Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN
JAWA TIMUR 2020
Perempuan dan Lingkungan : Dampak Industrialisasi Terhadap
Perempuan serta Peran Perempuan dalam Pengelolaan Lingkungan
Lila Afifa Astin1, Prigi Arisandi
2
1 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
2 Ecological Observation And Wetlands Conservation (ECOTON)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industrialisasi yang terus berkembang pada saat ini menjadi suatu
peluang sekaligus ancaman bagi makhluk hidup. Jika di satu sisi
industrialisasi telah menyumbangkan peluang besar terhadap tumbuhnya
perekonomian negara dan juga penyerapan tenaga kerja, namun disisi lain
terus berkembangnya industri juga ikut menyumbang masalah- masalah
sosial,kesehatan maupun lingkungan. Munculnya ketimpangan sosial baik
dalam pemenuhan akses ekonomi maupun dalam pemenuhan peran sosial
antara laki- laki dan perempun menjadi salah satu contoh adanya masalah
sosial yang ditimbulkan akibat perkembangan industrialisasi.
Perkembangan industrialisasi selalu identic dengan pengolahan lingkungan
yang buruk baik akibat adanya pengalih fungsian lahan maupun
pembuangan limbah industry yang sembarangan, selain lingkungan dampak
lain dari perkembangan industry ialah kesehatan, meskipun dampak ini
secara umum mampu menyerang siapapun namun kenyataannya perempuan
menjadi korban yang paling terdampak akan adanya aktivitas industry ini.
Jika pada zaman dulu perempuan akan ikut dalam peran pengambilan
keputusan baik dalam penentuan pengelolahan lahan pertanian,
pengumpulan sumber daya baik tanaman maupun binatang dan ikut dalam
pengelolahan lingkungan, namun sejak industrialisasi mulai berkembang
peranan wanita mulai bergeser menjadi pelaksana kegiatan, misalnya nya
buruh. Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat adanya industrialisasi
menjadikan adanya perubahan peraturan yang ada, sehingga munculnya
ketidakadilan yang terjadi antara pelaku usaha, pemerintah, laki-laki dan
perempuan, kondisi ini juga pada akhirnya ikut menyingkirkan peran- peran
masyarakat ketika berusaha memenuhi kebutuhan kebutuhannya.1
Perempuan sebagai korban dari ketidakadilan ini menghadapi masalah
ganda ketika industry mulai merangkak naik. Pertama , adanya penguasaan
tanah oleh pihak asing menjadikan perempuan harus memutar otaknya
dengan bekerja terus tanpa henti sebagai pengganti pemenuhan kehidupan
mereka yang telah diambil alih. Kedua, peran serta perempuan dalam
pemenuhan ekonomi hingga mengabaikan masalah kesehatannya masih
kurang mendapatkan apresiasi, hal ini terjadi karena perempuan dianggap
hanya melakukan tugas- tugas kecil saja dan hal tersebut dianggap tidak
membantu sama sekali.2
1 Arifin Arief. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, hl. 14
2 Muhadjir Darwin. 2005. Negara dan Perempuan: Reorientasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
Wacana, hl. 78
Pola budaya yang lebih condong kepada kepentingan laki-laki atau
patriarki seringkali menjadi dinding penghalang wanita untuk mendapatkan
tempat dalam ruang diskusi public, dimana hal ini berkaitan dengan
rekomendasi maupun pendapat dan opini yang ingin disampaikan, terlebih
lagi dalam masalah pengelolaan lingkungan hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana industrialisasi berdampak pada adanya
kerusakan lingkungan?
1.2.2 Bagaimana hubungan industrialisasi, lingkungan dan peran
perempuan ?
1.2.3 Apa sajakah dampak industrialisasi terhadap perempuan?
1.2.4 Seberapa pentingkah peran perempuan dalam proses
pengelolaan lingkungan berkelanjutan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Melihat seberapa besar dampak yang timbul akibat
perkembangan industrialisasi terhadap lingkungan dan juga
perempuan
2. Mampu menentukan bagaimana hubungan sebab akibat dari
permasalahan yang terjadi antara industrialisasi, lingkungan dan
perempuan
3. Mampu menunjukkan bagaimana dampak secara langsung
industrialisasi terhadap perempuan
4. Mampu memberikan contoh tentang peran perempuan dalam
pengelolaan lingkungan hidup
1.4 Manfaat Penelitian
Sebagai gambaran tentang bagaimana perkembangan industrialisasi
telah memberikan dampak yang buruk baik bagi lingkungan dan
perempuan. Serta bagaimana perempuan merespon dampak tersebut melalui
peran nya dalam pengelolaan lingkungan hidup.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1Industrialisasi dan lingkungan
Industrialisasi merupakan salah satu perubahan yang terjadi akibat
adanya pergeseran perilaku masyarakat agraris menjadi masyarakat
industri. Perubahan ini terjadi sebagai akibat adanya peningkatan
kebutuhan/ permintaan, yang mana masyarakat agraris belum bisa
mencukupi pemenuhan tersebut. Pertumbuhan industrialisasi yang kian
menjamur menjadikan industry mampu menjelma sebagai pisau bermata
dua, di satu sisi industry mau menjadi penyelesaian dari adanya masalah
kebutuhan dan peningkatan peluang kerja, namun di sisi lain industry
menjadi sebuah ancaman tersendiri baik bagi lingkungan maupun manusia
itu sendiri.3
Lingkungan menjadi salah satu korban dari munculnya industrialisasi
yang semakin meningkat, hal ini bisa dilihat dari banyaknya limbah yang
telah dihasilkan ataupun bagaimana perubahan lahan alami menjadi lahan
perindustrian. Perubahan lingkungan dan juga munculnya pencemaran yang
terjadi akibat industrialisasi seringkali terjadi di negara miskin, hal ini
diakibatkan masih buruknya pengelolaan lingkungan akibat industry dan
juga masih belum kuatnya peraturan hukum tentang pengelolaan
lingkungan hidup. Hal inilah yang menyebabkan lambatnya penegakan
industry ramah lingkungan dalam negara berkembang.4
Problematika industrialisasi dan lingkungan terjadi sebagai akibat
adanya timbal balik yang dilakukan oleh produsen sebagai pelaku dan
masyarakat sebagai konsumen dari produk industry. Adanya permintaan
yang besar juga menjadikan industry terus berusaha untuk mengembangkan
kualitas maupun kuantitas produk yang dimilikinya. Persoalan ini pada
akhirnya akan berdampak pada pengelolaan lingkungan berkelanjutan
sebagai bentuk timbal balik dari perkembangan industry, karena sejatinya
industrialisasi tidak boleh mengabaikan dampak yang telah dibuatnya pada
lingkungan, karena lingkungan dan industry merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat terpisahkan.5 Perilaku industry yang ramah lingkungan dapat
terjalin jika persepsi tentang kepedulian lingkungan baik yang dimiliki
pelaku dan konsumen mampu dibangun, kepedulian seperti ini bisa
dibangun melalui edukasi lingkungan serta pemberian contoh akan dampak
yang timbul jika industry terus- menerus tidak peduli terhadap lingkungan,
3 Nittala,2014 ; Egea dan Frutos,2013
4 Konuk, et al., 2015
5 Kianpour, et al., 2014
jika kesadaran kolektif ini sudah terbentuk maka pembentukan industry
ramah lingkungan akan mudah untuk dijalankan.6
2.1.2 Gender
Konsep jender merupakan kontruksi sosial yang selalu dikaitkan
dengan peran feminis dan maskulin. Identifikasi dari peran ini berupa
perempuan yang dianggap sebagai feminis yang memiliki sifat keibuan,
lemah lembut serta sopan santun dan tidak memiliki sifat memberontak.
