Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI
“MERAPI KEHIDUPAN KAMI”
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
Bony Bharisti 42150859
Yuli Anjarwati 42150172
Indah Wahdaniatun Nisa 42150773
Rury Sri Wulandari 42150221
Dedy Suwarno Adiputra 42150019
Program Studi Penyiaran
Akademi Komunikasi BSI Jakarta
Jakarta
2018
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
KATA PEGANTAR
Alhamdulilah dengan mengucakan puji syukur kehadirat allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan
dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir, yang penulis ambil
sebagai berikut, “MERAPI KEHIDUPAN KAMI”.
Tujuan penulis tugas akhir ini di buat sebagai salah satu syarat kelulusan
program diploma tiga (D-III) Akom BSI. Sebagai bahan penuliisan di ambil
berdasarkan hasil penelitian (eksperiman), observasi dan beberapa sumber
literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini tidak
akan lancar oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Direktur Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
2. Ketua program Studi Penyiaran Akademi komunikasi Bina Sarana
Informatika.
3. Bapak Lukman, S.Ikom, M.M Selaku Dosen Pembimbing
4. Bapak Kus Endarto, SE,M.Ec.Dev sebagai narasumber dari Dinas
Pariwisata Jogjakarta
5. Bapak Agus Budi Santoso sebagai narasumber dari BPPTKG Jogjakarta
6. Bapak Subagio sebagai narasumber dari Kepala Desa/ Dukuh Dusun
Pangukrejo
xv
7. Mas Piyan sebagai narasumber dari relawan Sekolah Gunung Merapi
8. Bapak Hadi Sebagai Narasumber Dari Warga Dusun Pangukrejo
9. Semua Dosen Dari Jurusan Penyiaran Diploma tiga yang telah
memberikan kami penulis dengan semua bahan yang di perlukan.
10. Terimakasi Semua anggota keluarga penulis dan tim, terutama kedua
orang tua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dengan
mendorong dan menyarankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
11. Terimakasih semua teman-teman tercinta.
Serta semua pihak yang membantu yang namanya tidak kami bisa sebutkan satu
persatu. Penulis dan tim menyadari bahwa penulisan tugas akhir inii masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan tim
khususnya dan untuk pada pembaca.
Jakarta, 09 juli 2018
Penulis dan tim
xvi
ABSTRAK
Bony Bharisti (42150859), Yuli Anjarwati (42150172), Indah Wahdaniatun Nisa (42150773), Rury Sri Wulandari (42150221), Dedy Suwarno Adiputra (42150019), Program Dokumenter Televisi “Merapi Kehidupan Kami”. Program ini akan mengangkat tema tentang kejadian-kejadian yang ada di masyarakat khususnya kali ini mengangkat wilayah lereng Gunung Merapi pasca erupsi 2010 di Dusun Pangukrejo, Cangkringan, Yogyakarta dari segi informasi, ekonomi, pendidikan, infrastruktur serta sosialnya. Pemilihan bentuk informasi dengan format dokumenter, terutama program dokumnter Merapi Kehidupan Kami, agar tayangan ini dapat memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat yang terkena dampak bencana kepada khalayak. Penulis dan tim telah melalui tahapan-tahapan dalam pembuatan karya yang cukup panjang, dari melakukan observasi dan riset yang cukup lama serta proses kerja sesui tanggung jawab masing-masing. Hasil wawancara yang dijadikan sebuah satu kesatuan cerita dalam bentuk audio visual. Kesimpulan dari karya yang dibuat penulis adalah ingin menyampaikan informasi yang lebih mendalam yang dalam melaui program dokumenter yang dikemasringan, menarik serta informative namun tetap mencakupi kebutuhan penonton akan informasi. Kantakunci : Program Televisi, Dokumenter TV, Sosial, Infrastruktur,
Pendidikan, Ekonomi, Informasi
xvii
ABSTRAK
Bony Bharisti (42150859), Yuli Anjarwati (42150172), Indah Wahdaniatun Nisa (42150773), Rury Sri Wulandari (42150221), Dedy Suwarno Adiputra (42150019), Program Dokumenter Televisi “Merapi Kehidupan Kami”. This program will bring up the theme of the events that exist in the community especially this time lifting the slopes of Mount Merapi eruption in 2010 on DusunPangukrejo, Cangkringan, Yogyakarta in terms of information, economy, education, infrastructure and social. Selection of form information documentaries, especially the Merapiis Our LifeDocumentary program, for impressions it can provide information about the lives communities that affected by mount Merapidisaster to audiences. The author and the team have gone through deep phase making a long work, from doing abservation and research long enough and work process according to their respective responsibilities. The results of the interview made into a unified story in the form of audio visual. Conclusions of the work the author makes is to delivermore depth information through the documentary program that packed lightly, interesting as well as informative but still covers the needs of the audience will of the information. Key words : Program television, Dokcumenter TV, Social, Infrastruktur, Educatio, Economy, information.
xviii
DAFTAR ISI
Lembar Judul Tugas Akhir
Surat Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ........................................................ ii
Surat Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya ............................................. iii
Surat Persetujuan Tugas Akhir ..................................................................... iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir …………………………………………... ix
Kata Pengantar …………………………………………………………..... xiv
Abstrak …………………………………………………………………….. xvi
Daftar isi ………………………………………………………………........ xviii
Daftar Gambar ……………………………………………………………… xxii
Daftar Tabel ………………………………………………………………… xxiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Program ……………………………………… 1
1.2 Kegunaan program ……………………………………………. 2
1.2.1 Kegunaan khalayak ……………………………………….. 3
1.2.2 Kegunaan Praktisi ………………………………………… 3
1.2.3 Kegunaan Akademis ……………………………………… 3
1.3 Referensi Audio Visual ………………………………………… 3
BAB II KAJIAN PROGRAM ................................................................... 6
2.1 Kategori Program ……………………………………………… 6
2.2 Format Program ……………………………………………….. 7
2.3 Judul Program …………………………………………………. 10
2.4 Target Audience ……………………………………………….. 11
2.5 Karakteristik Produksi ………………………………………… 14
BAB III LAPORAN PRODUKSI ............................................................... 16
3.1. Proses Kerja Produser …………………………………………. 16
xix
3.1.1 Pra Produksi ……………………………………………….. 17
3.1.2 Produksi ……………………………………………………. 20
3.1.3 Pasca Produksi ……………………………………………... 22
3.1.4 Peran dan Tanggung Jawab ………………………………… 23
3.1.5 Proses Penciptaan Karya …………………………………… 24
a. Konsep Kreatif …………………………………………… 24
b. Konsep Produksi …………………………………………. 25
c. Konsep Teknis …………………………………………… 25
3.1.6 Kendala Produksi dan Solusinya ……………………………. 25
3.1.7 Lembar Kerja Produser …………………………………….... 27
3.2 Proses Kerja Sutradara ………………………………………….. 46
3.2.1 Pra Produksi …………………………………………………. 47
3.2.2 Produksi ……………………………………………………... 49
3.2.3 Pasca Produksi ………………………………………………. 50
3.2.4 Peran dan Tanggung Jawab …………………………………. 51
3.2.5 Proses Penciptaan Karya ……………………………………. 52
a. Konsep Kreatif …………………………………………... 53
b. Konsep Produksi ……………………………………….... 53
c. Konsep Teknis …………………………………………... 54
3.2.6 Kendala Produksi dan Solusinya ……………………………. 54
3.2.7 Lembar Kerja sutradara ……………………………………… 56
3.3 Proses Kerja Penulis Naskah ……………………………………. 80
3.3.1 Pra Produksi ………………………………………………..... 81
3.3.2 Produksi ……………………………………………………... 85
xx
3.3.3 Pasca Produksi ………………………………………………. 87
3.3.4 Peran dan Tanggung Jawab …………………………………. 90
3.3.5 Proses Penciptaan Karya ……………………………………. 92
a. Konsep Kreatif ………………………………………….... 92
b. Konsep Produksi …………………………………………. 93
c. Konsep Teknis …………………………………………… 93
3.3.6 Kendala Produksi dan Solusinya …………………………….. 93
3.3.7 Lembar Kerja Penulis naskah ………………………………. 95
3.4 Proses Kerja Penata Kamera ……………………………………. 111
3.4.1 Pra Produksi …………………………………………………. 113
3.4.2 Produksi ……………………………………………………... 114
3.4.3 Pasca Produksi ………………………………………………. 116
3.4.4 Peran dan Tanggung Jawab …………………………………. 116
3.4.5 Proses Penciptaan Karya ……………………………………. 118
a. Konsep Kreatif ………………………………………….. 118
b. Konsep Produksi ……………………………………….... 119
c. Konsep Teknis …………………………………………... 119
3.4.6 Kendala Produksi dan Solusinya ……………………………. 123
3.4.7 Lembar Kerja Penata kamera ……………………………… 125
3.5 Proses Kerja Editor ………………………………………………. 163
3.5.1 Pra Produksi …………………………………………………. 167
3.5.2 Produksi ……………………………………………………... 170
3.5.3 Pasca produksi ………………………………………………. 171
3.5.4 Peran dan Tanggung Jawab …………………………………. 174
xxi
3.5.5 Proses Penciptaan Karya …………………………………….. 175
a. Konsep Kreatif ………………………………………….... 177
b. Konsep Produksi …………………………………………. 178
c. Konsep Teknis ………………………………………….... 179
3.5.6 Kendala Produksi dan Solusinya ……………………………. 180
3.5.7 Lembar Kerja Editor …………….………………………..… 182
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 223
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 223
4.2 Saran ……………………………………………………………..... 223
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 224
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 225
DESIGN COVER CD ........................................................................................ 230
DESIGN LABEL................................................................................................ 231
DESIGN POSTER............................................................................................. 232
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Indonesia Bagus (Net TV) ……………………………………… 3
Gambar I.2 Eagle Documentary Series (Metro TV) ………………………… 4
Gambar I.3 Lentera Indonesia (Net TV) ……………………………………… 5
Gambar III.4 Spesifikasi Kamera …………………………………………… 126
Gambar III.5 Spesifikasi Dron Phantom 3 …………………………………… 129
Gambar III.6 Laptop Toshiba Satellite L645-1101U DOS ............................... 219
Gambar III.7 Laptop ASUS A455L Series ........................................................ 220
Gambar III.8 Headphone A4Tech HS-30........................................................... 221
Gambar III.9 Mouse Logitech G102................................................................ 221
Gambar III.10 Hardisk HDD – HD External 2.5 Seagate 1TB Backup Plus Slim 221
Gambar III.11 OTG Sandisk 32GB ULTRA DUAL ......................................... 222
Gambar IV.1 DESIGN COVER CD ……………………................................. 230
Gambar IV.2 DESIGN LABEL ……………………......................................... 231
Gambar IV.3 DESIGN POSTER …………………….................................... 232
xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Working Schedule ……………………………………………… 28
Tabel III.2 Breakdown Budgeting ………………………………………..... 32
Tabel III.3 Shooting Schedule ……………………………………………. 38
Tabel III.4 Equipment List ………………………………………………… 41
Tabel III.5 Call Sheet …………………………………………………….. 43
Tabel III.6 Casting List …………………………………………………….. 57
Tabel III.7 Treatment Director …………………………………………….. 58
Tabel III.8 Transkrip Wawancara ………………………………………….. 100
Tabel III.9 Naskah Vo …………………………………………………….. 108
Tabel III.10 Spesifikasi Kamera ………………………………………….... 126
Tabel III.11 Spesifikasi Dron Dji Phantom 3……………………………..... 129
Tabel III.12 Camera Report ………………………………………………… 135
Tabel III.13 Logging Picture ……………………………………………….. 183
Tabel III.14 Laporan Editing ……………………………………………….. 200
Tabel III.15 Laptop Toshiba Satellite L645-1101U DOS …………………. 219
Tabel III.16 Laptop ASUS A455L Series ………………………………… 220
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program
Televisi merupakan salah satu bentuk media sebagai alat komunikasi
massa. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang termasuk massa yaitu
radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media elektronik, serta surat kabar
dan majalah yang keduanya termasuk media cetak.
Menurut Liliweri (2011: 3) menjelaskan bahawa, “komunikasi massa
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak,
bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan meninggalkan efek
tertentu”.
Dengan itu, program dokumenter merupakan termasuk komunikasi massa
dalam menginformasikan berdasarkan realita atau fakta perihal pengalaman hidup
seseorang atau mengenai peristiwa. Untuk itu, mendapatkan ide bagi film realita,
dibutuhkan kepekaan dokumentasi terhadap lingkungan sosial, budaya, politik,
dan alam semesta. Rasa ingin tahu bisa di jadikan titik tolak untuk menggali
inspirasi, sementara rasa ingin tahu yang besar bisa di imbangi dengan membaca
dan atau berkomuunikasi antar manusia dalam pergaukan.
2
Menurut Ayawaila (2008a:35) menjelaskan bahwa, “Dengan kata lain, ide cerita untuk film dokumenter bisa di dapat dari yang dilihat dan di dengar, bukan berdasarkan suatu khayalan imajinasi. Selain banyak membaca serta berkomunikasi dalam pergaulan.seorang dokumentaris juga harus banyak mengamati lingkungannya, juga berduskusi dengan komunitas dan kelompok masyarakat yang memiliki aktifitas sosial dan budaya”.
Pembuatan dokumenter televisi harus memiliki riset yang kuat yang
berdasarkan fakta kejadian untuk membuat dokumenter televisi tersebut benar-
benar nyata di mata penonton selama ini banyak film maker yang membuat
program dokumenter televisi tanpa pendalaman riset sebelum membuat
dokumenter televisi akhirnya hasil yang tidak memuaskan oleh masyarakat yang
menyaksikan.
Dari upaya menjelaskan diatas, penulis ingin membuat program
dokumenter televisi yang mengagkat suatu peristiwa yang terjadi di Dusun
Pangukrejo, Yogyakarta dengan judul program “Merapi Kehidupan Kami”.
Penulis ingin menceritakan perkembangan serta kegiatan masyarakat Dusun
Pangukrejo, Cangkringan, Yogyakarta setelah pasca erupsi dasyat 2010 gunung
merapi dengan yang hidup tinggal di area yang bahaya atau yang disebut kawasan
rawan bencana. Dusun ini pasca erupsi mengembangkan perekonomian kembali
dengan swadaya masyarakat sekitar dan mengembangkan beberapa sector lainnya
salah satunya pertanian. Dengan itu penulis ingin memberikan informasi dalam
bentuk program dokumnter yang dapat di nikmati khalayak.
1.2 Kegunaan Program
Manfaatnya dibuatnya program dokumenter televisi yang berjudul
“Merapi kehidupan kami” sebagai acuan wadah dimana kearifan lokal, budaya
3
serta mengenai masyarakat Dusun Pangukrejo, Cangkringan, Yogyakarta dapat di
ketahui oleh khalayak. Adapun tujuan dibuatnya yaitu :
1.2.1 Kegunaan Khalayak
Memberitahukan kepada masyarakat/khalayak tantang kejadian dan
aktivitas di Dusun Pangukrejo, Yogyakarta setelah pasca erupsi dasyat 2010.
Mengingatkan kepada pemerintah bahwa ada kehidupan di KRB (Kawasan
Rawan Bencana) yang harus di perhatikan lebih.
1.2.2 Kegunaan Praktisi
Menjadikan design produksi ini disebagai acuan produser, Sutradara dan
penulis naskah dalam melakukan proses produksi, serta sebagai acuan tunggal
cameramen dan editor untuk proses produksi.
1.2.3 Kegunaan Akademis
Tujuan dibuat dispro ini sebagai syarat utama kelulusan DEPLOMA TIGA
(D3) sebagai lulusan jurusan Broadcasting (penyiaran), guna menjadikan
mahasiswa memiliki laporan produksi dalam pembuatan karya Tugas Akhir.
1.3 Reference Audio Visual
1.3.1 Indonesia Bagus (Net TV)
4
Gambar I.1
Jam Tayang : Sabtu-Minggu, 14.00 WIB
Sinopsis : Program feature dokumenter yang tidak hanya
menampilkan keindahan alam Indonesia, tetapi juga keunikan kehidupan
berbudayanya. Program ini menampilkan penduduk asli daerah tersebut
sebagai narator sekaligus pembawa cerita.
Acara Indonesia bagus memiliki konsep yang apik. Dapat
membawa penonton menikmati keindahan yang suatu daerah yang
ditayangkan, serta dapat menceritakan suatu daerah terpencil sekali pun
dengan penjelasan yang luas.
1.3.2 Eagle Documentary Series (Metro TV)
Gambar I.2
Jam Tayang : Setiap Kamis, jam 21.05 WIB
Sinopsis : Eagle Documentary Series merupakan program short
documentary mengangkat berbagai tema urban, sosial, kemanusiaan,
lingkungan, dan berbagai tema kekinian yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
5
Penulis memilih Eagle Dokumentary Series sebagai acuan referensi
karena dalam tanyangannya memiliki berbagai cerita yang sangat
bervariatif dan menginpirasi.
1.3.3 Lentera Indonesia (Net TV)
Gambar I.3
Jam Tayang : Sabtu-Minggu, 14.30 WIB
Sinopsis : Program dokumenter yang diangkat dari kisah-kisah
pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karir
dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di
desa desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun.
Penulis memilih Lentera Indonesia sebagai referensi karena dalam
setiap cerita dan episode sangat menginpirasi.
6
BAB II
KAJIAN PROGRAM
2.1 Program
Kategori program merupakan pembagian program siaran berdasarkan jenis
isinya. Kategori program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
berdasarkan jenisnya, yaitu program informasiatau berita (news) dan program
hiburan (entertainment).
Menurut Morissan (2008:218-234) menjelaskan, “program informasi atau berita (news) adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (information) kepada halayak audien. Sedangkan, program hiburan (entertainment) adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bias memenuhi kebutuhan audien dalam hal hiburan dan informasi”.
Menurut Vane-Gross (1994) dalam Morissan (2008:207-208)
mengemukakan, “Menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih
daya tarik (appeal) dari suatu program. Dalam artian bagaimana suatu program
mampu menarik audiennya”.
Tanpa media sebuah informasi tersebut tidak dapat disampaikan kepada
orang banyak dalam waktu yang singkat. Media membantu seorang komunikator
untuk menyampaikan sebuah cerita, informasi, gagasan, berita atau opini kepada
komunikan dengan waktu yang cukup singkat serta jelas. Media dapat berasal dari
mana saja, dapat berasal dari komunikator itu sendiri, dapat melalui sarana
berupa, televisi, smartphone maupun dari Radio.
7
Dokumnter sendiri termasuk dalam program informasi yang bersifat lunak.
Maka dari penulis memilih program dokumenter agar pesan di dalam program
dokumnter ang berjuduk “Merapi Kehidupan Kami” tersampaikan kepada
khalayak yang menonton dan sekeligus dapat memberikan hiburan yang
berkualitas dan sebuah informasi yang menarik.
2.2 Format Program
Format program merupakan hal penting yang harus ditentukan dalam
setiap program. Format program dapat menentukan jenis tanyangan akan di
pertontonkan kepada khalayak.
Menurut Naratama (2004:68) mengemukakan bahwa, “Format program
televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep program televisi yang
akan menjadi landasar kreatifitas dan desain produksi yang akan terjadi dalam
berbagai kriteria utama yang di sesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa
program tersebut”.
Menurut Irwanto, dkk (2014:45) mengatakan bahwa, “Format program adalah suatu program yang dicirikan dan didominasi oleh elemen tertentu dalam suatu acar. Ada sejumlah foemat program yang dikenal, yaiyu program bulletin berita, program variety show, program drama, program music, proram dokumenter , program feature, program talk show, program kuis, program komedi, dan program magazine show”.
Dalam sejumlah jenis program siaran tersebut, program penulis buat
termasuk jenis program dokumnter. Program dokumnter merupakan program yang
menyampaikan informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan
yang dikemas ke dalam visual yang menarik.
8
Program dokumenter bisa dikelompokan menjadi beberapa jenis menurut
Fachruddin (2012:324), yaitu :
1. Dokumenter Sejarah
Film dokumenter sejarah muncul menjadi senjata proganda pihak-puhak
tertentu yang sangat menguntungkan dan sangat berpengaruh, pada saat itu
film lebih diposisikan sebagai propaganda. Tiga hal yang penting dalam
dokumnter sejarah yaitu periode, tempat dan pelaku sejarah tersebut.
2. Dokumenter Biografi/Potret
Film dokumenter jenis ini jelas berkaitan mengenai kehidupan seseorang
yang dianggap kisah hidupnya menarik ataupun menyedihkan. Bentuk
dokumnter ini umumnya berkaitan dengan aspek human interest, sementara isi
tuturan bisa merupakan kritik, pengormatan atau simpati.
3. Dokumenter Kontradiksi/Perbandingan
Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang
atau seseuatu yang bersifat budaya, perilaku dan peradaban suatu bangsa.
Umumnya diketengahkan perbedaan suatu situasi atau kondisi, dari satu
objek/subjek dengan yang lainnya.
4. Dokumenter Ilmu pengetahuan
Dokumnter jenis ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori,
system, berdasarkan ilmu disiplin tertentu. Film ini memiliki dua bentuk
kemasan dengan tujuan public berbeda.
5. Dokumenter Investigasi
9
Tipe ini mencoba mengungkapkan misteri sebuah peristiwa yang belum atau
tidak pernah terungkap dengan jelasa. Peristiwa yang diangkat biasanya
berupa peristiwa besar yang pernah menjadi berita hangat dalam media massa.
6. Dokumenter Laporan Perjalanan
Film jenis ini umumnya setiap perjalanan ekspedisi dibuat dokumntasianya,
baik berupa film maupun foto. Pengemasan dokumenter perjalanan lebih kritis
dan radikal, mengupas permasalahan. Lebih banyak menggunakan wawancara
untuk mendapatkan infoemasi lengkap mengenai opini public.
7. Dokumenter Nostalgia
Dokumenter ini tentang kisah seseorang mengenai masa-masa yang pernah ia
lewati dengan cara dikemas menggunakan penuturan perbandingan
(perbandingan sekarang dan masa lampau).
8. Dokumenter Rekonstruksi
Dokumenter Janis ini pada umumnya ditemui pada dokumnter investigasi dan
sejarah, termasuk pula pada film etnografi dan antropologi visual. Pada Janis
dokumenter ini bagian peristiwa atau pecahan masa lampau maupun masa kini
disusun atau direkonstuksi ulang berdasarkan fakta sejarah.
9. Dokumenter Daily Dairy
Dokumenter jenis ini memiliki tipe penuturan yang sama seperti catatan
pengalaman hidup sehari-hari yang mengkombinasikan laporan perjalanan
dengan nostalgia kejayaan masa lalu. Jalan ceraita mencantumkan secara
lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan karakternya sangat subjective.
10. Dokumenter Drama
10
Dokudrama adalah genre dokumnter diman pada beberapa bagain film
disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Ini
merupakan gaya bertutur yang memiliki motivasi komersial. Dokudrama
muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumnter, yakni
memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi.
11. Dokumenter Eksperimen/Seni
Tipe dokumenter yang menggabungkan gambar, music, dan suara atmosfer
(noise). Penggabungan tersebut secara artistic menjadi unsure utama cerita
karena tipe ini tidak pernah menggunakan narasi, komentar maupun dialog.
Dari jenis-jenis tersebut program dokumnter yang berjudul “Merapi
Kehidpan Kami” termasuk jenis dokumenter sejarah. Karena penulis ingin
menceritakan tentang keadaan masyarakat Dusun Pangukrejo, Cangkringan , D.I
Yogyakarta pasca erupsi 2010 yang tinggal di area Kawasan Rawan Bencana Ring
III (KRB III).
2.3 Judul Program
Setiap sebuah program membutuhkan judul untuk dapat di kenal kepada
khalayak. Judul dibutuhkan sebagai identitas sebuah program agar dapat diterima
oleh penonton.
Menurut Nugroho (2007:56) mengatakan bahawa, “Peran penting sebuah judul dalam setiap karangan haruslah menarik, akan membuat orang tertarik untuk membaca karangan kita saat jalan jalan, saat menonton televisi dan kata kata itu muncul saat suasana hati tengah merasakan sesuatu, menjadi kata kata yang menjelma sebagai judul dan menginspirasi untuk mewujudkan ide”.
Judul program bersifat menjelaskan diri, manarik perhatian dan ada
kalanya menentukan wilayah (location). Penulis dan tim membuat program
11
dokumenter berjudul “Merapi Kehidupan Kami”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) “Merapi” adalah salah satu gunung yang berada ada di pulau
jawa tengah, “Kehidupan” yang memiliki arti kesenangan hidup, “Kami”
memiliki arti orang lain yang berbicara, maka dari itu penulis memberikan judul
tersebut, kerana mewakili konten yang ingin di sampaikan..
Program dokumnter ini ingin menceritakan kehidupan Dusun Pangukrejo,
Cangkringan, Yogyakarta pasca erupsi 2010 yang hidup di Kawasan Rawan
Bencana III (KRB III) dengan mengembangkan beberapa perekomonian untuk
meningkatkan perekonomian meraka.
2.4 Target Audience
Era indutri televisi yang demikian ketat menyebabkan stasiun televisi
membutuhkan strategi merebut penonton yang selektif untuk menjangkau
struktur-struktur penonton yang bergam dalam masyarakat. Strategi merebut pusar
penonton terdiri serangkaian langkah yang berkesinambungan.
Dapat dijelaskan bahwa, menyeleksi audien sasaran sesuai dengan kriteria-
kriteria tertentu dan menjangkau audien sasaran tersebut. Khalayak audien umum
memiliki sifat yang heterogen, maka akan sulit bagi media penyiaran untuk
melayani semuanya. Bagian atau segmen yang dipilih itu adalah bagian yang
homogen yang memiliki ciri-ciri yang sama dan cocok dengan kemampuan
stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Fachruddin (2011a:11) mengemukakan bahwa “menentukan
target audiensi sudah harus di pikirkan sejak awal karena tidak mungkin dan tidak akan pernah ada program televisi yang bisa di tonton olah semua kalangan, usia, jenis kelamin. Target penonton berdasarkan jenis kelamin, usia, dan SES (socio economy status). Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan jenis usia terdiri
12
dari kelas A (kalangan atas), B (kalangan menengah atas), C (kalangan menengah bawah), D (kalangan bawah)”.
Target audien dalam mencakup beberapa segmentasi yang di tuturkan
menurut Morisson (2008: 181-189), yaitu :
1. Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis adalah segmentasi yang di dasarkan pada peta
kependudukan melingkupi usia, pendidikan, jenis kelamin, serta penghasilan.
Usia. Biasanya audien dibedakan menurut usia, yaitu anak-anak, remaja,
dewasa, dan orang tua. Jenis Kelamin. Ada program yang menggunakan
pendekatannya jenis kelamin ini dalam pemasarannya. Tak semua program
dapat diminati oleh semua jenis kelamin, harus ada program khusus seperti
olahraga diskai konsumen laki-laki dan sinetron serta infotaiment lebih banyak
minat kaum wanita. Pekerjaan. Audien yang memiliki jenis pekerjaan
tertentu umumnya mengonsumsi siaran yang berbeda. Pendidikan. Tingkat
pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaan waulupun tidak
selalu, namun tinggat pendidikan menentukan tingkat intelektual seseorang
dalam menikmati tontonan. Pendapatan. Segmentasi ini biasanya erat
berhubungannya dengan penghahasilan yang diperoleh rumah tangga. Selera
seseorang sangat dipengaruhi oleh kelas social yang ditempatinya. Agama.
Segemntasi berdasarkan agama diagunakakn untuk membuat program yang
tertentu saja. Suku dan kebangsaan. Pengelola program penyiaran dapat pula
melakukan segmentasi berdasarkan suka dan kebangsaan sepanjang suku-suku
itu memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal kebiasaan-kebiasaan dan
kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku-sukunya lainnya.
2. Segmentasi Geografis
13
Merupakan segmentasi pasar audien yang dibagi kedalam beberapa unit
geografis yang berbeda, mencakup suatu wilayah negara, provinsi, kabupaten,
kota dan desa.
3. Segmentasi Geodemografis
Merupakan gabungan dari segmentasi geografis dan segmentasi
demografis. Dalam artian audien yang tinggal di suatu wilayah geografis
tertentu diyakini memiliki karakter demografi yang sejenis, namun wilayah
geografis harus sesempit mungkin.
4. Segmentasi Psikografis
Merupakan segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia
yang mengelompokkan audien secara lebih tajam dari pada sekedar variabel-
variabel demografi.
Dari penjelasan di atas bahwa program dokumenter berjudul “Merapi
Kehidupan Kami” memiliki presentasi target audien yang dijabarkan sebagai
berikut :
1. Segmentasi Demografis
Usia (Remaja (15-20 tahun) dan Dewasa (20-35 tahun), SES (Status Ekonomi
Sosial) (B (Menengah keatas)) dan (C (Menengah Kebawah), Jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan).
2. Segmentasi Geografis, meliputi kota Yogyakarta dan sekitasnya.
3. Segmentasi Geodemografis, wilayah yang diliputi dusun Pangukrejo,
Cangkrinagan, Sleman, Kaliurang.
4. Segmentasi Psikografis, menurut gaya hidup program ini di nikamti semua
gaya hidup.
14
Target penonton “Merapi Kehidupan Kami” ini menargetkan penonton
yang bisa menyerap semua informasi yang disampaikan dalam dokumenter
televisi “Merapi Kehidupan Kami” disampaikan dalam dokumenter televisi
tentang kehidupan masyarakat Dusun Pangukrejo setelah pasca erupsi gunung
merapi yamg tinggal di area bahaya atau yang disebut KRB (kawasan rawan
bencana) yang erupsi pada tahun 2010. Golongan menengah ke atas, golongan
menengah ke bawah dan para pelajar atau mahasiswa yang menyaksikan “Merapi
kehidupan kami” di harapkan dapat mendapatkan informasi sedalam-dalamnya
tentang kehidupan masyarakat Dusun Pangukrejo setelah pasca erupsi gunung
merapi.
