34
KOMPARASI QUALITY OF SERVICE (QoS) VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN WIRED SERVER DENGAN WIRELESS SERVER PADA IEEE 802.11b WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) PROPOSAL TUGAS AKHIR Jurusan Sistem Komputer Jenjang Strata 1 Disusun Oleh DIKE BAKTI PIANSA 09071001011

Proposal Almost Print)

  • Upload
    dpianza

  • View
    208

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Almost Print)

KOMPARASI QUALITY OF SERVICE (QoS) VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN WIRED SERVER

DENGAN WIRELESS SERVER PADA IEEE 802.11b WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN)

PROPOSAL TUGAS AKHIRJurusan Sistem Komputer

Jenjang Strata 1

Disusun OlehDIKE BAKTI PIANSA

09071001011

JURUSAN SISTEM KOMPUTERFAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS SRIWIJAYA2011

Page 2: Proposal Almost Print)

LEMBAR PENGESAHAN

KOMPARASI QUALITY OF SERVICE (QoS) VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN WIRED SERVER DENGAN WIRELESS SERVER PADA IEEE 802.11b WIRELESS LOCAL

AREA NETWORK (WLAN)

PROPOSAL TUGAS AKHIRJurusan Sistem Komputer

Jenjang Strata 1

Disusun OlehDike Bakti Piansa

09071001011

Palembang, April 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Rifkie Primatha, MT Firdaus, M.KomNIP.197706012009121004 NIP. 197801212008121003

Mengetahui,Ketua Jurusan Sistem Komputer

Firdaus, M.Kom

Page 3: Proposal Almost Print)

NIP. 197801212008121003

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Lembar Pengesahan .............................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

Proposal Tugas Akhir ........................................................................................... 1

I. Latar Belakang ......................................................................................... 1

II. Tujuan ..................................................................................................... 2

III. Manfaat ................................................................................................. 3

IV. Batasan Masalah ................................................................................... 3

V. Metodologi Penelitian ............................................................................ 4

VI. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5

6.1 Video Streaming ............................................................................ 5

6.2 ADSL ............................................................................................. 7

6.3 Wireless LAN ................................................................................ 10

6.4 Konsep dan Parameter QoS ........................................................... 11

6.5 Perancangan Sistem ....................................................................... 16

VII. Jadwal Penelitiaan ............................................................................... 18

VIII. Daftar Pustaka .................................................................................... 19

Page 4: Proposal Almost Print)

PROPOSAL

TUGAS AKHIR

I. LATAR BELAKANG

Internet saat ini sudah menjadi sebuah teknologi dan jaringan komunikasi

data yang paling populer di dunia. Pada lima tahun lalu, trafik telnet dan World

Wide Web merupakan jenis-jenis trafik dominan. Akan tetapi, bentuk layanan

yang ditawarkan Internet semakin beragam. Pengguna Internet mulai

menggunakan aplikasi-aplikasi “pembunuh”, seperti video conference, media

streaming, telemedicine, distance learning, dan layanan-layanan lain yang banyak

menghabiskan bandwidth.[1]

Modem konvensional yang digunakan selama ini yaitu Dial-Up Modem

Analog yang menawarkan kecepatan 56 kbps dengan menggunakan PSTN (Public

Switching Telephone Network) tidak dapat maksimal memberikan layanan internet

yang menghabiskan bandwidth tersebut.

Disisi lain teknologi terus berupaya untuk mengatasi kendala tersebut,

dimana metode jaringan akses mengembangkan teknologi telepon tradisional,

sehingga kemudian lahir teknologi ADSL. ADSL kecepatan tinggi

menghilangkan bottleneck serta memberikan kesempatan pada semua pelanggan

untuk akses ke internet content secara cepat dan handal.[1]

Secara teoritis komparasi kualitas layanan antara ADSL dan Dial-Up

Analog, ADSL lebih unggul dibandingkan Dial-Up tetapi tujuan dari

perbandingan ini agar mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan

Page 5: Proposal Almost Print)

layanan yang cukup signifikan mengapa Dial-Up tidak bias mengimbangi DSL.

