15
PENGARUH INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT, DAN INTERNAL AUDIT TERHADA PFEE AUDIT EKSTERNAL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: ARLINIA WILIASTI B 200130326 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN …eprints.ums.ac.id/49316/15/NASKAH PUBLIKASI.pdfmenggunakan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT,

DAN INTERNAL AUDIT TERHADA PFEE AUDIT EKSTERNAL

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Periode 2012-2014)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Progam Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

ARLINIA WILIASTI

B 200130326

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

ii

iii

1

PENGARUH INDEPENDENSI DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT

DAN INTERNAL AUDIT TERHADAP FEE AUDIT EKSTERNAL

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Periode 2012-2014)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh:

faktor Good Corporate Governance (Independendi Dewan Komisaris,

Independensi Komite Audit, Ukuran Komite Audit, Intensitas Pertemuan Komite

Audit dan Internal Audit) terhadap Fee Audit Eksternal pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama periode 2012-2014. Metode analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel

independensi dewan komisaris dan internal audit berpengaruh terhadap fee audit

eksternal, sedangkan variabel independensi komite audit, ukuran komite audit dan

intensitas pertemuan komite audit tidak berpengaruh terhadap fee audit

eksternalpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.

Kata kunci : Independensi dewan komisaris, independensi komite audit, ukuran

komite audit, intensitas pertemuan komite audit, internal audit, fee

audit

Abstract

This study aims to provide empirical evidence of influence: Good

Corporate Governance factorsm(the Independence Board of Commissioners, the

Independence Audit Committee, the Size of Audit Committee, the Meeting

Intensity of Audit Committee, and Internal Audit) for the External Audit Fees on

the company’s Manufacturing registered BEI in 2012-2014. This Study was

conducted using secondary data. The population in this study were 30 companies

listed on the BEI during the period 2012-2014. The analytical method used is

multiple linear regression analysis by first doing a description of the data, a

classic assumption test including normality test, multicollinearity test,

heterocedasticity test, autocorrelation test, and hypothesis testing are used is

partial significance test (Uji-t), significant test simultaneous (Uji-F), and adjusted

R Square. The result of this study prove that variable independence board of

commissioners and the internal audit function did influence the external audit

fees, while variable independence audit committee, size of audit committee,

meeting intensity of audit committee did not influence the external audit fees.

Keywords: Independence board of commissioners, independence audit

committee, size of audit committee, meeting intensity of audit committee, internal

audit, audit fees

2

1. PENDAHULUAN

Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, sangat diperlukan

adanya komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya. Perekonomian

masyarakat tersebut dicerminkan dalam bentuk organisasi badan usaha yang besar

dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah menyebar ke segala pelosok

daerah dan operasinya yang sudah mejangkau secara luas bahkan sampai ke luar

negeri. Para stakeholder atau pemangku kepentingan menghendaki diadakan

pengawasan atau pengendalian terhadap perusahaan agar mereka dapat

menggunakan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan melakukan audit terhadap laporan keuangan oleh pihak ketiga

yang independen (KAP) sehingga dapat meningkatkan kualitas dari laporan

keuangan seperti yang dilaporkan oleh pihak manajemen dan dapat meningkatkan

kualitas dari informasi keuangan tersebut sehingga investor akan mendapatkan

nilai dari perdagangan sekuritas yang dilakukannya. (Hazmi dan Sudarno, 2013)

Perusahaan yang go public diharuskan untuk melakukan audit terhadap laporan

keuangan yang dimilikinya. Oleh karena itu, perusahaan tersebut harus

mengeluarkan biaya atas audit laporan keuangan yang disebut dengan biaya audit

(fee audit). Iskak (1999) dalam Desi., dkk (2014) mendefinisikan fee audit sebagai

honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas

jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.

KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan

Fee Audit. Dalam bagian Lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan

sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang

menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan

yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi

akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa

sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Oleh

karena itu perusahaan harus mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar

kecilnya penetapan fee audit eksternal. (Nugrahani dan Sabeni, 2014)

3

Fee audit sendiri ditentukan melalui proses negosiasi antara pihak stakeholder

dengan KAP yang menaungi auditor tersebut dengan memperhatikan berbagai

faktor. Salah satunya adalah keberadan komisaris independen. Independensi

dewan komisaris yang semakin kuat menuntut akuntan publik untuk menhasilkan

kualitas audit yang lebih tinggi demi meningkatkan penilaian perusahaan di mata

para pemegang saham. (Sukaniasih dan Tenaya, 2016)

Selain komisaris independen fee audit juga dapat dipengaruhi oleh komite audit

dan internal audit. Goodwin-Stewart & Kent (2006) menemukan bahwa terdapat

di antara internal audit dan fee audit. Menurut Aryani (2011) terjadi

perkembangan dalam peran internal audit yaitu dari sekedar unit yang mengecek

kepatuhan, menjadi sebuah fungsi yang berperan aktif sebagai mitra bagi

manajemen dalam mendukung penerapan Good Corporate Governance.

Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desi

dkk (2014). Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah : penelitian ini

menambahkan dua variabel independen yaitu, independensi dewan komisaris dan

internal audit. Alasan ditambahkannya variabel independensi dewan komisaris

dan internal audit karena dalam struktur Good Corporate Governance, selain

komite audit, dewan komisaris dan internal audit juga memiliki tanggung jawab

terhadap pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Dari uraian diatas penulis

termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi fee audit dan

bagaimana pengaruh setiap faktor terhadap fee audit. Berdasarkan hal tersebut,

maka penulis melakukan penelitian mengenai “PENGARUH INDEPENDENSI

DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT DAN INTERNAL AUDIT

TERHADAP FEE AUDIT EKSTERNAL (Studi Empiris pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2012–2014)”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji mengenai pengaruh Independensi

Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Internal Audit terhadap Fee Audit Eksternal

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2012-2014.

4

2. METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Deskriptif

kuantitatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan mengubah kumpulan data

mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang

ringkas.

2.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang

terdapat di situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses

www.idx.co.id. Dalam penentuan sampel penelitian yaitu berdasarkan metode

purposive sampling. Adapun beberapa kriteria sampel penelitian ini, antara lain:

a. Perusahaan telah listing di BEI sejak tanggal 01 Januari 2009 sampai 31

Desember 2011 dan tidak delisting selama periode penelitian.

b. Emiten menyertakan laporan tahunan beserta laporan keuangan yang telah

diaudit oleh auditor independen.

c. Mencantumkan professional fee dan jumlah rapat komite audit dalam Catatan

atas Laporan Keuangan.

d. Laporan keuangan tahunan dalam bentuk rupiah.

2.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan melihat laporan tahunan

perushaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data

penelitian ini diperoleh dari Annual Report perusahaan selama tahun 2012 sampai

2014 yang meliputi laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan.

Data tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu

www.idx.co.id.

2.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

2.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit. Data

tentang fee audit akan diwakili oleh akun professional fees atau honorarium

tenaga ahli yang diperoleh dengan melihat laporan keuangan tahunan perusahaan

pada komponen beban administrasi dan umum yang tertuang pada catatan atas

5

laporan keuangan. Penggunaan professional fees disebabkan karena

pengungkapan data tentang fee audit di Indonesia masih berupa voluntary

disclosures sehingga belum banyak perusahaan yang mencantumkan data tersebut

di dalam annual report. Selanjutnya variabel akan diukur dengan menggunakan

logaritma natural dari professional fees. Variabel akan disimbolkan dengan Ln.FA

di dalam persamaan. (Wibowo dan Rohman, 2013)

2.5 Variabel Independen

2.5.1 Independensi Dewan Komisaris

Komisaris independen dipandang dapat melakukan pengawasan secara

signifikan terhadap kegiatan dan pengendalian dalam perusahaan sehingga

memerlukan informasi yang independen yang berasal dari auditor eksternal (Hay

et al., 2008 dalam Rizqiasih, 2013). Independensi dewan komisaris diukur melalui

jumlah total komisaris independen yang ada dalam dewan komisaris.

