Upload
truongdien
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROFIL KESIAPAN SISWA DALAM MENGHADAPI ULANGAN
HARIAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2
SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2017/2018
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata
I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
ARIF SANTOSO
A 210 130 180
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
PUBLIKASI ILMIAH
ii
1
PROFIL KESIAPAN SISWA DALAM MENGHADAPI ULANGAN
HARIAN PADA KELAS XI DI SMA NEGERI SUKOHARJO TAHUN
AJARAN 2017/2018
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: kesiapan siswa dalam menghadapi
ulangan harian dan faktor apa saja yang mempengaruhinya pada siswa kelas XI IPS
di SMA N 2 Sukoharjo Tahun ajaran 2017/2018.Jenis penelitian yang digunakan
adalah kualitatif. Desain penelitian ini hanya menggunakan observasi atau observasi
sebagai alat pengumpulan data utama dari obyek penelitian. Obyek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI IPS di SMA N 2 Sukoharjo yang berjumlah 3 orang dan 1
guru. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara yang telah di uji
keabsahanya dan di dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Data
Collection, Data Reduction, Data Display, dan Conclusi Drawing/Verification. Hasil
penelitian ini adalah: 1) Sebagian besar siswa belum siap pada aspek pengetahuan
dalam melaksanakan ulangan harian, dikarenakan siswa hanya siap ulangan ketika
diberitahukan terlebih dahulu dan tidak siap pada ulangan harian secara mendadak,
2) Kesiapan mental siswa dalam menghadapi ulangan harian dalam keadaan belum
siap secara mental, terlihat dari siswa yang masih sering tidak fokus dalam
mengerjakan ulangan ketika siswa memiliki masalah pribadi, masalah sosial, maupun
masalah kesehatan.3) Siswa kelas XI IPS memiliki pola belajar yang berbeda-beda
diantaranya belajar secara rutin, belajar ketika ada PR, belajar ketika akan ada
ulangan, ataupun tidak pernah belajar 4) Ada beberapa faktor – faktor yang
mempengaruhi kesiapan ulangan harian siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo
yaitu: a. Faktor pemahaman materi oleh siswa (pengetahuan). b. Faktor kondisi
mental siswa c. Faktor pola belajar siswa
Kata Kunci : kesiapan ulangan harian, pengetahuan, mental, dan pola belajar.
Abstract
The purpose of this research are: knowing the student’s readiness to face of
daily test and the factors that can affect the student’s readiness of class XI IPS in
SMA N 2 Sukoharjo on academic year of 2017/2018. The tipe of research used is
qualitative. The design of this study only use an observation or observation as
means of collecting the main data taken from the research’s object. The object
in this study is student of class XI IPS SMA N 2 Sukoharjo dan a teacher. The
data colection technique using valid interview result and documentation. The data
analysis used is data collection, data reduction, data display, and conclusi
drawing/verifcation. The research result are: 1) most of student doesn’t ready in
knowledge aspect to faced of the daily test, because students just ready for the test
when teacher announce it before and doesn’t ready on daily test suddenly 2) The
mental student’s readiness to faced of the daily test doesn’t ready, seen from
student’s already often
2
do not focus on repetition when students have personal problems, social problems,
or health problems.3) Student of class XI IPS have differents learning patterns, there
are learning regulary, learning to do homework, learning to approach the daily test
and never learning. 4) There are affected factors of student’s readiness to faced the
daily test in class XI IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo are: a. Material understanding
factor of student (knowledge); b The mental condition of the students; d. Learning
pattern of students.
.
Key Words : Daily test readiness, Knowledge, Mental, and learning pattern.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak segala bangsa, sebagaimana dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan. (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dan pemerintah
wajib membiayainya. Hal ini sebagai jembatan setiap warga negara agar
memperoleh pendidikan yang layak. Dalam hal ini, pendidikan yang dimaksud
adalah pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah.
Sekolah merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan pendidikan.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 18 tentang pendidikan nasional,
sekolah adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal
yang terdiri atas, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.
Lembaga pendidikan adalah kunci bagi setiap warga negara untuk mendapat hak
dan kewajiban dalam memperoleh ilmu.
