Upload
trinhbao
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UJI EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL
GANGGANG MERAH Gracilaria verrucosa DAN Kappaphycus alvarezii
DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA ORAL DAN METODE
INDUKSI ALOKSAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Far)
Oleh
Putri Tsaniah Amalia
NIM: 107102001646
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Judul : Uji efek penurunan glukosa darah ekstrak etanol ganggang
(Gracilaria verrucosa) dan (Kappaphycus alvarezii) dengan
metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan.
Telah diuji aktivitas penurunan glukosa darah dari ekstrak etanol Gracilaria
verrucosa dan ekstrak etanol Kappaphycus alvarezii dengan metode toleransi
glukosa oral dan metode induksi aloksan pada tikus putih jantan. Pada metode
toleransi glukosa oral menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada menit
ke-60 hingga menit ke-180. Persentase penurunan yang besar terjadi pada
kelompok dosis 600 mg/kg bb ekstrak Gracilaria verrucosa dengan persentase
penurunan secara berturut-turut, yaitu 36,47 %, 48,52 %, 51,17 %, 47,95 %, dan
60,16 % dan dosis 600 mg/kg bb ekstrak Kappaphyucus alvarezii dengan
persentase 9,69 %, 25,15 %, 35,05 %, 46,78 %, dan 49,85 %. Pada uji ANOVA
kelompok dosis rendah dan dosis sedang Gracilaria verrucosa pada menit ke-60
tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Pada
metode induksi aloksan, penurunan glukosa darah mulai terjadi pada hari ke-4.
Penurunan yang paling besar dan stabil terjadi pada kelompok dosis 1200 mg/kg
bb ekstrak Gracilaria verrucosa dengan persentase penurunan secara berturut,
yaitu 53.66%, 48.08%, dan 70.5%.dan dosis 1200 mg/kg bb Kappaphycus
alvarezii dengan persentase penurunan 71.84%, 72. 2%, 73.8%.Pada uji ANOVA
menunjukkan bahwa kedua ganggang tersebut tidak berbeda secara bermakna
dengan kontrol positif dan kontrol normal pada hari ke-15.
Keyword : diabetes, glukosa darah, aloksan, Gracilaria verrucosa, Kappaphycus
alvarezii
vi
ABSTRACT
Title : Antidiabetic effect of ethanol extracts of red algae Gracilaria
verrucosa and Kappaphycus alvarezii by oral glucose tolerance method
and alloxan induction method.
Antidiabetic activity of ethanol extracts of Gracilaria verrucosa and
Kappaphycus alvarezii had beenexamined by glucose tolerance method on rats
and on aloxan-induced diabetic mice. In the oral glucose tolerance method
showed the levels of blood glucose are decreased on 60, and 180 minutes after
administration of Gracilaria verrucosa extract at a dose of 600 mg/kg bw, blood
glucose levels are decreased by 36,47%, 48,52%, 51,17%, 47,95% and 60,16%,
while administration of Kappaphycus alvarezii extracts at a dose of 600 mg/kg bw
, blood glucose levels are decreased by 9,69%, 25,15%, 35,05%, 46,78%, and
49,85%. The ANOVA test showed that both of extracts aren’t significantly
different with positive control and normal control. In alloxan induction method,
blood glucose levels are decreased on 4th
– 15th
day. Blood glucose levels are
decreased by 53,66%, 48,08%, and 70,5% at a dose 1200 mg/kg bw of Gracilaria
verrucosa and 71.84%, 72. 2%,and 73.8% at a dose of 1200 mg/kg bw
Kappaphycus alvarezii. The ANOVA test for this method showed that both of
extracts aren’t significantly different with positive control and normal control.
Keywords : antidiabetic, blood glucose, alloxan, Gracilaria verrucosa,
Kappaphycus alvarezii,
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
nikmat, karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat
serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat
dan pengikut-Nya yang telah membawa umat-Nya dari zaman kegelapan hingga
zaman yang kaya akan Ilmu Pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti
sekarang ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun judul skripsi ini adalah “Uji Efek penurunan glukosa darah ekstrak
etanol ganggang Gracilaria verrucosa dan Kappaphycus alvarezii dengan
metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjuddin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
2. DR. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN
Syarif Hidayatullah sekaligus dosen penguji I (pertama) yang telah
memberikan masukan, kritik, saran dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini
dan pelaksanaan penelitian ini.
3. Dr. Azrifitria, M.Si, Aptselaku dosen pembimbing I (pertama) yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan buah pikirannya untuk mendidik,
membimbing dan memotivasi kami.
4. Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Aptselaku dosen pembimbing II (kedua) yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan buah pikirannya untuk mendidik,
membimbing dan memotivasi kami.
5. Orang tua saya yakni Bpk H. Tanudji dan Ibu Hj. Hafshoh Kurniawati serta
Saudara kandung saya yakni Nissa, Shofa, dan Hanna yang telah memberikan
viii
spirit, motifasi dan doa kepada kami sehingga tugas akhir ini dapat disusun
dan penelitian pun telah dilaksanakan
6. Teman-teman seperjuangan selama di farmasi yakni Muhardi, Ibel, upi, intan,
regi, dimas, bhanu, kaniya, dan fanny.
7. Muhamad Irwan Prima yang selalu memberi semangat dalam penelitian.
8. Teman-teman satu Kelas Farmasi B yang tetap kompak, peduli, setia kawan,
saling dapat merasakan satu sama lain dan teman-teman Farmasi angkatan
2007 yang ikut serta membantu selama penelitian ini.
9. Kak Eris, Kak Rahmadi,S.Si, Kak Niken, S.Si, Kak Novi, S.Si, Kak Yopi
Mulyana, S.Far, Kak Tiwi, S.Far dan Kak Lisna Fauzia, S.Far yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyediakan tempat (laboratorium),
menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama penelitian.
10. Dosen-dosen Farmasi dan Staf akademik Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan saran dan dukungannya terhadap penelitian yang kami
laksanakan.
11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan seperti pribahasa berikut “Tidak
ada gading yang tak retak” Oleh karena itu, penulis menerima saran, masukan dan
kritik dari para pembaca untuk memperbaiki kemampuan menulis pada
kesemapatan berikutnya.
Jakarta, Maret 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................ i
Lembar Persetujuan Skripsi .......................................................... ii
Lembar Pernyataan ........................................................................ iii
Abstrak ............................................................................................. iv
Abstract ............................................................................................ v
KataPengantar ................................................................................ vi
Daftar Isi .......................................................................................... vii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3
1.3. Hipotesis ................................................................................ 3
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
1.6. Batasan Penelitian.................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput Laut (Gracilaria verrucosa)
2.1.1. Klasifikasi .................................................................. 5
2.1.2. Deskripsi ..................................................................... 5
2.1.3. Kandungan .................................................................. 6
2.1.4. Manfaat Tumbuhan ..................................................... 6
2.2. Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
2.2.1. Klasifikasi .................................................................. 7
2.2.2. Deskripsi .................................................................... 7
2.2.3. Kandungan .................................................................. 8
2.2.4. Manfaat Tumbuhan ..................................................... 8
2.3. Hewan Uji............................................................................... 8
2.4. Diabetes Mellitus
2.4.1. Pengertian..................................................................... 10
2.4.2. Gejala Klinik Diabetes Mellitus................................... 11
2.4.3. Diagnosis ..................................................................... 11
x
2.5. Metode Pengujian Diabetes
2.5.1. Metode Uji Toleransi Glukosa Oral ............................ 12
2.5.2. Metode Uji Diabetes Aloksan ..................................... 12
2.6. Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Metode Enzimatik ................................................................. 13
2.7. Terapi Obat ............................................................................ 13
2.8. Acarbose ................................................................................ 16
2.9. Glibenklamid ......................................................................... 17
2.10. Na-CMC .............................................................................. 18
2.11. Aloksan ................................................................................ 19
2.12. Simplisia .............................................................................. 21
2.12.1. Pengelolaan simplisia ................................................ 22
2.13. Ekstraksi .............................................................................. 25
2.13.1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut .................... 26
2.13.1.1. Cara dingin ......................................................... 26
2.13.1.2. Cara panas .......................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian ................................................ 28
3.2. Determinasi tanaman ............................................................. 28
3.3. Pengambilan simplisia ........................................................... 28
3.4. Bahan dan alat ....................................................................... 28
3.5. Pola penelitian ....................................................................... 29
3.6. Pembuatan ekstrak Gracilaria verrucosa danEucheuma alvarezii
3.6.1. Persiapan rumput laut Gracilaria verrucosadan
Kappaphycus alvarezii .......................................................... 29
3.6.2. Ekstraksi ...................................................................... 30
3.6.3. Penapisan fitokimia ..................................................... 30
3.6.4.Pengujian parameter non spesifik ekstrak .................... 33
3.6.5. Penghitungan rendemen .............................................. 34
3.7. Rancangan percobaan ............................................................ 34
3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan ................................. 35
3.7.2. Persiapan Hewan percobaan ...................................... 36
xi
3.8. Pembuatan sediaan dosis uji .................................................. 36
3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah ..... 37
3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan ................... 38
3.11. Kelompok perlakuan ........................................................... 39
3.12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah ........................... 43
BAB IV HASIL
4.1. Hasil penelitian ...................................................................... 45
4.1.1. Determinasi tanaman................................................... 45
4.1.2. Ekstraksi ...................................................................... 45
4.1.3. Hasil penapisan fitokimia ........................................... 45
4.1.4. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada metode
toleransi glukosa oral ............................................................ 46
4.1.5. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada metode
induksi aloksan ...................................................................... 49
BAB V PEMBAHASAN ................................................................. 53
BAB VI KESIMPULAN ................................................................. 60
Daftar Pustaka.................................................................................. 61
Lampiran ......................................................................................... 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rumus Bangun Acarbose ................................................ 16
Gambar 2. Rumus bangun glibenklamid .......................................... 17
Gambar 3. Rumus bangun aloksan ................................................... 19
Gambar 4. Kurva penurunan kadar glukosa darah pada metode
induksi aloksan ................................................................. 45
Gambar 5. Kurva kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan 51
Gambar 6. Kappaphycus alvarezii .................................................... 68
Gambar 7. Gracilaria verrucosa ....................................................... 68
Gambar 8. Tikus putih jantan ............................................................ 68
Gambar 9. Aloksan monohidrat ........................................................ 68
Gambar 10. Ekstrak Gracilaria verrucosa ....................................... 68
Gambar 11. Ekstrak Kappaphycus alvarezii ..................................... 68
Gambar 12. glukotest ........................................................................ 68
Gambar 13. Strip glukotest ............................................................... 68
Gambar 14Saponin ............................................................................ 69
Gambar 15. Flavonoid ...................................................................... 69
Gambar 16. Tanin ............................................................................. 69
Gambar 17Saponin ............................................................................ 69
Gambar 18. Flavonoid ...................................................................... 69
Gambar 19. Tanin ............................................................................. 69
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Kegunaan dan konsentrasi Na-CMC ................................... 19
Tabel 2.Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral ... 35
Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan ...................... 35
Tabel 4. Hasil penapisan fitokimia ................................................... 45
Tabel 5.Kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral .... 46
Tabel 6. Persentase penurunan pada metode toleransiglukosa oral .. 47
Tabel 7. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode induksi
aloksan ................................................................................ 49
Tabel 8. Persentase penurunan kadar glukosa darah......................... 50
Tabel 9. Faktor konversi hewan ........................................................ 88
Tabel10. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode toleransi
glukosa oral ......................................................................... 84
Tabel11. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode induksi
aloksan ................................................................................ 85
Tabel 12.Bobot Badan Tikus Selama Perlakuan ............................... 86
Tabel 13. Uji Normalitas Gracilaria verrucosa dengan metode toleransi
glukosa oral ...................................................................... 91
Tabel 14. Uji Homogenitas Gracilaria verrucosa dengan metode toleransi
glukosa oral ...................................................................... 92
Tabel 15. Uji Anova ekstrak Gracilaria verrucosa .......................... 93
Tabel 16. Uji Kruskal Wallis ekstrak Gracilaria verrucosa .............. 93
Tabel 17. Uji BNT kelompok ekstrak Gracilaria verrucosa metode
toleransi glukosa oral ........................................................ 94
Tabel 18. Uji Normalitas ekstrak K. alvarezii metode
toleransi glukosa oral ........................................................ 103
Tabel 19. Uji Homogenitas ekstrak E.cottonii
metode toleransi glukosa oral ........................................... 104
Tabel 20. Uji ANOVA Data Penurunan kadar glukosa darah
pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90 ......................... 105
Tabel 21.Uji Kruskal Wallis Kappaphycus alvarezii pada
metode toleransi glukosa oral ........................................... 106
xiv
Tabel 22. Uji normalitas K. alvarezii pada metode
induksi aloksan ................................................................. 108
Tabel 23. Uji Homogenitas Gracilaria verrucosa pada metode
induksi aloksan ................................................................. 109
Tabel 24. Uji Kruskal Wallis Gracilaria verrucosa pada metode
induksi aloksan ................................................................. 110
Tabel 25. Uji BNT Gracilaria verrucosa pada metode induksi
aloksan .............................................................................. 110
Tabel 26.Uji normalitas pada K. alvarezii dengan metode
induksi aloksan ................................................................. 116
Tabel 27. Uji Homogenitas K. alvarezii pada metode
induksi aloksan ................................................................. 117
Tabel 28. Uji ANOVA K. alvarezii dengan metode
induksi aloksan ................................................................. 119
Tabel 29. Uji Kruskal Wallis K. alvarezii pada metode
induksi aloksan ................................................................. 119
Tabel 30. Uji BNT K. alvarezii pada metode induksi
aloksan .............................................................................. 129
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bahan dan Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian .... 68
Lampiran2. Hasil skrining ................................................................ 69
Lampiran 3. Surat Determinasi hewan uji ........................................ 70
Lampiran 4. Surat Determinasi Gracilaria verrucosa ...................... 71
Lampiran 5. Surat Determinasi K. alvarezii ..................................... 72
Lampiran 6. Skema Kerja Pembuatan ekstrak etanol 70%
Gracilaria verrucosadan ekstrak etanol Kappaphycus alvarezii ...... 73
Lampiran 7. Skema Aklimatisasi Hewan Uji ................................... 74
Lampiran8. Skema Kerja Uji Metode Toleransi Glukosa Oral ........ 75
Lampiran9. Skema Kerja Uji Metode induksi aloksan ..................... 76
Lampiran 10. Perhitungan Dosis ....................................................... 77
Lampiran 11. Pemeriksaan parameter ekstrak .................................. 81
Lampiran 12. Perhitungan persentase kadar glukosa darah .............. 88
Lampiran 13. Hasil uji statistik ANOVA ......................................... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ganggang baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan telah lama
digunakan dalam diet makanan serta obat tradisional di negara-negara Asia
(Faten, 2009). Sejak zaman dulu ganggang telah digunakan manusia sebagai
makanan dan obat-obatan (Winarno, 1996). Banyak metabolit yang diisolasi dari
ganggang laut dan telah terbukti memiliki efek bioaktif (Faten, 2009).
Pada umumnya ganggang dapat dikelompokkan menjadi empat kelas,yaitu
alga hijau (Chlorophyceae), alga coklat (Phaecophyceae), dan alga merah
(Rhodopyceae). Gracilaria verrucosa dan Eucheuma alvarezii termasuk dalam
kelas Rhodophyceae yang banyak ditemukan di Indonesia terutama Jawa Timur,
Sulawesi, Bali, Maluku dan Irian (Winarno, 1996).
Ganggang dipertimbangkan juga sebagai sumber yang kaya akan
antioksidan. Senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan diidentifikasi dari
polifenol, seperti asam fenolik, flavonoid, tannin dan beberapa pigmen, seperti
fukoxantin. Aktivitas biologi dari antioksidan telah diketahui juga sebagai
antiinflamasi, antikoagulan, dan antidiabetes (Fard et al, 2011).
Eucheuma alvarezii dikenal sebagai penghasil karagenan (Astawan, 2004).
Jenis karaginan yang dihasilkan oleh Eucheuma alvarezii adalah kappa karagenan
(Bawa, 2007). Karagenan ini memiliki sifat antimikroba, antiinflamasi, antipiretik,
2
antikoagulan dan aktivitas biologis lainnya. Eucheuma alvarezii juga mengandung
flavonoid yang banyak dimanfaatkan sebagai antioksidan (Lalopua, 2011).
Gracilaria verrucosa adalah jenis ganggang penghasil agar-agar (Nontji,
2002). Ganggang merah Gracilaria verrucosa mengandung asam lemak jenuh dan
tak jenuh (Khotimchenko, 2005), prostaglandin (Nevshupova, 1999), glikolipid
(Son, 1990) dan fenolik (Ninan, 2008).
Beberapa ganggang merah telah diteliti dan berpotensi sebagai
antidiabetes, yaitu potensi inhibitor α-glukosidase yang dimurnikan dari
ganggang merah Grateloupia elliptica (Kim et.al, 2008), potensi inhibitor α-
glukosidase dimurnikan dari ganggang merah Polyopes lancifolia (Young, 2010)
dan beberapa penelitian uji aktivitas Gracilaria verrucosa telah dilakukan
juga,yaitu aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total dari ganggang merah
Gracilaria verrucosa ( Ninan, 2008), aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi
semi murni dari Gracilaria verrucosa (Faten,2009).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat ,lipid dan protein sebagai insufisiensi fungsi insulin.
Infusiensi insulin juga disebabkan oleh gangguan tau defisiensi produksi insulin
oleh sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling serius dan kronis yang
tingkat insiden meningkat dengan tingkat peningkatan obesitas dan juga dengan
umur populasi umum dunia. Saat ini, diperkirakan 150 juta orang di seluruh dunia
3
mengidap diabetes dan hal ini akan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2010
dan 300 juta pada tahun 2025 (Kim et al, 2008). Pada penderita diabetes mellitus
ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma
pendertita diabetes, maka penderita diabetes memerlukan asupan antioksidan
dalam jumlah besar karena peningkatan radikal bebas akibat hiperglikemia
(Widowati, 2008 ; Setiawan, 2005).
Maka mengingat potensi sebagai antidiabetes pada kedua ganggang
merah metode induksi aloksan sebagai metode yang mendekati keadaan
penderita diabetes. Perlu dilakukan penelitian secara terus menerus untuk
lebih mengetahui seluruh aktivitas yang dapat dilakukan Gracilaria verrucosa
dan Eucheuma alvarezii kemudian mengembangkan penggunannya di bidang
kesehatan.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol
Eucheuma alvarezii dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih.
