Upload
dpianza
View
208
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
KOMPARASI QUALITY OF SERVICE (QoS) VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN WIRED SERVER
DENGAN WIRELESS SERVER PADA IEEE 802.11b WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN)
PROPOSAL TUGAS AKHIRJurusan Sistem Komputer
Jenjang Strata 1
Disusun OlehDIKE BAKTI PIANSA
09071001011
JURUSAN SISTEM KOMPUTERFAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA2011
LEMBAR PENGESAHAN
KOMPARASI QUALITY OF SERVICE (QoS) VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN WIRED SERVER DENGAN WIRELESS SERVER PADA IEEE 802.11b WIRELESS LOCAL
AREA NETWORK (WLAN)
PROPOSAL TUGAS AKHIRJurusan Sistem Komputer
Jenjang Strata 1
Disusun OlehDike Bakti Piansa
09071001011
Palembang, April 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Rifkie Primatha, MT Firdaus, M.KomNIP.197706012009121004 NIP. 197801212008121003
Mengetahui,Ketua Jurusan Sistem Komputer
Firdaus, M.Kom
NIP. 197801212008121003
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .............................................................................................. ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Proposal Tugas Akhir ........................................................................................... 1
I. Latar Belakang ......................................................................................... 1
II. Tujuan ..................................................................................................... 2
III. Manfaat ................................................................................................. 3
IV. Batasan Masalah ................................................................................... 3
V. Metodologi Penelitian ............................................................................ 4
VI. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5
6.1 Video Streaming ............................................................................ 5
6.2 ADSL ............................................................................................. 7
6.3 Wireless LAN ................................................................................ 10
6.4 Konsep dan Parameter QoS ........................................................... 11
6.5 Perancangan Sistem ....................................................................... 16
VII. Jadwal Penelitiaan ............................................................................... 18
VIII. Daftar Pustaka .................................................................................... 19
PROPOSAL
TUGAS AKHIR
I. LATAR BELAKANG
Internet saat ini sudah menjadi sebuah teknologi dan jaringan komunikasi
data yang paling populer di dunia. Pada lima tahun lalu, trafik telnet dan World
Wide Web merupakan jenis-jenis trafik dominan. Akan tetapi, bentuk layanan
yang ditawarkan Internet semakin beragam. Pengguna Internet mulai
menggunakan aplikasi-aplikasi “pembunuh”, seperti video conference, media
streaming, telemedicine, distance learning, dan layanan-layanan lain yang banyak
menghabiskan bandwidth.[1]
Modem konvensional yang digunakan selama ini yaitu Dial-Up Modem
Analog yang menawarkan kecepatan 56 kbps dengan menggunakan PSTN (Public
Switching Telephone Network) tidak dapat maksimal memberikan layanan internet
yang menghabiskan bandwidth tersebut.
Disisi lain teknologi terus berupaya untuk mengatasi kendala tersebut,
dimana metode jaringan akses mengembangkan teknologi telepon tradisional,
sehingga kemudian lahir teknologi ADSL. ADSL kecepatan tinggi
menghilangkan bottleneck serta memberikan kesempatan pada semua pelanggan
untuk akses ke internet content secara cepat dan handal.[1]
Secara teoritis komparasi kualitas layanan antara ADSL dan Dial-Up
Analog, ADSL lebih unggul dibandingkan Dial-Up tetapi tujuan dari
perbandingan ini agar mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan
layanan yang cukup signifikan mengapa Dial-Up tidak bias mengimbangi DSL.
Isu penting dari penggunaan jaringan Dial-Up antara lain sedikitnya bandwidth,
jitter, dan packet error yang tinggi. Selain itu, terdapat dua batasan utama yang
mempengaruhi performansi streaming video pada Dial-Up. Pertama adalah video
merupakan objek data yang besar dan membutuhkan ratusan bahkan lebih
megabytes transfer data. Yang kedua adalah streaming video bersifat
asynchronous atau timebounded, video memerlukan prioritas pengiriman dan
bergantung penuh dengan waktu.