2.5 Karaktaristik Produksi
Karakteristik Produksi diperlukan untuk mengatahuai program dokumnter
yang dibuat penulis memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam karakteristik
produksi sebuah program televisi, dikenal juga istilah produksi single dan multi-
cam.
Menurut Fachruddin (2012: 402-403) menjelaskan bahwa, “single camera
adalah sumber yang dihasilkan dari pengambilan gambar dengan satu kamera
yang direkam pada suatu VCR recorder, sedangkan multi camera adalah sumber
gambar yang dihasilkan oleh beberapa kamera dimana setiap output kamera
direkam secara terpisah pada sebuah VCR REC”.
Program Dokumenter “Merapi Kehidupan Kami” menggunakan teknik
single camera. Hal tersebut di maksudkan untuk mendapatkan hasil perekaman
gambar yang menimbulkan sifat kenormalan sebuah peristiwa.
15
Dalam suatu produksi pada program televisi terdapat pola penyiaran yang
berbeda tergantung pada tiap-tiap jenis dan konsep dari program televisi tersebut.
Dalam program televisi terdapat tiga jenis teknik dalam produksinya Menurut
fachruddin (2012:25), yaitu :
1. Live
Program disiarkan secara langsung, tahapan produksi merupakan tahapan
akhir dalam proses. Kebanyakan program-program berita, olahraga, upacara
kenegaraan disiarkan secara langsung.
2. Video tapping
Diream dalam pita video
3. Live on tape
Produksi berlangsung terus tanpa henti, sampai akhir program. Seperti forman
live, namun sebelum di tayangkan dilakukan cutting hanya dalam hal khusus
(insert editing). Program direkam berbagai (sagmen) dan program di
tayangkan segera pada lain waktu.
Pada Program Dokumenter yang berjudul “Merapi Kehidupan Kami”
mempunyai karakteristik berbentuk video tapping, karena penulis membuat
dengan cara merekam video menggunakan kamera yang penulis sewa. Serta biaya
yang penulis keluarga lebih banyak di bandingkan karakteristik live dan waktu
yang kami butuhkan tidak terikat.
16
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1 Proses Kerja Produser
Dalam membuat sebuah produksi suatu program televisi, tentunya peran
seorang produser sangat dibutuhkan di dalamnya, secara garis besar produser
adalah orang yang sangat berpengaruh dan bertanggung jawab dalam proses
penciptaan karya, dari mulai pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Peran
produser sangat diperlukan dalam dunia broadcasting.
Menurut Supriyadi dkk (2014 : 49) mengungapkan bahwa, “Produser,
orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal hingga akhir
produksi dalam memanage produksi”.
Menurut Fachruddin (2012 : 62) menjelaskan bahwa: “Produser adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap perencanaan satu program siaran dah harus mempunyai kemampuan berpikir dan menuagkan ide dalam suatu tulisan atau proposal untuk suatu program acara secara baik dan sistematis, serta mempunyai kemampuan untk memimpin dan bekerja sama dengan seluruh kerabat kerja dan unsur-unsur produksi terkait”.
Dari penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa, produser
adalah seseorang yang memiliki peran sangat penting dan bertanggung jawab
dalam sebuah program. Dalam hal ini, penulis menjadi seorang produser program
informasi dengan format dokumenter.
17
Menurut Latief dan Utud (2017a : 13-14) mengemukakan bahwa,
“Produser program informasi pendekatan materi tayangan adalah jurnalistik,
memiliki kemampuan menganalisa pristiwa yang baik, untuk di olah menjadi
tayangan.”
Artinya penulis sebagai produser yang memproduksi sebuah program
informasi khususnya dengan format dokumenter harus mampu peka dan
menganalisa suatu permasalahan yang nantinya akan dijadikan bahan atau materi
siaran.
Penulis selalu mengambil peran penting dan mengawasi setiap kerja
anggota tim maupun produksi itu sendiri dari awal hingga akhir. Dan berikut
adalah proses kerja penulis dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi.
3.1.1. Pra Produksi
Pra produksi merupakan salah satu dalam proses pembuatan program, baik
televisi maupun radio, hal ini dikarenakan dalam proses pra produksi semua
kebutuhan harus disiapkan pada saat pra produksi, seperti yang dijelaskan
dibawah ini:
Menurut Supriyadi dkk (2014b: 44) mengatakan bahwa, “ Dalam pra
produksi pembuatan dokumenter termaksud di dalamnya, pemilihan subyek atau
tema, melakkan riset, menentukan kru, memilih peralatan yang akan di gunakan,
menentukan metode yang akan di pakai, serta membuat schedule shooting”.
18
Dari pendapat di atas, penulis memahami jika dalam pra produksi itu
sendiri melalui beberapa tahapan dan berikut adalah tahapan-tahapan yang
dilakukan penulis dalam pra produksi :
1. Rapat tim
Setelah kelompok terbentuk dan selanjutnya menentukan jobdesk masing-
masing. Setelah itu produser melakukan rapat tim guna mendiskusikan ide dan
konsep kreatif yang muncul dari masing-masing crew.
2. Pembuatan shooting schedule
Pembuatan jadwal shooting sangatlah penting karena jadwal ini sangat
berfungsi sebagai pedoman kerja untuk semua pihak yang terlibat dalam
produksi. Produser membuat jadwal shooting dengan perkiraan karena penulis
harus siap dengan kabar dari narasumber untuk bisa dimintai wawancara.
3. List peralatan
Pada tahap ini produser dan tim memperkirakan peralatan apa saja yang
diperlukan, setelah itu penulis mencari dan memperkirakan harga
peralatan.setelah itu masuk ke tahap budgeting.
4. Budgeting
Setelat membuat shooting schedule, produser membuat tentang perkiraan
biaya mulai dari pra produksi hingga pasca produksi. Berdasarkan hasil rapat
tim produksi masing masing di kenai biaya sebesar Rp. 2.400.000
5. Menyusun Tim Produksi
Dalam pembuatan sebuah produksi dibutuhkan kerjasama yang sangat
erat. Dari sekian banyak orang yang terlibat ada tim inti, penulis yang
terlibat langsung dari awal sampai akhir produksi. Untuk mencapai hasil
19
yang diinginkan dan di capai segala masalah harus didiskusikan agar
semua berjalan dengan lancar dan untuk mengerjakan Tugas Akhir karya
program dokumenter “Merapi Kehidupan Kami” ini dengan 5 orang tim
inti antara lain :
1. Bony Bharisti : Produser
2. Yuli Anjarwati : Sutradara
3. Indah Wahdaniatun Nisa : Penulis Naskah
4. Rury Sri Wulandari : Camera person
5. Dedy Suwarno Adiputra : Editor
6. Melakukan Riset
Produksi program dokumenter tidak akan bisa berjalan jika tidak
melakukan riset terlebih dahulu. Agar produksi berjalan dengan sesuai
informasi yang ada.
7. Melalukan Perizinan Wawancara Kepada Narasumber
Produser meminta izin kepada narasumber untuk di wawancarai dan
menentukan jadwal kapan bisa narasumber untuk diwawancarai
Setiap jobdesk memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing.
Semua hal yang dilakukan ataupun yang dikerjakan harus sesuai dengan konsep
yang telah disepakatin bersama.
Menurut Supriyadi dkk, (2014:88) mengatakan bahwa, “Mewujudkan
serta melakukan koordinasi elemen produksi yang berupa membicarakan ide,
tema desain produksi, dengan penulis naskah dan sutradara.”
20
Dengan begitu, sebelum memasuki tahap produksi kami jadi tahu apa saja
kebutuhan saat produksi, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa lama jadwal
shooting akan berlangsung.
Penulis selaku produser setelah membuat script breakdown dan shooting
schedule, barulah bisa dirincikan berapa biaya yang akan dikeluarkan atau
dibutuhkan, mulai pra produksi hingga pasca produksi berlangsung. Biaya
Keseluruhan pada produksi sebesar Rp 12.000.000 (Dua Belas Juta Rupiah).
kemudian atas persetujuan dan kesepakatan tim dengan patungan perorang sebesar
Rp 2.400.000 (Dua Juta Empat Ratus Ribu Rupiah). Mulai dari tahap pra
produksi, penyewaan alat-alat produksi, akomodasi, transportasi, konsumsi,
sampai pada tahap produksi.
3.1.2. Produksi
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, barulah pelaksaan produksi
dimulai. Pada tahap ini, produser tidak berperan banyak. Hanya saja mengawasi
jalannya produksi dan memperhatikan schedule agar sesuai yang telah di
rencanakan namun, disini penulis juga ikut berperan membantu penulis naskah
dalam melakukan wawancara kepada narasumber.
Menurut Irwanto dkk (2004:138) menjelaskan bahwa, ”memberikan
batasan bahwa “produser bekerja dengan tim untuk mengeksekusi perkiraan
rundown dari hasil rapat dipimpin oleh produser”.
21
Produser mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam produksi,
mulai dari persiapan produksi hingga produksi selesai.. produser juga harus teliti
dan dapat bekerjasama tim untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurut Wibowo (2009:35) memberikan batasan bahwa, “produser
pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur keuangan dan
membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan”.
Produser harus mengawasi timnya dari awal produksi hingga sampai
selesai produksi dan produser harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
selain itu produser juga harus membuat laporan produksi harian untuk mengetahui
status keuangan dan pengeluaran dalam pembuatan suatu program.
Pada tahap ini yang penulis lakukan selaku produsr, antara lain :
1. Mengawasi Jalannya Produksi
Produser harus mengawasi dan memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan
selama produksi berlangsung sampai produksi selesai agar tetap berjalan
dengan baik dan lancar
2. Memeriksa Perakatan
Produser harus memeriksa mulai dari peralatan sampai dengan barang-barang
kecil lainnya yang apabila belum terpenuhi pada saat produksi berlangsung.
3. Transportasi dan Akomodasi
Ketepatan waktu sangat diperhatikan dalam sebuah produksi agar setiap
jadwal yang dibuat akan sesuai. Demi menghindari keterlambatan produser
bersama tim memutuskan untuk menggunakan mobil pribadi sebagai
22
transportasi untuk mengambil alat di tempat penyewaan , serta transportasi
untuk menuju ke lokasi.
4. Brifing Produksi dan Evaluasi Kerja Produksi
Tim selalu melakukan evaluasi setiap pengambilan gambar, guna melihat
apakah hasilnya terdapat kurang atau tidak.
5. Mengontrol Budgeting
Selama produksi berlangsung produser selalu mengontrol budgeting
dikarenakan seriap rupiah yang dikeluarkan itu sangat di pertanggung
jawabkan.
3.1.3. pasca produksi
Pada saat memasuki tahapan pasca produksi dapat dikatan ini merupakan
proses penyelesaian, produser pada tahap ini ikut adil untuk menjadi penegah
antara editor dengan sutradara untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Supriyadi dkk (2014e: 63) mengatakan bahwa, “produser dokumenter
selalu memantau pekerjaan editor, oleh karna itu produser memberikan target
kapan rugh cut harus selesai dan ini tentu saja di diskusikan dan di sepakati
bersama dengan editor sebelumnya”.
Dalam produksi ini, penuis melibatkan editor tidak hanya pada saat pasca
saja, saat pra produksi pun penulis melibatkan editor ntuk ikut berdiskusi, agar
editor dapat memiliki bayangan akan seperti apa ia mengolah gambar-gambar
tersebut menjadi sebah cerita yang baik dan juga editor berhak memberikan
23
masukan agar memudahkannya pada tahap editing. Selain itu, produser juga ingin
editor menjelaskan konsep editing yang akan di gunakannya.
Setiap selesai melakukan produksi penulis selalu meminta waktu untuk
melakukan review atau evaluasi dari hasil pruduksi hari tersebut, supaya selruh
anggota tim dapat melihat apasaja kekurangan yang mungkin masih bisa di
perbaiki dan editor harus teliti dalam me-review hasil-hasil gambarnya.
Tak banyak yang dilakukan penulis pada tahap ini, yang jelas penulis
selalu mengawasi kinerja tim, terutama editor pada tahap pasca produksi ini yang
harus selalu standby melihat proses berjalannya editing.
3.1.4. peran dan tanggung jawab produser
Menjadi produser tidaklah mudah, produser juga mempunya tanggup
jawab yang besar. Produser mempunyai tanggung jawab atas semua hasil dari
produksi.
Supriyadi dkk (2014f: 65) menjelaskan bahwa, “secara umum produser
mempunyai tanggung jawab dalam sebuah produksi film atau televisi dari mulai
pra produksi, produksi, hingga pasca produksi”.
Adapun tugas dan tanggung jawab produser menurut FFTV-IKG
(2008a: 43-44) yaitu:
1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
24
2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario atau program
televisi
3. Menyusun rancangan produksi
4. Menyusun rencana pemasaran
5. Mengupayan anggaran dana untuk produksi
6. Mengawasi pelaksanan produksi melalui laporan yang di terima dari semua
departemen
7. Produser bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai
pihak dalam produksi yang di kelola
8. Bertanggung jawab atas seluruh produksi
Berdasarkan penjelasan di atas dan juga hal yang telah di lakukan penulis
sebagai produser di lapangan, pada intinya peran dan tanggung jawab penulis
sebagai seorang produser adalah selalu berhubungan dengan manajemen,
koordinasi serta pengawasan seluruh kegiatan. Penulis juga memegang peranan
paling penting dalam sebuah produksi serta wawenang atas segala urusan yang
berhubungan dengan proses pembuatan karya tersebut.
3.1.5. proses penciptaan karya
a. Konsep kreatif
Pada konsep kreatif ini penulis meminimalisir budget yang ada mulai dari
prapoduksi hingga pasca produksi supaya tidak terjadi pembengkakan
biaya.penulias berusaha selalu membuat perincian dana yang terpakai
sehingga dapat memanfaatkan dana yang terkumpul dengan sebaik-
25
baiknya. Serta berusaha membuat program dokumenter yang lebih
informatif.
b. Konsep Produksi
Pada konsep produksi ini penulis mencoba mengontrol jalannya produksi ,
mengontrol jadwal yang sudah di tetapkan dan mengkoordinasikansetiap
hal yang terjadi dilapangan dengan tim, menyiapkan segala keperluan
dengan budget yang ada.
c. Konsep Teknis
Pada konsep ini penulis sebagai produser bertanggung jawab mengatur
keuangan dari mulai pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Pada
tahap produksi program dokumenter “ Merapi Kehidupan Kami”
menggunakan single camera Sony Nex-VG-30 yang penulis sewa, setelah
tahap produksi , masuk ke pasca produksi. Dimulai dari memindahkan
gambar, memilih gambar yang diperlukan lalu menyunting dan
memasukan ilustrasi musik.
3.1.6. Kendala Produksi dan Solusinya
Setiap produksi sebuah program televisi, khususnya program dokumenter
yang penulis dan tim buat kali ini, tentunya tidak lancar begitu saja. Ada kendala
yang datangnya darimana saja dan di sebabkan oleh apa saja. Penulis sebagai
produser tentunya harus selalu siap siaga dalam menghadapi setiap kendala untuk
segera mencari jalan keluarnya.
Adapun beberapa kendala produksi dan solsinya sebagai berikut:
26
1. Menentukan ide cerita atau tema, karena pada awalnya terdapat beberapa
pilihan ide cerita atau tema. Solusinya : terus menggali informasi lebih
mendalam ide atau tema yang benar-benar diyakini serta mencara kekurangan
serta kelebihan dari ide atau tema tersebut.
2. Mengatur jadwal dengan salah satu narasumber yakni Bapak Subagio selaku
kepala Dusun Pangukrejo, karena beliau sulit di temui yang seharusnya
wawancara di hari ke 2 (dua) produksi namun beliau ada kerjaan dadakan
yang tidak bisa di tinggalkan. Solusnya : penulis harus segera merubah jadwal
wawancara dengan yang lainnya akhirnya pak dukuh menyuruh penlis dan tim
mewawancara salah satu warga dusun pangekrejo terlebih dahulu.
3. Saat melakukan wawancara dengan beberapa narasumber, clip on yang
digunakan sedikit mengalami gangguan dan tidak terdeteksi dikamera
solusinya : melakukan wawancara ulang dengan narasumber menggunakan di
rekam melalui handphone.
4. Sebelum tahap wawancara narasumber yang bernama Yasmin sebagai pendiri
sekolah gunung merapi yang akan kita wawanacarai tidak bisa diwawancarai.
Solusinya : Mencari pengganti narasumber yang berhubungan dengan yasmin
dan yang tahu semua jawaban yang akan kita pertanyakan.
5. Perbedaan pendapat atau sedikit perselisihan antara anggota tim pada saat
produksi. Solusinya : penulis harus bersikap tegas dan bijaksana dalam
mengendalikan suasana pada setiap kegiatan.
27
Konsep Kerja Produser
Produser dalam proses penciptaan karya memiliki peran yang sangat
penting. Dari mulai tahap pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Produser
juga sebagai seseorang yang mengendalikan pembiayaan untuk kebutuhan
produksi. Produser juga mengawasi jalannya tahap produksi agar sesuai dengan
jadwal yang sudah direncanakan. Diawali pada tahap pra produksi produser
bersama-sama dengan tim mendiskusikan ide-ide yang akan diajukan kepada
pembimbing. Setelah tercapainya kesepakatan produser mulaimembuat shooting
schedule untuk mengangendakan kegiatan tim dimuai dari pra produksi, produksi,
hingga pasca produksi. Selain itu, produser juga membuat budgeting untuk
perencanaan biaya yang akan di keluarga selama produksi. Budgeting sangatlah
penting untuk seorang produser karena dengan adanya budgeting akan mengetahui
berapa jumlah dana yang dikeluarkan selama produksi dari mulai sewa alat,
akomodasi perjalanan tim dan juga konsumsi.
Pada saat produksi berlangsung, produser sebagai kepala tim bertugas
untuk mengawasi selama produksi berlangsung. Produser juga berperan serta
dalam mengambil keputusan jika ada hal-hal yang tidak terduga yang harus
diselesaikan secepatnya. Konsep-konsep yang dimulai dari awal pra produksi
hingga pasca produksi harus disetujui oleh produser sehingga terciptanya suatu
kesepakatan yang membuat tim ini semakin menjadi kompak.
28
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
WORKING SCHEDULE
Production Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W.N
No Tahap Aktifitas
Target per Minggu
Januari Februari April Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P
R
A
Pembagian Jobdesk x
2 Penemuan Ide Cerita x
29
3 P
R
O
D
U
K
S
I
Riset I x
4 Pengajuan konsep x
5 Bimbingan perdana x
6 Riset II x
No Tahap Aktifitas
Target per Minggu
Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
P Shooting Day 1 X
30
R
O
D
U
K
S
I
Shooting Day 2 X
Shooting Day e3 x
Shooting Day 4 x
Shooting Day 5 x
8 P
A
S
C
A
Briefing Crew Pasca Produksi X
9 Review Gambar x
10 Pembuatan Lembar Kerja per Divisi x
31
11 P
R
O
D
U
K
S
I
Final Edit x
12 Simulasi Sidang x
13 Sidang Tugas Akhir x
32
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
BREAKDOWN BUDGETING
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.2
No Item Unit Rate Amount Notes
PRA PRODUCTION
1 Tiket Kereta api pp 4 Rp.140.000
x 4 tiket
Rp.560.000 Tiket ke jogja pulang pergi
2 Sewa motor 1 Rp.60.000
x 3 hari
Rp. 180.000 Sewa motor di jogja selama 3 hari
3 Penginapan 1 Rp.60.000
x 3 hari
Rp. 180.000 Penginapan di jogja selama 3 hari
4 Bensin motor Rp. 20,000
x 3 hari
Rp. 60.000 Bensin motor selama 3 hari
33
5 Konsumsi 2 Rp.105.000
x 3 hari
Rp 315.000 Konsumsi selama 3 hari proses riset.
TOTAL Rp 1.295.000
PRODUCTION
Produksi (Tehnik)
6 Sony nex VG
Include : Batre 2pcs, Charger, Memory Extreme 2pcs, Tripod Takara
1 Rp.350.000
x8 hari
(50%)
Rp 1.400.000 Sewa Kamera
BSM Entertai
ment
7 Clip On Sennheizer 2 Rp. 200.000
x 8 hari
(50%)
Rp 800.000
8 Lighting Portable mini LED
2 Rp. 50.000
x 8 hari
(50%)
Rp 200.000
9 Lensa Canon 16-35 mm F 2.8L II USM
1 Rp. 150.000
x 8 hari
(50%)
Rp 600.000
10 Converter EF lens to 1 Rp. 50.000 Rp 200.000
34
sony x 8 hari
(50%)
11 Drone phantom 3 1 Rp. 250.000 x 1 hari
RP 250.000 Sewa 1 hari di jogja
12 Canon 60D (Body Only) 1 Rp. 125.000 x5 hari
(40%)
Rp 375.000 Sewa Alat
JOGJA KAME
RA 13 Monopot exell 1 Rp. 35.000
x 5 hari
(40%)
Rp 105.000
TOTAL RP. 3.930.000
Production (unit)
14 Tol pp jakarta-jogja Rp. 500.000 Rp. 500.000
15 Bensin pp 34akarta-jogja - Rp. 110.000
x 5 kali
Rp. 550.000 Bensi pp jakarta jogja
16 Bensin produksi - Rp. 100.000 x 3 kali
Rp. 300.000 Bensin selama produksi di jogja 7 hari
17 Sewa motor + bensin 1 Rp.80.000
x 1 kali
Rp 80.000 Sewa motor di jogja + bensinn
35
ya
18 Penginapan 1 3
Kamar
Rp.333.000
x 3 kamar
Rp.1.000.000 Penginapan selama 7 hari
19 Penginapan 2 2
Kamar
Rp.100.000
x 2 kamar
Rp. 200.000 Penginapan di gunung merapi selama 1 hari 2 kamar
20 Konsumsi - Rp.1.000.000 Rp.1.000.000 Makan selama 1 minggu di jogja
21 Sewa mobil jeep 1 Rp. 350.000 Rp. 350.000
22 Biaya Tak Terduga - Rp.1.000.000 Rp.1.000.000
TOTAL Rp. 4.980.000
PASCA PRODUCTION
23 Print dispro - Rp.100.000 Rp 100.000 Print dispro selama bimbingan
24 Foto copy buku + jilid Rp. 162.000
Rp. 33.000
Rp 195.000 Buku untuk kutipan
36
25 Beli buku Rp. 160.000
Rp. 50.000
Rp. 25.000
Rp 235.000 Beli buku untuk kutipan
26 A4 80 gram 1 rim
Rp.50.000 Rp.50.000 1 rim kertas A4 berisi 500 lembar
27 Cetak poster 2 Rp.50.000
x 2 poster
Rp 100.000
28 DVD RW plus 1 Rp. 10.000
x 2 DVD
Rp. 20.000
29 Cetak label 1 Rp. 15.000 Rp. 15.000 1 pk
30 Tempat DVD 2 Rp. 2.500 Rp. 5.000
31 Jilid biasa 2 Rp. 50.000 x 2 Rangkep
Rp 100.000
32 Jilid Master 1 Rp. 50.000 Rp 50.000
33 Cetak foto 4 Rp. 20.000 x 4
Rp. 80.000
35 Tinta printer 2 Rp. 55.000 x 2
Rp. 110.000
TOTAL Rp 1.060.000
37
SUB TOTAL Rp 11.265.000 NB
NB : Biaya Iuran Anggota Rp 2.400.000 x 5 Orang = Rp 12.000.000
Jadi uang produksi Rp. 12.000.000 – Rp. 11.265.000 = Rp. 735.000
Jadi uang sisa produksi ada Rp. 735.000
38
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
SHOOTING SCHEDULE
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.3
NO TIME INT/EXT LOCATION KEGIATAN
Senin, 7 Mei 2018
1 08.00 – 09.00 Base Cam Crew Call, Prepare & Check List Alat
2 09.00 – 10.00 Menuju Lokasi Dinas Pariwisata Jogja
3 10.30 – 11.00 INT Dinas Pariwisata
Jogja
Set lokasi
4 11.00 – 11.30 Reading Naskah Pertanyaan
11.30 – 13.30 Wawancara Dinas Pariwisata Jogja
5 13.30 – 14.00 Pengambilan stok shoot di dinas pariwisata jogja
6 14.00 – 14.30 Riview Gambar
7 14.30 – 15.30 Menuju Tugu jogja
8 15.30 – 17.30 Pengambilan Stok Shoot di Tugu Jogja
9 17.30 – 18.30 Menuju ke Home Stay
10 18.30 – 19.00 Rivew Gambar
39
Selasa, 8 Mei 2018
1 07.00– 08.00 Base Cam Crew Call, Prepare & Check List Alat
2 08.00 – 10.00 Menuju Lokasi Gunung merapi
3 10.00 – 12.00 EXT
Lereng gunung merapi
Pengambilan stok Shoot di lereng Merapi dan dusun pangukrejo
4 12.00 – 15.00 INT Istirahat
5 15.00 – 16.00
EXT
Mengikuti kegiatan pak hadi berternak sapi
6 16.00 – 17.00 Mengambil stok shoot koprasi susu sapi
7 18.30 – 20.00 INT Wawancara Narasumber pak hadi
8 20.00 – 20.30 INT Review Gambar
Rabu, 9 Mei 2018
1 04.00 – 05.00 Base Cam Crew Call, Prepare & Check List Alat
3 05.00 – 07.00 EXT Gunung Merapi
Pengambilan stok shoot lereng gunung merapi
07.00 – 07.30 EXT Menuju lokasi ke kaki gunung merapi
4 07.30 – 10.00 EXT Pengambilan stok shoot
5 10.00 – 12.00
Perjalanan ke home stay
6 12.00 – 14.00 INT Istirahat
7 14.00 – 15.00 Menuju BPPTKG
40
8 15.00 – 15.30 INT
BPPTKG
Set Lokasi
9 15.30 – 16.30 INT Wawancara BPPTKG
10 16.30 – 17.00 INT Pengambilan stok shoot BPPTKG
11 17.00 – 18.00 INT Menuju home stay
12 18.00 – 18.30 INT Review gambar
Kamis, 10 mei 2018
1 06.00 – 07.00 Base Cam Crew Call, Prepare & Check List Alat
2 07.00 – 09.00 Menuju Gunung merapi
3 09.00 – 12.00 EXT Pengambilan stok shoot sekitar gunung merapi
4 12.00 – 12.30 INT reading naskah
5 12.30 – 14.00 INT wawancara pak subagio
5 14.00 – 15.00 EXT Pengambilan stok shoot huntap (hunian tetap)
6 15.00 – 15.30 Menuju rumah Narasumber
7 15.30 – 16.00 INT Set lokasi
8 16.00 – 16.30 INT Reading Naskah
9 16.30 – 17.30 INT Wawancara Mas Piyan
10 17.30 – 19.30 Menuju Home Stay
11 19.30 – 20.00 Brifing evaliasi hasil shooting
41
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
EQUIPMENT LIST
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.4
No Nama Seri Jumlah Keterangan
1 Kamera Sony Nex VG – 30 1 Sewa
2 Kamera Canon 60D 1 Sewa
3 Drone Phantom 3 1 Sewa
4 Tripod Takara VD 2500 2 Sewa
5 Battery Alkaline 4 Beli
6 Headset M-tech MT-62 1 Milik Sendiri
7 Laptop Asus 2 Milik Sendiri
8 Clip on Sennheiser 2 Sewa
9 Lighting Portable Mini LED 2 Sewa
10 Lensa canon 16-35 mm F 2.8L II SM
1 Sewa
11 Converter EF lesn to sony 1 Sewa
12 Kemera Canon 600D 1 Milik Sendiri
13 Memory Sandisk 16Gb
Sandisk 32Gb
Vgen 8 Gb
2
1
2
Sewa
Milik Sendiri
Milik Sendiri
42
14 Monopot Exell 1 Sewa
43
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
CALL SHEET
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.5
CREW
No NAMA JABATAN ALAMAT NO. Telp/HP
1
Bony Bharisti
Produser
Jl.pertengahan RT
005/003 No 24 kel.
Cijantung kec. Ps.rebo,
jakarta timur
0822-2625-
6446
2
Yuli Anjarwati
Sutradara
Gang masjid nurul ikhlas
jl. Raya abdul wahab No
50 Rt 003/008 kel.
Kedaung kec.sawanagan ,
Depok.
0812-8944-
8221
3
Indah
Wahdaniatun
Nisa
Penulis Naskah
Jl.Cibanteng RT 002/001
No 70 kel. Cibanteng
kec.ciampea, Bogor.
0857-1921-
3880
44
4
Rury Sri
Wulandari
Penata Kamera
Perum Puri Pesona,
jl.Raya Pabuaran,
Kp.Pondok Ranggon RT
005/004 No 51 Kel.
Jatiranggon Kec.
Jatisampurna, Bekasi.
0857-
76249723
5
Dedi Suwarno
Adiputra
Penyunting
Gambar
Perum Taman manggis
indah blok E No 5, RT
002/003 Kel. Sukamanju
kec. Cilodong, depok.
0813-8839-
0649
NARASUMBER
No NAMA JABATAN ALAMAT NO. Telp/HP
1
Kus Endarto,
SE,M.Ec.Dev
Kepala Seksi
Analisis Pasar,
dokumentasi
dan informasi
Pariwisata
-
0812-8726-
6627
2 Agus Budi
Santoso
Kepala Seksi
Gunung Merapi
BPPTKG
Jogjakarta
- -
3 Pak Subagio
Kepala desa/
dukuh
pangukrejo
- 0812-2611-
7772
45
4 Mas Piyan Relawan SGM - 0812-3337-
7900
5 Pak Hadi Warga dusun
pangukrejo - -
46
1.2. Proses Kerja Sutradara
Seorang sutradara dalam proses produksi mempunya peran penting dan
tanggung jawab yang sangat besar. Tidak hanya itu, seorang sutradara juga harus
dituntut untuk menerjemahkan sebuah naskah dalam bentuk visual. Selain itu
mengarahkan tim kerja, juga merupakan wewenang sutradara yang tujuannya
adalah agar produksi berjalan dengan baik dan benar.
