Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PROFIL MADRASAH ALIYAH
BERBASIS MANAJEMEN PESANTREN
(STUDI KASUS PADA MA PONDOK PABELAN
MAGELANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
WAHYU INDAH PANGESTI
NIM. 11109002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
2
3
4
5
MOTTO
علمىا اولد كم فا وهم مخلقىن لسمه
غيرزما وكم
“didiklah anak didikmu (dengan
pendidikan yang berbeda dengan
yang diajarkan kepadamu), karena
mereka diciptakan untuk zaman yang
berbeda dengan zaman kalian.”
(M. Athiyah al-Abrasyi)
6
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim,,,
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
Ku persembahkan tulisan ini untuk:
Ayahanda Zainuri (alm), meskipun tak dapat
menemaniku dan melihat langsung perkembanganku,
tetap ku ucapkan terimakasih telah menjadikanku ada...
Kedua orang tuaku Bpk Much Nur dan Ibu Rokhimah,
terimakasih atas semua dukungan, doa, dan kasih
sayang yang tak terbatas untukku...
Mz Ari W, terimakasih untuk nasihat yang tak pernah
hentinya diberikan dan kesetiannya menemaniku
selama ini. Semoga niat baik kita berdua dilancarkan
Allah..
Semoga Allah membalas budi baik kalian
semua.Aamiin....
7
KATA PENGANTAR
Terucap syukur ada Allah SWT Yang Maha Sempurna beserta Asmaul
KhusnaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan
Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tak lupa baginya
sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi
dengan rahmat-Nya dan perjuangan penulis serta bantuan berbagai pihak
sehingga skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terimakasih atas segala nasehat bimbingan, dukungan, dan bantuannya
kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Muna Erawati, S. Psi., M. Si yang telah membimbing, memberikan pengarahan
dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Siti Ruchayati, M. Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga
5. Para dosen IAIN Salatiga yang telah membagikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Mudzakir selaku Kepala Madrasah dan Bu Ida serta dewan guru MA
Pondok Pabelan Magelang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian ini dari awal hingga akhir.
7. Bapak Nursodiq, S.Pd.I selaku Kepala MI Yakti Tampingan yang telah
memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis.
8
8. Orang tuaku tercinta bapak Much Nur dan ibu Rokhimah
9. Adik penulis Wahyu Hidayat, kau adalah semangatku, kita adalah harapan bapak
dan ibu, untuk itu tetaplah semangat meraih cita-cita.
10. Mas Ari, terimakasih sudah memberikan motifasi dan setia mendampingi penulis
untuk menyelesaikan penilitian ini.
11. Untuk sahabat-sahabat penulis mba Lia, mba Achan yang selalu menemani penulis
jadi penunggu perpus untuk menambah kata-kata skripsi, nuhun buat Catur yang
wira wiri nemenin dan Afdiq yang dah bantu aku bikin prosposal skripsi sampai
nama kita terpampang karena telat ngumpulin proposal dan teman-teman yang
tergabung dalam komunitas Fata Smart terimakasih atas persahabatannya selama
ini.
Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, yang
turut membantu dan memberikan dorongan untuk penyelesaian skripsi ini,
semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kalian.
Akhirnya penulis hanya dapat berdo'a semoga skripsi ini dapat dan mampu
memberikan manfaat kepada penulis dan para pembaca. Aamiin.
Salatiga, 5 November 2014
Penulis
9
ABSTRAK
Pangesti, Wahyu Indah. 2015. Profil Madrasah Aliyah Berbasis Manajemen
Pesantren (Studi Kasus Pada Ma Pondok Pabelan Magelang).
Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2015.
Kata Kunci: MA Pondok Pabelan, Pendidikan, Manajemen Berbasis Pesantren
Untuk mengetahui bagaimana sejarah Pondok Pesantren Pabelan
Magelang dan bagaiman pengelolaan sistem pendidikannya sehingga banyak
mendapatkan prestasi dengan baik. Karena peningkatan mutu pendidikan
merupakan pilar pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang
bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif.
Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan adanya upaya
peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan oleh semua pihak yang
berkompeten.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil
dikumpulkan, dan dari makna itulah kemudian dapat ditarik menjadi kesimpulan.
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi dengan
mencocokkan hasil wawancara kepala sekolah dengan hasil wawancara siswa dan
guru yang menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pelaksanaan pendidikan di
MA Pondok Pabelan Magelang sudah berjalan dengan baik dan itu dapat terlihat
dari outputnya, selain itu juga strategi yang digunakan oleh MA Pondok Pabelan
dalam peningkatan pendidikan adalah melalui beberapa strategi. Strategi yang
pertama dengan menerapkan dua kurikulumya yaitu kurikulum KMI (Kulliyatul
Mu‟allimien Al-Islamiyah) dan sekaligus menjadi kurikulum khas madrasah
Pabelan yang ber-basic dengan kurikulum Pondok Gontor Jawa Timur yang
dipadukan dengan kurikulum nasional (Kementerian Agama) yang berlaku di
Indonesia, strategi yang kedua dengan diadakannya beberapa kegiatan/program
intrakurikuler dan ekstrakurikuler seperti halnya program IAYP (Internatinal
Awards for Young People) dan dengan diadakannya program pertukaran pelajar
bagi siswa yang berprestasi. Itulah yang menjadi ciri khas MA Pondok Pabelan
Magelang. Faktor penghambatnya adalah kurangnya pengaturan manajemen
waktu, sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya hubungan kerjasama yang
terjalin dengan baik antara MA Pondok Pabelan dengan stakeholders.
10
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PENGESAHAN KELULUSAN ii
NOTA PEMBIMBING iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAKSI ix
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Penegasan Istilah 7
F. Metode Penelitian 8
1. Jenis Penelitian 8
2. Lokasi Penelitian 8
3. Sumber Data 8
4. Metode Pengumpulan Data 9
5. Pengecekan Keabsahan Data 11
12
6. Metode Analisis Data 12
G. Sistematika Penulisan 14
BAB II PENEGASAN ISTILAH
A. Pesantren 15
1. Pengertian Pesantren 15
2. Peran Pesantren 15
B. Strategi 17
1. Pengertian Strategi 17
2. Macam-macam Strategi 17
C. Manajemen Berbasis Pesantren 21
1. Pengertian Manajemen Berbasis Pesantren 21
2. Fungsi Manajemen 24
3. Tujuan Manajemen Berbasis Pesantren 25
4. Paradigma Baru Manajemen Baru Pendidikan 26
5. Karakteristik 27
6. Fungsi-fungsi Yang Didesentralisasikan 31
7. Komponen Manajemen 33
BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 43
1. Sejarah Berdirinya MA Pondok Pabelan 43
2. Visi, Misi, dan Tujuan MA Pondok Pabelan 47
3. Letak Geografis MA Pondok Pabelan 48
4. Struktur Organisasi MA Pondok Pabelan 49
5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan MA Pondok Pabelan 51
13
6. Kondisi Sarana dan Prasarana MA Pondok Pabelan 53
7. Kegiatan di MA Pondok Pabelan 54
B. Temuan Penelitian 57
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Profil Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang 66
B. Sistem Pendidikan Pesantren Di MA Pondok Pabelan Magelang 66
C. Strategi Yang Diterapkan di MA Pondok Pabelan Magelang 72
D. Faktor Pendukung dan Penghambat 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 80
B. Saran 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran dan
perjuangan pesantren.Sejak awal masa kedatangan Islam, terutama pada masa
Walisongo hingga masa penjajahan dan bahkan hingga saat ini pesantren
telah ikut andil dalam pengembangan pendidikan agama Islam.
Karena pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup manusia yang bertujuan untuk mengubah
perilaku dan meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan bukanlah suatu upaya
yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan.
Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat
pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi
sasaran ketidakpuasan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua
orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan
di masa yang akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan suasana
kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya
perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan
tuntutan kehidupan masyarakat.
Pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan
manusia menuju kedewasaan baik secaraakal, mental maupun moral untuk
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai hamba di hadapan
Khaliqnyadan sebagai pemelihara (khalifah) pada semesta(Tafsir, 1994:15).
15
Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik
dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan melalui berbagai program
pendidikan yang diselenggarakan secara sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) dan dilandasi dengan keimanan dan ketaqwaan (Imtaq), sehingga
dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya seseorang mampu dan
siap untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
sekarang ini sudah modern, di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas tertentu
untuk menunjang keberhasilan santrinya dalam hal pendidikan salah satunya
yaitu madrasah atau tempat pendidikan formal (SD, SMP, SMA, dan juga
universitas), tempat dimana para santrinya melakukan kegiatan belajar secara
formal yang dibimbing oleh seorang guru (ustadz).
Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah
bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus dilestarikan dan
dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan pada pondok
pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa dikatakan lagi
sebagai tempat jadul atau ketinggalan zaman.Melainkan sebagai tempat atau
lembaga pendidikan yang unggul.Pondok Pesantren juga terkenal dengan ciri
khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang harus dijaga dengan
baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut terlibat berpartisipasi
secara aktif terhadap pelayanan masyarakat terutama dalam bidang
pendidikan. Dan terlepas dari keberhasilan pondok selama ini,
16
pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi manusia
yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi pemimpin di
tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal yang kini tersebar di
seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin, 2006:112).
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat atas
kebutuhan pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan
pendidikan umum dalam pesantren. Kemudian muncullah istilah pesantren
modern. Pesantren modern merupakan pesantren yang menggunakan sistem
pengajaran pendidikan umum (kurikulum). Jika sebelumnya kyai yang
mengatur sendiri semua kegiatan santrinya, sekarang kyai dapat menunjuk
seorang santri senior untuk mengatur kegiatan santri di pesantren yang
tentunya dengan bimbingan kyai.
Pesantren dengan sistem dan karakter tersendiri telah menjadi bagian
integral dari intuisi sosial masyarakat, khususnya pedesaan. Meski mengalami
pasang-surut dalam mempertahankan misi dan eksistensinya, namun sampai
kini pesantren tetap survive. Bahkan beberapa diantaranya muncul sebagai
model gerakan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah sosial masyarakat
desa. Seperti yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pabelan Magelang Jawa
Tengah.
Model pendidikan sekarang ini juga memberikan kebebasan kepada
lembaga pendidikan untuk membuat kebijakan sekolah sesuai dengan
kebutuhan sekolah masing-masingatau yang disebut dengan otonomi sekolah
yang mengikuti model MBS/M (Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah).
Menurut Umiarso dan Gojali dalam bukunya yang berjudul Manajemen Mutu
17
sekolah di Era Otonomi pendidikan (2010:70) mengatakan bahwa MBM/S
merupakan pemberian otonomi penuh kepada sekolah/madrasah untuk
melakukan pengelolaan perbaikan kualitas. Otonomi yang demikian, akan
membuat sekolah mempunyai kewenangan yang lebih besar sehingga sekolah
lebih mandiri dan berpotensi.
Menilik pelaksanaan pendidikan yang berbasis dengan sistem
manajemen pesantren, Madrasah Aliyah (MA) Pabelan Magelang merupakan
lembaga pendidikan yang berbasis pesantren yang secara konsisten terus
berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. MA Pondok Pabelan
sendiri berdiri pada tanggal 28 Agustus 1965 dan berada dibawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren Pabelan di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang.
Visi MA Pabelan adalah “Terdidiknya santri menjadi mukmin,
muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas
dan berpikiran bebas”.
Balai pendidikan di Pabelan Magelang ini didukung oleh sumber daya
manusia yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan terkini dan masa datang.
Tenaga pendidik berasal dari para alumni, non-alumni dan bantuan dari
Pemerintah Republik Indonesia (RI) yang sebagian besar telah bersertifikat
pendidik. Lembaga ini juga bekerjasama dengan berbagai negara, misalnya
dengan Pemerintah Mesir melalui program bantuan tenaga pendidik, dan
dengan Pemerintah Amerika Serikatmelalui program AMINEF (American
Indonesia Exchange Foundation)
18
Kegiatan di Pondok Pesantren dimasukkan dalam proses kegiatan
belajar mengajar (KBM), yang diterapkan sebagai kurikulum khas atau ciri
pesantren yaitu KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) yang dipadukan
dengan kurikulum Kementrian Agama RI.
Di samping itu juga terdapat program ekstrakurikuler yang terbagi
menjadi dua bagian, utama dan pilihan. Yang utama antara lain tahfidzul
qur‟an, pidato dalam tiga bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), micro teaching,
keputrian, kajian kitab dan bedah buku. Dan program pilihannya antara lain
IAYP(Internasional Award for Young People), keterampilan (Tata Busana,
Desain Grafis, Sablonase, Cetak Sublim), Kesenian, Olahraga. Sedangkan
program intrakurikulernya adalah pertukaran pelajar, meliputi
AFSIntercultural Program, YES(Youth Exchang and Study), Jenesys (Japan-
East Asia Network of Exchang for Student and Youths).Beberapa tahun
terakhir telah disebutkan di atas dalam rangka kegiatan pertukaran pelajar
yang belum pernah ada di lembaga pendidikan unggul di wilayah Magelang.
MA Pondok Pabelan Magelang juga telah menghasilkan alumni-
alumni yang berkiprah dalam berbagai ragam instansi pemerintah, swasta
maupun berwirausaha, tersebar di seluruh wilayah nusantara.
Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
pelaksanaan manajemen yang dilaksanakan di MA Pabelan Magelang dengan
judul “Profil Madrasah Aliyah BerbasisManajemen Pesantren (Studi Kasus
MA Pondok Pabelan Magelang)”.
19
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang
akan diteliti adalah:
1. Bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang?
2. Bagaimana pelaksanaanpendidikan di MA Pondok Pabelan Magelang?
3. Apakah yang menjadi ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang?
4. Faktor apa yang menghambat dan mendukung manajemen pesantren di
MA Pondok Pabelan Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah MA Pondok Pabelan Magelang.
2. Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana pelaksanaan
pendidikan diMA PondokPabelan Magelang.
