menerima dan
menghapal saja, tetapi harus melalui belajar yang bermakna. Karena
belajar matematika memerlukan pengertian dan dalam mempelajari
matematika dilakukan secara bertahap dan berurutan serta
berkesinambungan14.
Proses pembelajaran matematika yang berlangsung di SD pada
dasarnya meliputi tiga tahapan yaitu kegiatan pembelajaran untuk
penanaman konsep, kegiatan pembelajaran untuk pemahaman konsep,
dan kegiatan pembelajaran untuk pembinaan konsep”. Untuk itu guru
dalam proses pembelajaran menyajikan materi dengan baik, perlu
menguasai materi pelajaran.dan inovatif dalam mengembangkan strategi
belajar15.
13 I Made Suriana. I Made Suriana. Pembelajaran Kooperatif Tife STAD dengan Media VCD Untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Matematika Siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Banjarangkan tahun 2008/2009. 2008.h 5.14 Karmawati yusuf.. Pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif 2009. H 415 Karso,dkk..Materi pokok pendidikan matematika I.Jakarta 1998:
universitas Terbuka h 1.41
15
2. Luas Bangun Datar
a. Pengertian luas
Dalam mempelajari bangun datar, banyak hal yang harus perlu
diketahui oleh siswa. Misalnya harus mengetahui tentang konsep titik,
garis, sudut, sisi, rusuk, luas, keliling dan sebagainya. Luas merupakan
ukuran bagian dalam sebuah bidang, yang biasanya diukur dengan satuan
persegi seperti inci persegi, sentimeter persegi dan sebagainya.
Luas adalah daerah bidang datar yang dibatasi oleh garis yang
mengelilinginya16. Luas suatu bangun datar dapat disajikan berdasarkan
pemahaman tentang satuan luas, perhitungan luas berdasarkan banyaknya
satuan-satuan luas yang ada pada bangun, generalisasi rumus perhitungan
luas secara induktif dan penyajian beberapa latihan. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa luas merupakan ukuran suatu
bidang dengan satuan-satuan luas pada sebuah bangun17.
b. Bangun datar
1) Pengertian bangun datar
Geometri merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam
pembelajaran matematika yang membahas ide-ide dasar tentang titik,
garis, bidang, permukaan dan ruang. Konsep geometri dapat
diwujudkan dengan cara semi kongkrit dan kongkrit. Dalam
pembelajaran, gambar dan model-model geometri dapat menjadikan
suatu alat peraga yang menantang dan menarik bagi siswa karena
16 Indriyastuti. Matematika Kelas III SD. Jawa Timur. 2008 ; PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri h 175
17 Sri Subarinah.. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta2006: Depdiknas h 75
16
model-model tersebut dapat diamati langsung olehsiswa. Sehingga
dengan demikian dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang dipelajarinya18.
Pada dasarnya geometri dibedakan atas dua jenis, yaitu
bangun datar dan bangun ruang. Bangun datar merupakan bangun
yang berdimensi dua dengan permukaan datar/ rata19. Bangun datar
adalah Suatu bangun geometri yang berbentuk datar20. Senada,
Bangun datar adalah bangun yang mempunyai permukaan datar yang
berdimensi dua21.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bangun datar adalah bangun berdimensi dua yang memiliki bidang
datar.
2) Macam-macam bangun datar
Macam-macam bangun datar antara lain:
a) Persegi
Persegi ialah suatu segi empat yang keempat sisinya sama
panjang, besar sudutnya sama yaitu 90º dan kedua diagonalnya
tegak lurus. Seperti gambar di bawah ini :
D C
18 Sri Subarinah. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta. 2006 : Depdiknas h 127
19 Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas h 127
20 Mulyana. Tip dan Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika. Surabaya. 2007 : Agung Media Mulya h 88
21 Antonius Cahya Prihandoko. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta . 2006: Depdiknas h 1720
17
A B
Gambar 2.1 Persegi ABCD
b) Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun geometri yang mempunyai
dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang, besarnya
sudutnya sama yaitu 90º dan kedua diagonalnya saling membagi
sama panjang. Seperti gambar dibawah ini :
D C
A B
Gambar 2.2 Persegi Panjang ABCD
c) Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga titik yang
tidak segaris yang dihubungkan dengan tiga ruas garis dan
jumlah ketiga sudutnya 180º. Seperti gambar di bawah ini
C
A B
Gambar 2.3 Segitiga ABC
d) Jajargenjang
18
Jajargenjang adalah bangun segi empat yang mempunyai dua
pasang sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, kedua
diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan sudut yang
berhadapan sama besar . Seperti gambar di bawah ini :
D C
A B
Gambar 2.4 Jajar Genjang ABCD
e) Belah Ketupat
Belah ketupat adalah bangun segi empat yang keempat sisinya
sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar, kedua
diagonalnya saling tegak lurus. Seperti gambar pada halaman
berikut:
D
D
A C
f) Layang-layang
Layang-layang adalah segi empat dimana sisi yang berdekatan
sepasang-sepasang, sudut yang berhadapan sama besar dan
19
B
Gambar 2.5 Belah Ketupat ABCD
diagonalnya saling berpotongan dan tegak lurus. Seperti gambar
di bawah ini :
D
A C
B
Gambar 2.6 Layang-layang ABCD
g) Trapesium
Trapesium adalah bangun segi empat yang sepasang sisinya
sejajar. Seperti gambar pada halaman berikut:
D C
A B
Gambar 2.7 Trapesium ABCD
h) Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang mempunyai jarak
tertentu terhadap suatu titik tertentu yang disebut sebagai titik
pusat, dimana jarak dari titik pusat terhadap suatu titik disebut
20
dengan jari-jari (r) dan jarak dari satu titik ke titik yang lain yang
melewati titik pusat disebut sebagai diameter (d). Seperti gambar
di bawah ini22
Gambar 2.8 Lingkaran
3. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang
dilakukan dalam suatu kelompok-kelompok, yang mana tiap kelompok
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif
adalah Pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan23.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang
menginginkan adanya kelompok-kelompok dalam proses pembelajaran,
di mana anggota dalam tiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan
intelektual yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Anggota
kelompok yang berbeda ini saling bekerja sama dalam mencari solusi
22 Mulyana. Tip dan Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika. Surabaya. 2007 : Agung Media Mulya h 88
23 Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada h 359
21
permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama,
yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen
struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas
kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif
kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu
untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Keberhasilan belajar berdasarkan model belajar seperti ini
bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,
melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok belajar kecil yang terstruktur
dengan baik24. Pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam
pembelajaran karna siswa bekerja sama dalam merumuskan alternatif
pemecahan masalah terhadap materi yang dihadapi25.
Cooper dan Heinich menjelaskan bahwa Pembelajaran
kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-
kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai
tujuan dan tugas akademik, keterampilan-keterampiln kolaboratif dan
24 Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group h 243
25 Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara h 5
22
sosial. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama 26.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas tentang pengertian
pembelajaran kooperatif dapat dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif
mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar
kelompok dan sekaligus bertanggungjawab terhadap aktivitas belajar
anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik.
b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) Jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka pembentukan anggota kelompoknya terdiri dari perbedaan tersebut dan 4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan27.