Menurut Naratama (2013:5) menjelaskan bahwa, “sutradara director
adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai profesi menyutradarai Program
Acara televisi baik untuk Drama maupun Nondrama, dalam produksi Single atau
Multi-Camera.”
Sutradara memiliki hak penuh dalam proses produksi televisi baik drama
maupun nondaram. Sutradara juga menentukan konsep dalam pengambilan
gambar yang bekerjasama dengan seorang camera person.
Menurut Ayawaila (2008:106) mengutarakan bahawa “secara khusus,
sutradara dokumenter adalah individu yang harus kreatif”.
Peran seorang sutradara dalam produksi yang berjudul “Merapi
Kehidupan Kami” adalah yang mewujudkan ide-ide kreatif dari sebuah naskah
dan hasil riset yang ada menjadi audio visual yang menarik, sehingga dapat
dinikmati oleh khalayak. Selain itu pencapaian bahasa visual bukan dalam proses
produksi saja, namun dalam pra produksi hingga proses editing. Semua ini
membuktikan, bahwa profesi seorang sutradara adalah menciptakan karya-karya
yang menarik dari sebuah naskah (script) menjadi visual yang nyata, semuanya
dikemas dari proses produksi yang sulit hingga pengambilan gambar untuk
kebutuhan editing.
47
Sutradara akan terlibat dari awal penentuan ide dan konsep yang ingin
dibuat secara real (tidak ada rekayasa), konsep kreatif dalam pengambilan
gambar, sampai proses editing selesai. Oleh karena itu, penulis sebagai seorang
sutradara harus dapat merangkul dan berkomunikasi dengan timnya secara baik
agar tidak terjadi miss komunikasi dalam menjalani setiap tahap pembuatan
program dokumenter sehingga tidak ada hambatan pada saat proses produksi.
3.2.1 Pra Produksi
Pra produksi merupakan proses awal yang dilakukan penulis pada saat
pembuatan program dokumenter “Merapi Kehidupan Kami” sebelum masuk ke
proses produksi, banyak hal yang harus ditangani oleh seorang sutradara ketika
pempersiapkan sebuah karya produksi dokumenter.
Dalam pembuatan karya dokumnter ada 5 tahap yang diterapkan menurut
Tanzil (2010 : 5), adalah :
1. Membangun gagasan
2. Riset
3. Menyusun alur cerita
4. Shooting
5. Penguntingan gambar dan suara meja editing
Oleh karena itu, dalam pembuatan program dokumenter penulis memiliki
beberapa hal yang menjadi awalan dalam tahap pra produksi. Tahap ini penulis
menentukan perencanaan, mentukan tema dan juga menentukan konsep cerita
dimulai dari riset yang berkerja sama dengan penulis naskah dan produser. Maka
sebab itu tahap pra produksi membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada
48
dasarnya sebuah karya dokumenter memang membutuhkan proses riset yang
cukup lama dan panjang, guna mendapatkan sebuahinformasi dan data-data yang
akurat untuk di visualkan dalam sebuah gambar-gambar yang sesui fakta di
lapangan. Selain itu, proses pra produksi juga tak hanya proses mempersiapkan
data serta informasi, namun penulis juga mempersiapkan segala aspek, termasuk
aspek mennetukan peralatan yang akan gunakan serta menentukan lokasi syuting
yang akan diangkat kedalam visual.
Panulis melakukan riset sebanyak dua kali. Riset yang pertama untuk
menggali informasi kebeberapa tempat untuk menetukan konsep cerita yang
menarik, riset yang kedua penulis mendatangai beberapa narasumber untuk
memastikan ketersedianya narasumber untuk di jadikan narasumber utama dalam
program dokumenter penulis. Proses ini juga dapat membantu penulis dalam
menentukan lokasi dimana saja akan diambil serta teknik apa yang akan
digunakan pada saat proses produksi.
Setelah riset dilakukan penulis membantu penulis naskah dalam
mengembangkan ide cerita serta alur cerita agar mendapatkan cerita yang
menarik. Penulis berdiskusi serta mengembangkan ide bersama, karena dengan
cara ini sutradara dapat memahami konsep cerita yang akan diangkat kedalam
visual. Penulis di tahap ini harus membuat treatment kerja dan treatment
pengambilan gambar untuk acuan pada saat proses produksi.
Program dokumenter yang berjudul “Merapi Kehidupan Kami” ini, ide
awalnya adalah ingin mengangkat kehidupan Dusun Pangukrejo pasca erupsi
2010 yang hidup di Kawasan Rawan Bencana Ring III (KRB III). Tahap pra
49
produksi sangat membantu penulis dalam menyusun konsep cerita yang menarik
dan dan mengembangkannya dalam bentuk visual.
3.2.2 Produksi
Tahap produksi tahap dimana proses pengambilan gambar dan wawancara
dilakukan. Panulis ditahap produksi banyak berperan dan terjun langsung dalam
pengambilan gambar serta mengarahkan crew. Pada saat produksi panulis
memiliki hak penuh dalam menjalankan proses produksi yang kreatif saat di
lapangan serta menerima masukan dan kritik dengan cara terbuka saat di
lapangan. Di lapangan penulis juga harus mampun mengambil keputusan secara
cepat dan tepat.
Sebelum melakukan proses pengambilan gambar panulis harus mengecek
keperluan alat yang akan digunakan pada saat produksi dan mengarahkan anggota
tim untuk berkerja sama. Penulis yang berperan sebagai sutradara memiliki
komunikasi dengan baik saat di lapangan dengan crew dan narasumber, saling
pengertian dan mendukung untuk kelancaran proses produksi. Karena selain itu,
saat produksi penulis akan di mengadapi narasumber dan lingkungan yang bebeda
dari yang biasa dihadapi.
Pada tahap ini penulis berkerja sama dengan seorang camera person dalam
pengambilan gamba serta penulis menentukan spot yang akan diambil untuk
diberitahukan oleh camera person serta menentukan angle gambar. Setelah itu
panulis berhadap langsung dengan narasumber untuk diwawancarai, saat
wawancara berlangsung demi kelancaran wawancara saat produksi, penulis
mengarahkan narasumber agar bebas di depan kamera dan bersikap sewajarnya.
50
Saat memposisikan narasumber penulis menentukan lokasi yang tepat untuk
proses wawancara. Sebelum wawancara dimulai panulis melakukan pendekatan
terhadap narasumber untuk menggali informasi dan meminta ketersiadiannya
untuk diwawancarai didepan kemara. Pada saat proses perekaman wawancara
panulis juga megatur dan mengawasi camera person dalam pengambilan gambar.
Setelah wawancara dan pengambilan stok shot selesai panulis melakukan
evaluasi gambar dan hasil wawancara, tidak hanya itu penulis juga melakukan
eveluasi kerja tim setiap harinya guna untuk menciptakan kinerja satu sama lain
yang lebih baik.
Pada tahap ini penulis bekerja sesuai treatment kerja dan treatment
pengambilan gambar yang telah di susun sebelumnya pada saat pra produksi, jadi
pada saat dilapangan panulis dapat memposisikan dengan mudah dan cepat untuk
mempersingkat waktu produksi.
3.2.3 Pasca Produksi
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian (finishing) setelah melewati tahap
pra produksi dan produksi. Pasca produksi dilakukan oleh seorang sutradara untuk
menginterpretasikan sebuah karya yang akan dibuat yang bekerja sama dengan
seorang editor untuk menghasilkan sebuah cerita yang utuh dan berkualitas.
Menurut Morisson (2008a:310) mengatakan bahwa, “Tahap pasca
produksi adalah semua kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu
dinyatakan selesai dan siap di siarkan atau di putar kembali, kegiatan yang
termasuk dalam pasca produksi antara lain penyunting (editing), dokumenter
ilustrasi, music dan efek dan lain-lain”.
51
Dengan demikian ditahap ini sutradara melakukan pengawasan kepada
editor serta menentukan gambar yang digunakan, instrument yang digunakan
hingga proses editing gambar selesai dan siap untuk dipublikasikan kepada
khalayak.
Penulis ditahap ini melakukan pengawasan penuh kepada editor yang
bekerja sama dengan penulis naskah , untuk menjadi sebuah program
dokumeneter perlu pemahaman khusus untuk menjadikan gambar-gambar dan
data-data yang telah direkam serta yang perlu diperhatikan adalah nilai informasi
yang terkandung di dalam karya dokumeneter tersebut.
Tak hanya mengawasi, penulis juga sempat sesekali terjun langsung
membantu editor untuk menyusun gambar dan music. Setelah editing dilakukan
panulis melalukan evaluasi hasil setelah editor menyetor hasil editing finishing.
Menurut Naratama (2013d: 6) mengatakan bahwa, “Seorang sutradara
bertanggung jawab terhadap hasil akhir program acara baik secara audio maupun
visual”.
Dalam proses pasca produksi seorang sutradara bertanggunga jawab penuh
dengan output, baik dan buruk output hasil karya sutradara yang menentukan.
Tahap ini menyusunan gambar yang telah dilakukan saat produksi untuk
penentuan hasil akhir dalam sebuah karya. Tahap pasca produksi merupakan tahap
kerja akhir untuk menyelesaikan hasil karya kreatif untuk mewujudkan program
dokumenter, dengan melakukan proses editing, pengisian instrument, serta
mengelaraskan gambar agar sesuai dengan alur cerita yang di tentukan.
3.2.4 Peran dan Tanggung Jawab
52
Sutradara seorang yang memimpin jalannya proses produksi saat
dilapangan, sutradara juga bisa disebut dengan director.
Menurut Naratama (2013: 11) mengatakan bahwa “Director/Sutradara
adalah seorang bertanggung jawab terhadap kualitas gambar (film) yang tampak
dilayar dimana di dalamnya ia bertugas mengontrol teknik sinematik, penampilan
pemeran, kreadibilitas, dan kontinuitas ceritanya yang disertai elemen-elemen
dramatic pada produksinya”
Oleh karena itu, seorang sutradara memiliki tanggung jawab penuh dalam
hasil karya yang dibuat. Penulis berperan sebagai sutradara memiliki tugas dan
tanggunga jawab dalam menjalankan kewajiban mulia dari pra produksi, produksi
serta pasca produksi. Hal ini juga dipertegas dengan tugas pokok seorang
sutradara adalah sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab menjaga nama baik narasumber yang akan di wawancarai
2. Sutradara sebagai pengarah crew saat di lapangan
3. Bertanggung jawab saat proses produksi berl angsung
4. Mengevaluasi saat produksi hingga pasca produksi
5. Bertanggung jawab pada proses dan hasil akhir
6. Harus menciptakan suasana yang lebih baik kepada semua crew
Dalam program dokumeneter yang berjudul “Merapi Kehidupan
Kami” seorang sutradara memiliki peran sangat penting dalam segala aspek
dalam tahap pra produksi, tahap produksi dan tahap pasca produksi.
3.2.5 Proses Penciptaan Karya
53
Menjadi seorang sutradara adalah sebuah tanggung jawab yang besar
dalam pembuatan sebuah film serta harus memiliki jiwa pemimpin. Tanpa itu
semua seorang sutradara tidak akan dapat menciptakan komunikasi dengan team
secara baik. Seorang sutradara harus mampu mengarahkan semua crew dengan
baik untuk menciptakan proses produksi dengan ocume. Dari kepercayaan
tersebut seorang sutradara dapat mebuat hasil program dokuemter dengan
kemasan yang menarik untuk khalayak.
Menurut Ayawaila, (2008b: 97) meyebutkan bahwa “Sutradara
dokumenter sudah harus memiliki ide dan konsep yang jelas mengenai apa
yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikannya secara logis dan
mampu membuat emosi dramatic”.
a. Konsep Kreatif
Dalam program dokumenter “Merapi Kehidupan Kami” ide awalnya
adalah penulis ingin mengangkat konsep cerita yang dimana dusun
Pangukrejo ialah Dusun yang hidup di Kawasan Rawan Bencana Ring III
(KRB III), di dusun Pangukrejo masyarakat dapat bangkit kembali dengan
mengembangkan berbagai segi perekonomiannya untuk meningkatkan
perekonomian mereka. Proses pengambilan gambar program dokumnter ini
penulis menggunakan slider, still dan moving. Tidak hanya itu, penulis juga
ingin mengambil detil-detil gambar (insert) untuk memperkuat cerita yang di
sesuikan dari narasi narasumber.
d. Konsep Produksi
54
Tentunya dalam pembuatan program Dokumenter ini penulis yang
berperan sebagai sutradara, harus lebih dahulu melakukan riset agar guna
mendapatkan informasi dan data-data yang akurat, dengan melakukan riset
dari hal ini sutradara akan mendapatkan ide-ide yang menarik sebagai konsep
awal dalam pembuatan dokumenter televisi. Sebalum melakukan produksi,
penulis sebagai sutradara juga harus menentukan tema serta lokai syuting yang
akan dibuat.
Penulis sebagai sutradara juga memiliki wewenang di lapangan dalam
mengatur jalannya pengambilan gambar dan memimpin semua crew saat
dilapangan.
e. Konsep Teknis
Panulis menyadari bahwa dalam membuat dokumenter tidaklah semudah
yang dibayangkan, dalam hal ini penulis juga menenukan konsep yang
diperlukan dalam teknis.
Dalam produksi pembuatan dokumenter yang berjudul “Merapi
Kehidupan Kami” penulis dan crew menggunakan kamera Sony nex-VG 30
yang memiliki kualitas gambar sudah full HD beserta tripod guna menghindari
shacking gambar, menggunakan clip on wireless seneisher untuk kebutuhan
audio saat wawancara sudah cukup jelas, serta saat kebutuhan editing penulis
menggunkana laptop yang sesui spesifikasi yang memadai serta accessories
berupa airphone dan mouse wireless untuk memudahkan saat editing.
3.2.6 Kendala Produksi dan Solusinya
55
Setiap tim produksi dalam membuat sebuah karya dokumenter tidaklah
mulus dan lancar pasti akan mengalami kendala dilapangan yang dapat
mempengaruhi proses pembuatan karya dokumenter, namun setiap kendala harus
menentukan solusinya, yaitu sebagai berikut :
1. Dengan lokasi beberapa shoot yang cukup sulit ditempuh dengan kendaraan
biasa, penulis mensolusikan menuju lokasi menggunakan motor dan mobil
Jeep.
2. Saat produksi terjadi erupsi gunung merapi secara tiba-tiba yang
mengakibatkan terhambatnya produksi, namun panulis mensolusikan terus
mengambil gambar dengan memanfaatkan moment untuk menambahkan
kebutuhan gambar.
3. Saat evaluasi gambar kurangnya stok shoot yang di ambil, penulis
mensolusikan dengan mengmbil stok shot kembali untuk memenuhi
kebutuhan gambar.
Dari kendala yang di alami penulis, penulis dapat terlewati dengan baik
dengan bantuan anggota tim yang lain. Dalam menghadapai kendala satua sama
lain akan membantu dalam menyelesaikannya.
56
Konsep Kerja Sutradara
Dalam pembuatan karya program Dokumenter berjudul “Merapi Kehidupan
Kami” seorang sutradara awalnya menentukan konsep yang akan dikembangkan oleh
penulis naskah. Sutradara pada proses produksi memiliki wewenang penuh dalam
menentukan lokasi, angle gambar serta posisi narasumber yang baik dan benar.
Setelah itu sutradara membuat treatment director untuk memudahkan seorang
cameraman dan editor dalam menyusun gambar sebagai panduan. Penulis harus
dapat menvisualisasikan naskah cerita yang sudah dikembangkan oleh seorang
penulis naskah.
Di lapangan penulis juga banyak berdiskusi tentang pengambilan gambar
bersama juru kamera, diskusi dilakukan untuk memberikan masukan agar sudut
pandang gambar lebih bervariative dan tidak monoton. Penulis di lapangan juga harus
berkomunikasi baik dengan tim, agar setiap anggota tim dapat memberikan masukan
yang baik dan juga tidak akan menjadi hambatan dalam proses produksi.
57
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
CASTING LIST
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.6
No Nama
Narasumber Jabatan No.Tlp Ket
1 Subagio Kepala Dukuh
Pangukrejo
0812-2611-
7772
2 Mas Vian Relawan Sekolah
Gunung Merapi
0812-3337-
7900
3 Pak Hadi Warga Dusun
Pangukrejo -
4 Agus Santoso
Kepala Seksi Gunung
Merapi BPPTKG
YOGYAKARTA
-
5 Kusendarto, SE,
Mec. Dev
Kepala Seksi Analisi
pasar, Dokumentasi dan
Informasi Dinas
pariwisata Kota Sleman
Yogyakarta
0812-8726-
6627
58
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
TREATMENT DIRECTOR
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.7
No
Segt
Visual
Video Audio Shot
Size Angle Moving
- - - - - Bars And Tone -
- - - - - BSI Logo -
- - - - - ID Program -
- - - - - Universal Counting
Leader -
- - - - - Bumper -
1 1 VLS Eye
Level
Pan
Right
Stasiun Yogyakarta Sound Effect
2 1 VLS Eye
Level
Pan Left Kereta Api Sound Effect
59
3 1 VLS Low
Angle
Till
Down
Tugu Yogyakarta Sound Effect
dan Voice
Over
4 1 VLS Eye
Level
Still Tugu Yogyakarta Sound Effect
dan Voice
Over
5 1 VLS Eye
Level
Still Aktivitas jalan
Malioboro
Sound Effect
dan Voice
Over
6 1 MLS Low
Angle
Still Jalan Malioboro Sound Effect
dan Voice
Over
7 1 LS Eye
Level
Still Lampu Merah Jalan
Malioboro
Sound Effect
dan Voice
Over
8 1 MS Low
Angle
Still Keraton Yogyakarta Sound Effect
dan Voice
Over
9 1 LS Eye
Level
Still Pesindhen keraton
Yogyakarta
Sound Effect
dan Voice
Over
60
10 1 MLS Low
Angle
Still Pewayang Keraton
Yogyakarta
Sound Effect
dan Voice
Over
11 1 MLS Eye
Level
Still Aktivitas jalan
Malioboro
Sound Effect
dan Voice
Over
12 1 MS Low
Angle
Still Aktivitas sekitar Alun-
alun Keraton
Yogyakarta
Sound Effect
dan Voice
Over
13 1 LS Eye
Level
Still Suasana sekitar jalan
Malioboro
Sound Effect
dan Voice
Over
14 1 MS Eye
Level
Still Transportasi Umum
Yogyakarta
Sound Effect
dan Voice
Over
15 1 MLS Low
Angle
Still Aktivitas sekitar jalan
Malioboro
Sound Effect
dan Voice
Over
16 1 MLS Low
Angle
Zoom
Out
Lampu sekitar jalan
Malioboro
Atmosfer
17 1 MS Low Crane Jalan menuju Kaliurang Sound Effect
61
Angle Shoot
18 1 VLS Eye
Level
Still Pintu Masuk Kaliurang Sound Effect
19 1 VLS Frog
Level
Zoom in Jalan raya Kaliurang Sound Effect
20 1 ELS High
Angle
Still Kondisi aktivitas sekitar
jembatan Cangkringan
Sound Effect
dan Voice
Over
21 1 ELS Eye
Level
Pan Left Aktivitas sekitar
Jembatan Cangkringan
Sound Effect
dan Voice
Over
22 1 LS Frog
Level
Still Para pengendara wisata
Lava Tour
Sound Effect
dan Voice
Over
23 1 LS Low
Angle
Still Para pengendara wisata
Lava Tour
Sound Effect
24 1 LS Eye
Level
Still Para pengendara wisata
Lava Tour
Sound Effect
25 1 ELS Eye
Level
Still Suasana Gunung
Merapi
Sound Effect
62
26 1 VLS Low
Angle
Still Suasana Gunung
Merapi
Sound Effect
dan Voice
Over
27 1 MCU Eye
Level
Still Puncak Gunung Merapi Sound Effect
dan Voice
Over
28 1 ELS Eye
Level
Zoom
Out
Gunung Merapi Sound Effect
dan Voice
Over
29 1 ELS Bird
Eye
View
Pan
Right
Pemandangan Gunung
Merapi dan sekitarnya
Sound Effect
dan Voice
Over
30 1 ELS Bird
Eye
View
Till
Down
Pemandangan Gunung
Merapi dan Sekitarnya
Sound Effect
31 1 - - - Catatan Erupsi Gunung
Merapi 2 November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Sound Effect
dan Voice
Over
32 1 MLS Low
Angle
Till
Down
Catatan sejarah getaran
Gunung Merapi
Sound Effect
dan Voice
63
Over
33 1 - - - Catatan Erupsi Gunung
Merapi 13 November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Sound Effect
dan Voice
Over
34 1 BCU High
Angle
Zoom
Out
Replika Gunung Merapi Sound Effect
34 1 MS Eye
Level
Still Peta Sekitar Wilayah
Gunung Merapi
Sound Effect
35 1 MCU High
Angle
Still Replika jalur lava
Gunung merapi
Sound Effect
36 1 - - - Panjang wudus gembel
ketika Gunung Merapi
meletus (Sumber
BPPTKG)
Sound Effect
37 1 - - - Situasi desa sekitar,
ketika terjadi letusan
Gunung Merapi
(Sumber BPPTKG)
Sound Effect
dan Voice
Over
38 1 MLS Eye
Level
Zoom
Out
Sisa bangunan setelah
erupsi Gunung Merapi
Sound Effect
dan Voice
64
Over
39 1 MS Eye
Level
Still Sisa bangunan setelah
erupsi Gunung Merapi
Sound Effect
40 1 ELS Low
Angle
Till Up Sekitar Gunung Merapi Sound Effect
41 1 ELS Bird
Eye
View
Pan
Right
Sekitar Gunung Merapi Sound Effect
42 1 ECU Eye
Level
Still Puncak jalur lava
Gunung Merapi
Sound Effect
43 1 ELS Eye
Level
Track
Out
Sekitar Gunung Merapi Sound Effect
44 1 MS Eye
Level
Pan
Right
Balai Penyelidikan dan
Pengembangan
Teknologi Kebencanaan
Gunung (BPPTKG)
Sound Effect
45 1 LS Eye
Level
Still Balai Penyelidikan dan
Pengembangan
Teknologi Kebencanaan
Gunung (BPPTKG)
Sound Effect
65
46 1 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Agus Budi Santoso
Kepala Seksi Gunung
Merapi BPPTKG
Narasumber
47 1 LS Eye
Level
Still Gunung Merapi Narasumber
48 1 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Agus Budi Santoso
Kepala Seksi Gunung
Merapi BPPTKG
Narasumber
49 1 ELS Bird
Eye
View
Track In Penampakan Gunung
Merapi dan jalur lava
Merapi
Narasumber
50 1 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Agus Budi Santoso
Kepala Seksi Gunung
Merapi BPPTKG
Narasumber
51 1 BCU Eye
Level
Still Seismometer, Alat
bantu sensor getaran
untuk pantau Gunung
Merapi
Narasumber
66
52 1 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Agus Budi Santoso
Kepala Seksi Gunung
Merapi BPPTKG
Narasumber
53 1 MS Eye
Level
Still Ruangan monitor untuk
memantau aktifitas
Gunung Merapi
Narasumber
54 1 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Agus Budi Santoso
Kepala Seksi Gunung
Merapi BPPTKG
Narasumber
55 2 MCU Low
Angle
Still Plang Rumah Dukuh
Pangukrejo
Atmosfer
56 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
57 2 VLS Eye
Level
Still Aktifitas peternakan
warga Pangukrejo
Narasumber
58 2 ECU Eye
Level
Still Aktifitas peternakan
warga Pangukrejo
Narasumber
59 2 MS Eye Still Wawancara Bapak Narasumber
67
Level Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
60 2 VLS High
Angle
Zoom
In
Aktifitas Pariwisata
Jeep / Lava Tour
Narasumber
61 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
62 2 MLS Eye
Level
Pan
Right
Dinas Pariwisata,
Sleman
Narasumber
63 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
64 2 VLS Eye
Level
Pan Left Aktifitas dan bantuan
para relawan
menggunakan jeep
untuk ke tempat
pengungsian
Narasumber
65 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Narasumber
68
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
66 2 VLS Eye
Level
Still Aktivitas dan bantuan
para relawan
menggunakan jeep ke
tempat pengungsian
Narasumber
67 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
68 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
69 2 ELS Bird
Eye
View
Pan Left Suasana Desa di sekitar
Gunung Merapi
Narasumber
70 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
71 2 LS Eye Pan Left Aktivitas warga Desa
Pangukrejo di
Sound Effect
69
Level peternakan sapi
72 2 CU Eye
Level
Till Up Aktivitas warga Desa
Pangukrejo di
peternakan sapi
Sound Effect
73 2 MLS Eye
Level
Still Aktivitas warga Desa
Pangukrejo di
peternakan sapi
Sound Effect
74 2 MCU Eye
Level
Still Aktivitas warga Desa
Pangukrejo di
peternakan sapi
Sound Effect
75 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
76 2 - - - Bangunan dan jaringan
listrik yang rusak
(Sumber BPPTKG)
Narasumber
77 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
78 2 LS Eye
Level
Still Akses fasilitas jalan
raya
Narasumber
70
79 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
80 2 VLS High
Angle
Still Akses fasilitas jalan
raya
Nrasumber
81 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
82 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
83 2 VLS Eye
Level
Still Pintu masuk Kaliurang Narasumber
84 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
85 2 MS Eye Follow Wisata Jeep / Lava Narasumber
71
Level Tour
86 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
87 2 LS Eye
Level
Still Pelatihan-pelatihan
warga Pangukrejo
Narasumber
88 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
89 2 VLS High
Angle
Still Wisata Jeep / Lava
Tour
Narasumber
90 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Kus
Endarto, SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi dan
Informasi Pariwisata
Narasumber
91 2 VLS Eye Still Aktivitas warga Desa Sound Effect
72
Level Pangukrejo
92 2 VLS Eye
Level
Still Aktivitas warga Desa
Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
93 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas warga saat
bertani di Desa
Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
94 2 LS Low
Angle
Pan Left Aktivitas warga saat
bertani di Desa
Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
94 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas warga dengan
truk pasir di Desa
Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
95 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas di peternakan
sekitar Desa Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
96 2 CU Eye
Level
Still Aktivitas di peternakan
sekitar Desa Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
97 2 MCU Eye
Level
Still Aktivitas di peternakan
sekitar Desa Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
73
Over
98 2 LS Low
Angle
Pan
Right
Aktivitas di peternakan
sekitar Desa Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
99 2 MS Eye
Level
Still Aktivitas di Koperasi
Rumah Susu sekitar
Desa Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
100 2 BCU Eye
Level
Still Aktivitas di Koperasi
Rumah Susu sekitar
Desa Pangukrejo
Sound Effect
dan Voice
Over
101 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas warga di
sekitar Koperasi yang
bernama Rumah Susu
Ngundi Makmur
Sound Effect
dan Voice
Over
102 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
103 2 LS Low
Angle
Still Pintu masuk Huntap
Ploso Kerep
Narasumber
104 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Narasumber
74
Pangukrejo
105 2 MLS Eye
Level
Pan
Right
Situasi huntap-huntap
desa Pangukrejo
Narasumber
106 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
107 2 LS Eye
Level
Pan
Right
Situasi huntap-huntap
Desa Pangukrejo
Narasumber
108 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
109 2 LS High
Angle
Pan
Right
Situasi huntap-huntap
Desa Pangukrejo
Narasumber
110 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
111 2 MLS Eye
Level
Pan Left Situasi huntap-huntap
Desa Pangukrejo
Narasumber
112 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Narasumber
75
Pangukrejo
113 2 LS Eye
Level
Still Situasi huntap-huntap
Desa Pangukrejo
Narasumber
114 2 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
115 3 BCU Eye
Level
Still Perpustakaan Sekolah
Gunung Merapi
Sound Effect
116 3 LS Eye
Level
Pan
Right
Perpustakaan Sekolah
Gunung Merapi
Sound Effect
117 3 LS Eye
Level
Still Aktivitas anak-anak di
perpustakaan Sekolah
Gunung Merapi
Sound Effect
118 3 MLS High
Angle
Still Aktivitas anak-anak di
perpustakaan Sekolah
Gunung Merapi
Sound Effect
dan Voice
Over
119 3 MCU Low
Angle
Pan Left Suasana Sekolah
Gunung Merapi
Sound Effect
dan Voice
Over
120 3 MLS Eye Pan Left Suasana Sekolah Sound Effect
dan Voice
76
Level Gunung Merapi Over
121 3 LS Eye
Level
Pan
Right
Aktivitas anak-anak di
perpustakaan Sekolah
Gunung Merapi
Sound Effect
dan Voice
Over
122 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Vian
Relawan Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
123 3 VLS Eye
Level
Pan Left Suasana Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
124 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Vian
Relawan Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
125 3 LS Eye
Level
Still Lorong Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
126 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Vian
Relawan Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
127 3 MS Eye
Level
Pan Left Suasana Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
128 3 MS Eye Still Wawancara Bapak Vian
Relawan Sekolah
Narasumber
77
Level Gunung Merapi
129 3 ECU Eye
Level
Still Tanaman sekitar
Sekolah Gunung
Merapi
Sound Effect
130 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
dan Sound
Effect
131 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Hardi Warga Desa
Pngukrejo
Narasumber
dan Sound
Effect
132 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak Vian
Relawan Sekolah
Gunung Merapi
Narasumber
dan Sound
Effect
133 3 ELS Low
Angle
Pan
Right
Penampakan dari kaki
Gunung Merapi
Sound Effect
dan Voice
Over
134 3 ELS Bird
Eye
View
Pan Left Penampakan suasana
Desa Pangukrejo dari
atas ketinggian
Sound Effect
dan Voice
Over
135 3 MS Eye
Level
Still Wawancara Bapak
Subagio Dukuh Desa
Narasumber
dan Sound
78
Pangukrejo Effect
136 3 VLS Low
Angle
Still Gunung Merapi Sound Effect
137 3 ELS Low
Angle
Pan
Right
Bunker Kaliadem Sound Effect
- - - - - Credit Title -
- - - - - Copyright Broadcast
BSI 2018 -
- - - - - CV Crew -
- - - - - Behind The Scene -
79
3.3 Proses Kerja Penulis Naskah
Proses kerja merupakan proses penyusunan langkah awal dalam
menjalankan suatu pekerjaan dengan baik untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam proses kerja penulis naskah, melalui tahap mulai dari pengembangan ide,
melalukan riset, dan sampai tahap editing. Hal ini memang di perlukan untuk
mendapatkan hasil yang di inginkan.