Independensi dewan komisaris akan dilambangkan dengan IDK. (Boo et al.,

2008)

2.5.2 Independensi Komite Audit

Hay et al. (2008) dalam Desi et al., (2014) menyatakan bahwa komite audit

bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan

dan pengendalian internal perusahaan serta sebagai penengah antara auditor

internal dan eksternal. Independensi komite audit diukur melalui jumlah total

komisaris independen yang ada dalam komite audit dan dilambangkan dengan

IKA. (Boo et al., 2008)

2.5.3 Ukuran Komite Audit

The Blue Ribbon Company (1999) merekomendasikan bahwa sekurang-

kurangnya terdapat tiga orang yang menjadi komite audit. Semakin banyaknya

anggota komite audit, diasumsikan bahwa semakin ketat pengawasan yang

dilakukan sehingga meningkatkan kualitas laporan tahunan yang berujung pada

menurunya audit fees. Ukuran komite audit diukur melalui jumlah total komite

audit yang ada pada perusahaan dan dilambangkan dengan UKA. (Desi et al.,

2014).

6

2.5.4 Intensitas Pertemuan

The Blue Ribbon Company (1999) merekomendasikan komite audit setidaknya

melaksanakan pertemuan sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun atau lebih sesuai

dengan keadaan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Pertemuan

komite audit diselenggaran untuk membahas jumlah pertemuan komite audit yang

diukur melalui jumlah total pertemuan yang dilakukan komite audit selama

periode akuntansi dan dilambangkan dengan PKA. (Desi et al., 2014).

2.5.5 Internal Audit

Nurika Restuningdiah (2010:359) dalam Prastuti (2013), menyatakan bahwa

keberadaan internal audit diharapkan dapat memfasilitasi keefektifan fungsi

komite audit, sesuai dengan tujuan fungsi audit adalah pemantauan terhadap

pelaporan keuangan yang merupakan tanggungjawab dari komite audit. Variabel

internal audit menggunakan variabel dummy, yaitu angka 1 untuk

mengindikasikan adanya keberadaan fungsi internal audit yang tercantum dalam

laporan tahunanan serta angka 0 untuk mengindikasikan tidak adanya fungsi

internal audit. Variabel disimbolkan dengan lambang D.IA dalam persamaan.

2.6 Metode Analisis Data

Dikarenakan variabel independennya lebih dari satu,maka pengujian hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan analisis Regresi Berganda (Multiple

Regression). Analisis ini digunakan untuk menentukan hubungan antara fee audit

dengan variabel-variabel independen. Persamaan regresinya adalah sebagai

berikut :

Ln.FA = + β1 IDK + β2 IKA+ β3 UKA + β4 PKA + β5 D.IA + e

Keterangan:

= Konstanta

β = Koefisien Regresi

Ln.FA = Logaritma Natural Fee Audit

IDK = Independensi Dewan Komisaris

IKA = Independensi Komite Audit

UKA = Ukuran Komite Audit

PKA = Pertemuan Komite Audit

D.IA = Keberadaan Internal Audit, variabel ini diukur menggunakan

variabel dummy dengan:

7

1 : Mengindikasikan Adanya Fungsi Internal Audit

0 : Mengindikasikan Tidak Adanya Fungsi Internal Audit

e = Error

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengujian Asumsi Klasik

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,620 yang

berarti lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa seluruh data

berdistribusi normal. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa seluruh

variabel independen memiliki VIF ≤ 10 dan nilai tollerance ≥ 0,10 sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi

multikolinieritas. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan P > 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji autokorelasi

dengan menggunakan Run Rest menunjukkan hasil bahwa nilai tes -0,03956

dengan probablitias 0,525. Karena nilai probabilitas lebih besar dari nilai

signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada model regresi tersebut tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.

