Upload
buingoc
View
276
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN
KONSELOR MENURUT PERSEPSI SISWA DI SMA
NEGERI SE- KABUPATEN PEMALANG TAHUN
AJARAN 2012/2013.
Skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dewi Septin Tri Siswanti
1301408059
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi
Siswa Di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013 ini
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang.
Semarang, Desember 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. Dra. MTh Sri Hartati, M.Pd Kons
NIP. 19521120 197703 1 002 NIP. 19601228 198601 2 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 18 Desember 2013
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Budiyono, M.S Kusnarto Kurniawan, M.Pd, Kons
NIP. 19631209 198703 1 002 NIP. 19710114 200501 1 002
Penguji Utama
Drs. Heru Mugiarso, M.Pd, Kons
NIP. 19610602 198403 1 002
Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. Dra. MT Sri Hartati, M.Pd Kons
NIP. 19521120 197703 1 002 NIP. 19601228 198601 2 001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan karena jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Desember 2013
Dewi Septin Tri Siswanti
NIM 1301408059
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kerja adalah wujud nyata cinta. Jika kita tak dapat bekerja dengan kecintaan
namun hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu lalu duduklah
di gerbang rumah ibadah untuk menerima derma dari mereka yang bekerja dengan
suka cita (Kahlil Gibran)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak Sabar dan Mamah Titi Riyanti tecinta serta kakak-kakakku Mas Aris,
Mbak Cut, dan Mbak Retno yang selalu
memberikan doa, cinta dan kasih serta
dukungan yang senantiasa mengiringi
dalam setiap langkahku, serta buat si
kecil Dek Bintang dengan tingkahmu
yang lucu selalu menghiburku.
2. Aa Nova Priyanto yang selalu memberikan cinta, kasih sayang,
semangat serta motivasinya.
3. Teman-teman seperjuangku BK angkatan 2008.
4. Almamaterku BK FIP UNNES tercinta.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul Profil Kompetensi Kepribadian Konselor
Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran
2012/2013
Dasar pemikiran penulis mengadakan penelitian tersebut berawal dari
keadaan di lapangan mengenai kompetensi kepribadian konselor yang dianggap
kurang baik oleh siswa. Kompetensi kepribadian konselor yang kurang baik akan
berdampak negatif bagi siswa. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi dan
kerjasama berbagai pihak, untuk membantu konselor agar mempunyai kompetensi
kepribadian yang lebih baik. Untuk itu penulis tertarik untuk mengetahui profil
kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa di SMA Negeri se-
Kabupaten Pemalang.
Penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rahman, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Universitas
Negeri Semarang.
vii
4. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd., Dosen Pembimbing I.
5. Dra. MTh. Sri Hartati, M.Pd,Kons., Dosen Pembimbing II.
6. Tim penguji skripsi.
7. Kepala SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah memberikan izin
penelitian.
8. Semua konselor di SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah membantu
penelitian.
9. Semua siswa di SMA N se- Kabupaten Pemalang yang telah membantu
penelitian.
10. Keluarga besarku yang tiada henti memberikan doa dan dukungannya selama
ini.
11. Aa Nova Priyanto yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, semangat dan
motivasinya.
12. Teman-teman di Reksonegoro, Kos Ora Ono Jenenge, Kos Masbuloh, dan
teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu menjadi
teman berbagi suka dan duka.
13. Teman-teman PPL SMA Negeri 11 Semarang Tahun 2011 yang selalu
memberi semangat, motivasi dan menghiburku.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Dalam skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin agar skripsi ini
dapat tersaji dengan baik. Namun jika ternyata masih banyak kekurangan, hal ini
semata-mata karena keterbatasan dari penulis.
viii
Akhirnya penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Semarang, Desember 2013
Penulis
ix
ABSTRAK
Siswanti, Dewi Septin Tri. 2013. Profil Kompetensi Kepribadian Konselor
Menurut Siswa Persepsi di SMA Negeri Se- Kabupaten Pemalang Tahun
Ajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas
Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra.
Ninik Setyowani, M.Pd., dan Pembimbing II : Dra. Maria Theresia Sri
Hartati, M.Pd.,Kons
Kata kunci : Persepsi, Kompetensi Kepribadian Konselor
Profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa adalah
proses penginterpretasian siswa terhadap kompetensi atau kemampuan
kepribadian konselor yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Penginterpretasian tersebut melibatkan
pengalaman siswa yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor yang
akhirnya akan disimpulkan dan ditafsirkan oleh siswa. Penginterpretasian ini akan
membentuk konsep tentang profil kompetensi kepribadian konselor. Permasalahan
yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan kompetensi
kepribadian konselor di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran
2012/2013?
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah
SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang. Teknik sampling yang digunakan adalah
cluster random sampling dan 7 SMA Negeri yang menjadi sampel penelitian
dengan jumlah responden 245 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan instrumen skala psikologis dengan jumlah butir sebanyak 80
item. Metode analisis data menggunakan deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata profil kompetensi kepribadian
konselor termasuk kriteria baik pada berimhan YME (83,23%), pada menghargai
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan
memilih (77,07%), pada menjunjung integritas stabilitas kepribadian yang kuat
(79,97%), dan menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi (77,40%).
Kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang paling unggul yaitu beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME (83,23%), sedangkan yang paling rendah yaitu
menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas, dan
kebebasan memilih (77,07%).
Simpulan dari penelitian ini adalah profil kompetensi kepribadian
konselor menurut persepsi siswa termasuk dalam kriteria baik. Saran yang
diberikan yaitu konselor diharapkan untuk lebih meningkatkan kompetensi
kepribadian konselor yang lebih baik dalam memberikan pelayanan bimbingan
dan konseling kepada siswa.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan penelitian .................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
1.5 Sistematika Skripsi ............................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu.............. ........................................................ 10
2.2 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa 12
2.2.1 Persepsi.................. ........................................................................ 12
2.2.1.1 Pengertian Persepsi ....................................................................... 13
2.2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ................................ 15
2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi ........................................................... 19
2.2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor ................................................ 22
2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor .................................................. 22
2.2.2.2 Jenis-jenis Kompetensi Konselor ................................................... 23
2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor ................................................ 26
2.2.3 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor ...................................... 35
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 41
3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 42
3.2.1 Identifikasi Variabel ....................................................................... 42
3.2.2 Jenis Variabel ................................................................................. 43
3.2.3 Hubungan Antarvariabel ................................................................ 43
3.2.4 Definisi Operasional Variabel ........................................................ 43
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 44
3.3.1 Populasi ......................................................................................... 44
3.3.2 Sampel ............................................................................................ 45
xi
3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................... 47
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 47
3.4.2 Alat Pengumpul Data ..................................................................... 47
3.4.3 Penyusunan Instrumen ................................................................... 49
3.4.3.1 Menyusun Kisi-kisi Instrumen ...................................................... 49
3.4.3.2. Karakteristik Jawaban Yang Dikehendaki .................................... 53
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................. 55
3.5.1 Validitas Instrumen ........................................................................ 55
3.5.2 Reliabilitas Instrumen .................................................................... 57
3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian.............................................. 58
3.6.1 Uji Validitas ................................................................................... 58
3.6.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 58
3.7 Metode Analisis Data ..................................................................... 59
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 61
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan ......................... 61
4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Setiap SubVariabel............ 63
4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Tiap Indikator.................. 71
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian..................................................... 100
4.3 Keterbatasan Dalam Penelitian.................................................. 105
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................ 106
5.2 Saran ............................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................ 109
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang.............................. 45
3.2 Daftar Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian........................... 46
3.3 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian..................................... 50
3.4 Kategori Jawaban Instrumen Penelitian....................................... 55
3.5 Kriteria Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi
Siswa....................................................................................... 60
4.1 Persentase Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi
Siswa..................................................................................... 62
4.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Beriman dan Bertaqwa
Kepada Tuhan YME.................................................................... 63
4.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan
Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan
Kebebasan Memilih..................................................................... 65
4.4 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Integritas
Stabilitas Kepribadian Yang Kuat.............................................. 67
4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kinerja
Berkualitas Tinggi........................................................................... 69
4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan
Kepribadian Yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan
YME............................................................................................... 71