Menurut Fachrudin (2012:63) mengatakan bahwa, “penulis naskah adalah
seseorang yang bekerja membuat naskah untuk bahan siaran, ia memiliki
kemampuan merubah ide ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi
dari sebuah proses penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan
yang menarik dan memiliki pesan baik bagi pemirsa”.
Penulis naskah adalah orang yang bertanggung jawab terhadap apa yang
telah ditulisnya. Seorang penulis naskah dokumenter berbeda dengan penulis
naskah naskah drama. Seorang penulis naskah dokumenter menulis berdasarkan
data hasil riset. Sedangkan penulis naskah drama menulis berdasarkan imajinasi
dari seorang penulis itu sendiri.
Menurut Ayawaila (2008:33) menjelaskan bahwa, “seorang penulis naskah
dalam suatu dokumenter televisi seorang yang menulis naskah berdasarkan realita
atau fakta perihal pengalaman hidup seseorang atau mengenai peristiwa.”
Untuk mendapatkan ide bagi realita, dibutuhkan kepekaan dokumentaris
terhadap lingkungan sosial, budaya, politik dan alam semesta. Dengan kata lain,
ide cerita untuk dokumenter televisi bisa didapat dari yang dilihat dan di dengar,
bukan berdasarkan suatu khayalan imajinatif. Dari observasi dan analisis terhadap
80
apa yang dibaca, dilihat dan didengar, nantinya bisa diolah menjadi sebuah ide
untuk karya dokumenter.
Menurut Supriyadi, dkk (2014:49) mengatakan bahwa, “penulis naskah
orang yang bertanggung jawab pada pembuatan naskah, data riset, dan sekaligus
berperan sebagai reporter”.
Pembuatan program dokumenter tugas penulis naskah ialah membantu tim
untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil riset, membuat daftar
pertanyaan, serta melakukan wawanacara dengan narasumber. Setelah
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, kemudian penulis membuat
naskah atau skenario.
Tugas akhir ini penulis berpedoman akan pentingnya penyajian suatu
realita dalam Dokumenter Televisi, karena itu dalam program dokumenter yang
berjudul “MERAPI KEHIDUPAN KAMI’ penulis berusaha agar narasumber
dapat bercerita sesuai realita kehidupan masyarakat Dusun Pangukrejo yang
tinggal di area kawasan rawan bencana setelah erupsi gunung merapi pada tahun
2010. Penulis berharap fim dokumenter dengan judul “MERAPI KEHIDUPAN
KAMI” ini dapat memberikan informasi bagi audince mengenai kehidupan,
kegiatan dusun pangukrejo setelah erupsi gunung merapi 2010. Dengan adanya
film dokumenter “MERAPI KEHIDUPAN KAMI” kami berharap film ini
membawa dampak positif kepada penulis agar dapat terus belajar dan berkarya
khususnya dalam film dokumenter menjadi lebih baik lagi.
3.3.1 Pra Produksi
81
Pra produksi merupakan tahap awal dalam proses penciptaan suatu karya
baik atau karya drama ataupun nondrama. Pada tahap ini, penulis menentukan ide
dan tema bersama produser dan sutradara, dalam persiapan awal, persiapan
memiliki jangka waktu yang cukup pendek.
Menurut Ayawaila (2008:33) menyimpulkan bahwa:
Ide cerita untuk film dokumenter bisa di dapat dari apa yang dilihat serta apa yang di dengar, dan bukan karena suatu khalayak imajinatif belaka. Selain banyak membaca serta berkomunikasi dalam pergaulan, seorang dokumentaris juga harus banyak mengamati lingkungan sekitarnya juga berdiskusi dengan komunitas atau kelompok masyarakat yang memiliki aktivitas sosia dan budaya.
Pada tahap pra produksi ini sebagai penulis naskah harus mencari ide apa
layak untuk film dokumenter ini. Dalam pencarian ide penulis dibantu dengan tim
mulai membaca buku, mencari di internet, mencari referensi film seabgai acuan
kami dalam membuat film dokumenter.
Setelah menemukan ide cerita akhirnya penulis dan tim berdiskusi unuk
membicarakan ide cerita yang kami dapat masing - masing dari banyaknya ide
akhirnya memilih tiga ide cerita yang menurut kami unik dan menarik untuk kami
angkat sebagai film dokumenter tugas akhir ini.
Mendiskusikan tiga ide cerita yang sudah kami sepakati bersama ide cerita
pertama yaitu membahas abdi dalem yang akan kami angkat dari abdi dalem ini
adalah biografi tentang abdi dalem keraton yogyakarta. Data - data sudah di
dapatkan dari internet dimana lokasinya, bagaimana kondisi nanti saat melakukan
riset. Semua sudah dalam pembahasan kami memutuskan untuk tidak mengambil
ide cerita ini karena kami sulit memenuhi syarat dari kantor keraton untuk
melakukan riset ataupun shooting.
82
mendiskusikan ide cerita kedua , tentang kerajinan perak yang berada di
kota gede yogyakarta. Kami mengangkat sebuah kerajinan perak kota gede yang
sudah terkenal kota kerajinan perak hingga berpuluh - puluh tahun, bagaimana
sejarahnya kerajinan perak di kota gede. Semua sudah dalam pembahasan kami
memutuskan untuk tidak mengambil ide cerita ini karena kurang menarik untuk
kita buat di dokumenter televisi.
Di ide cerita ketiga tentang merapi, ide cerita ini kami mengangkat cerita
kehidupan masyarakat pangukrejo pasca erupsi 2010 yg berada di lereng gunung
merapi yang hidup di Kawasan Rawan Bencana Ring III, yamg artinya KRB III
itu seharusnya tidak boleh adanya kehidupan ataupun bangunan tetap pasca erupsi
gunung merapi 2010. Namun warga disana tetap tinggal disana dengan resiko
cukup tinggi jika sewaktu-waktu merapi meletus kembali, dan kami juga
mengangkat perekonomian masyarakat Dusun Pangukrejo pasca erupsi 2010
bagaimana mereka mengembangkan perekonomiannya dan salah satu yang
menjadi perekembangan perekonomian disana ialah dibuatnya destinasi wisata
yang bernama lava tour yang dibuat pada tahun 2010, lava tour ini dibuat oleh
masyarakat disana dan dibantu oleh komunitas jeep. Selama 7 tahun didirikannya
destinasi wisata hasil retrubusi ini sebagian untuk sosial serta perbaikan jalan yang
rusak. Namun pada tahun 2017 pemerintah mengambil alih hasil retrubsi ini 40%,
dan atas pengambilan alih itu membuat masyarakat Dusun Pangukrejo mengalami
kekurangan hasil dari retrubsi ini.
Menurut Wibowo (2007:152) mengatakan bahwa, “melakukan riset
lapangan maupun riset kepustakaan mengenai tema yang dipilih. Kalau perlu
83
menghubungi pribadi-pribadi penting yang berkaitan erat dengan tema yang mau
digarap dan meminta penjelasan secara rinci mengenai hal itu”.
Semua hal sudah di diskusikan dan sudah di pikirkan secara matang-
matang akhirya kami melakukan riset untuk mencari data – data yang kongkrit
agar kami dapat menyerahkan ide cerita ini kepada dosen pembimbing.
Akhirnnya kami serta dengan bimbingan dari dosen kami, kami mengakat
cerita dari kehidupan Dusun Pangukrejo pasca erupsi 2010 sebagai film
dokumenter tugas akhir ini. Penulis naskah dan tim melakukan riset ulang ke
lokasi dan mencari narasumber untuk mendapatkan informasi secara kongrit dan
fakta.
Menurut Supriyadi, dkk (2014:51) menjelaskan bahwa, “penulis naskah
membuat naskah dokumenter, memiliki tahapan-tahapan yakni: penyusunan data
riset, observasipada subyek, penulisan TOR (Term Of Reference), penulisan
sinopsis, penulisan treatment, dan penulisan naskah itu sendiri”.
Semua itu di tuangkan kedalam sinopsis kemudian dikembangkan sebuah
TOR (Term Of Reference) yang terdiri dari latar belakang masalah yang akan
diangkat isi keseluran program, fokus atau penyudutan masalah pada satu angle
dari mana kita akan membahas tema ini, narasumber dan juga pertanyaan yang
akan diajukan. Agar nantinya tidak keluar dari ide cerita yang penulis buat karena
skenario sangat dibutuhkan dalam membuat sebuah cerita.
Menurut fachrudin, (2012:367) menyimpulkan bahwa: “Wawancara merupakan dokumenter sebagai program yang berdasarkan fakta dan realita. Wawancara harus disiapkan sebelum shooting, sehingga produser/reporter harus mengetahui data dan profesi dari karakter yang akan diwawancarai. setelah mengetahui identitasnya, disusunlah beberapa pertanyaan yang dibutuhkan untuk mendukung contetnt program yang dibuat”.
84
Wawancara selain dilakukan pada saat nanti shooting juga dilakukan pada
saat riset. Agar dapat mencari data tentang subjek yang akan diambil. Dini sebagai
penulis berperan sebagai reporter melakukan pendekatan dengan narasumber agar
mendapatkan data yang maksimal dan juga dapat gambaran tentang pertanyaan
yang akan diajukan pada saat shooting nanti.
3.3.2 Produksi
Produksi adalah proses mempersiapkan segala kebutuhan untuk shooting
mulai dari tempat produksi akan berlangsung. Membentuk tim produksi,
mempersiapkan peralatan shooting dan jadwal yang sudah di persiapkan.
Menurut Wibowo (2007:152) mengatakan bahwa, “kerangka pemikiran
yang kemudian dibuat di dalam treatment ini dipakai untuk pegangan saat
pengambilan gambar”.
Memasuki tahap produksi, penulis sebagai seorang penulis naskah ikut
serta membantu mendampingi produser, sutradara dan camera person dalam
memvisualisasikan sebuah naskah hingga menjadi sebuah tontonan yang menarik,
berbekal wawancara yang telah di lakukan untuk membantu kebutuhan materi
penulis memiliki bayangan dan mendiskusikannya dengan sutradara, agar
memenuhi stock shoot yang dibutuhkan.
Menurut Ayawaila (2008:97) mengatakan bahwa, “dalam memproduksi
dokumenter setidaknya kita akan melakukan dua kali wawancara”. Wawancara
pertama dilakukan saat melakukan riset yang merupakan proses pendekatan pada
subjek. Wawancara kedua dilakukan ketika merekam gambar”.
85
Disini penulis berusaha melakukan pendekatan dengan para nasrasumber
untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan fokus masalah yang telah
penulis tekad kan, informasi yang penulis sajikan berdasarkan fakta bukan
berdasarkan sensasi karena penulis yang berperan sebagai reporter dalam
dokumenter kebih mengutamakan fakta dari pada sensasi karena jika sebuah film
dokumenter mengutamakan sensasi maka akan mengurangi keindahan. Dengan
melihat persoalan yang personal dari suatu subjek, kita akan lebih mudah
menemui hal hal baru.
Menurut Tanzil, dkk (2010:81) menjelaskan bahwa, “wawancara yang
berlangsung dirumah subyek, tempat kerja, ataumlingkungan yang dikenal betul
oleh subyek, tetunya akan mendatangkan rasa aman, nyaman, dan mendorong
munculnya tanggapan yang intim karena subjek akan lebuh terbuka”.
Sebelum proses produksi berlangsung penulis mempersiapkan semua
pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber, Penulis juga bertanggung
jawab dalam proses wawancara dan bertugas sebagai reporter. penulis juga
mengarahkan narasumber untuk menyampaikan informasi sesuai kebutuhan dan
tema dan kebutuhan alat-alat yang akan dipakai untuk wawancara dengan arahan
sutradara.
Wawancara adalah proses tanya jawab, untuk memperoleh informasi dari
sumber-sumber yang berkompeten. Langkah-langkah yang saya lakukan pada saat
melakukan wawancara ini.
a. Mempersiapkan wawancara persiapan dilakukan dengan mengenal apa dan
siapa yang akan penulis wawancarai.
86
b. Mempersiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber
memberi tahu terlebih dahulu tentang pertanyaan yang akan ditanyakan nanti.
c. Memberitahu terlebih dahulu kepada narasumber memberi tahu terlebih
dahulu tentang pertanyaan yang akan ditanyakan nanti.
d. Sebaiknya datang lebih awal, mencatat atau merekam tentang rencana
wawancara ini.
e. Mulai menulis hasil wawancara yang sudah di dapat
Sebagai penulis harus mampu mengembangkan setiap jawaban dari
narasumber, untuk dijadikan pertanyaan baru. Untuk menghindari halangan-
halangan dan mendapatkan hasil yang maksimal sebagai penulis mendiskusikan
pada tim setelah wawancara selesai. Diskusi dilakukan agar ada saran dan
masukan hasilnya sesuai kenginan bersama.
3.3.3 Pasca Produksi
Pasca produksi adalah dimana berakhirnya aktifitas proses shooting, dalam
tahap ini kelengkapan data dari hasil shooting disusun dan diseleksi dengan teliti
untuk mengambil gambar yang baik dan sesuai untuk disampaikan dalam program
di dokumenter televisi.
Menurut Fachrudin (2012:393) “proses menyusun, memanipulasi, dan
merangkai ulang rekaman video (master tape) menjadi suatu rangkaian cerita
yang baru (sesuai naskah) dengan memberikan penambahan tulisan, gambar, atau
suara sehingga mudah dimengerti dan dapat dinikmati pemirsa”.
87
Setelah proses pra produksi selesai, maka tahap pasca produksi dimana
pada tahap ini penulis bersama sutradara membantu editor dalam penempatan
gambar cerita, agar sesuai dengan naskah yang telah dibuat.
Menurut Wibowo (2007:158) menjelaskan bahwa, “naskah dalam program
dokumenter ditulis paling akhir sebuah editing selesai. Naskah biasanya
merupakan uraian penjelasan, informasi, atau komentar terhadap kejadian yang
disajikan secara visual untuk tayangan yang sudah jelas”.
Tahap ini pula sebagai penulis naskah, penulis naskah mengumpulkan
materi dokumenter seperti transkip wawancara, review gambar hasil produksi,
membaca kembali materi riset dan informasi yang didapat di lapangan.
Kemudian melengkapi outline naskah yang telah dibuat saat produksi.
Adapun proses yang penulis lakukan dalam tahap ini, secara ringkas adalah:
a. Mencatat Transkip Wawancara Dan Preview Gambar
Untuk mencatat transkip wawancara, penulis mendengarkan melalui
komputer, pada saat dilakukan proses editing. Pada saat preview gambar,
penulis melihat kembali hasil – hasil gambar pada proses shooting, untuk
membantu penulis dalam mensikronisasikan antara audio dan visual, kedalam
naskah yang akan dibuat.
b. Outline
Outline bagi penulis naskah sangat dibutuhkan untuk menjaga cerita yang
dibangun tetap pada struktur dan memberikan kemudahan penulis dalam
penulisan naskah. Outline ini berisikan apa yang mau penulis posisikan pada
opening, centre piece, dan editing, berdasarkan fokus dan angle, yang
ditentukan.
88
Menurut Ayawaila (2008:144) menyimpulkan bahwa:
pada saat kita mulai menulis narasi, yang perlu diperhatikan adalah: gaya bahasa yang akan dituang dalam naskah editing bersifat serius (formal), semi – serius, atau santai dan humoris. Semuanya dapat ditentukan setelah ditetapkan kelompok sasaran, serta bentuk dan gaya bertutur yang diinginkan.yang terpenting adalah:sesuaikan pula dengan tema dan subyek yang akan diketengahkan.
Narasi dalam film dokumenter terkadang menjadi hal penting untuk di
pertimbangkan. Banyak pembuat film dokumenter begitu percaya pada fungsi
narasi dalam filmnya sebagai sebuah medium penyampaian pesan. Dan pada
dokumenter yang berjudul “MERAPI KEHIDUPAN KAMI” kami
menggunakan narasi agar penyempaian informasi sampai pada penonton.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis narasi, yakni:
1. Seperti musik atau ilustrasi film, narasi diberikan bukan sekedar untuk
didengar, melainkan untuk menunjang visualisasi dalam menyampaikan
informasi.
2. Narasi berfungsi membantu menjelaskan informasi apabila gambar visual tak
mampu bercerita.
Melakukan pemilihan narator untuk dokumenter sama halnya dengan
melakukan pemilihan pemain, biasa disebut kasting (casting). Sedangkan kasting
(casting) untuk dokumenter bertujuan memilih narator, yang vokalnya cocok
dengan isi atau tema dan gaya bertutur film tersebut.
Kami mempunyai kandidat menjadi narator untuk dokumenter televisi
kami “MERAPI KEHIDUPAN KAMI” yaitu seorang laki-laki dan seorang
perempuan. kami berdiskusi dan menetapkan yang sebagai narator seorang
89
perempuan, karena vokal dan gaya bertuturannya sesuai dengan dokumenter yang
telah kami buat.
3.3.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Peran seorang penulis naskah dalam dokumenter televisi yang berjudul
“MERAPI KEHIDUPAN KAMI” ini bukan hanya sekedar menulis script untuk
cerita dan mengembangkan ide saja, tapi peran dan tanggung jawab seorang
penulis naskah dokumenter hampir sama tanggung jawabnya dengan penulis
naskah berita. Tanggung jawab penulis sebagai penulis naskah dalam naskah tim
produksi yaitu, penulis membuat konsep mulai ide, sinopsis, treatment sampai
TOR (Term Of Reference).
Menurut Supriyadi, dkk (2014:52) mengatakan bahwa, “seorang penulis
naskah harus bisa menulis secara visual. Film merupakan gambar bergerak,
artinya penulis naskah harus mampu manterjemahkan visual ke dalam bentuk
tulisan”.
Semua tahap - tahap pembuatan konsep dilakukan pada saat produksi.
Selain itu penulis juga mencari narasumber yang sesuai dengan di inginkan pada
setiap pembahasan. Namun dalam hal ini penulis dibantu oleh semua tim penulis,
terutama produser dan sutradara. Pada tahap produksi tanggung jawab penulis
yaitu menjelaskan kepada narasumber agar mereka mengetahui konsep dari
program acara dokumenter “MERAPI KEHIDUPAN KAMI” dan menceritakan
seputaran konsep saat menjawab pertanyaan. Penulis juga bertanggung jawab atas
apa yang tertuang dalam naskah, baik dalam kata – kata yang salah maupun
lainnya.
90
Menurut Ayawaila (2008:109) menyimpulkan bahwa:
yang terpenting dari persoalan wawancara dokumenter ini adalah: wawancara dengan narasumber namun tidak seperti laiknya wawancara yang dilakukan reporter berita televisi. Dengan demikian saat subjek biacara atau menjawab pertanyaan, yang terlihat dan terdengar adalah: subjek sedang menceritakan pengalamannya.
Tanggung jawab penulis naskah sekaligus reporter pada produksi
dokumenter ini, penulis naskah di tuntut untuk memiliki kemampuan
menghimpun data dan merangkainya, disisi lain sebagai reporter harus memiliki
kemampuan mendapatkan jawaban dari narasumber sesuai dengan yang
diharapkan, supaya film mampu bercerita berdasarkan fakta yang ada.
a. Sebagai reporter
1. Bersama sutradara menyusun TOR (Term Of Reference) yang berisi
permasalahan, fokus, angle.
2. Mencari jawaban atas list pertanyaan kepada narasumber dan infromasi
lainnya yang mendukung.
3. Bersama sutradara dan penata gambar melakukan wawancara terhadap
narasumber.
4. Membuat catatan ketika mendapatkan statement baru.
5. Melakukan review hasil wawancara untuk mengantisipasi kekurangan.
b. Sebagai penulis naskah
1. Mencatat dari wawancara
2. Melakukan review gambar yang telah diambil oleh penata gambar.
3. Membuat outline atau struktur cerita.
4. Memilih mana yang dapat dimuat ke dalam outline.
91
3.3.5 Proses Penciptaan Karya
Dalam proses penciptaan karya ada tiga konsep yang harus dilewati oleh
penulis yaitu konsep kreatif, konsep produksi, dan konsep teknis Dibawah ini
penulis akan menjelaskan mengenai konsep – konsep tersebut :
a. Konsep Kreatif
Proses menemukan ide untuk sebuah dokumenter bermacam-macam
caranya, seperti membaca, menemukan permasalahan yang menarik, dan
menyaksikan suatu kejadian unik atau langka. Ide ini kemudian dikembangkan
menjadi sebuah sinopsis.
Setelah terbentuk sinopsis, penulis menyusun treatment. Di dalam
treatment mengandungg pengertian implementasi dari kerangkan pemikiran
atau sinopsis. Treatmen ini bersifat rinci yang didalamnya terdapat
pengadeganan, lokasi dan gambar yang mau diambil.
Pada konsep kreatif penulis menuangkan beberapa ide yang
terinspirasi dari beberapa film dokumenter di youtube maupun ditelevisi. Film
dokumenter yang penulis buat menggunakan VO (voice over), untuk
menjabatani apabila statement dari narasumber dengan narasumber yang lain
tidak continuity.
Dalam film dokumenter ini penulis akan mengangkat kehidupan
masyarakat di lereng merapi salah satunya yaitu wilayah Cangkringan, Dusun
Pangukrejo, Yogyakarta yang tinggal di wilayah yang berpotensi bila kapan saja
gunung merapi meletus kembali atau yang disebut kawasan rawan bencana.
Dusun pangukrejo ini termasuk kawasan rawan bencana ring III. Mungkin
penonton banyak yang belum tahu kehidupan masyarakat disana setelah pasca
92
gunung merapi maka dari itu penulis berusaha memberi tayangan yang berupa
informasi tentang kehidupan disana yang hidup di kawasan rawan bencana III,
bagaimana mereka mengembangkan desa dan perekonomian mereka pasca erupsi
gunung merapi pada tahun 2010.
b. Konsep Produksi
pada tahap konsep pra produksi penulis melakukan riset dari mulai
mencari data-data melalui browsing hingga datang ke lokasi tersebut. Kemudian
penulis mencatat point – point berdasarakan hasil riset dan penulis membuat
sinopsis, TOR (Term Of Reference) dan juga treatment bersama sutradara. Pada
saat produksi penulis naskah pun ikut serta mendampingi sutradara pada saat di
lokasi dan membantu sutradara untuk mewawancarai narasumber dengan kata lain
penulis naskah berperan sebagai reporter serta mencatat setiap pertanyaan.
c. Konsep Teknis
Disesuaikan dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak kampus, standar
penulisan yang digunakan dengan jenis times new roman, ukuran 12 pt dan
paragfraf dua spasi, ketetentuan umum lain yang ditetapkan oleh yaitu durasi
15 menit hingga dua puluh menit.
Pada tahap akhir ini atau editing, penulis ikut menemani editor pada
saat mengedit, penulis juga ditemani oleh sutradara, bekerja sama dengan
editor dalam pemilihan gambar yang mana saja yang sesuai dengan naskah
dan pantas untuk ditayangkan menyesuaikan dari keterangan narasumber.
3.3.4 Kendala Dan Solusi Penulis Naskah
93
1. Pada saat menentukan judul program, penulis kesulitan untuk memilih
judul program mana yang sesuai dengan tema yang akan dibahas. Dengan
berdiskusi penulis dan tim serta obeservasi yang mendalam akhornya
penulis mengambil judul program yaitu “MERAPI KEHIDUPAN
KAMI”.
2. Sulitnya menentukan tema dan konsep pada saat pra produksi. Dengan
berdiskusi dengan tim dan mencari referensi dari berbagai media.
3. Saat melakukan wawancara dengan beberapa narasumber, clip on yang
digunakan sedikit mengalami gangguan dan tidak terdeteksi dikamera.
Solusinya Melakukan wawancara ulang dengan narasumber.
4. Sebelum tahap wawancara narasumber yang bernama yasmin sebagai
pendiri sekolah gunung merapi yang akan kita wawanacarai tidak bisa
diwawancarai. Solusinya Mencari pengganti narasumber yang
berhubungan dengan yasmin dan yang tahu semua jawaban yang akan
kita pertanyakan.
94
Konsep Kerja Penulis Naskah
Penulisan program dokumenter televisi “merapi kehidupan kami” penulis
naskah memilih dari masing-masing ide yang dikemukakan oleh tim dan
mengangkat tema mengenai kehidupan Dusun pangukrejo pasca erupsi gunung
merapi 2010, kemudian dikembangkan, melakukan riset, mencari informasi
mengenai dusun pangukrejo, kemudian kami mendapatkan informasi yang cukup
akurat mengenai dusun pangukrejo. Penulis naskah beserta tim mengunjugi daera
ini dan menemui tokoh masyarakat dan narasumber yang berkecimpung di
bidangnya untuk meminta izin produksi tugas akhir program dokumenter.
Selanjutnya penulis naskah dan tim mengumpulkan data – data dari
beberapa narasumber mengenai dusun pangukrejo, membuat tor (term of
reference) dan membuat pertanyaan untuk melakukan wawancara kepada
narasumber. Penulis dan tim sepakat dalam film dokumenter ini bersifat
expository dan cinema verite
Saat melakukan wawancara penulis harus membuat suasana menjadi
nyaman, agar narasumber tidak tegang saat berhadapan dengan mata kamera.
Setelah produksi selesai penulis mulai membuat transkip wawancara dari garis
rekaman video yang sudah melalui proses editing.
95
TOR (Term Of Reference)
Program Dokumenter Televisi “MERAPI KEHIDUPAN KAMI”
Production Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Project tittle : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 menit Scriptwriter : Indah W.N
Masalah
Pada tahun 2010 terjadi letusan serta erupsi dahsyat Gunung Merapi, yang
letaknya di 4 kabupaten di Jawa Tengah yang meliputi Klaten, Boyolali,
Magelang dan Sleman di Yogyakarta yang memiliki dampak kerugian yang
sangat besar, 3000 rumah habis tersapu awan panas, pohon-pohon tumbang serta
lebih dari 3000 hewan ternak mati, 398 jiwa di temukan dalam kondisi tidak
bernyawa, lebih dari 800 orang pun kehilangan usahanya, serta kerugian matrial
hingga mencapai 3,5 triliun rupiah.
Setelah terjadi peristiwa tersebut, ada beberapa wilayah yang kembali lagi
ke lereng merapi salah satunya yaitu wilayah Cangkringan, Dusun Pangukrejo,
Yogyakarta. Setelah pasca erupsi pemerintah memperingatkan warga Dusun
Pangukrejo, Yogyakarta agar tidak kembali lagi tinggal di lereng gunung merapi
karena sudah tidak diperbolehkan adanya kehidupan disana, dusun tersebut
termasuk golongan KRB III (Kawasan RawanBencana) yang berpotensi bila
kapan saja gunung merapi meletus kembali.
96
Tapi warga tetap nekad dan berani kembali tinggal disana karena mereka
merasa nyaman tinggal Dusun Pangukrejo, Yogyakarta serta mereka memiliki 4
aspek yang mungkin pemerintah tidak pikirkan, mereka membangun rumah
kembali dan memulai kehidupan lagi disana dan melakukan aktifitas seperti
sediakala. Adapun beberapa warga yang memilih di Huntap (Hunia Tetap) yang
sudah dipersiapkan pemerintah.
Selama Pemerintah tidak ikut campur tangan segala pertumbuhan ekonomi
di Dusun Pangukrejo, masyarakat di Dusun Pangukrejo mengembangkan berbagai
segi perekonomian dengan cara berswadaya bersama yang salah satunya
membentuk destinasi wisata yang cukup terkenal dan mendunia dengan minimnya
jalur evakuasi yang memadai jika kalau kapan saja gunung merapi akan meletus
kembali.
Namun pada tahun 2017 pemerintah mengambil alih hasil retrubusi yang
membuat masyarakat Dusun Pangukrejo, Cankringan, Yogyakarta saat ini tidak
dapat membangun dusun mereka sendiri, yang dahulunya dapat dilakukan namun
saat ini tidak bisa berbuat apa-apa. Dusun pangukrejo saat ini menjadi desa wisata
yang terdapat Sekolah Gunung Merapi didalamnya serta cukup berperan dalam
menjembatani antara pihak luar dengan Dusun Pangukrejo
Fokus
Menceritakan kegiatan masyarakat Dusun Pangukrejo, Yogyakarta setelah pasca
gunung merapi dengan hidup berdampingan dengan dimana Merapi bila suatu saat
bisa meletus kembali.
97
Angle
• Penjelasan awal meletusnya gunung merapi pada tahun 2010.
• Melihat kondisi kawasan gunung merapi pasca erupsi pada tahun 2010.
• Kegiatan masyarakat sekitar setelah pasca erupsi gunung merapi saat ini.
• Tanggapan dari warga yang kembali tinggal ke asalnya walaupun pemerintah
sudah memperingatkan tidak boleh adanya kehidupan di lereng gunung
merapi.
• Serta melihatkan sekolah gunung merapi yang dibangun oleh relawan yang
peduli dengan wilayah dusun pangukrejo.
Sumber dan pertanyaan
1. Bapak agus budi santoso (kepala seksi gunung merapi)
• Bagaimana kondisi gunung merapi saat ini setelah erupsi pada tahun
2010?
2. Bapak subagio (dukuh dusun pangukrejo)
• Perubahan apa dalam bentuk ekonomi, dan sosial setelah pasca erupsi
gunung merapi 2010?
• Kenapa bapak lebih tinggal di sini di bandingkan di huntap yang
disediakan oleh pemerintah? Dan alasannya apa?
• Apa yang diharapkan bapak dari pemerintah?