1.3. Hipotesis
Ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Eucheuma
alvarezii pada dosis tertentu dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih
jantan diabetes yang dibebani glukosa dan diinduksi aloksan.
4
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dan potensi pemberian ekstrak etanol
Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Eucheuma alvarezii terhadap kadar
glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi salah satu
obat alternatif untuk pengobatan diabetes dan menambah informasi tentang
manfaat dari ekstrak ganggang merah dan diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam usaha penemuan obat-obat dari sumber alam.
1.6 Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas penurunan kadar glukosa
darah dari ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan Ekstrak etanol Eucheuma
alvarezii.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gracilaria verrucosa
2.1.1. Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi Gracilaria verrucosa adalah
sebagai berikut :
Klasifikasi
Dunia : plantae
Filum : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gracilariaceae
Marga : Gracilaria
Jenis : Gracilaria verrucosa (HUDSON)
2.1.2. Deskripsi
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri thallus silindris, halus,licin,pinggir
bergerigi, membentuk rumpun radial seperti umbi tanaman jahe, percabangan
berseling tidak beraturan dan memusat ke arah pangkal. Ukuran thalus panjang
25cm dan diameter thalus 0,5-1,5 mm. Tumbuh melekat pada substrat batu,
umumnya di daerah terumbu karang. Di perairan laut, Gracilaria hidup di daerah
litoral dan sublitoral sampai ke dalam tertentu yang masih dapat ditembus oleh
6
cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, sungai atau tempat yang
sering terjadi pengadukan yang tinggi akibat pencampuran air tawar dan air laut.
Suhu air yang baik untuk pertumbuhan gracilaria antara 20-28oC. Dengan kisaran
ph 6-9 dan kedalaman air antara 0,5-1,0 m (Anggadiredjo, 2006).
2.1.3. Kandungan
Kandungan phycoerithrin yang terdapat dalam Rhodophyceae
menyebabkan rumput laut tersebut berwarna merah (Komarov, 1999). Gracilaria
verrucosa mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh (Khotimchenko, 2005),
steroid (Idler, 1968), prostaglandin (Nevshupova, 1999), juga glikolipid (Son,
1990) dan fenolik (Ninan, 2008)
2.1.4. Manfaat tumbuhan
Ganggang ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat,
misalnya sebagai obat cacingan, obat batuk, obat asma, bronkhitis, pendarahan
hidung dan pengobatan penyakit gangguan akibat kekurangan iodium
(Anggadiredjo, 2006), sebagai antiinflamasi (Dang et al, 2008), antioksidan
(Ninan, 2008).
2.2. Kappahycus alvarezii
2.2.1. Klasifikasi
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi K. alvarezii adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
7
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Kappahycus
Species : Kappahycus alvarezii (Doty)
2.2.2. Deskripsi
Ganggang jenis ini mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan
thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan),
berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda),
percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat
dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tiga-
tiga) Rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses
fotosintesa. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup
pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu
mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas
atau koloni (Anggadiredjo, 2006). K. alvarezii tumbuh dengan baik di daerah
pantai terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut
yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati.
8
2.2.3. Kandungan
sumber iodium, seng, selenium. dan vitamin seperti vitamin B1, B2, B6,
B12, β–karoten, C dan E.α-karoten, fikoeritrin (Luning, 1990), karaginan
(Winarno, 1996), flavonoid (Fard, 2011).
2.2.4. Manfaat Tumbuhan
Menurunkan kadar kolestrol darah (Hardoko, 2008), antioksidan dan
antiinflamasi (Fard, 2011). Dalam dunia kedokteran dan farmasi, Eucheuma sp.
digunakan sebagai bahan obat asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut,
demam, rematik, antihiperkolesterol, anti kanker.
2.3. Hewan Uji
Klasifikasi hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Sharp et
al, 1998):
Regnum : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Bangsa : Rodentia
Keluarga : Muridae
Anak keluarga : Murinae
Marga : Rattus
Jenis : Rattus Norvegicus
9
Rattus norvegicus adalah salah satu spesies tikus yang paling umum dijumpai di
perkotaan. Hasil seleksi terhadap hewan ini banyak digunakan sebagai hewan
percobaan (dikenal sebagai tikus putih) dan sebagai hewan peliharaan dengan
warna bervariasi (Sharp et al, 1998).
Tikus putih (Rattus norvegicus) sering digunakan dalam penelitian karena
memiliki beberapa kelebihan antara lain: mudah dipelihara dalam populasi yang
sangat besar, dapat berkembang biak dengan pesat, dan memiliki ukuran yang
lebih besar daripada mencit sehingga untuk beberapa percobaan tikus lebih
menguntungkan. Tikus putih (Rattus norvegicus) memperlihatkan masa hamil
yang singkat (21-23 hari), jumlah anak yang cukup banyak (6-12 ekor), dan dapat
hidup sampai 4 tahun.Seekor tikus putih dewasa membutuhkan 15 gram makanan
dan 20-45 ml air per 100 gram berat badan per hari. Suhu kandang yang
dibutuhkan tikus 18-27 oC dan kelembaban relatif 40-70%.
Ada berbagai galur tikus putih antara lain : Long-Evans, Sprague-Dawley,
dan Wistar. Tikus putih (Rattus novergicus L) galur Wistar mempunyai ciri-ciri :
warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih
pendek dari badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri : warna tubuh
putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan ekor lebih
panjang dari badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan warna
hitam dibagian kepala, dan tubuh bagian depan.
2.4. Diabetes Mellitus
2.4.1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang ditandai
dengan kadar glukosa darah melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh
10
kekurangan insulin, baik absolute maupun relative. Hiperglikemia timbul karena
penyerapan glukosa ke dalam sel terlambat serta metabolismenya diganggu. Pada
diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolism protein dan lemak.
Sebenarnya hiperglikemia sendiri relative tidak berbahaya, kecuali bila hebat
sekali. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat
diuretic osmotic, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya beberapa
elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya
elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi,
maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum(polidipsia). Badan
kehilangan kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul
karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya
pemakaian glukosa di kelenjar itu (Suherman, 2007).
2.4.2. Gejala Klinik Diabetes Mellitus
a. Pada diabetes mellitus (DM) tipe I, gejala klasik yang umum dikeluhkan
adalah poliuria, polidipsia,polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa
lelah,iritabilitas dan pruritis.
b. Pada diabetes mellitus (DM) tipe II, gejala yang dikeluhkan umumnya
hampir tidak ada, tapi DM ini sering kali muncul tanpa diketahui.
Penanganan baru dilakukan beberapa tahun ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe II umumnya
lebih mudah terinfeksi dan sukar sembuh dari luka dan umumnya
penderita hipertensi,hiperlipidemia,obesitas dan juga komplikasi pada
pembuluh darah dan syaraf (anonim, 2006).
11
2.4.3. Diagnosis
Diagnosis klinis DM umumnya akan ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polifagia, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya, Keluhan lain yang mungkin disampaikan
penderita antara lain badan terasa lemas, sering kesemutan, gatal-gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritis vulvae pada wanita.
Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
>126mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Dan
apabila tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk
menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih
lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah
sewaktu abnormal tinggi (>200mg/dl) pada hari lain, kadar glukosa darah
puasa yang abnormal tinggi (>126mg/dl), atau dari hasil uji toleransi
glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan
>200mg/dl (Suherman, 2007).
2.5. Metode Pengujian Diabetes
2.5.1. Metode uji toleransi Glukosa
Kepada tikus yang telah dipuasakan selama kurang lebih 20-24
jam, diberikan larutan glukosa per oral setengah jam sesudah pemberian
sediaan obatyang diuji. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat,
dilakukan pengambilan cuplikan darah vena telinga dari masing-masing
12
kelinci sejumlah 0,5 ml sebagai kadar glukosa awal. Pengambilan cuplikan
darah vena diulangi setelah perlauan pada waktu-waktu tertentu.
Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok uji diketahui dengan
membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kelompok control
positif. Semua data dievaluasi secara statistic dengan menggunakan
ANOVA dan uji t. Dapat dibuat kurva dosis respons kadar gula darah
sebagai fungsi dosis dan waktu penentuan kadar gula darah.
2.5.2. Metode uji diabetes aloksan
Induksi diabetes dilakukan pada tikus yang diberi suntikan aloksan
monohidrat dengan dosis 70mg/kg BB. Penyuntikan dilakukan secara
intravena pada ekor tikus. Perkembangan hiperglikemia diperiksa setiap
hari. Pemberian obat antidiabetik secara oral dapat menurunkan kadar
glukosa darah dibandingkan terhadapa tikus positif. Perhitungan untuk
kadar glukosa darah dilakukan sama dengan perhitungan untuk tikus.
Semua data dimuat dalam table dan dievaluasi secara statistic dengan
ANOVA dan uji t. Dapat dibuat kurva dosis respons kadar glukosa darah
sebagai fungsi dosis yang diberikan dan waktu pemeriksaan kadar gula
darah.
2.6. Metode pemeriksaan kadar glukosa darah (Baver DJ, 1982)
Metode enzimatik
Kadal glukosa darah diukur dengan metode enzimatik (glukosa oksidase)
menggunakan glukometer Roche. Prinsip kerja penggunaan alat ini yaitu: oksigen
dengan bantuan enzim glukosa oksidase mengkatalis proses oksidasi glukosa
13
menjadi glukoronat dan hydrogen peroksida. Dalam reaksi yang kedua enzim
peroksidase mengkatalis reaksi oksidasi khromogen (akseptor oksigen yang tidak
berwarna), kemudian oleh hydrogen peroksida membentuk suatu produk
khromogen teroksidasi berwarna biru,yang diukur dengan glukometer. Tes strip
pada glukometer Roche mengandung bahan kimia glukosa oksidase lebih dari
sama 0,8 IU; peroksisase 5,6 IU; garam naftalen asam sulfat 42 mikrogram;dan 3-
metil-2-benzothiazolim hidrazon.
2.7. Terapi Obat
Jika pasien sadar dan dapat menelan dapat diberikan gula, manias atau air
jeruk. Jika pasien tidak sadar, dapat dipakai salah satu cara dari 3 cara berikut ini.
1) Glukosa IV berikanlah 20-50ml glukosa 50% IV dengan perlahan-lahan.
Segera setelah kesadarannya pulih, pemberian makan peroral dapat dimulai.
2) Glukagon 1 mg IM akan memulihkan glukosa darsah ke normal jika cadangan
glikogen hatinya memadai. Pemberian glukosa melalui rectal jika pasien tidak
sadarkan diri dan glukosa IV tidak tersedia, glukosa per rectal dapat
menyelamatkan penderita lalu tambahkan 2 sendok the madu ke dalam 1 pint
(0,568L) air hangat dan berikanlah perlahan-lahan melalui rectum.
3)Obat-oba Hipoglikemik Oral
Obat-obat ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung
insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki dengan hanya diet. Pasien yang
mungkin berespons terhadap obat hipoglikemik oral adalah mereka yang
14
diabetesnya berkembang setelah berumur 40 tahun dan telah menderita diabetes
kurang dari 5 tahun (Mycek, 2001).
a. Sulfonilurea
Mekanisme kerja sulfonylurea termasuk : merangsang pelepasan insulin
dari sel β pancreas, mengurangi kadar glukagon dalam serum, dan
meningkatkan peningkatkan insulin pada jaringan target dan reseptor
(Mycek, 2001)
Obat-obat golongan sulfonylurea yang biasa digunakan adalah
Tolbutamid tersedia dalam tablet 0,5 g. Berikanlah dosis awal sebesar 2g
sehari dalam dosis terbagi dan turunkanlah dengan cepat ke dosis efektif
minimal. Dosis penunjang rata-rata 0,5 – 1,5g sehari dalam dosis terbagi.
Reaksi toksik jarang terjadi.
Klorpropamid tersedia dalam tablet 100 dan 250 mg dan mempunyai masa
kerja yang jauh lebih lama dari tolbutamid (sampai 3-5hari).
Asetoheksamid tersedia dalam tablet 250mg dan 500 mg dan tolazamid
sebagai tablet 100 mg dan 250 mg. Lama masa kerjanya adalah diantara
lama kerja tolbutamid dan klorpropamid.
b. Derivat biguanid
Mekanisme kerja derivate ini tidak dengan merangsang sekresi insulin
tetapi dengan meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin endogen dan
merangsang glikosis anaerob sehingga glukosa yang masuk ke sel otot
lebih banyak serta merangsang perubahan asam laktat kembali menjadi
glukosa (Ganiswara, 2005)
15
c. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Akarbosa menghambat α-glukosidase pada vili-vili usus intestinal (brush
border) sehingga menurunkan absorbs starch dan disakarida. Akibatnya,
gula darah setelah makan akan meningkat. Akarbosa tidak merangsang
pelepasan insulin dari pancreas ataupun meningkatkan kerja insulin di
jaringan perifer (Mycek, 2001).
d. Insulin Sensitizing Agent
Thiazolidiones adalah golongan obat yang dapat mempertinggi sensitivitas
hepatic dan mengurangi resistensi insulin. Efek amping obat ini sangat
minimal yang meliputi retensi cairan. Contoh obat golongan ini adalah
rosiglitazon, dan pioglitazon (Bascher, 1998).
e. Derivat asam benzoate
Strukturnya jelas berasal dari golongan sulfonylurea tetap sama
mekanismenya untuk menstimulasi sekresi insulin. Obat ini didesain untuk
mensekresi waktu makan dan mengntrol waktu makan. Contoh obat ini
adalah : meglitinide dan repaglinide (Bascher, 1998).
16
2.8. Acarbose (C25H43NO18)
Gambar 1. Rumus Bangun Acarbose
Nama generic : acarbose
Nama dagang : gluvobay tab 50 mg dan 100mg
Dosis sehari : 50-200mg, 3 kali sehari, dimulai dengan dosis kecil. Diminum
sebelum makan dengan sedikit air dan tidak boleh dikunyah.
Mekanisme kerja akarbosa :
Obat ini bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan
karbohidrat menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah setelah makan tidak
meningkat sekaligus. Sisa karbohidrat yang tidak dicernakan dimanfaatkan oleh
bakteri yang ada di usus besar dan ini menyebabkan perut menjadi kembung,
sering buang angin, mencret dan sakit perut. Obat ini tidak diberikan pada
penderita dengan usia kurang dari 18 tahun, gangguan pencernaan kronis, maupun
wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan
karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180mg/dl (Dalimartha, 1996 ;
Merck Index, 2006).
17
Efek sampingnya yang paling sering berupa terbentuknya banyak gas di
usus dan kejang usus. Efek-efek ini diakibatkan penumpukan karbohidrat yang
tidak dicerna dalam kolon dan peningkatan penguraiannya oleh flora usus
menghasilkan gas. Selain itu dapat menyebabkan diare pada dosis lebih tinggi dan
bila digunakan bersamaan dengan gula. Biasanya efek ini berkurang dalam waktu
beberapa minggu/ bulan (Windolz, 1983).
2.9. Glibenklamid (Parfitt, 1983)
Gambar 2. Rumus bangun glibenklamid
Sinonim : Glibenklamid (BP), Glyburide, glybenclamide
Rumus Molekul : C23H28C1N3O5S
Bobot Molekul : 494,0
Pemerian : Serbuk Kristal, warna putih, sedikit berbau, sedikit berasa.
Kelarutan : praktis tidapat larut dengan air dan eter. Larut dalam
1:330 alkohol, 1:36 kloroform dan 1:250 metyl alcohol.
Dosis : Dosis 5 mg/hari selama 7 hari, dosis 2,5mg-5mg/ hari
sampai 15 mg/ hari.
Absorpsi : Glibenklamid diabsorpsi dari lambung dan sangat bagus di
protein plasma, dikeluarkan lewat fese dan dimetabolisme di urin. Glibenklamid
adalah golongan sulfonylurea yang mempunyai aksi sama dengan klorpropamid.
Setelah diberikan dosis tunggal dari glibenklamid, gula darah turun 3 jam dan
18
konsentrasi berkurang kira-kira 15 jam. Pasien yang usia lanjut membutuhkan
dosis yang lebih kecil. Sebagian pasien mengontrol dengan insulin dapat juga
dikontrol dengan glibenklamid.
2.10. Na-CMC (Wade, 1994)
Sinonim : Carboxymethylcellulosum natricum, carboxymethyl sodium,
cellulose gum USP XXII mendeskripsikan Na-CMC sebagai garam
natrium sodium dari policarboxy metyl ether dari selulosa.
Bobot molekul : 90.000 – 700.000
Pemerian : serbuk warna putih, tidak berbau, serbuk bergranul
Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluene, mudah
terdispersi dalam air pada seluruh temperature membentuk larutan
koloid yang bening.
Stabilitas : Na-CMC stabil, materi higroskopik pada kondisi lembab. Na-
CMC dapat menyerap air dalam kuantitas yang besar pada tablet
hal ini diasosiasikan dengan penurunan kekerasan tablet.
OTT : Larutan asam, garam besi terlarut, beberapa logam alumunium,
merkuri, seng, xanthan gum.
Aplikasi : Na-CMC biasa digunakan pada formula oral dan topical
Tabel.1 kegunaan dan konsentrasi Na-CMC
Kegunaan Konsentrasi (%)
Emulsi Agent 0,25 – 1,0
Agen pembentuk gel 4,0 – 6,0
Pengikat tablet 1,0 – 6,0
Larutan oral 0,1 – 1,0
2.11. Aloksan
19
Rumus Molekul : C4H2N2O4
Nama lain : 2,4,5,6(H1,H3)-pyrimidinetetrone 2,4-5,6
tetraoxohexahydropyrimidine,
mesoxalylurea,mesoxalycarbamide
Rumus kimia :
Gambar 3. Rumus bangun aloksan
Injeksi aloksan ke dalam hewan menyebabkan penurunan dari sel β pada
pulau langerhans yang sangat kecil. Sejak sel ini disintesis olehh hormon insulin,
aloksan sering digunakan untuk induksi diabetes pada percobaan hewan (Halliwel
et al, 1999).
Aloksan terdapat dalam tiga bentuk senyawa, yaitu aloksan anhidrat,
aloksan monohidrat, aloksan tetrahidrat. Aloksan mempunyai bentuk hablur
Kristal, tidak berair, warna merah muda pada suhu 230oC dan tidak stabil pada
suhu 256oC. LD50 pada dosis 200mg/kg bb secara intravena.
Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena,
intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65mg/kg
BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (szkudelski,
2001).
Penyimpanan pada suhu rendah dalam wadah tidak tembus cahaya dan
tertutup rapat. Aloksan yang berwarna merah jambu kelarutannya dalam air
20
berkurang.Hal ini dapat terjadi aloksan disimpan pada suhu kamar dan dibiarkan
kontak dengan udara dengan kelembaban tinggi (Windolz et al, 1983).
Keadaan diabetes permanen pada hewan percobaan dapat dicapai dengan
pemberian dosis aloksan yang optimum. Sebelum mencapai keadaan tersebut,
hewan akan mengalami beberapa tahapan yang fluktuatif dimana terjadi fase
hiperglikemia, fase hipoglikemia dan kadang-kadang secara spontan kembali
normal bahkan dapat terjadi kematian. Adapun fase-fase yang terjadi adalah :
Pertama : Setelah 5 sampai 19 menit pemberian aloksan secara intravena
akan terjadi fase hipoglikemia awal dimana saraf otonom akan mempengaruhi sel
beta pancreas agar melepaskan insulin yang tersimpan sehingga insulin masuk ke
peredaran darah dan mnyebabkan hipoglikemia. Fase ini berlangsung singkat
namun dapat berakibat fatal pada hewan.
Kedua : dalam fase ini mula-mula terjadi stimulasi orhtosimpatik dimana
terjadi kekurangan insulin yang disebabkan adanya inhibisi sekresi insulin dalam
sel-sel beta pancreas. Fase ini berlangsung 30 sampai 120 menit setelah
pemberian aloksan. Dalam fase ini kadang-kadang kadar glukosa dalam darah
mencapai 6 g/dl.
Ketiga : pada fase ini terjadi hipoglikemia sekunder dan kadang terjadi
konvulsi pada hewan. Pada fase ini kadar glukosa darah menurun dan mencapai
keadaan yang lebih gawat dari semula. Tahap yang terjadi antara jam ketoga atau
jam kesepuluh setelah pemberian aloksan secara intravena yang sangat berbahaya
dan dapat menyebabkan kematian. Untuk keadaan fatal dianjurkan pemberian
glukosa.
21
Keempat : fase terjadinya hiperglikemia awal permanen. Pada fase ini
hewan menjadi hiperglikemia permanen. Terjadi setelah 2 sampai 8 jam setelah
pemberian aloksan secara intravena. Tetapi pada fase ini hewan dapat pula
mnejadi normal kembali secara spontan setelah selang waktu tersebut. Oleh
karena itu sebaiknya pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan setelah tahap
keempat tersebut atau hari ke-3. Diperkirakan sindrom diabetes permanen terjadi
akibat rusaknya sebagian sel-sel beta pulau Langerhans, tetapi ada pula yang
menyatakan bahwa hanya fungsi sel-sel beta langerhans saja yang ambang
rangsangnya menurun.
2.12. Simplisia
Sumber bahan baku obat tradisional atau yang di kenal dengan
nama simplisia cukup melimpah di Indonesia, hampir di setiap daerah tumbuh
tanaman obat. Untuk menjamin mutu obat tradisional, yang perlu diperhatikan
oleh industri obat tradisional sebagai langkah awal adalah memilih simplisia yang
mutunya baik. Untuk memberi keyakinan akan kebenaran dan kualitas simplisia
yang diperoleh, masing-masing industri obat tradisional hendaknya mempunyai
standar minimal untuk simplisia yang digunakan. Dengan adanya standar tersebut
pembelian simplisia tidak dipengaruhi oleh harga. Maksudnya walaupun ada
simplisia yang harganya lebih murah tidak otomatis dipilih bilamana mutunya di
bawah standar minimal (Depkes RI, 1999).
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata
simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut
bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum
22
mengalami perubahan bentuk. Departemen kesehatan RI membuat batasan tentang
simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk
obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka
simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani,
dan simplisia pelikan/mineral (Depkes RI, 1979)
2.12.1. Pengelolaan Simplisia
Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari
cemaran industri obat tradisional dalam mengelola simplisia sebagai bahan baku
pada umumnya melakukan tahapan kegiatan berikut ini.
a. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya
simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah
rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu
pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi
jumlah mikroba awal.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di
23
dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam
waktu yang sesingkat mungkin.
c. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan.
d. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu
dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik
dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10 %. Hal-hal
yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan
luas permukaan bahan.
e. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
24
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada
simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus
untuk kemudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering
jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus
dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan
benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum
simplisia dibungkus (Depkes RI, 1999).
f. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak
saling bercampur antara simplsia satu dengan lainnya. Selanjutnya,
wadah-wadah yang berisi simpilisia disimpan dalam rak pada gudang
penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan
dan penyimpanan simplisia adalah cahaya, oksigen atau sirkulasi
udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanarnan
dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses
dehidrasi, pengotoran atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh
serangga, kapang atau lainnya.
Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai
pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah
bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan
simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan
kandungan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air.
25
2.13. Ekstraksi
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau
fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman
obat. Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi 4 disebutkan bahwa :
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Depkes RI, 1995;Depkes RI, 2000). Ada beberapa macam metode
ekstrasi diantaranya:
2.13.1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
2.13.1.1. Cara dingin
a. Maserasi
Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.
b. Perkolasi
Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan paa temperatur
ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.
26
2.13.1.2. Cara panas
a. Refluks
Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapt termasuk
proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhlet
Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendinginan balik.
c. Digesti
Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 oC.
d. Infus
Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berlangsung mulai dari bulan oktober 2011 sampai dengan Januari 2012.
3.2 Determinasi Tanaman
Sampel rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii diperiksa di Oseanografi
untuk menentukan spesies dari rumput laut tersebut.
3.3 Pengambilan Simplisia
G. verrucosa dan K. alvarezii diperoleh dari tambak desa Tenjo Ayu
Kecamatan Tirtayasa Serang – Banten.
3.4. Bahan dan Alat
3.4.1 Bahan
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah etanol 70%,
rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii, glukosa, aloksan monohidrat yang
digunakan sebagai penginduksi diabetes, dan pereaksi kimia untuk penapisan
fitokimia yang terdiri dari : Dragendorf, Meyer, serbuk Mg, Hcl pekat, amil
alkohol, FeCl3, eter, kloroform dan larutan amoniak.
28
2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
(Rattus novergicus) jantan, yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250
yang diperoleh dari IPB Bogor.
3.4.2.Alat
Alat yang digunakan seperti: alat-alat gelas seperti: gelas piala, tabung
reaksi, corong, lumpang dan alu, rotary evaporator, kain flannel, timbangan
analitik, timbangan tikus, Hotplate, Batang pengaduk, blender, glukometer dan tes
strip, kandang tikus, sonde oral, kapas, spuit injeksi.
3.5. Pola penelitian
Pengumpulan bahan dan Pembuatan Simplisia, Pemeriksaan simplisia
(Determinasi), Ekstraksi, Penapisan fitokimia, Perhitungan Rendemen, Persiapan
Hewan percobaan (aklimatisasi), Pembuatan sediaan uji dan Dosis, uji
Pendahuluan (Induksi hewan coba), Pelaksanaan uji efek toleransi glukosa oral
dan diabetes aloksan Ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii.
3.6. Pembuatan Ekstrak
3.6.1. Persiapan Rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii
Sampel yang digunakan adalah rumput laut G. verrucosa, diawali dengan
pengambilan rumput laut dari tambak di Kronjo, Tangerang dan K. alvarezii yang
berasal dari Madura. Selanjutnya rumput laut dicuci dengan menggunakan air
tawar dengan pembilasan berkali-kali sampai bersih dan biofouling hilang. Lalu
29
dikeringkan di udara terbuka selama 3 hari. Setelah rumput laut kering dilakukan
perajangan sampai rumput laut tersebut menjadi bentuk yang lebih kecil.
3.6.2 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dingin menggunakan etanol 70%.
Rumput laut yang sudah dibuat menjadi derajat yang lebih halus dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer besar dan diberi pelarut etanol 70% hingga seluruh simplisia
terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan
simplisia. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dan sesekali diaduk hingga
tidak ada lagi senyawa yang terekstrak dengan ditandai warna pelarut yang jernih.
Filtrat yang diperoleh diuapkan etanolnya dengan rotavapor hingga didapat
ekstrak yang kental.
3.6.3 Penapisan Fitokimia
Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia dari ekstrak
rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii seperti alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak atsiri dan kumarin.
a. Identifikasi Alkaloid
Sebanyak ±5 gram serbuk dilembabkan dengan 5ml ammoniak
25% digerus dalam mortar, kemudian ditambahkan 20ml kloroform dan
digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas
saring, filtrat berupa larutan organikdiambil (sebagai larutan A), sebagai
larutan A sebanyak 10 ml diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan
pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (sebagai
larutan B) Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan
30
disemprot atau ditetesi dengan pereaksi drangedorff, terbentuk warna merah
atau jingga pada kertas asaring menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
Larutan B dibagi 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi
dragendorff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan
pereaksi drangendorff atau endapan ptuih dengan pereaksi Mayer
menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
b. Identifikasi Flavonoid
Sebanyak ± 10 gram serbuk ditambahi 100ml air panas, didihkan
selama 5 menit, kemudian disaring. Ambil filtratnya sebanyak 5 ml dan
masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan serbuk Mg secukupnya
dan 1 ml asam klorida pekat dan 2ml amil alcohol, kocok kuat dan biarkan
memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil
alcohol menunjukkan adanya flavonoid.
c. Identifikasi Saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10
ml air panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertical selama 10 detik.
Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan adanya saponin, bila
ditambahkan dengan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.
d. Identifikasi Tanin
Sebanyak ±10 gram serbuk ditambahkan 10 ml air, lalu dididihkan
selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring,
filtrate ditambah 1-2 tetes FeCl3 1% terbentuknya warna biru, hijau agtau
hitammenunjukkan adanya senyawa golongan tannin.
31
e. Identifikasi Steroid
Sebanyak ±5 garam serbuk dimaserasi dalam 20ml eter selama 2
jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.
Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke
dalm residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya
steroid atau terpenoid.
f. Identifikasi Kuinon
Sebanyak ±1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit,
disaring. Sebanyak 1ml filtrate ditambahkan 5ml NaOH 1N, terbentuk warna
merah menunjukkan adanya kuinon.
g. Identifikasi Kumarin
Sebanyak ± 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas yang telah
dibasahi dengan air dipasang pada mulut tabung. Kemudian dipanaskan
selama 30 menit, setelah dingin disaring. Filtrat diuapkan dengan cawan
penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml. dinginkan kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ammoniak 1%.
Diamati di bawah sinar UV 366nm, flouresensi biru atau hijau menunjukkan
adanya kumarin.
3.6.4. Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak
a. Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram
dan dimasukan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara.
32
Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan
menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih
kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka
tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga
diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol
dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu
kamar (Depkes RI, 2000).
b. Kadar Air
Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara kurang lebih 3 gram
ekstrak dimasukkan dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah
ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang.
Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 %.
c. Kadar Abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan
ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang
telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-
lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat
hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring
bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama.
Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap,
ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan
dalam % b/b (Depkes RI, 2000).
33
3.6.5. Perhitungan rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung jumlah ekstrak
kental yang didapat terhadap jumlah serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi
kemudian dikalikan 100%.
3.7. Rancangan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur ssd,
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-250 gram diaklimatisasi selama 2
minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi,
dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan.
Hewan uji dipillih sebanyak 30 ekor tikus putih jantan secara acak untuk
dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 3 ekor.
Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer:
Rumus Federer : (n-1)(9-1) ≥ 15
(n-1)(9-1) ≥15
8n = 15+8
N ≥ 2.88~ 3
Dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah ulangan
minimal dari tiap perlakuan. Adapun pembagian kelompok adalah sebagai berikut
3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan
Tabel 2. Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral
Kelompok
hewan
Perlakuan Jumlah
tikus
KN Diberi air suling 3
34
K(+) Diberi akarbose + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
KN Diberi air suling + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
D1 Diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
D2 Diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
D3 Diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
E1 Diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
E2 Diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
E3 Diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3
Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan
Kelompok
hewan
Perlakuan Jumlah
tikus
KN Diberi air suling 3
K(+) Diinduksi aloksan, diberi glibenklamid 3
KN Diinduksi aloksan, diberi air suling 3
D1 Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa 3
D2 Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa 3
D3 Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa 3
E1 Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mg/kg bb K. alvarezii 3
E2 Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mg/kg bb K. alvarezii 3
E3 Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mg/kg bb K. alvarezii 3
35
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. Alvarezii
3.7.2. Persiapan Hewan percobaan (diaklimatisasi)
30 ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan dari jenis Sprague Dawley
dengan berat 180-250 gram dibagi menjadi 10 kelompok. Masing masing
kelompok terdiri dari 3 tikus. Sebelum penelitian ini dimulai, hewan uji
diaklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu, diberi pakan pellet, diberi air
minum yang bersumber dari air tanah, dan dipuasakan sehari sebelum mendapat
perlakuan. Selama perlakuan, diberikan pakan dan minum.
3.8. Pembuatan sediaan dosis uji
Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak
K.alvarezii adalah dosis 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb dan 1200 mg/kg bb yang
kemudian dikonversikan ke dalam dosis tikus masing-masing menjadi 60 mg/200
gr bb, 120 mg/200 gr bb, dan 240 mg/200 gr bb.
36
1) Dosis akarbose sebagai kontrol pembanding
Acarbose diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada
manusia, yaitu, 50 mg/60 kg bb yang dikonversikan , yaitu dosis untuk setiap
200g bb tikus menjadi 1,02 mg.
2) Dosis glibenklamid sebagai kontrol pembanding
Glibenklamid diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada
manusia, 5 mg/60 kg bb yang dikonversikan, yaitu dosis untuk setiap 200g bb
tikus menjadi 0,1 mg.
3) Dosis Aloksan
Dosis aloksan secara intravena yang digunakan dalam percobaan ini
adalah 100 mg/kg bb atau untuk tikus dengan berat badan 200g adalah 20 mg/200
gr bb.
4) Dosis Glukosa
Dosis glukosa yang digunakan dalam percobaan ini untuk meningkatkan
kadar gula darah adalah 1 g/kg bb, dalam larutan dengan konsentrasi 50%
3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah
Sebelum pengambilan darah, tikus dimasukkan ke dalam kandang kecil
sedemikian hingga tidak dapat bergerak. Kemudian ekor tikus dibersihkan dengan
alkohol 70%. Selanjutnya diambil darah secara intravena melalui ujung ekor dan
diukur kadar gula darah dengan alat glukometer.
37
3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan
Uji pendahuluan merupakan upaya peningkatan kadar glukosa darah
dengan menginduksi tikus dengan aloksan. Pada hari ke-0 diukur glukosa darah,
setelah penginduksian tersebut, kadar glukosa darah tikus dikontrol pada hari ke-
3,8 dan 14 untuk meyakinkan bahwa aloksan dengan dosis tersebut menyebabkan
pankreas. Uji pendahuluan dilakukan dengan cara :
1) Larutan aloksan disuntikan di bagian ekor tikus pada 10 kelompok tikus.
Setelah penyuntikan diberi makan dan minum seperti biasa kemudian
setelah 2 jam dilakukan lagi pengambilan sampel darah sebagai kadar
glukosa darah minggu ke-1
2) Pada hari ke-3 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur
secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan
hiperglikemia pada tikus.
3) Pada hari ke-8 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur
secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan
hiperglikemia pada tikus.
4) Hari ke-14 dilakukan pengambilan darah. Hasil pengukuran kadar glukosa
darah ditetapkan sebagai kadar glukosa darah hiperglikemia awal.
3.11. Kelompok Perlakuan
a) Kontrol Normal
Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah
tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
38
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi air suling menggunakan
sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa
50% dengan dosis 1 g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar
glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya
darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang
diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.
Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan
minum secara normal setiap hari. Setelah 14 hari glukosa darah tikus
diperiksa sebagai kadar glukosa awal. Lalu pada setiap harinya diberikan
suspensi CMC pembanding. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur glukosa darah
masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan
terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur
kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil
uji hipoglikemia.
b) Kontrol negatif
Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah
tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi air suling menggunakan
sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa
50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar
glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya
darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang
diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.
39
Setelah uji toleransi glukosa oral, tikus diberi aloksan monohidrat secara
intravena, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap
hari. Setelah 14 hari glukosa darah tikus diperiksa sebagai kadar glukosa
hiperglikemia awal. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense CMC Na.
Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah masing-masing tikus, sebelum
diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam.
Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan
glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia.
c) Kontrol positif
Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah
tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi acarbose menggunakan
sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa
50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar
glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya
darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang
diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.
d) Kelompok uji dosis rendah
Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah
tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G.
verrucosa dosis rendah menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah
pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu
segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa
40
darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke
30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi
glukosa oral.
Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan
minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense
ekstrak etanol G. verrucosa. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah
masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan
terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur
kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil
uji hipoglikemia.
Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak
etanol K. alvarezii dosis rendah.
e) Kelompok uji dosis sedang
Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah
tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G.
verrucosa dosis sedang menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah
pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu
segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa
darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke
30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi
glukosa oral.
Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan
minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense
41
ekstrak etanol G. verrucosa. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah
masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan
terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur
kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil
uji hipoglikemia.
Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol
K. alvarezii dosis sedang.
f) Kelompok uji dosis tinggi
Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah
tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa
menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G.
verrucosa dosis tinggi menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah
pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu
segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa
darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke
30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi
glukosa oral.
Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan
minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense
ekstrak etanol G. verrucosa dosis tinggi. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur
gula adarah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus
dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan
diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan
hasil uji hipoglikemia.
42
Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol
K. alvarezii dosis tinggi.
3.12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah
a. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS.
Analisis yang dilakukan yaitu uji homogenitas dan uji kenormalan,
selanjutnya dilakukan analisis varian satu arah ( ANOVA ) untuk melihat
ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan.
Bila terdapat perbedaan bermakna, maka untuk mengetahui perbedaan antar
kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Hipotesis :
Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.
Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.