4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Konsisten Dalam
Menjalankan Kehidupan Beragama dan Toleran Terhadap Pemeluk
Agama Lain........................................................................................ 73
4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berakhlak Mulia dan
Berbudi Pekerti Luhur......................................................................... 74
4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Mengaplikasikan
Pandangan Posititif dan Dinamis..................................................... 76
xiii
4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan
Mengembangkan Potensi Positif ................................................... 78
4.11 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peduli Terhadap
Kemaslahatan Konseli.................................................................... 80
4.12 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Tinggi
Harkat Sesuai Dengan Hak Asasinya.............................................. 81
4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Toleran Terhadap
Permasalahan Konseli...................................................................... 83
4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersikap
Demokrasi........................................................................................ 85
4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian
dan Perilaku Yang Terpuji................................................................ 87
4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Emosi
Yang Stabil......................................................................................... 88
4.17 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peka, Bersikap Empati,
Serta Menghormati Keragaman dan Perubahan................................ 90
4.18 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Toleransi
Tinggi Terhadap Konseli Yang Menghadapi Stres dan
Frustasi.............................................................................................. 91
4.19 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan
Tindakan Yang Cerdas, Kreatif, Inovatif, dan
Produktif............................................................................................. 93
4.20 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersemangat, Berdisip;in,
dan Mandiri......................................................................................... 95
4.21 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berpenampilan Menarik
dan Menyenangkan............................................................................. 97
4.22 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berkomunikasi Secara
Efektif.................................................................................................. 99
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
4.1 Persentase Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi
Siswa............................................................................................ 63
4.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Beriman dan Bertaqwa
Kepada Tuhan YME.................................................................... 65
4.3 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan
Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan, Individualitas, dan
Kebebasan Memilih..................................................................... 67
4.4 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Integritas
Stabilitas Kepribadian Yang Kuat.............................................. 69
4.5 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kinerja
Berkualitas Tinggi........................................................................... 70
4.6 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan
Kepribadian Yang Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan
YME............................................................................................... 72
4.7 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Konsisten Dalam
Menjalankan Kehidupan Beragama dan Toleran Terhadap Pemeluk
Agama Lain........................................................................................ 74
4.8 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berakhlak Mulia dan
Berbudi Pekerti Luhur......................................................................... 75
4.9 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Mengaplikasikan
Pandangan Posititif dan Dinamis..................................................... 77
4.10 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menghargai dan
Mengembangkan Potensi Positif ................................................... 79
4.11 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peduli Terhadap
Kemaslahatan Konseli.................................................................... 81
4.12 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menjunjung Tinggi
Harkat Sesuai Dengan Hak Asasinya.............................................. 83
xv
4.13 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Toleran Terhadap
Permasalahan Konseli...................................................................... 84
4.14 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersikap
Demokrasi........................................................................................ 86
4.15 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Kepribadian
dan Perilaku Yang Terpuji................................................................... 88
4.16 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Emosi
Yang Stabil......................................................................................... 89
4.17 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Peka, Bersikap Empati,
Serta Menghormati Keragaman dan Perubahan................................ 91
4.18 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan Toleransi
Tinggi Terhadap Konseli Yang Menghadapi Stres dan
Frustasi.............................................................................................. 93
4.19 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Menampilkan
Tindakan Yang Cerdas, Kreatif, Inovatif, dan
Produktif............................................................................................. 95
4.20 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Bersemangat, Berdisip;in,
dan Mandiri......................................................................................... 97
4.21 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berpenampilan Menarik
dan Menyenangkan............................................................................. 98
4.22 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Berkomunikasi Secara
Efektif................................................................................................ 100
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian............................................. 110
2. Instrumen Uji Coba Penelitian Profil Kompetensi
Kepribadian Konselor Menurut Persepsi
Siswa.................................................................................................... 113
3. Tabel Perhitungan Hasil Uji Coba Instrumen
Penelitian............................................................................................... 122
4. Perhitungan Validitas Coba Instrumen Penelitian................................ 130
5. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen
Penelitian............................................................................................... 131
6. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.............................................................. 132
7. Instrumen Penelitian............................................................................. 135
8. Tabel Hasil Penelitian........................................................................... 142
9. Tabel Analisis Deskriptif Persentase Tiap Variabel............................. 189
10. Tabel Analisis Deskriptif Persentase Tiap Indikator............................ 243
11. Daftar Nama Sekolah Penelitian........................................................... 317
12. Surat Ijin Penelitian............................................................................... 318
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati dirinya secara
utuh, tepat, dan berarti serta mampu membangun hubungan antarpribadi
(interpersonal) yang unik dan harmonis, dinamis, persuasif, dan kreatif, sehingga
menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Alat
yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah
dirinya sendiri sebagai pribadi (your self as a person).
Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008, tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, dijelaskan bahwa :
sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik
dan kompetensi professional sebagai salah satu keutuhan.
Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari
pelaksanaan pelayanan professional BK, kompetensi akademik dan
professional konselor secara integrasi membangun keutuhan
kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang
konselor harus memiliki keempat kompetensi yaitu : kompetensi paedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional dalam
melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Salah satu dari empat
kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian, tidak kalah pentingnya dari
kompetensi lainnya dan perlu diperhatikan serta pemahaman yang baik dalam
proses pemberian layanan bimbingan dan konseling oleh konselor. Bentuk nyata
dari kompetensi tersebut adalah sikap penerimaan yang baik terhadap siswa,
mampu berpandangan yang positif, berpegang teguh dan perpedoman pada nilai-
2
nilai agama dalam menangani siswa, dan membantu untuk mengentaskan masalah
dan menciptakan kondisi siswa yang mampu mengembangkan dirinya secara
optimal.
Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 menyebutkan bahwa konselor
yang mempunyai kompetensi kepribadian yang baik harus memiliki aspek-aspek
sebagai berikut :
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (1) menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) konsisten dalam
menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap
pemeluk agama lain, (3) berakhlak mulia dan berbudi pekerti
luhur,
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, meliputi (1)
mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang
manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social, individual,
dan berpotensi, (2) menghargai dan mengembangkan potensi
positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya,
(3) peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan
konseli pada khususnya, (4) menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sesuai dengan hak asasinya, (5) toleran
terhadap permasalahan konseli, (6) bersikap demokratis,
c. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (1) menampilkan kepribadian dan perilaku yang
terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten),
(2) menampilkan emosi yang stabil, (3) peka, bersikap empati,
serta menghormati karagaman dan perubahan, (4) menampilkan
toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan
frustasi.
d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (1) menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan
produktif. (2) bersemangat, berdisiplin, dan mandiri, (3)
berpenampilan menarik dan menyenangkan, (4) berkomunikasi
secara efektif.
Pernyataan di atas dapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor
harus mempunyai kompetensi kepribadian yang baik dalam memberikan
pelayanan bimbingan dan konseling kepada konseli yaitu konselor harus beriman
3
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; mengahargai dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih ;
menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat ; serta menampilkan
kinerja berkualitas tinggi. Konselor yang mempunyai kompetensi kepribadian
yang tinggi harus dapat memenuhi aspek-aspek tersebut, apabila konselor tidak
mempunyai aspek-aspek tersebut dapat dikatakan konselor tersebut mempunyai
kompetensi kepribadian yang rendah.