Dengan didasari oleh teori diatas, membuat penulis tertarik untuk
melakukan riset, implementasi serta studi literatur tentang perbandingan kualitas
layanan antara dua teknologi yang berbeda dengan media kabel yaitu ADSL dan
Dial-Up Analog, dimana hasil yang diharapkan nantinya yaitu dapat mengetahui
QoS video streaming pada ADSL ataukah WLAN yang lebih maksimal, dan jika
salah satu-nya tidak maksimal mengapa bisa demikian.
II. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi persyaratan dalam meyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Sriwijaya pada jurusan Sistem Komputer.
2. Untuk mempelajari karakteristik streaming video pada dua teknologi berbeda
tetapi media transmisi yang sama.
3. Membandingkan kualitas layanan video streaming pada teknologi ADSL dan
Dial-Up Analog berdasarkan parameter – parameter yang diukur.
III. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh hasil data dari perbandingan kualitas layanan video streaming
pada ADSL dan Dial-Up.
2. Mengetahui perbedaan mekanisme video streaming melalui dua jaringan yang
berbeda yaitu ADSL dan Dial-Up.
3. Mengetahui perbandingan kualitas layanan atau Quality of Service dari video
streaming pada teknologi ADSL dan Dial-Up.
IV. BATASAN MASALAH
Batasan dari permasalahan dalam Tugas Akhir ini antara lain:
1. Tidak memperhitungkan aspek keamanan dalam jaringan, seperti otentikasi
dan otorisasi.
2. Terbatas pada kemampuan teknologi ADSL dan Dial-Up.
3. Parameter jaminan kualitas layanan yang akan diuji, yaitu:[2,5]
a. Packet loss
b. Packet end-to-end delay
c. Jitter
d. Throughput
V. METODOLOGI PENELITIAN
Berikut tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam melaksanakan Tugas
Akhir:
1. Kajian literatur
Pada tahap ini akan dilakukan studi literatur mengenai konsep dan
pembelajaran format dan kompresi video, serta mempelajari ADSL dan WLAN.
2. Analisis permasalahan
Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan yang diangkat
sebagai topik penyusunan Tugas Akhir. Analisis yang dilakukan meliputi input
parameter yang akan digunakan untuk mengukur kualitas layanan video streaming
pada teknologi ADSL dan Dial-Up.
3. Perancangan dan percobaan
Pada tahap ini akan dilakukan perancangan dan percobaan video streaming
melalui teknologi ADSL dan Dial-Up menggunakan input parameter pengukuran
yang telah dipilih berdasarkan hasil proses analisis permasalahan dengan metode
monitoring baik di sisi client maupun server.
4. Analisis hasil perancangan dan monitoring.
Pada tahap ini akan dilakukan proses analisis terhadap hasil perancangan
dan percobaan video streaming melalui teknologi ADSL dan Dial-Up.
5. Penarikan kesimpulan dan saran
Pada tahap ini akan ditarik kesimpulan dari hasil analisis perancangan dan
percobaan serta saran untuk pengembangan perancangan sistem monitoring video
streaming melalui ADSL dan Dial-Up lebih lanjut.
VI. TINJAUAN PUSTAKA
6.1 Video Streaming
Streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio
secara langsung ataupun dengan pre-recorder dari sebuah mesin server (web
server). Dengan kata lain, file video atau audio yang terletak pada sebuah server
dapat secara langsung dapat dijalankan pada User Equipment (UE) sesaat setelah
ada permintaan dari user, sehingga proses download file video atau audio yang
memakan waktu lama dapat dihindari.[2]
Video streaming adalah tayangan langsung yang di-broadcast kepada
banyak orang (viewers) dalam waktu yang bersamaan dengan kejadian aslinya,
melalui media data komunikasi (network) baik yang terhubung dengan cable atau
wireless. Dulu streaming video menggunakan protokol RTMP (Real Transfer
Media Protocol) seperti yang digunakan pada Real dan Flash Media Server.