3. Bapak hadi (warga dusun pangukrejo)
• Apa alasan bapak kembali ke lereng gunung merapi padahal sudah
dikatakan dusun pangukrejo ini kawasan rawan bencana ring 3?
• Apa dampak negatif pasca erupsi 2010?
98
• Sejak kapan pemerintah mencampur tangani dalam sektor kepariwasataan
disini? Dan apa ada dampaknya?
• Apa yang diharapkan bapak dari pemerintah?
4. Bapak kus endarto (kepala seksi analisis pasar,dokumentasi dan informasi
pariwisata)
• Sejarah adanya destinasi wisata dilereng gunung merapi?
5. Mas vian (relawan gunung merapi)
• Awal mula membuat sekolah gunung merapi?
• Apa harapan mas vian kedepan untuk masyarakat dusun ?
99
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
TRANSKRIP WAWANCARA
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Yang Diwawancara : 1. Bapak Subagio Pewawancara : Indah W. N
2. Bapak Kus Endarto
3. Bapak Hadi
4. Bapak Agus
5. Mas Vian
Tabel III.8
No Kas
et
Time
Logging Statement Ket
1 1 00:05:55 Jadi aktivitas gunung merapi pasca letusan 2010
untuk saat ini masih relatif landai aktifitasnya
padahal sudah delapan tahun setelah erupsi 2010
jadi kenapa kita simpulkan rantai itu dari berbagai
data pemantauan kita. ada dari sesmik, ada dari
deformasik, geokimia, itu menunjukan data - data
yang dengan nilai yang di bawah treshood ketika
peningkatan status disaat letusan 2010 maupun
letusan yang lain letusan 2006, jadi dari situ kita
OK
100
simpulkan bahwa aktifitas gunung merapi saat ini
itu masih normal. Kita belum tau apakah merapi
ini akan segera meletus kembali setelah 8 tahun
setelah erupsi 2010.
2 1 00:06:55 Perubahan ekonomi secara sosial dan lainnya,
kalau dulu ekonomi masyarakat disini sebenernya
perternakan mayoritas perternakan. Sekarang
ekonomi pariwisata kemudian perbedaannya
sekarang ekonomi pariwisata menjadi nomor satu,
ekonomi perternakan dan yang lainnya nomor dua
dan ke tiga.
OK
3 1 00:07:28 Lava tour itu bermula ketika pada tahun 2010
merapi meletus hebat ketika 2010 meletus hebat
itu ada lsm dia punya jeep membantu untuk
mengantarkan bantuan kesana dan juga
mengantarkan para yang akan mebantu membawa
mereka ke tempat pengungsian, itu awal
mulanya. kemudian dari situ ternyata keinginan
masyarakat luas masyarkat diluar gunung merapi
untuk melihat apa sih yang terjadi pada 2010 itu
sangat besar .
OK
4 1 00:08:11 Saya memberanikan diri kembali ke tempat ini
karena saya pengen membangun wilayah di
OK
101
tempat ini dalam arti kita pengen dengan
membangun apa bila tidak kita-kita yang bangun
sendiri kalau pemerintah mau membangun tempat
ini gak mungkin lagi, karena dikatakan ditempat
ini tempat rawan bencana jadi kalau pemerintah
mau membangun kemungkinan kecil jadi, saya
ada satu niat dan ada satu tujuan bahwa kalau
tidak kita yang membangun wilayah ini siapa
yang mau membangun, alasan saya seperti itu.
5 1 00:09:13
Sebetulnya wilayah lereng merapi ini adalah
wilayah untuk resapan air saudara-saudar kita
yang dibawah dalam arti kalau semua ditangani
oleh seperti ditaman nasional itu kan tempat
tempat tertentu saja tempat yang bukan haknya
masyarakat.
OK
6 1 00:09:38
Kebun kita rusak lahan pekarangan kita sudah gak
karu-karuan yang sangat sangat kami rasakan
sangat mendalam adalah jaringan listrik pada
waktu itu kan jaringan listrik sudah hancur semua
dan sama sekali gak ada jaringannya.
OK
7 1 00:10:04 entah itu ada bantuan untuk fasilitas jalan yaitu
kira-kira tahun 2017 kemarin jadi sebelumnya
jalan yang rusak itu kan ditempat ini jadi objek
OK
102
wisata yang seperti ini terus pada waktu itu belum
ditangani oleh pemerintah tapi pada wkatu itu di
pegangi oleh tim sebagian untuk memulihkan
ekonomi masyarakat sebagian untuk sosial yang
sebagian untuk pembangunan fasilitas jalan. Pada
waktu itu seperti itu tapi setelah ini dipegang oleh
pemerintah saat ini masih di pegang oleh tim ini
kan sudah pemerintah sudah masuk dalam
pemererintahan saya lupa yang sebenernya
40% dan 60% atau bagaimana tapi saya kurang
begitu lebih jelas itu baru ada fasilitas jalan
misalnya jalannya rusak segera bantuan untuk
membangun jalan tapi sebelumnya itu memang
swadaya masyarakat murni pemerintah belum
campur tangan untuk membangun jalan itu.
8 1 00:11 :23 Waktu itu kan kali kuning kawasan ada distribusi
masuk, hanya distribusi masuk yah. distribuasi
masuk itu ketika bencana itu tidak ada hilang.
Sekarang yang lakukan pemerintah kita
membangun kembali supaya distribusi masuk.
Kaitannya Kenapa sih harus ada distribusi
masuk? Distribusi masuk itu untuk melihat ok deh
seberapa persen sih paling tidak kita tahu berapa
OK
103
persen sih orang yang mampir kesana
Kemudian uang yang di dapat itu berapapun
jumlahnya yang ada di pembagian yang ada
yaudah itu akan kembali
lagi ke masyarakat dalam bentuk misalnya, oke
perhatian perhatian supaya mereka menjadi
berkualitas melayani teman teman wisatawan.
9 1 00:12:10 Ketika jumlahnya semakin banyak tentunya ada
perlu regulasi, regulasi ini kaitannnya satu supaya
ada persaingan yang sehat antara pemain disitu
700 bayangkan saja 700 jeep yang ada disitu
apakah itu jumlah yang cukup yang sangat besar
700 jeep
OK
10 1 00:13:28 Karena perekonomian sekarang adalah disini
entah itu pertaniannya perternakan entah itu
kepariwisataannya dan yang paling pokok adalah
hidup disini lebih nyaman dari pada hidup
dibawah, terutama di huntap karena disana juga
lahannya pun sempit rumah tipe 36 nantinya pasti
ada turun menurun anak kan itu untuk berfikir
sampai kesitu akhirnya masyarakat tetap kembali
keatas dalam arti bahkan belum sempat tidur
10
104
dihuntap ataupun waktu itu masih di celter ada
orang yang belum tidur di celter jadi begitu
pulang dari pengungsian pulang langsung tidur di
tenda itu alasannya emang ya disini tanah
kelahiran jadi lebih nyaman.
11 1 00:14:31 Walaupun kita disediakan tanah dibawah kalau
hanya cukup untuk satu keluarga. nanti keluarga
yang lain juga sudah tidak mungkin disana pasti
akan kembali ke atas dan mau beli dibawah pun
mungkin masyarakat secara perekonomian
keuangan tidak cukup untuk membeli tanah
dibawah dan itu saya tegaskan yang dapat huntap
itu adalah kk lama dalam arti kk di tahun 2011 itu
setelah itu masyarakat kk baru itu tidak bisa
mengakses bantuan huntap jadi mau kemana
otomatis tetap tinggal disini.
OK
12 1 00:15:56 Jadi gini sekolah gunung merapi itu sebenarnya
menjawab persoalan yang ada di masyarakat sana
mba. karena status khususnya di dusun
pangukrejo itu statusnya krb 3 sehingga tidak ada
fasilitas apapun disana yang berhubungan dengan
pemerintah misalnya pendidikan kesehatan dan
seterusnya itu yang melatar belakangi kita disana.
OK
105
kenapa kita memilih pendidikan/edukasi disana
karena hanya dengan edukasi itulah kita
mengedukasi masyarakat disana, artinya sebelum
ada sgm disana banyak anak-anak yang putus
sekolah disana. dulunya ada sekolah disana itu
pun banyak yang putus sekolah, apalagi sekarang
sekolahnya sudah tidak ada disana jadi warga
harus jauh turun sekitar kurang lebih 8 10 km
baru ada sekolah, sehingga kita sama teman-
teman disana membuat sgm untuk menjawab
persoalan itu.
13 1 00:17:03 Dulu awalnya kita berawal dari b.ingris gate jadi
disana sudah ada rencana untuk lava tour nah
ketika ada tamu asing tidak ada yang tahu
b.inggris. jadi kita berangkatnya bukan dari anak-
anak tapi kita dari tourgate membekali mereka
kemampuan b.inggris ya minimal sedikit-sedikit
lah
OK
14 1 00:17 :
31
Jadi harapannya pemerintah ataupun swasta yang
lain bisa lebih memperhatikan kita yang ada di
wilayah krb ini bisa hidup tentram damai tidak
selalu di bayang-bayangi oleh kata-kata krb
karena masyarakat sudah tidak peduli apakah iu
OK
106
krb dan sebagainya yang penting masyarkat hidup
tentram dan damai taat kepada peraturan
pemerintah pajak dan sebagainya kita taat jadi itu
harapannya kita disamakan seperti yang tidak
diwilayah krb.
15 1 00:18:17 Harapan masyarakat saya secara umumnya krb
segera dicabut dalam arti jangan sampai krb itu
menjadi momok (pembicaraan) bagi kita-kita ya
karena sekarang ini yang di momok
(pembicaraan) saat ini adalah krb itu, kalo nanti
krb di cabut itu kemungkinan keadaan semangkin
maju seperti itu.
OK
16 1 00:18:47 Jadi Berangkatnya kita kan dari edukasi ya
harapan yah sedikit banyak memberikan
peningkatan kesejahteraan kepada warga
OK
107
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
NASKAH VO
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.9
VO 1
JOGJAKARTA / KOTA YANG BERADA DI PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA JOGJAKARTA / MEMILIKI LUAS TANAH SEKITAR TIGA
RIBU SERATUS DELAPAN PULUH LIMA METER PERSEGI (3.185 M2) //
KOTA YANG AKAN KAYA SUMBER DAYA ALAM / DAN KOTA YANG
AKAN KAYA BUDAYA KERAJAANNYA INI / PERNAH MENJADI IBU
KOTA / SEBELUM DKI JAKARTA // SELAIN ITU / JOGJAKARTA
MERUPAKAN IDENTITAS WILAYAH YANG LEKAT DENGAN
JULUKAN KOTA PELAJAR / MEMILIKI KEISTIMEWAAN SEBAGAI
DAERAH DAYA TARIK SETIAP ORANG YANG DATANG UNTUK
MENGGALI ILMU //
VO 2
JARAK DARI KOTA JOGJAKARTA MENUJU GUNUNG MERAPI
KURANG LEBIH TIGA PULUH KILO METER (30 KM) / MELALUI
108
JALUR JALAN RAYA KALIURANG / YANG DITEMPUH SEKITAR
SATU JAM MENGGUNAKAN KENDARAAN RODA EMPAT / DAN
SEKITAR EMPAT PULUH MENIT MENGGUNAKAN KENDARAAN
RODA DUA //
VO 3
MENURUT CATATAN MODERN / GUNUNG MERAPI MENGALAMI
ERUPSI SETIAP DUA SAMPAI LIMA TAHUN SEKALI // MENURUT
PENCATATAN SEJARAH / ERUPSI TERAKHIR DAN TERBESAR
TERJADI YAITU PADA TAHUN 2010 //
VO 4
SEBANYAK EMPAT BELAS DESA HABIS TERLAHAP LETUSAN
GUNUNG MERAPI / YAITU / DESA KALIBENING / KALIURANG /
KAPUHAN / KENINGAR / LENCOH / NGARGOMULYO / PATEN /
SAMIRAN / SENGI / SEWUKAN / SUMBER SERUTELENG / DAN /
TLOGOLELE / YANG MERENGGUT DARI TIGA RIBU (3000) RUMAH
HABIS TERSAPU AWAN PANAS / POHON-POHON TUMBANG / SERTA
LEBIH DARI TIGA RIBU (3000) HEWAN TERNAK MATI / TIGA RATUS
SEMBILAN PULUH DELAPAN JIWA (398) DITEMUKAN DALAM
KONDISI TAK BERNYAWA / LEBIH DARI DELAPAN RATUS (800)
ORANG PUN KEHILANGAN USAHANYA / SERTA KERUGIAN
MATRIAL HINGGA MENCAPAI / TIGA KOMA LIMA TRILIUN RUPIAH
//
109
VO 5
EMPAT ASPEK YANG MENJADI ALASAN MASYARAKAT DUSUN
PANGUKREJO UNTUK KEMBALI KE LERENG MERAPI // PERTAMA
WARGA HANYA MEMILIKI KEAHLIAN BERTANI YANG
MEMBUTUHKAN LAHAN LUAS / KEDUA HANYA MEMILIKI KE
AHLIAN SEBAGAI SUPIR TRUK PASIR / KETIGA WARGA HANYA
MEMILIKI BERTERNAK / DAN KE EMPAT WARGA YANG MEMILIKI
KEAHLIAN KULI PERTAMBANGAN PASIR / YANG TIDAK DAPAT
MENGOLAH HASILNYA //
SALAH SATU / YANG MENJADI PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN
MASYARAKAT DI DUSUN PANGUKREJO / IALAH ADANYA
KOPERASI YANG BERNAMA RUMAH SUSU NGUNDI MAKMUR //
KOPERASI TERSEBUT DI BENTUK OLEH YAYASAN DOMPET
DHUAFA / UNTUK MEMBANTU MENDISTRIBUSIKAN SUSU PARA
PETERNAK SAPI SEBAGAI PENGHASILAN TAMBAHAN MEREKA //
110
3.4 Proses Kerja Penata Kamera
Pada saat berlangsungnya sebuah proses penyiaran dalam bentuk audio
visual (siaran televisi) di butuhkan sebuah kamera dan seorang Camera Person.
Karena tanpa adanya kamera dan seorang Camera Person, sebuah produksi
televisi tidak dapat berlangsung. Camera Person biasa di sebut juga sebagai
Penata Kamera, Juru Kamera atau Sinematografer dan lain sebagainya.
Dalam Glosarium.org Camera Person adalah orang yang mampu
menggunakan kamera, memiliki pengalaman syuting untuk film dan mengerti cara
pengambilan gambar yang bagus. Maka pada proses kerja Camera Person,
penulis betul-betul mempelajari kamera apa yang akan di gunakan agar dapat
mengendalikan ataupun memahami dan bertanggung jawab atas gambar yang
penulis dapat ketika melakukan sebuah produksi film.
Menurut Ariatama dkk (2008:80) menjelaskan bahwa, “Camera Person
adalah Secara teknis melakukan perekaman visual dengan kamera mekanik
ataupun elektronik dalam produksi film di bawah arahan pengarah fotografi dan
bertanggungjawab kepadanya.”
Pada Proses Kerja Camera Person ini penulis ingin memvisualisasikan
sesuai skenario dan konsep sutradara, sehingga penulis berusahan menafsirkan
dan menciptakan imajinasi visual untuk menerjemahkan naskah cerita, alur dan
konsep sutradara kedalam sebuah shot gambar tetapi tetap pada arahan sutradara.
Menurut Nurhidayat dkk (2008:76) mengatakan bahwa, “Camera Person
adalah Seorang Sinematografer menciptakan kesan / rasa dengan tepat, suasana
111
dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan
sutradara.”
Selain bertugas untuk merekam dan menata pencahayaan guna
mendapatkan gambar yang di inginkan pada saat perekaman gambar, dalam
Proses Kerja Camera Person, penulis juga berusaha membantu sutradara untuk
memilih lokasi terbaik atau tempat-tempat mana saja yang akan di gunakan pada
saat berlangsungnya produksi film. Karena pengambilan gambar amat
menentukan keberhasilan penyampaian pesan.
Camera Person menurut Supriadi dkk (2014:48) adalah “orang yang
melaksanakan aspek teknis dalam pengambilan gambar, dia juga membantu
sutradara dalam memilih sudut, penyusunan dan rasa dari pencahayaan dan
kamera.”
Pada saat shooting Dokumenter Televisi “Merapi Kehidupan Kami”
penulis berusaha mengambil kebutuhan gambar yang sesuai dengan shot yang
berbeda, angle yang bervariasi dan komposisi yang tepat agar pencahayaan,
gambar dan kesan / rasa yang di hasilkan tetap stabil dan sesuai keinginan dan
arahan sutradara, agar dapat terciptanya sebuah film yang bagus dan berkualitas
dan tetap sesuai pada alurnya. Sehingga penonton tidak mudah jenuh atau bosan
dan tetap menontonya sampai selesai pada saat pemutaran film Dokumenter
Televisi tersebut.
Selain daripada itu seorang Camera Person juga mempunyai tugas tiga
proses dalam pembuatan film. Diantaranya yaitu Pra Produksi, Produksi dan
Pasca Produksi. Dari ketiga tugas tersebut penulis berusaha menerapkan dan
melakukan tugas Camera Person sesuai dengan tanggung jawab yang di pegang.
112
3.4.1 Pra Produksi
Pra Produksi merupakan sebuah awal persiapan pada sebuah produksi
film. Dengan kata lain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pra yang
berarti sebelum, dan Produksi yang berarti Pembuatan. Sehingga dapat di artikan
sebelum melakukan pembuatan. Dalam memaknai arti tersebut pada tahap ini
penulis mempersiapkan apa saja yang akan di gunakan dan di butuhkan pada saat
produksi terjadi, agar perencanaan sesuai dengan matang.
Menurut Javandalasta (2011:5) mengatakan bahwa “Pra Produksi adalah
proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua hal sebelum proses produksi
sebuah film, seperti pembuatan jadwal shooting, penyusunan kru dan pembuatan
skenario.”
Di tahap Pra Produksi ini penulis merencanakan visual yang akan di buat
secara sistematis dengan mengikuti director treatment yang sudah di buat pada
saat Pra Produksi sebagai panduan shot-shot dengan tepat dan apa saja yang di
perlukan agar setiap shotnya dapat membangkitkan emosi sesuai keinginan
sutradara.
Menurut Ayawaila dkk (2008:155) mengatakan bahwa “Pra Produksi pada
prinsipnya sama dengan film cerita (fiksi) karena pembuatan Dokumenter tidak
membutuhkan kru banyak sehingga koordinasi dan penanganannya lebih praktis.”
Karena pembuatan Dokumenter Televisi “Merapi Kehidupan Kami”
hanya berjumlahkan lima orang kru, maka penulis lebih mudah dalam melakukan
kerjasama dengan kru. Penulis juga di bantu oleh kru dalam pemilihan alat apa
saja yang akan dan harus di gunakan pada saat shooting di lakukan.
113
Pada saat menentukan alat apa saja yang akan di gunakan, sebagai Camera
Person penulis juga berusaha memahami, menguasai dan mempelajari jenis
kamera dan peralatan lain yang akan di gunakan saat produksi di lakukan. Dengan
tujuan agar gambar dapat di ambil dan di kendalikan sesuai dengan komposisi
yang di harapkan. Selain mempelajari dan memahami jenis kamera yang di
gunakan, penulis juga mendampingi dan membantu sutradara dalam melakukan
hunting lokasi shooting.
Pra Produksi menurut Nurhidayat dkk (2008:77) adalah “Menentukan
kebutuhan dan menjamin semua peralatan dengan spesifikasi sesuai dengan desain
visual. Kemudian menyiapkan dan memilih serta menentukan sarana peralatan
dan bahan baku yang di perlukan dalam menjalankan tugasnya.”
Agar peralatan dan perlengkapan penulis berfungsi dan berguna dengan
tepat, penulis kemudian melakukan uji coba secara teknis peralatan yang akan
digunakan dalam produksi. Penulis juga menyimpan rapi peralatan dan
perlengkapan shooting agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Selain
mempelajari kamera, penulis juga mempersiapkan perlengkapan lainnya yang
akan di butuhkan saat produksi, seperti : lensa kamera, baterai, tripod, slider,
LED, headset, Clip On, Monitor dan lain sebagainya.
3.4.2 Produksi
Setelah selesai mempersiapkan semua peralatan di tahap Pra Produksi, di
tahap Produksi ini penulis menjalankan tugasnya sebagai Camera Person.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Produksi adalah sebuah proses
pembuatan, dengan kata lain di tahap inilah peran terpenting seorang Camera
114
Person, yaitu penulis membawa semua alat-alat teknis yang di butuhkan saat
shooting, memilih peralatan mana saja yang harus di gunakan terlebih dahulu dan
mulai mengoperasikan kamera untuk mengambil shot-shot di lapangan sesuai
dengan alur cerita di skenario.
Produksi menurut Javandalasta (2011:48) adalah “gambar yang baik ialah
gambar yang kuat yang mampu menyampaikan pesan komunikasi secara singkat
tapi efektif.”
Sebagai Camera Person pada saat Produksi Dokumenter Televisi
“Merapi Kehidupan Kami”, penulis berusaha bekerja dengan sebaik mungkin
dan sekreatif mungkin bahkan sering kali penulis mengambil ulang beberapa kali
take shooting bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik pada objek
agar mendapatkan moment atau adegan yang menurut pandangan penulis bagus,
indah dan lain sebagainya.
Menurut Jandalasta (2011:5) mengatakan bahwa “Tahap Produksi adalah
proses semua hal yang sebelumnya telah di persiapkan pada proses Pra Produksi.
Proses ini merupakan proses yang membutuhkan stamina si pembuat film.”
Di taha Produksi ini semua unsur teknis dan kreatif Camera Person
(naskah, aktor, sinematografi, suara dan lain sebagainya) bergabung di bawah
pengawasan sutradara. Walaupun dengan pengaturan Auto pada kamera yang di
gunakan, penulis tetap berusaha dan memperhatikan sejumlah variasi angle dan
shot size, mengontrol fokus untuk mendapatkan ketajanan gambar atau membuat
bokeh pada objek, melakukan kontrol zoom pada lensa kamera dan lain
sebagainya. Namun semua itu tetap sesuai atas persetujuan dan arahan sutradara.
115
Pada tahap Produksi ini diharapkan semua kru film harus bisa saling
mengerti dan berusaha menahan ego masing-masing demi mendapatkan sebuah
film yang baik dan layak.
3.4.3 Pasca Produksi
Setelah melewati Pra Produksi dan Produksi, penulis menjalankan tahap
yang ke tiga yaitu Pasca Produksi, yang di mana seluruh tugas penulis telah di
jalankan dan di selesaikan, kemudian penulis menyimpan kembali peralatan yang
telah di gunakan ketika Produksi.
Menurut Javandalasta (2011:45) “setelah shooting video di laksanakan,
tahap berikutnya ialah pasca produksi yang komponen pekerjaan utamanya ialah
editing video.”
Dalam program dokumenter televisi “Merapi Kehidupan Kami” ini,
pada tahap Pasca Produksi penulis telah melakukan tugasnya sebagai Camera
Person dalam tahap Pra Produksi dan Produksi. Pada tahap Pasca Produksi selain
menyimpan kembali dengan baik peralatan yang telah di gunakan penulis juga
melakukan pemilihan gambar yang layak untuk di tampilkan agar sesuai dengan
skenario, kemudian penulis memdampingi editor dalam pemilihan gambar atau
shot-shot yang akan di gunakan agar berkesinambungan sehingga gambar yang di
tampilkan dapat berhasil tersampaikan.
3.4.4 Peran dan Tanggung Jawab Camera Person
Di tahap ini semua penjelasan atau keterangan mengenai gambar atau
visual merupakan Peran dan Tanggung Jawab penulis, karena Camera Person
116
merupakan sebuah jobdesk atau jabatan penulis pada kelompok Tugas Akhir
Dokumenter Televisi “Merapi Kehidupan Kami.”
Menurut Ariatama dkk (2008:81) “tanggung jawab pribadi adalah
menjalankan kamera dan menghentikannya sesuai petunjuk atau isyarat dari
sutradara.”
Dalam pembuatan produksi program dokumenter televisi “Merapi
Kehidupan Kami”, penulis harus mengambil gambar yang bagus dan indah
sesuai dengan alur cerita yang telah di buat. Karena keberhasilan suatu produksi di
tentukan oleh pengambilan gambar-gambar yang baik dan benar sehingga enak
untuk di tonton kepada masyarakat dan tidak membosankan ataupun tidak
membuat bingung penonton.
Pada umumnya Camera Person tidak bekerja sendiri namun di dampingi
oleh sutradara serta kru lainnya. Secara umum Tugas dan Tanggung Jawab
Camera Person pada saat Pra Produksi, Produksi menurut Ariatama dkk
(2008:82-83) meliputi :
a. Tahap Pra Produksi.
1. Menganalisa mood dari skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan
pengarahan, melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera
serta sarana penunjangnya.
2. Melakukan uji coba secara teknis atas peralatan dan bahan baku yang akan
di pergunakan dalam produksi.
3. Melakukan koordinasi dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien
mampu melaksanakan konsep visual dan gerakannya.
b. Tahap Produksi.
117
1. Mengkoordinasikan awak kamera dalam melaksanakan tugasnya.
2. Melakukan Perekaman visual secara teknis sesuai arahan PF baik dalam
hal komposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala
perubahannya.
3. Menjaga dan memelihara peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap
pakai.
Pada tahap ini penulis benar-benar menerapkan Peran dan Tanggung
Jawab sebagai Camera Person pada saat shooting berlangsung, dengan tujuan
agar saat melaksanakan shooting tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
Penulis juga selalu berdampingan dengan sutradara saat melakukan shooting.
Hingga penulis dan sutradara menyewa kendaraan roda dua agar dapat menempuh
perjalanan lebih cepat dan mendapatkan shot yang di inginkan. Dan juga penulis
beserta kru lainnya menyewa mobil jeep agar bisa memasuki wilayah dekat kaki
Gunung Merapi karena akses kendaraan lain tidak memungkinkan untuk di
gunakan.
3.4.5 Proses Penciptaan Karya
A. Konsep Kreatif
Pada Konsep Kreatif untuk program Dokumenter Televisi “Merapi
Kehidupan Kami”, penulis berusaha mengikuti keinginan atau arahan sutradara.
Penulis juga menambahkan komposisi gambar dengan membuat bokeh, moving
kamera (Panning, Tilting, Zooming, Tracking dan Follow), beberapa variasi angle
(High Angle, Eye Level dan Low Angle), juga menambahkan berbagai Shot Sizes
sesuai buku panduan yang telah penulis baca. Sehingga pergerakan kamera dapat
membantu menciptakan kesan-kesan tertentu sesuai tuntutan cerita. Gambar yang
118
di hasilkan pun menjadi lebih bervariasi dan tidak monoton namun tetap
berkesinambungan antara cerita dan gambar.
B. Konsep Produksi
Dalam tahap Konsep Produksi, penulis berusaha sebaik mungkin dan
semakasimal mungkin menerapkan konsep sesuai dengan yang telah di diskusikan
dengan sutradara dan kru lainnya . Dalam upaya ini, penulis sesekali
menggunakan slider dalam pengambilan gambar sesuai kebutuhan dan juga
menggunakan tripod dalam setiap pengambilan gambar atau stok shot agar
gambar-gambar yang di dapatkan tidak shaking, karena ada beberapa gambar atau
situasi tertentu yang tidak boleh shaking. Semua hal yang berkaitan dengan
gambar merupakan tanggung jawab penulis.
C. Konsep Teknis
Konsep Teknis merupakan salah satu komponen yang menentuka
penciptaan sebuah gambar selain dari Konsep Kreatif dan Konsep Produksi,
karena di Konsep Teknis ini penulis melakukan pengambilan gambar sesuai
teknik panduan buku yang penulis baca sebagai referensi.
Menurut Fachruddin (2012:150) “ukuran pengambilan gambar selalu di
kaitkan dengan ukuran tubuh manusia, namun penerapan ini juga belaku pada
benda lain, tinggal menyesuaikan ukurannya saja.”
Penulis menggunakan kamera Sony NEX VG-30, alasan penulis memilih
Kamera Sony NEX VG-30 karena selain gambar berkualitas juga mudah di
pahami, Kamera Seri ini tidak terlalu berat bila di bawa kemana-mana dengan
tambahan pendukung tripod, slider, LED, dan lain sebagainya.
119
Berikut beberapa macam istilah dalam teknik pengambilan gambar
menurut Javandalasta (2011:24-35) yaitu:
a. shoot size atau ukuran gambar :
1. Extreme Long Shot (ELS).
Merupakan kekuatan yang ingin menetapkan suatu (peristiwa,
pemandangan) yang sangat-sangat jauh, panjang dan luas
berdimensi lebar.
2. Very Long Shot (VLS).
Gambar-gambar opening scene atau bridging scene di mana
pemirsa di visualkan adegan kolosal, kota metropolitan dan
sebagainya.
3. Long Shot (LS).
“Size / frame compositions yang di tembak.” Keseluruhan gambar
dari pokok materi di lihat dari kepala ke kali atau gambar manusia
seutuhnya.
4. Medium Long Shot (MLS).
“Ini yang di tembak memotong pokok materi dari lutut sampai
puncak kepala pokok materi.” Setelah gambar LS di tarik garis
imajiner lalu di zoom in sehingga lebi padat, maka masuk ke
medium long shot.
5. Medium Shot (MS).
“Gambar di ambil dari pinggul pokok materi sampai pada kepala
pokok materi.” Ukuran MS, biasa di gunakan sebagai komposisi
gambar terbaik untuk wawancara.
120
6. Medium Close Up (MCU).
“Dari dada pokok materi sampai puncak kepala.” MS dapat di
kategorikan sebagai komposisi ”potret setengah badan” dengan
keleluasan back ground yang masih bias di nikmati .
7. Close Up (CU).
“Meliput wajah yang keseluruhan dari pokok matei.” Objek
menjadi titik perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar
belakang hanya terlihat sedikit.
8. Big Close Up (BCU).
Lebih tajam dari CU, yang mampu mengungkapkan kedalaman
pandangan mata, kebencian, raut wajah dan emosional wajah.