Dalam menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif
terdiri dari :
1) kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari peserta didik dengan kemampuan yang bervariasi, yaitu tinggi, sedang dan rendah, 2) jika memungkinkan dalam pembentukan kelompok juga diperhatikan perbedaan suku, budaya, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi dan sebagainya, 3) peserta didik belajar untuk kelompoknya secara cooperative untuk menguasai materi akademis, 4) sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu28.
26 Nur Asma.. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang 2008: UNP Pres h 227 Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta : Depdiknas h 1428 Ismiati 2008 h 2
23
Dari uraian-uraian di atas tentang cirri-ciri pembelajaran
kooperatif, dapat dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara anggota
kelompok, anggota kelompok bervariasi dalam berbagai hal,
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan adanya
penghargaan yang lebih ditujukan pada kelompok dari pada individu.
c. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu:
1) saling ketergantungan positif, dalam hal ini guru menciptakan
suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan
antar sesama yang dapat dicapai melalui adanya saling
ketergantungan pencapaian tujuan, ketergantungan dalam
menyelesaikan pekerjaan, ketergantungan bahan atau sumber untuk
menyelesaikan pekerjaan dan saling ketergantungan peran
2) interaksi tatap muka, menuntut para siswa dalam kelompok saling
bertatap muka sehingga dapat melakukan dialog antar sesamanya
3) akuntabilitas individual, meskipun dalam belajar kelompok tetapi
penilaian terhadap tingkat penguasaan siswa terhadap materi
dilakukan secara individual,
4) keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, pembelajaran
kooperatif menekankan aspek-aspek tenggang rasa, sopan santun,
24
kritik, berfikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan
berbagai sikap positif lainnya29.
Dari penjelasan tentang unsur-unsur pembelajaran kooperatif di
atas, dapat dimaknai bahwa interaksi positif dapat menciptakan suatu
motivasi, dalam memotivasi diperlukan interaksi tatap muka yang
mengakibatkan terjadinya proses komunikasi sehingga dapat
menimbulkan suatu penilaian terhadap individu, akan tetapi walaupun
adanya penilaian individu pembelajaran kooperatif selalu menumbuhkan
hubungan yang baik antar individu. Pembelajaran kooperatif juga dapat
menumbuhkan tanggungjawab terhadap proses pembelajaran yang telah
dipelajarinya.
d. Tujuan pembelajaran kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah :
1) Pencapaian hasil belajar
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik, mengubah norma budaya anak
yang berhubungan dengan hasil belajar. Siswa kelompok atas dapat
menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, dengan demikian siswa
kelompok atas akan meningkatkan kemampuan belajarnya.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
29 Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada h 359
25
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang
berbeda latar belakang untuk bekerja saling ketergantungan atas
tugs-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif,
serta menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kolaborasi, karena hal ini
amat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Selain unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Model ini
sangat berguna membantu siswa menumbuhkan kemampuan bekerja
sama30.
kooperatif mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1) hasil belajar akademik, dengan pembelajaran kooperatif peserta didik dapat lebih mudah umtuk memahami konsep-konsep yang sulit, karena peserta didik saling ketergantungan antara sesamanya. Sehingga dapat meningkatkan kinerja belajarnya, 2) penerimaan terhadap keragaman, dengan pembelajaran kooperatif peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaaan latar belakang kehidupan, 3) pengembangan keterampilan sosial, dengan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan sosial, seperti menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan pendapat, berbagi tugas dan sebagainya 31.
Senada dengan hal di atas tujuan pembelajaran kooperatif,
Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
30 Nur Asma. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang 2008: UNP Pres h 331 Depdiknas. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta . 2005: Depdiknas h 15
26
kekurangan diri dan orang lain, merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berfikir, memecahkan masalah, meningkatkan harga diri serta
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan32.
Berdasarkan uraian-uraian tentang tujuan pembelajaran
kooperatif di atas, dapat dimaknai bahwa tujuannya yaitu dapat
memberi keuntungan pada siswa, yaitu dapat bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas, meningkatkan hubungan sosial serta dapat
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Secara tidak langsung
menumbuhkan sikap saling ketergantungan antara yang satu dengan
yang lainnya.
e. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri atas enam
langkah, yaitu :
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Kegiatan yang dilakukan adalah guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
2) Menyajikan informasi
Kegiatan yang dilakukan adalah guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
32 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta. 2008 : Kencana Prenada Media Group h 242
27
Kegiatan yang dilakukan adalah guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Kegiatan yang dilakukan adalah guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5) Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan adalah guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
6) Memberikan penghargaan
Kegiatan yang dilakukan adalah guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok33.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari :
1) Menentukan model yang akan digunakan, 2) Menentukan materi, 3) Membentuk kelompok-kelompok kecil, 4) Mengembangkan materi, 5) Memberikan pemahaman tentang tugas dan peran peserta didik, 6) Menentukan waktu dan tempat belajar, 7) Menyajikan materi pembelajaran kooperatif, 8) Belajar dalam kelompok, 9) Mengerjakan kuis, 10) Penghargaan34
Sedangkan Stahl dan Slavin mengemukakan bahwa langkah-
langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari :
1) Merancang rencana program pembelajaran, 2) Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan belajar bersama dalam
33 Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta : Depdiknas h 1634 Nur Asma. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang. 2008 : UNP Pres h 91
28
kelompok, 3) Melakukan observasi terhadap kegiatan, mengarahkan dan membimbing peserta didik baik secara individual maupun kelompok dalam memahami materi maupun sikap selama proses pembelajaran, 4) Presentasi hasil kerja kelompok35.
Dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif di atas dapat
dimaknai bahwa pembelajaran kooperatif diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, memotivasi, mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar, mengadakan evaluasi dan memberikan penghargaan.
Pembelajaran kooperatif juga menunjukkan adanya proses demokrasi
dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, di samping itu juga
menumbuhkan penerimaan antara kelompok baik keterampilan sosial
individu maupun kelompok.
4. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran
kooperatif salah satunya yaitu dengan tipe Jigsaw. Kooperatif tipe
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajaran sendiri dan pembelajaran orang lain. Pada tipe
Jigsaw pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen yang
beranggotakan 4-6 orang. Materi pelajaran disajikan kepada siswa
dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggungjawab atas penguasaan
materi dan mampu mengajarkannya kepada anggota kelompok lainnya.
35 Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara h 10
29
Pembentukan kelompok secara heterogen maksudnya adalah
pembentukan kelompok tersebut mempertimbangkan berbagai hal yang
menyangkut tentang diri siswa, misalnya tingkat intelektual, jenis
kelamin, agama dan lain-lain. Dalam kelompok ada siswa yang
mempunyai intelektual tinggi, sedang dan rendah. Siswa bekerjasama,
saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan
materi yang dipelajarinya dan menyampaikan materi tersebut kepada
anggota kelompok lain.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang keluarga
yang beragam. Penyajian materi dalam kelompok asal ini berbeda antar
anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli adalah kelompok siswa
yang terdiri dari anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang
sama dikelompokkan dalam satu kelompok dan mendiskusikan materi
tersebut secara bersama-sama, setelah selesai didiskusikan dalam
kelompok ahli tersebut maka anggota kelompok ahli kembali pada
kelompok asalnya dan bertanggungjawab untuk mengajarkan atau
menjelaskan materi yang dipelajarinya kepada anngota kelompok
asalnya.