3. Untuk mengetahui ciri khas MA Pondok Pabelan Magelang.
4. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung manajemen
pesantren di MA Pondok Pabelan Magelang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini setidaknya memiliki dua kontribusi, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a). Manfaat teoritisnya adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk perkembangan dunia pendidikan dalam
kajianmanajemen pendidikan berbasis pesantren.
b). Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengelola pendidikan
Islam seperti pondok pesantren.
20
2. Manfaat Praktis
a).Diharapkan bisa menjadi salah satu sumber untuk penerapan pendidikan
berbasis pesantren bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
khususnya lembaga pendidikan Islam atau pesantren.
b). Memberikan wawasan dan informasi kepada penulis dan pihak lain
khususnya dalam hal yang berkaitan dengan pendidikan berbasis
pesantren
E. Penegasan Istilah
1. Pesantren.
Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung
satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau
yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan
yang bersifat tradisional, dimana semua santrinya tinggal dan belajar
bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di
pesantren.
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, dimana seorang kyai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab
yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo, 1982:6).Sedangkan
menurut M. Arifin (dalam Dahri, 1997:8) Pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan
sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
21
sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seseorang atau beberapa
orang kyai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah lembaga atau
tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama
Islam dan didukung dengan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal santri.
2. Sistem Manajemen Berbasis Pesantren
Sistem adalah cara, sedangkan manajemen adalah pengelolaan.
Manajemen Berbasis Pesantren adalah pengelolaan lembaga pendidikan
yang merupakan institusi pendidikan yang melekat dalam kehidupan yang
patut untuk dipertahankan dan dikembangkan.
Menurut Qomar (dalam Dahri, 2007:10) sistem pendidikan dalam
pesantren mencakup kurikulum dan metodologi. Pembaruan
(modernisasi) kurikulum dilakukan sengan cara tetap memberikan
pengajaran agama islam, sekaligus memasukkan pelajaran umum sebagai
substansi pendidikan. Pembaruan metodologi dilakukan dengan
menerapkan sistem klasikal atau penjenjangan.Dari segi metode
pengajaran tidak lagi menerapkan sorogan atau bandongan, mulai
menggunakan berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah
umum.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Pendidikan
Pesantren diartikan sebagai cara atau pengelolaanyang berkenaan dengan
proses pendidikanyang mempunyai kekhasan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
22
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).
Yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lokasi. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskriptifkan dan menganalisa fenomena, aktivitas sosial, sikap, dan
pemikiran secara individual ataupun kelompok.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Pabelan Desa Pabelan,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
3. Sumber Data
Menurut sumbernya data penelitian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Data Primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari obyek
yang diteliti.
b. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung.
Adapun sumber yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip-arsip sekolah dan pihak-
pihak lain yang dapat memberikan informasi.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka metode dan
langkah-langkah yang akan digunakan untuk memperoleh data yang
sesuai dengan penelitian adalah:
23
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian
ini dilakukan dengan beberapa pihak antara lain dengan kepala
sekolah, guru, dan siswa sedangkan pertanyaannya meliputi sejarah
Pondok Pabelan Magelang dan pengelolaan pendidikannya.
Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada obyek
sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentangMA
Pondok Pabelan Magelang.
Dan dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur, karena dalam penelitian ini
penelitimenetapkan masalah dan pertanyaannya sendiri terhadap pihak
yang terwawancara. Wawancara dalam penelitian ini juga
menggunakan pedoman, artinya peneliti berpegang pada pedoman
yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam pedoman tersebut telah
disusun secara sistematis hal-hal yang akan ditanyakan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan mengamati
secara langsung di lokasi penelitian terhadap perkataan, segala macam
tingkah laku dan hal-hal lain yang dapat dijadikan sumber data dari
penelitian yang akan diteliti.Observasi dibagi menjadi menjadi 2 jenis,
yaitu :
24
1) Observasi Partisipati
Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan
peneliti terjun ke lapangan, sehingga peneiliti merupakan bagian
dari kelompok yang ditelitinya.
2) Observasi Non-Partisipasi
Observasi non-partisipasi adalah observasi yang tidak
melibatkan peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti hanya
berpartisipasi saja.
Jenis observasi penelitian ini adalah observasi non-partisipatif,
karena peneliti hanya melakukan pengamatan langsung dalam kegiatan
tetapi tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan.Observasi dalam
peneilitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang MA
Pondok Pabelan Magelang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen
tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadianata, 2007:221).
Metode ini di digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah
tersedia dalam catatan, sebagai pendukung dan pelengkap data primer.
Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Dokumentasi primer, yaitu data yang diperoleh langsung
dari obyek.
25
2) Dokumentasi sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan
dari ungkapan secara langsung olehpihak yang
bersangkutan.
Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kepala
sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip sekolah dan pihak-pihak lain
yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
5. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas/Kesahihan Data)
Agar data dalam suatu penelitian dapat dikatakan valid, maka
diperlukan adanya uji keabsahan data. Keabsahan data merupakan
konsep penting yang harus diperbarui dari konsep kesahihan data
(validitas) dan keandalan (realibilitas). Untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan, salah satunya adalah derajat
kepercayaan (credibility).
Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan
menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik
yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan melalui sumber
lainnya untuk keperluan pembanding dengan tujuan meningkatkan
kualitas penilaian. Triangulasi merupakan salah satu teknik
pemeriksaan dari kriteria kredibilitas atau cara untuk meningkatkan
keabsahan data dalam penelitian kualitatif.
Terdapat enam macam teknik triangulasi, yaitu sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan teori, data, sumber, metode,
instrumen, dan analitik. Penelitian ini menggunakan teknik
26
triangulasi. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
6. Metode Analisis Data
Tahap setelah mengumpulkan data adalah menganalisis data.
Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.Teknik atau metode
analisis data yang digunakanadalah dengan teknik diskriptif analisis
karena berupa kata-kata lisan atau atau tulisan tentang tingkah laku
yang diamati.Langkah-langkah melaksanakan analisis yaitu:
1. Perencanaan yaitu meliputi perumusan dan pembatasan masalah.
2. Memulai pengumpulan data yaitu peneliti mulai mewawancara
beberapa informan yang telah ditentukan.
3. Pengumpulan data dasar yaitu disini peneliti benar-benar melihat,
mendengarkan, dan merasakan apa yang ada dengan penuh
perhatian.
4. Pengumpulan data penutup yaitu peneliti mengakhiri pengumpulan
data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan.
5. Melengkapi yaitu kegiatan untuk melengkapi atau
menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara
menyajikannya.
Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama
dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Analisis kualitatif lebih
27
difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan
pengumpulan data.
1. Analisis sebelum di lapangan.
Fokus penelitian bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Misalnya, orang
ingin mencari pohon jati di hutan. Fokus penelitian adalah ingin
menemukan pohon jati. Tetapi setelah masuk ke hutan ternyata
tidak ada pohon jatinya. Kalau peneliti kuantitatif pasti akan
membatalkan penelitiannya, berbeda dengan penelitian kualitatif
yang fokus penelitiannya bersifat sementara sehingga peneliti tidak
akan membatalkan penelitiannya tetapi dengan mengubah fokus
penelitian.
2. Analisis selama di lapangan.
Jika pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis
terhadap jawaban yang diwawancarai dan jawabannya belum
memuaskan, maka peneliti akan meneruskan pertanyaannya sampai
tahap tertentu.
28
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan Istilah,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Penegasan Istilah adalah teori yang digunakan untuk landasan kerja
penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti.
Bab III : Gambaran umum MA Pabelan Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, yang berisikan letak geografis, sejarah
berdirinya, visi dan misi, program pendidikan, struktur organisasi,
keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, kondisi sarana dan
prasarana sekolah dan kegiatan di MA Pondok Pabelan.
Bab IV : Analisis hasil penelitianyang berisikan tentang profil MA Pondok
Pabelan Magelang yang Berbasis Manajemen Pesantren,
pelaksanaan pendidikan, keunikan dan kekhasan yang menjadi ciri
MA Pondok Pabelan serta faktor penghambat dan pendukung
Manajemen Berbasis Madrasah di MA Pondok Pabelan Magelang.
Bab V: Penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan yang menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, dan
beberapa saran.
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pesantren
1. Pengertian
Pondok pesantren merupakan dua pengertian yang mengandung
satu arti yaitu tempat atau asrama belajar santri. Pondok pesantren atau
yang biasa disebut dengan pondok merupakan sebuah asrama pendidikan
yang bersifat tradisional, di mana semua santrinya tinggal dan belajar
bersama dibawah bimbingan seorang kyai untuk mengatur kegiatan di
pesantren.
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang
kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama (Prasodjo,
1982:6).Sedangkan menurut Nurcholish Madjid (1997:9) dalam bukunya
yang berjudul Bilik-Bilik Pesntren menyebutkan bahwa Pesantren adalah
bentuk pendidikan Islam di Indonesia yang telah berakar sejak berabad-
abad silam.Beliau menilai bahwa pesantren mengandung makna ke-Islam-
an sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia.Kata “Pesantren”
mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren.
Sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri”
yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa jawa “cantrik” yang berarti
seseorang yang mengikuti gurunya kemanapun dia pergi.
30
2. Peran Pesantren Dalam Pendidikan
Pesantren merupakan insitusi pendidikan yang melekat dalam
kehidupan yang patut dikembangkan. Menjalankan fungsi pendidikan
memang menjadi tugas pokok sebuah pesantren. Identitas pesantren
adalah lembaga pendidikan, walaupun dalam perjalanannya berbagai
fungsi juga dijalankan. Pesantren melakukan perubahan secara bertahap.
Para kyai mengadakan modernisasi lembaga di tengah perubahan
masyarakat Jawa, tanpa meninggalkan sisi positif sistem pendidikan Islam
tradisional. Selain itu juga perubahan yang memang perlu dilakukan dan
dijaga agar tidak merusak segi positif yang dimiliki oleh kehidupan
pedesaan.
Pondok pesantren dalam menjalankan pendidikannya cukup
mandiri.Ini ditentukan melalui sistem pengajaran yang digunakan
pengajar, di samping itu juga sistem pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren yang dikenal dengan sistem pondok.Yang dengan sistem ini,
proses pendidikan berlangsung terus menerus baik di lingkungan
madrasah (kelas) maupun di luar kelas.
Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama di negeri ini, pondok
pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan
sejarah bangsa (Haedari, 2007:3), oleh karena itu pesantren harus
dilestarikan dan dikembangkan bersama. Perubahan dan perkembangan
pada pondok pesantren menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak bisa
dikatakan lagi sebagai tempat jadul atau ketinggalan zaman.Melainkan
sebagai tempat atau lembaga pendidikan yang unggul.Pondok Pesantren
31
juga terkenal dengan ciri khas baik dalam pola hidup ataupun tradisi yang
harus dijaga dengan baik.Dan telah terbukti bahwa pondok pesantren ikut
terlibat berpartisipasi secara aktif terhadap pelayanan masyarakat
terutama dalam bidang pendidikan.Terlepas dari keberhasilannya selama
ini, pondok pesantren telah mampu mendidik para santrinya menjadi
manusia yang shalih, mubaligh, serta para cendekiawan yang menjadi
pemimpin di tengah-tengah masyarakat baik formal maupun informal
yang kini tersebar di seluruh pelosok nusantara ini (Mahpuddin,
2006:112).
B. Strategi
1. Pengertian
Strategi menurut Kemp (1995:43) dalam Rusman (2009:556) adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Sementara itu,
strategi pembelajaran menurut Seels dan Rickey (1994:31) dalam
Rusmono adalah perincian untuk memilih dan mengurutkan kejadian
ataupun kegiatan dalam pembelajaran (Rusmono, 2012:7).
Strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu (Sanjaya,
2007:2).Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Usmar,
2005:4).
32
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang keseluruhan metode
dan prosedur yang menitik beratkan pada kegiatan siswa dalam proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaranadalah salah satu aspek yang menentukan
berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran. Tetapi bukan hanya
strategi pembelajaran saja yang penting, faktor karakteristik siswa juga
merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik.
Oleh karena itu strategi pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang
pendidik adalah juga dengan memperhatikan kecenderungan cara berpikir
peserta didik.
Strategi pembelajaran yang banyak memberikan celah peserta didik
untuk berpendapat adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik sendiri, seperti strategi pembelajaran quantum learning and
teaching dan strategi pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
(Umiarso dan Gojali, 2010:261).
a. Strategi Pembelajaran Quantum Learning and Teaching
Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya, learning sendiri artinya belajar. Jadi quantum learning
adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi dan hubungan
yang ada dalam proses pembelajaran.
33
b. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi ini merupakan strategi yang menekankan adanya kerja sama
antara siswa dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda
dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Sedangkan menurut Hamruni dalam bukunya yang berjudul Strategi
dan model-model pembelajaran aktif-menyenangkan (2012: 8) strategi
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi
pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tak langsung, strategi
interaktif, strategi mandiri, dan strategi melalui pengalaman.
a. Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi
atau membangun keterampilan.
b. Strategi pembelajaran tak langsung bisa juga disebut dengan inkuiri
yang artinya berlawanan dengan pembelajaran langsung. Jika dalam
pembelajaran langsung guru berperan sebagai seorang penceramah,
akan tetapi dalam pembelajaran tak langsung guru berperan sebagai
fasilitator.
c. Strategi pembelajaran interaktif menekankan peserta didik untuk
berdiskusi.
d. Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan
diri peserta didik.
34
Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang pendidik memberikan
suasana yang menyenangkan dan memudahkan peserta didik agar mudah
menerima dan menyerap ilmu/pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Adab
bab Qoulun Nabiyy 20/28 yang berbunyi:
روا وسلم قل يس عه اوس به مالك عه الىبي صلي هللا علي
روا و ( البخارييروا)روا و ىفروا و س
“Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, permudahlah mereka, janganlah
mempersulit, dan gembirakanlah serta janganlah membuat mereka lari
(menjauhi kamu)” (HR. Bukhori) (Shahih Bukhori, 20/288).
Hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhori dalam kitab „alim ini juga
sesuai dengan firman Allah yang menjelaskan strategi pembelajaran yaitu
tentang memberikan kemudahan (saat proses pembelajaran) dalam
penggalan surat Al-Baqoroh ayat 185, yang berbunyi:
(١٨٥:البقرة)يريدهللا بكم اليسرو يريدبكم ال سر
Artinya:...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu....(QS, 2:185).
Prinsip memberikan kemudahan ini tergambar juga dalam pengajaran
Rosulullah kepada para sahabatnyaMuslim dalam kitab shahihnya (pada
bab yang menerangkan tentang sikap cerdas Rosul dalam memberikan
nasihat)meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Syaqiq Abu Wail, dia berkata:
“pada suatu saat kami tengah duduk menunggu di samping pintu rumah
Abdullah bin Mas’ud, Yazid ibn Mu’awiyah Al-Nakha’i lewat di dekat
35
kami, maka kami berkata: Tolong beritahu Abdullah bin Mas’ud bahwa
kami menunggunya. Maka diapun menyampaikannya sehingga tak berapa
lama kemudian Abdullah ibn Mas’ud keluar menemui kami, lalu dia
berkata: Aku telah diberitahu bahwa kalian menunggu. Sebenarnya aku
telah mengetahui kedatangan kalian, namun aku khawatir saat ini kalian
akan merasa bosan belajar kepadaku. Karena sesungguhnya Rasulullah
sendiri selalu memilih waktu dan memperhatikan keadaan kami (sebelum
beliau menyampaikan pelajaran), sehingga tiak setiap hari beliau
menasehati/mengajar kami lantaran khawatir kami akan bosan (Hamruni,
2012:72-73).
Tugas pendidik adalah memberikan model perilaku yang baik karena
peserta didik dapat memperoleh contoh melalui peniruan yang tepat dalam
proses belajar mengajar, seperti dalam firman Allah surat al-Ahzab ayat
21 yang berbunyi:
لقد كان لكم في رسى هللا اسىةة سىتة لمه كان ير ىاهللا واليى
(۲١:ا سا )كر هللا كثير ذ ا ر و
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS, 33:21).
C. Manajemen Berbasis Pesantren
1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah pengelolaan. Manajemen juga dapat diartikan
dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
36
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Istilah manajemen mempunyai banyak arti,
namun secara umum manajemen diartikan sebagai proses mengelola
sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Jika ditinjau
dari aspek pendidikan, maka arti dari manjemen adalah sebagai segala
sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan melakukan sejumlah fungsi
tertentu.
Manajemen menurut Hamalik (1991:29) adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan
tertentu dengan cara menggerakkan orang lain. Sedangkan menurut Made
Pidarta (1988:17) manajemen adalah pusat administrasi, administrasi
berawal dan berakhir pada manajemen. Maksudnya manajemen adalah
suatu aktivitas yang menjadi pusat administrasi, pusat atau inti kerjasama
antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam perspektif pendidikan, manajemen adalah sebuah alat yang
digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif
dan efisien, proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting karena sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya
melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
dengan baik. Jika manajemennya baik maka akan memudahkan
terwujudnya suatu tujuan (pendidikan).
37
Berbasis dari kata basis atau bisa diartikan dengan dasar.Madrasah
atau pondokpesantren merupakan suatu lembaga pendidikan atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan (KBM).
Pendidikan Berbasis Pesantren adalah sarana yang bertugas
sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang berlangsung di dalam pondok pesantren (Halim,
2005:115).
Kemajuan dan keberhasilan pondok pesantren atau
madarasahtergantung bagaimana kyai atau kepala madrasah itu sendiri
mengatur dan mengelola pendidikan.Kyai atau kepala madrasah di sini
bertugas sebagai manajer yaitu penggerak aktivitas operasional dan
memainkan peran sebagai pembuat strategi, pemimpin, administrator, dan
penyelesai masalah.
a. Sebagai pembuat strategi, seorang manajer harus bisa
mempertimbangkan misi dan tujuan organisasi, memikirkan
kemungkinan hal-hal yang akan terjadi dan menentukan arah atau
tujuan yang akan diambil.
b. Sebagai pemimpin, seorang manajer harus mampu memberi dorongan
(motivasi) dan membantu personil lainnya.
c. Sebagai administrator, seorang manajer harus bisa membuat dan
mengimplementasikan sistem untuk membantu pelaksanaan tugas
organisasi dan menyusun pedoman proses kerja sesuai kebutuhan.
38
d. Sebagai penyelesai masalah, seorang manajer harus mampu berpikir
logis dan luwes serta membantu orang lain dalam menyelesaikan
suatu masalah.
Menurut Saroni (2006:21) kepala sekolah adalah seorang manajer.
Dialah yang mengatur segala sesuatu yang ada di sekolah untuk mencapai
tujuan sekolah. Dengan posisi sebagai manajer, kepala sekolah
mempunyai kewenangan penuh terhadap arah kebijakan yang ditempuh
menuju visi dan misi sekolah. Kemampuan manajemen ini sangat
mendukung pada saat mengatur personil/SDM yang dimiliki sekolah
secara tepat, penggunaan sarana, dan alokasi pemakaian dana yang ada di
sekolah.
Baik dan buruknya, merosot dan berkembangnya sebuah lembaga
pendidikan adalah tergantung bagaimana sekolah itu diatur atau dengan
kata lain bahwa kemajuan sekolah itu tergantung pada bagaimana kepala
sekolah mengatur kegiatan sekolah dengan semua personil yang ada
secara maksimal. Jadi sangatlah jelas, bahwa kepala sekolah sangat
berperan penting dalam sebuah lembaga pendidikan. Tapi perlu
ditegaskan, bahwa semua itu bukan hanya tugas dan kewajiban kepala
sekolah saja, akan tetapi semua itu merupakan tugas bersama antara
semua komponen yang berada di lingkungan sekolah itu sendiri.
2. Fungsi Manajemen
Terdapat empat fungsi manajemen menurut G. R. Terry dalam
Rusman (2009:122), yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) organizing
39
(pengorganisaian); (3) actuating (pelaksanaan); (4) controlling
(pengawasan).
a. Perencanaan (Planning)
Arti penting perencanaan adalah memberikan kejelasan arah untuk
setiap kegiatan sehingga dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
yang efektif antara orang-orang sehingga mereka dapat bekerjasama
secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai
tujuan tertentu.Tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu (a)
perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai
tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi
kegiatan-kegiatan yang logis dapat dilaksanakan oleh satu orang; (c)
pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Dari rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi
perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
40
actuatingjustru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi yang
terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
3. Tujuan Manajemen
Menurut Raharjo dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah tujuan
Manajemen Berbasis Sekolah dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
Sedangkan tujuan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Umiarso dan
Gojali (2010:80) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui sumber daya yang
ada, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui
partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta
hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif.
41
4. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagai konsekuensi
logis bagi manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlu dilakukannya
penyesuaian terhadap manajemen paradigma lama menuju manajemen
paradigma baru yang lebih bernuansa otonomi dan yang lebih demokratis.
Pergeseran paradigma pendidikan dasar dan menengah telah tercermin
dalam visi pembangunan pendidikan nasional yang tercantum dalam
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) 1999 ” Mewujudkan sistem dan
iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna
mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas sehat, disiplin, bertanggung jawab, trampil, serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi”. Amanat GBHN (Garis Besar
Haluan Negara) ini menyiratkan suatu kekhawatiran yang mendalam dari
berbagai komponen bangsa terhadap prestasi sistem pendidikan nasional
yang kini tampak mulai menurun dalam mempersiapkan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang tangguh dan mampu bersaing di era tanpa batas ke
depan (Raharjo, 2003:7).
Tabel 1
Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan
Paradigma Lama Paradigma Baru
Melaksanakan program
Keputusan terpusat
Ruang gerak terbatas
Basis birokratis
Sentralistik
Merumuskan/melaksanakan program
Keputusan bersama
Ruang gerak fleksibel
Basis profesional
Desentralistik
42
Diatur
Malregulasi
Mengontrol
Mengarahkan
Boros
Individual
Informasi terbatas
Pendelegasian
Organisasi vertikal
Mandiri
Deregulasi
Memotivasi
Memfasilitasi
Mengelola resiko
Kerjasama
Informasi terbuka
Pemberdayaan
Organiasi horisontal
5. Karakteristik
Karakteristik sekolah yang menerapkan sistem Manajemen
Berbasis Sekolah/Madrasah perlu mengoptimalisasikan aspek-aspek
tertentu, yaitu meningkatkan kinerja organisasi sekolah, proses
pembelajaran, pengelolaan sumber daya dan administrasi. Menurut
Raharjo (2003:40) dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah,
MBSmemiliki karateristik yang harus dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya yang meliputi komponen pendidikan dan
perlakuannya pada setiap tahap pendidikan input, proses dan
outputnya.
Pada hasil pendidikan (output ) diharapkan mendapatkan prestasi
akademik dan non-akademik. Prestasi akademik misalnya NEM,
lomba karya ilmiah, olimpiade siswa berprestasi. Sedangkan non-
akademik berupa kesenian, olah raga, kejujuran, kerajinan, pramuka
dan lain-lain.
43
Pada proses pendidikan biasanya penekanannya pada :
1) Proses Belajar Mengajar (PBM) yang menekankan pada belajar
hidup bersama dan belajar menjadidiri sendiri.
2) Kepemimpinan sekolah yang tangguh,memiliki kemampuan
kepemimpinan yang kuat dan mampu meningkatkan mutu
sekolah sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
3) Lingkungan sekolah yang tertib, aman dan nyaman.
4) Pengelolaan tenaga pendidik yang efektif.
5) Sekolah memiliki kualitas informasi untuk perbaikan hasil diikuti
penghargaan atau sanksi.
6) Sekolah memiliki kebersamaan yang kompak tanpa adanya
kelompok tertentu yang menghambat kemajuan sekolah.
7) Sekolah memiliki kewenangan yang merupakan kesanggupan
kerja dan tidak menggantungkan orang lain.
8) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Karena hubungan
antara sekolah dan masyarakat merupakan bagian sekolah yang
paling tinggi terutama di bidang akademik dan non-akademik.
9) Keterbukaan antara warga sekolah dan masyarakat, terutama
komite sekolah. Apalagi manajemen tersebut menyangkut
perencanaan anggaran RAPBSdan penggunaan uang sekolah.
Komite sekolah harus tahu menyangkut anggaran sekolah, seperti
dana BOS, dan anggaran rutin sekolah lainnya.
44
10) Sekolah memiliki kemauan untuk berubah menjadi lebih baik.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan fisik sekolah, prestasi
akademik dan non-akademik.
11) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan. Evaluasi bukan hanya
sekedar untuk mengetahui daya serap dan kemauan siswa
menerima mata pelajaran, tetapi evaluasi dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk memperbaiki dan menyempurnakan PBM di
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
12) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan sekolah
terutama menyangkut mutu sekolah.
13) Sekolah memiliki komunikasi yang baik antara warga sekolah
dalam membentuk kebersamaan yang kokoh sehingga kegiatan
sekolah bisa dilakukan secara merata.
14) Sekolah memiliki akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadap
prestasi penyelenggaraan program sekolah yang nantinya harus
dilaporkan kepada pemerintah, orang tua dan masyarakat.
Pada Input pendidikan :
1) Pendidikan memiliki kebijakan, tujuan dari sasaran program yang
jelas. Kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah harus
disosialisasikan kepada semua warga sekolah, sehingga tertanam
pemikiran, tindakan, dan karakter yang kuat oleh warga sekolah.
2) Sumber daya yang tersedia. Sekolah harus memiliki sumber daya
yang memadai, baik itu sumber daya manusia atau sumber daya
45
lainnya seperti uang, peralatan/perlengkapan, dan lain-lainnya
untuk menjalankan proses pendidikan.
3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.
4) Memiliki harapan prestasi tinggi. Sekolah harus memiliki
komitmen dan dedikasi tinggi untuk mencapai prestasi serta anak
didik yang mempunyai motivasi untuk meningkatkan prestasi
sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.
5) Fokus pada pelanggaran. Anak didik merupakan fokus utama
semua kegiatan proses pembelajaran yang dikerahkan di sekolah
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan kepuasan siswa.
6) Manajemen kelengkapanyang dibutuhkan sekolah akan
membantu kepala sekolah mengelola sekolah denganefektif.
6. Fungsi-Fungsi Yang Didesentralisasikan
1) Perencanaan dan Evaluasi
Rencana peningkatan program berfungsi untuk menganalisis
kebutuhan program sekolah.
2) Pengelolaan Kurikulum
Sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), bahwa tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku
secara nasional dimana program dengan pendekatan kompetensi
lebih sesuai dan pas dikelola melalui MBS, sekolah akan leluasa
dalam mengimplementasikan kurikulum dan dalam pengembangan
muatan lokal serta menyiapkan keterampilan bagi peserta didik.
46
3) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan kegiatan utama
sekolah dimana sekolah diberi kebebasan memilih strategi atau
metode pembelajaran yang efektif.
4) Pengelolaan Ketenagaan
Pengelolaan tenaga kependidikan dan lainnya mulai dari analisis
kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, sampai
evaluasi kinerja tenaga kerja dapat dilakukan oleh sekolah.
5) Pengelolaan Fasilitas
Pengelolaan fasilitas khususnya yang berkaitan langsung dengan
proses belajar mengajar (PBM).
6) Pengelolaan Keuangan
Keuangan di sekolah merupakan bagian yang penting, karena
setiap kegiatan membutuhkan dana. Untuk itu, sekolah perlu
pengelolaan keuangan yang baik.
7) Pengelolaan Layanan Siswa
Pengelolaan layanan kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan lancar.
8) Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan masyarakat merupakan suatu kegiatan untuk
menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan,
serta penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan
masyarakat umumnya (Suryosubroto, 2004:154).
47
Tabel 2
Fungsi-fungsi Pendidikan yang di Desentralisasikan ke Sekolah.
Masukan Pendidikan ProsesPendidikan Hasil Pendidikan
7. Komponen-Komponen Manajemen dalam MBS
Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S.