9. Extreme Close Up (ECU).
“Kekuatan ECU pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus
pada satu objek.” Paling sering di gunakan untuk memperhebat
emosi dari suatu pertunjukan musik atau situasi yang dramatis.
10. Over Shoulder Shot (OSS).
Pengambilan gambar / subjek / objek yang di ambil dari punggung
/ bahu seseorang.
11. Two Shot (TS).
Pengambilan gambar untuk dua subjek.
b. Angle Camera atau sudut pengambilan gambar :
1. High angle / Bird Eye View.
Kamera di tempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk
mendapatkan kesan bahwa subjek yang di ambil gambarnya
121
memiliki status social yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan
berbeban berat.
2. Eye level / Normal Angle.
Kamera di tempatkan sejajar dengan mata subjek dengan kesan
yang di sajikan adalah kewajaran, kesetaraan dan sederajat.
3. Low angle / Frog Eye View.
Kamera di tempatkan lebih rendah daripada subjek, untuk
menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada
penonton dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan,
jabatan, kekuatan dan sebagainya.
c. Camera movement atau Pergerakan Kamera :
1. Panning (Pan left / Pan right).
Pergerakan kamera dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri,
namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang
bergerak sesuai arah yang di inginkan.
2. Tilting (Tilt up / Tilt down).
Pergerakan kamera dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah
masih menggunakan tripod sebagai alat bantu dan tetap pada
porosnya.
3. Tracking (Track In / Track Out).
Pergerakan kamera mendekati objek atau menjauhi objek (objek
diam) dengan atau tanpa tripod / dolly.
4. Crab (Crab In / Cran Out).
122
Pergerakan kamera di mana kamera di geser ke kiri maupun ke
kanan dengan atau tanpa tripod.
5. Zooming (Zoom in / Zoom out).
Yang bergerak bukan kamera tetapi lensa kamera yang bergerak
maju atau mundur mendekati / menjauhi objek sementara kamera
diam.
Dari bebrapa penjabaran macam-macam istilah pengambilan gambar di
atas penulis mendapatkan inspirasi dalam Konsep Teknik pengambilan gambar,
sehingga penulis menjadi terinspirasi dan menjadi terarah ketika Produksi di
lakukan. Kemudian penulis tentu mempersiapkan segala kebutuhan alat saat
Produksi Dokumenter Televisi “Merapi Kehidupan Kami” seperti 1 set kamera
Sony NEX VG-30 HD (tripod, battery, charger), 1 kamera DSLR 60D, 2 buah
LED, 2 set clip on, 1 unit tripod, 1 unit slider, 5 Memory card slot 8 GB, 16 GB,
32 GB dan 64 GB, 1 buah Hardisk 1 TB, Lens Sony 18-200 mm, Lens Canon 60D
16-35 mm, Lens Tele Canon 18-200 mm, 1 set drone phantom 3, 1 unit monitor.
3.4.6 Kendala Produksi dan Solusinya
Dalam setiap produksi pasti semua kru memiliki kendala masing-masing.
Dalam proses produksi program dokumenter televisi yang berjudul “MERAPI
KEHIDUPAN KAMI” ini penulis mempunyai kendala seperti :
1. Sulitnya menemui fokus gambar pada kamera karena LCD monitor selalu mati
tiba-tiba saat di gunakan. Solusi yang penulis dapatkan adalah menggunakan
pengaturan autofocus dan menggunakan viewfinder.
2. Sulitnya mengatur pencahayaan pada kamera karena ada beberapa lokasi,
tempat atau ruangan yang di ambil berlawanan dengan cahaya. Solusi yang
123
penulis dapatkan adalah mengatur kamera sebaik mungkin sehingga kamera
mendapatkan cahaya yang cukup pada saat pengambilan gambar.
3. Pada saat wawancara narasumber, terkadang clip on yang di gunakan tidak
berfungsi dengan baik. Solusi yang penulis dapatkan adalah melakukan
wawancara ulang dan mengganti clip on yang tidak bisa di gunakan dengan
clip on yang masih berfungsi dengan baik.
Dengan bantuan dari semua kru penulis dapat mengatasi semua kendala
tersebut dengan baik.
124
Konsep Kerja Penata Kamera
Camera Person pada saat produksi sudah mempersiapkan semua
perlengkapan alat-alat kamera untuk melakukan pengambilan gambar.
Maka dalam pembuatan program dokumenter televisi ini penulis
mengambil gambar menjadikan treatment sebagai pedoman agar gambar
sesuai dengan naskah dan sesuai dengan fokus pada film Dokumenter
yang akan di buat. Penulis juga mengambil semua momen sebanyak
mungkin yang ada di lokasi untuk stok shot agar mencegah kurangnya
shot, namun penulis tetap berkoordinasi dengan sutradara.
Mempersiapkan Serta membahas tentang shot size dan shooting list
agar gambar yang di hasilkan sesuai keindahannya. Untuk menjadi
seorang Camera Person, penulis harus menguasai teknik dasar kamera,
memiliki respon yang cepat dalam mengoperasikan kamera, kreativitas,
berinovasi dan mengerti sistem pada kamera yang di gunakan.
125
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
SPESIFIKASI KAMERA
SONY NEX VG-30 HD Camcorder PAL Zoom Lens
Gambar III.4
Tabel III.10
No Spesifikasi Keterangan
1 Camera Type Camcorder Width : 3.63 inches
Height : 5.13 inches
Depth : 8.75 inches
Weight : 6.50 pounds
Color : Black
2 Sensor Sensor Size : APS-C (Nikon DX, Pentax,
Sony)
Sensor Type : CMOS
126
Effective Pixels : 16.1 megapixels
3 Controls Minimun ISO : 100
Maximum ISO : 25600
Fastest Shutter Speed (1/n seconds) :
4000
Slowest Shutter Speed (n seconds) : 30
seconds
Focus Point : 25
Max Continous Shooting Speed : 6FPS
4 Display Size : 3 inches
Articulating / Hinged Screen : Yes
5 Video Video Capture : Yes
Max. Resolution : 1080p
Standard Framerate (s) : 24,60
6 Software RAW Support RAW, RAW + JPEG
7 Lens Sony 18-200 mm Interchangeable : Yes
Supported Mounts : Sony E
Focal Length (wide) : 18 mm
Focal Length (telephoto) : 200 mm
Widest Aperture / f-stop : 3.5
Optical Zoom : 11.1 x
8 Lens Canon 16-35 mm Interchangeable : Yes
127
Supported Mounts : Canon EF
Focal Length (wide) : 16 mm
Focal Length (telephoto) : 35 mm
Widest Aperture / f-stop : 2.8
Optical Zoom : -
9 Lens Tele Canon 18-200
mm
Interchangeable : Yes
Supported Mounts : Canon EF-S
Focal Length (wide) : 18 mm
Focal Length (telephoto) : 200 mm
Widest Aperture / f-stop : 3.5
Optical Zoom : 11 x
10 Storage Supported Media : SD, SDHC, SDXC,
Memory Stick Pro Duo, Memory Stick
Pro-HG Duo, Memory Stick XC-HG Duo
11 Audio Built – In Speaker : Yes
Built – In Microphones : Yes
Microphone Input : Yes
12 Ports Video Out : Yes
Connection (s) : USB, HDMI, 3.5 mm
Stereo Audio, AV Multi
13 Battery Model : NP-FV70
Removable : Yes
128
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
SPESIFIKASI DRON DJI PHANTOM 3
Gambar III.5
Tabel III.11
No Spesifikasi Keterangan
1 Performance Maximum speed : 52.5 fps / 16 m/s
Maximum Ascent : 16.4 fps / 5 m/s
Descent Speed : 9.8 fps / 3 m/s
Maximum Altitude : 19685’ / 6000 m
Above Sea Level
Flight Time : Up to 25 Minutes
(depending on condition)
129
2 Flight Control System Built-in GPS
3 Transmitter Frequency : 5.725 GHz to 5.825 GHz
Communication Distance : 3280.8’ / 1000
m (outdoors and unobstructed, aircraft’s
altitude at 400 feet (120m))
Transmitter Power : EIRP : 19 dBm
Working Voltage : 600 Ma at 3.7V
Battery : 4480 mAh LiPo
Charging Port : Micro-USB
Mobile Device Holder
Compatibility : Smartphones
Operating Temperature : 32 to 104°F / 0
to 40°C
4 Camera Sensor
Size : 1/2.3”
Resolution : 12 MP Effective
Lens
Aperture : f/2.8
FOV : 94°
Focal Length : 20 mm (35 mm
equivalent)
Element : 9 Focus : 0 to ∞
130
Photo Resolution : Up to 12 MP (4000 x
3000)
ISO Range
Video : 100 to 3200
Photo : 100 to 1600
Shutter Speed : 8 to 1/8000 second
Video Resolution
UHD 2.7K (2704 x 1520) : 30p (29.97p)
FHD (1920 x 1080) : 24p, 25p, 30p
HD (1280 x 720) 24p, 25p, 30p, 48p, 50p,
60p
Photo Modes
Single ShotBurst Shooting : 3, 5, 7
FramesAuto Exposure Bracketing (AEB)
: 3/5 Bracketed Frames at 0.7 EV bias
Timelapse
Bitrate : Up to 40 Mbp/s
File Formats
Photo : JPEG, DNG
Video : MP4, MOV (MPEG-4 AVC)
Recording Media
Type : Micro SD/SDXC card up to 64 B
131
Format : FAT32 / exFAT
Note : Class 10, UHS-1 or Faster Card
Required
Operating Temperature : 32 to 104°F / 0
to 40°C
5 Gimbal Number of Axes : 3-axis (pitch roll, yaw)
Control Range
Pitch : -90 to +30°
Angular Vibration Range : ± 0.02°
6 Video Downlink Interface : Wi-Fi
Frequency : 2.400 to 2.483 GHz
Transmit Power : 27 dBm
Range : Up to 3280.8’ / 1000 m (outdoors
and unobstructed, aircraft’s altitude at
400’ feet (120 m))
Resolution : 720 at 30 fps (Depending on
Conditions and mobile device)
Latency : Low Latency (Depending on
Conditions and Mobile Device)
7 Motor Type : Brushless
Working Temperature : 23 to 104°F / -5
to 40°C
132
Weight : 1.9 oz / 55 g
8 Flight Battery Chemistry : Lithium-Polymer (LiPo)
Capacity : 4480 mAh
Wattage : 68 Wh
Configuration : 45
Voltage : 15.2 V
Weight : 12.9 oz / 365 g
Maximum Charging Power : 100 W
Operating Temperature : 14 to 104°F / -
10 to 40°C
Charger
Voltage : 17.4 V
Power : 57 W
9 Mobile App Name : DJI GO
System requirements
Operating System : iOS
Recommended Devices : iPhonee 5s,
iPhone 6, iPhone 6 Plus, iPad Air, iPad
Air Wi-Fi + Cellular, iPad Mini 2, iPad
Mini 2 Wi-Fi + Cellular, iPad Air 2, iPad
Air 2 Wi-Fi + Cellular, iPad Mini 3 and
iPad Mini 3 Wi-Fi + Cellular
133
Note : Optimized untuk iPhone 5s,
iPhone 6 and iPhone 6 Plus
10 Wi-Fi Range Extender Frequecy : 2.4 GHz ISM
EIRP : 100 mW
11 General Operating Temperature : 32 to 104°F / 0
to 40°C
Dimensions : Diagonal (Including
Propellers) : 23.2” / 590 mm
Weight : Including Battery and Propellers
: 2.7 Ib / 1.2 kg
134
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
CAMERA REPORT
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Penulis Naskah : Indah W. N
Tabel III.12
No
Segment
Visual
Video
Audio Shot
Size
Angle Moving
1 1 VLS Eye
Level
Pan
Right
Stasiun
Yogyakarta
Sound
Effect
2 1 VLS Eye
Level
Pan Left Kereta Api Sound
Effect
3 1 VLS Low
Angle
Till
Down
Tugu
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
4 1 VLS Eye
Level
Still Tugu
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
135
5 1 VLS Eye
Level
Still Aktivitas jalan
Malioboro
Sound
Effect dan
Voice Over
6 1 MLS Low
Angle
Still Jalan
Malioboro
Sound
Effect dan
Voice Over
7 1 LS Eye
Level
Still Lampu Merah
Jalan
Malioboro
Sound
Effect dan
Voice Over
8 1 MS Low
Angle
Still Keraton
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
9 1 LS Eye
Level
Still Pesindhen
keraton
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
10 1 MLS Low
Angle
Still Pewayang
Keraton
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
11 1 MLS Eye
Level
Still Aktivitas jalan
Malioboro
Sound
Effect dan
Voice Over
136
12 1 MS Low
Angle
Still Aktivitas
sekitar Alun-
alun Keraton
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
13 1 LS Eye
Level
Still Suasana sekitar
jalan
Malioboro
Sound
Effect dan
Voice Over
14 1 MS Eye
Level
Still Transportasi
Umum
Yogyakarta
Sound
Effect dan
Voice Over
15 1 MLS Low
Angle
Still Aktivitas
sekitar jalan
Malioboro
Sound
Effect dan
Voice Over
16 1 MLS Low
Angle
Zoom
Out
Lampu sekitar
jalan
Malioboro
Atmosfer
17 1 MS Low
Angle
Crane
Shoot
Jalan menuju
Kaliurang
Sound
Effect
18 1 VLS Eye
Level
Still Pintu Masuk
Kaliurang
Sound
Effect
19 1 VLS Frog Zoom in Jalan raya Sound
137
Level Kaliurang Effect
20 1 ELS High
Angle
Still Kondisi
aktivitas
sekitar
jembatan
Cangkringan
Sound
Effect dan
Voice Over
21 1 ELS Eye
Level
Pan Left Aktivitas
sekitar
Jembatan
Cangkringan
Sound
Effect dan
Voice Over
22 1 LS Frog
Level
Still Para
pengendara
wisata Lava
Tour
Sound
Effect dan
Voice Over
23 1 LS Low
Angle
Still Para
pengendara
wisata Lava
Tour
Sound
Effect
24 1 LS Eye
Level
Still Para
pengendara
wisata Lava
Tour
Sound
Effect
138
25 1 ELS Eye
Level
Still Suasana
Gunung
Merapi
Sound
Effect
26 1 VLS Low
Angle
Still Suasana
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
27 1 MCU Eye
Level
Still Puncak
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
28 1 ELS Eye
Level
Zoom
Out
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
29 1 ELS Bird
Eye
View
Pan
Right
Pemandangan
Gunung
Merapi dan
sekitarnya
Sound
Effect dan
Voice Over
30 1 ELS Bird
Eye
View
Till
Down
Pemandangan
Gunung
Merapi dan
Sekitarnya
Sound
Effect
31 1 - - - Catatan Erupsi
Gunung
Sound
Effect dan
139
Merapi 2
November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Voice Over
32 1 MLS Low
Angle
Till
Down
Catatan sejarah
getaran
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
33 1 - - - Catatan Erupsi
Gunung
Merapi 13
November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Sound
Effect dan
Voice Over
34 1 BCU High
Angle
Zoom
Out
Replika
Gunung
Merapi
Sound
Effect
34 1 MS Eye
Level
Still Peta Sekitar
Wilayah
Gunung
Merapi
Sound
Effect
35 1 MCU High Still Replika jalur Sound
140
Angle lava Gunung
merapi
Effect
36 1 - - - Panjang wudus
gembel ketika
Gunung
Merapi
meletus
(Sumber
BPPTKG)
Sound
Effect
37 1 - - - Situasi desa
sekitar, ketika
terjadi letusan
Gunung
Merapi
(Sumber
BPPTKG)
Sound
Effect dan
Voice Over
38 1 MLS Eye
Level
Zoom
Out
Sisa bangunan
setelah erupsi
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
39 1 MS Eye
Level
Still Sisa bangunan
setelah erupsi
Sound
Effect
141
Gunung
Merapi
40 1 ELS Low
Angle
Till Up Sekitar
Gunung
Merapi
Sound
Effect
41 1 ELS Bird
Eye
View
Pan
Right
Sekitar
Gunung
Merapi
Sound
Effect
42 1 ECU Eye
Level
Still Puncak jalur
lava Gunung
Merapi
Sound
Effect
43 1 ELS Eye
Level
Track
Out
Sekitar
Gunung
Merapi
Sound
Effect
44 1 MS Eye
Level
Pan
Right
Balai
Penyelidikan
dan
Pengembangan
Teknologi
Kebencanaan
Gunung
(BPPTKG)
Sound
Effect
142
45 1 LS Eye
Level
Still Balai
Penyelidikan
dan
Pengembangan
Teknologi
Kebencanaan
Gunung
(BPPTKG)
Sound
Effect
46 1 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Agus
Budi Santoso
Kepala Seksi
Gunung
Merapi
BPPTKG
Narasumber
47 1 LS Eye
Level
Still Gunung
Merapi
Narasumber
48 1 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Agus
Budi Santoso
Kepala Seksi
Gunung
Merapi
Narasumber
143
BPPTKG
49 1 ELS Bird
Eye
View
Track In Penampakan
Gunung
Merapi dan
jalur lava
Merapi
Narasumber
50 1 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Agus
Budi Santoso
Kepala Seksi
Gunung
Merapi
BPPTKG
Narasumber
51 1 BCU Eye
Level
Still Seismometer,
Alat bantu
sensor getaran
untuk pantau
Gunung
Merapi
Narasumber
52 1 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Agus
Budi Santoso
Narasumber
144
Kepala Seksi
Gunung
Merapi
BPPTKG
53 1 MS Eye
Level
Still Ruangan
monitor untuk
memantau
aktifitas
Gunung
Merapi
Narasumber
54 1 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Agus
Budi Santoso
Kepala Seksi
Gunung
Merapi
BPPTKG
Narasumber
55 2 MCU Low
Angle
Still Plang Rumah
Dukuh
Pangukrejo
Atmosfer
56 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Narasumber
145
Dukuh Desa
Pangukrejo
57 2 VLS Eye
Level
Still Aktifitas
peternakan
warga
Pangukrejo
Narasumber
58 2 ECU Eye
Level
Still Aktifitas
peternakan
warga
Pangukrejo
Narasumber
59 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
60 2 VLS High
Angle
Zoom
In
Aktifitas
Pariwisata Jeep
/ Lava Tour
Narasumber
61 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
146
62 2 MLS Eye
Level
Pan
Right
Dinas
Pariwisata,
Sleman
Narasumber
63 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
Narasumber
64 2 VLS Eye
Level
Pan Left Aktifitas dan
bantuan para
relawan
menggunakan
jeep untuk ke
tempat
pengungsian
Narasumber
65 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Narasumber
147
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
66 2 VLS Eye
Level
Still Aktivitas dan
bantuan para
relawan
menggunakan
jeep ke tempat
pengungsian
Narasumber
67 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
Narasumber
68 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
69 2 ELS Bird Pan Left Suasana Desa Narasumber
148
Eye
View
di sekitar
Gunung
Merapi
70 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
71 2 LS Eye
Level
Pan Left Aktivitas
warga Desa
Pangukrejo di
peternakan
sapi
Sound
Effect
72 2 CU Eye
Level
Till Up Aktivitas
warga Desa
Pangukrejo di
peternakan
sapi
Sound
Effect
73 2 MLS Eye
Level
Still Aktivitas
warga Desa
Pangukrejo di
peternakan
sapi
Sound
Effect
149
74 2 MCU Eye
Level
Still Aktivitas
warga Desa
Pangukrejo di
peternakan
sapi
Sound
Effect
75 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
76 2 - - - Bangunan dan
jaringan listrik
yang rusak
(Sumber
BPPTKG)
Narasumber
77 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
78 2 LS Eye
Level
Still Akses fasilitas
jalan raya
Narasumber
79 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
Narasumber
150
warga Desa
Pangukrejo
80 2 VLS High
Angle
Still Akses fasilitas
jalan raya
Nrasumber
81 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
warga Desa
Pangukrejo
Narasumber
82 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
Narasumber
83 2 VLS Eye
Level
Still Pintu masuk
Kaliurang
Narasumber
84 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Narasumber
151
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
85 2 MS Eye
Level
Follow Wisata Jeep /
Lava Tour
Narasumber
86 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
Narasumber
87 2 LS Eye
Level
Still Pelatihan-
pelatihan
warga
Pangukrejo
Narasumber
88 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Narasumber
152
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
89 2 VLS High
Angle
Still Wisata Jeep /
Lava Tour
Narasumber
90 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Kus
Endarto,
SE,M.Ec.Dev.
Kepala Seksi
Dokumentasi
dan Informasi
Pariwisata
Narasumber
91 2 VLS Eye
Level
Still Aktivitas
warga Desa
Pangukrejo
Sound
Effect
92 2 VLS Eye
Level
Still Aktivitas
warga Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
93 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas
warga saat
Sound
Effect dan
153
bertani di Desa
Pangukrejo
Voice Over
94 2 LS Low
Angle
Pan Left Aktivitas
warga saat
bertani di Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
94 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas
warga dengan
truk pasir di
Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
95 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas di
peternakan
sekitar Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
96 2 CU Eye
Level
Still Aktivitas di
peternakan
sekitar Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
97 2 MCU Eye
Level
Still Aktivitas di
peternakan
sekitar Desa
Sound
Effect dan
Voice Over
154
Pangukrejo
98 2 LS Low
Angle
Pan
Right
Aktivitas di
peternakan
sekitar Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
99 2 MS Eye
Level
Still Aktivitas di
Koperasi
Rumah Susu
sekitar Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
100 2 BCU Eye
Level
Still Aktivitas di
Koperasi
Rumah Susu
sekitar Desa
Pangukrejo
Sound
Effect dan
Voice Over
101 2 LS Eye
Level
Still Aktivitas
warga di
sekitar
Koperasi yang
bernama
Rumah Susu
Ngundi
Sound
Effect dan
Voice Over
155
Makmur
102 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
103 2 LS Low
Angle
Still Pintu masuk
Huntap Ploso
Kerep
Narasumber
104 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
105 2 MLS Eye
Level
Pan
Right
Situasi huntap-
huntap desa
Pangukrejo
Narasumber
106 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
107 2 LS Eye
Level
Pan
Right
Situasi huntap-
huntap Desa
Narasumber
156
Pangukrejo
108 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
109 2 LS High
Angle
Pan
Right
Situasi huntap-
huntap Desa
Pangukrejo
Narasumber
110 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
111 2 MLS Eye
Level
Pan Left Situasi huntap-
huntap Desa
Pangukrejo
Narasumber
112 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
113 2 LS Eye
Level
Still Situasi huntap-
huntap Desa
Narasumber
157
Pangukrejo
114 2 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
115 3 BCU Eye
Level
Still Perpustakaan
Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect
116 3 LS Eye
Level
Pan
Right
Perpustakaan
Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect
117 3 LS Eye
Level
Still Aktivitas anak-
anak di
perpustakaan
Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect
118 3 MLS High
Angle
Still Aktivitas anak-
anak di
perpustakaan
Sound
Effect dan
Voice Over
158
Sekolah
Gunung
Merapi
119 3 MCU Low
Angle
Pan Left Suasana
Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
120 3 MLS Eye
Level
Pan Left Suasana
Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
121 3 LS Eye
Level
Pan
Right
Aktivitas anak-
anak di
perpustakaan
Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
122 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Vian
Relawan
Sekolah
Gunung
Narasumber
159
Merapi
123 3 VLS Eye
Level
Pan Left Suasana
Sekolah
Gunung
Merapi
Narasumber
124 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Vian
Relawan
Sekolah
Gunung
Merapi
Narasumber
125 3 LS Eye
Level
Still Lorong
Sekolah
Gunung
Merapi
Narasumber
126 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Vian
Relawan
Sekolah
Gunung
Merapi
Narasumber
127 3 MS Eye Pan Left Suasana Narasumber
160
Level Sekolah
Gunung
Merapi
128 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Vian
Relawan
Sekolah
Gunung
Merapi
Narasumber
129 3 ECU Eye
Level
Still Tanaman
sekitar Sekolah
Gunung
Merapi
Sound
Effect
130 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
dan Sound
Effect
131 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Hardi
Warga Desa
Pngukrejo
Narasumber
dan Sound
Effect
132 3 MS Eye Still Wawancara Narasumber
161
Level Bapak Vian
Relawan
Sekolah
Gunung
Merapi
dan Sound
Effect
133 3 ELS Low
Angle
Pan
Right
Penampakan
dari kaki
Gunung
Merapi
Sound
Effect dan
Voice Over
134 3 ELS Bird
Eye
View
Pan Left Penampakan
suasana Desa
Pangukrejo
dari atas
ketinggian
Sound
Effect dan
Voice Over
135 3 MS Eye
Level
Still Wawancara
Bapak Subagio
Dukuh Desa
Pangukrejo
Narasumber
dan Sound
Effect
136 3 VLS Low
Angle
Still Gunung
Merapi
Sound
Effect
137 3 ELS Low
Angle
Pan
Right
Bunker
Kaliadem
Sound
Effect
162
3.5 Proses Kerja Editor
Dalam setiap proses pembuatan suatu program terutama program
dokumenter, diperlukan proses final yaitu editing yang merupakan proses
pengumpulan data-data ketika proses produksi berlangsung berupa shot-shot dan
kemudian di satukan menjadi suatu cerita utuh dengan tambahan efek suara dan
juga efek-efek gambar sehingga menunjang menjadi suatu film yang dapat
dinikmati dan dimengerti oleh penonton.
Dalam setiap proses editing tersebut terdapat seseorang yang bertanggung
jawab atas proses editing, dan itu adalah editor atau juga bisa disebut sebagai
penyuting gambar.
Menurut Sunu dkk (2008:143) menjelaskan bahwa “editor adalah sineas
professional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari
shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga
menjadi sebuah film cerita yang utuh”.
Dari pernyataan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa seorang editor
adalah orang yang memiliki peran penting dalam meyusun cerita dari shot-shot
yang telah diambil berdasarkan konsep yang sudah disiapkan menjadi sebuah
film.
Menurut Fachruddin (2016:395) mengemukakan “pada stasiun televisi,
profesi yang bertugas melakukan kegiatan penyutingan gambar (editing televisi)
disebut seorang editor”.
163
Maka dari itu penulis yang juga bertugas sebagai editor memiliki tugas
penyutingan gambar yang melalui tahap-tahap penting supaya penonton dapat
mengerti isi cerita yang akan disampaikan.
Menurut Supriyadi dkk (2014:149) menyatakan “editor adalah seorang yang
memilih dan memilah gambar-gambar yang dihasilkan dari perekaman kamera
untuk disunting dan disusun menjadi suatu rangkaian gambar untuk menjadi film
yang utuh”.
Penulis mengambil kesimpulan dari kutipan di atas yaitu seorang editor harus
bisa berfikir secara kreatif dan juga harus berfikir seperti apa susunan shot yang
akan dibuat, dan juga editor harus bisa memikirkan alur cerita sehingga shot-shot
yang akan disusun nanti bisa berkesinambungan dan juga bisa membentuk suatu
alur cerita yang baik.
Dan editor jugadi setiap kegiatan produksi selalu melakukan tahapan dan
proses editing yang merupakan pekerjaan dari seorang editor itu sendiri. Berikut
ulasan tentang editing.
Menurut Fachruddin (2016:395) “editing televisi itu sendiri adalah proses
menyusun, memanipulasi, dan merangkai ulang rekaman video (master tape)
menjadi suatu rangkaian cerita yang baru (sesuai naskah) dengan memberikan
penambahan tulisan, gambar, atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat
dinikmati pemirsa”.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dilakukan oleh seorang editor
dalam mengedit sebuah karya produksi adalah membuat shot dan unsur
pendukung lainnya seperti voice, sound effect, dan beberapa music untuk
164
melatarbelakangi karya produksi tersebut. Proses editing itu sendiri menurut
penulis merupakan proses penyambungan berbagai gambar-gambar hasil shot
ketika produksi menjadi suatu kesatuan berdasarkan alur cerita yang sudah
ditentukan dari awal ke bentuk cerita yang menarik untuk disimak.
Menurut Sunu dkk (2008:143) mengemukakan “editing dalam produksi
film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau
perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep
penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang
memenuhi standar dramatic, artistic dan teknis”.
Dan dari kutipan diatas yang merupakan kutipan kedua penulis menarik
kesimpulan bahwa editing adalah suatu fase produksi yang biasanya berada pada
akhir rangkaian produksi sebuah karya yaitu penyusunan gambar-gambar dan
dialog yang telah diambil berdasarkan skenario dan konsep yang telah dibuat
bersama kemudian membentuk cerita yang memenuhi standar cerita yang
menarik.
Supriyadi dkk (2014:148) mengantakan bahwa “editing merupakan proses
terakhir dalam penyelesaian produksi program TV maupun film. Tahap ini
merupakan tahap akhir dimana editing dapat dikatakan sebagai proses menyeleksi
dan menyatukan gambar serta suara selama proses produksi berlangsung”.
Penulis menyimpulkan dari kutipan diatas bahwa proses editing adalah
tahap akhir penyatuan gambar yang telah dikumpulkan selama proses produksi
beserta suara-suara yang dianggap penting.
165
Menurut Stanley Kubrick dalam Fachruddin (2016:396) mengatakan bahwa: Proses penyutingan adalah tahapan dari sebuah produksi yang unik di dalam motion pictures. Semua aspek di dalam pembuatan film terdapat keunikan tersendiri karena memiliki beberapa unsur seperti fotografi, arah seni, penulisan, dan keserasian bunyi yang direkam menjadi kesatuan yang saling mendukung. Dan penyutingan adalah cara memproses itu semua menjadi unik untuk memfilmkan atau menjadi sebuah film yang utuh.
Dari kutipan Stanley Kubrick di atas penulis menyimpulkan bahwa setiap
proses produksi itu merupakan proses yang unik yang merupakan gambar-gambar
yang bisa bergerak dan memiliki keunikan masing-masing karena setiap proses
penyutingan gambar tersebut memiliki unsur seni fotografi yang disatukan dengan
beberapa unsur bunyi-bunyian yang direkam menjadi satu lalu disusun menjadi
sebuah karya film yang utuh dan dapat dinikmati oleh penonton.