3.2 Pembahsan Hasil Penelitian

3.2.1 Pengaruh Independensi Dewan Komisaris (IDK) terhadap Fee Audit

(FA)

Berdasarkan uji t diketahui bahwa independensi dewan komisaris (IDK)

mempunyai nilai thitung sebesar 4,649 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel

sebesar 1,990 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa independensi dewan komisaris (IDK) berpengaruh

terhadap fee audit (FA). Penelitian tersebut membuktikan bahwa dewan komisaris

yang independen akan menuntut kualitas yang lebih tinggi dari auditor eksternal,

sehingga menyebabkan fee audit yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan dengan struktur governance yang kuat cenderung mencari jasa audit

dengan kualitas yang lebih tinggi untuk melindungi nama baik perusahaan dan

melindungi kekayaan pemegang saham. Kualitas audit yang tinggi menuntut fee

audit yang lebih tinggi pula.

8

3.2.2 Pengaruh Independensi Komite Audit (IKA) terhadap Fee Audit (FA)

Berdasarkan uji t diketahui bahwa independensi komite audit (IKA)

mempunyai nilai thitung sebesar -0,175 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel

sebesar -1,990 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,862 > 0,05. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa independensi komite audit (IKA) tidak berpengaruh

terhadap fee audit (FA). Hasil penelitian mereka menemukan bahwa independensi

komite audit tidak berpengaruh terhadap fee audit eksternal. Hal ini disebabkan

adanya surat edaran dari Bursa Efek Indonesia perihal keanggotaan komite audit

yang mengatur bahwa anggota komite audit yang berasal dari komisaris

maksimum hanya satu orang dan harus merupakan komisaris independen

perusahaan, sehingga tidak terdapat variasi.

3.2.3 Pengaruh Ukuran Komite Audit (UKA) terhadap Fee Audit (FA)

Berdasarkan uji t diketahui bahwa ukuran komite audit (UKA) mempunyai

nilai thitung sebesar 0,568 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,990

dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,571 > 0,05. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa ukuran komite audit (UKA) tidak berpengaruh terhadap fee

audit (FA). Hal ini disebabkan karena adanya regulasi yang dikeluarkan oleh

BAPEPAM melalui Surat Edaran BAPEPAM SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei

2000 serta peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta melalui peraturan

KEP-339/BEJ/07-2001 yang mengharuskan perusahaanperusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta untuk memiliki komite audit.

3.2.4 Pengaruh Pertemuan Komite Audit (PKA) terhadap fee audit (FA)

Berdasarkan uji t diketahui bahwa pertemuan komite audit (PKA) mempunyai

nilai thitung sebesar 0,330 lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,990

dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,742 > 0,05. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa pertemuan komite audit (PKA) tidak berpengaruh terhadap

fee audit (FA). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara

kualitas audit dengan intensitas pertemuan komite audit. Kualitas audit hanya

dipengaruhi oleh keahlian komite audit. Dengan demikian maka intensitas

pertemuan komite audit tidak berpengaruh pula terhadap fee audit eksternal.

9

3.2.5 Pengaruh Internal Audit (IA) terhadap Fee Audit (FA)

Berdasarkan uji t diketahui bahwa internal audit audit (IA) mempunyai nilai

thitung sebesar nilai thitung sebesar 2,595 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel

sebesar 1,990 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,004 < 0,05. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa internal audit audit (IA) berpengaruh terhadap fee

audit (FA) Fungsi audit internal dan eksternal saling melengkapi sebagai sebuah

sarana untuk meningkatkan tingkat pengawasan. Perusahaan-perusahaan yang

memiliki komitmen tinggi terhadap penerapan Good Corporate Governance dan

kondisi internal yang baik akan memiliki tuntutan terhadap kualitas audit

eksternal yang lebih baik, sehingga mengarah pada fee audit yang lebih tinggi.

4. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris dan

internal audit berpengaruh terhadap fee audit eksternal. Sedangkan independensi

komite audit, ukuran komite audit dan intensitas pertemuan tidak berpengaruh

terhadap fee audit eksternal.