Pengambilan Keputusan :
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.
b. Persentase penurunan kadar glukosa darah dengan rumus sebagai
berikut:
GO - Gt x 100%
GO
Keterangan :
GO : gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji
Gt : gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di LIPI Oseanografi, Ancol. Hasil
Determinasi menunjukkan bahwa Rumput laut ini adalah jenis ganggang merah
G. verrucosa dan K. alvarezii.
4.1.2. Ekstraksi
Sebanyak 300 gram serbuk G. verrucosa dimaserasi dengan Etanol 70%
kemudian dipekatkan dengan rotavapor dan didapatkan ekstrak kental 30 g K.
alvarezii juga dimaserasi dan dipekatkan dan didapatkan 12 g.
4.1.3. Penapisan Fitokimia
Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia G. verrucosa dan
K.alvarezii terdapat saponin dan terpenoid pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil penapisan fitokimia
Karakteristik ekstrak Ekstrak Etanol G.
verrucosa
Ekstrak Etanol K.
alvarezii
a. Alkaloid - -
b. Flavanoid + +
44
c. Saponin + +
d. Steroid/ triterpenoid + +
e. Tannin - -
f. Kuinon - -
g. Minyak Atsiri - -
Keterangan : (+) : positif
(-) : negatif
4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Merode Toleransi Glukosa
Oral
a. Nilai rerata dan standar deviasi
Pengukuran pada metode toleransi glukosa oral memperlihatkan nilai
rerata dan standar deviasi dari tiap kelompok. Kenaikan kadar glukosa darah
terjadi pada menit ke-30 setelah sebelumnya diberi larutan glukosa, dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode toleransi glukosa oral
Kel.
Perlaku
an
Kadar rata-rata glukosa darah dan standar deviasi (mg/dl)
Waktu (Menit )
0 30 60 90 120 150 180
KN 103.6±6 110.3 ±10.06 109±13.45 110.3±11.5 109±9.16 109.3±10.1 102±5.29
K(+) 116±3.6 165.67±5.03 113.67±15.5 96±7 87±6.9 104.3±4.93 96.3±4.7
K(-) 108.7±6 213.67±45.9 181±29.46 239±50.68 220.3±52.8 203±41.94 108.3±6.8
D1 90.7±7.5 156.3±24 132.67±14.4 122.67±17.6 123.3±11.1 127.67±3 95±8.88
D2 95±17.8 226.67±34.6 144±23.89 116.67±10.1 110.67±11 118±32.05 90.3±4.72
45
D3 110.3±3 236.67±15.5 190.7±45.56 219±39.5 208.3±5.51 177.3±24.5 175.3±28.74
E1 98±15.5 184.7±54 195.7±102.5 159±46.2 136±35.1 120.7±9.6 101±7.8
E2 99±6.5 196±46 177±49.8 146.7±35.5 127.3±12.6 104.3±7.4 98.3±10.06
E3 89±11 208.7±77.7 205.7±98.6 188.3±101.5 164.3±101 152±76.3 133.67±49.9
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. alvarezii
b. Persentase penurunan kadar glukosa darah
Pada tabel 6 menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah pada
tiap kelompok, penurunan yang paling besar dan stabil terjadi pada kelompok D2
dan kelompok E2.
Tabel 6. Persentase penurunan pada metode toleransi glukosa oral
Kelompok
perlakuan
Waktu ( Menit )
Ke-60 Ke-90 Ke-120 Ke-150 Ke-180
K(+) 31,38 % 42,06 % 47,49 % 37,05 % 41,88 %
D1 15,09 % 21,49 % 21,11 % 18,29 % 39,22 %
D2 36,47 % 48,52 % 51,17 % 47,95 % 60,16 %
46
D3 19,43 % 7,47 % 11,99 % 25,09 % 25,94 %
E1 -5,95 % 13,91 % 26,36 % 34,65 % 45,32 %
E2 9,69 % 25,15 % 35,05 % 46,78 % 49,85 %
E3 1,44 % 9,77 % 21,27 % 27,17 % 35,94 %
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. alvarezii
c. Grafik kadar glukosa darah
Seluruh kelompok uji mengalami penurunan kadar gula darah di menit ke-
60. Penurunan yang bermakna terjadi pada kelompok D2 dilihat pada gambar 4.
0
50
100
150
200
250
300
0 30 60 90 120 150 180
Kad
ar g
luko
sa d
arah
(m
g/d
l)
KN
K(+)
K(-)
D1
D2
D3
E1
E2
E3
47
Gambar 4. Penurunan kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. alvarezii
d. Hasil Statistik pada metode toleransi glukosa oral
Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa pada menit ke-0,
kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh
kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05, sedangkan pada
menit ke-30 kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
uji. Pada menit ke-60, seluruh kelompok dosis uji tidak berbeda secara bermakna
dengan kontrol normal dan kontrol positif. Namun kelompok dosis tinggi G.
verucosa dan K. alvarezii berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan
kontrol positif.
48
4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Metode Induksi Aloksan
a. Nilai rerata dan standar deviasi
Pada tabel 7, memperlihatkan nilai rerata dari seluruh kelompok uji dan
kontrol. Beberapa kelompok mempunyai nilai standar deviasi yang tinggi, tetapi
penurunan yang terjadi memiliki pola yang mirip.
Tabel 7. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode induksi aloksan
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. alvarezii
Kelompok
perlakuan
Kadar rata-rata glukosa darah dan standar deviasi
Hari ke-1 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-15
KN 95.3±7.37 100±10.54 92.3±8.08 97.3±8.02
K(+) 193±48.5 76.7±13.57 66.7±16.01 68.3±10.05
K(-) 200.7±35.79 213.7±47.98 210.7±45.62 211±53.69
D1 312.3±116.4 211.3±62.96 132.3±45.39 134±42.58
D2 294±110.5 231±164.35 114.3±53.07 104±7.55
D3 419.3±58.4 194.3±119.43 217.7±10.58 123.7±24.8
E1 230.3±20.98 184.7±54.9 225±45.39 255.7±37.63
E2 248.3±25.69 150.3±84 141±53.07 111.3±27.73
E3 374±179.77 105.3±22.5 104±10.58 97.7±3.51
49
b. Persentase penurunan kadar glukosa darah
Seluruh kelompok kontrol dan uji mengalami penurunan kadar glukosa darah
pada hari ke-4.Persentase penurunan kadar glukosa darah yang paling besar terjadi
pada kelompok D3 dan E3 bila dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Persentase penurunan kadar glukosa darah
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
Kelompok
perlakuan
Waktu (hari)
Ke-4 Ke-8 Ke-15
K(+) 60,3% 65.44% 64.62%
D1 32.34% 57.64% 57.09%
D2 21.43% 61.12% 64.62%
D3 53.66% 48.08% 70.5%
E1 19.8% 2.17% -11.02%
E2 39.47% 43. 21% 55.17%
E3 71.84% 72. 2% 73.8%
50
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. alvarezii
c. Grafik penurunan kadar glukosa darah
Pada gambar 5, menunjukkan penurunan kadar glukosa darah di hari ke-4.
Penurunan kadar glukosa darah yang bermakna terjadi pada kelompok dosis tinggi
G. verrucosa (D3) dan kelompok dosis tinggi K.alvarezii (E3).
Gambar 5. Kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan
Keterangan :
KN : Kontrol normal
K(+) : Kontrol positif
K(-) : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa
D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Hari ke-1 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-15
Kad
ar g
luko
sa d
arah
(m
g/d
l)
KN
K(+)
K(-)
D1
D2
D3
E1
E2
E3
51
E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii
E3 : Dosis tinggi K. alvarezii
d. Hasil Statistik pada metode induksi aloksan
Berdasarkan uji statistik pada hari ke-1, seluruh kelompok dosis uji
berbeda secara bermakna dengan kontrol normal. Namun kontrol positif dan
kontrol negatif tidak berbeda secara bermakna. Pada hari ke-4,8, dan 15 kelompok
dosis sedang dan tinggi kedua ganggang tidak berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol normal dan kontrol positif. Namun berbeda secara bermakna
dengan kelompok dosis rendah G. verrucosa dan K. alvarezii.
52
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian uji aktivitas penurunan glukosa darah dengan metode
toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan ini menggunakan ekstrak
etanol 70% G. verrucosa dan K. alvarezii. Kedua sampel uji ini termasuk ke
dalam famili gangang merah. Ganggang merah telah lama diketahui menghasilkan
metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologi yang luas (Vallinayagam et al,
2009).
Sampel uji G. verrucosa dan K. alvarezii yang didapat dari tambak di
Desa Tenjo Ayu ini dicuci hingga bersih dengan air mengalir kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian setelah kering sampel uji
dirajang sehingga menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplisia dari kedua sampel
uji ini kemudian dideterminasi di LIPI Oceanografi untuk memastikan kesesuaian
nama dan famili dari bahan yang akan diteliti.
Serbuk G. verrucosa dan K. alvarezii kemudian diekstraksi dengan metode
maserasi. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak zat aktif dari tanaman
dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan pengekstrak yang sesuai
dengan temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini paling sering
dilakukan karena pengerjaannya yang mudah, peralatan yang sederhana, dan
kemampuan mengekstraksi dengan baik. Pelarut yang digunakan pada penelitian
ini adalah etanol 70%. Pemilihan etanol 70% ini karena pelarut ini sangat baik dan
dapat menarik senyawa polar maupun non-polar secara optimal.
53
Sampel uji dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 300 gram untuk setiap
sampel uji. Ekstraksi dengan cara maserasi ini dilakukan 4-5 hari sampai pelaut
terlihat jernih. Kemudian masing-masing hasil maserasi kedua ganggang merah
dipekatkan dengan vaccum rotavapor yang kemudian menghasilkan ekstrak
kental. Pada G. verrucosa didapatkan rendemen sebanyak 11% atau seberat 33
gram sedangkan K. alvarezii didapatkan rendemen sebesar 4% atau seberat 12
gram.
Sebelum dilakukan pengujian pada hewan uji, kedua ekstrak dilakukan
penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa-senyawa yang tertarik ke dalam
pelarut etanol 70%. Dari penapisan yang dilakukan, diketahui bahwa G. verrucosa
mengandung senyawa saponin, triterpenoid dan flavonoid, sedangkan K. alvarezii
mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mampu menurunkan
kadar glukosa darah. Flavonoid diketahui sebagai antioksidan yang baik, aktivitas
antioksidan juga mampu bekerja sebagai antibakteri, antikanker, dan antidiabetes
(Fard et al, 2011).
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan
galur wistar berumur 2 bulan dengan berat badan 150-200 gram. Semua kelompok
hewan uji diaklitimasi selama 14 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Selama pemeliharaan semua tikus diberi makan dan minum
dengan takaran yang sama. Hewan uji yang dipilih adalah tikus yang sehat
dengan ciri-ciri bulu bersih, mata jernih bersinar dan setelah diaklitimasi berat
badan meningkat.
54
Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa darah pada kedua ganggang
merah ini menggunakan 2 metode, yaitu metode toleransi glukosa oral dan metode
induksi aloksan. Hewan uji dikelompokan menjadi 9 kelompok, masing-masing 3
ekor pada setiap kelompok. Kelompok kontrol normal diberi perlakuan dengan
pemberian air suling, kelompok kontrol positif untuk metode toleransi glukosa
oral diberi akarbosa, sedangkan kontrol positif untuk metode induksi aloksan
diberi glibenklamid, kelompok kontrol negatif hanya diberi suspensi CMC, 3
kelompok uji G. verrucosa dan 3 kelompok uji K. alvarezii, masing-masing
diberikan dosis rendah (300 mg/kg bb), dosis sedang (600 mg/kg bb), dan dosis
tinggi (1200 mg/kg bb). Ekstrak dan kontrol positif yang akan dicekokan kepada
hewan uji, sebelum pengujian disuspensikan dengan CMC 1%.
Hewan uji dipuasakan selama 16 jam sebelum perlakuan, sehingga saat
diberi perlakuan akan terlihat peningkatan kadar glukosa darahnya, meningkatkan
rasa lapar pada tikus sehingga pada saat tikus diberi perlakuan mau menelan
sediaan uji dengan mudah dan juga penurunan dan kenaikan kadar glukosa darah
yang terjadi tidak dipengaruhi apapun selain sediaan uji dan glukosa yang
diberikan.
Metode toleransi glukosa oral bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii dalam
menekan peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh setelah pemberian
glukosa yang besar. Sebagai pembanding digunakan akarbosa dengan mekanisme
kerja menghambat enzim α-glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus,
sehingga pembentukan dan penyerapan glukosa dihambat, dosis akarbosa yang
55
digunakan adalah dosis yang dikonversikan dari dosis efektif manusia yaitu 4,5
mg/kg bb.
Pada menit ke-0 kadar glukosa darah diperiksa dan ditetapkan sebagai
kadar glukosa darah puasa. Setiap kelompok hewan uji diberikan ekstrak terlebih
dahulu sebelum terjadi efek hiperglikemia yang diakibatkan pemberian glukosa
secara oral. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan ekstrak
dalam menghambat absorpsi glukosa dalam tubuh yang kadar glukosa darahnya
melambung tinggi.
Meningkatnya kadar glukosa darah secara nyata pada menit ke-30 di setiap
kelompok kontrol dan uji. Pada menit ke-60, kelompok kontrol dan uji telah
mengalami penurunan kadar glukosa darah. Persentase penurunan terbesar terjadi
pada kelompok dosis tinggi K. alvarezii, dapat dilihat pada tabel 5. Penurunan ini
terus terjadi hingga menit ke-180.
Berdasarkan tabel 16, BNT menunjukkan pada menit ke-0 kelompok
kontrol normal tidak ada perbedaan bermakna antara seluruh kelompok. Pada
menit ke-30, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh
kelompok kontrok dan uji. Ini dikarenakan pada menit ke-30 ini seluruh hewan uji
mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh glukosa yang diberikan. Pada
menit ke-60, 90, 120, dan 150, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok dosis rendah, dosis sedang, dan kontrol positif.
Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok
dosis tinggi G. verrucosa. Ini menunjukkan bahwa kelompok dosis rendah dan
56
dosis sedang G. verrucosa mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga
rentang normal.
Pada metode induksi aloksan, setiap kelompok hewan uji diinduksi
dengan aloksan monohidrat dengan dosis 100 mg/kg BB. Pemberian aloksan ini
akan merusak pankreas hewan uji(dapus), agen sitotoksiknya secara cepat dan
selektif merusak kemampuan sel β dalam memproduksi insulin sehingga insulin
yang dihasilkan pankreas hanya sedikit. Setelah penginduksian aloksan kemudian
ditunggu selama 2 minggu untuk memastikan kerusakan permanen sebagian
fungsi pankreas hewan uji dan kenaikan kadar glukosa darah hewan uji. Semua
kelompok yang disuntikan aloksan monohidrat secara intravena memperlihatkan
peningkatan kadar glukosa >200mg/dl dibandingkan dengan kontrol normal. Dari
penampakan fisik, tikus yang mengalami hiperglikemia mengalami penurunan
berat badan dan keadaan kandang tikus menjadi lebih lembab dan berbau tidak
sedap daripada kandang kelompok tikus normal.
Pada pengujiannya, setiap kelompok uji dicekokkan ekstrak setiap hari dan
diperiksa kadar glukosa darah pada hari ke-1 sebagai kadar glukosa awal lalu
diperiksa kembali pada hari ke-4,8, dan 15. Sebagai pembanding digunakan
glibenklamid, karena glibenklamid mampu menstimulasi sekresi insulin pada
setiap pemasukan glukosa selama makan, sehingga pemberian ke hewan uji satu
kali sehari sesuai dengan pemberian larutan uji. Dosis yang digunakan 0,45 mg/kg
bb. Dosis tersebut digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 5
mg/hari yang kemudian dikonversi ke dosis tikus.
57
Pada hari ke-4, 8 dan 15, kadar glukosa darah kontrol normal masih tetap
dalam rentang normal sedangkan kontrol negatif mengalami hiperglikemia yang
semakin parah. Tikus yang daya tahan tubuhnya tidak kuat sangat beresiko
mengalami kematian, sehingga harus selalu dijaga agar waktu untuk tikus kontrol
negatif dipuasakan tepat dan tidak menimbulkan kematian. Untuk kelompok
kontrol positif dan kelompok uji, terlihat penurunan kadar glukosa darah secara
bertahap pada hari ke-4, 8, dan 15 setelah perlakuan. Keadaan fisik juga
mengalami perbaikan berupa peningkatan berat badan. Dari persentase penurunan
kadar glukosa darah, penurunan yang paling cepat dan stabil terjadi pada
kelompok dosis tinggi G. verrucosa dan dosis tinggi K. alvarezii.
Berdasarkan pada tabel 24, Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal
berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan ekstrak G.
verrucosa, kecuali kontrol positif dan kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar
hiperglikemia pada kontrol negatif dan kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi
masih dalam keadaan hiperglikemia seperti kelompok dosis uji. Maka ini
menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji, kontrol positif, dan kontrol
negatif telah mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh aloksan yang
diinduksikan. Pada hari ke-4, kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak
berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan berdasarkan pada
tabel 24, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun pada hari ke-15
kelompok control negative berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok
perlakuan. Ini dikarenakan kelompok kontrol positif dan dosis uji telah
mengalami penurunan kadar glukosa darah dalam rentang normal, sedangkan
kontrol negatif tidak mengalami penurunan. kelompok dosis sedang G. verrucosa
58
dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam rentang normal dan tidak berbeda
secara bermakna dengan kontrol positif.
Pada tabel 29, menjelaskan uji BNT dari uji aktivitas K. alvarezii dengan
metode induksi aloksan. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda
secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, kecuali kontrol positif dan
kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar hiperglikemia pada kontrol negatif dan
kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi masih dalam keadaan hiperglikemia
seperti kelompok dosis uji. Ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji,
kontrol positif, dan kontrol negatif telah mengalami hiperglikemia yang
diakibatkan oleh aloksan yang diinduksikan. Pada hari ke-4, ke-8, dank ke-15,
kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak berbeda secara bermakna
dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. alvarezii bila dilihat dari nilai
signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
negatif, dosis rendah K. alvarezii. Dari data statistik yang diperoleh
memperlihatkan bahwa kelompok dosis sedang dan dosis tinggi K. alvarezii dapat
menurunkan kadar glukosa darah hingga rentang normal.
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
1. Metode toleransi glukosa oral, pada ekstrak Gracilaria verruocsa persentase
mununjukkan bahwa dosis 300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb mengalami
penurunan kadar glukosa darah. Dalam data statistic dosis 600 mg/kg bb
tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif.
Tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif. Pada ekstrak
Kappaphycus alvarezii, dosis 300 dan 600 mg/kg bb dalam persentase
mengalami penurunan kadar glukosa darah.
2. Metode induksi aloksan, pada ekstrak Gracilaria verrucosa dosis 300, 600,
dan 1200 mg/kg bb mengalami penurunan kadar glukosa darah yang ditandai
besarnya persentase pada masing-masing kelompok dosis. Grafik
menunjukkan penurunan mulai terjadi padahari ke-4. Pada hari ke-4 Dosis
300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan 1200 mg/kg bb tidak berbeda secara
bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Pada ekstrak
Kappaphycus alvarezii, persentase menunjukkan dosis 600 mg/kg bb dan
1200 mg/kg bb terjadi penurunan kadar glukosa darah ditandai dengan
besarnya nilai persentase. Dalam data statistik hari ke-4 dosis 600 dan 1200
mg/kg bb tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan kontrol
positif.
60
6.2. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih
bervariasi sehingga dapat diketahui dosis yang paling efektif untuk
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus wistar dengan metode toleransi
gluosa oral dan metode induksi aloksan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredjo, J.T., Achmad Z, Heri P, Sri I 2006. Rumput Laut. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Anonim. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal 1,4-5,14-15,41.)
Astawan, Made. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Untuk
Meningkatkan Kadar Iodium Dan Serat Pangan Pada Selai Dan Dodol.Bogor
:Kampus IPB
Aydoğmuş Z, Topcu G, Güven KC. 2008. Studies on chemical constituents of
Gracilaria verrucosa. Istanbul University, Beyazit. Istanbul. Turkey
Barre, KJ. 1949. Le Diabetique Allocanique. 1st Edition. Actual Pharmacology.
New York; 113-124
Bascher, L.Valentina. Clinical, Application of Pathofisiologi, Assesment,
Diagnostic, Reasonning and Management. Mosby Inc.
Baver DJ. Clinical laboratory methods. 9th
Edition. London. The CV mosby
company;1982. Hal.474
Dalimartha Setiawan.1996. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes
Mellitus. Penebar wadaya. Jakarta. Hal. 79-80
62
Dang, Hung The, Hye Ja Lee, Eun Sook Yoo, Pramod B. Shinde, Yoon Mi Lee,
Jongki Hong, Dong Kyoo Kim, Jee H. Jung. 2008. Anti-inflammatory
Constituents of the Red Alga Gracilaria verrucosa and Their Synthetic
Analogues. Inje University. Korea
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi II.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Fard, SG. Fatemeh TS. Mozdheh. 2011. Ethanolic Extract of Eucheuma cottonii
Promotes In Vivo Hair Growth and Wound Healing.UPM. Selangor
Faten, M. Abou Elalla and Emad, A. Shalaby. 2009. Antioxidant Activity of
Extract and Semi- Purified Fractions of Marine Red Macroalga, Gracilaria
Verrucosa. Egypt : Biochemistry Department, Faculty of Agriculture, Cairo
University
Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4(cetak ulang 2005).
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;hal
471 dan 479.
Halliwel B, Gutterridge, J,M,C. 1949. Free Radial In Biology And Medicine. 3nd
ed Oxford University press. London; 561-563
63
Hardoko. 2008. Pengaruh konsumsi gel dan larutan rumput laut (Eucheuma
cottonii) terhadap hiperkolestrolemia darah tikus wistar. Malang: Fakultas
perikanan Unibraw Malang
Jagadeesan L. A. Kannadasan, P. Anantharaman, P. Perumal, Thangaraj. 2010.
Assessment of Ammonium Uptake by Marine Macroalga Gracilaria
verrucosa (Rhodophyta). Annamalai University. India.
Kim, K.Y, Nam K.A, Kurihara A.. 2008. Potent α-glucosidase inhibitors purified
from the red alga Grateloupia elliptica. Republik of Korea : Faculty of
Marine Bioscience and Technology, Kangnung National University
Khotimchenko.S. V. 2005. Lipids from the Marine Alga Gracilaria verrucosa.
Chemistry of natural compounds. Vol 41, 285-288.
Layse de Almeida, Heloina de S. Falcão, Gedson R. de M. Lima, Camila de A.
Montenegro, Narlize S. Lira, Petrônio F. de Athayde-Filho, Luis C.
Rodrigues, Maria de Fátima V. de Souza, José M. Barbosa-Filho and Leônia
M. Batista. 2011. Bioactivities from Marine Algae of the Genus Gracilaria.
University of Paraiba. Brazil.
Luning, K. 1990. Seaweed Their Environment, Biogeography and Ecophysiology.
John Wiley and Sons, New York.
Merck index 2006 14th
edisi. Vol I. Published by Merck Research Laboratories
Division Of : Merck & CO. Inc White House Station. NJ.
Mycek, J. Mary, Richard A. Harvey, Pamela C. champe, 2001. Farmakologi
Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta;264
64
Ninan, Lydia. 2008. Aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total dari ganggang
merah (Gracilaria verrucosa). Salatiga : Fakultas dan sains matematika
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Parfit, K. 1983. Martindale The Extrapharmacopela. 20th
. The Pharmaceutical.
Geneva. London :854
Puspasari, Natalia. 2010. Efektivitas Ekstrak Rumput Laut Gracilaria verrucosa
Sebagai Imunostimulan Untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Calrias sp. Bogor: Fakultas Perikaan dan
ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor
Sharp, PE Leregina.,Mc.Suckw, MA.1998. The Laboratory Rat. CRC Press. USA
Somaatmadja, G. 1998. Buah-buahan Bengkulu. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi. Lipi
Shi Dayong, Feng Xu, Juan He. Inhibition of bromophenols against PTP1B and
anti-hyperglycemic effect of Rhodomela confervoides extract in diabetic rats
Son, B. H.1990 Glycolipids from Gracilaria verrucosa. Phytochemistry. Volume 29, Issue 1, 1990, Pages 307–309
Suherma, S.K. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi
dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Indonesia.
Jakarta. Hal 485-488)
Szkudelski, T., 200. The Mechanism Of Alloxan And StreptozotocinAction In β
cells Of The Rat Pancreas, PhysiologyResearch, 50:536-554.
65
Tamaonoguci et.al. 1994. Poisoning By The Red Alga `Ogonori' (Gracilaria
Verrucosa) On The Nojima Coast.Japan
Tjay Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Penerbit PT. Elex
Media Komputerindo. Jakarta; 693,696,697
Wade, Ainley. Welle,J. Paul. 1994. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. 2th
.
The Pharmaceutical Press. London;78-80
WHO Department of Noncommunicable Disease Surveilance Geneva Definition.
Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications.
Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus.1999)
Windolz M, Budavari S. Blumetti R.F. Ottotbeints. 1983. The Merck Index
Anencyclopedian of Chemicals, Drugs and Biological. 8th
. USA : Published
by merck & Co. Inc. Hal : 43-44
Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan rumput laut. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Wresdiyati Tutik, Ans Budi Hartanta, Made Astawan. 2008. The Effect of
Seaweed Eucheuma cottonii on Superoxide Dismutase (SOD) Liver of
Hypercholesterolemic Rats. Darmaga Campus. Bogor
66
67
Lampiran 1. Bahan Dan Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
a. Bahan
Gambar 6. K. Alvarezii Gambar 7. G. verrucosa
Gambar 8. Tikus putih jantan Gambar 9. Aloksan monohidrat
Gambar 10. Ekstrak K. Alvarezii Gambar 11. Ekstrak G. verrucosa
b. Alat
Gambar 12. Glukotest Gambar 13. Strip glukosa
Lampiran 2. Hasil skrining
a. Hasil Skrining G. verrucosa
68
Gambar 14. Saponin Gambar 15. Flavonoid Gambar 16.
Tannin
b. Hasil Skrining K. Alvarezii
Gambar 17. Saponin Gambar 18. Flavonoid Gambar 19.
Steroid
69
Lampiran 3. Surat Determinasi Hewan Uji
70
Lampiran 4. Surat Determinasi Ganggang Merah Jenis G. verrucosa
Lampiran 5. Surat Determinasi K. Alvarezii
71
Lampiran 6. Skema Kerja Pembuatan ekstrak etanol 70% Ganggang Merah
jenis G. verrucosa dan ekstrak etanol ganggang merah K.
Alvarezii
K. Alvarezii G. verrucosa
Ekstrak
etanol 70%
Serbuk kering dan halus Determinasi rumput laut Penapisan fitokimia
Ampas
Ekstrak kental
Uji Aktivitas
72
Lampiran 7. Skema Aklimatisasi Hewan Uji
Disiapkan 36 ekor tikus
putih jantan dengan bobot
150-250 g
Diadaptasikan atau
diaklimatisasi selama ± 1
bulan dalam kondisi
percobaan
Dikelompokkan secara
acak menjadi 9 kelompok
3 ekor kelompok Kontrol Positif
3 ekor kelompok Dosis Rendah G.
verrucosa
3 ekor kelompok Dosis Sedang G.
verrucosa
3 ekor kelompok Dosis Tinggi G.
verrucosa
3 ekor kelompok Kontrol Normal
3 ekor kelompok Dosis Rendah K.
Alvarezii
3 ekor kelompok Dosis Sedang K.
Alvarezii
3 ekor kelompok Kontrol Negatif
3 ekor kelompok Dosis Tinggi K.
Alvarezii
73
Tikus Dipuasakana 16 Jam
Ukur Kadar Gula Darah Pada Menit Ke- 30, 60, 90, 120, 150, dan 180
Pemberian Beban Glukosa 50%
30 Menit
Air
Suling
acarbose Dosis
D1
Air
Suling
Dosis
D2
Dosis
D3
Dosis
E1
Dosis
E2
Dosis
E3
Persiapan Tikus Puasa 16 Jam
KN K (-) K (+) D1 D2 D3 E1 E2 E3
Lampiran 8. Skema Kerja Uji Metode Toleransi Glukosa Oral
74
Lampiran 9. Skema Kerja Uji Metode induksi aloksan
Persiapan Tikus Puasa 16 Jam
KN K (-) K (+)
Pengukuran Kadar Hiperglikemia Awal
Perkembangan Hewan Uji Selama 2 Minggu
Induksi Dengan Aloksan
D1
NaCl
0,9%
D2 D3 E1 E2 E3
Ukur kadar gula darah pada hari ke-1, 4, 8, 15
Air
Suling
glibenkla
mid
Dosis
D1
Air
Suling
Dosis
D2
Dosis
D3
Dosis
E1
Dosis
E2
Dosis
E3
Selama 14 hari
75
Lampiran 10. Perhitungan Dosis
A. Ekstrak etanol G. verrucosa dengan kelompok dosis :
Dosis rendah (D1) = 300 mg/kg bb
Dosis sedang (D2) = 600 mg/kg bb
Dosis tinggi (D3) = 1200 mg/kg bb
1. Dosis rendah
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
rendah adalah :
300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 60 mg/200g bb x 200g
60 mg/ml
= 1 ml
2. Dosis sedang
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
sedang adalah :
600 mg/kg bb = 120 mg/200g bb
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 120 mg/200g bb x 200g bb
120 mg/ml
= 1 ml
3. Dosis tinggi
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
tinggi adalah:
1200 mg/kg bb = 240 mg/200g bb
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 240 mg/200g bb x 200g bb
76
240 mg/ml
= 1 ml
B. Ekstrak etanol K. Alvarezii degan kelompok dosis :
Dosis rendah (D1)= 300 mg/kg bb tikus
Dosis sedang (D2)= 600 mg/kg bb tikus
Dosis tinggi (D3) = 1200 mg/kg bb tikus
1. Dosis rendah
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
rendah adalah :
300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 60 mg/200g bb x 200g
60 mg/ml
= 1 ml
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
rendah adalah :
300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 60 mg/200g bb x 200g
60 mg/ml
= 1 ml
2. Dosis sedang
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
sedang adalah :
600 mg/kg bb = 120 mg/200g bb
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 120 mg/200g bb x 200g bb
120 mg/ml
= 1 ml
3. Dosis tinggi
Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis
tinggi adalah:
1200 mg/kg bb = 240 mg/200g bb
77
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 240 mg/200g bb x 200g bb
240 mg/ml
= 1 ml
C. Larutan akarbosa
Perhitungan dosis
Tabel 9. Faktor konversi dosis
Species Weight (kg) BSA (m2) Km Factor
Human
Adult 60 1,6 37
Child 20 0,8 35
Baboon 12 0,6 20
Dog 10 0,5 20
Monkey 3 0,24 12
Rabbit 1,3 0,15 12
Guinea Pig 0,4 0,05 8
Rat 0,15 0,025 6
Hamster 0,08 0,02 5
Mouse 0,02 0,007 3
HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x km animal
km human
50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 6
37
50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 0.162
Animal dose = 0.83 mg/kg
0.162
78
Animal dose = 1.02 mg/200 g
Dosis (1.02 mg/200 g bb)
VAO = Dosis x Berat badan
Konsentrasi
= 1.02 mg/200g bb x 200g bb
1.02 mg/ml
= 1 ml
D. Larutan glibenklamid
HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x km animal
km human
5 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 6
37
50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 0.162
Animal dose = 0.83 mg/kg
0.162
Animal dose = 0.1 mg/200 g bb
79
Lampiran 11. Pemeriksaan Parameter Ekstrak
1. Ganggang Merah G. verrucosa
A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat
% Perolehan kembali = Bobot ekstrak yang didapat x 100%
Bobot simplisia yang diekstraksi
= 33 gr x 100 % = 11%
300
B. Pemeriksaan Kadar Air
Berat cawan kosong (A) = 24,5670 gr
Berat sampel = 1,0035 gr
Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,5705 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 25,5603 gr
% Kadar Air = B – C x 100%
B
= 25,5705 – 25,5603 x 100 %
25,5705
= 0, 039%
C. Pemeriksaan Kadar Abu
Berat cawan kosong (A) = 22,4150 gr
Berat sampel = 1,0015 gr
Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 23,4165 gr
Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 22,4170 gr
% Kadar Abu = C - A x 100%
B – A
80
= 22,4170 – 22,4150 x 100 %
23,4165 – 22,4150
= 0,200 %
2. Ganggang merah K. Alvarezii
A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat
% Perolehan kembali Gambir = Bobot ekstrak yang didapat x
100%
Bobot simplisia yang diekstraksi
= 12 g x 100 % = 4 %
300g
B. Pemeriksaan Kadar Air
Berat cawan kosong (A) = 24,5670 gr
Berat sampel = 1,0305 gr
Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,5675 gr
Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 25,5535 gr
% Kadar Air = B – C x 100%
B
= 25,5675 – 25,5535 x 100 %
25,5675
= 0,054%
C. Pemeriksaan Kadar Abu
Berat cawan kosong (A) = 22,4050 gr
Berat sampel = 1,0033 gr
Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 23,4083 gr
Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 22,4075 gr
% Kadar Abu = C - A x 100%
81
B – A
= 22,4075 – 22,4050 x 100 %
23,4080 – 22,4050
= 0,249 %
82
Tabel 10. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode toleransi glukosa
oral
Kelompok
perlakuan 0 30 60
90
120
150
180
k.normal
99 109 98 110 107 108 100
101 101 105 99 101 100 98
111 121 124 122 119 120 108
103.6 110.3 109 110.3 109 109.3 102
k.positif
117 161 105 96 83 101 98
119 165 128 103 95 110 100
112 171 108 89 83 102 91
116 167.7 113.7 96 87 104.3 96.3
k.negatif
108 180 175 182 162 158 106
103 266 155 279 265 241 103
115 195 213 256 234 210 116
108.7 213.7 181 239 220.3 203 108.3
dosis rendah G.
verrucosa
98 180 141 137 135 127 92
91 157 141 128 122 131 88
83 132 116 103 113 125 105
94 156.3 132.7 122.7 123.3 127.7 95
dosissedang G.
verrucosa
75 191 123 106 102 155 92
101 229 139 126 123 99 94
109 260 170 118 107 100 85
95 226.7 116.7 110.7 118 90.3 90.3
dosistinggi G.
verrucosa
109 237 175 190 203 201 198
114 221 155 203 214 179 185
108 252 242 264 208 152 143
110.3 236.7 190.7 219 208.3 177.3 175.3
dosis rendah K.
Alvarezii
114 144 105 120 107 131 97
97 246 175 210 175 112 96
83 164 307 147 126 119 110
98 184.7 195.7 159 136 120.7 101
Dosis sedang K.
Alvarezii
92 150 121 111 129 107 89
100 242 216 182 139 110 97
105 196 194 147 114 96 109
99 196 177 146.7 127.3 104.3 98.3
dosistinggi K.
Alvarezii
82 293 307 289 257 235 187
102 193 200 190 179 136 126
84 140 110 86 57 85 88
89.3 208.7 205.7 188.3 164.3 152 133.7
83
Tabel 11. Hasil pengukuran pada metode induksi aloksan
Kelompok perlakuan hari ke-1 hari ke-4 hari ke-8 hari ke-15
Kontrol normal
98 111 85 89
101 99 91 105
87 90 101 98
95.3 100 92.3 97.3
Kontrol positif
245 61 66 65
149 84 83 80
185 85 51 60
193 76.7 66.7 68.3
Kontrol negatif
242 267 260 270
180 200 202 198
180 174 170 165
200.7 213.7 210.7 211
Dosis rendah G.
verrucosa
383 173 104 123
178 177 92 98
376 284 201 181
312.3 211.3 132.3 134
Dosis sedang G.
verrucosa
262 142 121 111
417 421 102 105
203 131 120 96
294 231 114.3 104
Dosis tinggi G.
verrucosa
353 142 331 131
442 110 68 96
463 331 254 144
419.3 194.3 217.7 123.7
dosis rendah K.
Alvarezii
223 157 189 243
214 149 210 226
254 248 276 298
230.3 184.7 225 255.7
Dosis sedang K.
Alvarezii
233 247 198 142
278 95 93 88
234 109 132 104
248.3 150.3 141 111.3
Dosis tinggi K.