Seorang konselor yang mempunyai profil kompetensi kepribadian yang
baik harus menjadi tauladan bagi siswa, maka konselor harus menampilkan
pribadi yang baik, bukan hanya baik dari luar tetapi baik pula dari dalam.
Kepribadian bukanlah hal yang dapat dinilai dari luar tetapi merupakan sebuah
hasil pencitraan dari dalam diri masing-masing individu. Semakin baik
kepribadian konselor dalam menangani masalah siswa maka akan baik pula
pandangan siswa terhadap konselornya. Terkait dengan profil seorang konselor
tentang kompetensi kepribadian konselor, maka setiap konselor perlu mempunyai
pemahaman yang matang dalam masing-masing bidangnya terutama tentang
kompetensi kepribadian. Pemahaman yang matang tentang kompetensi
kepribadian akan memudahkan konselor dalam mengatasi masalah dan dalam
membentuk pribadi setiap siswanya.
Profil tentang kompetensi kepribadian dapat sebutkan bahwa, setelah
konselor mendapatkan informasi tentang kompetensi kepribadian, konselor
mampu untuk mengingat informasi yang didapatkan dan pada akhirnya diperoleh
pemahaman tentang aspek-aspek yang terkandung dalam kompetensi kepribadian.
4
Menciptakan hubungan yang harmonis antara siswa dengan konselor
membuat siswa merasa nyaman dan aman saat menghadapi masalah dengan
keberadaan konselor. Selain itu berpandangan positif pada siswa juga bagian dari
aspek kompetensi kepribadian yang perlu diperhatikan agar siswa tidak merasa
dianggap sebagai individu yang buruk apabila siswa datang dan membawa cerita
tentang masalahnya, apabila hal tersebut dikuasai oleh konselor maka siswa akan
mempunyai kesadaran pentingnya Bimbingan dan Konseling sehingga siswa akan
bersikap proaktif yaitu dengan bersikap sukarela dan aktif datang ke konselor.
Kenyataan di lapangan yang terkait dengan profil kompetensi kepribadian
konselor menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan oleh konselor di sekolah.
Berdasarkan survey data awal yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pemalang bahwa
beberapa konselor di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang masih ada konselor
yang belum dapat mengaplikasikan dengan baik aspek yang ada pada kompetensi
kepribadian konselor. Salah satunya konselor kurang berpandangan positif kepada
siswa, siswa yang datang ke ruang BK karena memiliki masalah sehingga suatu
ketika siswa datang kembali dengan secara otomatis konselor akan berpandangan
bahwa siswa masih memiliki masalah. Sikap konselor yang seperti itu yang
membuat siswa takut dan tidak ingin datang ke ruang BK untuk memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling. Hal tersebut dapat dilihat dari masih kurangnya
ketertarikan siswa tentang kegiatan konselor, dan kurangnya kesukarelaan siswa
dalam memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling. Idealnya konselor dapat
menampilkan salah satu kompetensi kepribadian sebagai konselor, konselor
adalah sahabat siswa yang dapat mengerti dan membantunya memecahkan
5
permasalahannya. Maka diperlukan kondisi siswa yang memungkinkan siswa
dapat berkembang dan harus dibentuk hubungan yang baik agar siswa merasa
aman dan nyaman dengan adanya konselor. Dengan demikian, siswa mempunyai
kesadaran akan pentingnya bimbingan dan konseling sehingga siswa mempunyai
minat dan termotivasi pada akhirnya siswa akan dengan suka rela dan aktif
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
Namun, pada kenyataannya siswa merasa tidak aman, selain itu juga kurang
percaya terhadap konselor sehingga siswa beranggap jika mempunyai masalah
tidak usah ke ruang BK. Menurut siswa konselor hanya ramah atau dekat dengan
siswa tertentu saja. Sering kali kita temui konselor yang kurang disenangi oleh
siswa karena sikap konselor yang kurang hangat dan ramah serta galak terhadap
siswa, sehingga siswa menjadi takut.Selain itu, akibatnya kepribadian konselor
yang kurang sesuai menjadikan siswa memberikan julukan atau sebutan yang
aneh-aneh terhadap konselor.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sudah berjalan, namun
belum maksimal karena siswa belum bisa memanfaatkan layanan bimbingan dan
konseling dengan optimal.Siswa yang datang secara sukarela untuk
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling hanya beberapa siswa saja,
selainnya karena dipanggil.Siswa tidak datang secara sukarela ke ruang BK untuk
meminta bantuan kepada konselor, melainkan karena dipanggil dan atas inisiatif
konselor sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkesan
terpaksa.Menurut siswa bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian di
sekolah yang khusus menangani siswa yang melanggar peraturan sekolah seeprti
6
membolos, berkelahi, terlambat, dan lain sebagainya. Hal ini juga membuat siswa
takut dan malu untuk datang ke ruang BK karena selain takut dengan konselor
juga malu jika teman-temannya beranggapan dirinya melakukan pelanggaran
karena di ruang BK. Faktor yang menyebabkan siswa enggan memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling karena siswa mempunyai anggapan yang
kurang tepat tentang kompetensi konselor, khususnya kompetensi kepribadian
konselor. Siswa menganggap bahwa konselor kerjanya enak tidak mengajar dan
hanya duduk-duduk saja.
Penelitian tentang kompetensi kepribadian konselor pernah
dilakukan Tri Endah Nurhayati (2008) bahwa hubungan yang
signifikan antara persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian pada
guru pembimbing dengan minat siswa dalam memanfaatkan
layanan konseling perorangan pada siswa kelas IX Sigaluh
Banjarnegara tahun 2007/2008.
Kaitannya dengan penelitian ini semakin positif persepsi siswa tentang
rapport dan empati guru pembimbing maka siswa akan sadar tanpa paksaan untuk
mengikuti dan memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling, dan rapport
serta empati adalah bagian dari kompetensi kepribadian konselor dalam
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu peneliti ingin
memahami tentang standar kompetensi kepribadian konselor yang harus dimiliki
dan diterapkan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berdasarkan dari kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa
siswa mempunyai anggapan yang kurang baik terhadap konselor dan bersikap
acuh tak acuh terhadap BK sehingga siswa malas dan enggan mengikuti layanan
BK. Sehingga peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang Profil
7
Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa Di SMA Negeri Se-
Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari hasil paparan di atas, maka rumusan
masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai Bagaimana profil
kompetensi kepribadian konselor menurutpersepsi siswa di SMA Negeri se-
Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang
ada yaitu Untuk mengetahui profil kompetensi kepribadian konselor menurut
persepsi siswa di SMA Negeri se- Kabupaten Pemalang tahun ajaran 2012/2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah bimbingan dan
konseling serta dapat meningkatkan kompetensi kepribadian konselor di sekolah.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Konselor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi konselor sekolah untuk
meningkatkan kompetensi kepribadian sesuai dengan standar kualifikasi
8
akademik dan kompetensiyang telah ditetapkan, khususnya kompetensi
kepribadian konselor.
1.4.2.2 Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pembinaan Kepala
Sekolah kepada konselor yang belum memiliki pemahaman dengan baik tentang
kompetensi kepribadian konselor.