Teknologi ini penggunaannya tidak meluas dikarenakan untuk menggunakannya
memerlukan installasi software khusus seperti real player. Kelebihannya, protokol
ini bisa memberikan livestreaming untuk keperluan live broadcasting. Teknologi
inilah yang biasa digunakan untuk video teleconference
Sedangkan saat ini penggunaan video pada web merupakan trend yang
sedang meningkat di internet. Menggunakan FLV sebagai format video dan
protocol HTTP. Flash sebagai player video memberi kemudahan dalam
menyajikan konten video lewat internet. Dengan menempelkan video pada
website dan dijalankan dengan flash player membuat video dapat ditonton
kapanpun dan dimana pun. HTTP (HyperText Transfer Protocol) adalah protokol
standar web yang digunakan teknologi web untuk keperluan sharing dan
streaming video contoh YouTube, Google Video, dan website sharing video
lainnya. Karena protokol inilah yang paling mudah diakses dari manapun.
Beberapa firewall menutup port-port yang tidak umum namun port 80 yang
digunakan oleh protokol HTTP hampir tidak pernah ditutup kecuali memang
firewall tidak mengijinkan internet dalam jaringan mereka. Dengan demikian
sepanjang user terhubung internet maka mereka dapat dengan mudah menonton
video tersebut dimanapun dan kapanpun.
Pada video streaming, pengguna dapat mulai menonton file multimedia
segera setelaj dimulainya proses download. File dikirim ke pengguna dalam aliran
konstan, dan pengguna menonton file multimedia segera setelah aliran tersebut
dating. Keuntungan metode ini adalah tidak diperlukannya lagi waktu tunggu,
ditambah lagi dapat digunakan untuk broadcast live event (webcast atau netcast).
Pengiriman file video dengan cara ini disebut dengan video streaming. Berikut
gambar arsitektur video streaming yang ditunjukkan oleh gambar 1.
Gambar 1 : Arsitektur video streaming
Data video dan audio akan dikompresi oleh algoritma kompresi video dan
audio, dan kemudian disimpan di dalam tempat penyimpanan. Berdasarkan
permintaan klien, streaming server akan mengambil video dan audio yang telah
terkompresi dari tempat penyimpanan, kemudian modul dari application level
Quality of Service (Qos) control akan menyesuaikan video/audio bit-streams
menurut status jaringan dan kebutuhan kualitas layanan. Kemudian transport-
protocol membuat paket bit-streams yang terkompresi, dan mengirim paket video
atau video tersebut ke internet. Paket tersebut mungkin hilang atau mengalami
delay bergantung pada jaringan dan peningkatan kualitas pengiriman media pada
jaringan.
6.2 Assymetric Digital Subscriber Line
ADSL adalah teknologi modem yang mentransformasikan saluran telepon
biasa menjadi saluran digital berkecepatan tinggi untuk melakukan komunikasi
suara dan data super cepat. Pada ADSL, mode transmisinya asimetris, kecepatan
ke sisi sentral telepon upstream berbeda dengan kecepatan ke sisi pengguna
downstream. Ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa koneksi internet lebih banyak
mengambil data download dari jaringan backbone internet dibandingkan dengan
melakukan pengiriman informasi upload. ADSL lebih efisien dan memenuhi
kebutuhan pengguna Internet dibandingkan dengan varian lainnya. Karena
kecepatan upstream dan downstream tidak sama maka digunakanlah istilah
Asymmetric.
Kenyamanan pengguna saat berinternet ria tak akan terganggu panggilan
telepon masuk, tidak seperti pada dial up internet yang kadang-kadang membuat
koneksi internet terputus. Koneksi ADSL selalu tersambung (always on) sehingga
tak perlu repot melakukan login berulang kali. Teknologi ini juga sesuai untuk
perumahan dan Usaha Kecil Menengah karena biaya berlangganannya relatif
murah dibandingkan dengan solusi broadband lainnya. Harga perangkat modem
ADSL juga tidak terlalu mahal, berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta, tergantung
merek dan fitur yang dimilikinya.