Sekolah adalah penyambung bagi pemerintah dalam mempersiapkan
kecerdasan bangsa agar negara bisa lebih maju lagi. Pemerintah telah melakukan
beberapa rancangan dalam memajukan pendidikan di sekolah, seperti merevisi
kurikulum, pembebasan biaya, dan lain sebagainya. Ada beberapa peran
pemerintah dalam penilaian disekolah untuk bisa memajukan pendidikan, yaitu
dengan diadakannya Ujian Nasional. Ujian nasional merupakan tolak ukur
kualitas pendidikan indonesia dimana setiap peserta di tuntut untuk mampu
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Saat ini pelaksanaan Ujian Nasional masih menjadi pro dan kontra. Ada
beberapa pihak yang mendukung dilaksanakannya ujian nasional diantaranya
3
Lektor Kepala FPMIPA UPI dengan alasan bahwa beberapa pasal UU Sidiknas
No. 20 tahun 2003 yang terkait dengan kegiatan ujian atau evaluasi pendidikan
dalam pasal 35, pasal 57, pasal 58, dan pasal 59 dapat ditarik pemahaman
diantaranya: 1) terhadap hasil belajar peserta didik perlu dilakukan evaluasi oleh
pendidik dengan tujuan utama untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (pasal 58 ayat 1); 2)
evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, dan
program pendidikan untuk memantau (pasal 35 ayat 3) dan/atau menilai (pasal
58 ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan yang meliputi isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan evaluasi pendidikan (pasal 35 ayat 1); 3) evaluasi terhadap
peserta didik, satuan/lembaga pendidikan, program pendidikan untuk memantau
atau menilai pencapaian standar nasional dilakukan oleh lembaga mandiri ( pasal
58 ayat 2), dapat berupa badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan ( pasal 35 ayat 3) dan/atau lembaga yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan/atau yang diselenggarakan oleh organisasi profesi; 4) pasal 35,
57, 58 mengamanatkan bahwa evaluasi perludilakukan untuk pengendalian mutu
pendidikan secara nasional ( pasal 57 ayat 1 ) dan memantau ( pasal 35 ayat 3)
dan/atau menilai (pasal 58 ayat 2) pencapaian standar nasional pendidikan.
Selain itu menurut kajian kualisi pendidikan, setidaknya ada 4 penyimpangan
dilaksanakanya ujian nasional yaitu pertama, aspek pedagogis dimana
kemampuan peserta didik mencakup 3 aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap. Tetapi, dalam ujian nasional hanya satu aspek yang dinilai yaitu
kognitif atau pengetahuan. Kedua, aspek yuridis dalam UU nomer 20 tahun 2003
pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang
meliputi isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala tetapi ujian nasional hanya mengukur
kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan
secara sepihak oleh pemerintah serta ujian nasional mengabaikan penilaian
proses pada pasal 58 ayat 1 bahwasanya evaluasi hasil belajar dilakukan secara
4
berkesinambungan. Ketiga, aspek sosial dan psikologis dimana dalam
mekanisme ujian nasional pemerintah mematok standar nilai kelulusan, ini
menimbulkan kecemasan psikologis peserta didik dan orang tua siswa. Keempat,
aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Pada
2005 memang disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas
sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani
biaya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal
penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat
tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan
terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN. Selain dari pro dan kontra Ujian
Nasional pendidikan di indonesia pun tidak merata terbukti dengan adanya
sekolah-sekolah yang kekurangan guru, tidak layak huni dan fasilitas yang
kurang memadai di daerah terpencil di indonesia. Akan tetapi itu semua tidak
menjadi penghalang bagi seorang pendidik untuk terus mencerdaskan anak
bangsa. seorang pendidik memiliki beberapa aturan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah agar seorang pengajar bisa selaras dengan kurikulum yang sudah
dibuat oleh pemerintah.
Ada beberapa komponen yang harus tercantum didalam kurikulum,
salah satunya yaitu penilaian. Dimana seorang pengajar / guru berhak menilai
siswa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 pasal 58 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada ayat 1 menyatakan bahwa evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Guru
memiliki beberpa penialain tersendiri terhadap siswa, ada beberapa contoh
dalam penilaian terhadap siswa, seperti ulangan harian, tugas, praktek, ujian dan
lain sabagainya sesuai kebutuhan guru. Akan tetapi setiap sekolah pasti memiliki
beberapa penilaian atau ujian untuk menentukan apakah siswa sudah paham apa
yang telah diberikan oleh guru, salah satu dari ujian tersebut yaitu Ujian tengah
Semester, dan Ujian Akhir Semester. Ujian ini merupakan hal yang pasti bagi
sekolah agar dapat mengetahui kualitas murid dan guru dalam mengajar.
5
Seorang guru harus memberikan ilmu kepada siswa melalui beberapa
metode pembelajaran didalam kelas. Setiap materi yang diberikan oleh guru
memiliki beberapa kompetensi dasar yang harus di kuasai oleh siswa. Cara
pemberian kompetensi dasar merupakan kebebasan dari guru mengajar, dan
materi yang disampaikan sangat mempengaruhi siswa dalam memahaminya.
Cara guru mengetahui apakah siswa paham dengan apa yang telah disampaikan
yaitu dengan melatih para siswa, seperti ulangan harian maupun quiz.
Ulangan harian merupakan salah satu indikator bagi guru atas
kemampuan siswa terhadap paham tidaknya terhadap Kompetensi Dasar yang
diberikan oleh guru. Dengan adanya ulangan harian seorang guru bisa
mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti mata pelajaran, siswa yang
mampu memahami mata pelajaran akan dengan mudah mengerjakan ulangan
harian, begitu juga sebaliknya apabila siswa kurang dalam memahami mata
pelajaran dalam pembelajaran akan sulit untuk mengerjakan ulangan harian.