Sedangkan peran maskulin diidentikan dengan sifat yang mudah berontak,
pemberani dan tegas.7
Adanya pengindentifikasian peran jender oleh masyarakat terkadang
menimbulkan adanya stigma- stigma yang muncul jika salah satu dari peran
tersebut dilakukan diluar kewajaran, misalnya perempuan di identikkan
sebagai individu yang bersifat keibuan dan memiliki tugas dalam
pengaturan rumah tangga dan menjaga anak saja. Dinnerstein ( 1967)
menyatakan jika pengobjekfikasian ini bisa terjadi ketika si lelaki sendiri
juga menggangap perempuan dengan sifat sebagaimana umumnya yaitu
feminis, namun beberapa peneliti juga menyebutkan jika identifikasi peran
bisa saja terjadi ketika hal ini sudah menjadi budaya bagi beberapa
masyarakat, khususnya masyarakat tradisional.8 Munculnya
pengindetifikasian peran jender juga pada nyatanya telah menimbulkan
adanya masalah ketidakadilan jender. Hal ini bisa dilihat dengan adanya
dominasi laki- laki dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam
pemenuhan ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun partisipasi dalam
pengambilan keputusan, selain itu munculnya violence based of gender juga
menjadi akibat adanya pengobjefikasian peran gender, dimana lelaki akan
berusaha untuk menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi lawannya
sehingga mereka mau tunduk akan perintah yang dibuatnya.9
Shiva ( 1989) dan Harding ( 1968) menyatakan ada perbedaan tentang
bagaimana memandang dua sifat jender yang telah disebutkan sebelumnya
yaitu Feminis dan Maskulin. Menurut mereka berdua konsep maskulinitas
lebih mengusung tentang akan adanya persaingan, eksploitasi, penindasan
dan juga dominasi. Sedangkan konsep feminitas lebih mengacu pada
adanya kasih dan kedamaian, keselamatan dan kebersamaan. Sebagai
sebuah karakter , feminis dan maskulin tidak bisa hanya diobjekkan pada
satu jenis kelamin saja, yang artinya perempuan tidaklah harus memiliki
karakter feminis maupun sebaliknya.10
6 Mustofa, 2007
7 Chodorow, 1978; Horrigan, 1989; Keller, 1985
8 Li, 1993
9 Trisakti Handayani & Sugiarti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, ( Malang: UMM Press, 2008), hl. 5
10 Ibid, hl. 100
2.1.3 Feminis dan Ekofeminism
Feminisme merupakan sebuah pandangan yang menyatakan jika
hubungan antara laki- laki dan perempuan selalu dipenuhi dengan dominasi
dan penindasan yang selalu dilakukan oleh para laki-laki, oleh karena itu
pandangan ini berfokus pada adanya perlawanan akan kebebasan dari
dominasi patriarki dan juga bebas dari ketidakadilan dan kekerasan berbasis
gender. Feminisme pertama kali diperkenalkam oleh Charles Fourier
seorang sosialis utopian di tahun 1830an yang berusaha untuk
mengkampanyekan pembebasan perempuan.
Feminisme di dunia ketiga muncul sekitar abad ke – 19 , hal ini hadir
sebagai bentuk kesadaran akan adanya ketidakadilan yang mulai marak
terjadi , baik dalam lingkup personal maupun publik. Kekuasaan
kolonialisme juga menjadi salah satu alasan kesadaran ini dan juga
mendorong akan adanya perjuangan para perempuan ini.
Gerakan feminism dan ekologis sangat berhubungan satu sama lain ,
pandangan ini dibangun dari adanya dominasi dunia. Rosemary Radford
Ruether menyatakan ada pola dominasi patriarkis dan kyrarkis yang terjadi
terhadap perempuan dan perlakuan manusia terhadap alam. Kehancuran
ekologis yang terjadi akibat dominasi , agresi dan kompetensi akibat
industrialisasi.11
Keterkaitan feminism dan lingkungan merupakan dualism
nilai serta hirarki nilai, sehingga peran feminism dan lingkungan ialah
untuk membongkar dualism dari menyusun kembali gagasan awal yang
ada, dari adanya dominasi patriarki.
Ekofeminisme merupakan pandangan yang memandang bahwa peran
feminis dan lingkungan memiliki kesinambungan satu sama lain.
Pandangan ini menganggap bahwasanya ketidakadilan yang terjadi antara
kelas, ras dan gender telah ikut berpengaruh dalam penurunan daya dukung
lingkungan dan juga eksploitasi lingkungan.12
Pandangan ekofeminis ini
muncul pertama kali di tahun 1974 dimana Francoise d’Eaubonne dalam
bukunya Le Feminisme ou La Mort memperkenalkan konsep tentang
adanya keterkaitan perempuan dan alam, dimana mereka memiliki
hubungan yang tak terpisahkan dari kehidupan. Selain itu aktivis feminis
dari india Vandana Shiva. Dimana dalam bukunya Staying Alive, Woman,
Ecology and Survival in India yang diterbitkan di tahun 1988, menyatakan
jika industrialisasi menjadi penyebab adanya diskriminasi maupun
ketidakadilan bagi perempuan dan lingkungan. Shiva menyatakan jika
pandangan ini didasarkan dari kehidupan perempuan india yang
menurutnya sangat dekat dengan alam, namun hal ini berubah ketika
industrialisasi yang bagi Shiva sendiri merupakan produk kebudayaan
patriarki mulai berkembang di negaranya . Gerakan Chipko merupakan
11 Arimbi Heroespoetri dan Valentina, 2004:36
12 Sturgeon, 1997 , hal. 25
suatu gerakan yang mengawali adanya peran perempuan dalam
mempertahankan lingkungannya dari genggaman kapitalisme industry.13
Ekofeminisme sendiri memiliki pandangan yang berbunyi ” A Declaration
of Interdependence” yang memiliki artian tentang bagaimana hubungan
manusia dan alam haruslah bersinergi satu dengan yang lainnya tanpa
menyakiti yang lainnya.