Isu penting dari penggunaan jaringan Dial-Up antara lain sedikitnya bandwidth,

jitter, dan packet error yang tinggi. Selain itu, terdapat dua batasan utama yang

mempengaruhi performansi streaming video pada Dial-Up. Pertama adalah video

merupakan objek data yang besar dan membutuhkan ratusan bahkan lebih

megabytes transfer data. Yang kedua adalah streaming video bersifat

asynchronous atau timebounded, video memerlukan prioritas pengiriman dan

bergantung penuh dengan waktu.

Dengan didasari oleh teori diatas, membuat penulis tertarik untuk

melakukan riset, implementasi serta studi literatur tentang perbandingan kualitas

layanan antara dua teknologi yang berbeda dengan media kabel yaitu ADSL dan

Dial-Up Analog, dimana hasil yang diharapkan nantinya yaitu dapat mengetahui

QoS video streaming pada ADSL ataukah WLAN yang lebih maksimal, dan jika

salah satu-nya tidak maksimal mengapa bisa demikian.

II. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi persyaratan dalam meyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Sriwijaya pada jurusan Sistem Komputer.

2. Untuk mempelajari karakteristik streaming video pada dua teknologi berbeda

tetapi media transmisi yang sama.

3. Membandingkan kualitas layanan video streaming pada teknologi ADSL dan

Dial-Up Analog berdasarkan parameter – parameter yang diukur.

III. MANFAAT

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 6: Proposal Almost Print)

1. Memperoleh hasil data dari perbandingan kualitas layanan video streaming

pada ADSL dan Dial-Up.

2. Mengetahui perbedaan mekanisme video streaming melalui dua jaringan yang

berbeda yaitu ADSL dan Dial-Up.

3. Mengetahui perbandingan kualitas layanan atau Quality of Service dari video

streaming pada teknologi ADSL dan Dial-Up.

IV. BATASAN MASALAH

Batasan dari permasalahan dalam Tugas Akhir ini antara lain:

1. Tidak memperhitungkan aspek keamanan dalam jaringan, seperti otentikasi

dan otorisasi.

2. Terbatas pada kemampuan teknologi ADSL dan Dial-Up.

3. Parameter jaminan kualitas layanan yang akan diuji, yaitu:[2,5]

a. Packet loss

b. Packet end-to-end delay

c. Jitter

d. Throughput

V. METODOLOGI PENELITIAN

Berikut tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam melaksanakan Tugas

Akhir:

1. Kajian literatur

Pada tahap ini akan dilakukan studi literatur mengenai konsep dan

pembelajaran format dan kompresi video, serta mempelajari ADSL dan WLAN.

Page 7: Proposal Almost Print)

2. Analisis permasalahan

Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan yang diangkat

sebagai topik penyusunan Tugas Akhir. Analisis yang dilakukan meliputi input

parameter yang akan digunakan untuk mengukur kualitas layanan video streaming

pada teknologi ADSL dan Dial-Up.

3. Perancangan dan percobaan

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan dan percobaan video streaming

melalui teknologi ADSL dan Dial-Up menggunakan input parameter pengukuran

yang telah dipilih berdasarkan hasil proses analisis permasalahan dengan metode

monitoring baik di sisi client maupun server.

4. Analisis hasil perancangan dan monitoring.

Pada tahap ini akan dilakukan proses analisis terhadap hasil perancangan

dan percobaan video streaming melalui teknologi ADSL dan Dial-Up.

5. Penarikan kesimpulan dan saran

Pada tahap ini akan ditarik kesimpulan dari hasil analisis perancangan dan

percobaan serta saran untuk pengembangan perancangan sistem monitoring video

streaming melalui ADSL dan Dial-Up lebih lanjut.

VI. TINJAUAN PUSTAKA

6.1 Video Streaming

Streaming adalah sebuah teknologi untuk memainkan file video atau audio

secara langsung ataupun dengan pre-recorder dari sebuah mesin server (web

server). Dengan kata lain, file video atau audio yang terletak pada sebuah server

dapat secara langsung dapat dijalankan pada User Equipment (UE) sesaat setelah

Page 8: Proposal Almost Print)

ada permintaan dari user, sehingga proses download file video atau audio yang

memakan waktu lama dapat dihindari.[2]

Video streaming adalah tayangan langsung yang di-broadcast kepada

banyak orang (viewers) dalam waktu yang bersamaan dengan kejadian aslinya,

melalui media data komunikasi (network) baik yang terhubung dengan cable atau

wireless. Dulu streaming video menggunakan protokol RTMP (Real Transfer

Media Protocol) seperti yang digunakan pada Real  dan  Flash Media Server.