Akan tetapi semua itu tergantung dari setiap individu siswa dalam metode
pembelajaran yang siswa terapkan.
Dengan adanya ulangan harian siswa juga dapat mengingat kembali
materi yang sudah diberikan dan melatih siswa untuk menguji mental, kejujuran
dan psikologis terhadap masalah yang ada. Hal ini sangat berguna bagi
perkembangan mental siswa untuk selalu siap menghadapi masalah. Guru pun
bisa mendapatkan manfaat dari diadakanya ulangan harian, tidak hanya
mengetahui kemampuan siswa akan tetapi mengetahui juga tentang mental siswa
dalam menghadapi ualngan harian. Ulangan yang telah diadakan pun bisa
menjadi acuan guru apakah efektif metode pembelajaran yang dia berikan.
Pada kenyatanya ulangan harian menjadi momok/kecemasan bagi siswa
supaya meraka tetap belajar. Menurut Supadilah
(http://jejakmanusiabiasa.blogspot.co.id/2014/11/kenapa-siswa-takut-ulangan -
harian.html?m=1), ada beberapa indikator yang mempengaruhi siswa kenapa
Ulangan harian menjadi momok/kecemasan bagi mereka, 1) Ulangan Harian
membuat siswa harus belajar lebih giat lagi daripada sebelumnya, sehingga
siswa harus membuka buku, membaca, otak-atik rumus, menghafal dan latihan
6
soal, akan tetapi setiap siswa memiliki rasa malas yang akan menimbulkan
pembelajaran SKS (Sistem Kebut Semalam). 2) Siswa takut dan tidak siap
mendapat nilai rendah, yang akan menimbulkan kecurangan kecurangan yang
akan dilakukan siswa. 3) faktor guru, terkadang guru masih kurang memberikan
penghargaan kepada siswa baik yang mendapatkan nilai rendah maupun tinggi.
Kebiasanya ini sangat memberatkan bagi siswa yang pemalas, semua akan
dilakukan demi mendapat nilai yang bagus. Kecurangan–kecurangan sering
siswa lakukan seperti mencontek, menjiplak, bertanya dan lain sebagainya.
Masalah yang akan datang mengakibatkan ketidak jujuran bagi para siswa dan
akan berdampak buruk bagi masa depan siswa tersebut. Sangat memprihatinkan
bagi para guru yang sudah susah payah memberikan materi yang sudah
disampaikan.
Guru ataupun siswa memiliki peran penting demi menjaga kejujuran
pendidikan, dengan adanya guru siswa seharusnya bisa lebih paham tentang
materi yang disampaikan dan siswa semestinya bisa mencatat materi yang sudah
diberikan dan memahaminya. Dengan adanya ulangan harian guru dan siswa
harus memiliki kesiapan-kesiapan yang perlu dilakukan. Seperti guru yang
menyiapkan soal ulangan harian yang sesuai dengan materi yang sudah
disampaikan tidak terlalu mudah maupun terlalu sulit, demikian juga siswa harus
selalu mempersiapkan materi yang sudah diberikan dan sering belajar demi
mamahami materi. Maka dengan begitu siswa siap menghadapi ulangan harian.
Kesiapan ulangan harian memiliki beberapa aspek yang harus siswa
perhatikan seperti kesiapan pengetahuan, mental dan pola belajar. Dari masing-
masing tersebut ada beberapa yang masih memiliki pengaruh besar bagi siswa
untuk menghadapi ulangan harian. Kesuksesan ulangan harian tergantung setiap
individunya masing-masing karena menghadapi ujian ada beberapa masalah
yang akan dihadapi oleh siswa. maka dari itu peneliti akan mengadakan
penelitian dengan judul “PROFIL KESIAPAN SISWA DALAM
MENGHADAPI ULANGAN HARIAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA N
2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2017/2018”
7
2. METODE PENELITIAN
Teknik Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi.
Setelah itu data yang sudah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta
diuraikan dalam bentuk deskriptif.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siswa membutuhkan kesiapan dalam menghadapi ulangan harian dari
yang terpintar samapi yang kurang dalam pembelajaran oleh karena itu setiap
siswa memiliki kesiapanya masing – masing. Selain itu guru juga mempengaruhi
berhasil tidaknya siswa dalam menghadapi ulangan harian diliat dari cara
pembelajarannya. Sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti,
bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui kesiapan dan faktor apa saja yang
mempengaruhi siswa dalam menghadapi ulangan harian pada kelas XI IPS di
SMA N 2 Sukoharjo tahun ajaran 2017/2018. Kesiapan yang dimaksud ialah
kesiapan siswa dilihat dari segi pengetahuan, mental dan pola belajar. Berikut
akan dijabarkan mengenai hasil penelitian wawancara, observasi, dan
dokumentasi terkait dengan kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian
kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2017/2018 ditinjau dari
aspek pengetahuan, aspek mental, dan aspek pola belajar.