Dari beberapa pengertian tentang editor dan juga pekerjaannya yaitu
editing di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa, editor adalah seseorang
yang menyusun, memotong, dan memadukan urutan-urutan gambar menjadi suatu
kontinuitas gambar yang saling berkesinambungan dan memiliki arti atau cerita
yang logis dari awal hingga akhir tayangan sesuai dengan konsep asli dan
bertujuan untuk memberikan hiburan, informasi atau inspirasi yang bersumber
dari kamera, VTR (Video Tape Recording) dan lainnya.
Dengan kata lain penulis dalam menyusun gambar harus mampu
menggunakan imajinasi dan kreatifitas terhadap gambar-gambar atau cerita yang
akan disusun supaya menarik minat khalayak untuk menonton dan dapat
menyerap informasi-informasi yang disajikkan.
Disini juga penulis harus bekerja sama dengan tim produksi lainnya
terutama dengan sutradara dan juga penulis naskah atau script writer, agar dapat
166
tercipta susunan yang baik dan sesuai dengan plot atau konsep yang diinginkan
oleh sutradara dan juga penulis naskah.
3.5.1. Pra Produksi
Pra produksi adalah saat dimana kita sebagai satu tim mempersiapkan
segala sesuatu yang akan diperlukan untuk produksi sebuah karya film, disini
penulis beserta tim mengacu kepada karya film dokumenter.
Menurut Supriyadi dkk (2014:165) menjelaskan bahwa “pra produksi
merupakan tahapan yang penting dalam sebuah produksi program acara. Dalam
tahap ini semua persiapan sebelum pelaksanaan produksi dilakukan. Semakin baik
persiapan yang dilakukan maka semakin baik pula program yang ditayangkan”.
Penulis mengambil kesimpulan dari kutipan di atas adalah tahap pra
produksi memang sangat penting dalam setiap pembuatan karya film, karena pada
tahap ini menurut penulis harus mempersiapkan segala hal untuk keperluan
produksi, dari mulai persiapan konsep, budgeting, hingga hal apa saja yang akan
dilakukan pada tahap produksi nanti supaya mendapatkan hasil yang memuaskan
dan juga layak untuk ditayangkan.
Ada juga beberapa tahapan ketika pra produksi yang harus dilakukan, hal ini
dikemukakan dari kutipan Sunu dkk (2008:144) yang menjabarkan:
1. Menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam skenario
dan mengungkapkan penilaiannya pada sutradara.
167
2. Berdiskusi dengan departemen yang lain dalam script conference untuk
menganalisa skenario baik secara teknis, artistik, dan dramatik.
3. Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor bersama produser dan
sutradara menentukan proses paska produksi yang akan digunakan seperti
Kinetrasfer, Digital Intermediate atau Negative Cutting.
Dari kutipan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa editor juga
harus berperan ketika pra produksi terutama dalam membicarakan tentang konsep
bagaimana nanti ketika masuk ke dalam proses editing pada pasca produksi
tentang teknis, unsur artistik dan juga unsur dramatisnya.
Dalam awal proses pra produksi penulis bersama tim melakukan
pembagian jobdesk dan sekaligus menentukan ide-ide cerita yang akan nanti
diangkat pada film dokumenter kami. Setelah beberapa hari kami berkumpul
untuk mencari ide-ide cerita muncullah ide kami untuk membuat film di Daerah
Istimewa Yogyakarta karena menurut kami di tempat tersebut memiliki berbagai
keunikan, kami menemukan beberapa ide dari keunikan-keunikan Daerah
Istimewa Yogyakarta tersebut.
Ada tiga ide yang kami temukan di daerah tersebut, yaitu pertama ide
tentang mengangkat kerajinan perak di daerah Kotagede Jogjakarta, kedua adalah
tentang biografi “Abdi Dalem Kraton Daerah Istimewa Yogyakarta”, dan ketiga
adalah mengangkat tentang Sekolah Gunung Merapi yang dibangun oleh
beberapa relawan erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010.
168
Setelah menemukan ide-ide tersebut penulis bersama tim melakukan riset menuju
Daerah Istimewa Jogjakarta dan melakukan riset di ketiga lokasi tersebut,
termasuk juga meminta perizinan untuk melakukan produksi di sana.
Kemudian pada minggu ke-2 bulan April kami mengajukan hasil riset
kami kepada dosen pembimbing kami dan melakukan pertimbangan-
pertimbangan. Setelah mendapat masukan dari dosen pembimbing kami kemudian
kami mengembangkan ide kembali dan menemukan titik terang kami akan
mengangkat tentang kehidupan warga masyarakat lereng Gunung Merapi setelah
pasca erupsi pada tahun 2010 dan kami mengangkat judul “Merapi Kehidupan
Kami”.
Selanjutnya pada minggu terakhir bulan April 2018 kami melakukan riset
lanjutan dari perkembangan ide kami, termasuk meminta izin untuk produksi dan
juga menentukan tempat dimana kami menginap ketika melakukan produksi.
Setelah semuanya mencapai kata sepakat penulis mengajukan beberapa
alat yang akan dibutuhkan selama proses editing berlangsung nantinya, terutama
perangkat-perangkat komputer serta hardware pendukung lainnya, dan tidak lupa
juga software utama editing yang digunakan kali ini adalah Adobe Premiere Pro
CS6 untuk proses penggabungan gambar.
Disini juga penulis dan departemen produksi lainnya membantu penulis
naskah mengembangkan ide menjadi sebuah alur cerita, dan penulis pun
memberikan masukan-masukan bagaimana urutan cerita yang dibuat agar dapat
enak dilihat dan juga dapat dimengerti oleh penontonnya terlebih lagi supaya
penonton tidak jenuh melihat karya dokumenter kami.
169
3.5.2. Produksi
Produksi menurut penulis adalah serangkaian proses-proses teknis mulai
dari shot establish kemudian wawancara dan lainnya hingga menghasilkan sebuah
produksi program.
Menurut Sunu dkk (2008:144) menjelaskan bahwa “dalam tahap ini
seorang editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus, namun dalam proses
produksi ini seorang editor dapat membantu mengawasi pendisitribusian dan
kondisi materi mulai dari laboratorium sampai materi tersebut berada dimeja
editing.”
Dari kutipan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa editor pada saat
proses produksi tidak memiliki banyak tugas dan tanggung jawab, tetapi dalam
proses ini penulis sebagai editor harus memiliki ide-ide kreatif agar dapat
memberikan masukan kepada sutradara dan camera person tentang gambar-
gambar yang akan diambil supaya pada saat sampai ke proses penyutingan
gambar dapat menjadi gambar yang baik untuk dijadikan sebuah karya film.
Pada tahap produksi ini penulis membantu seorang sutradara dalam
memberikan ide-ide ketika pengambilan stock shot pada hari pertama kami di
lokasi. Disini juga penulis menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
menyimpan gambar-gambar hasil produksi seperti laptop dan juga hardisk
external.
Ketika melakukan wawancara kami kepada narasumber, penulis juga
membantu menyiapkan alat-alat untuk keperluan produksi seperti kamera, clip on,
170
lightning, dan juga membatu menata property supaya nyaman untuk melakukan
wawancara kepada narasumber.
Penulis pada saat produksi “Merapi Kehidupan Kami” juga ikut
berperan membantu sutradara beserta camera person dalam pengambilan gambar
apa saja yang cocok dan baik untuk tahap penyutingan gambar dan juga gambar-
gambar yang baik dan mencegah kekurangan stock shoot. Serta juga paham
membaca situasi saat produksi agar dapat mengeksplorasi ide-ide saat proses
editing nanti. Disini penulis juga mengumpulkan data-data yang dibutuhkan pada
saat proses penyutingan gambar.
Penulis disini pada saat proses produksi berlangsung juga mencari sumber-
sumber gambar atau courtesy dari narasumber, dan juga mencari backsound suara
musik dan juga efek-efek suara demi keperluan editing. Penulis juga mulai
melakukan editing untuk bagian-bagian karya seperti pembuatan bumper untuk
bagian awal karya.
3.5.3. Pasca Produksi
Tahapan pasca produksi menurut penulis adalah tahapan proses akhir dalam setiap
proses produksi yaitu tahapan finishing atau penyelesaian sebuah karya.
Menurut Supriyadi dkk (2014:167) mengatakan bahwa : Pasca produksi adalah proses atau tahap yang dilalui setelah semua materi dasar program berupa shot-shot dan unsur pendukungnya sudah selesai. Dalam hal ini peranan seorang editor dibutuhkan untuk menggabungkan shot hingga menjadi sebuah scene atau adegan. Peranan editor disini juga merupakan proses paling akhir dalam pembuatan suatu karya audio visual. Dalam proses ini editor memegang peranan penting dalam penyusunan gambar hingga menjadi satu kesatuan cerita yang utuh sesuai dengan cerita yang diinginkan. Bisa dibilang tahap ini penting dalam produksi program.
171
Proses editing ini bisa menjadi proses yang sangat kompleks yang melibatkan peralatan digital, tahap ini meliputi banyak hal seperti offline editing, online editing, dubbing,mixing,dan sub titling.
Dari pernyataan di atas tahapan pasca produksi menurut penulis adalah
tahapan ketika produksi selesai di laksanakan dan segala hasil produksi yang
berupa shot-shot dan unsur-unsur lainnya telah selesai. Kemudian penulis
melakukan tugas sebagai seorang editor yaitu menggabungkan semua shot
menjadi suatu cerita yang dapat dimengerti oleh penonton.
Dalam proses pasca produksi ini penulis mempunyai peran yang penting
berupa menyusun gambar, hingga menjadi karya cerita yang sesuai dengan alur
cerita yang diinginkan oleh sutradara dan penulis naskah.
Pada pasca produksi, penulis juga menerapkan proses kerja editing yang
terdiri dari offline editing dan juga online editing. Tahapan pertama yaitu pada
saat offline editing penulis bersama seluruh tim memutar kembali hasil-hasil shot
di komputer sehingga kami semua dapat mengetahui hasil pada waktu proses
produksi karya dokumenter “Merapi Kehidupan Kami”.
Pada tahapan kedua penulis melakukan perpindahan atau mentransfer file
data video hasil rekaman saat produksi yang telah diambil oleh seorang camera
person dari arahan sutradara dan dilihat bersama ke dalam komputer. Pada proses
ini penulis sudah mulai menggunakan software editing.
Tahapan selanjutnya penulis mencatat secara kasar urutan dan kode-kode
sebelum melakukan editing, tahap ini dimaksudkan agar ketika memasuki proses
editing penulis tidak mengalami kesulitan dalam memilih, dan memilah gambar
yang sesuai dengan cerita yang telah disusun oleh penulis naskah.
172
Tahapan keempat penulis mulai menyusun gambar dan menyambungkan
stock shoot gambar secara kasar dan juga secara cut to cut dan belum di
tambahkan efek-efek editing. Selanjutnya penulis memotong gambar kemudian
menyambungkan dan menyusunnya menjadi editan sementara. Proses ini juga
sangat memungkinkan terjadi perubahan-perubahan editing.
Setelah editan sementara telah selesai dibuat, penulis menunjukkan hasil
proses editing kepada seluruh crew dan setelah semua menyetujui editan
sementara itu, penulis mulai merapihkan editan tersebut menjadi editan yang
sudah tidak dapat lagi dikurangi ataupun ditambahkan lagi proses ini disebut
dengan proses fine cut.
Selanjutnya penulis mulai memasuki proses online editing yaitu penulis
mulai memperluas susunan gambar dengan memberikan efek-efek dan transisi
yang dibutuhkan. Penulis memberikan title pada judul karya dan juga mulai
memasukkan tulisan-tulisan lain pada video, antara lain yaitu penamaan
narasumber dan juga credit title.
Setelah semua selesai penulis mulai memasukkan suara-suara yang
dibutuhkan dan pada karya kami yang berjudul “Merapi Kehidupan Kami”
menggunakan voice over supaya dapat lebih menekankan tentang konten isi dari
karya kami ini. Penulis juga memasukkan backsound agar dapat lebih menarik
dan enak di dengar oleh penonton.
Setelah semua proses editing selesai penulis menunjukkan kembali kepada
seluruh crew hasil akhirnya. Ketika semuanya sudah melihat dan sudah dipastikan
173
layak tayang kemudian penulis melakukan proses render ke dalam format MP4
kemudian melakukan proses burning ke dalam bentuk DVD.
3.5.4. Peran dan Tanggung Jawab Editor
Setiap departemen produksi pasti memiliki peran dan tanggung jawab
masing-masing, dan disini penulis selaku editor juga memiliki peran dan tanggung
jawabnya tidak hanya pada saat pasca produksi, melainkan juga pada saat pra
produksi dan pada saat produksi.
Supriyadi dkk (2014:148) mengungkapkan peran dan tanggung jawab editor sebagai berikut: Editor bertanggung jawab untuk menghubungkan shot-shot yang telah diambil kemudian menjadi satu peristiwa yang utuh dalam rangkaian scene ataupun sequenceagar mempunyai makna dan pesan yang dapat ditangkap oleh audiencenya. Editor adalah orang yang paling berperan pada saat pelaksanaan editing, karena seorang editor tidak hanya mengerti tentang permasalahan teknis tetapi juga harus mempunyai sisi kreatifitas yang tinggi.
Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa tanggung jawab
seorang editor pada pasca produksi adalah memilih, menggabungkan, dan
menyusun hasil shot menjadi sebuah peristiwa utuh dalam rangkaian scene hingga
memiliki makna dan pesan-pesan yang mudah ditangkap oleh orang yang
menontonnya, editor juga harus mengerti tentang konsep apa yang akan diangkat
dalam karya yang dibuatnya dan harus memiliki pemikiran-pemikiran kreatif yang
tinggi sehingga audience tidak bosan ketika menyaksikkan karya yang dibuat.
Selain pasca produksi, penulis juga memiliki peran pada saat produksi
dimulai yaitu penulis sebagai editor menjelaskan konsep-konsep editing apa saja
174
yang nanti akan digunakan pada saat proses editing berlangsung kepada produser
dan sutradara.
Disini penulis juga harus memahami teori-teori editing dan juga harus
memiliki pola berfikir seorang editor, yaitu ketika proses produksi berlangsung
penulis juga merencanakan susunan seperti apa yang akan dipakai pada saat
proses editing tersebut berlangsung.
Pada proses editing tanggung jawab seorang seorang editor sangat penting
yaitu membuat struktur awal editing sesuai dengan struktur skenario yang telah
dibuat oleh penulis naskah, kemudian mendiskusikan kepada sutradara dan
produser dan mempresentasikan hasil editing.
Seorang editor juga harus dapat bertanggung jawab dengan susunan
gambar yang telah dibuat, apakah penonton atau audience dapat mengerti konten
dan isi cerita yang dibuat atau tidak. Karena seorang editor juga harus memastikan
alur cerita yang disusun saling berkesinambungan dan masuk akal setiap detiknya.
3.5.5. Proses Penciptaan Karya
Proses penciptaan karya adalah susunan proses-proses yang dijalankan
oleh penulis bersama dengan tim sehingga karya dokumenter ini tercipta dengan
baik dan juga dapat dimengerti oleh khalayak.
Awal proses penciptaan sebuah karya dokumenter ini bermula dari hasil
keputusan bersama dengan keseluruhan tim. Dari tiga konsep yang kami siapkan
175
yaitu tentang kerajinan perak di Kotagede, Abdi Dalem Kraton Yogyakarta, dan
Sekolah Gunung Merapi, kami akhirnya mencapai kata sepakat mengangkat judul
“Merapi Kehidupan Kami” yang merupakan perkembangan ide dari tema
Sekolah Gunung Merapi.
Penulis bersama tim sepakat mengambil tema ini karena ingin
menyampaikan sebuah informasi kehidupan warga masyarakat lereng Gunung
Merapi khususnya di daerah Pangukrejo, Cangkringan setelah Gunung Merapi
meletus hebat pada tahun 2010 yang juga merupakan letusan terdasyat selama
sejarah letusan Gunung Merapi.
Kami mengangkat cerita tentang kehidupan mereka terutama pada aspek
ekonomi, pendidikan, dan juga cara mereka bertahan hidup dan bangkit kembali
setelah cukup lama terpuruk dikarenakan erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010
tersebut.
Setelah menentukan tema dan judul yang akan diangkat pada karya kami,
penulis mulai memikirkan konsep-konsep dan bagaimana cara mengemas gambar-
gambar yang nantinya menjadi suatu karya dokumenter yang baik kepada
khalayak sehingga dapat dimengerti dan dinikmati, terlebih lagi dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Selain itu penulis juga menyiapkan segala alat yang dibutuhkan untuk
proses editing seperti komputer dan juga hardisk yang digunakan untuk
menyimpan dan mengedit hasil produksi.
176
Penulis juga harus menyeleksi gambar-gambar yang telah diambil
didampingi oleh sutradara sehingga dapat menemukan gambar-gambar yang tepat
untuk penyusunan gambar agar mendapatkan gambar yang berkesinambungan dan
sesuai dengan alur cerita yang dibuat oleh penulis naskah dan sutradara.
Kemudian penulis mulai mengedit gambar-gambar yang telah dipilih
menjadi kesatuan gambar yang utuh dan dapat dimengerti oleh khalayak, tidak
lupa juga menambahkan efek-efek seperti transisi dan penambahan audio atau
music instrument ke dalam materi editing.
Pada proses penciptaan karya, penulis juga memakai beberapa konsep
yaitu sebagai berikut :
1. Konsep Kreatif
Dalam film dokumenter kami yang berjudul “Merapi Kehidupan Kami”,
penulis menggunakan beberapa software yaitu Adobe Premiere Pro CS6, Any
Video Converter, dan juga Adobe Photoshop CS6. Dan di dalam
pengeditannya, penulis menggunakan konsep editing yang berkesinambungan
atau continuity sesuai dengan alur cerita pada naskah maupun TOR atau Term
Of Reference.
Pada awal film ini terutama pada bagian bumper penulis menggunakan
efek timelapse Gunung Merapi ketika matahari terbit sehingga memberikan
kesan mulainya cerita tentang “Merapi Kehidupan Kami” ini. Dan pada
bumper dimulai penulis menggunakan backsound yang memberikan kesan
kemegahan Gunung Merapi, dan juga menyisipkan suara-suara kutipan dari
177
wawancara para narasumber supaya dapat memberikan efek dramatis pada
bumper.
Pada awal film dimulai penulis memberikan ilustrasi musik gamelan
karawitan khas Yogyakarta sehingga nantinya shot-shot khas kota
Yogyakarta lebih menjadi hidup dengan diiringi musik khas lokal tersebut.
Setelah memasukkan gambar establish tentang suasana Yogjakarta
penulis memasukkan gambar-gambar establish suasana dan jalanan menuju
Gunung Merapi dan juga memasukkan gambar-gambar Gunung Merapi,
dengan bertujuan agar penonton dapat mengerti bagaimana perjalanan dan
arah menuju desa Pangukrejo yang berada pada lereng Gunung Merapi
tersebut.
Dalam konsep film ini penulis juga memasukkan transisi cut to cut dan
juga transisi dissolve dimaksudkan karena karya film yang kami buat ini
penulis ingin membuat cerita yang lebih bersifat dramatis.
2. Konsep Produksi
Pada saat produksi berlangsung penulis melakukan pengecekan shoot
bersama sutradara dan camera person yang dibantu juga oleh penulis naskah.
Pada saat proses produksi setiap selesai pengambilan gambar, penulis
langsung memindahkan gambar-gambar yang sudah diambil oleh camera
person kedalam hardisk yang sudah disiapkan. Kemudian bersama sutradara
dan camera person, penulis mengecek ulang hasil gambar yang sudah
diambil, apakah gambar tersebut bagus atau tidak, agar penulis dapat
178
menyampaikan bahwa gambar yang diambil oleh camera person kurang stock
shoot atau tidak bagusnya gambar.
Penulis juga membatu sutradara dalam mengingatkan shoot-shoot apa saja
yang ingin diambil, dan juga penulis membatu sutradara dalam pemberian ide
agar lebih mempersingkat waktu dalam proses produksi. Disamping itu
penulis juga memberikan saran kepada camera person agar mengambil
gambar-gambar yang indah, dan bercerita tanpa harus merubah atau merusak
konsep dari camera person.
Penulis juga membatu mempersiapkan alat-alat produksi seperti clip on
dan peralatan lainnya, agar camera person tidak terlalu terbebani dalam
pengambilan gambar dan juga dapat bekerja sesuai dengan ide-ide kreatifnya.
3. Konsep Teknis
Dalam produksi film “Merapi Kehidupan Kami” ini, penulis
menggunakan perlengkapan dari segi teknis adalah dua unit laptop dengan
kekuatan processor intel core i3 dan processor intel core i5 dengan memory
RAM sebesar 4 Giga Byte. Dalam melakukan proses editing, processor yang
digunakan harus memiliki kekuatan lebih, agar dapat digunakan secara lebih
maksimal, sesuai dengan kebutuhan tenaga yang dimilikinya. Tujuan dari
penulis menggunakan 2 unit laptop karena penulis merasa jika hanya
menggunakan 1 laptop akan terlalu membebani alat tersebut dan memiliki
resiko error yang sangat tinggi. Penulis juga bertujuan agar pengerjaan proses
penyutingan gambar dapat berjalan lancar, cepat dan juga pastinya lebih
efisien dalam hal waktu pengerjaan.
179
Disini juga penulis menggunakan headphone yang memiliki bass yang
cukup besar, penulis merasa perlu karena dengan headphone yang baik,
penulis dapat membedakan mana suara asli dari gambar tersebut dan juga
suara noise yang mengganggu pada saat penayangan karya yang penulis buat.
Ditambah dengan kapasitas media penyimpanan seperti hardisk juga tidak
kalah penting dengan yang lainnya, karena kemungkinan file video dari
kamera berjumlah cukup banyak. Maka dari itu ruang memory dalam hardisk
harus dapat mencukupi kebutuhan penyimpanan. Disini juga penulis
menggunakan media penyimpanan berupa flashdisk karena alat ini mudah
dibawa kemana-mana dan tidak memerlukan banyak tempat untuk
menyimpannya, flashdisk ini juga dimaksudkan supaya dalam mengkaji ulang
gambar kepada seluruh tim tidak perlu kerepotan membawa unit laptop dan
juga hardisk.
3.5.6. Kendala Produksi Dan Solusinya
Pada tahap produksi program dokumenter “Merapi Kehidupan Kami”
ini, penulis mengalami berbagai macam kendala. Diantaranya adalah pada saat
proses pasca produksi atau juga dapat disebut proses penyutingan gambar, ketika
penulis memasukkan atau melakukan proses transfer file hasil shoot atau dalam
bahasa editing melakukan proses export file ke dalam software Adobe Preniere
Pro CS6, suara dari video tersebut tidak keluar dan hanya terlihat gambarnya saja
tanpa suara, padalah ketika melakukan pengecekan kembali dengan media player
file video tersebut memiliki suara. Solusi yang penulis lakukan adalah penuls
melakukan proses convert video menggunakan software Format Factory dan
180
merubah format video menjadi format WAV dan MP3 untuk mengambil audio
saja.
Kemudian yang kedua adalah ketika penulis melakukan proses editing,
unit laptop yang penulis gunakan sering mengalami error dan not resoponding
berkali-kali kemudian juga mengalami crash program. Solusi penulis ketika
mengalami proses tersebut, penulis berinisiatif menyimpan hasil editing tiap kali
memasukkan gambar. Penulis melakukan hal tersebut agar mencegah terjadinya
pengulangan proses editing dikarenakan belum menyimpan hasil project editing
ketika laptop mengalami hal tersebut.
Kendala yang terakhir yang dialami penulis adalah ketika penulis sudah
mencapai tahap akhir proses editing, program Adobe Premiere Pro CS6 yang
digunakan penulis pada laptop saat export video mengalami error secara terus
menerus. Solusi yang dilakukan penulis adalah penuls mencobanya pada laptop
kedua dan melakukan export video sekali lagi dan ternyata berhasil tanpa adanya
error pada program Adobe Premiere Pro CS6.
Sekian kendala-kendala yang dialami penulis pada saat proses pembuatan
karya film dokumenter kami yang berjudul “Merapi Kehidupan Kami”.
181
Konsep Kerja Penyunting Gambar
Dalam tahap editing, setiap shoot yang diambil serta dipilih, diolah dan
disusun hingga menjadi suatu rangkaian yang utuh yaitu sebuah karya film
dokumenter. Aspek editing bersama pergerakan kamera merupakan unsur
sistematik yang murni dimiliki oleh seni film. Oleh karena itu editing merupakan
tahap akhir dari proses pembentukan sebuah karya film, serta memiliki peranan
penting dari sebuah film.
Dalam proses editing, penulis tidak banyak menggunakan efek khusus
dalam mengerjakan sebuah karya film dokumenter yang berjudul “Merapi
Kehidupan Kami” sedangkan penulis hanya menggunakan efek transisi yaitu :
1) Cutting adalah proses pemotongan gambar secara langsung tanpa ada
manipulasi gambar.
2) Dip To Black adalah suatu efek pengambilan gambar dimana gambar lambat
laun memudar dan menghilang menjadi hitam.
3) Film Dissolve adalah teknik perpindahan gambar dengan cara penumpukan
gambar satu dengan gambar selanjutnya agar menjadi lebih berkesan
dramatis.
4) 3D Motion Swing in/Swing Out adalah teknik perpindahan gambar masuk dan
keluar dari arah kiri menuju kearah kanan. Penulis menggunakan ini untuk
efek title penamaan narasumber.
5) Flip Over adalah teknik perpindahan gambar satu ke gambar selanjutnya
dengan terlihat seperti membalikkan papan.