1.4.2.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan
masukan sehingga kelak menjadi konselor, peneliti mampu menjadi seorang
konselor yang berkepribadian baik
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi
Untuk memberi gambaran yang menyeluruh dalam skripsi ini, maka
disusun sistematika skripsi. Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian pokok dan bagian akhir. Berikut adalah penjelasan mengenai garis besar
sistematika skripsi tersebut:
1.5.1 Bagian Awal Skripsi
Bagian ini terdiri atas sampul, lembar berlogo, lembar judul, lembar
pengesahan, lembar pernyataan keaslian tulisan, lembar motto dan persembahan,
kata pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran.
9
1.5.2 Bagian Isi Skripsi
Bagian ini terdiri lima bab yang meliputi :
Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab 2 Landasan Teori, berisi uraian teoritis atau teori-teori yang
mendasari pemecahan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan judul
skripsi dan rumusan hipotesisnya.
Bab 3 Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, variabel
penelitian, populasi dan sampel, metode dan instrumen pengumpulan data,
validitas dan realibilitas instrumen serta metode analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian dan
pembahasan penelitian.
Bab 5 Penutup, berisi simpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan
hasil penelitian
Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka untuk memberikan informasi tentang
semua buku sumber dan literatur lainnya yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini dan lampiran-lampiran dari hasil perhitungan-perhitungan statistik, ijin
penelitian, dan instrumen penelitian.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pustaka merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu penelitian
sebab pustaka dapat dijadikan sebagai kerangka berpikir bagi peneliti untuk
memahami dan menerangkan fenomena yang menjadi pusat perhatian peneliti.
Dalam bab ini akan membahas teori yang melandasi penelitian yaitu meliputi: (1)
penelitian terdahulu; (2) persepsi; (3) kompetensi kepribadian konselor; (4) profil
kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan sebelum
penelitian ini, dengan variabel yang sama. Tujuannya adalah sebagai bahan
literatur pembanding dan referensi tambahan selain buku. Penelitian terdahulu
yang dijadikan rujukan adalah:
Penelitian pertama yang pernah dilakukan Tri Endah Nurhayati (2008)
dalam Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Ciri-ciri Kepribadian Pada
Guru Pembimbing Dengan Minat Siswa Dalam Memanfaatkan Layanan
Konseling Perorangan Pada Siswa Kelas IX Sigaluh Banjarnegara Tahun
2007/2008 bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang ciri-
ciri kepribadian pada guru pembimbing dengan minat siswa dalam
memarnfaatkan layanan konseling perorangan pada siswa kelas IX Sigaluh
Banjarnegara tahun 2007/2008. Semakin positif persepsi siswa tentang rapport
dan empati guru pembimbing maka siswa akan sadar tanpa paksaan untuk
11
mengikuti dan memanfaatkan kegiatan bimbingan dan konseling, dan rapport
serta empati adalah bagian dari kompetensi kepribadian konselor dalam
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Retno Wahyu Ningsih (2011) dengan
judul skripsi Pemahaman Konselor Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor
Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri se-
Kabupaten Tegal Tahun 2010/2011 menyebutkan bahwa konselor sudah
memahami tentang kompetensi kepribadian dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prosentase tiap-tiap
aspek dalam kompetensi kepribadian yang secara keseluruhan termasuk dalam
kriteria baik yaitu meliputi pemahaman konselor tentang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemahaman konselor tentang menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusia dan kebebasan untuk memilih,
pemahaman konselor tentang menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang
kuat, serta pemahaman konselor tentang menunjukkan kinerja yang berkualitas
tinggi.
Penelitian terakhir yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian juga
dilakukan oleh Yenisa Yuni Asih (2010) judul skripsinya Korelasi Antara
Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian Konselor dan Sikap Proaktif
Siswa Terhadap Pemanfaatan Layanan Konseling Perorangan Pada Siswa Kelas
VIII SMP N 37 Semarang bahwa hubungan yang signifikan antara persepsi
siswa tentang kompetensi kepribadian konselor dan sikap proaktif siswa terhadap
pemanfaatan layanan konseling perorangan di SMP N 37 Semarang tahun
12
2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan hasil prosentase dalam kriteria sesuai
yaitu 74%, hal ini berarti siswa telah melihat dan mendengar tentang keimanan
dan ketaqwaan konselor terhadap Tuhan Yang Maha Esa, siswa juga dapat
merasakan bahwa integritas dan stabilitas konselor yang sesuai.
Kaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah semakin konselor dapat menunjukkan kompetensi kepribadian yang baik
dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling maka konselor dapat
menunjukkan kemampuan kompetensi kepribadian konselor. Konselor harus
dapat memahami dan menerapkan dengan baik kompetensi kepribadian konselor
dalam kehidupan sehari-hari, maka secara otomatis konselor mempunyai
kemampuan kompetensi kepribadian konselor yang baik pula.
2.2 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor Menurut Persepsi Siswa
2.2.1 Persepsi
Secara umum persepsi diartikan sebagai cara seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Dalam teori persepsi siswa tentang peran konselor dalam
menurunkan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian, terlebih dahulu akan
dijelaskan tentang pengertian persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi, serta proses terjadinya persepsi.
2.2.1.1 Pengertian Persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu benda atau suatu kejadian yang dialami. Persepsi
13
menurut Walgito (2003:46) adalah suatu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang
integrated dalam diri individu. Sebagai aktivitas yang integrated, maka seluruh
pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam
persepsi itu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat penerima yaitu alat indera. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada
waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera.
Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Pareek dalam Sobur (2003:446) yang
mendefinisikan persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada
rangsangan panca indera atau data. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi
bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah
inti persepsi. Persepsi disebut inti komunikasi karena jika persepsi tidak akurat,
maka komunikasi juga tidak akan efektif. Persepsi juga dapat diartikan sebagai
proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui
alat inderawi kita (Sugiyo 2005:34). Alat indera tersebut akan menerima
stimulus, kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) dan terjadilah
proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba
dan sebagainya. Persepsi dapat menjadi mediasi antara kita dengan lingkungan.
14
Penerimaan rangsang atau stimulus oleh alat indera disebut juga
penginderaan atau sensasi. Penginderaan belum dapat menangkap pengertian
terhadap dunia sekitar sebelum terjadi interpretasi atau pemaknaan terhadap
stimulus tersebut. Tiap-tiap individu menggunakan indera yang sama atau sejenis
dalam menerima stimulus yang sama. Namun, dalam hal persepsi masing-masing
individu bisa berbeda tergantung pengalaman masa lalu individu. Apa yang
dipersepsi pada waktu tertentu tidak tergantung stimulus itu sendiri, melainkan
pengalaman terdahulu yang akan ikut mewarnai pemaknaan pada waktu
melakukan persepsi. Pengalaman masa lalu termasuk kondisi perasaan pada waktu
itu, prasangka, keinginan, sikap, dan lain-lain.
Sedangkan Rakhmat (2005:51) mendefinisikan persepsi sebagai
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah proses
pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Tahap paling awal
dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi merupakan bagian dari
persepsi. Meskipun begitu, dalam menafsirkan makna informasi inderawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekpektasi, motivasi dan memori.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap
objek, peristiwa atau stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang
berkaitan dengan objek tersebut untuk menyimpulkan informasi dan penafsiran
pesan yang akan membentuk konsep tentang objek tersebut. Persepsi mencakup
dua proses yang berlangsung secara serempak antara keterlibatan aspek-aspek
15
dunia luar (stimulus-informasi) dengan dunia dalam diri seseorang (pengetahuan
yang relevan dan telah disimpan dalam ingatan). Dua proses tersebut disebut
bottom-up atau aspek stimulus dan top-down atau aspek pengetahuan seseorang
(Suharnan 2005:23-24). Hasil persepsi seseorang mengenai suatu objek selain
dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri juga pengetahuan seseorang
mengenai objek itu. Dengan demikian, suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh
dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang
mengenai objek tersebut.