Contoh pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dapat dilihat seperti cara di bawah ini:
KELOMPOK ASAL
30
I II
III IV
I II
III IV
I II
III IV
I II
III IV
KELOMPOK AHLI
b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari 5 langkah,
yaitu :
1) Membaca topik
Dalam tahap ini masing-masing siswa dalam kelompok asalnya
menerima topik-topik yang akan dibahas dan membaca bahan
tersebut untuk menemukan informasi.
2) Diskusi kelompok ahli
Para siswa yang telah mendapat topik yang sama bergabung dalam
satu kelompok yang dinamakan kelompok ahli dan mendiskusikan
topik tersebut dalam kelompok ahli.
3) Laporan kelompok
Setelah didiskusikan dalam kelompok ahli, perwakilan kelompok
melaporkan hasil diskusinya. Kemudian para ahli kembali kepada
kelompok asalnya untuk mengajarkan topik yang telah dibahasnya
tersebut kepada anggota kelompok asalnya.
4) Tes
31
I I
I I
II II
II II
III III
III III
IV IV
IV IV
Para siswa diberikan kuis atau soal-soal yang berkaitan dengan
seluruh topik yang telah dibahas.
5) Penghargaan
Penghargaan dapat diberikan kepada individu maupun kelompok
yang memperoleh nilai yang tertinggi36.
Novi menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah :
1) Membagikan bahan ajar, maksudnya guru membagikan bahan bacaan tentang topik-topik ahli pada masing-masing anggota kelompok, 2) diskusi kelompok ahli, maksudnya peserta didik yang memperoleh topik yang sama bergabung dalam satu kelompok untuk membahas topik tersebut, 3) laporan tim, maksudnya para anggota kelompok ahli bergabung kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik-topik ahli yang telah dibahas pada kelompok ahli, 4) penghargaan tim, maksudnya guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok asal yang memperoleh nilai tertinggi
Dari pendapat-pendapat ahli di atas tentang langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimaknai bahwa langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimulai dengan penentuan
kelompok, membagikan topik yang akan dibahas, diskusi kelompok
ahli maupun kelompok asal, mengadakan tes dan terakhir memberikan
penghargaan.
5. Pengertian Hasil Belajar
Manusia selalu berusaha bagaimana supaya kehidupannya bisa
berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu tidak bisa datang dengan
36 Nur Asma. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang .2008: UNP Pres h 75
32
sendirinya tanpa adanya suatu proses yang harus kita jalani. Proses
maksudnya disini adalah proses belajar, baik itu belajar secara formal
maupun non formal. Melalui proses belajar yang dilakukan akan diperoleh
suatu hasil belajar yang dapat mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku
pada manusia. Perubahan tingkah laku yang diharapkan disini adalah
perubahan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Menurut Hamalik mengemukakan bahwa, “Hasil belajar adalah
tingkah laku yang timbul, misalnya dari yang tidak tau menjadi tau,
timbulnya pertanyaan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan dan
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sikap sosial,
emosional dan pertumbuhan jasmani”. Menurut Purwanto bahwa “Hasil
belajar peserta didik dapat ditinjau dari beberapa hasil kognitif yaitu
kemampuan siswa dalam pengetahuan (ingatan), pemahaman, menerapkan
(aplikasi), analisis sintesis, evaluasi37
Sedangkan menurut Bloom menyatakan bahwa “Hasil belajar
mencakup peringkat dan tipe prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil
afektif. Karakteristik manusia meliputi cara berfikir, berbuat dan perasaan.
Cara berfikir menyangkut ranah kognitif, cara berbuat menyangkut ranah
psikomotor sedangkan perasaan menyangkut ranah afektif 38 ”.
Dari pendapat-pendapat ahli di atas tentang pengertian hasil belajar,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu adalah suatu perubahan yang
37 Suharsimi Arikunto, dkk. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta. 2004 : PT.Bumi Aksara h 75
38 Harun Rasyid, dkk. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima h 13
33
terjadi pada diri individu, dimana perubahan yang diharapkan adalah
perubahan kearah yang lebih baik, baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotor yang didapatkan melalui proses belajar. Untuk mendapatkan
hasil belajar yang diharapkan sebagaimana mestinya, maka guru harus
mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan
baik.
6. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Luas
Bagun Datar di Kelas V SD.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dilaksanakan dengan menggunakan perencaan pembelajaran yang dirancang
sendiri oleh guru. Pada awalnya guru terlebih dahulu menyampaikan materi
yang akan diajarkan, kemudian membentuk siswa ke dalam beberapa
kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 orang.
Dalam kelompok asal, masing-masing siswa mendapatkan topik
pembelajaran yang berbeda. Anggota kelompok yang mempunyai topik
yang sama dalam kelompok-kelompok asal bergabung dalam satu
kelompok yang disebut dengan kelompok ahli, kemudian dalam kelompok
ahli ini siswa berdiskusi untuk membahas topik yang mereka miliki sesuai
dengan petunjuk LKS.
Setelah selesai berdiskusi, guru meminta perwakilan dari masing-
masing kelompok ahli untuk melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas.
34
Kemudian kelompok ahli bergabung kembali pada kelompok asalnya dan
menjelaskan topik yang telah dibahas dalam kelompok ahli kepada anggota
kelompok asalnya. Sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai
ataupun memahami seluruh materi pelajaran.
Kegiatan terakhir dalam pembelajaran yaitu guru memberikan tes
secara kelompok yang menyangkut seluruh materi. Bagi kelompok yang
memperoleh nilai tertinggi akan mendapat penghargaan dari guru.
Penghargaan tersebut untuk penghargaan kelompok. Dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dapat mengembangkan
potensinya secara efektif dalam bekerja sama dalam kelompok yang dapat
menumbuhkan rasa saling ketergantungan antar yang satu dengan yang lain.
Sehingga dengan demikian dalam proses pembelajaran guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator dan siswa harus lebih banyak aktif agar
tujuan dari model pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan dapat
memperoleh hasil belajar yang memuaskan sebagaimana yang diinginkan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar,
materi luas bangun datar terdapat pada kelas V semester I yang dikhususkan
dalam menghitung luas trapesium dan layang-layang. Tetapi dalam skripsi
ini peneliti menambah materinya tentang luas belah ketupat dan
jajargenjang, karena peneliti akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang membutuhkan beberapa topik materi pembelajaran, Maka
topik yang peneliti angkat adalah menghitung luas layang-layang,
trapesium, belah ketupat dan jajargenjang.
35
Dalam topik tersebut, permasalahan yang dibahas adalah siswa dapat
menemukan kembali rumus menghitung luas layang-layang, trapesium,
belah ketupat dan jajargenjang dan dapat menghitung luas bangun datar
tersebut berdasarkan rumus yang telah ditemukan.