Teknologi ini penggunaannya tidak meluas dikarenakan untuk menggunakannya

memerlukan installasi software khusus seperti real player. Kelebihannya, protokol

ini bisa memberikan livestreaming untuk keperluan live broadcasting. Teknologi

inilah yang biasa digunakan untuk video teleconference

Sedangkan saat ini penggunaan video pada web merupakan trend yang

sedang meningkat di internet. Menggunakan FLV sebagai format video dan

protocol HTTP. Flash sebagai player video memberi kemudahan dalam

menyajikan konten video lewat internet. Dengan menempelkan video pada

website dan dijalankan dengan flash player membuat video dapat ditonton

kapanpun dan dimana pun. HTTP (HyperText Transfer Protocol) adalah protokol

standar web yang digunakan teknologi web untuk keperluan sharing dan

streaming video contoh YouTube, Google Video, dan website sharing video

lainnya. Karena protokol inilah yang paling mudah diakses dari manapun.

Beberapa firewall menutup port-port yang tidak umum namun port 80 yang

digunakan oleh protokol HTTP hampir tidak pernah ditutup kecuali memang

firewall tidak mengijinkan internet dalam jaringan mereka. Dengan demikian

sepanjang user terhubung internet maka mereka dapat dengan mudah menonton

video tersebut dimanapun dan kapanpun.

Page 9: Proposal Almost Print)

Pada video streaming, pengguna dapat mulai menonton file multimedia

segera setelaj dimulainya proses download. File dikirim ke pengguna dalam aliran

konstan, dan pengguna menonton file multimedia segera setelah aliran tersebut

dating. Keuntungan metode ini adalah tidak diperlukannya lagi waktu tunggu,

ditambah lagi dapat digunakan untuk broadcast live event (webcast atau netcast).

Pengiriman file video dengan cara ini disebut dengan video streaming. Berikut

gambar arsitektur video streaming yang ditunjukkan oleh gambar 1.

Gambar 1 : Arsitektur video streaming

Data video dan audio akan dikompresi oleh algoritma kompresi video dan

audio, dan kemudian disimpan di dalam tempat penyimpanan. Berdasarkan

permintaan klien, streaming server akan mengambil video dan audio yang telah

terkompresi dari tempat penyimpanan, kemudian modul dari application level

Quality of Service (Qos) control akan menyesuaikan video/audio bit-streams

menurut status jaringan dan kebutuhan kualitas layanan. Kemudian transport-

protocol membuat paket bit-streams yang terkompresi, dan mengirim paket video

atau video tersebut ke internet. Paket tersebut mungkin hilang atau mengalami

Page 10: Proposal Almost Print)

delay bergantung pada jaringan dan peningkatan kualitas pengiriman media pada

jaringan.

6.2 Assymetric Digital Subscriber Line

ADSL adalah teknologi modem yang mentransformasikan saluran telepon

biasa menjadi saluran digital berkecepatan tinggi untuk melakukan komunikasi

suara dan data super cepat. Pada ADSL, mode transmisinya asimetris, kecepatan

ke sisi sentral telepon upstream berbeda dengan kecepatan ke sisi pengguna

downstream. Ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa koneksi internet lebih banyak

mengambil data download dari jaringan backbone internet dibandingkan dengan

melakukan pengiriman informasi upload. ADSL lebih efisien dan memenuhi

kebutuhan pengguna Internet dibandingkan dengan varian lainnya. Karena

kecepatan upstream dan downstream tidak sama maka digunakanlah istilah

Asymmetric.