ADSL ( Asynchronous Digital Subscriber Line ) adalah teknologi jaringan
tembaga atau wireline yang mampu mengirimkan data dengan kecepatan tinggi
(broadband), dengan memanfaatkan frekuensi yang berbeda pada transmisi
jaringan kabel tembaga yang ada. Prosesnya dilakukan melalui pembagian
frekuensi tinggi untuk data dan frekuensi rendah untuk voice dan fax, yaitu 0-4
KHz, sedangkan untuk frekuensi tinggi mulai dari 26 KHz – 1,1 MHz digunakan
untuk data. Diantara frekuensi tinggi dan frekuensi rendah terdapat kanal kosong
yang disebut guardband atau Pita frekuensi yang tak terpakai antara dua kanal
komunikasi yang menjadi pemisah antara beberapa kanal untuk meminimalisasi
kemungkinan interferensi antar kanal, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.
Gambar 2 : Frekuensi ADSL
ADSL itu sendiri sebenarnya hanyalah suatu modem yang biasa kita
gunakan untuk akses internet, bukan suatu sistem sambungan/jaringan. Teknologi
ADSL adalah suatu teknologi modem. Perbedaan antara modem ADSL dengan
modem konvensional yang paling mudah kita jumpai adalah dalam kecepatan
pentransferan (upload/download) data. Walaupun sama-sama menggunakan
saluran telepon umum sebagai jalur komunikasinya, kecepatan pada modem
ADSL berkisar antara 1.5 Mbps sampai 8 Mbps sedangkan modem konvensional
hanya 56 Kpbs. ADSL adalah teknologi yang terpengaruh oleh jarak. Sejalan
dengan bertambah jauhnya pelanggan dari sentral ADSL, kualitas sinyal menurun
dan kecepatan juga turun. Batas terjauh untuk ADSL adalah 6 km.
Selain itu teknik modulasi pada modem konvensional dan modem ADSL
juga merupakan salah satu perbedaan yang mendasar. Pada modem konvensional
menggunakan teknik modulasi FSK (Frequency Shift Keying) yang umum
digunakan untuk modulasi dalam pengiriman data. Sedangkan pada ADSL secara
umum ada dua standar modulasi yang digunakan. Pertama adalah CAP
(Carrierless Amplitude Phase) dan kedua adalah DMT (Discrete Multi Tone).
CAP (carrierless amplitude/phase modulation) adalah teknik modulasi
yang digunakan pada ADSL di awal perkembangannya. Teknik ini membagi
spektrum frekuensi yang dilalukan pada kabel ADSL menjadi kanal suara (0-
4KHz), kanal upstream data (25-138KHz), dan kanal down stream data (240KHz
ke atas). [1]
DMT (Discrete Multitone) – adalah metoda yang paling banyak digunakan
pada ADSL saat ini. DMT akan membagi frekuensi menjadi 256 kanal yang
masing-masing lebarnya 4.3125KHz. Dengan menggunakan algoritma FFT (Fast
Fourier Transform) untuk melakukan modulasi QAM (Quadrature Amplitude
Modulation) di setiap kanal dapat di atur secara terpisah kecepatan data yang
dikirim. Dengan cara ini DMT dapat mengeliminasi salah satu kanal-nya jika ada
gangguan / interferensi di kanal tersebut, interferensi yang sering masuk antara
lain dari radio pemancar broadcast AM yang memang frekuensi-nya dalam satuan
ratusan KHz.[1]
Media transmisi yang digunakan dalam ADSL adalah kabel tembaga yang
merupakan kabel telepon. Sinyal yang ditransmisikan melalui kabel ini dipisahkan
menjadi sinyal data berupa sinyal digital untuk keperluan komunikasi data, dan
sinyal suara berupa sinyal analog untuk komunikasi suara. Pada kabel tembaga
terdapat resistansi dimana semakin panjang tembaga maka semakin besar
hambatan, ini berarti pada jarak yang jauh frekuensi yang terjadi akan rendah
sehingga sinyal yang didapatpun akan melemah. Pada peristiwa ini terjadi
attenuation atau pelemahan kekuatan atau amplitudo sinyal yang ditransmisikan
ketika sinyal tersebut bergerak menjauh dari titik asalnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan frekuensi berbanding lurus dengan jarak, oleh
karena itu pada jarak yang dekat kecepatan akses akan optimal, begitu juga
sebaliknya ketika jaraknya jauh kecepatan yang didapat akan menurun
dikarenakan menurunnya kualitas sinyal.