Berikut contoh pembelajaran materi luas berbagai bangun datar
(persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, layang-
layang, trapesium dan lingkaran) melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw berdasarkan langkah-langkah yang diutarakan Nur (2006:75) yaitu :
a. Membaca topik
Sebelum membaca topik, terlebih dahulu guru membagi siswa
kedalam 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
Kemudian guru membagikan topik-topik pembelajaran kepada masing-
masing anggota kelompok dengan topik yang berbeda antar anggota
kelompok, tetapi topik-topik tersebut sama dengan topik pada kelompok
lain. Topik yang akan dibahas adalah bagaimana cara menemukan
kembali rumus luas layang-layang, trapesium, belah ketupat dan jajar
genjang serta menghitung luas bangun-bangun tersebut berdasarkan
rumus yang telah ditemukan. Setelah masing-masing siswa dalam
kelompok asalnya menerima topik yang akan dibahas, maka siswa
membaca topik tersebut.
b. Diskusi kelompok ahli
Para siswa yang telah mendapat topik yang sama bergabung
dalam satu kelompok yang dinamakan kelompok ahli dan mendiskusikan
36
topik tersebut dalam kelompok ahli. Menurut Bruner Pembelajaran
matematika di SD, para siswa seharusnya dilibatkan dengan media atau
alat peraga konkret yang dapat diotak-atik. Dengan media siswa dapat
memanipulasi benda-benda dengan cara menyusun, menjejerkan,
memindah-mindahkan, menempel dan kegiatan lainnya yang bersifat
coba-coba. Adapun media konkret yang dapat digunakan dalam
menemukan kembali rumus luas bangun datar adalah berbagai macam
bangun datar yang terbuat dari karton ataupun kertas manila yang
berwarna, persegi satuan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Kelompok ahli I membahas tentang bagaimana cara menemukan
kembali rumus luas belah ketupat39
Penanaman konsep luas belah ketupat dapat dilakukan dengan
menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang
berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga sama kaki,
kemudian mengambil satu buah lagi segitiga sama kaki yang sama
besar dan alasnya sama panjang. Kedua segitiga tersebut
ditempelkan, hasil dari tempelan kedua segitiga tersebut akhirnya
membentuk sebuah bangun yaitu belah ketupat. Setelah terbentuk
bangun belah ketupat, ditarik garis lurus dari setiap titik sudutnya
sehingga garis tersebut berpotongan di suatu titik.Garis yang ditarik
dari satu titik sudut ke titik sudut lain merupakan diagonal dari belah
39 Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas h 3 dan 128
37
ketupat. Setelah terbentuk diagonal, hitunglah luas kedua bangun
segitiga yang membentuk belah ketupat tadi kemudian dijumlahkan,
Hasil dari penjumlahan luas segitiga merupakan luas dari belah
ketupat. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan di
bawah ini :
Segitiga I Segitiga
D
A C
B
Penempelan dua buah segitiga pembuatan diagonal
Hitunglah luas segitiga ACD, yaitu ½ x AC x OD dan luas segitiga
ABC yaitu ½ x AC x OB. Luas dari kedua segitiga tersebut
dijumlahkan, yaitu ½ x AC x OD + ½ x AC x OB. Dari penjumlahan
luas kedua segitiga tersebut = luas belah ketupat. Jadi ½ x AC x OD
+ ½ x AC x OB = ½ x AC x (OD + OB) = ½ x AC x BD, dimana
AC dan BD merupakan diagonal dari belah ketupat, jadi luas belah
38
ketupat dapat dihitung dengan rumus ½ x diagonal (d) 1 x diagonal
(d) 2. Dari proses seperti inilah cara menemukan rumus luas belah
ketupat.
2) Kelompok ahli II membahas tentang bagaimana cara menemukan
kembali rumus luas layang-layang
Penanaman konsep luas layang-layang dapat dilakukan
dengan menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton
yang berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga sama
kaki, kemudian mengambil satu buah lagi segitiga sama kaki yang
ukurannya berbeda tetapi alasnya sama panjang. Kedua segitiga
tersebut ditempelkan, hasil dari tempelan kedua segitiga tersebut
akhirnya membentuk sebuah bangun yaitu layang-layang. Setelah
terbentuk bangun layang-layang, ditarik garis lurus dari setiap titik
sudutnya sehingga garis tersebut berpotongan di suatu titik. Garis
yang ditarik dari satu titik sudut ke titik sudut lain merupakan
diagonal dari layang-layang. Setelah terbentuk diagonal, hitunglah
luas kedua bangun segitiga yang membentuk belah ketupat tadi
kemudian dijumlahkan, Hasil dari penjumlahan luas segitiga
merupakan luas dari layang-layang. Kegiatan di atas dapat
digambarkan seperti kegiatan di bawah ini :
39
Segitiga I Segitiga II
D
A C
B
Penempelan dua buah segitiga pembuatan diagonal
Hitunglah luas segitiga ACD, yaitu ½ x AC x OD dan luas segitiga
ABC yaitu ½ x AC x OB. Luas dari kedua segitiga tersebut
dijumlahkan, yaitu ½ x AC x OD + ½ x AC x OB. Dari penjumlahan
luas kedua segitiga tersebut = luas layang-layang. Jadi ½ x AC x OD
+ ½ x AC x OB = ½ x AC x (OD + OB) = ½ x AC x BD, dimana
AC dan BD merupakan diagonal dari layang-layang, jadi luas layang-
layang dapat dihitung dengan rumus ½ x diagonal (d) 1 x diagonal
(d) 2. Dari proses seperti inilah cara menemukan rumus luas layang-
layang.
3) Kelompok ahli III membahas tentang bagaimana cara menemukan
kembali rumus luas jajargenjang
Penanaman konsep luas jajar genjang dapat dilakukan dengan
menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang
berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga siku-siku,
kemudian mengambil satu buah lagi dengan ukuran yang sama dan
40
mengambil satu buah persegi panjang. Pertama kita mengambil
bangun persegi panjang, kemudian menempelkan bangun segitiga
siku-siku pada samping kiri dan kanan persegi panjang. Hasil dari
tempelan ketiga bangun tersebut akhirnya membentuk sebuah bangun
yaitu jajargenjang. Setelah terbentuk bangun jajargenjang,
dipindahkan salah satu segitiga siku-siku tersebut pada tempat yang
sesuai. Pemindahan salah satu bangun segitiga membentuk sebuah
bangun baru yaitu persegi panjang. Kita ketahui bahwa rumus luas
persegi panjang adalah panjang (p) x lebar (l). Panjang pada persegi
panjang merupakan alas pada jajar genjang dan lebar pada persegi
panjang merupakan tinggi pada jajar genjang. Hasil perkalian antara
panjang dan lebar pada persegi panjang merupakan luas pada jajar
genjang. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan di
bawah ini :
Segitiga I persegi panjang segitiga II
Penempelan ketiga bangun
Panjang=alas
41
Leb
ar = tin
ggi
Pemindahan segitiga I
Jadi luas jajar genjang adalah alas(a) x tinggi(t), dengan proses
seperti itulah cara menemukan rumus luas jajar genjang.
4) Kelompok ahli IV membahas tentang bagaimana cara menemukan
kembali rumus luas trapesium
Penanaman konsep luas trapesium dapat dilakukan dengan
menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang
berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah segitiga siku-siku,
kemudian mengambil satu buah lagi dengan ukuran yang berbeda dan
mengambil satu buah persegi panjang. Pertama kita mengambil
bangun persegi panjang, kemudian menempelkan dua buah bangun
segitiga siku-siku pada tempat yang sesuai (satu di sebelah kanan dan
satu lagi di sebelah kiri persegi panjang). Hasil dari tempelan ketiga
bangun tersebut akhirnya membentuk sebuah bangun yaitu trapesium.