Kenyamanan pengguna saat berinternet ria tak akan terganggu panggilan

telepon masuk, tidak seperti pada dial up internet yang kadang-kadang membuat

koneksi internet terputus. Koneksi ADSL selalu tersambung (always on) sehingga

tak perlu repot melakukan login berulang kali. Teknologi ini juga sesuai untuk

perumahan dan Usaha Kecil Menengah karena biaya berlangganannya relatif

murah dibandingkan dengan solusi broadband lainnya. Harga perangkat modem

ADSL juga tidak terlalu mahal, berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta, tergantung

merek dan fitur yang dimilikinya.

ADSL ( Asynchronous Digital Subscriber Line ) adalah teknologi jaringan

tembaga atau wireline yang mampu mengirimkan data dengan kecepatan tinggi

(broadband), dengan memanfaatkan frekuensi yang berbeda pada transmisi

Page 11: Proposal Almost Print)

jaringan kabel tembaga yang ada. Prosesnya dilakukan melalui pembagian

frekuensi tinggi untuk data dan frekuensi rendah untuk voice dan fax, yaitu 0-4

KHz, sedangkan untuk frekuensi tinggi mulai dari 26 KHz – 1,1 MHz digunakan

untuk data. Diantara frekuensi tinggi dan frekuensi rendah terdapat kanal kosong

yang disebut guardband atau Pita frekuensi yang tak terpakai antara dua kanal

komunikasi yang menjadi pemisah antara beberapa kanal untuk meminimalisasi

kemungkinan interferensi antar kanal, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.

Gambar 2 : Frekuensi ADSL

ADSL itu sendiri sebenarnya hanyalah suatu modem yang biasa kita

gunakan untuk akses internet, bukan suatu sistem sambungan/jaringan. Teknologi

ADSL adalah suatu teknologi modem. Perbedaan antara modem ADSL dengan

modem konvensional yang paling mudah kita jumpai adalah dalam kecepatan

pentransferan (upload/download) data. Walaupun sama-sama menggunakan

saluran telepon umum sebagai jalur komunikasinya, kecepatan pada modem

ADSL berkisar antara 1.5 Mbps sampai 8 Mbps sedangkan modem konvensional

hanya 56 Kpbs. ADSL adalah teknologi yang terpengaruh oleh jarak. Sejalan

dengan bertambah jauhnya pelanggan dari sentral ADSL, kualitas sinyal menurun

dan kecepatan juga turun. Batas terjauh untuk ADSL adalah 6 km.

Page 12: Proposal Almost Print)

Selain itu teknik modulasi pada modem konvensional dan modem ADSL

juga merupakan salah satu perbedaan yang mendasar. Pada modem konvensional

menggunakan teknik modulasi FSK (Frequency Shift Keying) yang umum

digunakan untuk modulasi dalam pengiriman data. Sedangkan pada ADSL secara

umum ada dua standar modulasi yang digunakan. Pertama adalah CAP

(Carrierless Amplitude Phase) dan kedua adalah DMT (Discrete Multi Tone).

CAP (carrierless amplitude/phase modulation) adalah teknik modulasi

yang digunakan pada ADSL di awal perkembangannya. Teknik ini membagi

spektrum frekuensi yang dilalukan pada kabel ADSL menjadi kanal suara (0-

4KHz), kanal upstream data (25-138KHz), dan kanal down stream data (240KHz

ke atas). [1]

DMT (Discrete Multitone) – adalah metoda yang paling banyak digunakan

pada ADSL saat ini. DMT akan membagi frekuensi menjadi 256 kanal yang

masing-masing lebarnya 4.3125KHz. Dengan menggunakan algoritma FFT (Fast

Fourier Transform) untuk melakukan modulasi QAM (Quadrature Amplitude

Modulation) di setiap kanal dapat di atur secara terpisah kecepatan data yang

dikirim. Dengan cara ini DMT dapat mengeliminasi salah satu kanal-nya jika ada

gangguan / interferensi di kanal tersebut, interferensi yang sering masuk antara

lain dari radio pemancar broadcast AM yang memang frekuensi-nya dalam satuan

ratusan KHz.[1]