6.3 Dial-Up Analog
Teknologi Dial-Up Analog Modem adalah bentuk akses internet yang
menggunakan fasilitas dari Public Switching Telephone Network (PSTN) untuk
membuat sambungan keluar ke penyedia layanan internet (ISP) melalui saluran
telepon, pengguna computer menggunakan modem yang dipasang untuk encoder
dan decoder paket IP dan control informasi ke dalam dan dari frekuensi sinyal
audio analog masing-masing.
Koneksi Dial-up ke Internet tidak memerlukan infrastruktur selain jaringan
telepon . Seperti akses telepon tersedia secara luas. Dial-up membutuhkan waktu
untuk membuat sambungan telepon yang dapat digunakan (sampai beberapa detik,
tergantung pada lokasi) dan melakukan handshaking untuk sinkronisasi protokol
sebelum transfer data dapat terjadi. Dalam locales dengan biaya koneksi telepon,
masing-masing sambungan ada biaya tambahan. Jika panggilan waktu-meteran,
durasi sambungan menimbulkan biaya-biaya. akses Dial-up adalah koneksi
sementara, karena baik pengguna, ISP atau perusahaan telepon mengakhiri
sambungan. penyedia layanan internet sering akan menetapkan batas waktu
koneksi untuk mencegah memonopoli akses, dan akan putuskan rekoneksi
pengguna dan membutuhkan biaya dan penundaan yang terkait dengannya.
pengguna teknis-cenderung sering menemukan cara untuk menonaktifkan auto-
disconnect program sehingga mereka dapat tetap terhubung selama berhari-hari.
Modem dial-up modern biasanya memiliki kecepatan transfer teoritis
maksimum 56 kbit / s (menggunakan V.90 atau V.92 protokol ), meskipun dalam
kebanyakan kasus 40-50 kbps adalah normal. Faktor-faktor seperti telepon saluran
kebisingan serta kualitas modem itu sendiri memainkan peranan besar dalam
menentukan kecepatan koneksi. Beberapa koneksi mungkin serendah 20 kbit / s
dalam sangat "berisik" lingkungan, seperti di kamar hotel tempat saluran telepon
dipakai bersama-sama dengan banyak ekstensi, atau di daerah pedesaan, banyak
kilometer dari bursa. Hal-hal lain seperti loop panjang, memuat gulungan ,
mendapatkan pasangan , pagar listrik (biasanya di lokasi pedesaan), dan pembawa
loop digital juga dapat koneksi melumpuhkan sampai 20 kb / s atau lebih rendah.
Dial-up biasanya memiliki latensi setinggi 400 ms atau bahkan lebih, yang
dapat membuat game online atau konferensi video sulit
6.4 Konsep dan Parameter QoS
Pengukuran performansi merupakan satu upaya dalam peningkatan
efisiensi dan efektifitas kerja suatu jaringan guna meningkatkan produktifitas
kerja pada jaringan. Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu
pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk
mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan.