Setelah terbentuk bangun trapesium, jarak antara sisi-sisi sejajarnya
merupakan tinggi pada trapesium. Kemudian buat lagi sebuah
trapesium yang sama dengan yang pertamanya. Setelah terbentuk dua
buah bangun trapesium, pindahkanlah salah satu bangun dari
trapesium ke II ke trapesium I kemudian tempelkan pada tempat yang
sesuai dan bangun yang tinggal pada trapesium ke II dipindahkan
juga dan ditempel pada tempat yang sesuai. Hasil dari penempelan
dan pemindahan bangun terbentuk sebuah bangun, yaitu bangun
42
persegi panjang. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan
pada halaman berikut:
Setiga I persegi panjang segitiga ke II
a
b
Penempelan ketiga bangun (trapesium I)
Penempelan ketiga bangun (trapesium ke II)
a b
b a
Dengan terbentuknya bangun baru berupa persegi panjang
yang berukuran panjang a+b dan lebar (t), maka luas persegi panjang
tersebut adalah panjang (a+b) x lebar (t) = (a+b) x t. Karena persegi
panjang tersebut terbentuk dari dua buah trapesium , maka dapat
43
Leb
ar = tin
ggi
disimpulkan bahwa 2x luas trapesium = luas persegi panjang baru. 2x
luas trapesium yang ditanyakan = (a + b) x t, maka luas trapesium =
½ x (a + b) x t. Dimana (a+b) adalah jumlah sisi-sisi sejajar, jadi luas
trapesium adalah ½ x jumlah sisi sejajar x tinggi (t). Dengan proses
seperti itulah cara menemukan luas trapesium.
5) Bagaimana cara menemukan kembali rumus luas
persegi
Penanaman konsep luas persegi dapat dilakukan dengan
menggunakan media bangun datar dan persegi satuan dengan ukuran
1cm yang terbuat dari karton atau kertas manila yang berwana.
Pertama kita mengambil bangun persegi, kemudian menempelkan
persegi-persegi satuan pada seluruh permukaan persegi yang telah
disediakan.
Kemudian hitung jumlah semua persegi satuan yang dapat
menutupi seluruh permukaan persegi. Setelah itu hitung berapa
jumlah persegi satuan yang dapat ditempel pada sisi-sisi persegi,
kemudian mengalikan jumlah persegi satuan tersebut.. Kegiatan di
atas dapat digambarkan seperti kegiatan di bawah ini
Persegi-persegi satuan
44
Persegi sebelum ditempel
Persegi sesudah ditempel
Jumlah persegi yang dapat menutupi seluruh permukaan
persegi adalah 9 buah persegi satuan, jumlah persegi satuan yang
dapat menutupi masing-masing sisi persegi adalah 3 buah. Apabila
dikalikan jumlah persegi satuan (sisi x sisi) maka diperoleh hasil 3 x
3 = 9. Jadi hasilnya sama dengan cara menjumlahkan semua persegi
satuan dan mengalikan sisi x sisi. Rumus menghitung luas persegi
adalah Sisi(s) x Sisi(s). Dengan proses seperti itulah cara menemukan
rumus luas persegi
6) Bagaimana cara menemukan kembali rumus luas persegi panjang
Penanaman konsep luas persegi panjang dapat dilakukan
dengan menggunakan media bangun datar dan persegi satuan dengan
ukuran 1cm yang terbuat dari karton atau kertas manila yang
berwana. Pertama kita mengambil bangun persegi, kemudian
menempelkan persegi-persegi satuan pada seluruh permukaan persegi
panjang yang telah disediakan.
45
Kemudian hitung jumlah semua persegi satuan yang dapat
menutupi seluruh permukaan persegi panjang. Setelah itu hitung
berapa jumlah persegi satuan yang dapat ditempel pada sisi-sisi
persegi panjang, kemudian mengalikan jumlah persegi satuan
tersebut.. Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti kegiatan di
bawah ini :
Persegi-persegi satuan
Persegi panjang sebelum ditempel
Persegi panjang sesudah ditempel
Jumlah persegi yang dapat menutupi seluruh permukaan
persegi panjang adalah 8 buah persegi satuan, jumlah persegi satuan
yang dapat menutupi sisi panjangnya sebanyak 4 buah dan sisi
lebarnya sebanyak 2 buah. Apabila dikalikan jumlah persegi satuan
(panjang x lebar) maka diperoleh hasil 4 x 2 = 8. Jadi hasilnya sama
46
dengan cara menjumlahkan semua persegi satuan dan mengalikan
panjang x lebar. Rumus menghitung luas persegi panjang adalah
panjang(p) x lebar(l). Dengan proses seperti itulah cara menemukan
rumus luas persegi panjang
7) Bagaimana cara menemukan kembali rumus luas segitiga
Penanaman konsep luas segitiga dapat dilakukan dengan
menggunakan media bangun datar yang terbuat dari karton yang
berwana, yaitu dengan cara mengambil satu buah jajar genjang
kemudian membagi dua sama besar sehingga terbentuk dua buah
segitiga yang sama besar. Telah diketahui bahwa luas jajar genjang
adalah alas x tinggi. Karena segitiga terbentuk dari setengah jajar
genjang, maka luas segitiga adalah ½ x luas jajar genjang = ½ x
alas(a) x tinggi(t) .Kegiatan di atas dapat digambarkan seperti
kegiatan pada halaman berikut:
Jajar genjang
Pembagian jajar genjang menjadi dua buah setiga
47
Hasil potongan jajar genjang
Dari proses seperti itulah cara menemukan luas segitiga.
8) Menghitung luas lingkaran
A B
OA adalah jari-jari (r) lingkaran, sedangkan AOB adalah diameter (d)
lingkaran. Jadi cara menghitung luas lingkaran, yaitu (pi) x jari-jari (r)²
c. Laporan kelompok
Setelah didiskusikan dalam kelompok ahli, perwakilan kelompok
melaporkan hasil diskusinya. Kemudian para ahli kembali kepada
kelompok asalnya untuk mengajarkan topik yang telah dibahasnya
tersebut kepada anggota kelompok asalnya.
d. Tes
Para siswa diberikan kuis atau soal-soal yang berkaitan dengan
seluruh topik yang telah dibahas, yaitu menghitung luas bangun datar
sesuai dengan rumus yang telah ditemukan kembali
e. Penghargaan
48
Penghargaan dapat diberikan kepada kelompok yang memperoleh
nilai yang tertinggi.
B. KERANGKA TEORI
Pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar
di kelas V SD akan lebih menarik dan bermakna apabila seorang guru
membelajarkan materi tersebut melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
karena pembelajaran dengan model tersebut dapat meningkatkan partisipasi,
pemahaman siswa, sikap kerja sama dan rasa saling ketergantungan antar
sesama siswa
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari 5 tahapan
pembelajaran, yaitu : 1) Siswa membaca topik yang telah diberikan guru
kemudian bergabung dalam kelompok ahli, 2) Diskusi kelompok ahli yaitu
siswa yang memiliki toik yang sama bergabung untuk mendiskusikannya
dalam kelompok ahli, 3) melaporkan hasil diskusi kelompok ahli kemudian
para ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang telah
dibahasnya, 4) Pemberian tes dalam kelompok asal yang menyangkut seluruh
topik, 5) penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi.