3.1. Kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek kognitif
(Pengetahuan )
Pengetahuan merupakan salah satu faktor kesuksesan dalam
menghadapi ulangan harian, dalam hal ini kesiapan siswa dalam hal
pengetahuan dapat dilihat dari bagaimana cara siswa menghadapi ulangan
harian, pemaparan ini adalah hasil wawancara peneliti pada aspek
pengetahuan.
Siswa kelas IPS kebanyakan menyukai mata pelajaran materi teoritis
dan hitung menghitung, seperti yang disampaikan oleh teuku, dan
kusnadiyah:
8
“Paling yang sukai yaitu mata pelajaran indeks harga” (Lampiran 1, Hal
59)
“Materi yang paling saya sukai itu pembangunan nasional” (Lampiran 1,
Hal 62)
Dengan begitu siswa semangat untuk belajar jika dalam hitung
menghitung akan tetapi guru juga harus bisa menyampaikan materi yang
jelas pula selain hitung menghitung karena penyampaian materi yang jelas
akan mempengaruhi pemahaman siswa, hal ini sama halnya seperti yang
disampaikan oleh teuku:
“kalau bu guru buat kita semua sangat cocok banget beliau ngomongnya
singkat, padat dan jelas tapi itu bisa masuk ke kita jadi kalau langsung
njelasin materi itu mudeng tapi ada sedikit adrenalin karena setiap ada
pertanyaan selalu di lontarin ke murid – murid yang membuat bikin wuah
ini jawabanya apa yah nah kaya gitu ” (Lampiran 1, Hal 59)
Dalam pemberian ulangan harian guru menyampaikan setelah akhir
dari Kompetensi Dasar selesai seperti yang di sampaikan oleh Teuku:
“ulangan biasanya setiap bab nya yang kita pelajari sudah selesai baru
kita mengadakan ulangan harian kalau buguru seperti itu.…”. (Lampiran 1,
Hal 60)
Akan tetapi kebanykan siswa mengalami kesulitan dalam menghadapi
materi jika tidak disampaikan oleh guru, seperti yang disampaikan oleh
Teuku, Kusnadiyah, Dan Widya:
“namanya ulangan tanpa belajar yo pasti enggak bisa, kita sebagai murid
yang baik ngerjain tanpa belajar yo enggak bisa mesti nilainya jeblok”
(Lampiran 1, Hal 60)
9
“Ya.. kayaknya saya belum bisa kalau tidak diterangin..” (Lampiran 1, Hal
62)
“kalau saya sulit pak, soalnya saya lebih paham kalau sebelumnya
diterangkan terlebih dahulu meskipun Cuma poin – poinya saya pasti akan
memahami kalau bu guru mau menerangkan” (Lampiran 1, Hal 65)
Siswa merasa kurang yakin menghadapi ulangan harian apabila kurang
belajar, sependapat dengan yang dikemukakan oleh teuku:
“mungkin nangkap materinya kurang atau mungkin mau ulangan belum
belajar jadi tanya ke temen temen minta contekan, biasanya yang enggak
belajar itu tengok kanan kiri dan minta jawaban…” (Lampiran 1, Hal 61)
Didalam pembelajaran siswa akan langsung bertanya kepada guru jika
materi belum paham tetapi ada juga beberapa siswa yang masih malu
bertanya hal ini sama yang dikemukakan oleh kusnadiyah:
”Yaa.. saya langsung bertanya pada bu handayani dan kadang juga ada
siswa yang malu-malu juga.. untuk bertanya” (Lampiran 1, Hal 62)
Pembelajaran tidak terpaku pada buku saja tetapi guru juga memberikan
contoh ang nyata kepada siswa seperti yang di kemukakan oleh widya:
“menurut saya mudah, soalnya bu guru selain dari buku, bu guru juga
mencotohkan dari luar, misalnya kayak yang terjadi di luar gitu”
(Lampiran 1, Hal 63)
Beberapa siswa tidak siap menghadapi ulangan harian dadakan seperti
yang disampaikan oleh widya:
“kalau itu sih menurut saya juga nggak, kalau misalkan hari kemarin ada
materinya dan besuknya ulangan tanpa belajar mungkin bisa, tapi kalau
jauh-jauh hari ya lupa” (Lampiran 1, Hal 65)
10
Pemahaman materi mempengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi
ulangan harian seperti yang disampaikan oleh widya:
“faktor.. ya misal kalau dia materinya nggak paham ya dia nggak siap
mengerjakan ulangan, habis itu ya misalnya nggak belajar ya nggak
paham. Mengatasinya ya kalau gurunya nerangin ya kita juga harus
memperhatikan pa yang diterangkan bu guru, dan kalau materinya nggak
paham ya kita bisa belajar sama teman yanglebih tahu atau teman yang
disampingnya” (Lampiran 1, Hal 66)
Adapun kendala dan solusi siswa dalam menghadapi ulangan harian,
sebagai berikut menurut teuku, kusnadiyah, dan widya
“mungkin nangkap materinya kurang atau mungkin mau ulangan belum
belajar jadi tanya ketemen temen minta contekan, biasanya yang enggak
belajar itu tengok kanan kiri dan minta jawaban…” (Lampiran 1, Hal 61)
“faktor belum belajar terus belum siap, belum memahami materi..