Ada tiga model QoS dalam kebutuhan lalu lintas jaringan, yaitu : [10]
1. Best-Effort, adalah metode traffic yang dikirim tanpa jaminan bandwidth atau
prioritas.Traffic yang dikirim dari permintaan dan datang tanpa pembedaan
antara tipe lalu lintas dan tidak ada jaminan pengiriman.Kelebihan dari Best-
Effort adalah skalabilitas, dan kemudahan penyebaran. Dan kelemahannya
adalah fakta bahwa semua traffic diberi layanan yang sama.[10]
2. IntServ (Integrated Service), adalah model QoS yang menjamin tingkat
pelayanan tertentu disetiap arus lalu lintas yang teridentifikasi, untuk seluruh
jaringan dengan panjang sesi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
Resource Reservation Protocol (RSVP). Ketika jaringan tidak dapat
menyediakan bandwidth yang diperlukan, sesi tidak diperkenankan atau
tingkat layanan ini diturunkan. RSVP bekerja untuk semua jenis lalu lintas,
tetapi biasanya digunakan untuk real-time aplikasi yang baik tingkat-sensitif
atau delay-sensitif, seperti suara dan video.[10]
3. DiffServ (Differentiated Service), mengelompokkan traffic jaringan ke dalam
kelas meliputi traffic yang membutuhkan jenis perawatan QoS yang sama.
Misalnya, lalu lintas suara dipisahkan dari lalu lintas email. Namun, e-mail
mungkin ditempatkan di kelas yang sama sebagai web lalu lintas. Kelas-kelas
yang tepat, lalu lintas, dan kebijakan QoS yang digunakan adalah keputusan
bisnis.[10]
a. Parameter QoS Umum
Parameter-parameter untuk mengukur performansi dari jaringan IP
adalah :[9,10]
- Availability
- Call Set Up Time
- Out of Sequence
- Bit Rate
- Congestion Factor
- Fixed Unsuccesfull Call Ratio
- Fault Rate per Access Line
- Response Time for Operator Service
- Delay / Latency
- Jitter
- Packet Loss
- Troughput
Dari beberapa parameter yang tersebut diatas, ada parameter yang tidak
digunakan sebagai parameter pengukuran untuk video streaming, seperti ;
Availability of telephone exchange equipment, adalah ketersediaan dari peralatan
telepon exchange, parameter ini tidak digunakan pada pengukuran QoS video
streaming karena peralatan telephone exchange tidak tersedia bila ada kesalahan
tukar seperti yang terkait dengan switching atau transmisi.
Call Set Up Time, adalah periode yang dimulai ketika alamat informasi
yang diperlukan untuk membuat panggilan diterima oleh jaringan dan berakhir
ketika nada dipanggil sibuk atau sinyal jawaban ditandai oleh akses jaringan ke
terminal.Parameter ini tidak digunakan pada QoS video streaming karena tidak
berpengaruh pada performansi video streaming.
Out of Sequence (urutan paket yang rusak), Bit Rate (tingkatan bit-bit) dan
Congestion Factor (factor kemacetan), ketiga parameter ini tidak dipakai pada
QoS video streaming pada penelitian ini karena sudah merupakan akumulasi dari
delay, jitter dan packet loss.
Fixed Unsuccesfull Call Ratio, Fault Rate per Access Line, dan Response
Time for Operator Service, tidak digunakan pada QoS video streaming karena
parameter-parameter ini lebih tepat penggunaanya pada Voice over IP(VoIP). Dan
terakhir parameter Lack of Bandwith, sebagai akibat dari perubahan beban
jaringan dan fluktuasi, tidak dipakai pada QoS video streaming karena sudah
diwakilkan oleh troughput.
b. Parameter QoS untuk video streaming
Pada pengukuran QoS video streaming juga tidak semua parameter QoS
umum dipakai. Pada video streaming protokol yang digunakan dalam spesifikasi
ini untuk transportasi data adalah real-time transport protocol (RTP) UDP / IP.