Munculnya budaya masyarakat patriarki melalui industrialisasi dianggap
sebagai bentuk penindasan bagi perempuan dan lingkungan. Hal ini
didasarkan dari beberapa sebab; Pertama, dalam perkembangan
industrialisasi perempuan cenderung menjadi korban baik melalui
pembagian peran yang dianggap diskriminatif. Kedua, perempuan
merupakan subjek kedua dalam industrialisasi sehingga peran perempuan
tidak terlalu penting dalam usaha pengembangan industrialisasi. Ketiga,
sistem Kapitalisme yang dianggap sebagai representasi budaya patriarki
menyebutkan bahwa alam dan perempuan merupakan objek dalam
pengumpulan kekuasaan, hal ini terbukti ketika ada perusakan alam yang
dilakukan oleh para pelaku industry, keuntungan dari pengalih fungsian
tersebut hanya masuk kepada penguasa industry yang notabene maskulin,
sedangkan perempuan hanya mendapatkan dampak buruk industry
tersebut.14
Dalam pandangan Shiva menyatakan jika industrialisasi bagaikan
kacang lupa pada kulitnya , dimana peryataan ini didasarkan dari
banyaknya industrialisasi yang mengeploitasi alam dan tidak mau
melestarikan lingkungan. Pada awalnya munculya industrialisasi lewat
perkembangan kekuasaan barat dilihat sebagai bentuk harapan maupun
optimisme bagi negara dunia ketiga, apalagi dalam proses penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan kelangkaan kebutuhan maupun
perkembangan teknologi pada negara tersebut.
Ekofeminisme merupakan pandangan yang menolak keras adanya
dualism relasi antara manusia dan alam , hal ini terjadi karena pada
dasarnya alam semesta akan tetap bergerak meskipun tanpa adanya
industrialisasi. Pelaku industrialisasi sendiri bagaikan benalu yang akan
terus mengekploitasi alam tanpa memberikan timbal balik sebagai bentuk
terima kasih terhadap alam, sebab itulah ekofeminisme sangat menjujung
akan adanya kebergantungan dan keterkaitan antara alam dan makhluk
hidup dalam pemenuhan kebutuhannya.15
13 Zega, Devi Christiani dan LG Saraswati Putri. 2014. Relasi Alam dan Perempuan dalam Pemikiran
Ekofeminisme Vandana Shiva. FISIP. http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-05/S57107-
Devi%20Christiani%20Zega, diakses 29/01/2019
14
Ibid, hal. 4
15 Ibid, hal 5
2.2 Sintesa Pemikiran
2.3 Hipotesis
Dari sintesa pemikiran diatas dapat ditarik asumsi bahwa tujuan awal dari
revolusi industry adalah sebagai jawaban atas permasalahan kelangkaan
kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi ketika masa agrarian berlangsung,
namun adanya pengalih fungsian dan eksploitasi pada era industrialisasi
juga mengakibatkan efek buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup
lainnya, sehingga muncullah gerakan ekofeminisme sebagai respon adanya
permasalahan industrialisasi khususnya terhadap perempuan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
dan juga penelitian kuantitaf. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang berfokus pada bagaimana fenomena tersebut dapat terjadi dan
ditujukan untuk melihat bagaimana perilaku, motivasi, persepsi dan lalin-
lain dalam melihat fenomena tersebut melalui pendeskripsian bahasa
maupun kata- kata.16
Penelitian ini dilakukan dengan penelaan kepustakaan
baik yang diambil dari buku, jurnal, majalah, dan lainnya sesuai dengan
data yang ingin diambil. Selain penelitian kualitatif penulis juga memakai
penelitian kuantitatif dengan mengambil data angka melalui survey- survey
yang dilakukan saat penelitian.
3.2 Analisis Data
Dalam proses penganalisisan data penulis menggunakan metode
deskriptif, dimana hasil data yang telah diperoleh diolah dengan cara,
membahas atau mereview kembali data yang telah didapat dan dianalisis
apakah ada perubahan serta pengaruh antar satu data dengan data lainnya
secara sistematis. Selain analisis dekriptif , penulis juga menggunakan
analisi sebab akibat , dimana data ditelusuri dengan menggunakan kata
kunci yang telah ditentukan kemudian dianalisis apakah data tersebut
memiliki hubungan sebab- akibat atau tidak.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Seperti yang dijelaskan diawal , dimana penulis menggunakan jenis
penelitian kualititaf dan kuantitatif, maka pengumpulan datanya pun
dilakukan dengan melakukan survey dan pengambilan data pustaka baik
secara online maupun offline, baik melalui jurnal ilmiah maupun majalah.
Setelah mengumpulkan data tersebut maka penulis akan menganalisis
kemudian mencari data dan data diolah sesuai dengan kata kunci yang
telah ditentukan . Untuk pengambilan data kuantitatif penulis menggunakan
metode survey online dengan membuat pertayaan- pertanyaan yang akan
disebar melalui Google Form.
a. Sumber primer, diambil dari survey yang dibuat penulis dengan judul
“ Peran Perempuan dalam pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di
era Industrialisasi”. Survey ini disebarkan secara online melalui link
dari Google Form, dan disebarkan lewat media sosial.
b. Sumber sekunder dari penelitian ini diambil dari beberapa sumber
kepustakaan seperti jurnal ilmiah dan artikel ilmiah. Adapun
sumber- sumber tersebut ialah tentang industrialisasi dan
lingkungan, gender and environmentalism, ecofeminism ( Vandana
16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya,2007), hl.6
Shiva), Women And Chemical dan Plastic, Gender and
Enviromentalism, serta peran perempuan dalam pengelolaan
lingkungan berkelanjutan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Problematika Industri , lingkungan dan perempuan
4.1.1 Hubungan industrialisasi dengan lingkungan
Munculnya fenomena globalisasi menjadi awal akan adanya
perkembangan industry. Globalisasi sendiri memiliki banyak artian dimana
salah satunya ialah menurut Sandu (2012) dan Ritzer ( 2010) menjelaskan
bahwa globalisasi merupakan keadaan dimana muncul interkoneksi antara
sistem ekonomi dan sosial dunia.17
Era industrialisasi sendiri masuk dalam
The Third Wave of Globalization, dimana gelombang ketiga globalisasi ini
cenderung digerakkan oleh kekuatan ekonomi dunia barat seperti Amerika
dan Eropa.
Revolusi industry pertama muncul sekitar periode 1700 an, dimana era
ini merupakan penanda berakhirnya era agraria. Periode ini ditandai dengan
munculnya mesin- mesin industry yang digerakkan oleh bahan bakar fosil.