mengatasinya ya bertanya dengan teman, teman yang sudah mengetahui..
belajar lagi, terus membaca catatan dari bu guru...” (Lampiran 1, Hal 61)
“materinya nggak paham ya dia nggak siap mengerjakan ulangan, habis itu
ya misalnya nggak belajar ya nggak paham. Mengatasinya ya kalau
gurunya nerangin ya kita juga harus memperhatikan apa yang diterangkan
bu guru, dan kalau materinya nggak paham ya kita bisa belajar sama teman
yang lebih tahu atau teman yang disampingnya” (Lampiran 1, Hal 65)
Dalam hal ini ada beberapa yang berbeda pendapat dengan guru salah
satunya tentang hal yang disukai oleh guru tapi merasa kesulian bagi siswa
menurut guru seperti yang dikatakan oleh ibu Sri Handayani:
“misalnya materinya sangat banyak berupa bacaan plus hitungan.
Kayaknya anak IPS itu lo takutnya di hitungan. Kalau sudah masuk di
11
hitungan itu kok susah, harus pakai kalkulator padahal ya sebenarnya
mudah. Mereka takut hitungan jadi kalau dapat soal hitungan ya agak –
agak takut sebenarnya ya mudah..mengatasinya yang sulit itu kalau
hitungan biasanya saya jelaskan ada contoh soal, biasanya anak saya suruh
untuk membuat sendiri ditukar dengan temanya, jadi belajar teman sebaya,
saya selalu begitu” (Lampiran 1, Hal 69)
Hal yang sependapat dengan guru salah satunya adalah tidak siapnya
siswa jika ulangan harian dilaksanakan secara mendadak sama halnya yang
dikatakan oleh Ibu Sri Handayani:
“ada yang bisa, banyak yang tidak. Tidak siap tadi loo, kalau bisanya bisa
apalagi kalau boleh open book, masih bisa. Tapi anak kadang tidak siap..
kalau mendadak anak tidak siap” (Lampiran 1, Hal 68)
Hal ini sangat disayangkan oleh guru karena apabila materi yang
sudah disampaikan maka seharusnya siswa bisa mengerjakan ulangan harian
secara mendadak akan tetapi kebanyakan siswa siap melaksanaakan ulangan
harian jika diberitahukan sebelumnya hal ini sependapat dengan Ibu Sri
Handayani:
“seharusnya kalau sudah diberitahu ya siap, tapi siap nya anak dirumah
seperti apa ya saya tidak tahu tapi ya udah diwanti wanti, belajar AKM
saya 75 jangan lupa nanti bilang belum diberitahu catet saya bilang gitu
tulis nanti dikira belum dikasih tau ahh lupa buu belum di beritahu, ya
sering tak begitukan”. (Lampiran 1, Hal 71)
Namun kendala dan solusi bagi siswa dilihat dari bu sri handayani
terpacu kepada siswa yang harus lebih banyak lagi belajar dan melakukan
latihan soal agar siswa siap melaksanakan ulangan harian
Pada pelaksanaan observasi dilakukan 2 pelaksanaan yaitu saat
pemberian materi dan saat ulangan harian, peserta didik siap secara
pengetahuan dalam pelaksanaan ulangan harian, hal ini didasarkan pada
12
materi yang akan diujikan telah diberikan secara keseluruhan kepada peserta
didik jadi secara pengetahuan peserta didik telah memiliki materi lengkap
mengenai materi yang akan diujikan pada ulangan harian dan guru juga
telah memberikan kisi-kisi ulangan harian. Seperti yang sudah dilakukan
oleh peneliti menunjukan hal sebagai berikut:
Dari hasil observasi yang dilakukan (Lampiran 2, Hal 72-73)
diketahui bahwa:
1. Observasi pada kegiatan pembelajaran di kelas XI IPS adalah sebagai berikut:
a. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan bismillah
b. Guru melakukan apersepsi
c. Guru menyampaikan materi pembelajaran “Indeks Harga” dengan metode
ceramah
d. Guru melakukan metode teman sejawat yaitu dengan mengerjakan tugas pada
pertemuan sebelumnya dan dilakukan evaluasi
e. Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran
f. Guru menyampaikan kisi-kisi ulangan harian yang akan dilakukan pada
pertemuan selanjutnya.