Alvarezii
414 80 96 98
530 123 100 101
178 113 116 94
374 105.3 104 97.7
Tabel 12. Bobot Badan Tikus Selama Perlakuan
Tikus Data Pengamatan Berat Badan Tikus (gram)
84
1 2 4 6 8 10 12 14
Kontrol
Normal
1 199 199 200 201 203 205 203 205
2 198 199 201 202 202 203 205 206
3 176 179 180 182 183 185 186 189
Rata-
Rata
191 192,33 193,66 195 196 197,66 198 200
Kontrol
Negatif
1 182 183 186 189 189 192 195 199
2 191 191 193 194 195 199 201 203
3 194 195 196 198 199 200 200 202
Rata-
Rata
189 189,66 191,66 193,66 194,33 197 198,66 201,33
Kontrol
Positif
1 192 192 194 195 197 200 202 203
2 186 189 189 190 191 194 197 201
3 189 190 193 194 197 199 201 204
Rata-
Rata
189 190,33 192 193 195 197,66 200 202,66
Dosis
rendah G.
verrucosa
1 189 189 190 193 195 196 198 200
2 190 191 193 193 194 195 198 201
3 192 193 195 195 196 197 199 200
Rata-
Rata
190,33 191 192,66 193,66 195 196 198,33 200,33
Dosis
sedang G.
verrucosa
1 194 195 198 199 200 202 204 205
2 179 180 182 183 186 187 189 191
3 192 193 194 196 198 198 199 201
Rata-
Rata
188,33 189,33 191,33 192,66 194,66 195,66 197,33 199
Dosis
tinggi G.
verrucosa
1 196 196 197 199 200 200 201 202
2 189 190 190 192 195 196 199 201
3 198 199 200 203 204 206 207 210
Rata-
Rata
194,33 195 195,66 198 199,6 200,66 202,33 204,33
dosis
rendah K.
Alvarezii
1 204 204 206 208 209 210 211 214
2 177 177 180 183 188 189 190 193
3 190 191 193 195 197 199 199 200
Rata-
Rata
190,33 190,66 193 195,33 198 199,33 200 202,33
Dosis
sedang K.
Alvarezii
1 190 192 193 195 197 199 200 203
2 184 184 185 185 187 188 190 192
3 194 195 197 197 198 199 200 203
Rata-
Rata
189,33 190,33 191,66 192,3 194 195,3 196,66 199,3
Dosis
tinggi K.
1 182 183 185 186 188 191 193 195
2 192 193 195 197 199 201 204 208
85
Alvarezii
4 188 189 185 187 189 190 192 194
Rata-
Rata
187,3 188,3 188,3 190 192 194 196,3 199
86
Lampiran 12. Perhitungan persentase kadar glukosa darah
Perhitungan persentase pada metode toleransi glukosa oral
A. Akarbosa
Menit ke-60 = ( 165,7−113,7 )
165,7 x 100% = 31,38 %
Menit ke-90 = ( 165,7−96 )
165,7 x 100% = 42,06 %
Menit ke-120 = ( 165,7−87 )
165,7 x 100% = 47,49 %
Menit ke-150 = ( 165,7−104,3 )
165,7 x 100% = 37,05 %
Menit ke-180 = (165,7−96,3 )
165,7 x 100% = 41,88 %
B. Dosis rendah G. verrucosa
Menit ke-60 = (156,3−132,7 )
156,3 x 100% = 15,09 %
Menit ke-90 = ( 156,3−122,7 )
156,3 x 100% = 21,49 %
Menit ke-120 = ( 156,3−123,3 )
156,3 x 100% = 21,11 %
Menit ke-150 = ( 156,3−127,7 )
156,3 x 100% = 18,29 %
Menit ke-180 = (156,3−95 )
156,3 x 100% = 39,22 %
C. Dosis sedang G. verrucosa
Menit ke-60 = ( 226,7−144 )
226,7 x 100% = 36,47 %
Menit ke-90 = ( 226,7−116,7 )
226,7 x 100% = 48,52 %
Menit ke-120 = ( 226,7−110,7 )
226,7 x 100% = 51,17 %
Menit ke-150 = ( 226,7−118 )
226,7 x 100% = 47,95 %
Menit ke-180 = ( 226,7−90,3 )
226,7 x 100% = 60,16 %
D. Dosis tinggi G. verrucosa
Menit ke-60 = ( 236,7−190,7 )
236,7 x 100% = 19,43 %
Menit ke-90 = ( 236,7−219 )
236,7 x 100% = 7,47 %
Menit ke-120 = ( 236,7−208,3 )
236,7 x 100% = 11,99 %
Menit ke-150 = ( 236,7−177,3 )
236,7 x 100% = 25,09 %
Menit ke-180 = ( 236,7−175,3 )
236,7 x 100% = 25,94 %
E. Dosis rendah K. Alvarezii
Menit ke-60 = ( 184,7−195,7 )
184,7 x 100% = -5,95 %
Menit ke-90 = ( 184,7−159 )
184,7 x 100% = 13,91 %
Menit ke-120 = ( 184,7−136 )
184,7 x 100% = 26,36 %
87
Menit ke-150 = ( 184,7−120,7 )
184,7 x 100% = 34,65 %
Menit ke-180 = ( 184,7−101 )
184,7 x 100% = 45,32 %
F. Dosis sedang K. Alvarezii
Menit ke-60 = ( 196−177 )
196 x 100% = 9,69 %
Menit ke-90 = ( 196−146,7 )
196 x 100% = 25,15 %
Menit ke-120 = ( 196−127,3 )
196 x 100% = 35,05 %
Menit ke-150 = ( 196−104,3)
196 x 100% = 46,78 %
Menit ke-180 = (196−98,3 )
196 x 100% = 49,85 %
G. Dosis tinggi K. Alvarezii
Menit ke-60 = ( 208,7−205,7 )
208,7 x 100% = 1,44 %
Menit ke-90 = ( 208,7−188,3 )
208,7 x 100% = 9,77 %
Menit ke-120 = ( 208,7−164,3 )
208,7 x 100% = 21,27 %
Menit ke-150 = ( 208,7−152 )
208,7 x 100% = 27,17 %
Menit ke-180 = ( 208,7−133,7 )
208,7 x 100% = 35,94 %
Perhitungan persentase pada metode induksi aloksan
A. Glibenklamid
Hari ke-4 = ( 193−76,7)
193 x 100% = 60,3 %
Hari ke-8 = (193−66,7)
193 x 100% = 65,44 %
Hari ke- 15 = (193−68,3)
193 x 100% = 64,62 %
B. Dosis rendah G. verrucosa
Hari ke-4 = ( 312,3−211,3 )
312,3 x 100% = 32,34 %
Hari ke-8 = ( 312,3−132,3 )
312,3 x 100% = 57,64%
Hari ke-15 = ( 312,3−134 )
312,3 x 100% = 57,09 %
C. Dosis sedang G. verrucosa
Hari ke-4 = ( 294−231 )
294 x 100% = 21,43 %
Hari ke-8 = ( 294−114,3 )
294 x 100% = 61,12 %
Hari ke-15 = 294−104
294 x 100% = 64,62 %
D. Dosis tinggi G. verrucosa
88
Hari ke-4 = ( 419,3−194,3 )
419,3 x 100% = 53,66 %
Hari ke-8 = ( 419,3−217,7 )
419,3 x 100% = 48,08 %
Hari ke-15 = ( 419,3−123,7 )
419,3 x 100% = 70,5 %
E. Dosis rendah K. Alvarezii
Hari ke-4 = ( 230,3−184,7 )
230,3 x 100% = 19,8 %
Hari ke-8 = ( 230,3−225 )
230,3 x 100% = 2,17 %
Hari ke-15 = ( 230,3−255,7 )
230,3 x 100% = -11,02 %
F. Dosis sedang K. Alvarezii
Hari ke-4 = ( 248,3−150,3 )
248,3 x 100% = 39,47 %
Hari ke-8 = ( 248,3−141 )
248,3 x 100% = 43,21 %
Hari ke-15 = ( 248,3−111,3 )
248,3 x 100% = 55,17 %
G. Dosis tinggi K. Alvarezii
Hari ke-4 = ( 374−105,3 )
374 x 100% = 71,84 %
Hari ke-8 = ( 374−104 )
374 x 100% = 72,2 %
Hri ke-15 = ( 374−97,7 )
374 x 100% = 73,8 %
89
Lampiran 13. Hasil uji statistik dosis ekstrak G. verrucosa dengan metode
toleransi glukosa oral
A. Kelompok dosis ekstrak G. verrucosa
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene
penurunan kadar glukosa darah tikus dengan metode toleransi glukosa oral
a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
b. Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa
darah
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi normal.
Pengambilan keputusanj
jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 13. Uji Normalitas G. verrucosa Dengan Metode Toleransi Glukosa Oral
menit_0 menit_30 menit_60 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180
N 18 18 18 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 104.06 184.89 145.17 150.61 143.11 139.94 111.22
Stdosis
Deviation 11.735 51.157 38.774 62.557 56.524 43.169 32.014
Most Extreme
Differences
Absolute .187 .094 .154 .253 .250 .193 .318
Positive .101 .094 .154 .253 .250 .193 .318
Negative -.187 -.093 -.112 -.162 -.144 -.171 -.206
Kolmogorov-Smirnov Z .794 .397 .653 1.072 1.061 .820 1.349
Asymp. Sig. (2-tailed) .554 .997 .787 .200 .210 .513 .053
a. Test distribution is Normal.
90
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data kelompok
ekstrak G. verrucosa pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas Levene
Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah
tikus.
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan
kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan bervariasi homogen pada menit
ke-30 dan 60.
Tabel 14. Uji Homogenitas G. verrucosa pada metode
toleransi glukosa oral
Levene Statistic df1 df2 Sig.
menit_0 3.414 5 12 .038
menit_30 2.666 5 12 .076
menit_60 2.340 5 12 .106
menit_90 4.608 5 12 .014
menit_120 5.319 5 12 .008
menit_150 3.306 5 12 .042
menit_180 5.578 5 12 .007
91
Kesimpulan : data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan
pada menit ke-30 dan 60 dapat dilakukan uji ANOVA karena memenuhi syarat uji
ANOVA. Uji kruskal wallis dilakukan untuk menit ke-0, 90, 120, 150, dan 180.
Tabel 15. Uji Anova ekstrak G. verrucosa di menit kr-30 dan ke-60.
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
menit_30 Between Groups 35993.778 5 7198.756 10.168 .001
Within Groups 8496.000 12 708.000
Total 44489.778 17
menit_60 Between Groups 17436.500 5 3487.300 5.152 .009
Within Groups 8122.000 12 676.833
Total 25558.500 17
Kesimpulan : Dari hasil uji ANOVA, penurunan kadar glukosa darah pada menit
ke-30 dan ke-60 terdapat perbedaan secara bermakna karena memiliki nilai
signifikan (p ≤ 0,05). Maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant
Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan
yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antar kelompok.
d. Uji Kruskal wallis ekstrak G. verrucosa
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna
pada data peningkatan jumlah trombosit pada tikus karena tidak memenuhi
syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara
bermakna
92
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 16. Uji Kruskal Wallis ekstrak Gracilaria verrcuosa pada metode
toleransi glukosa oral
Test Statisticsa,b
menit_0 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180
Chi-Square 11.591 14.061 14.978 12.610 12.718
Df 5 5 5 5 5
Asymp. Sig. .041 .015 .010 .027 .026
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan
kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-0, 90, 120, 150,
dan 180 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata
Terkecil).
Tabel 16. Uji BNT kelompok ekstrak G. verrucosa metode toleransi glukosa
oral
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable (I) kelompok (J) kelompok
Mean
Difference
(I-J)
Stdosis
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound Upper Bound
menit_0 kontrol normal kontrol positif -12.333 7.252 .115 -28.13 3.47
kontrol negative -5.000 7.252 .504 -20.80 10.80
dosis rendah G. verrucosa 13.000 7.252 .098 -2.80 28.80
dosis sedang G. verrucosa 8.667 7.252 .255 -7.13 24.47
dosis tinggi G. verrucosa -6.667 7.252 .376 -22.47 9.13
93
kontrol positif kontrol normal 12.333 7.252 .115 -3.47 28.13
kontrol negative 7.333 7.252 .332 -8.47 23.13
dosis rendah G. verrucosa 25.333* 7.252 .004 9.53 41.13
dosis sedang G. verrucosa 21.000* 7.252 .013 5.20 36.80
dosis tinggi G. verrucosa 5.667 7.252 .450 -10.13 21.47
kontrol negative kontrol normal 5.000 7.252 .504 -10.80 20.80
kontrol positif -7.333 7.252 .332 -23.13 8.47
dosis rendah G. verrucosa 18.000* 7.252 .029 2.20 33.80
dosis sedang G. verrucosa 13.667 7.252 .084 -2.13 29.47
dosis tinggi G. verrucosa -1.667 7.252 .822 -17.47 14.13
dosis rendah G.
verrucosa
kontrol normal -13.000 7.252 .098 -28.80 2.80
kontrol positif -25.333* 7.252 .004 -41.13 -9.53
kontrol negative -18.000* 7.252 .029 -33.80 -2.20
dosis sedang G. verrucosa -4.333 7.252 .561 -20.13 11.47
dosis tinggi G. verrucosa -19.667* 7.252 .019 -35.47 -3.87
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal -8.667 7.252 .255 -24.47 7.13
kontrol positif -21.000* 7.252 .013 -36.80 -5.20
kontrol negative -13.667 7.252 .084 -29.47 2.13
dosis rendah G. verrucosa 4.333 7.252 .561 -11.47 20.13
dosis tinggi G. verrucosa -15.333 7.252 .056 -31.13 .47
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 6.667 7.252 .376 -9.13 22.47
kontrol positif -5.667 7.252 .450 -21.47 10.13
kontrol negative 1.667 7.252 .822 -14.13 17.47
dosis rendah G. verrucosa 19.667* 7.252 .019 3.87 35.47
dosis sedang G. verrucosa 15.333 7.252 .056 -.47 31.13
menit_30 kontrol normal kontrol positif -55.333* 21.726 .026 -102.67 -8.00
kontrol negative -103.333* 21.726 .000 -150.67 -56.00
dosis rendah G. verrucosa -46.000 21.726 .056 -93.34 1.34
dosis sedang G. verrucosa -116.333* 21.726 .000 -163.67 -69.00
dosis tinggi G. verrucosa -126.333* 21.726 .000 -173.67 -79.00
kontrol positif kontrol normal 55.333* 21.726 .026 8.00 102.67
kontrol negative -48.000* 21.726 .047 -95.34 -.66
94
dosis rendah G. verrucosa 9.333 21.726 .675 -38.00 56.67
dosis sedang G. verrucosa -61.000* 21.726 .016 -108.34 -13.66
dosis tinggi G. verrucosa -71.000* 21.726 .007 -118.34 -23.66
kontrol negative kontrol normal 103.333* 21.726 .000 56.00 150.67
kontrol positif 48.000* 21.726 .047 .66 95.34
dosis rendah G. verrucosa 57.333* 21.726 .022 10.00 104.67
dosis sedang G. verrucosa -13.000 21.726 .561 -60.34 34.34
dosis tinggi G. verrucosa -23.000 21.726 .311 -70.34 24.34
dosis rendah G.
verrucosa
kontrol normal 46.000 21.726 .056 -1.34 93.34
kontrol positif -9.333 21.726 .675 -56.67 38.00
kontrol negative -57.333* 21.726 .022 -104.67 -10.00
dosis sedang G. verrucosa -70.333* 21.726 .007 -117.67 -23.00
dosis tinggi G. verrucosa -80.333* 21.726 .003 -127.67 -33.00
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal 116.333* 21.726 .000 69.00 163.67
kontrol positif 61.000* 21.726 .016 13.66 108.34
kontrol negative 13.000 21.726 .561 -34.34 60.34
dosis rendah G. verrucosa 70.333* 21.726 .007 23.00 117.67
dosis tinggi G. verrucosa -10.000 21.726 .654 -57.34 37.34
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 126.333* 21.726 .000 79.00 173.67
kontrol positif 71.000* 21.726 .007 23.66 118.34
kontrol negative 23.000 21.726 .311 -24.34 70.34
dosis rendah G. verrucosa 80.333* 21.726 .003 33.00 127.67
dosis sedang G. verrucosa 10.000 21.726 .654 -37.34 57.34
menit_60 kontrol normal kontrol positif -4.667 21.242 .830 -50.95 41.62
kontrol negative -72.000* 21.242 .005 -118.28 -25.72
dosis rendah G. verrucosa -23.667 21.242 .287 -69.95 22.62
dosis sedang G. verrucosa -35.000 21.242 .125 -81.28 11.28
dosis tinggi G. verrucosa -81.667* 21.242 .002 -127.95 -35.38
kontrol positif kontrol normal 4.667 21.242 .830 -41.62 50.95
kontrol negative -67.333* 21.242 .008 -113.62 -21.05
dosis rendah G. verrucosa -19.000 21.242 .389 -65.28 27.28
dosis sedang G. verrucosa -30.333 21.242 .179 -76.62 15.95
dosis tinggi G. verrucosa -77.000* 21.242 .003 -123.28 -30.72
95
kontrol negative kontrol normal 72.000* 21.242 .005 25.72 118.28
kontrol positif 67.333* 21.242 .008 21.05 113.62
dosis rendah G. verrucosa 48.333* 21.242 .042 2.05 94.62
dosis sedang G. verrucosa 37.000 21.242 .107 -9.28 83.28
dosis tinggi G. verrucosa -9.667 21.242 .657 -55.95 36.62
dosis rendah G.
verrucosa
kontrol normal 23.667 21.242 .287 -22.62 69.95
kontrol positif 19.000 21.242 .389 -27.28 65.28
kontrol negative -48.333* 21.242 .042 -94.62 -2.05
dosis sedang G. verrucosa -11.333 21.242 .603 -57.62 34.95
dosis tinggi G. verrucosa -58.000* 21.242 .018 -104.28 -11.72
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal 35.000 21.242 .125 -11.28 81.28
kontrol positif 30.333 21.242 .179 -15.95 76.62
kontrol negative -37.000 21.242 .107 -83.28 9.28
dosis rendah G. verrucosa 11.333 21.242 .603 -34.95 57.62
dosis tinggi G. verrucosa -46.667* 21.242 .048 -92.95 -.38
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 81.667* 21.242 .002 35.38 127.95
kontrol positif 77.000* 21.242 .003 30.72 123.28
kontrol negative 9.667 21.242 .657 -36.62 55.95
dosis rendah G. verrucosa 58.000* 21.242 .018 11.72 104.28
dosis sedang G. verrucosa 46.667* 21.242 .048 .38 92.95
menit_90 kontrol normal kontrol positif 14.333 22.908 .543 -35.58 64.25
kontrol negative -128.667* 22.908 .000 -178.58 -78.75
dosis rendah G. verrucosa -12.333 22.908 .600 -62.25 37.58
dosis sedang G. verrucosa -6.333 22.908 .787 -56.25 43.58
dosis tinggi G. verrucosa -108.667* 22.908 .000 -158.58 -58.75
kontrol positif kontrol normal -14.333 22.908 .543 -64.25 35.58
kontrol negative -143.000* 22.908 .000 -192.91 -93.09
dosis rendah G. verrucosa -26.667 22.908 .267 -76.58 23.25
dosis sedang G. verrucosa -20.667 22.908 .385 -70.58 29.25
dosis tinggi G. verrucosa -123.000* 22.908 .000 -172.91 -73.09
kontrol negative kontrol normal 128.667* 22.908 .000 78.75 178.58
kontrol positif 143.000* 22.908 .000 93.09 192.91
dosis rendah G. verrucosa 116.333* 22.908 .000 66.42 166.25
96
dosis sedang G. verrucosa 122.333* 22.908 .000 72.42 172.25
dosis tinggi G. verrucosa 20.000 22.908 .400 -29.91 69.91
dosis rendah G.