Munculnya era industrialisasi teryata telah mengubah paradigma tentang
hubungan manusia dan alam, hal ini terlihat dari peryataan Max Weber
yang mengatakan bahwa berkembangnya modernitas telah mengubah cara
berfikir manusia dalam memandang alam, dimana saat ini manusia lebih
menganggap alam sebagai sebuah alat yang bisa dimanfaatkan dan
dieksploitasi untuk kebutuhannya sendiri. Hal ini terlihat dari banyaknya
pelaku industry yang sengaja mengubah lahan alami menjadi lahan
industry, contohnya saja indonesia yang menurut data KLHK ( Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan) menyatakan bahwa pada periode Juli
2016- Juni 2017 telah terjadi kasus 497.000 hektar deforentasi meskipun
pada tahun 2017 ini angka deforestasi hutan indonesia mengalami
penurunan, namun angka ini masih lebih besar dibandingkan dengan angka
deforestasi Amerika Serikat yang hanya sebesar 200.000 hektar. Selain
deforestasi perkembangan industry juga ikut menyumbang akan munculnya
masalah lingkungan akibat limbah industry yang dibuang sembarangan
sehingga menggangu daya dukung lingkungan. 18
17 Sandu,2012 dan Ritzer ,2010
18 Prasetyo, 2018
Tabel 1: data deforestasi hutan Indonesia 2016-2017
4.1.2 Hubungan perempuan dan lingkungan
Professor University of Berkeley yang berkencimpung dlam
bidang lingkungan Carolyn Merchant ( 1980) menytakan jika lingkungan
dan perempuan memiliki relasi yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Merchant menggambarkan jika interaksi tersebut digunakan sebagai bentuk
reinterpretasi ekologi yang menghasilkan revolusi ekologis, dimana di
dalam interkasi tersebut peran perempuan sangat penting.
Tabel 2. Kerangka kerja Interpretasi Revolusi Ekologi
Dari diagram tersebut, Merchant fokus pada empat hal yaitu
kesadaran, produksi, reproduksi dan ekologi. Lingkaran inti menjelaskan
bagaimana interaksi produksi manusia, produksi ini berupa pertukaran
komoditas, ekstraksi maupun proses yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan manusia, misalnya makanan, tempat tinggal , baju maupun
kebutuhan yang menghasilkan keuntungan atau benefit baik yang
didapatkan dari kegiatan kapitalisasi, industrialisasi maupun perdagangan.
Dalam hal ini dijelaskan jika industry telah mengalami peningkatan maka
secara tak langsung orientasi pasar akan ikut berkembang dan menjadi
penting. Di lingkaran tengah menyediakan penjelasan tentang adanya
reproduksi manusia dan makhluk hidup lainnya. Peranan reproduksi ini
seperti peranan kehidupan sehari- hari yang dimulai dari rumah tangga
hingga komunitas dalam masyarakat. Lingkaran luar dalam kerangka kerja
ini merepresentasikan hasil refleksi alam baik berupa bahasa, seni,
pengetahuan, filsafat, agama, kosmologi maupun mitos.19
Dari kerangka kerja yang diperlihatkan oleh Merchant dapat
disimpulkan bahwa lingkungan dan keseluruhan aspek baik manusia
maupun makhluk lainnya tidak dapat dipisahkan, baik secara etika, nilai-
nilai moral, kebudayaan, seni yang kesemuanya diterjemahkan dalam suatu
tingkah laku dan tindakan yang mempengaruhi lingkungan, produksi
maupun reproduksi.
Selain Carolyn Merchant, Karen J. Warren ( 1983) juga menjelaskan
akan adanya dominasi patriarki terhadap perempuan dan alam. Bahwasanya
dominasi laki- laki terhadap perempuan serta hubungannya dengan
subordinasi tersebut dibentuk melalui konsep patriarkal yang bersifat
opresif, serta penyebaran nilai, keyakinan maupun asumsi dasar akan
adanya dominasi terhadap perempuan oleh dunia barat. Warren
menjelaskan ada beberapa ciri dari konsep pemikiran patriarki tersebut
diantaranya; pertama, munculnya logika akan adanya dominasi yang berupa
argument- argument yang tersusun secara sistematis serta bersifat
pembenarkan akan adanya patriarki. Kedua, terbentuknya pola pikir yang
hirarkis yang membentuk adanya kelas atau tingkat yang ada dalam pola
pikir patriarki, dimana laki-laki sebagai kelas teratas akan selalu
mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibanding dengan kelas
dibawahnya yaitu perempuan. Ketiga, adanya dualisme nilai yang muncul
akibat budaya patriarki menyebabkan selalu adanya pandangan yang
ditujukkan kepada pasangannya sebagai oposisi bukan sebagai pasangan
dan selalu ada nilai eksklusif daripada inklusif.
Warren juga menyebutkkan jika konsep- konsep patriarki seperti opresif,
hirarkis dan dualistic telah menciderai alam dan perempuan, dimana alam
dicirikan sebagai perempuan yang mampu dikuasai, ditaklukkan,
dipenetrasi, ditambang bahkan diperkosa atau malah dijadikan sebagai
19 Tyas Retno Wulan, Ekofeminisme Transformatif : Alternatif Kritis Mendekontruksi Relasi Perempuan
dan Lingkungan, ( 2007).
sesuatu yang diagungkan selayaknya seorang ibu. Sedangkan perempuan
juga dicirikan dengan nilai- nilai kealaman dengan acuan terhadap entitas
didalamnya khususnya binatang seperti serigala, kucing, anjing betina, dan
lain-lain. Konsep- konsep patriarkal pada akhirnya akan memberikan
kekuasaan terhadap laki- laki dalam menguasai alam dan perempuan,
sehingga boleh melakukan apapun yang mereka inginkan. 20
Adanya ketidakadilan yang terjadi antara manusia dan makhluk lainnya
atau alam menjadi alasan munculnya ketidakadilan terhadap perempuan dan
alam, adanya pengobjekfikasian perempuan dengan alam menjadikan
adanya keterikatan isu ekologis dan feminis. Adanya justifikasi yang
dilakukan oleh budaya patriarki menyebabkan munculnya dominasi dan
penindasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Dari adanya
ketidakadilan tersebut muncullah pandangan ekofeminisme yang
menempatkan alam dan perempuan dalam satu komponen untuk
membebaskan keduanya dari dominasi patriarki. Para ekofeminis ingin
membangun kembali argumentasi feminism yang sangat menolak keras
ketidakadilan dan dominasi patriarki kedalam wacana lingkungan, sehingga
perusakan lingkungan akan berkurang dan lingkungan mampu kembali ke
keadaan sebelumnya. Meskipun pandangan ini setuju tentang alasan utama
munculnya hubungan antara perempuan dana lam adalah munculnya
seksisme dan naturisme , namun mereka juga tidak sepakat jika hubungan
perempuan dan alam hanya didasarkan dari sifat sosial dan kultural saja,
mereka juga tidak setuju jika hubungan perempuan dan alam harus
dihilangkan atau ditekankan untuk dibentuk kembali. Akibat dari perbedaan
ini muncul beberapa aliran ekofeminis diantanranya;21
Ekofeminisme
alam/ kultural
Ekofeminisme
Spiritual
Ekofeminisme
sosial/ kontruksi
sosial
Ekofeminisme
Transformatif
Asumsi
tentang
hubungan
perempuan
dan alam
Berusaha
memperkuat ->
Bahwa sifat
yang
dihubungkan
dengan
perempuan
merupakan
produk
pengalaman
psikologis dan
Berusaha
memperkuat ->
Adanya
Pemberian
kekuasaan dari
tuhan untuk
manusia
menjadi alasan
mengapa ada
degradasi
lingkungan ->
Hubungan
perempuan –
alam tidak
ditekannkan ->
makhluk hidup
adalah kultural
dan alamiah
1. Menolak konsep dominasi
2. Mengakui dan menerangkan bahwa memang ada sistem opresi yang saling berkaitan
3. Menerangkan keberagaman
20 ibid, hl.117-18
21 Ibid, hl. 120
biologis bukam
kontruksi
kultural saja
hubungan
perempuan
dengan alam
dinilai lebih
dekat daripada
hubungan laki-
laki dengan
alam, karena hal
ini didasari dari
adanya
keyakinan
terhadap dewi
kuno dan ritual
penduduk asli
Amerika
pengalaman perempuan dan menghindari pencarian perempuan sebagai pencarian bersama
4. Berprinsip akan etika feminitas tradisional yang menghubungkan, menjalin dan menyatukan manusia
5. Memikirkan kembalik konsep menjadi manusia dan konsep memanusiakan manusia dan memanusiakan alam
6. Ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk kelestarian alam bukan yang lain.