Poerwodaminto, 1984:104 ). Secara umum, komponen merupakan
bagian dari sebuah sistem utuh. Ada tujuh komponen manajemen
sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, yaitu:
1. Manajemen Kurikulumdan Program Pengajaran
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar yang diprogramkan dan direncanakan dan
dirancang atas dasar norma yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Perencanaan &Evaluasi
Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan PBM
Pengelolaan Ketengaan
Pengelolaan Fasilitas
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan Layanan
Siswa
Penelolaan Hubungan
Sekolah-Masyarakat
Pengelolaan Iklim
sekolah
Prestasi
siswa dan
Tamatan
Proses
Belajar
Mengajar
48
Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan
dalam proses pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah
lembaga pendidikan.
Kurikulummerupakanseperangkatrencanadanpengaturanmengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan
kegiatanpembelajaranuntukmencapaitujuanpendidikan tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian
dengankekhasan,kondisidanpotensidaerahsatuanpendidikan
danpeserta
didik.Olehsebabitukurikulumdisusunolehsatuanpendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yangada di daerah. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tingkat
pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan
kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu,
sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan setempat.
Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang
bersifat nasional, sekolah tidak berhak mengurangi isinya. Yang
49
boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan
sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.
Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program
pengajaran serta melaksanakan pengawasan dalam
pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah,
manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam
arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan
lingkungan.Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai menejer,
ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di
sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah
yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009:41), empat
langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program yang ada
dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan
perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta
menilai perubahan program.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Ketenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru
sebagai pendidik maupun tenaga kependidikan. Adanya
pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan
yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
Menurut Mulyasa (2009:42) manajemen tenaga
kependidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan
50
pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan
pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5)
pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai.
Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003:46)
menyatakan bahwa “Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis
kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan
dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja
sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri
yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya”.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen
tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga
tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi.
Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan
instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar
riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu
kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.Hal ini
menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada
sebuah sekolah apabila kepala sekolah memiliki kemampuan
untuk menciptakan kondisi yang melibatkan semua unsur
pengelola sekolah.
3. Manajemen Kesiswaan
Mengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009:46-47)
menyatakan bahwa “Manajemen kesiswaan adalah penataan dan
51
pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai
masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu
sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk
pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang
lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah.
Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan
teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985:21)
dalam Mulyasa (2009:46) sebagai berikut:
a. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan itu.
b. Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid
kelas dan program studi.
c. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.
d. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan,
seperti: pengajaran, perbaikan, dan pengajaran luar biasa.
e. Pengendalian dan disiplin murid.
f. Program bimbingan dan penyuluhan.
g. Program kesehatan dan keamanan.
h. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.
52
Nurkholis (2003:46) dan Rohiat (2008:67) menyatakan
bahwa “Yang diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah
intensitas dan ekstensinya.”
Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah
bahwa sekolah tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak
saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap kepribadian,
aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan
yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas
intelejen, emosional, maupun spiritualnya.
4. Manajemen Keuangan atau Pendanaan
Keuangan merupakan salah satu sumber daya dari sekolah
yang secara langsung menunjang kelangsungan dari sekolah
tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, hal tersebut akan jauh lebih
terasa, karena menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola,
mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan penggunaan
keuangan secara transparan.
Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber
keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah
(Nurkholis, 2003:46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa
sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga
desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah
(Rohiat, 2009:66).
53
Mulyasa (2009:48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan
dan pembiayan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau peserta
didik, (3) masyarakat.”
Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa
tanggungjawab yang besar dari semua komponen sekolah agar
penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran. Dengan
penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam
hal peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis
akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan dengan lancar,
teratur dan bertanggungjawab.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal yang harus dicapai oleh stuan pendidikan pada sarana
dan prasarana sesuai Permendiknas nomor 24 tahun 2007. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pemimpin, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
54
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Setiap satuan pendidikan tidak dapat melepaskan faktor
sarana dan prasarana yang dapat dipergunakan dan menunjang
proses pendidikan atau proses belajar mengajar (PBM).
Manajemen sarana dan prasarana bertujuan dapat menciptakan
kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk
berada di sekolah.
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa
(2009:49) menyatakan bahwa “Sarana pendidikan adalah
peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat
dan media pengajaran”. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar,
seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah
sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana
pendidikan.
Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga
55
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid untuk berada di sekolah. Nurkholis (2003:46) dan Rohiat
(2008:66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas seharusnya
dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan
perbaikan hingga pengembannya.
Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
dalam MBS, sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan
kebutuhan fasilitas untuk pengembangan sekolahnya masing-
masing.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya
merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina
dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di
sekolah.Menurut Mulyasa (2009:50) tujuan dari hubungan
sekolah dengan masyarakat adalah:
1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.
2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat.
3) Menumbukan minat masyarakat untuk menjalin hubungan
dengan sekolah.
Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke
masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, buletin
bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house,
kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit),
56
penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan
tahunan.Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan
keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari
masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari
dulu telah didesentralisasikan (Nurkholis, 2003:46-47 dan Rohiat,
2008:67).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa
kelangsungan sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta
masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau hubungan yang baik
antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan
masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya
saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan
Indonesia.
7. Manajemen Layanan Khusus
Menurut Mulyasa (2009:52) manajemen layanan khusus
meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan
sekolah.
a. Manajemen Perpustakaan
Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan
menunjang perkembangan peserta didik dalam hal
perkembangan pengetahuan. Disamping itu juga
memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan
57
pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan
metode bervariasi.
b. Manajemen Kesehatan
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan
bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya
bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus
meningkatkan jasmani dan rohani siswa.Sebagai tindak lanjut
dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha
Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.
c. Manajemen Keamanan
Dengan memberikan keamanan dalam mengikuti proses
belajar dan mengajar bagi komponen sekolah, diharapkan
dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik
dan subtansi-subtansi lainnya.
58
BAB III
PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Sejarah Berdirinya.
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan adalah lembaga yang
berdiri di tengah-tengah masyarakat Pabelan yang didirikan oleh KH.
Hamam Dja’far pada tanggal 28 Agustus 1965. Awalnya nama balai
pendidikan ini adalah Pondok Pabelan yang tidak lain hanyalah sebuah
pondok pesantren tempat di mana orang-orang belajar mengaji seperti
pondok-pondok lainnya. Pondok Pabelan yang pada masa itu berada di
bawah pimpinan KH Muhammad Ali sangat berkembang pesat, banyak
orang-orang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia untuk belajar
Islam di sini, karena meskipun banyak pondok-pondok pesantren di
wilayah Magelang di Pondok Pabelanlah yang menjadi tempat pusat
dakwah Islam yang berkembang dan kemudian beralih nama menjadi
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan Magelang seperti yang
dikenal saat ini. Nama Pabelan sendiri menurut sejarahnya adalah berasal
dari kata “bela” atau “pembela”, karena pada saat itu terjadi
pemberontakan pada masa pimpinan Pangeran Diponegoro (1825-1830) di
kawasan Magelang. Desa Pabelan termasuk salah satu markas dari
pengikut setia Pangeran Diponegoro yaitu Kyai Maja, beliau bersama
santri Pondok Pabelan ikut serta untuk membela perjuangan Pangeran
59
Diponegoro. Sejak saat itulah kondisi pondok Pabelan naik turun bahkan
pada tahun 1953 kondisi pondok sangat memprihatinkan dimana Pondok
Pabelan ini tidak berfungsi sama sekali yang tertinggal hanyalah bangunan
tua dari bambu. Kemudian pada tahun 1965 muncullah sosok pemuda
Pabelan yang mempunyai pemikiran modern yaitu KH. Hamam Dja’far,
beliau terketuk hatinya untuk mengembalikan suasana pondok seperti
awal berdirinya, dengan cara membuka kembali Pondok Pabelan dengan
wajah baru bernama Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
KH. Hamam Dja’farmerupakan orang Pabelan asli yang nyantri di
Pondok Gontor Ponorogo Jawa Timur selama 8 tahun. Beliau merasa
mempunyai tanggung jawab untuk kesejahteraan masyarakat Pabelan
terutama dalam bidang pendidikan. Untuk itu pada hari sabtu tanggal 28
Agustus 1965 secara resmi telah dibuka kembali sebuah lembaga
pendidikan yang diberi nama Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelanyang tentunya tidak luput dari dukungan berbagai pihak desa dan
tokoh agama dan dari sinilah pondok Pabelan mulai bangkit lagi dan
berkembang pesat terbukti dengan lahirnya beberapa tokoh penting dari
Pondok Pesantren Pabelan ini. Kemudian pada tanggal 31 Agustus 1965
terbentuklah lembaga yang menaungi Balai Pendidikan Pondok Pesantren
yaitu lembaga sosial desa dan forum musyawarah yang berfungsi untuk
membahas dan mengambil langkahdalam mengembangkan pondok
pesantren yang bernama Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan yang
anggotanya terdiri dari para sesepuh dan masyarakat serta pamong desa
Pabelan.
60
Madrasah Pondok Pesantren Pabelan ini terletak di tengah-tengah
pemukiman penduduk desa Pabelan, tidak ada batas-batas pemisah yang
berupa pagar, gerbang ataupun bangunan-bangunan lain yang memisahkan
bangunan Madrasah Pondok Pesantren Pabelan dengan bangunan
masyarakat Pabelan setempat, justru pada saat itu di tengah-tengah Pondok
Pabelan terdapat rumah warga yang kemudian rumah tersebut dijadikan
ruang belajar di Madrasah Pondok Pabelan sampai saat ini. Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada jarak yang terlihat dan juga untuk
memperlihatkan kepada msyarakat luar bahwa antara Madrasah Pondok
Pabelan dengan masyarakat sekitar memiliki hubungan yang sangat baik.
Lembaga yang berada di bawah naungan Yayasan Wakaf Pondok
Pesantren Pabelan ini menyelenggarakan pendidikan untuk santri putra
maupun putri yang menerapkan kurikulum khas pesantren yaitu Kulliyatul
Mu‟allimien Al-Islamiyahatau biasa disebut dengan KMI yang dipadukan
dengan Kurikulum Kementerian Agama Republik Indonesia. Arah
pendidikannya adalah kemasyarakatan dan mencetak santri menjadi
pribadi mandiri, sedangkan kualifikasi pesantrennya adalah sesuai dengan
kurikulum yaitu menguasai dengan baik ilmu-ilmu agama (Shorof, Nahwu,
dan Fiqh)
Pondok Pesantren Pabelan menyelenggarakan pendidikan selama 6
tahun untuk santri putra dan putri lulusan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dan 4 tahun lulusan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah karena 1 tahun untuk program kelas Takhassus guna
61
mendalami ilmu agama dan mempersiapkan santri untuk masuk ke jenjang
MA dan 3 tahun untuk program MA.
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan awalnya hanyalah
lembaga pendidikan non-formal pada saat belum ada pergantian nama
yaitu Pondok Pabelan, kemudian pada tahun 28 Agustus 1965 KH.
Hamam Dja’far menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan
menggunakan nama Pesantren Pabelan, di dalamnya terdapat kurikulum
KMI (Kulliyatul Mu‟allimin Al-Islamiyah) dan menjadi dasar
pembelajaran di sini. Kemudian pada tanggal 11 Mei 1991 sebelum KH.
Hamam Dja’far meninggal, beliau meresmikan Yayasan Wakaf Pondok
Pesantren Pabelan mempunyai legalitas formal, dan beliau juga
mengajukan ke Departemen Agama Republik Indonesia untuk membuka
program MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah).
Kurikulum KMI itu sendiri adalah lembaga yang mengelola atau
penanggungjawab kegiatan belajar mengajar yang kemudian disetarakan
dengan SMA berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)
No.25/C/Kep/MN/2005. Maka setelah itu KMI sudah sesuai dengan
kurikulum Pendidikan Nasional.Sedangkan yang Madrasah Aliyah
(MA)mendapatkan SK Pendirian MA pada tahun 1991 dengan nomer
WK/5.d/218/pgm/MA/1991, status terdaftar pada tahun 1998Diakui
danpada tahun 2005 terakreditasi A, yang pada saat itu diketuai oleh Drs.
H. Wasit Abu Ali .
Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA)
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari KMI dan KMI sendiri
62
merupakan bagian yangtak terpisahkan dari Pondok Pesantren. Dengan
model yang telah dipilih tersebut diharapkan bisa terbentuk profil lulusan
Pondok Pesantren Pabelan yang kompeten dalam bidang
keislaman, kebahasaan, sosial kemanusiaan dan sikap mental. Dan berikut
adalah gambarannya.
Gambar 1
Model Kewilayahan Dan Kelembagaan Pesantren Pabelan
Keterangan:
1) Pondok pesantren Pabelan
2) KMI (Kulliyatul Mu’allimien Al-Islamiyah)
3) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
4) Madrasah Aliyah (MA)
5) Takhassus
2. Visi dan Misi
Visi MA Pondok Pesantren Pabelan adalah terdidiknya santri
menjadi mu’min, muslim, dan muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Dengan visi tersebut, maka
misi yang diemban oleh MA Pondok Pesantren Pabelan adalah:
1
2
3 4
5
63
1) Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk melaksanakan
ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyah,
mandiri, dan bebas.
3) Menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum pesantren
yang disesuaikan dengan pendidikan nasional.
4) Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenali jati diri
dan lingkungannya serta mempunyai motivasi dan keberanian untuk
memilih peran di masyarakat sesuai dengan kemampuannya.
5) Mendidik dan mempersiapkan santri untuk menjadi manusia mandiri
yang berkhidmat kepada masyarakat, Negara, dan Agama.
Dan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Terciptanya kehidupan religius di lingkungan MA (Madrasah Aliyah)
Pondok Pabelan yang diperlihatkan dengan perilaku ikhlas, mandiri,
sederhana, ukhuwah dan kebebasan berkreasi.
2) Diperolehnya prestasi akademik yang baik alumnus MA Pondok
Pesantren khususnya dalam kebahasaan (Arab dan Inggris).