KERANGKA TEORI PENELITIAN
49
Proses Pembelajaran matematika
Materi luas bangun datar (belah ketupat, jajar genjang, trapesium dan
layang-layang)
50
Pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dimana siswa saling membantu satu sama lain untuk mempelajari suatu materi
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana kelompok belajarnya ada dua, yaitu ada yang disebut dengan kelompok asal dan kelompok ahli
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw1. membaca topik2. diskusi kelompok ahli 3. Laporan kelompok4. tes5. penghargaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 15 Koto Lalang Kecamatan Lubuk Kilangan
Siswa Kelas V SD
Bagan 1. Kerangka Teori Penelitian
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 14 Gantiang
kototuo Kecamatan Canduang. Beberapa pertimbangan peneliti memilih
SD ini sebagai tempat penelitian, diantaranya adalah :
a. Guru-guru yang mengajar di SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang dalam melaksanakan proses pembelajaran masih
menggunakan cara-cara mengajar yang kovensional, seperti
penggunaan metode ceramah dan tanya jawab.
b. Belum pernah melakukan pembelajaran melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, khususnya dalam pembelajaran matematika
tentang materi luas bangun datar di sekolah ini.
c. Pihak sekolah dan majelis guru bersedia memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di sekolah
ini, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
dimasa akan datang.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang
kototuo Kecamatan Canduang dengan jumlah peserta didik 26 orang yang
terdiri dari 15 perempuan dan 11 laki-laki. Ada pun yang terlibat dalam
penelitian ini adalah :
51
4444
50
b. Peneliti sebagai praktisi pada kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang.
c. Observer yang terdiri dari dua orang, yaitu teman sejawat dan guru
kelas yang bersangkutan.
3. Waktu atau Lama Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester dua bulan Januari s/d Juni tahun
ajaran 2013/2014 pada kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang. Terhitung dari waktu perencanaan sampai
penulisan laporan hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan ini
dimulai dari tanggal 05 Mei 2014 dan berakhir pada tanggal 10 Juni 2014.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rentang waktu 3 kali
pertemuan (9 jam pelajaran). Siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 3jam pelajaran 1 kali pertemuan dan siklus II
dilakukan 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3jam pelajaran.
B. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berkenaan dengan
proses pembelajaran dan rancangan pembelajaran. Penelitian ini akan
memaparkan data yang diperoleh secara alami, mulai dari data sebelum
mengadakan tindakan, selama tindakan dan sesudah tindakan. Tindakan
ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika terutama dalam pembelajaran luas bangun
52
datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SDN 14
Gantiang kototuo Kecamatan Canduang.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom Action Research) dibidang pendidikan khususnya dalam
pengajaran matematika tentang luas bangun datar pada kelas V SDN 14
Gantiang kototuo Kecamatan Canduang. Yang dalam penelitiannya
diadakan kegiatan tertentu yang didasarkan pada masalah-masalah nyata
yang ditemukam di lapangan. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa meningkat. Penelitian tindakan bukan hanya menyangkut materi
atau pokok bahasan itu sendiri, tetapi juga menyangkut penyajian topik
materi yang bersangkutan yaitu strategi, pendekatan, metode atau cara
untuk memperoleh hasil melalui kegiatan penelitian40.
Dari hal diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan,
permasalahan yang harus dipecahkan adalah masalah yang berhubungan
dengan proses pembelajaran di kelas yang diselesaikan secara lebih
profesional, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan
memperbaiki tindakan-tindakan pembelajaran yang telah berlangsung
selama ini.
40 Suharsimi Arikunto, dkk. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara h 7
53
2. Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, Proses penelitian
merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek :
mengembangkan perencanaan, melakukan tindakan sesuai rencana,
melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap
perencanaan, kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada
setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran yaitu selama 3 x 35 menit. Setiap akhir
tindakan dilakukan tes hasil belajar. Alur penelitian yang telah dilakukan
dapat digambarkan seperti pada bagan pada halaman berikut 41:
41 Ritawati Mahyuddin, dkk. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang : UNP h 69
54
Siklus I
Siklus II
[
55
Studi PendahuluanStudi pendahuluan observasi latar SD, guru dan proses pembelajaran luas bangun datar di kelas V SD untuk mengidentifikasi masalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Perencanaan1. Diskusi tentang
pembelajaran luas bangun datar melalui pembelejaran kooperatif tipe Jigsaw
2. Menyusun RPP3. Menyusun penilaian.
Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus I1. siswa membaca topik dan menetapkan anggota kelompok ahli2. diskusi topik yang sama dalam kelompok ahli3.laporan masing-masing kelompok ahli dan ahli kembali
kekelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang telah dibahasnya
4.memberikan tes dalam kelompok asal yang mencakup seluruh topik
5. memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi
Diskusi dan Refleksi Belum berhasil
Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus II1 siswa membaca topik, dimana topiknya berbeda dengan topik pada
siklus I 2 diskusi topik yang sama dalam kelompok ahli
3 laporan masing-masing kelompok ahli dan ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik yang telah dibahasnya
4. memberikan tes yang mencakup seluruh topik5 memberikan penghargaan pada kelompok asal yang memperoleh
nilai tertinggi
PerencanaanMenyusun tindak lanjut berdasarkan hasil refeleksi pada siklus I untuk mewujudkan peningkatan hasil belajar luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu :1. Perbaikan RPP dari
segi alokasi waktu2. Memfokuskan
kegiatan pada langkah kegiatan yang ke 4 (tes)
3. Menyusun penilaian
Diskusi dan Refleksi
Berhasil
Laporan
Bagan 2. Alur Penelitian Pembelajaran Luas Bangun Datar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan Canduang
2. Alur Penelitian
Analisis Data AwalPembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 14
Gantiang kototuo
3. Prosedur Penelitian
a. Studi pendahuluan/ Refleksi awal
Studi pendahuluan dilakukan dengan melaksanakan observasi
awal terhadap proses pembelajaran matematika tentang pembelajaran
luas bangun datar di kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo
Kecamatan Canduang. Hal ini dilaksanakan untuk mengetahui
bagaimana proses pembelajaran matematika khususnya dalam
pembelajaran luas bangun datar dan apa saja kendala atau masalah yang
dihadapi dalam proses pembelajaran tersebut baik dari guru maupun
dari siswa. Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan terlihat
masalah-masalah dalam hal menghitung luas bangun datar, yaitu siswa
kurang memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan luas
bangun datar. Misalnya, siswa kurang tau mana yang panjang, lebar,
alas, sisi, tinggi dan lain-lainnya.
Setelah mendapatkan data berupa hasil tes siswa masih jauh dari
hasil yang diharapkan. Peneliti melakukan tanya jawab dengan beberapa
orang siswa kelas V SD Negeri 14 Gantiang kototuo Kecamatan
Canduang tentang pembelajaran luas bangun datar yang mereka terima
selama ini. Selain itu peneliti juga mengadakan wawancara dengan guru
kelas yang bersangkutan tentang proses pembelajaran luas bangun datar
yang telah dilakukan selama ini.