2.2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh
dinamika yang terjadi dalam diri seseorang dengan melibatkan aspek psikologis
dan panca inderanya. Persepsi melibatkan proses yang saling melengkapi, bukan
berjalan sendiri-sendiri. Menurut Suharnan (2005:55), persepsi melibatkan dua
proses yaitu bottom-up processing and top-down processing. Hal ini berarti
bahwa hasil suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan
ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang
dipersepsi itu (bottom-up) dengan pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan
seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berdasarkan keterangan
tersebut, Suharnan (2005:56-60) mengklasifikasikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi proses persepsi antara lain informasi, pengetahuan dan
pengalaman, familiaritas, ukuran, intensitas, serta gerak. Informasi berkaitan
dengan apa yang ditampilkan oleh stimulus pada waktu terjadinya proses persepsi.
Pengetahuan dan pengalaman merupakan sesuatu yang tersimpan dalam ingatan
16
orang yang melakukan persepsi yang relevan dengan objek persepsi. Sedangkan
familiaritas mengandung arti bahwa objek-objek yang sudah dikenal akrab oleh
pelaku persepsi maka cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek yang baru
atau masih asing. Ukuran berarti bahwa objek persepsi yang berukuran lebih besar
akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali daripada objek yang berukuran kecil.
Faktor ukuran ini umumnya berhubungan dengan objek persepsi yang berwujud
fisik dengan ukuran yang dapat dilihat oleh pelaku persepsi. Intensitas dan gerak
juga berhubungan dengan objek yang berwujud fisik. Intensitas mengacu pada
warna objek persepsi, warna yang tajam atau mencolok lebih mudah dipersepsi.
Demikian pula dengan gerak, objek yang bergerak juga cenderung lebih mudah
dipersepsi daripada objek yang diam.
Sedangkan menurut Sugiyo (2005:38-41), secara garis besar terdapat dua
faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi antar pribadi, yaitu faktor
situasional dan faktor personal. Faktor situasional berhubungan dengan deskripsi
verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk
paralinguistik. Deskripsi verbal berhubungan dengan rangkaian kata sifat yang
dapat menentukan persepsi seseorang. Petunjuk proksemik berhubungan dengan
penggunaan jarak/ruang dan waktu dalam menyampaikan pesan. Jarak ini terbagi
menjadi jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Petunjuk
kinesik berkaitan dengan gerakan, sedangkan petunjuk paralinguistik merupakan
cara seseorang mengucapkan lambang-lambang verbal.
Faktor personal terbagi menjadi pengalaman, motivasi, kepribadian,
intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan, dan objektivitas. Faktor personal ini
17
berhubungan dengan orang yang melakukan persepsi. Pengalaman yang banyak
akan mendorong persepsi semakin cermat. Motivasi yang tinggi terhadap objek
persepsi akan menyebabkan persepsi menjadi bias atau kurang objektif.
Kepribadian mengandung arti bahwa orang yang memiliki penilaian bik terhadap
diri sendiri cenderung memberikan penilaian yang positif pula bagi orang lain.
Sementara itu, intelegensi, kemampuan menarik kesimpulan dan objektivitas yang
baik akan memicu persepsi yang baik pula.
Pendapat lain dikemukakan oleh Siagian (2004:98-105) yang
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain
faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan, faktor sasaran persepsi, dan
faktor situasi. Faktor dari diri orang yang bersangkutan berarti apabila seseorang
melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi terhadap apa yang
dilihatnya, orang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya, seperti sikap,
motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan. Faktor sasaran persepsi
merupakan fokus persepsi terhadap benda, orang maupun peristiwa. Sifat-sifat
sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.
Faktor situasi berhubungan dengan keadaan dimana persepsi tersebut muncul.
Krech dan Crutchfield dalam Rakhmat (2005:55-59) menyatakan bahwa
persepsi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor fungsional dan faktor
struktural). Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan
pengalaman masa lalu. Faktor ini juga dikenal dengan faktor personal dimana
persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus, melainkan karakteristik
individu yang memberikan respon pada stimulus tersebut. Objek yang mendapat
18
tekanan dalam persepsi biasanya objek yang memenuhi tujuan individu yang
melakukan persepsi, yang dipengaruhi pula oleh kebutuhan, kesiapan mental,
suasana emosional, dan latar belakang budaya tehadap persepsi. Sedangkan faktor
struktural artinya apabila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai
suatu keseluruhan. Jika ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti
suatu fakta secara terpisah melainkan harus memandangnya dalam hubungan
keseluruhan yaitu konteksnya, lingkungan serta masalah yang dihadapinya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, dalam hal
ini adalah individu yang melakukan pesepsi. Faktor ini berhubungan dengan
penginderaan, pengetahuan dan perasaan yang relevan dengan keadaan objek
yang dipersepsi dan disimpan dalam ingatan individu yang melakukan pesepsi.
Pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan proses belajar,
cakrawala, kebutuhan, motivasi, nilai dan harapan yang tersimpan dalam diri
individu turut berpengaruh terhadap proses persepsi.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu, dalam hal ini
adalah objek yang dipersepsi. Faktor ini berhubungan dengan apa yang
ditampilkan oleh objek persepsi. Penampilan objek persepsi inilah yang
kemudian akan dinilai dan ditarsirkan oleh individu yang melakukan persepsi.
Selain penampilan objek persepsi, faktor lain yang turut mempengaruhi adalah
waktu, lingkungan, dan keadaan sosial.
19
Kedua faktor tersebut merupakan proses yang berlangsung secara
serempak, saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Persepsi tidak
dapat tejadi hanya berdasarkan satu faktor saja, kedua faktor tersebut saling
melengkapi dan akhirnya membentuk kesan dan penafsiran tertentu pada diri
individu mengenai objek persepsi. Sehubungan dengan penelitian ini, individu
yang melakukan persepsi adalah siswa, sedangkan objek persepsi adalah konselor.
2.2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi
De Vito dalam Sugiyo (2005:34) mengemukakan bahwa proses persepsi
melalui tiga tahap yaitu stimulasi sensori terjadi, stimulasi organisasi
terorganisasi, dan stimulasi sensori diinterpretasikan. Stimulasi sensori misalnya
mendengarkan lagu,mencium bau parfum, dan lain-lain. Stimulasi sensori tersebut
akan berlanjut dengan proses pemahaman, kemudian apa yang telah diterima akan
ditafsirkan oleh individu yang melakukan persepsi. Persepsi merupakan bagian
dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan
diterapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku
seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk
mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya.
Sobur (2003:447) menjabarkan komponen utama dalam proses persepsi antara
lain seleksi, interpretasi, dan reaksi. Seleksi adalah proses penyaringan oleh
indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau
sedikit. Setelah diseleksi kemudian diorganisasikan atau diinterpretasi, proses ini
melibatkan pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, motivasi, kepribadian,
20
kecerdasan, dan sebagainya. Selanjutnya, interpretasi dan persepsi tersebut
diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari
berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data
diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya
diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan
diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran
inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti
pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran
atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan tertentu terhadap
objek yang dipersepsi.
Walgito dalam Sugiyo (2005:35) mengemukakan proses persepsi terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
(1) Proses kealaman, dimana objek objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
(2) Proses fisiologis, merupakan proses dimana stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.
(3) Proses psikologis, merupakan proses yang terjadi di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang ia terima
melalui alat indera sebagai akibat dari stimulus yang
diterimanya.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan
dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai
oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh
keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu
untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon
21
tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap
stimulus bersifat subjektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu
menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman,
kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses
persepsi berlangsung dalam beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan
adanya stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau
kejadian yang menjadi pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan
diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi
sampai ke otak terjadi proses kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa
yang dilihat, dirasa dan sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan
informasi yang diterimanya, individu memunculkan respon sebagai reaksi
terhadap stimulus yang diterimanya.