Akar
feminism
Radikal
Kultural
Radikal kultural Sosialis Transformatif
Tokoh Mary Daly;
Gyn/Ecology;
Susan Griffin
Starhawk Dorothy
Dinnerstein,
Karren J.
Warren
Maria Mies dan
Vandana Shiva
4.2 Dampak Industrialisasi Pada Perempuan
Berkembangnya industrialisasi selalu dibarengi dengan tinggi nya
tingkat pendapatan negara, misalnya saja negara- negara G20. Negara G20
adalah kelompok ekonomi terbesar yang mendapatkan pendapatannya dari
perdagangan dunia yang bisa mencapai 80%.
Tabel 4. Nilai- nilai PDB negara- negara anggota G20
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang bagaimana dampak
yang ditimbulkan oleh industrialisasi khususnya industrialisasi plastik.
4.2.1 Kontribusi Industri Plastik terhadap lingkungan dan perempuan
Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak asing lagi dengan yang
namanya plastik, karena benda ini selalu ada disekitar kita misalnya
mainan, pembungkus makanan, alat rumah tangga, dan lainnya. Pada
tahun 2013 produksi plastik naik sekitar 20% dari 250 juta ton di
tahun 2009 naik menjadi 299 juta ton di tahun 2013. Meskipun
banyak data yang tidak menyebutkan angka pasti kebutuhan plastik
tiap negara dan hanya menyebutkan penggunaan plastik dari pasar
Eropa dan beberapa bagian Asia. Plastik yang sering digunakan
dalam industry plastik diantara ; Polypropylene ( PP) , Polyvinyl
Chloride ( PVC), Polyethylene ( PE), yang biasanya digunakan
sebagai bahan baku beberapa barang rumah tangga maupun produk
kemasan.22
Cina27%
Europe ( WE + CE)21%
NAFTA ( Canada, USA, Mexico)
21%
Rest of Asia18%
Middle East8%
Latin America5%
Sales
Tabel. 5 : Negara- Negara Produsen Plastik di dunia ( 2013)
22 Sayre, M. J. Silverstein . (2009)
Tabel 6. European plastic applications demand by different sectors in 2013
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwasanya permintaan plastik untuk
pembungkus makanan atau packaging memiliki nilai yang cukup tinggi.
Bahkan permintaan dari produksi bungkus makanan dunia memiliki nilai
sebesar 55% diantara keseluruhan pasar plastik global. China dan India
menjadi konsumen terbesar dengan nilai permintaan sebesar 35%.23
Dari
tahun 2005 sampai 2015 konsumsi plastik dunia mengalami kenaikan
sebesar 50%. Yang mana pada tahun 2013 sejumlah 233.75 juta ton dan
diperkirakan akan naik sebesar 334.84 juta ton di tahun 2020.24
Stieβ dan
Schultz (2009) menyebutkan jika konsumsi plastik kebanyakan memang
dikeluarkan untuk membeli kebutuhan- kebutuhan rumah tangga, namun
dari statistic negara- negara Nordik menyebutkan bahwa ada perbedaan
yang terjadi antara konsumer pria dan wanita, dimana pria biasanya
menghabiskan pengeluarannya untuk membeli sesuatu yang mahal seperti
mobil dan alat- alat elektronik, maupun benda- benda yang berhubungan
dengan otomotif. Sedangkan perempuan biasanya menghabiskan
penghasilannya untuk membeli kebutuhan – kebutuhan dasar seperti obat-
obatan, baju, makanan, dan juga kebutuhan rumah tangga.25
23 Market Research Store, ( 2016)
24 Grand View Research , (2014)
25 Schultz, ( 2009)
Action related to Plastic Rates and quantities Source
Annual comsumption of
plastic materials per capita
( 2015)
NAFTA, Western Europe,
Japan 108- 139 kg
Other global regions : 16-48
kg
Global Consumption of Plastic
Materials by Region 1980 to
2015. Statista 2016
Women buy more often
than men ( Nordic
Countries)
Basic consumer goods: food,
health, clothing and
household
Gender aspects of sustainable
consumption strategies and
instruments. Institute for
Social- Ecological Research (
ISOE ) 2009
European Plastic Demand 40% is used for packaging
20% is used for household and
consumer appliances,
furniture,sport,and medical
product
PlasticEurope, Plastic- the
facts 2014/2015
Application of Packages About 50% of the global
packaging, by end market is
used for packaging food( pots,
jars, flexible plastic)
Unwrapping the Packaging
Industry Seven factors for
success. EY 2013.
Tabel 7. Selection of data on the application and consumption of plastic in
household setting
The European Plastic Industry stated pada tahun 2015 menyatakan
bahwa secara tidak langsung ada sekitar 1,45 juta orang di Eropa.26
meskipun ada data yang menyebutkan tentang statistika pekerja wanita
dalam industry plastik , namun hal ini hanya ada dapat ditemukan
dibeberapa negara saja misalnya saja data dari The United States
Departement of Labor menyatakan bahwa pada tahun 2015 di United States
ada 372.000 orang yang bekerja dalam industry plastik dan 30,7%
diantaranya adalah perempuan.27
26
Plastics Europe , (2015)
27 United States Departement of Labor , (2016)
Dari total responden yang diteliti 58,9% menyatakan jika total dari
penghasilannya akan dihabiskan untuk membeli kebutuhan primer seperti makanan.
Dari total produksi plastik global , satu per lima atau sekitar 21,7% digunakan untuk
bahan baku konsumer produk ( Packaging), obat-obatan, furniture dan kebutuhan
rumah tangga lainnya.28
Posisis kedua konsumsi plastik terbanyak yang biasanya
dilakukan oleh perempuan ialah Kosmetik dan personal care sebanyak 21,4%,
kosmetik dan personal care ini biasanya meliputi Shampo, Sabun, serta produk-
produk kosmetik yang biasanya mengandung bahan mikroplastik yang mikrobeads.