3) Diterimanya lulusan MA Pondok Pesantren Pabelan di perguruan
tinggi yang berkualitas dan di masyarakat.
Balai Pendidikan Pondok Pesantren juga mempunyai Panca Jiwa
Pondok yaitu keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyah, berdikari
dan bebas. Yang diharapkan nantinya Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan memiliki output yang sesuai dengan panca jiwa pondok tersebut.
3. Letak Geografis
64
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan terletak di sebelah
selatan kota Magelang tepatnya di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Komplek seluas kurang lebih 7,0 Ha
ini berada di tengah pemukiman penduduk warga Pabelan. Secara
geografis, letak komplek Pondok Pabelan di Jalan Magelang-Yogyakarta
km 12, dari Muntilan 5 km, dan dari Borobudur 9 km. Dengan batas-batas
desa sebagai berikut:
a) Di sebelah timur berbatasan dengan dusun Tangkilan
b) Di sebelah selatan berbatasan dengan dusun Pabelan
c) Di sebelah barat berbatasan dengan dusun Santan
d) Di sebelah utara berbatasan dengan dusun Batikan
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu susunan atau bagan yang
menunjukkan hubungan kerjasama (posisi) yang ada antara bagian satu
dengan bagian lainnya pada suatu organisasi dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan tertentu. Pengurus Yayasan Wakaf
Pondok Pesantren Pabelan, sebagai berikut:
Ketua : Prof. Dr. Bahtiar Efendi
KH. M Basri Bakri
Sekretasis : Rajasa Mu’tasim, M. Si
Fajar Hidayanto, MM
Bendahara : Drs. H. Farid Ismail, M. Hum
Dr. Zuhad Masduqi
Anggota : Drs. H. M Habib Chirzin
65
Prof. Dr. Komarudin Hidayat
Dr. Qowaid Masyhuri, APU
Dr. Imam Munajat
Dr. H. Mahfudz Masduqi
Dr. Jamhari Ma’aruf
Siti Ambar Fathonah
Tabel 3
Struktur Organisasi MA Pondok Pesantren Pabelan
Tahun Ajaran 2011-2016
Yayasan Kemenag
Pimpinan
DIR. KMI
Kepala MA
Muhammad Mudzakir, M. Ag
Komite
M. Nasirudin
MA
TU
Masrukhin, S. Pd.I
Waka Saspras
Drs. Zaenal
Arifin
Waka Humas
Siti Nurchayati,
S. Ag
Waka Kesiswaan
Drs. Ahmad Hisyam
Waka Kurikulum
Jauharoh Hasanah, S.
Pd
Koordinat
or MGMP
Geografi
Drs.
Hasan
Qodri
Koordinat
or MGMP
Agama
Drs.
Khudori
Koordinat
or MGMP
MIPARizk
y Amelia
S, S.Si
Koordinat
or MGMP
PKN
Widiastuti
k, S.Sos
Guru
Siswa
66
5. Keadaan Guru, siswa dan Karyawan
1. Keadaan Guru
Guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat
penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Dan salah satu upaya yang
dilakukan oleh seorang guru adalah dengan cara meningkatkan
kompetensi yang ada dalam dirinya. Status kepegawaian semua (MTs
dan MA) guru tetap berjumlah 22 dengan rincian 14 laki-laki dan 8
perempuan, sedangkan guru tidak tetap berjumlah 7 dengan rincian 4
laki-laki dan 3 perempuan. Dan guru yang berada di MA
PondokPesantren Pabelan berjumlah 17 guru, berikut daftar nama guru
MA Pondok Pesantren Pabelan dan tugas-tugasnya.
Tabel 4
Data Guru MA Pondok Pesantren Pabelan
NO NAMA GURU Tugas Pendidik Tugas Tenaga
Kependidikan
1. M. Mudzakir, S. Ag, M. Ag Balaghoh Ketua Madrasah
2. KH. Hanafi Yusya’, S. Pd. I Al-Qur’an Hadits Pendidik
3. Drs. Ahmad Hisyam Fiqh Waka Kesiswaan
4. Drs. Khudori B. Arab Pendidik
5. M. Chozin, SH Ushul Fiqh Pendidik
6. Muh Anwarudin, S. Pd.I Tarbiyah Pendidik
7 Drs. Zaenal Arifin - Waka Saspras
8 Drs. Jumari Matematika Pendidik
9 M. Nasirudin, MA B.Indonesia Pendidik
10 Jauharoh Hasanah, S. Pd B.Inggris Waka Kurikulum
11 Ahmad Djunaedi, BA Diyanah Pendidik
12 M. Nur Mustofa, S. HI TIK Laboran TIK
13 Elly Amalia, S. Pd Matematika Pendidik
67
14 Arifah Adriyanti, S. Tp Kimia Pendidik
15 Rizki Amelia S. S. Pd. Si Fisika Pendidik
16 Malikhatun Nisa’, S. Pd B. Inggris Pendidk
17. Hidayatun Ni’mah, S. Pd. I Biologi Laboran Biologi
2. Keadaan Siswa
Mayoritas siswa MA Pondok Pesantren Pabelan datang dari
daerah-daerah sekitar Pabelan, namun ada juga yang datang dari luar
propinsi dan luar jawa. Mereka datang dengan berbagai latar belakang
yang berbeda. Namun demikian mereka tetap satu tujuan yaitu tholabul
„ilmi untuk menambah bekal hidup mereka. Siswa yang belajar atau
bersekolah di MA Pondok Pesantren Pabelan sebagian besar adalah
warga sekitar Pabelan, dan bagi siswa yang berasal dari luar Pabelan
diharuskan tinggal di asrama Pondok Pabelan yang sudah disediakan.
Karena di Pondok Pesantren Pabelan ini berbeda dengan pondok
pesantren lainnya siapa saja yang diperbolehkan dan diwajibkan
berasrama. Di Pondok Pesantren ini bagi anak yang berasal dari luar
desa Pabelan diwajibkan untuk tinggal di asrama (mondok). Hal ini
dimaksudkan agar siswa tidak kesulitan dalam mengikuti program
pendidikan yang ditetapkan oleh MA Pondok Pesantren Pabelan
Magelangdan bagi anak daerah boleh “nglaju”danboleh tinggal di
asrama. Peserta didik yang berasal dari desa Pabelan juga tidak
dipungut biaya sepersenpun akan tetap mereka diwajibkan mengabdi di
Pesantren Pabelan selama 1 tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka
menjadi penerus pendidikan di daerahnya sendiri yaitu desa Pabelan.
Tabel 5
Data Siswa MA Pondok Pabelan
Tahun Pelajaran 2013-2014
68
No Kelas Putra Putri Jumlah
1 X A 23 20
2 X B 27 20
3 XI IPA 12 20 32
4 XI IPS 11 11 22
5 XII IPA 9 18 27
6 XII IPS 1 9 1 10
7 XII IPS 2 11 9 20
Jumlah Keseluruhan 79 89 168
3. Keadaan Karyawan
Karyawan merupakan salah satu faktor penunjang bagi
keberhasilan proses belajar mengajar (KBM). Karyawan di MA Pondok
Pesantren Pabelan bertugas untuk mengurusi bagian administrasi yang
berumlah 8 orang karyawan dengan rincian 6 karyawan laki-laki dan 2
karyawan perempuan yang semuanya berstatus tidak tetap.
6. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah
Faktor yang juga ikut menentukan keberhasilan suatu pendidikan
adalah terpenuhinya sarana dan prasrana sebagai penunjang yang memadai
sesuai dengan kebutuhan, karena faktor ini sangat penting demi
tercapainya aktifitas proses belajar mengajar.
Keadaan sarana dan prasarana yang ada di MA Pondok Pesantren
Pabelan sudah dibilang lengkap dan memadahi, akan tetapi masih ada
beberapa yang belum ada di madrasah. Berikut adalah data sarana dan
prasarana yang sudah ada di MA Pondok Pesantren Pabelan.
Tabel 6
Daftar Sarana dan Prasarana MA Pondok Pesantren Pabelan
No. Jenis Ruang Baik
69
Jumlah Luas (m2)
1. Ruang Teori/Kelas 7 432
2. Laboratorium IPA 1 48
3. Laboratorium Kimia 1 96
4. Laboratorium Fisika 1 96
5. Laboratorium Biologi 1 96
6. Laboratorium Bahasa 1 96
7. Laboratorium Komputer 1 96
8. Laboratorium Multimedia 1 48
9. Ruang Perpustakaan 1 190
10. Ruang Keterampilan 1 40
11. Ruang Serba Guna/Aula 1 180
12. Ruang UKS 1 48
13. Koperasi/Toko 1 48
14. Ruang BP/BK 1 21
15. Ruang Kepala Sekolah 1 15
16. Ruang Guru 1 80
17. Ruang TU 1 32
18. Ruang OSIS 1 42
19. KM/WC Guru Laki-laki 1 36
20. KM/WC Guru Perempuan 2 36
21. KM/WC Siswa Laki-laki 4 94
22. KM/WC Siswa Perempuan 3 94
23. Gudang 1 10
24. Ruang Ibadah/Masjid 1 400
25. Asrama Siswa Santri 7 434
Semua sarana dan prasarana yang ada di Ma Pondok Pesantren
Pabelan dalam keadaan baik dan dapat digunakan. Dan uniknya di MA
Pondok Pabelan ini nama-nama gedung disesuaikan dengan yang
memberikan bantuan (dana), misalnya bantuan dari Jepang berarti gedung
yang dibangun diberi nama Gedung Jepang.
7. Kegiatan Di Madrasah Aliyah Pabelan
Banyak kegiatan yang diberlakukan di MA Pondok Pesantren
Pabelan Magelang dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan
atau skill peserta didik. Misalnya pada awal masuk (pendaftaran), calon
peserta didik harus mengikuti dan memenuhi persyaratan masuk yang
telah ditetapkan oleh madrasah.
70
Beberapa persyaratan pendaftaran bagi calon peserta didik yang
akan masuk ke madrasah (MTs dan MA) Pondok Pesantren Pabelan, yaitu:
1. Persyaratan Umum
a) Berijazah Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
yang sederajat (untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah)
b) Berijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dan yang sederajat (untuk tingkat Takhasus)
c) Memiliki NIS (Nomor Induk Sekolah) atau NISN (Nomor Induk
Siswa Nasional)
d) Mengikuti ujian masuk Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI)
Pondok Pesantren Pabelan
e) Mengikuti Tes Kesehatan dan Tes Kemampuan Dasar yang
diselenggarakan oleh Pesantren.
2. Persyaratan Pendaftaran
a) Membayar formulir pendaftaran sebesar Rp 100.000,00
b) Mengisi formulir pendaftaran
c) Menyerahkan fotokopi Akte Kelahiran
3. Syarat Daftar Ulang
a) Dua lembar fotokopi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) berlegalisir.
b) Dua lembar fotokopi Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN) berlegalisir.
c) Lima lembar pas foto 3x4 hitam putih.
d) Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) dari sekolah asal.
e) Melunasi iuran-iuran yang telah ditetapkan pada waktu pendaftaran.
71
Dengan Materi Ujian sebagai berikut:
a) Baca Tulis Al-Qur’an
b) Ibadah Sehari-hari
c) Pengetahuan agama
d) Pengetahuan Umum
e) Bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia
Kegiatan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Pabelan
Magelang dibedakan menjadi dua yaitu pembelajaran di lingkungan
sekolah dan yang ke dua adalah pembelajaran di lingkungan pesantren.
Pembelajaran di lingkungan sekolah adalah kegiatan belajar mengajar
yang kurikulumnya ditetapkan dengan fasilitas dan metode pendidikan
pada umumnya serta dibimbing oleh guru atau ustadz. Kemudian
pembelajaran di pesantren adalah kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa santri yang dibantu oleh ustadz/ustadzah yang
ditunjuk oleh pengasuh pondok, kegiatan ini adalah bagian dari kegiatan
sekolah yang dimaksudkan sebagai media untuk memperdalam materi-
materi kegiatan yang ada di sekolah.
Tabel 7
Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Pabelan
No Waktu Kegiatan
1 03.30-04.00 WIB Bangun tidur dan sholat Tahajud
2 04.00-05.15 WIB Shalat subuh berjama’ah
3 06.00-06.45 WIB Mandi, sarapan
4 07.00-12.00 WIB Kegiatan belajar mengajar
5 12.10-12.50 WIB Sholat dzuhur berjama’ah dan
Makan siang
6 13.00-14.20 WIB Kegiatan belajar mengajar
7 14.20-15.15 WIB Kegiatan intrakurikuler / Les sore
72
8 15.30-16.00 WIB Sholat ashar berjama’ah
9 16.00-17.00 WIB Olahraga / Ekstrakurikuler
10 17.00-17.15 WIB Mandi dan
Persiapan pergi ke Masjid
11 17.15-18.00 WIB Membaca Al-Qur’an di Masjid dan
Sholat maghrib berjama’ah
12 18.00-18.20 WIB Membaca Al-Qur’an di kamar masing-masing
13 18.20-19.00 WIB Makan malam
14 19.00-19.30 WIB Sholat isya’ berjama’ah
15 19.30-21.00 WIB Belajar mandiri
Kegiatan OPPP
16 21.00-22.00 WIB Istirahat (ke kantin, koperasi, menonton TV)
17 22.00-04.00 WIB Tidur
B. Temuan Penelitian
Temuan penelitian dalampenelitian dapat diketahui dengan metode
wawancara dan dokumentasi yang telah didapat oleh peneliti. Metode
wawancara ini ditujukan kepada kepala madrasah, guru dan tentunya siswa
untuk mengkroscek atau mencocokkan apakah jawaban yang diberikan oleh
responden satu sama dengan jawaban responden lainnya.
Madrasah Aliyah diPondok Pesantren Pabelan merupakan salah
satu lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Kementerian
Agama (Kemenag) yang berstatus swasta dan mempunyai tujuan untuk
membentuk insan yang taqwa, cerdas, terampil, mandiri dan santun dalam
berperilaku.Dan mempunyai arah pendidikan yaitu kemasyarakatan dan
mencetak santri menjadi pribadi yang mandiri.Pelaksanaan Pendidikan di
Madrasah Aliyah mengacu pada undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah
73
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan.