Media transmisi yang digunakan dalam ADSL adalah kabel tembaga yang

merupakan kabel telepon. Sinyal yang ditransmisikan melalui kabel ini dipisahkan

menjadi sinyal data berupa sinyal digital untuk keperluan komunikasi data, dan

sinyal suara berupa sinyal analog untuk komunikasi suara. Pada kabel tembaga

terdapat resistansi dimana semakin panjang tembaga maka semakin besar

Page 13: Proposal Almost Print)

hambatan, ini berarti pada jarak yang jauh frekuensi yang terjadi akan rendah

sehingga sinyal yang didapatpun akan melemah. Pada peristiwa ini terjadi

attenuation atau pelemahan kekuatan atau amplitudo sinyal yang ditransmisikan

ketika sinyal tersebut bergerak menjauh dari titik asalnya. Maka dapat

disimpulkan bahwa hubungan frekuensi berbanding lurus dengan jarak, oleh

karena itu pada jarak yang dekat kecepatan akses akan optimal, begitu juga

sebaliknya ketika jaraknya jauh kecepatan yang didapat akan menurun

dikarenakan menurunnya kualitas sinyal.

6.3 Dial-Up Analog

Teknologi Dial-Up Analog Modem adalah bentuk akses internet yang

menggunakan fasilitas dari Public Switching Telephone Network (PSTN) untuk

membuat sambungan keluar ke penyedia layanan internet (ISP) melalui saluran

telepon, pengguna computer menggunakan modem yang dipasang untuk encoder

dan decoder paket IP dan control informasi ke dalam dan dari frekuensi sinyal

audio analog masing-masing.

Koneksi Dial-up ke Internet tidak memerlukan infrastruktur selain jaringan

telepon . Seperti akses telepon tersedia secara luas. Dial-up membutuhkan waktu

untuk membuat sambungan telepon yang dapat digunakan (sampai beberapa detik,

tergantung pada lokasi) dan melakukan handshaking untuk sinkronisasi protokol

sebelum transfer data dapat terjadi. Dalam locales dengan biaya koneksi telepon,

masing-masing sambungan ada biaya tambahan. Jika panggilan waktu-meteran,

durasi sambungan menimbulkan biaya-biaya. akses Dial-up adalah koneksi

sementara, karena baik pengguna, ISP atau perusahaan telepon mengakhiri

sambungan. penyedia layanan internet sering akan menetapkan batas waktu

Page 14: Proposal Almost Print)

koneksi untuk mencegah memonopoli akses, dan akan putuskan rekoneksi

pengguna dan membutuhkan biaya dan penundaan yang terkait dengannya.

pengguna teknis-cenderung sering menemukan cara untuk menonaktifkan auto-

disconnect program sehingga mereka dapat tetap terhubung selama berhari-hari.

Modem dial-up modern biasanya memiliki kecepatan transfer teoritis

maksimum 56 kbit / s (menggunakan V.90 atau V.92 protokol ), meskipun dalam

kebanyakan kasus 40-50 kbps adalah normal. Faktor-faktor seperti telepon saluran

kebisingan serta kualitas modem itu sendiri memainkan peranan besar dalam

menentukan kecepatan koneksi. Beberapa koneksi mungkin serendah 20 kbit / s

dalam sangat "berisik" lingkungan, seperti di kamar hotel tempat saluran telepon

dipakai bersama-sama dengan banyak ekstensi, atau di daerah pedesaan, banyak

kilometer dari bursa. Hal-hal lain seperti loop panjang, memuat gulungan ,

mendapatkan pasangan , pagar listrik (biasanya di lokasi pedesaan), dan pembawa

loop digital juga dapat koneksi melumpuhkan sampai 20 kb / s atau lebih rendah.

Dial-up biasanya memiliki latensi setinggi 400 ms atau bahkan lebih, yang

dapat membuat game online atau konferensi video sulit

6.4 Konsep dan Parameter QoS

Pengukuran performansi merupakan satu upaya dalam peningkatan

efisiensi dan efektifitas kerja suatu jaringan guna meningkatkan produktifitas

kerja pada jaringan. Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu

pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk

mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan.