56
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti menarik
kesimpulan bahwa rendahnya hasil belajar matematika tentang materi
luas bangun datar disebabkan oleh faktor guru, siswa serta sarana dan
prasarana yang menunjang proses pembelajaran yang masih kurang
tepat.
Setelah adanya identifikasi masalah, maka guru dan peneliti
merumuskan permasalahan yang akan diangkat sebagai permasalahan
yang akan dibahas. Peneliti menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilaksanakan di kelas V SD tersebut untuk meningkatkan hasil belajar
luas bangun datar dari siswanya. Peneliti menjelaskan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu cara yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, karena dengan kooperatif tipe Jigsaw ini siswa akan
belajar secara berkelompok, saling bekerja sama antara yang satu
dengan yang lain dan siswa harus bertanggung jawab atas materi yang
dipelajarinya serta mengajarkan materi tersebut kepada temannya yang
lain. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan
berdasarkan siklus yang telah disusun, dimana siklus tersebut disusun
berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
b. Penyusunan rancangan tindakan/perencanaan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh dari hasil
studi pendahuluan, peneliti membuat rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu tentang materi luas bangun datar pada siswa kelas V SD
57
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tindakan tersebut dapat
dilakukan seperti kegiatan pada halaman berikut :
1) Menetapkan jadwal selama penelitian
2) Mengkaji KTSP dan buku paket matematika kelas V SD yang
relevan dengan materi luas bangun datar
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, menetapkan materi
pembelajaran, menyusun kegiatan pembelajaran, mentapkan media
dan sumber belajar dan penilaian.
4) Menyusun lembaran observasi untuk mencatat semua kegiatan
selama proses pembelajaran, baik kegiatan yang dilakukan oleh guru
maupun siswa.
5) Menyamakan pendapat guru dan peneliti tentang pembelajaran luas
bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
6) Membentuk kelompok belajar, yaitu adanya kelompok asal dan
kelompok ahli
7) Merancang tugas-tugas, LKS atau latihan yang akan diberikan
kepada siswa sesuai dengan materi yang dibahas atau dipelajari
8) Merancang tes untuk mengevaluasi tingkat hasil belajar siswa.
58
c. Pelaksanaan tindakan
Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan tindakan, terlebih
dahulu menentukan jadwal penelitian kemudian melaksanakan
pembelajaran luas bangun datar sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, kegiatan dilakukan
oleh peneliti sebagai guru dan guru kelas sebagai observer yang
didampingi oleh teman sejawat. Kegiatan yang dilakukan adalah
kegiatan interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
Dimana kegiatan yang dilakukan tersebut adalah sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
yaitu : 1) membentuk kelompok, adanya kelompok asal dan kelompok
ahli 2) membaca topik, topik yang diberikan dalam kelompok asal
berbeda antar anggota kelompok, 3) diskusi kelompok ahli, anggota
kelompok yang mendapat topik yang sama bergabung dalam satu
kelompok, 4) laporan kelompok ahli, 5) pemberian tes, diberikan pada
masing-masing kelompok asal yang mencakup seluruh topik, 6)
penghargaan, diberikan pada kelompok asal yang memperoleh nilai
tertinggi.
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam satu siklus. Fokus
tindakan yang dilaksanakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dalam pembelajaran menghitung luas bangun datar.
59
d. Pengamatan
Pengamatan terhadap pembelajaran luas bangun datar ini
dilakukan sejalan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan
oleh observer saat guru praktisi mengadakan tindakan pembelajaran luas
bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berlangsung..
Pengamatan dilakukan secara terus menerus dari siklus I sampai
siklus II. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan dengan guru dan
diadakan refleksi, untuk perencanaan selanjutnya siklus berikutnya.
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh observer yang terdiri dari dua
orang, yaitu guru kelas dan teman sejawat. Guru kelas mengisi
pencatatan lapangan tentang proses pembelajaran luas bangun datar
melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari aspek guru, sedangkan
teman sejawat mengisi pencatatan lapangan proses pembelajaran luas
bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari aspek
siswa. Sementara yang mengamati proses pembelajaran dari siswa
adalah peneliti sendiri.
Dalam kegiatan pengamatan ini, guru dan peneliti berusaha
untuk mendokumentasikan semua kegiatan pembelajaran yang
dilakukan, baik tindakan yang dilakukan secara terencana maupun
tindakan yang diluar perencanaan. Pengamatan dilakukan mulai dari
siklus I sampai siklus II yang dilakukan secara terus-menerus. Hasil
pengamatan didiskusikan bersama guru dan diadakan refleksi untuk
siklus berikutnya.
60
e. Refleksi
Refleksi adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan
menganalisis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan, dimana
kegiatan yang direfleksi adalah kegiatan guru dan kegiatan siswa .
Refleksi diadakan setiap satu kali tindakan telah berakhir. Kegiatan
yang didiskusikan saat melaksanakan refleksi adalah menganalisa
tindakan yang telah dilaksanakan, mengulas dan menjelaskan rencana
yang telah disusun dengan pelaksanaan yang telah dilakukan, apakah
sesuai atau tidak. Serta melakukan intervensi, pemaknaan dan
penyimpulan data yang telah diperoleh.
Hal-hal yang didiskusikan saat refleksi adalah: 1) kesesuaian
antara rencana pembelajaran dengan pelaksanaan yang dilakukan, 2)
kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dan
akan diperbaiki pada siklus berikutnya, 3) Perkembangan belajar yang
dicapai siswa, 4) rencana pembelajaran selanjutnya, apabila berbeda
dengan lembar observasi maka diperbaiki pada pembelajaran
berikutnya. Apabila telah berhasil rencana yang telah diperbaiki, maka
pembelajaran dicukupkan.
C. Data dan Sumber Data
1. Data penelitian
Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang berupa hasil
pengamatan dari setiap tindakan dalam proses pembelajaran luas bangun
daatar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD
61
terteliti. Data ini berupa hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan hasil belajar. Dimana data tersebut berupa data yang
diperoleh dari :
a. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan tindakan siswa
dan guru, yang meliputi interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa dalam pembelajaran luas bangun datar melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
b. Evaluasi pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil
c. Hasil tes, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan
pembelajaran luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
2. Sumber data
Sumber data penelitian ini berasal dari proses pembelajaran luas bangun
datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SD. Sumber
data ini meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, prilaku guru dan siswa serta evaluasi pembelajaran.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini untuk
mendapatkan data adalah dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes
dan dokumantasi. Berupa gambaran tentang pengamatan terhadap praktisi
dalam pembelajaran menghitung luas bangun datar di kelas V SD yang dicatat
pada lembaran observasi.
62
1. Pencatatan lapangan.
Pencatatan lapangan ini berkaitan dengan kegiatan yang telah disusun
sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP. Pengamat
bertugas memberi tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia “ada” atau
“tidak ada” sesuai dengan kegiatan yang terlaksana pada pembelajaran
menghitung luas bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.dari aspek guru dan siswa.
2. Penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran menghitung luas bangun
datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari aspek guru dan
aspek siswa.
Penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran menghitung luas bangun
datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, peneliti mengamati apa
yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung baik yang berasal
dari guru maupun dari siswa yaitu dengan memberi tanda ceklis (√) pada
kolom yang sesuai pada lembaran observasi.