Madrasah Aliyah Pondok Pabelan berusaha untuk mengantarkan
peserta didik agar dapat menguasai bahasa asing (Arab dan Inggris) serta
menguasai surat-surat dalam Al-Qur’an dan mampu menjadi ahli ibadah,
selalu Thalabul Ilmi, membentuk Akhlaqul Karimah, hidup sederhana, dan
berkhidmad kepada masyarakat. Setelah menyelesaikan di Madrasah Aliyah,
peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi negeri maupun
swasta dimanapun sehingga peserta didik mampu menjadi manusia yang siap
pakai dalam pembangunan bangsa atau dalam persaingan global.
Kepala sekolah juga harus menyiapkan strategi khusus untuk
meningkatkan kompetensi guru (tenaga pendidik). Pendidikan Agama Islam
(PAI) merupakan bagian dari program pendidikan nasional yang mempumyai
fungsi strategis dalam proses sosialisasi dan internalisasi agama Islam, di
samping pengembangan intelektualnya. Dalam klasifikasi ranah tujuan
pendidikan agama Islam mencakup pembinaan dan pengembangan seluruh
aspek kehidupan. Karena kepala sekolah adalah kunci keberhasilan
sekolah/madrasah.Di MA Pondok Pabelan cara untuk melakukan perekrutan
tenaga pendidik di MA Pondok Pesantren Pabelan melalui 2 cara sesuai
dengan yang dijelaskan oleh responden (W4.Rd, 9 : 20-27) yang pertama
dengan seleksi atau lamaran, dengan cara calon pendidik memasukkan berkas
dan syarat tertentu kemudian pihak madrasah menyerahkan kepada pimpinan
setelah itu baru ditentukan, apabila madrasah membutuhkan guru mapel maka
ada kesempatan untuk diterima walaupun tidak mesti tetap akan
74
dipertimbangkan. Kemudian cara yang ke dua yaitu DBK (diperbantukan).
Maksudnya adalah guru yang diperbantukan untuk Pondok Pesantren Pabelan
dari Diknas atau Kemenag. Juga mendapat bantuan dari luar negeri atau
tenaga pengajar suka rela dari Amerika Serikat melalui kerja samaAMINEF
(American Indonesia Exchange Foundation).
Pengembangan kompetensi tenaga pendidik di MA Pondok
Pesantren Pabelan adalah melalui : 1) MGMP (Guru Mata Pelajaran), 2)
SKIL (pelatihan dan kursus), 3) Workshop dan kegiatan-kegiatan
lainnya.Yang pada intinya pihak madrasah akan memberikan fasilitas
(keterangan memberikan ijin) kepada tenaga pendidik dan peserta didik
untuk mengembangkan kompetensinya atau melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (W4.Rd,10 : 33-43).
Kemudian sejarah kurikulum atau strategi yang diterapkan di MA
Pondok Pesantren Pabelan adalah kurikulum KMI (Kulliyatul Mu‟allimien
Al-Islamiyyah) yang mengacu atau mengikuti kurikulum Gontor yang
berlaku di Pondok Gontor Jawa Timur. Proses pendidikan berlangsung
selama 6 tahun setingkat dengan MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA
(Madrasah Aliyah). Kelas 1,2,3 sederajat dengan MTs dan untuk kelas 4,5,6
sederajat dengan MA. Akan tetapi bagi calon peserta didik yang masuk di
MA atau KMI kelas 4,5,6 peserta didik yang memulai pendidikannya di MA
Pondok Pabelan dari kelas 1 MA harus mengikuti program Takhassus
selama 1 tahun sebagai ganti kelas 1,2,3 agar dapat mengikuti program
pendidikan yang berlaku di MA Pondok Pesantren Pabelan. Dengan begitu
kelas Takhassus menjadi syarat untuk masuk di kelas 4. Kemudian seiring
75
dengan berjalannya waktu begitu juga dengan kemajuan zaman dan untuk
mengikuti program atau kurikulum pendidikan yang ditetapkan oleh
kementerian pendidikan di Indonesia pada tahun 1990 MA Pondok
Pesantren Pabelan menambahkan kurikulum nasional (Kementerian Agama)
sebagai kurikulum tetap. Sehingga terdapat dua kurikulum atau strategi
yang diterapkan di MA Pondok Pabelan untuk mengembangkan kompetensi
siswanya dengan menerapkan kurikulum KMI dan kurikulum Kementerian
Agama RI atau kurikulum nasional.
Pelaksanaan pembelajarannya berlangsung dari jam 07.00-14.30
siswa berada di lingkungan madrasah kemudian setelah jam 14.30 siswa
kembali lagi ke pondok pesantren untuk mengikuti kegiatan podok yang
telah ditetapkan. Tanggapan dari siswa/santri tentang proses
pembelajaranyang ditetapkan oleh madrasah sudah sesuai, karena mereka
menyadari bahwa pendidikan bukanlah pendidikan umum saja tetapi
pendidikan agama juga harus lebih dipelajari lagi. Dan hasilnya juga sudah
memuaskan karena motivasi dan minat siswa/santri juga sangat tinggi
untuk mengikuti program pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh
madrasah. Motivasi sangat penting untuk ditumbuhkan kepada siswa dalam
hal perkembangan pendidikan. Agar peserta didik memiliki minat dan
semangat belajar lebih tinggi.
Karena kualifikasi lulusan pesantren adalah menguasai dengan baik
ilmu-ilmu agama dan logika, maka dirumuskan sistem evaluasi sebagai
berikut:
76
1. Evaluasi Model Madrasah
A. Evaluasi formatif yang dilakukan di akhir satuan
pembelajaran.
B. Evaluasi Sisipan dilakukan di tengah semester.
C. Evaluasi Sumatif dilakukan di akhir semester yang
menentukan keputusan lulus dan tidaknya santri.
2. Evaluasi Model Pondok
A. Evaluasi Salafiyah.
B. Evaluasi Pelanggaran Tata Tertib.
C. Proses Belajar Mengajar yang terdapat di lingkungan
pesantren dan lingkungan sekolah.
Pengaturan kegiatan siswa/santri di Madrasah Aliyah Pabelan dari
sekolah mulai pukul 07.00-14.30 kemudian setelah itu, siswa kembali ke
pondok untuk mengikuti kegiatan atau jadwal pondok yang sudah
diberlakukan. Kegiatan di luar jam sekolah basic KMI atau pondok sangat
terasa karena kegiatan di pondok menggunakan sistem terpadu24 jam
nonstop pendidikan. Dan hari libur pondok adalah hari Jum’at.
Pengelolaan di bidang keuangan yang ada di MA Pondok Pabelan
digunakan untuk memberikan fasilitas kepada peserta didik yang disokong
dari pemerintah misalnya melalui dana BOM (Bantuan Opersional
Madrasah), BOS (Bantuan Operasional Sekolah), atau bisa juga dengan
77
RAB (Rencana anggaran Belanja) yang diajukan oleh direktur KMI
kemudian dialirkan ke kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan kepala
Madrasah Aliyah (MA).
Sarana dan Prasarana yang terdapat di MA Pondok Pabelan dapat
dikatakan sudah memadai atau sudah lengkap, hanya saja terdapat beberapa
fasilitas yang penggunaannya secara bergantian. Sarana dan prasarana di
MA Pondok Pesantren Pabelan berasal dari beberapa
bantuan/dukunganpihak dalam dan luar negeri misalnya dari IDB (Islamic
Development Bank)yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
negara-negara muslim (anggota IDB) yang pada akhirnya merambah ke
dunia pendidikan termasuk memberikan fasilitas-fasilitas belajar. Di
Madrasah Pabelan juga disediakan sarana perpustakaan. Karena
perpustakaan adalah sarana penunjang aktifitas pendidikan yang
menyediakan referensi atau sumber informasi. Selain memiliki fungsi
akademis, perpustakaan yang didirikan oleh KH Hamam Dja’far juga
memiliki fungsi filosofis. Hal ini berangkat dari kesadaran beliau tentang
wahyu pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad yang berbunyi
Iqro‟, sebuah perintah untuk terus membaca.
Kemudian ada bantuan berupa Program Penguatan Sains dan
Teknologi (STEP 2: Science and Technology Equity Program-2 ) berupa
pengadaan laboratorium (biologi, bahasa, kimia,fisika, dan keterampilan tata
busana) dan lain-lain. Ada salah satu keunikan di madrasah MA Pondok
Pesantren Pabelan gedung-gedung sekolah dan asrama diberi nama sesuai
dengan pihak yang menyumbang, seperti gedung yang diberi nama gedung
78
Jepang artinya adalah pihak yang menyumbang untuk pembangunan gedung
Jepang tadi berasal dari Jepang. Ada lagi gedung Armada, pihak yang
menyumbang untuk pembangunan gedung tersebut berasal dari pemilik
perusahaan New Armada yaitu Wan King, dan masih terdapat beberapa
gedung yang diberi nama sesuai dengan donatur atau penyumbang dana
untuk pembangunan gedung. Semua itu diharapkan dapat mengingat dan
menjaga hubungan sillaturrahim dan kerja sama yang baik antara pihak
madrasah dengan pihak luar madrasah.
Suatu lembaga atau organisasi tidak akan bisa berdiri sendiri
melainkan membutuhkan lembaga atau organisasi lainnya untuk membantu
perkembangan suatu lembaga atau lembaga yang dikelolanya agar semakin
maju dan berkembang. Demikian juga dengan Madrasah Aliyah (MA)
Pondok Pabelan yang membutuhkan dukungan dari pihak lainnya, sebut
saja masyarakat Pabelan setempat. Masyarakat adalah penyokong madrasah
artinya peran masyarakat sangat penting bagi madrasah untuk menjalankan
misi atau tujuannya. Tanpa dukungan dari masyarakat, madrasah tidak dapat
maju dan berkembang seperti saat ini.Oleh karena itu, dibentuklah humas
(hubungan masyarakat) dan komite agar hubungan madrasah Pondok
Pabelan dengan masyarakat setempat tetap terjaga dan terjalin dengan baik.
Hubungan lain yang dibangun oleh madrasah dengan masyarakat setempat
adalah dengan diadakannya S3 (Sadranan, Supitan, dan Syukuran) yang
diadakan satu minggu sebelum menjalankan ibadah puasa, kemudian adanya
pengumpulan zakat, qurban, bakti sosial dan masih banyak lagi kerjasama
anatara pihak madrasah dan masyarakat Pabelan.
79
Layanan khusus yang disediakan oleh madrasah kepada peserta
didiknya adalah dengan memberikan pembinaan ke perguruan yang lebih
tinggi, kemudian terdapat juga program IAYP yang berfungsi sebagai
tempat atau wadah untuk minat peserta didik di akhir pendidikannya di
madrasah atau setelah lulus kelas 6. Yaitu memilih bakat atau minat sesuai
dengan keinginan peserta didik. Setelah peserta didik dianggap sudah
mampu dan menguasai bakat atau minat yang dipilihnya, maka peserta didik
akan mendapatkan penghargaan dari pihak madrasah. Tujuan dari program
ini adalah menghargai pilihan dari setiap peserta. Dengan catatan pilihan itu
dijalani secara rutin 1 minggu sekali dengan penuh tanggung jawab dan
konsisten. Yang pada gilirannya setiap peserta mempunyai kesempatan
untuk berprestasi dalm bidang yang mereka inginkan. Pada bulan November
2007 lalu melalui program ini Pabelan mengirimkan salah satu seorang
siswa/santrinya untuk mengikuti konferensi APEC di Australia. Dan
Oktober 2011, Pabelan mengirimkan dua santri ke Kenya sebagai duta
Indonesia di Gold Event International.
Layanan khusus lainnya yang disediakan oleh madrasah adalah
layanan kesehatan BKSM (Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat) yang
tidak hanya disediakan untuk siswa/santri tetapi juga untuk masyarakat
umum lainnya. Lembaga ini juga merupakan wujud kepedulian Pesantren
terhadap masyarakat sekitar, yang diresmikan oleh Pimpinan Pondok
Pesantren Pabelan untuk melayani kesehatan santri dan masyarakat. Gedung
ini terletak di sebelah utara gedung Balai Pengkajian dan Pengembangan
Masyarakat (BPPM), menyediakan pelayanan kesehatan antara lain
80
poliklinik; kesehatan ibu dan anak; dan ruang bersalin. Selain BKSM yang
menyediakan pelayanan untuk santri dan masyarakat, Bagian Kesehatan
OPPP (Organisasi Pelajar Pondok Pabelan) juga ikut bergerak dalam bidang
kesehatan santri dan masyarakat dengan menyediakan obat-obatan ringan
sebagai langkah pertama penanggulangan penyakit. Sedangkan untuk obat-
obatan umum dan vitamin-vitamin disediakan langsung oleh Koperasi
Pelajar.
81
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Profil Pondok Pabelan Magelang
Program pendidikan awal di MA Pondok Pabelan magelang adalah
KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) pada tahun kemudian karena
tuntutan kemudian pendiri Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan yaitu
Kyai Hamam Dja’far mengurus program pendidikan untuk para santrinya ke
Departemen Agama yang kemudian mendapat legalitas formal pada tahun
1991 dan program KMI ini diakui atau disetarakan dengan SMA pada tahun
2005.
Perjuangan dan kepedulian Kyai Hamam Dja’far terhadap pendidikan
sangatlah tinggi terutama pendidikan untuk warga Pabelan.Bukan hanya
dalam bidang pendidikan saja, terhadap kesejahteraan masyarakat Pabelanpun
beliau perhatikan dengan betul. Yang pada akhirnya hingga saat ini apa yang
diusahakan oleh Kyai Hamam Dja’far mendapat apresiasi yang tinggi dan
menjadi tumpuan harapan masyarakat terutama warga Pondok Pabelan.