verrucosa
kontrol normal 12.333 22.908 .600 -37.58 62.25
kontrol positif 26.667 22.908 .267 -23.25 76.58
kontrol negative -116.333* 22.908 .000 -166.25 -66.42
dosis sedang G. verrucosa 6.000 22.908 .798 -43.91 55.91
dosis tinggi G. verrucosa -96.333* 22.908 .001 -146.25 -46.42
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal 6.333 22.908 .787 -43.58 56.25
kontrol positif 20.667 22.908 .385 -29.25 70.58
kontrol negative -122.333* 22.908 .000 -172.25 -72.42
dosis rendah G. verrucosa -6.000 22.908 .798 -55.91 43.91
dosis tinggi G. verrucosa -102.333* 22.908 .001 -152.25 -52.42
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 108.667* 22.908 .000 58.75 158.58
kontrol positif 123.000* 22.908 .000 73.09 172.91
kontrol negative -20.000 22.908 .400 -69.91 29.91
dosis rendah G. verrucosa 96.333* 22.908 .001 46.42 146.25
dosis sedang G. verrucosa 102.333* 22.908 .001 52.42 152.25
menit_120 kontrol normal kontrol positif 22.000 18.848 .266 -19.07 63.07
kontrol negative -111.333* 18.848 .000 -152.40 -70.27
dosis rendah G. verrucosa -14.333 18.848 .462 -55.40 26.73
dosis sedang G. verrucosa -1.667 18.848 .931 -42.73 39.40
dosis tinggi G. verrucosa -99.333* 18.848 .000 -140.40 -58.27
kontrol positif kontrol normal -22.000 18.848 .266 -63.07 19.07
kontrol negative -133.333* 18.848 .000 -174.40 -92.27
dosis rendah G. verrucosa -36.333 18.848 .078 -77.40 4.73
dosis sedang G. verrucosa -23.667 18.848 .233 -64.73 17.40
dosis tinggi G. verrucosa -121.333* 18.848 .000 -162.40 -80.27
kontrol negative kontrol normal 111.333* 18.848 .000 70.27 152.40
kontrol positif 133.333* 18.848 .000 92.27 174.40
dosis rendah G. verrucosa 97.000* 18.848 .000 55.93 138.07
dosis sedang G. verrucosa 109.667* 18.848 .000 68.60 150.73
dosis tinggi G. verrucosa 12.000 18.848 .536 -29.07 53.07
dosis rendah G. kontrol normal 14.333 18.848 .462 -26.73 55.40
97
verrucosa kontrol positif 36.333 18.848 .078 -4.73 77.40
kontrol negative -97.000* 18.848 .000 -138.07 -55.93
dosis sedang G. verrucosa 12.667 18.848 .514 -28.40 53.73
dosis tinggi G. verrucosa -85.000* 18.848 .001 -126.07 -43.93
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal 1.667 18.848 .931 -39.40 42.73
kontrol positif 23.667 18.848 .233 -17.40 64.73
kontrol negative -109.667* 18.848 .000 -150.73 -68.60
dosis rendah G. verrucosa -12.667 18.848 .514 -53.73 28.40
dosis tinggi G. verrucosa -97.667* 18.848 .000 -138.73 -56.60
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 99.333* 18.848 .000 58.27 140.40
kontrol positif 121.333* 18.848 .000 80.27 162.40
kontrol negative -12.000 18.848 .536 -53.07 29.07
dosis rendah G. verrucosa 85.000* 18.848 .001 43.93 126.07
dosis sedang G. verrucosa 97.667* 18.848 .000 56.60 138.73
menit_150 kontrol normal kontrol positif 5.000 19.786 .805 -38.11 48.11
kontrol negative -93.667* 19.786 .000 -136.78 -50.56
dosis rendah G. verrucosa -18.333 19.786 .372 -61.44 24.78
dosis sedang G. verrucosa -8.667 19.786 .669 -51.78 34.44
dosis tinggi G. verrucosa -68.000* 19.786 .005 -111.11 -24.89
kontrol positif kontrol normal -5.000 19.786 .805 -48.11 38.11
kontrol negative -98.667* 19.786 .000 -141.78 -55.56
dosis rendah G. verrucosa -23.333 19.786 .261 -66.44 19.78
dosis sedang G. verrucosa -13.667 19.786 .503 -56.78 29.44
dosis tinggi G. verrucosa -73.000* 19.786 .003 -116.11 -29.89
kontrol negative kontrol normal 93.667* 19.786 .000 50.56 136.78
kontrol positif 98.667* 19.786 .000 55.56 141.78
dosis rendah G. verrucosa 75.333* 19.786 .002 32.22 118.44
dosis sedang G. verrucosa 85.000* 19.786 .001 41.89 128.11
dosis tinggi G. verrucosa 25.667 19.786 .219 -17.44 68.78
dosis rendah G.
verrucosa
kontrol normal 18.333 19.786 .372 -24.78 61.44
kontrol positif 23.333 19.786 .261 -19.78 66.44
kontrol negative -75.333* 19.786 .002 -118.44 -32.22
dosis sedang G. verrucosa 9.667 19.786 .634 -33.44 52.78
98
dosis tinggi G. verrucosa -49.667* 19.786 .027 -92.78 -6.56
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal 8.667 19.786 .669 -34.44 51.78
kontrol positif 13.667 19.786 .503 -29.44 56.78
kontrol negative -85.000* 19.786 .001 -128.11 -41.89
dosis rendah G. verrucosa -9.667 19.786 .634 -52.78 33.44
dosis tinggi G. verrucosa -59.333* 19.786 .011 -102.44 -16.22
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 68.000* 19.786 .005 24.89 111.11
kontrol positif 73.000* 19.786 .003 29.89 116.11
kontrol negative -25.667 19.786 .219 -68.78 17.44
dosis rendah G. verrucosa 49.667* 19.786 .027 6.56 92.78
dosis sedang G. verrucosa 59.333* 19.786 .011 16.22 102.44
menit_180 kontrol normal kontrol positif 5.667 10.668 .605 -17.58 28.91
kontrol negative -6.333 10.668 .564 -29.58 16.91
dosis rendah G. verrucosa 7.000 10.668 .524 -16.24 30.24
dosis sedang G. verrucosa 11.667 10.668 .296 -11.58 34.91
dosis tinggi G. verrucosa -73.333* 10.668 .000 -96.58 -50.09
kontrol positif kontrol normal -5.667 10.668 .605 -28.91 17.58
kontrol negative -12.000 10.668 .283 -35.24 11.24
dosis rendah G. verrucosa 1.333 10.668 .903 -21.91 24.58
dosis sedang G. verrucosa 6.000 10.668 .584 -17.24 29.24
dosis tinggi G. verrucosa -79.000* 10.668 .000 -102.24 -55.76
kontrol negative kontrol normal 6.333 10.668 .564 -16.91 29.58
kontrol positif 12.000 10.668 .283 -11.24 35.24
dosis rendah G. verrucosa 13.333 10.668 .235 -9.91 36.58
dosis sedang G. verrucosa 18.000 10.668 .117 -5.24 41.24
dosis tinggi G. verrucosa -67.000* 10.668 .000 -90.24 -43.76
dosis rendah G.
verrucosa
kontrol normal -7.000 10.668 .524 -30.24 16.24
kontrol positif -1.333 10.668 .903 -24.58 21.91
kontrol negative -13.333 10.668 .235 -36.58 9.91
dosis sedang G. verrucosa 4.667 10.668 .670 -18.58 27.91
dosis tinggi G. verrucosa -80.333* 10.668 .000 -103.58 -57.09
dosis sedang G.
verrucosa
kontrol normal -11.667 10.668 .296 -34.91 11.58
kontrol positif -6.000 10.668 .584 -29.24 17.24
99
kontrol negative -18.000 10.668 .117 -41.24 5.24
dosis rendah G. verrucosa -4.667 10.668 .670 -27.91 18.58
dosis tinggi G. verrucosa -85.000* 10.668 .000 -108.24 -61.76
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 73.333* 10.668 .000 50.09 96.58
kontrol positif 79.000* 10.668 .000 55.76 102.24
kontrol negative 67.000* 10.668 .000 43.76 90.24
dosis rendah G. verrucosa 80.333* 10.668 .000 57.09 103.58
dosis sedang G. verrucosa 85.000* 10.668 .000 61.76 108.24
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan :
1. Pada menit ke-0, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai
signifikansi ≥ 0,05.
2. Pada menit ke-30, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok dosis rendah G. verrucosa bila dilihat
dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna
dengan kelompok kontrol negatif, dosis sedang dan dosis tinggi G.
verrucosa, bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.
3. Pada menit ke-60, 90, 120, 150, dan 180 kelompok kontrol normal
berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan
kelompok dosis tinggi G. verrucosa bila dilihat dari nilai signifikansi
≤ 0,05. Namun tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok
kontrol positif, dosis rendah dan dosis sedang G. verrucosa bila dilihat
dari nilai signifikansi ≥ 0,05.
100
Lampiran 17. Hasil Statistik Dosis Ekstrak K. Alvarezii dengan metode
toleransi glukosa oral
B. Kelompok dosis ekstrak K. Alvarezii
a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene
penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah
tikus sebagai syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 18. Uji Normalitas ekstrak K. Alvarezii metode toleransi glukosa oral
menit_0 menit_30 menit_60 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180
N 18 18 18 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 102.44 179.83 163.67 156.56 140.67 132.28 106.61
Stdosis
Deviation 11.567 53.411 66.029 65.994 60.351 47.612 22.219
Most Extreme
Differences
Absolute .111 .159 .205 .200 .188 .268 .273
Positive .111 .159 .205 .200 .188 .268 .273
Negative -.105 -.100 -.160 -.143 -.114 -.167 -.201
Kolmogorov-Smirnov Z .472 .674 .872 .847 .797 1.139 1.157
Asymp. Sig. (2-tailed) .979 .754 .433 .469 .550 .149 .137
a. Test distribution is Normal.
101
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan
kadar glukosa darah pada ekstrak K. Alvarezii pada tikus seluruh kelompok
perlakuan terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Levene
Tujuan : untuk melihat homogenitas data jumlah penurunan kadar glukosa
darah tikus.
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 19. Uji Homogenitas K. Alvarezii pada metode toleransi glukosa
oral
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
menit_0 1.441 5 12 .279
menit_30 2.698 5 12 .074
menit_60 2.530 5 12 .087
menit_90 2.126 5 12 .132
menit_120 3.655 5 12 .031
menit_150 4.549 5 12 .015
menit_180 4.345 5 12 .017
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data
penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok perlakuan bervariasi
homogen pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90. Namun pada menit ke-
102
120, ke-150, dank e-180 data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh
kelompok perlakuan tidak bervariasi homogen karena nilai signifikansi ≤
0,05 maka Ho ditolak.
Kesimpulan : Data penurunan kadar glukosa darah pada ekstrak K. Alvarezii
dengan metode toleransi glukosa oral tikus pada menit ke-0, ke-30, ke-60
dan ke-90 dapat dilakukan uji ANOVA karena memenuhi syarat uji
ANOVA. Namun pada menit ke-120, ke-150, dank e-180 tidak memenuhi
syarat uji ANOVA sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis.
c. Uji ANOVA
Tabel 20. Uji ANOVA Data Penurunan kadar glukosa darah pada menit ke-0, ke-
30, ke-60 dan ke-90
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
menit_0 Between Groups 1282.444 5 256.489 3.103 .050
Within Groups 992.000 12 82.667
Total 2274.444 17
menit_30 Between Groups 21875.167 5 4375.033 1.972 .156
Within Groups 26621.333 12 2218.444
Total 48496.500 17
menit_60 Between Groups 26264.000 5 5252.800 1.317 .321
Within Groups 47852.000 12 3987.667
Total 74116.000 17
menit_90 Between Groups 41142.444 5 8228.489 3.002 .055
Within Groups 32896.000 12 2741.333
Total 74038.444 17
Kesimpulan : Data penurunan kadar glukosa darah menit ke-0, ke-30, ke-60 dan
ke-90 memiliki nilai siginifikansi ≥ 0,05 (Ho ditolak).
d. Uji Kruskal wallis ekstrak K. Alvarezii
103
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna
pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi
syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 21. Uji Kruskal Wallis K. Alvarezii pada metode toleransi glukosa oral
menit_120 menit_150 menit_180
Chi-Square 9.575 9.015 3.590
Df 5 5 5
Asymp. Sig. .088 .108 .610
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho dierima, artinya data penurunan
kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-120, 150, dan
180 tidak berbeda secara bermakna, maka tidak dilanjutkan dengan uji LSD
(Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
104
Lampiran 18. Hasil Statistik Dosis Ekstrak G. verrucosa dengan metode
induksi aloksan
A. Kelompok Dosis Ekstrak G. verrucosa
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene
penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah
tikus sebagai syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak terdistribusi normal
Tabel 22. Uji Normalitas G. verrucosa pada metode induksi
aloksan
hari_1 hari_4 hari_8 hari_15
N 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 252.44 171.22 139.00 123.06
Stdosis
Deviation 123.172 97.132 79.301 52.415
Most Extreme
Differences
Absolute .156 .199 .256 .202
Positive .156 .199 .256 .202
Negative -.126 -.129 -.134 -.114
Kolmogorov-Smirnov Z .662 .842 1.088 .857
Asymp. Sig. (2-tailed) .774 .477 .187 .454
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya penurunan kadar
glukosa darah pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal
b. Uji Homogenitas Levene
Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah
tikus
105
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan
kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok tidak bervariasi homogen.
c. Uji Kruskal Wallis G. verrucosa pada metode induksi aloksan
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna
pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi
syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Tabel 23. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
hari_1 3.949 5 12 .024
hari_4 6.939 5 12 .003
hari_8 5.356 5 12 .008
hari_15 3.580 5 12 .033
106
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 24. Uji Kruskal-Wallis G. verrucosa pada metode induksi aloksan
Test Statisticsa,b
hari_1 hari_4 hari_8 hari_15
Chi-Square 12.288 11.895 10.708 12.859
Df 5 5 5 5
Asymp. Sig. .031 .036 .057 .025
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan
kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-0, 90, 120, 150,
dan 180 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata
Terkecil).
Tabel 25. Uji BNT G. verucosa pada hari ke-1, 4, 8 dan 15.
Multiple Comparisons
LSD
Depende
nt
Variable (I) kelompok (J) kelompok
Mean
Differenc
e (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
hari_1 kontrol normal kontrol positif -97.667 60.426 .132 -229.32 33.99
kontrol negatif -105.333 60.426 .107 -236.99 26.32
dosis rendah G.
verrucosa -217.000
* 60.426 .004 -348.66 -85.34
dosis sedang G.
verrucosa -198.667
* 60.426 .006 -330.32 -67.01
dosis tinggi G.
verrucosa -324.000
* 60.426 .000 -455.66 -192.34
kontrol positif kontrol normal 97.667 60.426 .132 -33.99 229.32
kontrol negatif -7.667 60.426 .901 -139.32 123.99
107
dosis rendah G.
verrucosa -119.333 60.426 .072 -250.99 12.32
dosis sedang G.
verrucosa -101.000 60.426 .120 -232.66 30.66
dosis tinggi G.
verrucosa -226.333
* 60.426 .003 -357.99 -94.68
kontrol negatif kontrol normal 105.333 60.426 .107 -26.32 236.99
kontrol positif 7.667 60.426 .901 -123.99 139.32
dosis rendah G.
verrucosa -111.667 60.426 .089 -243.32 19.99
dosis sedang G.
verrucosa -93.333 60.426 .148 -224.99 38.32
dosis tinggi G.
verrucosa -218.667
* 60.426 .004 -350.32 -87.01
dosis rendah
G. verrucosa
kontrol normal 217.000* 60.426 .004 85.34 348.66
kontrol positif 119.333 60.426 .072 -12.32 250.99
kontrol negatif 111.667 60.426 .089 -19.99 243.32
dosis sedang G.
verrucosa 18.333 60.426 .767 -113.32 149.99
dosis tinggi G.
verrucosa -107.000 60.426 .102 -238.66 24.66
dosis sedang
G. verrucosa
kontrol normal 198.667* 60.426 .006 67.01 330.32
kontrol positif 101.000 60.426 .120 -30.66 232.66
kontrol negatif 93.333 60.426 .148 -38.32 224.99
dosis rendah G.
verrucosa -18.333 60.426 .767 -149.99 113.32
dosis tinggi G.
verrucosa -125.333 60.426 .060 -256.99 6.32
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 324.000* 60.426 .000 192.34 455.66
kontrol positif 226.333* 60.426 .003 94.68 357.99
kontrol negatif 218.667* 60.426 .004 87.01 350.32
dosis rendah G.
verrucosa 107.000 60.426 .102 -24.66 238.66
108
dosis sedang G.
verrucosa 125.333 60.426 .060 -6.32 256.99
hari_4 kontrol normal kontrol positif 23.333 72.905 .754 -135.51 182.18
kontrol negatif -113.667 72.905 .145 -272.51 45.18
dosis rendah G.
verrucosa -111.333 72.905 .153 -270.18 47.51
dosis sedang G.
verrucosa -131.333 72.905 .097 -290.18 27.51
dosis tinggi G.