3. Hasil Tes
Dilaksanakan untuk memperkuat data observasi dalam kelas, terutama
pada penguasaan terhadap materi pembelajaran luas bangun datar melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SD, maksudnya tes
dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa.
63
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan
menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif yaitu
berhubungan dengan hasil pengamatan dan pencatatan lapangan. Pengamatan
dan pencatatan lapangan maksudnya disini adalah pengamatan dan pencatatan
lapangan tentang rancangan pembelajaran yang telah disusun untuk kegiatan
proses pembelajaran, baik itu rancangan kegiatan yang akan dilakukan guru
maupun siswa. Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu berkaitan dengan
hasil belajar siswa. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar
siswa, maka diadakanlah tes. Tes yang dapat diberikan untuk mengetahui
apakah semua materi pelajaran sudah dapat dikuasai dengan baik oleh siswa
salah satunya yaitu dengan mengadakan tes akhir (post-test). Tes akhir ini
biasanya dilakukan setelah materi pembelajaran berakhir dalam proses
pembelajaran. Adapun bentuk tes yang diberikan adalah dalam bentuk
evaluasi hasil, seperti menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru diakhir
pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menelaah seluruh data yang telah terkumpul, baik melalui observasi
maupun pencatatan lapangan dengan melakukan proses transkripsi hasil
pengamatan, penyeleksian dan pemilihan data. Data maksudnya disini
adalah data tentang rancangan pembelajaran yang telah disusun, baik
kegiatan yang dilakukan guru maupun siswa selama proses pembelajaran.
64
Apakah guru maupun siswa ada melaksanakan kegiatan sesuai dengan
rancangan yang telah disusun.
2. Mereduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua
data yang terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokkan sesuai
dengan fokus penelitian. Data yang telah dipisah-pisahkan diseleksi mana
yang relevan dan tidak relevan. Data yang relevan dianalisis dengan
format analisis data yang telah dibuat, sedangkan data yang tidak relevan
dengan rancangan yang telah disusun dibuang. Maksudnya data yang tidak
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas tidak perlu
dimasukkan.
3. Penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang
sudah direduksi. Data disajikan terpisah-pisah tetapi setelah direduksi
seluruh data dirangkum dan disajikan secara terpadu42.
4. Menyimpulkan hasil penelitian.
I.G.A.K menjelaskan bahwa tahap-tahap dalam analisis data adalah ;
1. Menyeleksi dan mengelompokkan
Pada tahap ini data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi,
karna tahap ini sering disebut sebagai reduksi data. Kemudian data
diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau rumusan masalah yang ingin
dicari solusinya.
2. Memaparkan atau mendeskripsikan data
42 Ritawati Mahyuddin, dkk. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang : UNP h 58
65
Pada tahap ini, data yang sudah terorganisasi dideskripsikan atau
digambarkan sehingga bermakna dan mudah dipahami. Pendeskripsian ini
dapat dibuat dalam bentuk narasi, grafik maupun tabel.
3. Menyimpulkan dan memberi makna
Pada tahap ini, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat
ditarik kesimpulan dalam bentuk pernyataan.
Miles dan Huberman Model analisis data kualitatif yang mana analisis
data dimulai dengan menelaah proses pengumpulan data sampai seluruh data
terkumpul. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti
penyajiaan data dan terakhir penyimpulan43.
Tahap analisis demikian dilakukan berulang-ulang sampai data selesai
dikumpulkan pada setiap tahap pengumpulan data dalam setiap tindakan.
Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui
observasi, pencatatan, perekaman dengan melakukan proses transkripsi
hasil pengamatan, penyeleksian dan pemilihan data. Seperti
mengelompokkan data pada siklus I dan siklus II. Kegiatan menelaah data
dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan.
2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan
pengklasifikasian. Semua data yang telah terkumpul diseleksi dan
dikelompok-kelompokkan sesuai dengan fokus. Data yang telah dipisah-
43 Akhmad Sudrajat. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Part II). online (http: akhmadsudrajat .worpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas- part-ii/ diakses 5 oktober 2013) h 8
66
pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan mana yang tidak
relevan. Data yang relevan dianalisis dan data yang tidak relevan dibuang.
3. Menyajikan data dilakukan dengan cara
mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi. Data tersebut mula-
mula disajikan terpisah, tetapi setelah tindakan terakhir direduksi,
keseluruhan data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu
sehingga diperoleh sajian data tunggal berdasarkan fokus pembelajaran
bangun datar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4. Menyimpulkan hasil penelitian dan triangulasi. Kegiatan
ini merupakan kegiatan penyimpulan akhir temuan penelitian, diikuti
dengan kegiatan triangulasi atau pengujian temuan hasil penelitian..
Kegiatan triangulasi dilakukan dengan cara :
a) Peninjauan kembali catatan lapangan
b) Bertukar pikir dengan ahli, teman sejawat dan guru.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik
data perencanaan, pelaksanaan maupun data evaluasi, secara terpisah-
pisah. Hal ini dimaksud agar dapat ditemukan berbagai informasi yang
spesifik dan terfokus pada berbagai informasi yang mendukung
pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian
pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan
tepat pada aspek yang bersangkutan.
Dari langkah-langkah kegiatan analisis data di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis data dilakukan terhadap data yang telah
67
direduksi, baik data perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis data
dilakukan secara terpisah-pisah agar dapat ditemukan berbagai informasi
yang mendukung dan menghambat pembelajaran.
68
DAFTAR RUJUKAN
Akhmad Sudrajat. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Part II). online (http: akhmadsudrajat .worpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-kelas- part-ii/ diakses 5 Maret 2009)
Anas Sudijono. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Antonius Cahya Prihandoko. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta : Depdiknas
Aristo Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. BSNP. Jakarta : BSNP
----------. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : BSNP
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta : Depdiknas
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA
Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara
Harun Rasyid, dkk. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima
I.G.A.K Wardani, dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Indriyastuti. 2008. Matematika Kelas III SD. Jawa Timur ; PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
I Made Suriana. 2008. Pembelajaran Kooperatif Tife STAD dengan Media VCD Untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Matematika Siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Banjarangkan tahun 2008/2009. (online). (http://disdikklung.net/content/view/73/46/ Diakses 19 Februari 2009 )
Karmawati yusuf. 2009. Pembelajaran matematika dengan pendekatan
kooperatif. online (http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-matematika-dengan-pendekatan-kooperatif.html diakses 19 Februari 2009)
69
146
Karso,dkk.1998.Materi pokok pendidikan matematika I.Jakarta: universitas Terbuka
Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Masnur Muslich. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara
Mohammad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Depdiknas
Mulyana. 2007 . Tip dan Trik Berhitung Super Cepat dengan Konsep Rahasia Matematika. Surabaya : Agung Media Mulya
Nur Asma. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas
----------. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP Pres
Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas
Suharsimi Arikunto, dkk. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara
Ritawati Mahyuddin, dkk. 2008. Hand Out Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Padang : UNP
Rochman Natawijaya. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud
Rosna. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Geometri Dalam Penbelajaran melalui Penggunaan Media Bangun Datar bagi Siswa Kelas IV SDN 18 Kota Panjang. Skripsi tidak diterbitkan. Padang.PGSD.UNP.
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Zahara Djafar. 2001. Konstribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang : FIP UNP
70