2. Observasi pada kegiatan pelaksanaan ulangan harian di kelas XI IPS
(Lampiran 2, Hal 81-82) adalah sebagai berikut:
a. Guru membuka kelas dengan salam dan berdo’a
b. Guru meminta siswa untuk menyiapkan selembar kertas.
c. Guru memberikan soal ulangan harian dan durasi waktu pengerjaan ulangan
harian
d. Pada pelaksanaan ulangan harian di kelas XI IPS 4, dapat dilihat :
- Tidak terlihat siswa yang membuka buku catatan
- ada beberapa siswa yang berusaha bertanya dengan teman
- siswa mengerjakan ulangan dengan kondisi kelas yang kondusif
- terlihat beberapa kali guru memantau siswa dengan berkeliling kelas
e. Guru memberitahukan bahwa waktu ulangan telah selesai, ada beberapa
siswa yang belum selesai dalam pengerjaan ulangan harian.
f. Guru meminta semua siswa mengumpulkan kertas kerja ulangan harian
13
g. Setelah semua siswa mengumpulkan, guru menanyakan kesulitan dalam
pengerjaan ulangan harian dan ada siswa yang bertanya kemudian guru
menjelaskan
h. Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan menyampaikan kisi-kisi
materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya
i. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
Hasil dokumentasi peneliti hanya melakukan sikap siswa saat
pelaksanaan ulangan harian dengan kemampuan para siswa sendiri. Seperti
pada (Lampiran 4, Hal 81)
Berdasarkan pemaparan wawancara dan observasi dapat disimpulkan
bahwa dalam kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek
kognitif ( Pengetahuan ) siswa belum siap melaksanakan ulangan harian
dikarenakan kebanyakan siswa mengalami kesulitan jika dilakukan secara
mendadak. hal ini, siswa maupun guru pun memiliki solusi seperti halnya
belajar lebih giat lagi dan melakukan latihan soal – soal yang sudah
diberikan oleh guru.
b. Kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek Mental
Kesiapan dalam hal mental merupakan salah satu faktor penentu siap
atau tidaknya siswa dalam menghadapi ulangan harian. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kesiapan mental siswa diantaranya seperti takut
pada guru, kondisi kesehatan siswa, atau masalah yang sedang dihadapi oleh
siswa. Pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 2 Sukoharjo ini, dapat
dilihat bahwa dari aspek mental para siswa siap menghadapi ulangan harian
akan tetapi masih kurang apabila guru memberikan ulangan harian secara
mendadak. Berikut adalah pemaparan kesiapan siswa menghadapi ulangan
harian dilihat dari aspek mental seperti yang telah dilakukan peneliti dalam
wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai berikut.
Siswa membutuhkan mental untuk menghadapi ulangan harian seperti
pemaparan yang dilakukan oleh teuku, kusnadiyah sebagai berikut:
14
“saya juga menyiapkan hafalan sama mental biasanya kalo ulangan kan
deg-deg an ini soalnya gimana yah bisa atau enggakk yah jadi saya nyiapin
mental kalo aku kaya gitu..” (Lampiran 1, Hal 60)
“Ya.. kadang ada yang belum siap gitu mentalnya” (Lampiran 1, Hal 57)
Guru juga mempengaruhi kesiapan mental siswa kelas XI IPS dalam
menghadapi ulangan harian ketika materi lengkap, seperti yang dikatakan
oleh Widya:
“Menurut saya nggak...malah bu guru itu bikin kita tau materinya dulu jadi
kita enak dalam mengerjakanya” (Lampiran 1, Hal 66)
Sebagian siswa juga mengalami kekhawatiran ketika menghadapi
ulangan harian seperti pemaparan yang dilakukan oleh teuku sebagai
berikut:
“sering biasanya yang enggak belajar pada tingak tinguk pada tanya ke
temen oiyy ini jawabanya soalnya apa yahhh kaya gitu..” (Lampiran 1,
Hal 60)
Dalam kondisi tertentu Siswa mampu menghadapi ulangan harian
seperti halnya, bila materi lengkap dan sudah dipelajari seperti pemaparan
yang dilakukan oleh teuku sebagai berikut:
“kondisi sesiap siap mungkin, materi sudah siap materi sudah dipelajari
pasti udah siap..” (Lampiran 1, Hal 61)
Kurang siapnya pengetahuan mempengaruhi kesipan mental siswa kelas
XI IPS hal ini sama halnya yang dipaparkan oleh kusnadiyah:
“Ya faktor itu.. faktor belum belajar terus belum siap, belum memahami
materi. Mengatasinya”. (Lampiran 1, Hal 63)
15
Mental sebagian siswa kelas XI IPS yang belum yakin atas jawaban
nya sendiri akan melakukan kecurangan saat ulangan harian seperti bertanya
kepada teman, menjaplak, dan memakai kalkulator ketika tidak mengetahui
jawaban ulangan harian hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh teuku,
kusnadiyah, dan widya:
“jujur saya pernah melakukan kecurangan dalam ulanga ekonomi waktu itu
ulangan itung itungan jadi saya tanya temen saya bro rumusnya apa,
karena Ips solideritasnya tinggi jadi dikasih, jarang pakenya kompetisi jadi
jarang melakukan kecurangan”. (Lampiran 1, Hal 61)
“Ya.. pernah.... sedikit kecuranganya, karena bu guru muter terus” (Lampiran
1, Hal 63)
“Jujur pernah...rata – rata sih kalau sudah mepet banget sudah nggak tau
jawabanya, ya kita saling tukar jawaban” (Lampiran 1, Hal 66)
Tidak hanya mental yang mempengaruhi siswa saat pelaksanaan
ulangan harian akan tetapi ada beberapa selain mental yaitu kondisi
kesehatan jasmani siswa seperti yang diutarakan oleh widya:
“iyaa, kesehatan, biasanya kalau saya lagi ada masalah gitu saya susah
dalam mengerjakan ulangan, sama kondisi badan kalau kondisi nggak sehat
ya mikirnya nggak bisa tenang, nggak bisa konsentrasi. Masalah itu
masalah keluarga juga bisa, masalah sama teman juga bisa” (Lampiran 1,
Hal 66)
Dalam menghadapi ulangan harian kesiapan materi juga sangat
mendukung bagi siswa yang akan melaksanakan ulangan harian seperti
halnya yang dikatakan oleh widya:
“Kalau misalnya udah paham ya nggak gugup, tapi kalau soalnya itu diluar
materi itu baru merasa gugup” (Lampiran 1, Hal 66)
16
Hal ini sejalan dengan hal diatas yang menunjukan bahwa faktor
kesiapan ulangan harian mempengaruhi kesiapan mental siswa yaitu
kognitif dan kesehatan hal ini seperti yang dikemukakan oleh widya:
“Kalau kita udah belajar sebelumnya terus kita kondisinya juga fit,terus
kita udah memahami materinya ya kita bisa mengerjakan ulangan”
(Lampiran 1, Hal 66)
Berdasarkan keterangan dari guru siswa tidak siap apabila
dilaksanakan secara mendadak hal ini pun pernah dilakukan oleh guru dan
siswa tetap tidak siap, seperti pemaparan dari Ibu Sri Handayani sebagai
berikut:
”Pernah, reaksi siswa ya biasa.. protes. Tapi tidak di semester ini.. tapi
pernah” (Lampiran 1, Hal 69)
Pendapat diatas dikarenakan siswa takut memperoleh hasil yang
kurang baik dalam pelaksanaan ulangan harian:
“mungkin itu siswa yang takut, kalau sebenarnya mungkin anak itu takut
kalau nilainya jelek, sebenarnya saya tidak menakutkan, tapi mungkin anak
tidak siap, tapi bisanya saya beri tahukan kalau ulangan” (Lampiran 1, Hal
70)
Namun ada beberapa pengaruh Kesiapan mental siswa kelas XI IPS
dalam menghadapi ulangan harian. yaitu siswa yang kurang dalam belajar
ketika akan melaksanakan ulangan harian hal ini dipaparkan oleh Ibu Sri
Handayani:
“iyaaa, mentalnya stabil, mentalnya sehat, preparenya bagus ya siap
ulangan, tapi yang namanya anak SMA kadang anak ya lupa atau kadang
males” (Lampiran 1, Hal 70)
17
Ibu Sri Handayani berpendapat ada beberpa faktor kesiapan mental
siswa kelas XI IPS yang mempengaruhi pelaksanaan ulangan harian seperti
anak yang masih labil, karena putus cinta, karena faktor keluarga.
“banyak faktor saya rasa, kadang persoalan anak sendiri yang masih labil,
kadang ada yang sedang putus cinta terus faktor di keluarganya. Saya
pernah menemui anak itu ribut saja, ternyata berantem sama keluarganya,
kemudian saya datangkan keluarganya. Jadinya anak itu jadi tidak fokus,
tidak konsentrasi, akhirnya saya bisa memahami. karena ya itu anak masih
mencari jadi diri, masih labil jadi kadang persoalanya cuma seperti itu waa
ada yang dikelas itu ini dulu pacarnya ini, dan sekarang pacaranya teman
sekelasnya, itu bikin menggaknggu terus saya tanyakan. Tapi ada yang dari
keluarganya kuat gitu bisa dilihat anak itu, kadang nggak labil, percaya
dirinya tinggi kelihatan anak itu. Ada anak aktif organisasi itu, tapi ada
yang aktif diorganisasi tapi ternyata berasal dari keluarga broken home ya
gitu menanggapi anak, berbeda menanggapi dengan barang mati
persoalanya ada aja”. (Lampiran 1, Hal 70)
Pada hasil observasi peneliti menemukan pelaksanaan ulangan harian
yang tertib dan tenang akan tetapi pada pertengahan ulangan harian ada
beberapa siswa yang gelisah dalam pelaksanaan seperti pada (Lampiran 2,
Hal 75-76)
Berdasarkan pemaparan wawancara dan observasi dapat disimpulkan
bahwa dalam kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek
mental siswa mengalami beberapa faktor masalah yang mempengaruhinya,
seperti faktor materi pembelajaran, faktor kesiapan diri sendiri, faktor
kesehatan, dan faktor masalah sosial. Akan tetapi siswa masih belum bisa
jika guru mengadakan ulangan harian secara mendadak.