Dalam penelitian ini, objek yang akan dipersepsi oleh siswa adalah
kompetensi keprbadian konselor. Objek tersebut akan menjadi stimulus yang akan
diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian ditafsirkan. Proses penafsiran ini
dapat berbeda antara siswa satu dengan lainnya, hal ini tergantung pengalaman
masing-masing siswa khususnya yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian
konselor.
22
2.2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor
2.2.2.1 Pengertian Kompetensi Konselor
Permandiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup
kompetensi akademik dan kompetetensi professional.
Kompetensi merupakan kemampuan yang seharusnya/ dapat dilakukan oleh
guru sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab mereka sebagai
pengajar dan pendidik. Kemampuan melakukan sesuatu sesuai dengan kualifikasi,
fungsi, dan tanggung jawab tersebut lebih sekedar mengetahui dan memahami.
Menurut Siskandar dalam Pedoman PPL (2011: 88), kompetensi adalah
kemampuan yang dapat dilakukan oleh guru yang mencakup kepribadian, sikap
dan tingkah laku guru yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai dengan
tuntutan profesi sebagai guru. Kemampuan ditunjang oleh penguasaan
pengetahuan atau wawasan akademis maupun non akademis (knowledge
e/insight/abilities), keahlian (skills), dan sikap/ kepribadian (attitudes). Oleh
karena itu berkaitan dengan kompetensi guru, seseorang sebelum menjadi guru
haruslah dipersiapkan proses dan materi yang diberikan.
Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa
kompetensi pendidik/ guru meliputi :
1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peser didik memenuhi standar kompetensi yang
diterapkan dalam standar nasional,
3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
23
tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat
sekitar,
4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat
dijadikan teladan bagi peserta didik.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi konselor
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh konselor yang mencakup kepribadian,
sikap dan tingkah laku konselor yang ditunjukkan dalam setiap gerak-gerik sesuai
dengan tuntutan profesi sebagai konselor, dan kompetensi kepribadian konselor
mrliputi kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang
kompetensi kepribadian konselor.
2.2.2.2 Jenis-Jenis Kompetensi Konselor
Depiknas (2007: 261-266) sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas dua
komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak dapat
dipisahkan yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional.
1. Kompetensi Akademik Konselor
Kompetensi akademik konselor yang utuh diperoleh melalui Program S-1
Pendidikan Profesi Konselor. Untuk menjadi pengampu pelayanan di bidang
bimbingan dan konseling, tidak dikenal adanya pendidikan profesional konsekutif
sebagaimana yang berlaku di bidang pendidikan profesi guru. Kompetensi
akademik konselor profesional terdiri atas kemampuan:
24
a. Mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani.
Sosok kepribadian serta dunia konseli perlu didalami oleh konselor
yaitu menghormati kerangka pikir konseli yang memperhadapakan
karakteristik konseli yang telah bertumbuh dalam latar belakang keluarga
dan lingkungan budaya tertentu sebagai rujukan normatif beserta berbagai
permasalahan serta solusi yang harus dipilihnya dalam rangka memetakan
lintasan perkembangan kepribadian konseli dari keadaan sekarang ke arah
yang dikehendaki. Sebagai konselor dalam upaya mengenal secara
mendalam konseli yang dilayani, konselor harus mempunyai sikap
empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan
konseli dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Menguasai khasanah teoritik dan prosedural termasuk teknologi dalam
bimbingan dan konseling. Penguasaan khasanah teoretik dan prosedural
serta teknologi dalam bimbingan dan konseling mencakup kemampuan:
1) Menguasai secara akademik teori, prinsip, teknik dan prosedur, dan
sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling.
2) Mengemas teori, prinsip dan prosedur serta sarana bimbingan dan
konseling sebagai pendekatan, prinsip, teknik dan prosedur dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan.
3) Menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang
memandirikan.
25
2. Kompetensi Profesional Konselor
Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan
dalam menerapkan kompetensi akademik dalam bidang bimbingan dan konseling
yang telah dikuasai itu dalam otentik di sekolah atau arena terapan layanan ahli
lain yang relevan melalui melalui Program Pendidikan Profesi Konselor berupa
Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang sistematis dan sungguh-sungguh.
Untuk menumbuhkan kemampuan profesional konselor, maka kriteria
keberhasilan dalam keterlibatan konselor dalam Program Pendidikan Profesi
Konselor berupa Program Pengalaman Lapangan itu adalah pertumbuhan
kemampuan konselor dalam menggunakan rentetan panjang keputusan- keputusan
kecil yang dibingkai kearifan dalam mengorkestrasikan optimasi pemanfaatan
dampak layanannya demi tercapainya kemandirian konseli dalam konteks tujuan
utuh pendidikan. Kompetensi profesional konselor meliputi: kompetensi
pedagogik, komptensi profesional, komptensi sosial, dan komptensi kepribadian.
Dalam UU RI No 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen bahwa
kompetensi pendidik/ guru meliputi :
1. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
2. Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
diterapkan dalam standar nasional,
3. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomuniksi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua atau wali, serta masyarakat
sekitar,
4. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, serta dapat
dijadikan teladan bagi peserta didik.
26
Pada keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
konselor yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional konselor yang
meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dalam penelitian ini
dari keempat kompetensi konselor tersebut akan dibahas salah satu kompetensi
konselor yaitu kompetensi kepribadian konselor.
2.2.2.3 Kompetensi Kepribadian Konselor
Standar kompetensi konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar
kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor,
maka rumusan kompetensi akademik dan professional konselor dirumuskan ke
dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
Kompetensi kepribadian adalah kepribadian yang harus melekat pada
pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,
berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini
mencakup penampilan/ sikap yang positip terhadap keseluruhan tugas sebagai
guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidik beserta unsur-unsurnya. Di
samping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
segogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri sebagai panutan anak
didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian mencakup: a) menampilkan diri
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, b) menampilkan
diri sebagai yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan
27
masyarakat, c) mengevaluasi kinerja sendiri, d) mengembangkan diri secara
berkelanjutan. (Pedoman PPL, 2011: 90)
Dalam Permendiknas No 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian
konselor mencakup aspek-aspek, yaitu sebagai berikut :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, meliputi (a)
menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran
terhadap pemeluk agama lain, (c) berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur,
2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas
dan kebebasan memilih, meliputi (a) mengaplikasikan pandangan positif dan
dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, social,
individual, dan berpotensi, (b) menghargai dan mengembangkan potensi
positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, (c) peduli
terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya,
(d) menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak
asasinya, (e) toleran terhadap permasalahan konseli, (f) bersikap demokratis,
3. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat, meliputi (a)
menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur,
sabar, ramah, dan konsisten), (b) menampilkan emosi yang stabil, (c) peka,
bersikap empati, serta menghormati karagaman dan perubahan, (d)
menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan
frustasi.
28
4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi, meliputi (a) menampilkan tindakan
yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif. (b) bersemangat, berdisiplin, dan
mandiri, (c) berpenampilan menarik dan menyenangkan, (d) berkomunikasi
secara efektif.
Menurut Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 butir b dalam
Mulyasa (2008: 117) bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi ini mencakup
penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas sebagai konselor dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. Di samping itu,
pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang dianut oleh konselor
dan penampilan diri sebagai panutan peserta didiknya.