182
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
LOGGING PICTURE
Company : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Program : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Editor : Dedy Suwarno A
Tabel III.13
No
. Logging Time Video Audio Remark
1 00:00:00 –
00:00:05 Bars And Tone - 5 Sec
2 00:00:05 –
00:00:10 BSI Logo - 5 Sec
3 00:00:10 –
00:00:15 ID Program - 5 Sec
4 00:00:15 –
00:00:20
Universal Counting
Leader - 5 Sec
5 00:00:20 - 00:01:47 Bumper
Backsoun
d &
Wawanca
ra
1 Min 27
Sec
183
6 00:01:47 –
00:01:54
Stasiun Tugu
Jogjakarta
Backsoun
d 7 Sec
7 00:01:54 –
00:02:02 Kereta Api
Backsoun
d 8 Sec
8 00:02:02 –
00:02:05 Tugu Jogjakarta
Backsoun
d & VO 3 Sec
9 00:02:05 –
00:02:07 Tugu Jogjakarta
Backsoun
d & VO 2 Sec
10 00:02:07 –
00:02:11 Suasana Malioboro
Backsoun
d & VO 4 Sec
11 00:02:11 –
00:02:14
Papan Nama Jalan
Malioboro
Backsoun
d & VO 3 Sec
12 00:02:15 –
00:02:18
Lalu Lintas
Yogjakarta
Backsoun
d & VO 3 Sec
13 00:02:18 –
00:02:21
Gerbang Kraton
Jogjakarta
Backsoun
d & VO 3 Sec
14 00:02:21 –
00:02:24
Abdi Dalem Kraton
Jogjakarta
Backsoun
d & VO 3 Sec
15 00:02:24 –
00:02:26
Dalang Kraton
Yogjakarta
Memainkan Lakon
Backsoun
d & VO 2 Sec
16 00:02:26 – Transaksi Jual Beli Di Backsoun 5 Sec
184
00:02:31 Jalan Malioboro d & VO
17 00:02:31 –
00:02:33 Layang-layang
Backsoun
d & VO 2 Sec
18 00:02:33 –
00:02:35
Suasana Malam
Yogjakarta
Backsoun
d & VO 2 Sec
19 00:02:35 –
00:02:37 Bus Trans Yogjakarta
Backsoun
d & VO 2 Sec
20 00:02:37 –
00:02:41
Suasana Malam Jalan
Malioboro
Backsoun
d & VO 4 Sec
21 00:02:41 –
00:02:42 Lampu Kota
Backsoun
d & VO 2 Sec
22 00:02:42 –
00:02:44
Papan Penunjuk Arah
Merapi
Backsoun
d 2 Sec
23 00:02:44 –
00:02:47
Gerbang Masuk
Kaliurang Depan
Backsoun
d 2 Sec
24 00:02:47 –
00:02:50
Gerbang Masuk
Kaliurang Samping
Backsoun
d 3 Sec
25 00:02:50 –
00:02:57
Rombongan Jeep
Lava Tour
Backsoun
d & VO 7 Sec
26 00:02:57 –
00:03:02
Sungai Tempat Aliran
Lahar Merapi
Backsoun
d & VO 5 Sec
27 00:03:02 – Jalan Raya Desa Backsoun 4 Sec
185
00:03:06 Pangukrejo d & VO
23 00:03:06 –
00:03:11 Rombongan Jeep
Backsoun
d 5 Sec
24 00:03:11 –
00:03:16
Rombongan Jeep
Lava Tour
Backsoun
d 5 Sec
25 00:03:16 –
00:03:21
Time Lapse Sunrise
Gunung Merapi
Backsoun
d 5 Sec
26 00:03:21 –
00:03:25 Gunung Merapi
Backsoun
d & VO 4 Sec
27 00:03:25 –
00:03:30 Puncak Merapi
Backsoun
d & VO 5 Sec
28 00:03:30 –
00:03:34
Zoom Out Puncak
Merapi
Backsoun
d & VO 4 Sec
29 00:03:34 –
00:03:41
Desa Pangukrejo &
Merapi
Backsoun
d & VO 7 Sec
30 00:03:41 –
00:03:46
Wilayah Desa
Pangukrejo
Backsoun
d 5 Sec
31 00:03:46 –
00:03:48
Erupsi Merapi
Tanggal 2 November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsoun
d 2 Sec
32 00:03:48 – Awan Panas Erupsi Backsoun 7 Sec
186
00:03:55 2010 (Sumber
BPPTKG)
d & VO
33 00:03:55 –
00:04:05
Catatan Seismograph
Erupsi Tahun 2010
Backsoun
d & VO 10 Sec
34 00:04:05 –
00:04:10
Erupsi Merapi
Tanggal 13 November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsoun
d & VO 5 Sec
35 00:04:10 –
00:04:13
Guguran Lava Pijar
Erupsi Tahun 2010
(Sumber BPPTKG)
Backsoun
d 3 Sec
36 00:04:13 –
00:04:19
Replika Gunung
Merapi
Backsoun
d 6 Sec
37 00:04:19 –
00:04:22
Area Kawasan Rawan
Bencana (KRB)
Backsoun
d 3 Sec
38 00:04:22 –
00:04:32
Replika Simulasi
Erupsi Tahun 2010
Backsoun
d 10 Sec
39 00:04:32 –
00:04:40
Foto Ketinggian
Awan Panas Erupsi
Tanggal 4 November
2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsoun
d 8 Sec
187
40 00:04:40 –
00:04:50
Kepanikan Warga
Ketika Erupsi 2010
(Sumber BPPTKG)
Backsoun
d & VO 10 Sec
41 00:04:50 –
00:04:55
Erupsi Merapi
(Sumber BPPTKG)
Backsoun
d & VO 5 Sec
42 00:04:55 –
00:04:58
Awan Panas Merapi
(Sumber BPPTKG)
Backsoun
d & VO 3 Sec
43 00:04:58 –
00:05:03
Lahan Tandus Akibat
Erupsi 2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsoun
d & VO 5 Sec
44 00:05:03 –
00:05:18
Sisa Erupsi Merapi
2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsoun
d & VO 15 Sec
46 00:05:18 –
00:05:22
Kawah Merapi Erupsi
2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsoun
d & VO 5 Sec
47 00:05:22 –
00:05:28
Sisa Perabotan Pasca
Erupsi Merapi 2010
Backsoun
d & VO 6 Sec
48 00:05:28 –
00:05:33
Keadaan Peralatan
Rumah Pasca Erupsi
Merapi 2010
Backsoun
d 5 Sec
49 00:05:33 – Gunung Merapi Backsoun 3 Sec
188
00:05:36 d
50 00:05:36 –
00:05:41
Gunung Merapi &
Jurang Aliran Lahar
Backsoun
d 5 Sec
51 00:05:41 –
00:05:44 Puncak Merapi
Backsoun
d 3 Sec
52 00:05:44 –
00:05:47 Gunung Merapi
Backsoun
d 3 Sec
53 00:05:47 –
00:05:51
Papan Nama
BPPTKG
Backsoun
d 4 Sec
54 00:05:51 –
00:05:54
Gerbang Masuk
BPPTKG
Backsoun
d 3 Sec
55 00:05:54 –
00:06:00 Wawancara BPPTKG Natural 6 Sec
56 00:06:00 –
00:06:05 Gunung Merapi
Wawanca
ra 5 Sec
57 00:06:05 –
00:06:09 Wawancara BPPTKG Natural 4 Sec
58 00:06:09 –
00:06:14
Wilayah Gunung
Merapi
Wawanca
ra 5 Sec
59 00:06:14 –
00:06:16 Wawancara BPPTKG Natural 2 Sec
60 00:06:16 – Seismograph Wawanca 6 Sec
189
00:06:22 ra
61 00:06:22 –
00:06:24 Wawancara BPPTKG Natural 2 Sec
62 00:06:24 –
00:06:29
Komputer Ruang
Pengawasan Merapi
BPPTKG
Wawanca
ra 5 Sec
63 00:06:29 –
00:06:34
Layar Kamera CCTV
Pengawasan Merapi
Wawanca
ra 5 Sec
64 00:06:34 –
00:06:51 Wawancara BPPTKG Natural 16 Sec
65 00:06:51 –
00:06:54
Papan Penunjuk
Dukuh Desa
Pangukrejo
Wawanca
ra 3 Sec
66 00:06:54 –
00:07:04
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 10 Sec
67 00:07:04 –
00:07:06 Peternak Sapi
Wawanca
ra 2 Sec
68 00:07:06 –
00:07:08 Hewan Ternak Makan
Wawanca
ra 2 Sec
69 00:07:08 –
00:07:18
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 10 Sec
70 00:07:18 – Jeep Lava Tour Di Wawanca 5 Sec
190
00:07:23 Sungai Lahar Merapi ra
71 00:07:23 –
00:07:26
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 3 Sec
72 00:07:26 –
00:07:28
Pintu Masuk Dinas
Pariwisata
Wawanca
ra 2 Sec
73 00:07:28 –
00:07:40
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 12 Sec
74 00:07:40 –
00:07:45
Jeep Evakuasi Warga
Merapi
Wawanca
ra 5 Sec
75 00:07:45 –
00:07:52
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 7 Sec
76 00:07:52 –
00:07:56
Jeep Evakuasi Warga
Merapi
Wawanca
ra 4 Sec
77 00:07:56 –
00:08:10
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 14 Sec
78 00:08:10 –
00:08:25
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 15 Sec
79 00:08:25 –
00:08:32
Wilayah Perhutanan
Desa Pangukrejo
Wawanca
ra 7 Sec
80 00:08:32 –
00:08:50
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 18 Sec
81 00:08:50 – Pak Hardi Mengurus Backsoun 6 Sec
191
00:08:56 Ternak d
82 00:08:56 –
00:09:03
Pak Hardi Memberi
Makan Ternak
Backsoun
d 7 Sec
83 00:09:03 –
00:09:13
Pak Hardi
Memandikan Sapi
Backsoun
d 10 Sec
84 00:09:13 –
00:09:36
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 23 Sec
85 00:09:36 –
00:09:54
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 18 Sec
86 00:09:54 –
00:09:57
Sisa Bangunan Pasca
Erupsi Merapi
Wawanca
ra 2 Sec
87 00:09:57 –
00:10:35
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 37 Sec
88 00:10:35 –
00:10:38
Kondisi Jalanan Desa
Pangukrejo
Wawanca
ra 3 Sec
89 00:10:38 –
00:11:05
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 27 Sec
90 00:11:05 –
00:11:10
Kondisi Jembatan
Lahar
Wawanca
ra 5 Sec
91 00:11:10 –
00:11:21
Wawancara Warga
Desa Pangukrejo Natural 11 Sec
92 00:11:21 – Wawancara Dinas Natural 10 Sec
192
00:11:31 Pariwisata
93 00:11:31 –
00:11:34
Gerbang Retribusi
Masuk Wisata
Wawanca
ra 3 Sec
94 00:11:34 –
00:11:45
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 11 Sec
95 00:11:45 –
00:11:50 Jeep Berjalan
Wawanca
ra 5 Sec
96 00:11:50 –
00:12:00
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 10 Sec
97 00:12:00 –
00:12:06
Suasana Pelatihan
Tanggap Bencana
Wawanca
ra 6 Sec
98 00:12:06 –
00:12:16
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 10 Sec
99 00:12:16 –
00:12:21
Kumpulan Jeep Di
Sungai
Wawanca
ra 5 Sec
10
0
00:12:21 –
00:12:27
Wawancara Dinas
Pariwisata Natural 6 Sec
10
1
00:12:27 –
00:12:30
Jalanan Desa
Pangukrejo Natural 3 Sec
10
2
00:12:30 –
00:12:36
Kegiatan Warga Desa
Pangukrejo VO 6 Sec
10 00:12:36 – Warga Memanen VO 6 Sec
193
3 00:12:42 Rumput
10
4
00:12:42 –
00:12:47
Warga Mengangkut
Rumput VO 5 Sec
10
5
00:12:47 –
00:12:51 Truck Pasir VO 4 Sec
10
6
00:12:51 –
00:13:04
Peternak Memerah
Susu
Backsoun
d & VO 13 Sec
10
7
00:13:04 –
00:13:08
Peternak Membawa
Susu
Backsoun
d & VO 4 Sec
10
8
00:13:08 –
00:13:11
Suasana Koperasi
Susu
Backsoun
d & VO 3 Sec
10
9
00:13:11 –
00:13:17
Penyaringan Susu
Sapi
Backsoun
d & VO 6 Sec
11
0
00:13:17 –
00:13:26
Pembersihan Saringan
Susu
Backsoun
d & VO 9 Sec
11
1
00:12:26 –
00:12:40
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 14 Sec
11
2
00:12:40 –
00:12:45
Gapura Huntap Ploso
Kerep
Wawanca
ra 5 Sec
11
3
00:12:45 –
00:12:54
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 9 Sec
11 00:12:54 – Kondisi Huntap Wawanca 6 Sec
194
4 00:14:00 ra
11
5
00:14:00 –
00:14:12
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 12 Sec
11
6
00:14:12 –
00:14:17 Suasana Di Huntap
Wawanca
ra 5 Sec
11
7
00:14:17 –
00:14:25
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 8 Sec
11
8
00:14:25 –
00:14:30 Huntap Ploso Kerep
Wawanca
ra 5 Sec
11
9
00:14:30 –
00:14:47
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 17 Sec
12
0
00:14:47 –
00:14:52 Huntap Ploso Kerep
Wawanca
ra 5 Sec
12
1
00:14:52 –
00:15:03
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 11 Sec
12
2
00:15:03 –
00:15:07
Jejeran Huntap Ploso
Kerep
Wawanca
ra 4 Sec
12
3
00:15:07 –
00:15:19
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo Natural 11 Sec
12
4
00:15:19 –
00:15:24
Tulisan Kata-kata
Mutiara Sekolah
Gunung Merapi
Backsoun
d 5 Sec
195
12
5
00:15:24 –
00:15:28
Rak Buku Sekolah
Gunung Merapi
Backsoun
d 4 Sec
12
6
00:15:28 –
00:15:30
Anak-anak Bermain
Bersama Relawan di
Sekolah Gunung
Merapi
Backsoun
d 2 Sec
12
7
00:15:30 –
00:15:35
Anak-anak Belajar Di
Sekolah Gunung
Merapi
Backsoun
d & VO 5 Sec
12
8
00:15:35 –
00:15:40
Hiasan langit-langit
Sekolah Gunung
Merapi
Backsoun
d & VO 5 Sec
12
9
00:15:40 –
00:15:45
Wahana Bermain
Sekolah Gunung
Merapi
Backsoun
d & VO 5 Sec
13
0
00:15:45 –
00:15:55
Anak-anak Belajar Di
Sekolah Gunung
Merapi
Backsoun
d & VO 10 Sec
13
1
00:15:55 –
00:16:08
Wawancara Relawan
Sekolah Gunung
Merapi
Natural 13 Sec
13 00:16:08 – Kondisi Bangunan Wawanca 10 Sec
196
2 00:16:18 Sekolah Gunung
Merapi
ra
13
3
00:16:18 –
00:16:25
Wawancara Relawan
Sekolah Gunung
Merapi
Natural 7 Sec
13
4
00:16:25 –
00:16:30
Lorong Sekolah
Gunung Merapi
Wawanca
ra 5 Sec
13
5
00:16:30 –
00:16:45
Wawancara Relawan
Sekolah Gunung
Merapi
Natural 15 Sec
13
6
00:16:45 –
00:16:52
Kreasi Anak-anak
Sekolah Gunung
Merapi
Wawanca
ra 7 Sec
13
7
00:16:52 –
00:17:02
Wawancara Relawan
Sekolah Gunung
Merapi
Natural 10 Sec
13
8
00:17:02 –
00:17:24
Wawancara Relawan
Sekolah Gunung
Merapi
Natural 22 Sec
13
9
00:17:24 –
00:17:30
Bunga di taman
Sekolah Gunung
Merapi
Backsoun
d 7 Sec
197
14
0
00:17:30 –
00:18:16
Wawancara Harapan
Dukuh Desa
Pangukrejo
Backsoun
d 46 Sec
14
1 00:18:16 - 00:18:45
Wawancara Harapan
Warga Desa
Pangukrejo
Backsoun
d 29 Sec
14
2
00:18:45 –
00:18:55
Wawancara Harapan
Relawan Sekolah
Gunung Merapi
Backsoun
d 10 Sec
14
3
00:18:55 –
00:19:01 Gunung Merapi
Backsoun
d &
Wawanca
ra
6 Sec
14
4
00:19:01 –
00:19:07
Pemandangan Desa
Pangukrejo dari Atas
Backsoun
d &
Wawanca
ra
5 Sec
14
5
00:19:07 –
00:19:22
Wawancara Dukuh
Desa Pangukrejo
Backsoun
d 15 Sec
14
6
00:19:22 –
00:19:25
Pemandangan Merapi
Dari Padang Rumput
Backsoun
d 3 Sec
14 00:19:25 – Pemandangan Merapi Backsoun 5 Sec
198
7 00:19:30 Dari Bunker Kaliadem d
14
8
00:19:30 –
00:19:38 Credit Title
Backsoun
d 8 Sec
14
9
00:19:38 –
00:19:41
Copyright Broadcast
BSI 2018
Backsoun
d 3 Sec
15
0
00:19:41 –
00:19:47 CV Crew
Backsoun
d 6 Sec
15
1
00:19:47 –
00:20:00 Behind The Scene
Backsoun
d 13 Sec
199
Produksi : Pict Production Produser : Bony Bharisti
Judul Karya : Merapi Kehidupan Kami Sutradara : Yuli Anjarwati
Durasi : 20 Menit Editor : Dedy Suwarno Adiputra
Tabel III.14
No.
EX
T/I
NT
KETERANGAN
Visual Audio SFX Transisi Video
Effect Durasi
1 - Bars And Tone - - Cut To Cut - 5 Sec
2 - BSI Logo - - Cut To Cut - 5 Sec
3 - ID Program - - Cut To Cut - 5 Sec
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
LAPORAN EDITING
200
4 - Universal Counting Leader - - Cut To Cut - 5 Sec
5 - Bumper
Backsound
&
Wawancara
- Dip To Black - 1 Min 27 Sec
6 EXT Stasiun Tugu Jogjakarta Backsound - Cut To Cut - 7 Sec
7 EXT Kereta Api Backsound - Cut To Cut - 8 Sec
8 EXT Tugu Jogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
9 EXT Tugu Jogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 2 Sec
10 EXT Suasana Malioboro Backsound
& VO - Cut To Cut - 4 Sec
11 EXT Papan Nama Jalan Malioboro Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
201
12 EXT Lalu Lintas Yogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
13 EXT Gerbang Kraton Jogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
14 EXT Abdi Dalem Kraton Jogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
15 INT Dalang Kraton Yogjakarta
Memainkan Lakon
Backsound
& VO - Cut To Cut - 2 Sec
16 EXT Transaksi Jual Beli Di Jalan
Malioboro
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
17 EXT Layang-layang Backsound
& VO - Cut To Cut - 2 Sec
18 EXT Suasana Malam Yogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 2 Sec
202
19 EXT Bus Trans Yogjakarta Backsound
& VO - Cut To Cut - 2 Sec
20 EXT Suasana Malam Jalan Malioboro Backsound
& VO - Cut To Cut - 4 Sec
21 EXT Lampu Kota Backsound
& VO - Dip To Black - 2 Sec
22 EXT Papan Penunjuk Arah Merapi Backsound - Cut To Cut - 2 Sec
23 EXT Gerbang Masuk Kaliurang
Depan Backsound - Cut To Cut - 2 Sec
24 EXT Gerbang Masuk Kaliurang
Samping Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
25 EXT Rombongan Jeep Lava Tour Backsound
& VO - Cut To Cut - 7 Sec
26 EXT Sungai Tempat Aliran Lahar Backsound - Cut To Cut - 5 Sec
203
Merapi & VO
27 EXT Jalan Raya Desa Pangukrejo Backsound
& VO - Cut To Cut - 4 Sec
23 EXT Rombongan Jeep Backsound - Cut To Cut - 5 Sec
24 EXT Rombongan Jeep Lava Tour Backsound - Dip To Black - 5 Sec
25 EXT Time Lapse Sunrise Gunung
Merapi Backsound - Cut To Cut - 5 Sec
26 EXT Gunung Merapi Backsound
& VO - Cut To Cut - 4 Sec
27 EXT Puncak Merapi Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
28 EXT Zoom Out Puncak Merapi Backsound
& VO - Cut To Cut - 4 Sec
EXT Desa Pangukrejo & Merapi Backsound - Cut To Cut - 7 Sec
204
& VO
30 EXT Wilayah Desa Pangukrejo Backsound - Cut To Cut - 5 Sec
31 EXT
Erupsi Merapi Tanggal 2
November 2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsound - Cut To Cut - 2 Sec
32 EXT Awan Panas Erupsi 2010
(Sumber BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 7 Sec
33 INT Catatan Seismograph Erupsi
Tahun 2010
Backsound
& VO - Cut To Cut - 10 Sec
34 EXT
Erupsi Merapi Tanggal 13
November 2010 (Sumber
BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
35 EXT Guguran Lava Pijar Erupsi
Tahun 2010 (Sumber BPPTKG) Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
205
36 INT Replika Gunung Merapi Backsound - Cut To Cut - 6 Sec
37 INT Area Kawasan Rawan Bencana
(KRB) Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
38 INT Replika Simulasi Erupsi Tahun
2010 Backsound - Cut To Cut - 10 Sec
39 INT
Foto Ketinggian Awan Panas
Erupsi Tanggal 4 November
2010 (Sumber BPPTKG)
Backsound - Cut To Cut - 8 Sec
40 EXT Kepanikan Warga Ketika Erupsi
2010 (Sumber BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 10 Sec
41 EXT Erupsi Merapi (Sumber
BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
42 EXT Awan Panas Merapi (Sumber
BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
206
43 EXT Lahan Tandus Akibat Erupsi
2010 (Sumber BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
44 EXT Sisa Erupsi Merapi 2010
(Sumber BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 15 Sec
46 EXT Kawah Merapi Erupsi 2010
(Sumber BPPTKG)
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
47 INT Sisa Perabotan Pasca Erupsi
Merapi 2010
Backsound
& VO - Cut To Cut - 6 Sec
48 INT Keadaan Peralatan Rumah Pasca
Erupsi Merapi 2010 Backsound - Film Dissolve - 5 Sec
49 EXT Gunung Merapi Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
50 EXT Gunung Merapi & Jurang Aliran
Lahar Backsound - Cut To Cut - 5 Sec
51 EXT Puncak Merapi Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
207
52 EXT Gunung Merapi Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
53 EXT Papan Nama BPPTKG Backsound - Cut To Cut - 4 Sec
54 EXT Gerbang Masuk BPPTKG Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
55 INT Wawancara BPPTKG Natural - Cut To Cut - 6 Sec
56 EXT Gunung Merapi Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
57 INT Wawancara BPPTKG Natural - Cut To Cut - 4 Sec
58 EXT Wilayah Gunung Merapi Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
59 INT Wawancara BPPTKG Natural - Cut To Cut - 2 Sec
60 INT Seismograph Wawancara - Cut To Cut - 6 Sec
61 INT Wawancara BPPTKG Natural - Cut To Cut - 2 Sec
62 INT Komputer Ruang Pengawasan
Merapi BPPTKG Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
63 INT Layar Kamera CCTV
Pengawasan Merapi Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
208
64 INT Wawancara BPPTKG Natural - Cut To Cut - 16 Sec
65 EXT Papan Penunjuk Dukuh Desa
Pangukrejo Wawancara - Cut To Cut - 3 Sec
66 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 10 Sec
67 EXT Peternak Sapi Wawancara - Cut To Cut - 2 Sec
68 EXT Hewan Ternak Makan Wawancara - Cut To Cut - 2 Sec
69 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 10 Sec
70 EXT Jeep Lava Tour Di Sungai Lahar
Merapi Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
71 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 3 Sec
72 EXT Pintu Masuk Dinas Pariwisata Wawancara - Dip To White - 2 Sec
209
73 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 12 Sec
74 EXT Jeep Evakuasi Warga Merapi Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
75 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 7 Sec
76 EXT Jeep Evakuasi Warga Merapi Wawancara - Cut To Cut - 4 Sec
77 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Dip To Black - 14 Sec
78 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 15 Sec
79 EXT Wilayah Perhutanan Desa
Pangukrejo Wawancara - Cut To Cut - 7 Sec
80 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 18 Sec
81 EXT Pak Hardi Mengurus Ternak Backsound - Cut To Cut - 6 Sec
82 EXT Pak Hardi Memberi Makan
Ternak Backsound - Cut To Cut - 7 Sec
210
83 EXT Pak Hardi Memandikan Sapi Backsound - Cut To Cut - 10 Sec
84 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Dip To Black - 23 Sec
85 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 18 Sec
86 EXT Sisa Bangunan Pasca Erupsi
Merapi Wawancara - Cut To Cut - 2 Sec
87 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 37 Sec
88 EXT Kondisi Jalanan Desa
Pangukrejo Wawancara - Cut To Cut - 3 Sec
89 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 27 Sec
90 EXT Kondisi Jembatan Lahar Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
211
91 INT Wawancara Warga Desa
Pangukrejo Natural - Dip To Black - 11 Sec
92 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 10 Sec
93 EXT Gerbang Retribusi Masuk
Wisata Wawancara - Cut To Cut - 3 Sec
94 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 11 Sec
95 EXT Jeep Berjalan Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
96 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 10 Sec
97 INT Suasana Pelatihan Tanggap
Bencana Wawancara - Cut To Cut - 6 Sec
98 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 10 Sec
99 EXT Kumpulan Jeep Di Sungai Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
100 INT Wawancara Dinas Pariwisata Natural - Cut To Cut - 6 Sec
101 EXT Jalanan Desa Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 3 Sec
212
102 INT Kegiatan Warga Desa
Pangukrejo VO - Cut To Cut - 6 Sec
103 EXT Warga Memanen Rumput VO - Cut To Cut - 6 Sec
104 EXT Warga Mengangkut Rumput VO - Cut To Cut - 5 Sec
105 EXT Truck Pasir VO - Cut To Cut - 4 Sec
106 EXT Peternak Memerah Susu Backsound
& VO - Cut To Cut - 13 Sec
107 EXT Peternak Membawa Susu Backsound
& VO - Cut To Cut - 4 Sec
108 INT Suasana Koperasi Susu Backsound
& VO - Cut To Cut - 3 Sec
109 INT Penyaringan Susu Sapi Backsound
& VO - Cut To Cut - 6 Sec
110 INT Pembersihan Saringan Susu Backsound - Film Dissolve - 9 Sec
213
& VO
111 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 14 Sec
112 EXT Gapura Huntap Ploso Kerep Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
113 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 9 Sec
114 EXT Kondisi Huntap Wawancara - Cut To Cut - 6 Sec
115 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 12 Sec
116 EXT Suasana Di Huntap Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
117 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 8 Sec
118 EXT Huntap Ploso Kerep Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
119 INT Wawancara Dukuh Desa Natural - Cut To Cut - 17 Sec
214
Pangukrejo
120 EXT Huntap Ploso Kerep Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
121 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Cut To Cut - 11 Sec
122 EXT Jejeran Huntap Ploso Kerep Wawancara - Cut To Cut - 4 Sec
123 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Natural - Dip To Black - 11 Sec
124 INT Tulisan Kata-kata Mutiara
Sekolah Gunung Merapi Backsound - Cut To Cut - 5 Sec
125 INT Rak Buku Sekolah Gunung
Merapi Backsound - Cut To Cut - 4 Sec
126 INT
Anak-anak Bermain Bersama
Relawan di Sekolah Gunung
Merapi
Backsound - Cut To Cut - 2 Sec
215
127 INT Anak-anak Belajar Di Sekolah
Gunung Merapi
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
128 INT Hiasan langit-langit Sekolah
Gunung Merapi
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
129 EXT Wahana Bermain Sekolah
Gunung Merapi
Backsound
& VO - Cut To Cut - 5 Sec
130 INT Anak-anak Belajar Di Sekolah
Gunung Merapi
Backsound
& VO - Cut To Cut 10 Sec
131 INT Wawancara Relawan Sekolah
Gunung Merapi Natural - Cut To Cut - 13 Sec
132 EXT Kondisi Bangunan Sekolah
Gunung Merapi Wawancara - Cut To Cut - 10 Sec
133 INT Wawancara Relawan Sekolah
Gunung Merapi Natural - Cut To Cut - 7 Sec
216
134 INT Lorong Sekolah Gunung Merapi Wawancara - Cut To Cut - 5 Sec
135 INT Wawancara Relawan Sekolah
Gunung Merapi Natural - Cut To Cut - 15 Sec
136 INT Kreasi Anak-anak Sekolah
Gunung Merapi Wawancara - Cut To Cut - 7 Sec
137 INT Wawancara Relawan Sekolah
Gunung Merapi Natural - Cut To Cut - 10 Sec
138 INT Wawancara Relawan Sekolah
Gunung Merapi Natural - Cut To Cut - 22 Sec
139 EXT Bunga di taman Sekolah
Gunung Merapi Backsound - Dip To Black - 7 Sec
140 INT Wawancara Harapan Dukuh
Desa Pangukrejo Backsound - Dip To White - 46 Sec
141 INT Wawancara Harapan Warga Backsound - Dip To White - 29 Sec
217
Desa Pangukrejo
142 INT Wawancara Harapan Relawan
Sekolah Gunung Merapi Backsound - Cut To Cut - 10 Sec
143 EXT Gunung Merapi
Backsound
&
Wawancara
- Cut To Cut - 6 Sec
144 EXT Pemandangan Desa Pangukrejo
dari Atas
Backsound
&
Wawancara
- Cut To Cut - 5 Sec
145 INT Wawancara Dukuh Desa
Pangukrejo Backsound - Cut To Cut - 15 Sec
146 EXT Pemandangan Merapi Dari
Padang Rumput Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
147 EXT Pemandangan Merapi Dari Backsound - Dip To Black - 5 Sec
218
Bunker Kaliadem
148 - Credit Title Backsound - Cut To Cut - 8 Sec
149 - Copyright Broadcast BSI 2018 Backsound - Cut To Cut - 3 Sec
150 - CV Crew Backsound - Cut To Cut - 6 Sec
151 - Behind The Scene Backsound - Cut To Cut - 13 Sec
219
PESIFIKASI EDITING
• Hardwar
1) Laptop Toshiba Satellite L645-1101U DOS
Gambar III.6
Tabel III.15
FITUR SPESIFIKASI
Tipe Toshiba Satellite L645-1101U DOS
CPU Intel Core i3 380M/2.53 GHz
Core Number Dual-Core
Chace Memory type L3 Chace
RAM 4GB
Memory Speed 1066 MHz
Type Memory DDR3 SDRAM
Type Penyimpanan HDD
HDD 500GB
Kecepatan Rotasi 5400 rpm
Drive Optical DVD SuperMulti DL
220
Ukuran Layar 14”
Resolusi 1366 x 768 (HD)
2) Laptop ASUS A455L Series
Gambar III.7
Tabel III.16
FITUR SPESIFIKASI
Tipe Grafis Intel HD Graphic 4400 + Nvidia
GT920M-2GB
Ukuran Layar 14” HD Color Shine
Resolusi Layar 1366x768
OS DOS
CPU Intel Core i5-4210U (up to 2.7 GHz)
Memori / RAM 4GB DDR3 1600 MHz
Drive Optik DVD RW
Speaker ASUS Sonic Master
221
Kamera HD WebCam
Hardisk 1TB 5400RPM
Baterai 4Cells/Lithium-ion Battery 2600
mAh
• Accessories
1) Headphone A4Tech HS-30
Gambar III.8
2) Mouse Logitech G102
Gambar III.9
3) Hardisk HDD – HD External 2.5 Seagate 1TB Backup Plus Slim
222
Gambar III.10
4) OTG Sandisk 32GB ULTRA DUAL
Gambar III.11
• Software
1) Editing Video : Adobe Premiere Pro CS6
2) Media Convert : Format Factory
223
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan media di Indonesia ini semakin pesat. Semakin banyak pula
tayangan yang mengandung informasi dan juga hiburan. Oleh karena itu penulis
berharap dengan terselesaikannya karya documenter ini pesan yang ingin
disampaikan di dalamnya dapat di terima oleh masyarakat dengan baik.
Dalam penciptaan program dokumenter tidalah mudah. Membutuhkan kerja
sama team yang baik serta harus melewati proses pra produksi, produksi serta
pasca poduksi yang cukup panjang. Kekompakan dalam team diperlukan untuk
membangun komunikasi yang baik satu sama lain agar proses produksi berjalan
lancar dan tidak banyak perbedaan pendapat yang menyebabkan hambatan
konflik.
Dengan di buatnya program dokumenter ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada audience mengenai masyarakat yang hidup di rawan bencana
khususnya lereng gunung merapi untuk lebih di pentingkan dalam segi
perkonomian mereka dan keahlian mereka.
4.2 Saran
224
DAFTAR PUSTAKA
Ariatama Agni, 2012. Job Description Pekerja Film. Jakarta : FFTV-IKJ
Ayawaila, Grezon R, 2008. Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta : FFTV IKJ.
Chandra Tanzil, Rhino Ariefinsyah, Tonny Trimarsanto, 2010. Dalam film Dokumenter Gampang-Gampang Susah. Jakarta : In-Docs.
Fachrudin Andi, 2012. Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta : Kencana
Fajar Nugrogo, 2007. Cara Pintar Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Indonesia Cerdas.
Fred Wibowo, 2007 . Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta : Pinus Book Publisher.
Javandalasta Panca, 2011. 5 hari Mahir Bikin film. Surabaya : PT. Java Pustaka Group.
Latief Rusman, yustiatie utud, 2017. Menjadi Produser Televisi. Jakarta: Kencana
Mabruri Anton, 2014. Teori Dasar Editing Produksi Program Acara Televisi & Film. Depok : Mind 8 Publishing House.
Naratama, 2013. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta : Garamedia Pustaka Utama.
Supriyadi, Nina kusumawati, Irwanto, Yudo Triartanto. 2014. Broadcasting Televisi Teori Dan Praktik. Yogyakarta : Graha Cendekia.
225
226
227
228
229
230
DESIGN COVER CD
Gambar IV.1
231
DESIGN LABEL
Gambar IV.2
232
DESIGN POSTER
Gambar IV.3
233
234
235
236
237
238
239
240