Ada tiga model QoS dalam kebutuhan lalu lintas jaringan, yaitu : [10]

1. Best-Effort, adalah metode traffic yang dikirim tanpa jaminan bandwidth atau

prioritas.Traffic yang dikirim dari permintaan dan datang tanpa pembedaan

Page 15: Proposal Almost Print)

antara tipe lalu lintas dan tidak ada jaminan pengiriman.Kelebihan dari Best-

Effort adalah skalabilitas, dan kemudahan penyebaran. Dan kelemahannya

adalah fakta bahwa semua traffic diberi layanan yang sama.[10]

2. IntServ (Integrated Service), adalah model QoS yang menjamin tingkat

pelayanan tertentu disetiap arus lalu lintas yang teridentifikasi, untuk seluruh

jaringan dengan panjang sesi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan

Resource Reservation Protocol (RSVP). Ketika jaringan tidak dapat

menyediakan bandwidth yang diperlukan, sesi tidak diperkenankan atau

tingkat layanan ini diturunkan. RSVP bekerja untuk semua jenis lalu lintas,

tetapi biasanya digunakan untuk real-time aplikasi yang baik tingkat-sensitif

atau delay-sensitif, seperti suara dan video.[10]

3. DiffServ (Differentiated Service), mengelompokkan traffic jaringan ke dalam

kelas meliputi traffic yang membutuhkan jenis perawatan QoS yang sama.

Misalnya, lalu lintas suara dipisahkan dari lalu lintas email. Namun, e-mail

mungkin ditempatkan di kelas yang sama sebagai web lalu lintas. Kelas-kelas

yang tepat, lalu lintas, dan kebijakan QoS yang digunakan adalah keputusan

bisnis.[10]

a. Parameter QoS Umum

Parameter-parameter untuk mengukur performansi dari jaringan IP

adalah :[9,10]

- Availability

- Call Set Up Time

- Out of Sequence

- Bit Rate

- Congestion Factor

Page 16: Proposal Almost Print)

- Fixed Unsuccesfull Call Ratio

- Fault Rate per Access Line

- Response Time for Operator Service

- Delay / Latency

- Jitter

- Packet Loss

- Troughput

Dari beberapa parameter yang tersebut diatas, ada parameter yang tidak

digunakan sebagai parameter pengukuran untuk video streaming, seperti ;

Availability of telephone exchange equipment, adalah ketersediaan dari peralatan

telepon exchange, parameter ini tidak digunakan pada pengukuran QoS video

streaming karena peralatan telephone exchange tidak tersedia bila ada kesalahan

tukar seperti yang terkait dengan switching atau transmisi.

Call Set Up Time, adalah periode yang dimulai ketika alamat informasi

yang diperlukan untuk membuat panggilan diterima oleh jaringan dan berakhir

ketika nada dipanggil sibuk atau sinyal jawaban ditandai oleh akses jaringan ke

terminal.Parameter ini tidak digunakan pada QoS video streaming karena tidak

berpengaruh pada performansi video streaming.

Out of Sequence (urutan paket yang rusak), Bit Rate (tingkatan bit-bit) dan

Congestion Factor (factor kemacetan), ketiga parameter ini tidak dipakai pada

QoS video streaming pada penelitian ini karena sudah merupakan akumulasi dari

delay, jitter dan packet loss.

Fixed Unsuccesfull Call Ratio, Fault Rate per Access Line, dan Response

Time for Operator Service, tidak digunakan pada QoS video streaming karena

parameter-parameter ini lebih tepat penggunaanya pada Voice over IP(VoIP). Dan

Page 17: Proposal Almost Print)

terakhir parameter Lack of Bandwith, sebagai akibat dari perubahan beban

jaringan dan fluktuasi, tidak dipakai pada QoS video streaming karena sudah

diwakilkan oleh troughput.

b. Parameter QoS untuk video streaming

Pada pengukuran QoS video streaming juga tidak semua parameter QoS

umum dipakai. Pada video streaming protokol yang digunakan dalam spesifikasi

ini untuk transportasi data adalah real-time transport protocol (RTP) UDP / IP.