B. Sistemdan Pengelolaan Pendidikan di Pondok Pesantren Pabelan
Peningkatan mutu pendidikan merupakan pilar pokok pembangunan
pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber
82
daya manusia yang cerdas dan kompetitif. Untuk mewujudkan pendidikan
yang bermutu diperlukan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan secara
berkelanjutan oleh semua pihak yang berkompeten. Tentunya dari kerjasama
dua kementerian yaitu Kementerian Pendidikan Nasional yang menaungi
sekolah dari tingkat pusat sampai daerah yang merupakan pilar pendidikan di
Indonesia dan Kementerian Agama yang juga turut ambil bagian dalam
menaungi madrasah dan pondok pesantren di Indonesia dari tingkat pusat
sampai daerah. Dua kementerian ini mempunyai karakter dan ciri khas yang
berbeda dalam mengelola bobot muatan kurikulum pendidikan. Jika
Kementerian Pendidikan Nasional bobot muatan kurikulum pada mata
pelajaran umum lebih dominan bila dibandingkan dengan mata pelajaran
agama, maka Kementerian Agama bobot muatan kurikulum pada mata
pelajaran umum lebih sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran agama.
Dua kementerian di Indonesia ini sudah berkarakter, Kemendiknas berkarakter
Pancasila, dan Kemenag berkarakter Al-Qur’an dan Hadits.
Penerapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Pesantren di Madrasah
Aliyah Pondok Pabelan Magelang sesuai dengan temuan hasil wawancara
adalah sebagai berikut :
Yang pertama adalah tentang perekrutan tenaga pendidik di MA
Pondok Pabelan Magelang yaitu melalui 2 cara. Cara yang pertama dengan
seleksi atau lamaran, caranya calon pendidik memasukkan berkas dan syarat
tertentu kemudian pihak madraah menyerahkan kepada pimpinan setelah itu
baru ditentukan, apabila madrasah membutuhkan guru mapel maka ada
kesempatan untuk diterima. Kemudian cara yang kedua yaitu melalui DBK
83
(diperbantukan), maksudnya adalah guru yang diperbantukan untuk Pondok
Pesantren Pabelan dari Diknas atau Kemenag. Untuk perekrutan tenaga
pendidik (guru) di MA syaratnya sudah harus lulus S1, di MA Pondok
Pesantren Pabelan sendiri memiliki guru dengan jenjang pendidikan formal
terakhir S2 sebanyak 2 orang, S1 14 orang dan D3 1 orang. Sedangkan
ketenagaan pendidikan (karyawan) di MA Pondok Pesantren Pabelan adalah
lulusan (alumni) dari MA Pondok Pesantren Pabelan sendiri atau biasa yang
disebut dengan guru santri praktik yang nantinya akan mengabdi bagian atau
staf yang telah ditentukan. Ada beberapa staf pengabdian yang akan ditempati
oleh guru praktik diantaranya adalah staf pengasuhan, sekretariat,
perpustakaan, bimbingan konseling, tata usaha KMI, tata usaha MA, tata
usaha MTs, koperasi, kantin putra dan kantin putri.
Kedua adalah tentang kurikulum strategi pendidikan. Pendidikan
merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
daya manusia yang berkualitas, yang tentunya sangat diperlukan adanya
sistem pendidikan dan kurikulum yang bersifat fleksibel dan dinamis serta
mampu mengakomodasi keanekaragaman kemampuan siswa, potensi daerah,
kualitas sumber daya manusia, sarana pembelajaran. Tentang Kurikulum atau
strategi yang diterapkan oleh Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang
adalah kurikulum KMI (Kulliyatul al-Mu‟allimien Al-Islamiyah) dan
kurikulum Nasional (Kementerian Agama) yang nantinya akan ditempuh
selama 6 tahun. Landasan kurikulum adalah nilai-nilai keislaman,
kepesantrenan, perjuangan, kebangsaan dan visi misi Pondok Pesantren
Pabelan. Sedangkan fungsinya adalah (1) Menyelenggarakan pendidikan
84
formal dengan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan Pendidikan
Nasional, (2) Mendidik dan mengantarkan siswa santri untuk mampu
menganal jati diri dan lingkungannya, serta mempunyai motivasi dan
kemampuan untuk mengembangkan diri sesuai dengan perilaku hidupnya.
Dan tujuannya adalah (1) Terselenggaranya pendidikan yang melahirkan
siswa santri berakhlak mulia, (2) Terwujudnya kurikulum yang berbasis ke-
Islaman, yang mempunyai keunggulan dalam bahasa Al-Qur’an dan terbuka
terhadap perkembangan sains dan teknologi, (3) Tersedianya tenaga pendidik
profesional yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, (4)
Tersedianya sarana dan prasarana sumber belajar yang lengkap dan terbuka
seluas-luasnya untuk belajar dan mengenali potensi diri santri. Selain dengan
menerapkan 2 kurikulum campuran untuk mengembangkan potensi peserta
didik madrasah juga menyediakan kurikulum lokal lain yang sesuai dengan
latar belakang daerah diantaranya ada otomotif (bengkel), pertanian, dan
perikanan
Ketiga adalah Pengaturan kegiatan siswa adalah para santri akan
tinggal dalam satu komplek, yang kegiatannya selama 24 jam diatur oleh
OPPP (Organisasi Pelajar Pondok Pabelan) dibawah pengawasan langsung
dari Bapak Kyai (Pimpinan/Pengasuh). Para pengurus ini adalah santri kelas 5
dan 6 KMI yang bertugas selama 1 tahun untuk melaksanakan kebijakan
Pemimpin/Pengasuh.OPPP adalah sejenis dengan OSIS yang membedakan
adalah jika OSIS berada saat proses pembelajaran berlangsung saja sedangkan
OPPP adalah organisasi atau pengurus pondok yang bertugas melaksanakan
85
kebijakan pimpinan dan juga memantau aktivitas santri di dalam pondok agar
santri tetap disiplin meskipun tidak berada di lingkungan sekolah.
Keempat adalah Pengelolaan MBS/M di bidang keuangan yang ada di
MA Pondok Pabelan Magelang dikelola oleh Wakil Pimpinan Umum Pondok
Pesantren Magelang di bidang administrasi dan keuangan yaitu KH.
Muhammad Balya. Perolehan dana didapat dari pengajuan RAB (Rencana
Anggaran Belanja) yang diajukan oleh direktur KMI dan kemudian nantinya
akan dialirkan kepada Kepala MA dan Kepala MTs untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran. Selain itu juga ada bantuan dana dari pemerintah
berupa BSM (Bantuan Siswa Miskin) dan BOM (Bantuan Operasional
Madrasah).
Kelima adalah Sarana dan prasarana yang terdapat di MA Pondok
Pabelan Magelang dapat dikatakan sudah memadai atau sudah lengkap hanya
saja terdapat beberapa fasilitas yang penggunaannya secara bergantian
dikarenakan jam mata pelajarannya bertabrakan.Ada fasilitas yang disediakan
untuk siswa santrinya dan ada fasilitas yang disediakan untuk umum juga.
Sarana pendidikan yang disediakan madrasah untuk siswa santrinya dalam
menunjang proses pembelajaran antara lain Perpustakaan; Demi menunjang
aktivitas pendidikan dan pengajaran, keberadaan perpustakaan yang
menyediakan referensi atau sumber informasi di sebuah lembaga pendidikan
memiliki peranan yang penting. Selain memiliki fungsi akademis dan
informasi, perpustakaan di sini juga memiliki fungsi filosofis. Berangkat dari
kesadaran pendiri tentang wahyu yang pertama diturunkan berbunyi “Iqro”,
sebuah perintah untuk terus membaca. Kehidupan manusia laksana perjalanan
86
matahari yang terbit dari timur dan tenggelam di barat juga terus
menginspirasi pendirian perpustakaan. Oleh sebab itu pendiri meletakkan
perpustakaan di bagian paling timur dari komplek Pondok Pabelan sebagai
gambaran bahwa manusia itu harus memulai hidupnya dengan membaca.
Fasilitas yang ke dua yaitu Laboratorium, lewat program madrasah sejak
tahun 2004 Pondok pesantren menerima bantuan berupa Program Penguatan
Sains dan Teknologi (STEP 2: Science and Technology Equity Program -2)
sehingga dibangun laboratorium fisika, kimia,biologi,komputer, bahasa dan
keterampilan tata bahasa. Yang berfungsi menunjang sekaligus mendukung
kegiatan belajar mengajat KMI Pondok Pabelan. Sarana dan prasarana yang
disediakan untuk umum antara lain adalah kantin, telecenter, BKSM, ruang
tamu, unit usaha pesantren.
Keenam yaitu Hubungan madrasah dengan masyarakat. Lembaga
pendidikan bukanlah lembaga atau badan yang dapat berdiri sendiri dalam
membina pertumbuhan dan perkembangan putra putri bangsa, melainkan
merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat luas. Di sini
kepala sekolah/madrasah berperan sebagai menejer pendidikan yang perlu
bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam rangka memajukan
pendidikan yang dikelola.Hubungan antara madrasah dan masyarakat
setempat berjalan dengan baik karena madrasah menyadari bahwa masyarakat
itu adalah faktor penting tanpa adanya kerja sama dan dukungan dari
masyarakat setempat madrasah tidak akan maju/berkembang.
Yang terakhir adalah tentang layanan khusus yang disediakan oleh
madrasah untuk siswa/santri adalah dengan memberikan pembinaan ke
87
perguruan yang lebih tinggi, kemudian terdapat juga program IAYP
(International Awards for Young People) yang dimasukkan dalam program
ekstrakurikuler pilihan, kemudian juga ada BKSM (Balai Kesehatan Siswa
dan Masyarakat) layanan ini tidak hanya disediakan madrasah untuk
siswa/santri tetapi juga untuk masyarakat umum terutama untuk warga sekitar
madrasah dan beberapa layanan/fasilitas lainnya.
Berdasarkan dari paparan yang telah dituliskan di muka, maka dapat
dikatakan pelaksanaan pendidikan di MA Pondok Pabelan dilihat dari
beberapa komponendi atas sudah dapat dikatakan dengan baik.
C. Strategi Yang Diterapkan di MA Pondok Pesantren Pabelan
Peningkatan kualitas pendidikan menjadi tanggung jawab bagi para
guru untuk menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Pendidikan akan
berhasil apabila mampu menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan nilai, dan sikap dalam diri peserta didik.
Pendidikan agama merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku yang
meliputi tiga aspek yaitu: pertama, aspek kognitif yang meliputi perubahan
dalam segi penguasaan ilmu pengetahuan dan perkembangan keterampilan
yang diperlukan untuk mengubah pengetahuan tersebut. Kedua, aspek afektif
yang meliputi perubahan-perubahan dari segi mental, perasaan, dan kesadaran.
Ketiga, aspek psikomotorik yang meliputi perubahan dalam segi tindak bentuk
psikomotorik.
Skinner dalam Hasan (1994: 35) menjelaskan hal yang harus dilakukan
dalam meningkatkan kemampuan siswa atau kompetensi siswa yaitu dengan
88
Mengembangkan khasanah tingkah laku verbal dan non-verbal yang
menunjukkan hasil belajar, Menghasilkan dengan kemungkinan besar, tingkah
laku yang disebut minat, antusiasme dan motivasi untuk belajar.
Sedangkan menurut Weiner dalam Hasan (1994: 40) hal yang paling
penting diperhatikan dalam interaksi di kelas pada saat proses pembelajaran
serta dalam rangka meningkatkan kemampuan atau kompetensi siswa adalah
ciri siswa. Ciri-ciri siswa yang perlu dipertimbangkan ialah perbedaan
perseorangan, kesiapan untuk belajar dan motivasi. Yang pertama perbedaan
perseorangan, dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah tingkat
perkembangan siswa dan tingkat perkembangan siswa dan tingkat rasa harga
diri siswa. Yang kedua kesiapan untuk belajar, hal ini sangat mempengaruhi
hasil pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa itu sendiri. Dan yang ketiga
adalah motivasi, ciri khas dari teori-teori belajar adalah memperlakukan
motivasi sebagai suatu konsep yang dihubungkan dengan asa-asas untuk
menimbulkan terjadinya belajar pada diri siswa. Konsep ini dilakukan untuk
mendorong siswa seperti dalam membangkitkan perhatian siswa, mempelajari
peranan perangsang atau membuat agar bahan ajar menarik bagi siswa.
Ketiga hal di atas harus diperhatikan yang dibarengi dengan
penciptaan suasana kelas yang menyenangkan sehingga tingkah laku, respons
yang dikeluarkan oleh siswa menghasilkan suasana pembelajaran yang
nyaman dan menyenangkan. Disamping itu, dalam konteks peningktan
kompetensi siswa, maka kurikulum juga merupakan hal yang tidak
terpisahkan dengan kompetensi siswa dalam pembelajaran. Masalah
kurikulum, tujuan pendidikan, keputusan atau kebijakan sekolah, fasilitas
89
yang akan digunakan, pengembangan SDM sekolah, pengaturan waktu dan
biaya pendidikan haruslah sepenuhnya dikelola oleh sekolah sehingga
langkah-langkah teknis di atas dapat terwujud. Salah satunya adalah dengan
menerapkan sistem manajemen berbasis madrasah, dimana pihak sekolah
memiliki otoritas yang cukup untuk mengelola konsep-konsep yang akan
diterapkan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa.
Strategi sangat penting untuk digunakan dalam berbagai hal apalagi
dalam hal pendidikan. Karena strategi dalam pendidikan merupakan rencana
pembelajaran yang digunakan oleh lembaga pendidikan dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu dengan tujuan untuk
mengembangkan kompetensi peserta didiknya. Dengan adanya strategi tujuan
akan lebih mudah dicapai tentunya dengan menerapkan strategi yang mudah
dan menyenangkan peserta didik. Seperti yang dituliskan oleh Hamruni dalam
bukunya yang berjudul Strategi dan Metode Pembelajaran Aktif-
Menyenangkan (2012: 72-73), menjadikan sebuah pembelajaran menjadi
suatu yang menyenangkan adalah sangat penting, karena belajar yang
menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan
hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Mengenai strategi pembelajaran, strategi yang digunakan oleh
Madrasah Aliyah Pondok Pabelan Magelang adalah dengan menerapkan dua
kurikulum yaitu kurikulum KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah) dan
kurikulum nasional (Kementerian Agama). Kurikulum KMI merupakan
kurikulum yang diterapkan oleh MA Pondok Pabelan sebagai kurikulum
pendamping kurikulum nasional yang menjadi ciri khas dan pedoman
90
kurikulum pendidikan. Sedangkan kurukulum Kementerian Agama
merupakan lembaga yang menaungi berbagai instansi-instansi yang
berhubungan dengan kegiatan pendidikan formal dan informal,
kemasyarakatan, peribadahan dan lain sebagainya. seperti yang diterangkan
oleh kepala madrasah MA Pondok Pabelan MM (12-01-2014):
“ Ada dua kurikulum yang diterapkan di sini, ada kurikulum KMI dan
kurikulum nasional (Kementerian Agama).”