Kompetensi kepribadian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan dalam membentuk kepribadian siswa, dan berpengaruh besar
terhadap keberhasilan pendidikan. Konselor dituntut untuk memiliki kompetensi
kepribadian yang memadai, kompetensi kepribadian konselor merupakan
kompetensi konselor yang melandasi kompetensikompetensi lainnya.
Dimick dalam Latipun (2006 : 57) mengemukakan bahwa
kesadaran konselor terhadap persoalan akan menguntungkan klien.
Dimensi persoalan yang harus disadari konselor dan perlu dimiliki
secara singkat sebagai berikut : (1) Spontanitas, (2) Fleksibilitas,
(3) Konsentrasi, (4) Keterbukaan, (5) Stabilitas emosi, (6)
Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah, (7) Komitmen
pada rasa kemanusiaan, (8) Kemampuan membantu klien, (9)
Pengatahuan konselor, dan (10) Totalitas.
29
1. Spontanitas
Sikap spontanitas (spontanity) konselor merupakan aspek yang
sangat penting dalam hubungan konseling. Spontanitas menyangkut
kemampuan konselor untuk merespon peristiwa yang sebagaimana yang
dilihatnya dalam hubungan konseling. Pengalaman dan pengetahuan diri
yang mendalam akan sangat membantu konselor untuk mengantisipasi
respon dengan lebih teliti. Makin banyak pengetahuan dan pengalaman
konselor dalam menangani klien akan semakin memiliki spontanitas yang
lebih baik.
2. Fleksibilitas
Fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan konselor untuk
mengubah, memodifikasi, dan menetapkan cara-cara yang digunakan jika
keadaan mengharuskan. Fleksibilitas mencakup spontanitas dan kreativitas
yang keduanya tidak dapat dipisahkan dari fleksibilitas. Sikap fleksibilitas
ini klien akan mampu untuk merealisasikan potensinya. Fleksibilitas
merupakan tidak ada cara yang tetep dan pasti bagi konselor dan klien
untuk mengatasi masalahnya. Fleksibilitas terjadi tidak hanya dalam
hubungan konseling saja, tetapi juga dalam sehari-hari konselor.
3. Konsentrasi
Kepedulian konselor kepada kliennya ditunjukkan dengan
kemampuan berkonsentrasi dalam hubungan konseling. Konsentrasi
menunjuk kepada keadaan konselor untuk berada di sini dan saat ini.
30
Konselor bebas dari berbagai hambatan dan secara total memfokuskan pada
perhatiannya kepada klien. Konsentrasi mencakup dua dimensi, yaitu verbal
dan non verbal. Konsentrasi secara verbal yaitu konselor mendengarkan
verbalisasi klien, cara verbalisasi itu diungkapkan dan makna bagi klien
(personal meaning) yang ada dibalik kata-kata yang diungkapkan.
Sedangkan konsentrasi secara non verbal merupakan konselor
memperhatikan seluruh gerekan, ekspresi, intonasi, dan perilaku lainnya
yang ditunjukkan oleh klien dan semua yang berhubungan dengan pribadi
klien.
4. Keterbukaan
Keterbukaan (openness) adalah kemampuan konselor untuk
mendengarkan dan menerima nilai-nilai orang lain, tanpa melakukan
distorsi dalam menemukan kebutuhannya sendiri. Keterbukaan bukan
berarti konselor itu bebas nilai, konselor tidak perlu melakukan pembelaan
diri dan tidak perlu berbasa-basi jika mendengar dan menerima nilai orang
lain. Nilai yang dianut konselor berbeda dengan nilai yang dianut oleh
klien. Konselor yang efektif dan toleran terhadap adanya perbedan-
perbedaan nilai itu. Keterbukaan tidak bermakna konselor menyetujui dan
tidak menyetujui apa yang dipikirkan, dirasakan atau dikatakan klien.
Keterbukaan mengandung arti kemauan konselor bekerja keras untuk
menerima pandangan klien sesuai dengan yang dirasakan dan/atau yang
dikomunikasikan. Keterbukaan juga merupakan kemauan konselor untuk
31
secara terus menerus menguji kembali dan menetapkan nilai-nilainya
sendiri dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Stabilitas Emosi
Konselor yang efektif memiliki stabilitas emosional (emotional
stability). Stabilitas emosional berarti jauh dari kecenderungan keadaan
psikopstologis. Dengan kata lain, secara emosional konselor dalam keadaan
sehat, tidak mengalami gangguan mental yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya. Stabilitas emosional tidak berarti
konselor harus selalu tampak senang dan gembira, tetapi keadaan konselor
yang menunjukkan sebagai peson yang dapat menyesuaikan diri dan
terintegratif. Penngalaman emosional yang tidak stabil dapat saja dialami
setiap orang termasuk konselor itu sendiri. Pengalaman ini dapat dijadikan
sebagai kerangka untuk lebih dapat memahami klien dan sikap empatik,
dan jangan sampai pengalaman ini dapat berefek negative dalam hubungan
konseling.
6. Berkeyakinan akan Kemampuan untuk Berubah
Keyakinan akan kemampuan untuk berubah selalu ada dalam bidang
psikologi, pendidikan dan konseling. Apa perlunya bidang itu
dikembangkan jika bukan sebagai proses untuk mengubah perilaku, sikap,
keyakinan dan perasaan individu. Konselor selalu berkeyakinan bahwa
setiap orang pada dasarnya berkemampuan untuk mengubah keadaanya
32
yang mungkin belum sepenuhnya optimal dan tugas konselor adalah
membantu sepenuhnya proses perubahan menjadi lebih efektif.
7. Komitmen Pada Rasa Kemanusiaan
Komitmen perlu dimiliki konselor dan menjadi dasar dalam
usahanya membantu klien mencapai keinginan, perhatiannya, dan
kemauannya.
8. Kemauan Membantu Klien Mengubah Lingkungannya
Konselor yang efektif bersedia untuk selalu membantu klien
mencapai pertumbuhan, keistimewaan, berkebebasab, dan
keotentikan.Erhatian konselor bukan membantu klien tunduk atau
menyesuaikan dengan lingkungannya sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Dengan demikian, klien menjadi subyek yang lebih bertanggung jawab
terhadap lingkungannya bukan orang yang selalu mengikuti apa kata
lingkungannya.
9. Pengetahuan Konselor
Tugas konselor membantu kliennya untuk meningkatkan dirinya
secara keseluruhan.Konselor perlu menjadi pribadi yang utuh. Untuk dapat
mencapai pribadi yang utuh, konselor harus mengetahui ilmu perilaku,
mengetahui filsafat, mengetahui lingkungannya. Konselor harus bijak
dalam memahami dirinya sendiri, orang lain, kondisi dan pengalamannya
dalam hal peningkatan aktualisasi dirinya sebagai pribadi yang utuh. Usaha
untuk terus belajar mengenai diri dan orang lain menjadi tuntutan seorang
33
konselor. Konselor harus siap untuk melakukan koreksi terhadap dirinya
sendiri dan terbuka dari kritik orang lain.
10. Totalitas
Konselor sebagai pribadi yang total, berbeda dan terpisah dengan
orang lain. Dalam konteks ini konselor perlu memiliki kualitas pribadi yang
baik, yang mencapai kondisi kesehatan mentalnya secara positif. Konselor
memiliki otonomi, mandiri, dan tidak menggantungkan pribadinya secara
emosional kepada orang lain. Kualitas pribadi konselor perlu memperoleh
perhatian dari konselor itu sendiri. Kegagalan konselor dalam
menumbuhkan pribadinya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan dan
efektivitasnya dalam konseling.