Protokol RTP menyediakan layanan pengiriman end-to-end untuk lalu lintas real-
time. Fungsi terpenting yang disediakan oleh RTP adalah pengiriman data yang
sinkron, nomor urutan yang digunakan untuk mendeteksi loss dan paket yang
keluar dari urutan dan aliran identifikasi, sehingga memungkinkan adanya lebih
dari satu media stream dalam sesi RTP yang sama. Namun perlu dicatat bahwa
protokol RTP tidak menjamin dapat diandalkan, tepat waktu, atau di-order
pengiriman paket, karena mengasumsikan kehandalan dalam jaringan yang
mendasarinya.[6]
Dengan demikian, penyebaran layanan streaming video menggunakan
RTP / UDP / IP menghadapi tiga tantangan utama:[6]
1. Delay dan jitter, Delay didefinisikan untuk semua kedatangan paket sukses
dan error setelah melewati kumpulankumpulan jaringan yang tersedia antara
source dan destination.[2,5,6]. Sedangkan jitter merupakan variasi
kedatangan paket akibat lintasan tempuh data yang berbeda dilihat dari sisi
penerima. Hal ini dikarenakan adanya error dalam proses sinkronisasi pada
jitter buffer, yaitu tempat penampung paket data yang dikirim sebelum
diterima, semakin besar paket data yang ditampung oleh jitter buffer, maka
nilai jitter akan semakin kecil sehingga waktu tempuh pengiriman akan
semakin cepat. [2,5,9,10]. Parameter delay dan jitter dipakai pada
pengukuran QoS video streaming karena dapat menghambat transformasi
informasi.
Ada empat tipe delay, yaitu :[10]
a. Processing Delay, Waktu yang diperlukan sebuah paket untuk berpindah
dari input interface dari sebuah router atau Layer 3 switch, dengan
interface output. Keterlambatan Pengolahan tergantung pada mode
switching, kecepatan CPU dan pemanfaatan, arsitektur router, dan
konfigurasi antarmuka.
b. Queuing Delay, Lamanya waktu tunggu paket di antarmuka antrian
sebelum dikirim ke transmit ring. Antrian penundaan
tergantung pada jumlah dan ukuran paket dalam antrian, dan
metode antrian di tempat. Ini adalah penundaan variabel.
c. Serialization Delay, Lamanya waktu yang diperlukan untuk menempatkan
bit dari antarmuka transmit ring ke wire. Delay serialisasi
tergantung pada bandwidth dari bandwidth-interface yang lebih tinggi
sama dengan delay serialisasi lebih kecil. Ini adalah penundaan tetap.
d. Propagation Delay, Panjang waktu yang diperlukan paket
bergerak dari satu ujung link ke ujung yang lain. Propagasi delay
tergantung pada jenis media, seperti link fiber atau satelit. Ini
adalah penundaan tetap.
2. Packet loss ratio, adalah perbandingan seluruh paket IP yang hilang dengan
seluruh paket IP yang dikirimkan antara MP pada source dan destination.
[2,5,6,9]. Packet Loss Menunjukkan banyak jumlah paket yang hilang.
Umumnya perangkat memiliki buffer untuk menampung data yang diterima.
Jika terjadi kongesti yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan data baru
tidak dapat diterima.Parameter Packet Loss, dipakai pada pengukuran QoS
video streaming karena dapat membuat informasi yang dikirimkan tidak
lengkap, bahkan dapat mengubah informasi yang dikirim.
Rumus packet loss, adalah :[9]
Packet loss =
3. Throughput, adalah jumlah total kedatangan paket IP sukses yang diamati di
MP pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval
waktu tersebut.[2,5]. Parameter troughput dipakai pada pengukuran QoS
video streaming karena untuk mengukur bandwidth yang sebenarnya, jika
bandwidth kurang maka layanan juga akan berpengaruh, akibatnya delay,
jitter dan packet loss juga akan timbul.
Rumus troughput adalah :
Throughput = x 100 %
VI.5.Perancangan Sistem
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan percobaan untuk pengambilan
data pada video streaming baik pada teknologi ADSL maupun jaringan WLAN
pada topologi client-server communication, seperti pada gambar 3.
Gambar 3 : client-server network
Pengambilan data dilakukan dengan membuat koneksi client-server
communication dimana server adalah penyedia layanan streaming yang dapat
diakses oleh client, kemudian transfer paket data streaming antara client dan
server di-monitor dan di-capture baik dari sisi client maupun server.