Keterangan di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan responden
berkode W5.Re.
“ Iya kak,,ya seperti itu program pendidikan di sini,,,soalnya juga kan
kurikulum di sini kurikulum campuran kak,,,khusus agama dan khusus umum,
yang khusus agama namanya KMI (Kulliyatul Mu‟allimien Al-Islamiyah)
sedangkan yang khusus umum itu kurikulum nasional.”
Sejarah tentang kurikulum yang berlaku di Madrasah Pondok Pabelan
adalah awal berdirinya madrasah dulu hanya terdapat 1 kurikulum saja yaitu
KMI, akan tetapi pada tahun 1990 diterapkan kurikulum baru yaitu dengan
dipadukannya kurikulum KMI dan kurikulum nasional yang berlaku di
Indonesia karena mengingat perkembangan pendidikan yang semakin modern
mengikuti jaman. Pembagiannya adalah program pendidikan yang berada di
bawah naungan KMI adalah program takhassus/kelas khusus, maksud dari
program pendidikan ini adalah memberikan kesempatan belajar selama 1
tahun kepada calon santri yang sudah memiliki ijasah SMP/MTs yang ingin
belajar di MA Pondok Pesantren Pabelan. Sedangkan program yang berada di
91
bawah naungan kurikulum nasional adalah program MTs Pondok Pabelan dan
MA Pondok Pabelan. Kedua kurikulum ini tidak dapat dipisahkan, karena
sistem pendidikan di sini adalah berkelanjutan artinya jenjang pendidikan
MTs dan MA Pondok Pabelan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
sistem pendidikan KMI. Jenjang MTs setara dengan kelas 1,2,3 KMI,
sedangkan jenjang MA setara dengan kelas 4,5,6 KMI. Pelaksanaan
pendidikan di MA Pondok Pabelan mengacu pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dan
peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan.
Selain dengan menerapkan dua kurikulum campuran (KMI dan
Kemenag), strategi yang digunakan oleh MA Pondok Pabelan untuk
mengembangkan potensi peserta didiknya yaitu dengan menerapkan beberapa
program pendidikan, antara lain program pertukaran pelajar, program IAYP
(International Awards for Yong People), dan beberapa kegiatan lainnya yang
dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya.
Program pertukaran pelajar merupakan program pendidikan
intrakurikuler di MA pondok Pabelan Magelang yang disediakan oleh
madrasah untuk peserta didik. Pertukaran pelajar yang sudah dijalankan
beberapa tahun ini bekerjasama dengan beberapa negara asing seperti Jepang
melalui program Janesys (Japan-East Asia Network of Exchange for Students
and Youth). Sedangkan program IAYP adalah program yang disediakan oleh
madrasah sebagai wadah untuk mengembangkan minat dan bakat peserta
didik sehingga peserta didik memiliki kemampuan yang lebih sesuai dengan
92
minat dan bakat yang dipilihnya. Kemudian beberapa kegiatan lainnya yang
dapat mengembangkan kompetensi peserta didik adalah dengan disediakannya
program pengabdian/pendidikan praktik, kegiatan ini dilakukan setelah peserta
didik menyelesaikan jenjang Madrasah Aliyah selama minimal 1 tahun.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dapat dikatakan bahwa
keunggulan yang dimiliki Pondok Pesantren Pabelan Magelang dapat dilihat
menurut beberapa komponen sebagai berikut:
a) Tentang kurikulum keunggulan dalam penerapan kurikulum adalah di MA
Pondok Pabelan Magelang kurikulumnya adalah kurikulum modern yaitu
dengan adanya 2 kurikulum campuran yang diterapkan di Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Pabelan Magelang, kurikulum KMI (Kulliyatul
Mu‟allimien Al-Islamiyah)yang menjadi ciri khas madrasah dan kurikulum
Nasional.Selain itu, madrasah memberikan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didiknya.
b) Keunggulan tenaga pendidik di MA Pondok Pesantren Pabelan Magelang
adalah pendidik dari alumni, non-alumni dan bantuan pemerintahan RI
sudah sebagian besar telah bersertifikat pendidik. Selain itu juga tidak
sedikit guru diminta untuk mengajar di Amerika Serikat untuk studi
banding mengenai sistem pendidikan yang ada di pesantren.
c) Dalam hal pendanaan serta sarana dan sarana keunggulannya adalah
terdapat banyak bantuan dari pihak luar karena bentuknya kerjasama yang
berjalan dengan baik antara pihak madrasah dengan pihak luar, sehingga
mereka tidak ragu untuk memberikan bantuan. Keunggulan lainnya adalah
93
madrasah selalu memberikan haknya guru dalam setiap kegiatannya yang
dilakukan.
d) Keunggulan dari segi fasilitas adalah fasilitas gedung/bangunan banyak
mendapat bantuan dari pihak luar. Sedangkan fasilitas pembelajaran
adanya kerjasama antara madrasah dengan lembaga pendidikan luar negeri
dengan melakukan pertukaran pelajar misalnya kerjasama dengan Jepang
melalui program Jenesys, belum lama ini madrasah Pabelan juga menjalin
bekerjasama dengan Korea, dan masih ada beberapa bentuk kerjasama
yang dijalin dengan baik antara madrasah dengan lembaga pendidikan
lainnya.
Prestasi yang pernah diraih oleh Pondok Pesantren Magelang adalah
sebagai berikut:
a) Penghargaan internasional untuk penataan arsitektur “Aga Khan Award for
Architecture” pada tahun 1980 dari presiden Pakistan Dzia-ul Haq.
b) Penghargaan “Kalpataru” untuk penataan lingkungan hidup dari Menteri
KLH , Prof. Emil Salim pada tahun 1982 karena berhasil mengajak para
siswa/santri untuk menanam pohon.
c) Penghargaan “Mandala Arutala Bhakti Husada” dari Menteri Kesehatan
Republik Indonesia dalam bidang pelayanan kesehatan santri dan
masyarakat yang diserahkan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 27 November 2003.
d) Dari segi hubungan antara madrasah dengan masyarakat adalah
sebenarnya hubungan antara kedua pihak sudah baik, misalnya dalam
kegiatan S3, Maulud Nabi, dan PHBI masyarakat selalu dilibatkan.
94
Dari beberapa keunggulan dan prestasi yang ada di Madrasah Aliyah
Pondok Pabelan Magelang juga tentunya tidak luput dari beberapa kelemahan
atau kekurangan yang menjadikan penghambat bagi proses berjalannya
pembelajaran. Faktor penghambat yang ada di MA Pondok Pabelan Magelang
diantaranya adalah:
a) Dari segi kelembagaan kurangnya komunikasi antara pihak pimpinan dan
bawahan yang hal ini berdampak pada kurangnya saling memahami antara
kepentingan kelembagaan dengan aspirasi guru.
b) Dari segi tenaga pendidik faktor penghambatnya adalah kurangnya
kekompakan dalam hal berpakaian seragam.
c) Dari segi kurikulum kelemahannya adalah kurangnya manajemen waktu.
Masih ada beberapa peserta didik di MA Pondok Pabelan masih belum
bisa untuk membagi waktu dengan alasan di sini (madrasah) sangat
banyak kegiatannya. Jadi peserta didik di MA Pondok Pabelan Magelang
masih “keteteran” dalam masalah waktu.
d) Dari segi keuangan kelemahannya adalah kurangnya disiplin siswa tentang
pembayaran iuran pondok/madrasah sehingga di akhir tahun siswa santri
mempunyai banyak tunggakan. Kelemahan lainnya adalah kadang masih
sering terjadi ketidaksesuaian biaya anggaran pengeluaran dengan
pengeluaran yang sebenarnya.
95
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan dalam skripsi yang berjudul “Profil Pondok
Pesaantren Pabelan Magelang yang Berbasis Pesantren (Studi Kasus Siswa
MA pondok Pabelan Magelang)”, setelah dicocokkan jawabannya antara
kepala madrasah/guru dengan siswa santri MA Pondok Pabelan menggunakan
metode triangulasi, dan warga setempat maka dapat disimpulkan bahwa:
Sistem Pendidikan di MA Pondok Pabelan adalah Pendidikan Berbasis
Madrasah dengan tujuan membina dan mengantar santri menjadi manusia
yang berakhlakul karimah, menguasai ilmu pengetahuan, dan menjadikan
santri sebagai orang yang bermanfaat. Dan untuk mencapai tujuan tersebut
pesantren Pabelan menyelenggarakan program (jenjang) pendidikan yang
menerapkan sistem kurikulum khas pesantren yaitu KMI (Kulliyatul
Mu‟allimien Al-Islamiyah), yang secara otomatis santri juga akan mengikuti
program pendidikan MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah
Aliyah).
Pelaksanaan pendidikan berbasis pesantren di MA Pondok Pabelan sudah
sesuai dan berjalan dengan baik. Hal ini bisa diketahui dari hasil akhir
(UN/UAM) yang diikuti oleh siswa santri kelas enam (6) dan juga semua
96
komponen-komponen manajemendi MA Pondok Pabelan yang sudah
terpenuhi mulai dari kurikulumnya, tenaga pendidiknya, sarana dan
prasarananya hingga layanan-layanan khusus yang disediakan oleh madrasah
untuk siswa santrinya sudah layak dan memadai.
Selain itu juga kurikulumnya adalah kurikulum pesantren yang pola
hidup santri dan aktifitasnya selalu dilingkupi suasana “edukatif”.Asrama
santri, kyai, ustadz, dan guru terdapat di tengah-tengah komplek lingkungan
pesantren, sehingga aktifits santri dapat dipantau dan mudah mengadakan
pembinaan dan pendampingan.Inilah yang membedakan antara pesantren
denga lembaga pendidikan lainnya, sehingga mudah membentuk karakter
pribadi yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Faktor penghambatnya adalah kurangnya manajemen waktu dan
sosialisasi yang dimiliki oleh seorang pemimpin serta kelemahan lainnya yang
masih terdapat di MA Pondok Pabelan Magelang. Sedangkan faktor yang
menjadi pendukung adalah bentuk kerja sama yang berjalan dengan baik
antara pihak madrasah, masyarakat setempat di sekitar Pondok Pabelan dan
pemerintah serta sarana dan prasarana yang memadai dan ditambah pula
diadakannya beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua
peserta didik dan tentunya faktor pendukung yang paling penting adalah
motivasi baik itu intern maupun ekstern.
B. SARAN
1. Untuk Lembaga
a) Ada baiknya strategi atau kurikulum yang digunakan adalah
dengan menerapkan strategi yang menyenangkan dan tidak
97
menyulitkan peserta didiknya. Madrasah harus lebih
memperhatikan para peserta didiknya lagi misalnya antara
kurikulum yang diterapkan dengan kemampuan peserta didik agar
peserta didik mampu mempertahankan semangat belajarnya dan
bisa lebih baik lagi dalam mengembangkan kemampuannya.
b) Lembaga harus meningkatkan komunikasi antara atasan (kepala
yayasan, kepala madrasah) dengan bawahan (staf guru dan
karyawan) agar visi dan misi yang diinginkan dapat tercapai
dengan mudah.
c) Memperbaiki atau menata dengan rapi lagi komplek siswa santri
ruang kelas.
d) Mempertegas peraturan bagi siswa/santri yang masih melanggar
aturan pada saat jam KBM berlangsung dengan memberikan
sanksi.
e) Meningkatkan relasi yang baik diantara masyarakat dengan
sekolah dan diharapkan melibatkan masyarakat dalam kegiatan
keseluruhan agar madrasah selalu mendapat dukungan sepenuhnya
dari pihak masyarakat umumnya masyarakat Pabelan.
2. Untuk Tenaga Pendidik
a) Menjaga kekompakan dan disiplin yang baik. Karena guru adalah
teladan untuk peserta didiknya.
3. Untuk Peserta Didik
a) Mengatur/membagi waktu dengan sebaik mungkin.
98
b) Menjaga kedisiplinan agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan nyaman sehingga dapat berkonsentrasi.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrofiq&Ta’arifin. 2008. Manajemen Madrasah BerbasisPesantren.
Jakarta: PT. ListaFarika Putra.
Al-Abrasyi. 1970. Dasar-dasarPokokPendidikan Islam. Jakarta: PT.
BulanBintang.
Departemen Agama. 1997. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta
Baharuddin & Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dahri, Harapandi. 2007. ModernisasiPesantren. Jakarta: Departemen
Agama RI BalaiPenelitiandanPengembangan Agama.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Sekolah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Halim, A. 2005.ManajemenPesantren. Yogyakarta: AksaraPelangi.
Hamruni. 2012. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif-
Menyenangkan. Yogyakarta: Investidaya.
Hasan, Cholijah. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya:
Al-ikhlas.
Mahpuddin. 2006. PotretDuniaPesantren. Bandung: Humaniora.
Mulyasa, E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Madjid, Nurcholish.1997. Bilik-BilikPesantren. Jakarta: Paramadina.
Lasa HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gema Media.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina
Aksara.
100
Raharjo. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning
Itu Perlu: Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik
yang Kompeten. Jogjakarta: Arruzz.
Umiarso & Gojali. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi
Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD.
Susyosubroto. 2004. Dimensi-Dimensi Manajemen Pendidikan Di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Ciputat: Gaung Persada Press.
101