Ross Crooks (2013) menyebutkan jika perempuan merupakan pengguna terbesar
produk personal care dan kosmetik, bahkan mereka mampu menghabiskan rata- rata
$15.000 hanya untuk membeli kosmetik atau dengan kata lain mereka telah
berkontribusi terhadap industry kecantikan sebesar $382 milyar atau sebanyak 85% .
Berikut beberapa contoh produk personal care dan kosmetik yang mengandung
mikroplastik:
Product Function Reference
Wrinkle cream Bulking, viscosity control UNEP 2015
Glitter in bubble bath or
make-up
Viscosity control, aesthetic
agent
UNEP 2015
28 Plastic Europe, (2014/2015)
Body care products, colour
cosmetic, skin care, sun
care
Film formation, emulsion
stabilizing, skin
conditioning
UNEP 2015
Facial masks, sunscreen Fil formation UNEP 2015
Tooth Paste, face and body
wash
Exfoliating UNEP 2014
Shave foam, lipstick,
mascara, sunscreen
Slip or bulking effect, or
microspheres
UNEP 2014
Sundt ( 2014) menyatakan jika konsumsi plastik mikroplastik di daerah Eropa rata-
rata sebesar 8gr perkapita/ tahun, angka didasarkan dari angka total yang dihitung dari
penggunaan bahan baku plastik dalam produk kosmetik dan personal care di tahun
2002 yang mencapai 790.000 ton. Sedangkan penggunaan mikroplatik dalam produk
sabun cair dan gel mandi mencapai 100.000 ton. Di jerman sendiri penggunaan
konsumsi mikroplastik dalam produk kosmetik dan personal care berkisar sekitar 6,25
gr per capita/ tahun.29
Pada tahun 2012 total penggunaan mikrobeads dalam produk
kosmetik mencapai 4360 ton, dan mikrobeads telah menyumbang kurang lebih 0,1 –
1,5% sampah plastik di North Sea.30
Sedangkan untuk produk seperti pakaian menempati posisi ketiga dengan
total pemilihan suara sebanyak 12,5% dan perabotan rumah tangga sebesar
7,1%. Karena pakaian dan perabotan rumah tangga merupakan kebutuhan
tersier hal inilah yang membuat perempuan jarang membeli barang- barang
ini.
4.2.2 Dampak Industrialisasi terhadap perempuan
Bagi kehidupan manusia industrialisasi telah memberi peluang
sekaligus ancaman, dimana industrialiasasi menjadi solusi dan peluang bagi
pemenuhan kebutuhan manusia, namun juga menjadi ancaman karena hal
ini berhubungan langsung dengan adanya pengalih fungsian alam pmenjadi
industrialisasi dan berdampak langsung terhadap manusia, misalnya
kesenjangan ekonomi, sosial bahkan ketidaksetaraan gender.
ketidaksetaraan gender akibat industrialisasi ini nantinya kan berhubungan
langsung pada dampak ekonomi, sosial, dan budaya.
Dampak ekonomi
Pemenuhan ekonomi menjadi salah satu kebutuhan yang tidak bisa
ditinggalkan dari kehidupan manusia, namun apabila akses dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhan ini masih ditutup maka yang terjadi adalah
29
Sundt , (2014)
30 Gouin 2015
berhentinya pemasukan untuk mengakses kebutuhan lainnya. dalam kasus
ketidaksetaraan gender, peprempuan seringkali dihadpakan dengan masalah
ekonomi , dimana akses mereka dalam pemenuhan ekonomi akan selalu
dibatasi karena adanya budaya patriarki yang masih menggangap bahwa
perempuan seharusnya hanya boleh bekerja di rumah sebagai ibu rumah
tangga dan bukan bekerja di luar rumah sebagai wanita karir, meskipun
sekarang akses ini sudah sedikit diubah masih saja ada masalah yang
mengikutinya, misalnya wanita hanya boleh bekerja di sektor pelaksana
bukan sektor pengambilan keputusan dan jam kerja serta upah atau gaji
yang ternyata masih belum disetarakan. Kesenjangan upah gender adalah
kesenjangan yang terjadi antara upah tahunan rata-rata antara lelaki dan
perempuan, acuan perempuan disini adalah perempuan yang bekerja full
time dan sepanjang tahun. Namun ada juga acuan lain yang bisa dibuat
untuk menghitung kesenjangan upah antar gender, misalnya penghasilan
mingguan, harian atau bahkan per jam, atau didasarkan dari kelompok
perempuan tertentu.
Menurut American Association of University Women ( AAUW )
menunjukkan ada beberapa faktor yang menyebabkan adanya kesenjangan
upah gender diantaranya, adanya usia yang tidak memungkinkan,
kurangnya akses terhadap pendidikan, disabilitas, ataupun bias ras. Namun
tidak semua faktor ini bisa dijadikan acuan utama dalam melihat kesejangan
upah gender, karena di setiap negara memiliki kondisi yang berbeda dengan
negara lainnya misalnya industry utama yang dilakukan serta peluang yang
ada, budaya kerja dan gender, aturan hukum dan kebijakan yang ada, dan
demografi yang ada.
Tabel 8. Gender pay gap
Tabel 9 : Women’s Median Annual Earnings as a Percentage of Men’s
for Full- Time, Year- round Workers, 1960- 2018 and Projections.
Di tahun 2018 Asosiasi perempuan Amerika menyatakan bahwa
Louisiana merupakan negara dengan kesenjangan upah gender terbesar
sebesar 70% dan California merupakan negara dengan kesenjangan upah
yang paling rendah sebesar 88%. Pada dasarnya kesenjangan upah gender
terjadi hampir di setiap jenis pekerjaan dan industry. Karena pertama, ada
beberapa pekerjaan yang memang selalu fokus pada peran gender, sehingga
perempuan dengan pekerjaan yang sama dengan laki- laki akan selalu
mendapat upah yang berbeda dari laki- laki. Kedua, terbatasnya peluang
kerja bagi perempuan. Setidaknya jika ada 50.000 pria dan 50.000 wanita
pada 2017, 107 dari 114 perempuan menerima kesenjangan upah gender.
Dampak kesehatan
Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan bagaimana dampak
yang ditimbulkan akibat adanya industrialisasi , khususnya industri kimia
dan plastik.
Dari data yang penulis ambil 82,1% responden memilih anak- anak sebagai
pihak yang paling terdampak akan adanya pencemaran lingkungan akibat aktivitas
industry, kebanyakan dari mereka menggangap jika sistem kekebalan tubuh yang
dimiliki oleh anak- anak masih belum terbentuk sempurna sehingga masih lemah
dan rentan akan paparan zat yang berbahaya dari lingkungan yang tercemar.
Sedangkan sisanya sebesar 17,9% memilih wanita sebagai pihak yang paling
terdampak. Secara biologi sendiri tubuh laki- laki dan perempuan memiliki
beberapa perbedaan baik secara ukuran, hormone, organ reproduksi serta
perbedaan psikologis akibat dampak paparan bahan kimia industrialisasi.