Protokol RTP menyediakan layanan pengiriman end-to-end untuk lalu lintas real-

time. Fungsi terpenting yang disediakan oleh RTP adalah pengiriman data yang

sinkron, nomor urutan yang digunakan untuk mendeteksi loss dan paket yang

keluar dari urutan dan aliran identifikasi, sehingga memungkinkan adanya lebih

dari satu media stream dalam sesi RTP yang sama. Namun perlu dicatat bahwa

protokol RTP tidak menjamin dapat diandalkan, tepat waktu, atau di-order

pengiriman paket, karena mengasumsikan kehandalan dalam jaringan yang

mendasarinya.[6]

Dengan demikian, penyebaran layanan streaming video menggunakan

RTP / UDP / IP menghadapi tiga tantangan utama:[6]

1. Delay dan jitter, Delay didefinisikan untuk semua kedatangan paket sukses

dan error setelah melewati kumpulankumpulan jaringan yang tersedia antara

source dan destination.[2,5,6]. Sedangkan jitter merupakan variasi

kedatangan paket akibat lintasan tempuh data yang berbeda dilihat dari sisi

penerima. Hal ini dikarenakan adanya error dalam proses sinkronisasi pada

jitter buffer, yaitu tempat penampung paket data yang dikirim sebelum

diterima, semakin besar paket data yang ditampung oleh jitter buffer, maka

nilai jitter akan semakin kecil sehingga waktu tempuh pengiriman akan

Page 18: Proposal Almost Print)

semakin cepat. [2,5,9,10]. Parameter delay dan jitter dipakai pada

pengukuran QoS video streaming karena dapat menghambat transformasi

informasi.

Ada empat tipe delay, yaitu :[10]

a. Processing Delay, Waktu yang diperlukan sebuah paket untuk berpindah

dari input interface dari sebuah router atau Layer 3 switch, dengan

interface output. Keterlambatan Pengolahan tergantung pada mode

switching, kecepatan CPU dan pemanfaatan, arsitektur router, dan

konfigurasi antarmuka.

b. Queuing Delay, Lamanya waktu tunggu paket di antarmuka antrian

sebelum dikirim ke transmit ring. Antrian penundaan

tergantung pada jumlah dan ukuran paket dalam antrian, dan

metode antrian di tempat. Ini adalah penundaan variabel.

c. Serialization Delay, Lamanya waktu yang diperlukan untuk menempatkan

bit dari antarmuka transmit ring ke wire. Delay serialisasi

tergantung pada bandwidth dari bandwidth-interface yang lebih tinggi

sama dengan delay serialisasi lebih kecil. Ini adalah penundaan tetap.

d. Propagation Delay, Panjang waktu yang diperlukan paket

bergerak dari satu ujung link ke ujung yang lain. Propagasi delay

tergantung pada jenis media, seperti link fiber atau satelit. Ini

adalah penundaan tetap.

2. Packet loss ratio, adalah perbandingan seluruh paket IP yang hilang dengan

seluruh paket IP yang dikirimkan antara MP pada source dan destination.

[2,5,6,9]. Packet Loss Menunjukkan banyak jumlah paket yang hilang.

Umumnya perangkat memiliki buffer untuk menampung data yang diterima.

Page 19: Proposal Almost Print)

Jika terjadi kongesti yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan data baru

tidak dapat diterima.Parameter Packet Loss, dipakai pada pengukuran QoS

video streaming karena dapat membuat informasi yang dikirimkan tidak

lengkap, bahkan dapat mengubah informasi yang dikirim.

Rumus packet loss, adalah :[9]

Packet loss =

3. Throughput, adalah jumlah total kedatangan paket IP sukses yang diamati di

MP pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval

waktu tersebut.[2,5]. Parameter troughput dipakai pada pengukuran QoS

video streaming karena untuk mengukur bandwidth yang sebenarnya, jika

bandwidth kurang maka layanan juga akan berpengaruh, akibatnya delay,

jitter dan packet loss juga akan timbul.

Rumus troughput adalah :

Throughput = x 100 %

VI.5.Perancangan Sistem

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan percobaan untuk pengambilan

data pada video streaming baik pada teknologi ADSL maupun jaringan WLAN

pada topologi client-server communication, seperti pada gambar 3.