Paramater jaminan kualitas layanan yang difokuskan sebagai parameter
pengukuran performansi transmisi video pada penelitian ini yaitu :
1. Packet end-to-end delay, pengukuran dilakukan pada pengiriman paket dari
ujung node ke ujung node lain. Parameter ini ditetapkan karena dapat
menghambat informasi.
2. Jitter, pengukuran pada variasi kedatangan paket. Parameter ini ditetapkan
karena juga dapat menghambat informasi.
3. Troughput Transmisi, pengukuran dilakukan untuk mengukur bandwidth
yang sebenarnya, jika bandwidth kurang maka layanan juga akan
berpengaruh
4. Packet Loss, pengukuran dilakukan karena parameter ini dapat membuat
informasi yang dikirimkan tidak lengkap, bahkan dapat mengubah informasi
yang dikirim
Penelitian difokuskan pada empat parameter tersebut dikarenakan delay,
jitter, troughput dan packet loss sudah merupakan parameter inti dan mewakili
dari parameter QoS secara umum.
VII. JADWAL PENELITIAN
Tabel 1Jadwal Penelitian
NO
Uraian TugasApril
2011
Mei
2011
Juni
2011
Juli
2011
Agustus
2011
September
2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Proposal
2 Studi Literatur / Analisa permasalahan
3 Alternatif-alternatif permasalahan yang ditemui
4 Analisa pemecahan permasalahan
5 Metodologi pemecahan permasalahan
6 Penelitian
7 Analisa & Perancangan pemecahan masalah
8 Konsultasi kepada pembimbing
9 Rencana seminar tugas akhir 1
VIII. DAFTAR PUSTAKA
[ 1 ] Djoko Suprajitno, 2003. Aplikasi Layanan Video Pada Jaringan Akses Kawat Tembaga Dengan Teknologi ADSL. Java Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol.1, No.2, Oct 2003, ISSN1412-8306
[ 2 ] Agus. W.S, Sofia Naning.H, Ida Wahidah, 2007. Analisa Quality of Sevice Dari Layanan Video Streaming Pada Jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS). Seminar Nasional Sistem dan Informatika 2007, Bali,16 November 2007, ISSN07-027
[ 3 ] Dony Ariyus, Rum Andri, 2008. Komunikasi Data. Buku Teks. Penerbit Andi, Yogyakarta, Indonesia
[ 4 ] Abdul Rasyid, Peningkatan Kapasitas Transmisi Pada Kabel Tembaga Menggunakan Teknologi ADSL Untuk Akses Multimedia.
[ 5 ] Irma Noviandri, Rendy Munadi, Hafidudin, 2007. Implementasi Video Conference Pada Jaringan STT Telkom Dengan Protokol H.323 Berbasis Web. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007, Yogyakarta, 16 Juni 2007, ISSN1907-5022
[ 6 ] A.Diaz, P.Moreno, F.J.Rivas, 2009. QoS Analysis of Video Streaming Service in Live Celullar Networks. IEEE Pervasive Computing, submitted for publication
[ 7 ] Todd Lammle, 2005. CCNA: Cisco Certified Network Associate Study Guide. Text Book. Penerbit Elex Media Computindo. Jakarta, Indonesia
[ 8 ] Iwan Sofana, 2010. CISCO: CCNA dan Jaringan Komputer. Buku Teks. Penerbit Informatika Bandung. Bandung, Indonesia
[ 9 ] Republic of Lebanon Telecommunications Regulatory Authority, 2008. Technical Quality of Service And Key Performance Indicators Regulation.
[10] Brent Stewart, Denise Donouhe, CCNP ONT Quick Reference Sheets Exam 642-845. 2006. CISCO.
[11] William Stalling, 2001. Dasar – Dasar Komunikasi Data. Buku Teks. Penerbit Salemba Teknika, Jakarta, Indonesia.Praktek