CDC ( Centers for disease control and prevention) menyatakan jika
dibandingkan dengan laki-laki , perempuan lebih rentan terpapar 10 dari 116
bahan kimia berbahaya yang telah diujikan. Dari hasil tersebut tiga dari bahan
tersebut merupakan bahan yang biasanya ditemukan dalam produk kosmetik
maupun kesehatan dan plastik yang berhubungan dengan cacat lahir jika
melahirkan. Proporsi lemak tubuh yang lebih besar juga menjadi alasan akan
cepatnya penyerapan bahan- bahan kimia tersebut dalam tubuh.31
Kondisi tubuh
yang dimiliki oleh perempuan menyebabkan ada beberapa kerentanan tertentu
yang datang di saat mereka pubertas, melahirkan, hamil, menstruasi, atau saat
mengurus anak mereka.32
Selain itu sekitar 2-6% perempuan di negara- negara
industry juga akan mengalami disproportionally ( 60-80%) akibat paparan bahan
31 National Center for Enviromental Health . (2003) , EPA (2007)
32 Julvez & Grandjean . (2009)
kimia berbahaya baik dari kegiatan sehari- hari , di tempat kerja, penggunaan
plastik maupun kosmetik.33
ada beberapa jenis penyakit yang dialami perempuan akibat paparan bahan
kimia industrialisasi, diantaranya ; pertama, kanker payudara, dalam penyakit ini
ditemukan beberapa bahan kimia seperti, DDT/DDE, BPA, PAHs,Phenols,
organic solvents , dan beberapa bahan kimia lainnya.
Tabel 10. Daftar bahan kimia yang menyebabkan kanker payudara
Dari keseluruhan kasus yang terjadi hanya sekitar 30-50% kasus yang ditemukan
penyebabnya , sedangkan 50- 70% kasus belum dapat ditentukan apa penyebab dari
kanker tersebut, namun dapat ditentukan bahwa penyebab terbesar dari kasus ini
adalah faktok non genetic dan lingkungan.
Kedua, infertility atau tidak subur, penyakit ini berhubungan dengan sistem
reproduksi manusia yang mengakibatkan seseorang tidak bisa hamil atau memiliki
keturunan. Kesuburan seorang wanita tergantung dari bagaimana bagian tubuh
seorang wanita mampu memproduksi sel telur dan janin yang berkembang mampu
tumbuh dengan baik dan sehat, namun hal ini juga tergantung dari seberapa sehat
sperma dari sang ayah sendiri. Salah satu penyakit akibat tidak suburnya organ
reproduksi adalah endometriosis, sejenis penyakit kronis dimana jaringan yang
33 Nadeau , (2014)
melapisi rahim tumbuh keabnormalan sehingga mengakibatkan infertilitas, rasa sakit
dan juga peradangan. Ada beberapa bahan yang dapat mempengaruhi kesuburan
seorang wanita diantaranya adalah :
Tabel 11. Chemical Exposures during adulthood and fertility
4.3 Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan
Kolonialisme dan imprealisme bangsa kulit putih terhadap negara-
negara dunia ketiga menurut pandangan Vandana Shiva ( 2005 ) merupakan
bentuk dari reprentasi kekuatan antara si superior dan si inferior. Perasaan
superior ini akan membentuk adanya rasa kepemilikan dan tanggung jawab
yang muncul untuk melindungi masyarakat dunia dan juga bumi. Namun
kenyataannya bentuk kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa kulit putih
malah menyebabkan banyak kerusakan yang terjadi di lingkungan.
Masyarakat di negara- negara ketiga khususnya perempuan biasanya
terlibat aktif dalam gerakan untuk menyelamatkan lingkungan.
Adanya wacana relasi kekuasaan yang dilakukan oleh kaum kolonial
mengakibatkan adanya degradasi peran perempuan terhadap pengelolaan
alam .
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sekitar 98,2% perempuan setuju untuk ikut
dalam mengelola lingkungan hidup untuk menghindari dampak rusaknya
lingkungan akibat industry. Konsep kesetaraan gender dan pembangunan
berkelanjutan merupakan suat konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Di dalam prinsip ke-20 Deklarasi Rio de Janeiro ( 1992) juga menyebutkkan jika
konsep pembangunan berkelanjutan tidak akan bisa dicapai jika kesetaraan
gender, selain itu prinsip ini juga menyebutkkan bagaimana peran perempuan
dalam proses pengelolaan lingkungan dan ikutnya partisipasi perempuan dalam
proses pencapaian pembangunan berkelanjutan.
Di era 2000 an , negara- negara maju mencanangkan adanya agenda UN
Millenium development Goals ( MDGs) yang memiliki tujuan untuk memberantas
kemiskinan , kesenjangan dan juga ketimpangan gender. Kesetaraan gender
merupakan salah satu tujuan utama dari MDGs. Rancangan ini direncanakan
untuk 20 tahun kedepan kemudian, kesetaraan gender, kelaparan, kemiskinan serta
pemberdayaan perempuan akan dapat tercapai dengan sempurna, meskipun hal
tersebut mungkin tidak bisa dikerjakan dengan waktu dengan cepat.
Hasil Resolusi PBB 66/130 tahun 2012 ( A/ RES/ 66/130 )
menyatakan jika banyak perempuan di dunia banyak yang tidak bisa ikut
dalam proses pengambilan keputusan karena masih adanya nya hukum yang
bersifat diskriminatif, budaya gender yang patriarkis serta terbatasnya
akses perempuan dalam mencapai kemerdekaan baik secara kesehatan,
ekonomi dan pendidikan. Peningkatan peran perempuan menjadi sangat
penting untuk mencapai kesetaraan gender, sehingga perempuan mampu
mengubah atau bahkan menghapus undang-undang yang berdasarkan atas
budaya patriarki . selain itu penyebaran informasi secara adil juag harus
diperjuangkan oleh perempuan agar perempuan mampu mengakses
informasi dan komunikaksi lebih mudah khususnya bagi perempuan-
permpuan adat, disabilitas maupun perempuan yang berada di pedesaan.
Dari beberapa pilihan yang telah diberikan sebesar 60.7% perempuan
memilih untuk ikut berperan sebagai konseptor atau perancang gagasan
dengan alasan bahwa perempuan lebih memiliki inovasi yang lebih kreatif
dan fresh daripada lelaki. Selain alasan tersebut beberapa perempuan juga
merasa bahwa jika dia diberi kesempatan untuk ikut dalam peran
pengelolaan lingkungan maka akan langsung diambil karena hal ini bisa
menjadi langkah pertama untuk memulai perubahan, dan kesempatan untuk
meruntuhkan adanya anggapan bahwa perempuan itu juga bisa menjadi
peran yang lebih tinggi dari hanya pelaksana kegiatan. Sedangkan 25%
memilih untuk menjadi pelaksana kegiatan , karena mereka masih berfikir
bahwa yang seharusnya memimpin bukannya perempuan atau dengan kata
lain konsep pemikiran patriarki masih ada dalam pikiran mereka.