verrucosa -94.333 72.905 .220 -253.18 64.51
kontrol positif kontrol normal -23.333 72.905 .754 -182.18 135.51
kontrol negatif -137.000 72.905 .085 -295.85 21.85
dosis rendah G.
verrucosa -134.667 72.905 .090 -293.51 24.18
dosis sedang G.
verrucosa -154.667 72.905 .055 -313.51 4.18
dosis tinggi G.
verrucosa -117.667 72.905 .133 -276.51 41.18
kontrol negatif kontrol normal 113.667 72.905 .145 -45.18 272.51
kontrol positif 137.000 72.905 .085 -21.85 295.85
dosis rendah G.
verrucosa 2.333 72.905 .975 -156.51 161.18
dosis sedang G.
verrucosa -17.667 72.905 .813 -176.51 141.18
dosis tinggi G.
verrucosa 19.333 72.905 .795 -139.51 178.18
dosis rendah
G. verrucosa
kontrol normal 111.333 72.905 .153 -47.51 270.18
kontrol positif 134.667 72.905 .090 -24.18 293.51
kontrol negatif -2.333 72.905 .975 -161.18 156.51
dosis sedang G.
verrucosa -20.000 72.905 .788 -178.85 138.85
dosis tinggi G.
verrucosa 17.000 72.905 .820 -141.85 175.85
dosis sedang
G. verrucosa
kontrol normal 131.333 72.905 .097 -27.51 290.18
kontrol positif 154.667 72.905 .055 -4.18 313.51
109
kontrol negatif 17.667 72.905 .813 -141.18 176.51
dosis rendah G.
verrucosa 20.000 72.905 .788 -138.85 178.85
dosis tinggi G.
verrucosa 37.000 72.905 .621 -121.85 195.85
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 94.333 72.905 .220 -64.51 253.18
kontrol positif 117.667 72.905 .133 -41.18 276.51
kontrol negatif -19.333 72.905 .795 -178.18 139.51
dosis rendah G.
verrucosa -17.000 72.905 .820 -175.85 141.85
dosis sedang G.
verrucosa -37.000 72.905 .621 -195.85 121.85
hari_15 kontrol normal kontrol positif 29.000 24.815 .265 -25.07 83.07
kontrol negatif -113.667* 24.815 .001 -167.73 -59.60
dosis rendah G.
verrucosa -36.667 24.815 .165 -90.73 17.40
dosis sedang G.
verrucosa -6.667 24.815 .793 -60.73 47.40
dosis tinggi G.
verrucosa -26.333 24.815 .309 -80.40 27.73
kontrol positif kontrol normal -29.000 24.815 .265 -83.07 25.07
kontrol negatif -142.667* 24.815 .000 -196.73 -88.60
dosis rendah G.
verrucosa -65.667
* 24.815 .021 -119.73 -11.60
dosis sedang G.
verrucosa -35.667 24.815 .176 -89.73 18.40
dosis tinggi G.
verrucosa -55.333
* 24.815 .046 -109.40 -1.27
kontrol negatif kontrol normal 113.667* 24.815 .001 59.60 167.73
kontrol positif 142.667* 24.815 .000 88.60 196.73
dosis rendah G.
verrucosa 77.000
* 24.815 .009 22.93 131.07
dosis sedang G.
verrucosa 107.000
* 24.815 .001 52.93 161.07
dosis tinggi G.
verrucosa 87.333
* 24.815 .004 33.27 141.40
110
dosis rendah
G. verrucosa
kontrol normal 36.667 24.815 .165 -17.40 90.73
kontrol positif 65.667* 24.815 .021 11.60 119.73
kontrol negatif -77.000* 24.815 .009 -131.07 -22.93
dosis sedang G.
verrucosa 30.000 24.815 .250 -24.07 84.07
dosis tinggi G.
verrucosa 10.333 24.815 .684 -43.73 64.40
dosis sedang
G. verrucosa
kontrol normal 6.667 24.815 .793 -47.40 60.73
kontrol positif 35.667 24.815 .176 -18.40 89.73
kontrol negatif -107.000* 24.815 .001 -161.07 -52.93
dosis rendah G.
verrucosa -30.000 24.815 .250 -84.07 24.07
dosis tinggi G.
verrucosa -19.667 24.815 .443 -73.73 34.40
dosis tinggi G.
verrucosa
kontrol normal 26.333 24.815 .309 -27.73 80.40
kontrol positif 55.333* 24.815 .046 1.27 109.40
kontrol negatif -87.333* 24.815 .004 -141.40 -33.27
dosis rendah G.
verrucosa -10.333 24.815 .684 -64.40 43.73
dosis sedang G.
verrucosa 19.667 24.815 .443 -34.40 73.73
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
Kesimpulan :
1. Pada hari ke-1, seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan
kontrol normal, kecuali kelompok kontrol positif dan kontrol negatif.
2. Pada hari ke-4, seluruh kelompok dosis dan kontrol tidak berbeda
secara bermakna dengan terhadap kontrol normal dan kontrol positif.
3. Pada hari ke-15, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, bila dilihat dari nilai
signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan
111
kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari
nilai signifikansi ≥ 0,05.
112
Lampiran 19. Hasil Statistik Dosis Ekstrak K. Alvarezii dengan metode
induksi aloksan
a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene
penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral
Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov
Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah
tikus sebagai syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi
normal
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Tabel 26.Uji normalitas pada K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan
hari_1 hari_4 hari_8 hari_15
N 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 223.61 138.44 139.94 140.22
Stdosis Deviation 107.786 63.871 67.859 74.548
Most Extreme Differences Absolute .222 .210 .217 .293
Positive .222 .210 .217 .293
Negative -.114 -.125 -.098 -.141
Kolmogorov-Smirnov Z .943 .893 .921 1.242
Asymp. Sig. (2-tailed) .336 .403 .365 .091
a. Test distribution is Normal.
Keputusan :Seluruh data kelompok terdistribusi normal
b. Uji Homogenitas Levene
113
Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah
tikus.
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang bervariasi tidak
homogen
Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan
kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok bervariasi homogen pada hari ke-8
dan ke-15. Namun pada hari ke-1 dan ke-4 data penurunan kadar glukosa darah
tikus seluruh kelompok perlakuan tidak bervariasi homogen karena nilai
signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
c. Uji ANOVA
Tabel 28. Uji ANOVA K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
hari_1 Between Groups 123575.611 5 24715.122 4.012 .023
Within Groups 73928.667 12 6160.722
Total 197504.278 17
hari_4 Between Groups 42981.111 5 8596.222 3.912 .025
Within Groups 26371.333 12 2197.611
Tabel 27. Uji Homogenitas K. Alvarezii pada
metode induksi aloksan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
hari_1 5.143 5 12 .009
hari_4 5.112 5 12 .010
hari_8 2.561 5 12 .085
hari_15 3.968 5 12 .023
114
Total 69352.444 17
hari_15 Between Groups 83969.778 5 16793.956 19.180 .000
Within Groups 10507.333 12 875.611
Total 94477.111 17
Keputusan : Dari hasil uji ANOVA, Penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-
1, ke-4, dan ke-15 terdapat perbedaan secara bermakna pada data jumlah
peningkatan trombosit karena memiliki nilai signifikan (p ≤ 0,05). Maka
dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda
Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil
pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Tujuannya adalah
untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara
bermakna dengan kelompok lainnya.
d. Uji kruskal wallis metode induksi aloksan K. Alvarezii
Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna
pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi
syarat uji ANOVA
Hipotesis
Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara
bermakna
Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
115
Tabel 29. Uji Kruskal Wallis K. Alvarezii pada metode induksi aloksan
Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan
kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada hari ke- 4 dan ke-15
berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant
Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan
yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antar kelompok. Pada hari ke-8, nilai signifikan ≥0,05 maka seluruh
kelompok uji tidak ada perbedaan bermakna
Tabel 30. Uji BNT K. Alvarezii pada metode induksi aloksan
LSD
Dependent
Variable (I) kelompok (J) kelompok
Mean
Difference (I-J)
Stdosis
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
hari_1 kontrol normal kontrol positif -97.667 64.087 .153 -237.30 41.97
kontrol negative -105.333 64.087 .126 -244.97 34.30
dosis rendah K. Alvarezii -135.000 64.087 .057 -274.63 4.63
dosis sedang K. Alvarezii -153.000* 64.087 .034 -292.63 -13.37
dosis tinggi K. Alvarezii -278.667* 64.087 .001 -418.30 -139.03
kontrol positif kontrol normal 97.667 64.087 .153 -41.97 237.30
kontrol negative -7.667 64.087 .907 -147.30 131.97
Test Statisticsa,b
hari_8
Chi-Square 14.240
Df 5
Asymp. Sig. .014
116
dosis rendah K. Alvarezii -37.333 64.087 .571 -176.97 102.30
dosis sedang K. Alvarezii -55.333 64.087 .405 -194.97 84.30
dosis tinggi K. Alvarezii -181.000* 64.087 .015 -320.63 -41.37
kontrol negatif kontrol normal 105.333 64.087 .126 -34.30 244.97
kontrol positif 7.667 64.087 .907 -131.97 147.30
dosis rendah K. Alvarezii -29.667 64.087 .652 -169.30 109.97
dosis sedang K. Alvarezii -47.667 64.087 .471 -187.30 91.97
dosis tinggi K. Alvarezii -173.333* 64.087 .019 -312.97 -33.70
dosis rendah K.
Alvarezii
kontrol normal 135.000 64.087 .057 -4.63 274.63
kontrol positif 37.333 64.087 .571 -102.30 176.97
kontrol negative 29.667 64.087 .652 -109.97 169.30
dosis sedang K. Alvarezii -18.000 64.087 .784 -157.63 121.63
dosis tinggi K. Alvarezii -143.667* 64.087 .045 -283.30 -4.03
dosis sedang K.
Alvarezii
kontrol normal 153.000* 64.087 .034 13.37 292.63
kontrol positif 55.333 64.087 .405 -84.30 194.97
kontrol negative 47.667 64.087 .471 -91.97 187.30
dosis rendah K. Alvarezii 18.000 64.087 .784 -121.63 157.63
dosis tinggi K. Alvarezii -125.667 64.087 .074 -265.30 13.97
dosis tinggi K.
Alvarezii
kontrol normal 278.667* 64.087 .001 139.03 418.30
kontrol positif 181.000* 64.087 .015 41.37 320.63
kontrol negative 173.333* 64.087 .019 33.70 312.97
dosis rendah K. Alvarezii 143.667* 64.087 .045 4.03 283.30
dosis sedang K. Alvarezii 125.667 64.087 .074 -13.97 265.30
hari_4 kontrol normal kontrol positif 23.333 38.276 .553 -60.06 106.73
kontrol negative -113.667* 38.276 .012 -197.06 -30.27
dosis rendah K. Alvarezii -84.667* 38.276 .047 -168.06 -1.27
dosis sedang K. Alvarezii -50.333 38.276 .213 -133.73 33.06
dosis tinggi K. Alvarezii -5.333 38.276 .891 -88.73 78.06
kontrol positif kontrol normal -23.333 38.276 .553 -106.73 60.06
kontrol negatif -137.000* 38.276 .004 -220.40 -53.60
dosis rendah K. Alvarezii -108.000* 38.276 .015 -191.40 -24.60
dosis sedang K. Alvarezii -73.667 38.276 .078 -157.06 9.73
117
dosis tinggi K. Alvarezii -28.667 38.276 .468 -112.06 54.73
kontrol negatif kontrol normal 113.667* 38.276 .012 30.27 197.06
kontrol positif 137.000* 38.276 .004 53.60 220.40
dosis rendah K. Alvarezii 29.000 38.276 .463 -54.40 112.40
dosis sedang K. Alvarezii 63.333 38.276 .124 -20.06 146.73
dosis tinggi K. Alvarezii 108.333* 38.276 .015 24.94 191.73
dosis rendah K.
Alvarezii
kontrol normal 84.667* 38.276 .047 1.27 168.06
kontrol positif 108.000* 38.276 .015 24.60 191.40
kontrol negatif -29.000 38.276 .463 -112.40 54.40
dosis sedang K. Alvarezii 34.333 38.276 .387 -49.06 117.73
dosis tinggi K. Alvarezii 79.333 38.276 .060 -4.06 162.73
dosis sedang K.
Alvarezii
kontrol normal 50.333 38.276 .213 -33.06 133.73
kontrol positif 73.667 38.276 .078 -9.73 157.06
kontrol negatif -63.333 38.276 .124 -146.73 20.06
dosis rendah K. Alvarezii -34.333 38.276 .387 -117.73 49.06
dosis tinggi K. Alvarezii 45.000 38.276 .263 -38.40 128.40
dosis tinggi K.
Alvarezii
kontrol normal 5.333 38.276 .891 -78.06 88.73
kontrol positif 28.667 38.276 .468 -54.73 112.06
kontrol negatif -108.333* 38.276 .015 -191.73 -24.94
dosis rendah K. Alvarezii -79.333 38.276 .060 -162.73 4.06
dosis sedang K. Alvarezii -45.000 38.276 .263 -128.40 38.40
hari_8 kontrol normal kontrol positif 25.667 28.661 .388 -36.78 88.11
kontrol negatif -118.333* 28.661 .001 -180.78 -55.89
dosis rendah K. Alvarezii -132.667* 28.661 .001 -195.11 -70.22
dosis sedang K. Alvarezii -48.667 28.661 .115 -111.11 13.78
dosis tinggi K. Alvarezii -11.667 28.661 .691 -74.11 50.78
kontrol positif kontrol normal -25.667 28.661 .388 -88.11 36.78
kontrol negatif -144.000* 28.661 .000 -206.45 -81.55
dosis rendah K. Alvarezii -158.333* 28.661 .000 -220.78 -95.89
dosis sedang K. Alvarezii -74.333* 28.661 .024 -136.78 -11.89
dosis tinggi K. Alvarezii -37.333 28.661 .217 -99.78 25.11
kontrol negatif kontrol normal 118.333* 28.661 .001 55.89 180.78
kontrol positif 144.000* 28.661 .000 81.55 206.45
118
dosis rendah K. Alvarezii -14.333 28.661 .626 -76.78 48.11
dosis sedang K. Alvarezii 69.667* 28.661 .032 7.22 132.11
dosis tinggi K. Alvarezii 106.667* 28.661 .003 44.22 169.11
dosis rendah K.
Alvarezii
kontrol normal 132.667* 28.661 .001 70.22 195.11
kontrol positif 158.333* 28.661 .000 95.89 220.78
kontrol negatif 14.333 28.661 .626 -48.11 76.78
dosis sedang K. Alvarezii 84.000* 28.661 .013 21.55 146.45
dosis tinggi K. Alvarezii 121.000* 28.661 .001 58.55 183.45
dosis sedang K.
Alvarezii
kontrol normal 48.667 28.661 .115 -13.78 111.11
kontrol positif 74.333* 28.661 .024 11.89 136.78
kontrol negatif -69.667* 28.661 .032 -132.11 -7.22
dosis rendah K. Alvarezii -84.000* 28.661 .013 -146.45 -21.55
dosis tinggi K. Alvarezii 37.000 28.661 .221 -25.45 99.45
dosis tinggi K.
Alvarezii
kontrol normal 11.667 28.661 .691 -50.78 74.11
kontrol positif 37.333 28.661 .217 -25.11 99.78
kontrol negatif -106.667* 28.661 .003 -169.11 -44.22
dosis rendah K. Alvarezii -121.000* 28.661 .001 -183.45 -58.55
dosis sedang K. Alvarezii -37.000 28.661 .221 -99.45 25.45
hari_15 kontrol normal kontrol positif 29.000 24.161 .253 -23.64 81.64
kontrol negatif -113.667* 24.161 .001 -166.31 -61.02
dosis rendah K. Alvarezii -158.333* 24.161 .000 -210.98 -105.69
dosis sedang K. Alvarezii -14.000 24.161 .573 -66.64 38.64
dosis tinggi K. Alvarezii -.333 24.161 .989 -52.98 52.31
kontrol positif kontrol normal -29.000 24.161 .253 -81.64 23.64
kontrol negatif -142.667* 24.161 .000 -195.31 -90.02
dosis rendah K. Alvarezii -187.333* 24.161 .000 -239.98 -134.69
dosis sedang K. Alvarezii -43.000 24.161 .100 -95.64 9.64
dosis tinggi K. Alvarezii -29.333 24.161 .248 -81.98 23.31
kontrol negatif kontrol normal 113.667* 24.161 .001 61.02 166.31
kontrol positif 142.667* 24.161 .000 90.02 195.31
dosis rendah K. Alvarezii -44.667 24.161 .089 -97.31 7.98
dosis sedang K. Alvarezii 99.667* 24.161 .001 47.02 152.31
dosis tinggi K. Alvarezii 113.333* 24.161 .001 60.69 165.98
119
dosis rendah K.
Alvarezii
kontrol normal 158.333* 24.161 .000 105.69 210.98
kontrol positif 187.333* 24.161 .000 134.69 239.98
kontrol negatif 44.667 24.161 .089 -7.98 97.31
dosis sedang K. Alvarezii 144.333* 24.161 .000 91.69 196.98
dosis tinggi K. Alvarezii 158.000* 24.161 .000 105.36 210.64
dosis sedang K.
Alvarezii
kontrol normal 14.000 24.161 .573 -38.64 66.64
kontrol positif 43.000 24.161 .100 -9.64 95.64
kontrol negatif -99.667* 24.161 .001 -152.31 -47.02
dosis rendah K. Alvarezii -144.333* 24.161 .000 -196.98 -91.69
dosis tinggi K. Alvarezii 13.667 24.161 .582 -38.98 66.31
dosis tinggi K.
Alvarezii
kontrol normal .333 24.161 .989 -52.31 52.98
kontrol positif 29.333 24.161 .248 -23.31 81.98
kontrol negatif -113.333* 24.161 .001 -165.98 -60.69
dosis rendah K. Alvarezii -158.000* 24.161 .000 -210.64 -105.36
dosis sedang K. Alvarezii -13.667 24.161 .582 -66.31 38.98
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan :
1. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai
signifikansi ≥ 0,05.
2. Pada hari ke-4, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara
bermakna dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. Alvarezii bila
dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara
bermakna dengan kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. Alvarezii,
bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.
3. Pada hari ke-4, 8, dan 15, kelompok kontrol normal berbeda secara
bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis
rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05.
120
Namun tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol
positif, dosis sedang dan dosis tinggi K. Alvarezii, bila dilihat dari
nilai signifikansi ≥ 0,05.