4.2 Implikasi

Hasil penelitian memberikan implikasi terhadap berbagai pihak. Bagi

perusahaan, untuk mengetahui adanya pengaruh antara independensi dewan

komisaris dan internal audit terhadap fee audit eksternal. Apabila perusahaan

mempunyai proporsi independen dalam dewan komisaris yang kuat, maka akan

menjadikan peranan dewan komisaris semakin efektif dalam melakukan fungsi

pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan. Sedangkan keberadaan internal

audit akan saling melengkapi dengan keberadaan eksternal audit sebagai sarana

untuk meningkatkan tingkat pengawasan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki

komitmen tinggi terhadap penerapan Good Corporate Governance dan kondisi

internal yang baik akan memiliki tuntutan terhadap kualitas audit eksternal yang

lebih baik,

10

Oleh karena itu, diharapkan bahwa proporsi independen dalam dewan

komisaris yang lebih tinggi dan keberadan internal audit akan dijadikan

pertimbangan dalam menentukan besarnya fee audit eksternal perusahaan.

4.3 Keterbatasan

Adapun keterbatasan penelitian yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Karena keterbatasan data tentang fee audit, maka dalam penelitian ini

diterapkan penggunaan data professional fees untuk memberikan nilai pada

variabel fee audit.

2. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian hanya dari satu jenis

industri saja (perusahaan manufaktur) dan periode observasi yang digunakan

hanya menggunakan tahun 2012- 2014.

4.4 Saran

Penelitian ini memberikan saran untuk penelitian berikutnya:

1. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan perusahaan-perusahaan yang

mencantumkan data tentang fee audit daripada data mengenai professional fees

dalam laporan keuangannya sehingga lebih menggambarkan data fee audit.

2. Memperpanjang periode pengamatan dan menambahkan populasi perusahaan

dari semua jenis kategori industri dengan tetap memperhatikan perbedaan pada

faktor perbankan dan non perbankan supaya hasil penelitian dapat

digeneralisir.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Macella O. 2015. “Pengaruh Good Corporate Governance,

Karakteristik Perusahaan dan Ukuran KAP terhadap Fee Audit Eksternal”.

Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. XIII No. 26.

Desi, Wiyantoro, dan Yazid. 2014. “Keterkaitan Antara Komite Audit,

Kompensasi CEO dan Manajemen Laba degan Fee Audit Perusahaan

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Simposium

Nasional Akuntansi Mataram, Lombok Universitas Mataram.

11

FCGI. 2001. “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”, Jilid II, FCGI, Edisi

ke-2.

Halim, Abdul. 2008. “Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”. AUDITING

Edisi Keempat: Sekolah Tinggi Ilmu YKPN, Yogyakarta.

Hazmi, Al M dan Sudarno. 2013. “Pengaruh Struktur Governance dan Internal

Audit Terhadap Fee Audit Eksternal Pada Perusahaan-Perusahaan

Manufaktur yang Listing di BEI”. Diponegoro Jurnal Accounting.

Volume2, Nomor 3, ISSN (Online): 2337-3806.

KNKG. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”.

Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance.

Prastuti, Deviana Dewi. 2013. ”Analisis Pengaruh Struktur Governance dan

Internal Control terhadap Fee Audit Eksternal (Studi Empiris Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2009-1011)”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rizqiasih, Putri Diah. 2010. “Pengaruh Struktur Governance Terhadap Fee

Audit Eksternal”. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Rushtam, Sehrish., Kashif Rashid., And Khalid Zaman. 2013. “The

Realitionship Beetwen Audit Committees, Compensation Incentives and

Corporate Audit Fees in Pakistan”. Economic Modelling, Vol.31 No. 1,

pp. 697-716

Wibowo, Rahmat Haryo. 2012. “Pengaruh Struktur Governance dan Entitas

Terhadap Fee Audit (Studi Pada Perusahaan yang Listing di Indeks

Kompas 100). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Vol 2 No 1. ISSN

2089-3310.

Wibowo, Reza dan Abdul Rohman. 2013. “Pengaruh Governance Structure

dan Fungsi Internal Control Terhadap Fee Audit”. Diponegoro Journal of

Accounting, Vol. 2 No. 1.