Beberapa hal yang bisa dilakukan perempuan dalam keikutsertaan
mereka dalam pengelolahan lingkungan diantaranya ialah : pertama, ikut
terlibat langsung dalam organisasi atau komunitas yang berfokus dalam isu-
isu lingkungan. Hal ini bertujuan untuk membantu perempuan dalam proses
penyebaran informasi kepada perempuan lainnya, dengan ikutnya seorang
perempuan dalam komunitas maupun organisasi pecinta lingkungan,
diharapkan perempuan membentuk jaringan informasi sehingga informasi
dapat disebarluaskan dengan mudah. Kedua, ikut dalam pengelolaan
sampah yang ada di lingkungan sekitar, dengan mengubah konsep sampah
yang tidak berguna menjadi barang yang bernilai dan ikut dalam proses
penyebaran informasi 4R ( Reuse, Reduce, Recycle, Root). Ketiga, edukasi,
peran perempuan sebagai seorang ibu dapat digunakan sebagai cara untuk
membangun kebiasaan untuk menjaga lingkungan dimulai dari keluarga
dengan cara memberikan edukasi kepada anggota keluarga untuk mulai
mengurangi penggunaan plastik dan juga edukasi tentang pengelolaan
lingkungan.34
4.4 Perempuan- perempuan dalam pengelolaan lingkungan
4.4.1 Majora Carter
Majora Carter merupakan seorang aktivis lingkungan yang
mendirikan perusahaan nirlaba di bidang lingkungan, Carter lahir di South
Bronx, New York, United States pada 27 oktober tahun 1996. Carter
dibesarkan di Bronx selatan, pada saat dirinya berusia 10 tahun carter
banyak melihat bangunan yang sengaja dibakar oleh pemiliknya agar bisa
mendapatkan asuransi, dan banyak aktivitas fasilitas limbah yang
menggantikan bangunan tersebut. Akibat dari banyaknya industry yang
pindah dan aktivas limbah yang melonjak mnegakibatkan adanya dampak
yang dirasakan oleh warga sekitar seperti peningkatan polusi, Asma dan
juga meningkatnya pengganguran. Keadaan inilah yang membuat carter
untuk berjuang untuk membuat lingkungannya agar kembali seperti sedia
kala, dia berusaha keras untuk melawan adanya pengolahan limbah dari
New York untuk dipindahkan ke Bronx selatan.
Di tahun 2001 Carter mendirikan perusahaan nirlaba yang fokus pada
solusi keadilan lingkungan yang bernama “ Sustainable South Bronx”,
34
Ainul Mardiyah. Pelibatan Perempuan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Meningkatkan Kualitas
Lingkungan Hidup. http://readersblog.mongabay.co.id/rb/2013/05/23/pelibatan-perempuan-
dalampengelolaan-sumber-daya-alam-untuk-meningkatkan-kualitas-lingkungan-hidup/. Diakses 23/10/2019
perusahaan ini memiliki prinsip jika masyarakat tidak harus pindah dari
lingkungan mereka, dan berhak mendapatkan lingkungan yang baik sebagai
tempat tinggal mereka”. Suatu hari, secara tidak sengaja Carter ditarik oleh
anjingnya ke tanah tidak terpakai di tepi pantai dimana tempat tersebut
banyak dipenuhi dengan sampah. Hal ini membuat carter terinspirasi untuk
memberikan hibah perencanaan Transportasi Federal sebanyak $ 1,25 juta
untuk pembangunan South Bronx Greenway, dengan bentangan sepanjang
11 mil yang berupa taman tepi pantai di daerah South Bronx, taman ini
memiliki fasilitas berupa ruang rekreasi, transportasi alternative, selain itu
adanya taman ini juga meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Di tahun
2003 Sustainable South Bronx mulai membuka pelatihan tata kota hijau,
yang menawarkan adanya peningkatan lapangan pekerjaan sekitar 85% di
sektor lingkungan seperti, pembersihan lading cokelat, pemeliharaan dan
pemasangan lahan terbuka hijau dan kehutanan perkotaan. Charter
menyatakan “ keadilan lingkungan merupakan suatu keadaan dimana tidak
ada salah satu pihak yang terbebani oleh masalah lingkungan dan
mendapatkan sedikit manfaat dari lingkungan daripada yang lainnya”.35
4.4.2 Aleeta Baun
Aleta Baun atau yang biasa dipanggil mama Aleta Baun merupakan
seorang aktivis lingkungan untuk hal masyrakat adat penentang
penambangan marmer di Nusa Tenggara Timur. Baun lahir di Nusa
Tenggara Timur pada tanggal 16 Maret 1966. Kisah Baun sendiri dimulai
ketika pemerintah daerah mulai menerbitkan ijin penambangan marmer sejak
tahun 1980 an, persetujuan ini dilakukan tanpa adanya perundingan dengan
penduduk desa. Akibat dari kegiatan penambangan illegal ini banyak terjadi
tanah longsor, polusi air sungai yang biasanya digunakan warga sebagai
kebutuhan air minum.
Di tahun 1990 Aleta Baun memulai protesnya dengan menggalang
dukungan dari desa ke desa dengan berjalan kaki bersama ketiga rekan
perempuaan nya. Namun aksi ini malah membuat dirinya mengalami
kekerasan dan ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh para pelaku
tambang, yang menyebabkan dirinya harus bersembunyi di hutan. Di tahun
2006 perlawanan Baun telah membuahkan hasil dimana dengan dukungan
150 perempuan, Baun mampu menduduki bukit Anjaf dan Bukit Nausus di
kaki gunung selama satu tahun. Akibat desakan dari masyarakat luar negeri
maupun dalam negeri akhirnya aktivitas tambang tersebut dihentikan pada
tahun 2007 dan secara resmi menarik diri dari lokasi tersebut di tahun 2010.
35 Biography: Majora Carter. (2008). http://edition.cnn.com/2008/TECH/06/05/carter.bio/. Diakses
01/02/2020
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Munculnya perlawanan perempuan terhadap adanya industrialisasi
menjadi bentuk adanya respon akan adanya budaya patriarki yang datang
melalui industrialisasi. Perempuan dan lingkungan memiliki koneksi yang
tidak bisa dihilang kan sejak dulu, karena perempuan juga ikut bertanggung
jawab dalam pengelolaan dan kelestarian lingkungan, sedangkan budaya
patriarki yang ada dalam industrialisasi yang bersifat eksploitatif , tidak
hanya berdampak pada kelangsungan alam namun juga diskriminasi
terhadap perempuan. Hal ini terlihat dari adanya ketidakseimbangan upah
yang diterima oleh perempuan yang memiliki jam kerja yang sama dengan
laki- laki, selain itu aktivitas industry yang selalu menghasilkan limbah juga
berdampak pada kesehatan perempuan. Munculnya aktivis lingkungan
perempuan atau ekofeminisme merupakan bukti nyata akan adanya
perlawanan terhadap budaya tersebut, dimana poin dari ekofeminis sendiri
adalah tidak adanya ketidakadilan terhadap perempuan dan lingkungan
akibat budaya patriarkis.