Mulyasa (2008:121) juga mengemukakan kompetensi kepribadian, yang
meliputi :
1. Kepribadian yang matap, stabil, dan dewasa
Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan
oleh faktor kepribadian yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang
dewasa. Kondisi seperti ini yang nantinya akan mengakibatkan konselor
bersifat kurang profesional. Kepribadian yang mantap akan membuat
siswanya menjadi percaya kepada konselor pada saat proses penanganan
masalah ataupun proses pengembangan diri siswa. Emosi yang stabilpun
akan berpengaruh pada pengambilan keputusan untuk solusi masalah yang
34
dialami siswa. Pribadi yang dewasa akan membentuk perasaan nyaman pada
konselornya dan percaya bahwa konselornya mampu membantu
memecahkan masalahnya.
2. Disiplin, arif, dan berwibawa
Dalam mendisiplinkan siswa, sangatlah penting jika seorang
konselor berusaha untuk mendisiplinkan dirinya terlebih dahulu.
Pembentukkan pribadi yang disiplin pada siswa, nantinya akan membantu
menemukan dirinya; mengatasi masalah, memecahkan timbulnya masalah.
Seorang konselor perlu mempunyai pribadi yang disiplin, arif, serta
berwibawa. Wibawa akan menjadikan siswa menghormati konselornya,
namun tidak mengurangi perasaan percaya bahwa konselornya mampu
menjadi pribadi yang fleksibel, yaitu mampu menjadi teman curhat
sekaligus pendidik yang profesional.
3. Menjadi teladan bagi peserta didik
Untuk menjadi teladan tentunya harus mempunyai sesuatu yang
baik, yang nantinya dapat diturunkan pada peserta didik. Seorang konselor
dengan perilaku serta kepribadian baik, sudah tentu pantas untuk ditiru oleh
siswanya. Selalu menjaga sikap dihadapan siswa menjadi kunci untuk
dijadikan teladan yang baik.
4. Berakhlak mulia
Semua aspek tidak ada artinya jika aspek yang satu ini tidak
terpenuhi. Akhlak mulia merupakan hal utama karena dengan berakhlak
35
mulia, dengan mudah aspek yang disebutkan di atas dapat dimiliki oleh
setiap konselor.
Seorang konselor harus mempunyai andil yang besar terhadap
keberhasilan pendidikan, juga berperan dalam pembentukan pribadi siswa. Jadi
dapat disimpulkan bahwa seoranng konselor dituntut untuk mempunyai
kompetensi kepribadian yang memadai karena kompetensi inilah yang menjadi
landasan dari kompetensi konselor yang lainnya.
2.2.3 Profil Kompetensi Kepribadian Konselor
Dalam penelitian ini kaitannya yaitu bahwa konselor harus mempunyai
kemampuan kompetensi kepribadian yang harus diterapkan dengan baik dalam
menjalankan tugas-tugasnya, sehingga keberhasilan dalam pembentukan pribadi
siswa akan berjalan dengan baik dan berhasil pula.
Secara umum persepsi diartikan sebagai cara seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan
tentang pengalaman terhadap sesuatu benda atau suatu kejadian yang dialami.
Persepsi menurut Walgito (2003:46) adalah suatu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang
integrated dalam diri individu. Sebagai aktivitas yang integrated, maka seluruh
pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam
persepsi itu. Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses menyimpulkan
informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat inderawi kita
36
(Sugiyo 2005:34). Persepsi dapat menjadi mediasi antara individu dengan
lingkungan.
Berdasarkan pengertian persepsi yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka peneliti berusaha merumuskan pengertian tentang profil kompetensi
kepribadian konselor menurut persepsi siswa. Pengertian persepsi siswa tentang
profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa adalah proses
penginterpretasian siswa terhadap kompetensi atau kemampuan kepribadian
konselor yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Penginterpretasian tersebut melibatkan pengalaman siswa
yang berkaitan dengan kompetensi kepribadian konselor yang akhirnya akan
disimpulkan dan ditafsirkan oleh siswa. Penginterpretasian ini akan membentuk
konsep tentang profil kompetensi kepribadian konselor.
Objek dalam penelitian ini adalah kompetensi kepribadian konselor
menurut persepsi siswa. Objek tersebut akan menimbulkan rangsang atau stimulus
terhadap alat indera. Alat indera akan menangkap kompetensi kepribadian
konselor untuk kemudian dimaknai dan dinilai oleh siswa sehingga menimbulkan
persepsi tentang profil kompetensi kepribadian konselor. Siswa dapat
mempersepsi konselor melalui hal-hal yang tampak dari konselor, seperti sikap,
tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan atau kepribadian yang tercermin
dalam diri konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain, siswa akan mempersepsi konselor berdasarkan pengalaman dan
37
pengetahuan siswa mengenai konselor, khususnya yang berkaitan dengan
kompetensi kepribadian konselor.
Reaksi, respon atau tindakan seseorang dapat dipengaruhi oleh
persepsinya terhadap objek atau kejadian yang dialami. Pemaknaan terhadap
stimulus yang sama belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama. Hal ini
dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, nilai dan harapan yang ada dalam diri
individu. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, maka yang menjadi objek
persepsi adalah profil kompetensi kepribadian konselor menurut persepsi siswa.
Siswa dapat mempersepsi konselor melalui hal-hal yang nampak dari konselor
seperti sikap, tingkah laku, pengetahuan, kompetensi atau kepribadian konselor
yang tercermin dalam kompetensi kepribadian konselor dalam melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, siswa juga akan mempersepsi
konselor berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa, kebutuhan, nilai dan
harapan yang ada pada masing-masing siswa.
Persepsi siswa terhadap konselor tersebut bisa berbeda satu sama lain, hal
ini dapat dipengaruhi oleh penampilan dan sikap konselor itu sendiri serta
pengetahuan dan pemahaman siswa tentang kompetensi kepribadian konselor. Hal
ini dapat mempengaruhi respon atau sikap yang ditunjukkan siswa terhadap
konselor. Misalnya, siswa yang memiliki persepsi baik menjadi rajin datang untuk
konseling karena menurut siswa konselor dapat membantunya mengatasi masalah.
Sebaliknya, siswa yang memiliki persepsi kurang baik menjadi malas melakukan
konseling meskipun sebenarnya mereka mengalami masalah.
38
Kejadian tersebut merupakan hal yang lazim terjadi. Tak dapat dipungkiri,
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih tedapat beberapa kelemahan
dalam pelaksanan pelayanan bimbingan dan konseling oleh konselor. Ada
konselor yang kurang bisa memahami cara melakukan konseling yang
profesional. Ada pula konselor yang belum menunjukkan peranan seorang
konselor yang sebenarnya sehingga hal ini dapat menimbulkan persepsi negatif
dari siswa. Hal inilah yang perlu menjadi bahan evaluasi oleh konselor pada
khususnya dan pihak sekolah pada umumnya. Jika data di lapangan menunjukkan
bahwa siswa yang mengalami masalah cukup banyak sedangkan yang melakukan
konseling hanya beberapa saja, tentu ada hal yang perlu mendapatkan perhatian
dalam hal ini.
Fenomena semacam itu juga dapat dijumpai di SMA Negeri se- Kabupaten
Pemalang, khususnya yang berhubungan dengan masalah profil kompetensi
kepribadian konselor. Beberapa konselor di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang
masih ada konselor yang belum dapat mengaplikasikan dengan baik aspek yang
ada pada kompetensi kepribadian konselor. Salah satunya konselor kurang
berpandangan positif kepada siswa, siswa yang datang ke ruang BK karena
memiliki masalah sehingga suatu ketika siswa datang kembali dengan secara
otomatis konselor akan berpandangan bahwa siswa masih memiliki masalah.
Sikap konselor yang seperti itu yang membuat siswa takut dan tidak ingin data