Page 20: Proposal Almost Print)

Gambar 3 : client-server network

Pengambilan data dilakukan dengan membuat koneksi client-server

communication dimana server adalah penyedia layanan streaming yang dapat

diakses oleh client, kemudian transfer paket data streaming antara client dan

server di-monitor dan di-capture baik dari sisi client maupun server.

Paramater jaminan kualitas layanan yang difokuskan sebagai parameter

pengukuran performansi transmisi video pada penelitian ini yaitu :

1. Packet end-to-end delay, pengukuran dilakukan pada pengiriman paket dari

ujung node ke ujung node lain. Parameter ini ditetapkan karena dapat

menghambat informasi.

2. Jitter, pengukuran pada variasi kedatangan paket. Parameter ini ditetapkan

karena juga dapat menghambat informasi.

3. Troughput Transmisi, pengukuran dilakukan untuk mengukur bandwidth

yang sebenarnya, jika bandwidth kurang maka layanan juga akan

berpengaruh

4. Packet Loss, pengukuran dilakukan karena parameter ini dapat membuat

informasi yang dikirimkan tidak lengkap, bahkan dapat mengubah informasi

yang dikirim

Penelitian difokuskan pada empat parameter tersebut dikarenakan delay,

jitter, troughput dan packet loss sudah merupakan parameter inti dan mewakili

dari parameter QoS secara umum.

Page 21: Proposal Almost Print)

VII. JADWAL PENELITIAN

Tabel 1Jadwal Penelitian

NO

Uraian TugasApril

2011

Mei

2011

Juni

2011

Juli

2011

Agustus

2011

September

2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Proposal

2 Studi Literatur / Analisa permasalahan

3 Alternatif-alternatif permasalahan yang ditemui

4 Analisa pemecahan permasalahan

5 Metodologi pemecahan permasalahan

6 Penelitian

7 Analisa & Perancangan pemecahan masalah

8 Konsultasi kepada pembimbing

9 Rencana seminar tugas akhir 1

Page 22: Proposal Almost Print)

VIII. DAFTAR PUSTAKA

[ 1 ] Djoko Suprajitno, 2003. Aplikasi Layanan Video Pada Jaringan Akses Kawat Tembaga Dengan Teknologi ADSL. Java Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol.1, No.2, Oct 2003, ISSN1412-8306

[ 2 ] Agus. W.S, Sofia Naning.H, Ida Wahidah, 2007. Analisa Quality of Sevice Dari Layanan Video Streaming Pada Jaringan IP Multimedia Subsystem (IMS). Seminar Nasional Sistem dan Informatika 2007, Bali,16 November 2007, ISSN07-027

[ 3 ] Dony Ariyus, Rum Andri, 2008. Komunikasi Data. Buku Teks. Penerbit Andi, Yogyakarta, Indonesia

[ 4 ] Abdul Rasyid, Peningkatan Kapasitas Transmisi Pada Kabel Tembaga Menggunakan Teknologi ADSL Untuk Akses Multimedia.

[ 5 ] Irma Noviandri, Rendy Munadi, Hafidudin, 2007. Implementasi Video Conference Pada Jaringan STT Telkom Dengan Protokol H.323 Berbasis Web. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007, Yogyakarta, 16 Juni 2007, ISSN1907-5022

[ 6 ] A.Diaz, P.Moreno, F.J.Rivas, 2009. QoS Analysis of Video Streaming Service in Live Celullar Networks. IEEE Pervasive Computing, submitted for publication

[ 7 ] Todd Lammle, 2005. CCNA: Cisco Certified Network Associate Study Guide. Text Book. Penerbit Elex Media Computindo. Jakarta, Indonesia

[ 8 ] Iwan Sofana, 2010. CISCO: CCNA dan Jaringan Komputer. Buku Teks. Penerbit Informatika Bandung. Bandung, Indonesia

[ 9 ] Republic of Lebanon Telecommunications Regulatory Authority, 2008. Technical Quality of Service And Key Performance Indicators Regulation.

[10] Brent Stewart, Denise Donouhe, CCNP ONT Quick Reference Sheets Exam 642-845. 2006. CISCO.

[11] William Stalling, 2001. Dasar – Dasar Komunikasi Data. Buku Teks. Penerbit Salemba Teknika, Jakarta, Indonesia.Praktek