3.2 Kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek Pola
Belajar Siswa
18
Pola belajar siswa merupakan cara atau metode yang menjelaskan
kebiasaan belajar siswa. Pola belajar merupakan salah satu faktor penentu
dalam kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian. Hal tersebut
dikarenakan bahwa pola belajar menjadi tolak ukur kebiasaan belajar siswa,
seperti: belajar setiap hari, belajar hanya saat kegiatan pembelajaran di
sekolah, belajar hanya saat menjelang ulangan, atau bahkan tidak pernah
belajar. Tentunya hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesiapan siswa
dalam menghadapi ulangan harian. Berikut dipaparkan hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi pada aspek pola belajar siswa.
Dalam pola belajar siswa ada sebagian siswa yang menggunakan
metode belajar dengan cara hafalan seperti yang dikemukakan oleh teuku,
kusnadiyah, dan widya:
“metode belajar saya itu tipe hafalan jadi misanya soalnya itu keluar jadi
saya bisa hafal dan bisa mengerjakan..” (Lampiran 1, Hal 61)
“Cara saya memahami itu membaca di ulang-ulang, trus dihafalkan, trus
ditulis ulang gitu...” (Lampiran 1, Hal 64)
“kalau saya metodenya lebih enak hafalan, kalau saya hitung – hitungan
nggak terlalu pinter...enaknya di hafalan” (Lampiran 1, Hal 67)
Dalam belajar siswa membuat cataan dari penjelasan guru, untuk
dihafalkan saat mendekati ulangan harian seperti yang dikemukakan oleh
teuku:
“pertama bu guru saat menjelasin materi saya catet habis itu waktu ulangan
mau keluar saya hafalin nah seperti itu…” (Lampiran 1, Hal 61)
Apabila siswa merasa kurang didalam materi yang disampaikan oleh
guru, siswa memiliki inisiatif untuk memperoleh materi yang lebih lengkap
seperti yang disampaikan oleh teuku:
19
“SMA 2 kan boleh bawa hp jadi kalo misanya materi yang tidak dijelasin kan
bisa browsing..”. (Lampiran 1, Hal 61)
Sebagian siswa memiliki beberapa pola belajarnya masing masing
seperti yang dipaparkan oleh teuku, kusnadiyah, dan widya:
“saya laki laki tipe tipe yang kalo ada PR ada Ulangan saya belajar kalo
nggak ada ulangan ya saya tidak belajar kalo yang lain nya saya enggak
pernah belajar...” (Lampiran 1, Hal 61)
“Di rumah, waktu pulang sekolah, malem.. kalau pagi juga baca – baca
lagi..” (Lampiran 1, Hal 63-64)
“ya dirumah, terus kalau ada waktu ya di perpustakaan, ya dimana saja,
kalau kita dapat informasi ya belajar.. dari hp..” (Lampiran 1, Hal 66-67)
Ada beberapa siswa juga mengatakan bahwa siswa melaksanakan
kegiatan belajar kelompok sebagai media dan berbagai ilmu pengetahuan
seperti yang dikemukakan oleh kusnadiyah
“Modelnya itu, belajar kelompok trus sering sharing-sharing gitu..”
(Lampiran 1, Hal 64)
Namun dilihat dari Ibu Sri Handayani memiliki beberapa pandangan
tentang pola belajar siswanya seperti untuk menyuruh siswa mempelajari
materi secara terus menerus seperti pada pemaparanya kali ini:
“ya sudah diulang saya selalu bilang gini saya tidak mengharuskan bisa hari
ini tapi dengan proses belajar insyallah lebih paham itu selalu berulang
ulang” (Lampiran 1, Hal 71)
Untuk pola belajar siswa dirumah Ibu Sri Handayani belum terlalu
paham akan tetapi untuk di sekolah siswa disuruh untuk bekerja kelompok
seperti pemaparan sebagai berikut:
20
“persisnya seperti apa, kalo pola belajarnya di rumah saya tidak tau kalo
disini dengan kelompok, belajar kelompok saya bagi untuk misalnya masalah
ketenagakerjaan didiskusikan saya beri tiga pertanyaan mereka suruh
berdiskusi presentasi, kemaren kompetensi 3, ya bisa melalui buku bisa
berdiskusi dengan teman, saat teman presntasi dipersilahkan bertanya
dengan itu dikasih nilai terhadap keaktifan, terus diberi nilai.” (Lampiran 1,
Hal 71)
Meskipun siswa dituntut untuk mandiri didalam belajar akan tetapi ada
beberapa siswa yang masih belum bisa belajar kelompok didalam kelas, hal
ini mempengaruhi pola belajar siswa yang berbeda beda seperti yang
dikemukakan Ibu Sri Handayani:
“kemandirian... saya tidak bisa memastikan tapi siswa untuk anak-anak yang
sudah secara kepribadian secara kejiwaan siap gitu bisa, tapi saya melihat
ada siswa yang masih nggandul, diskusi yang nggandul,nunut jeneng. Kalo
ada yang seperti itu saya bilang kalo ada yang nunut jangan dimasukan. Jadi
ada yang mandiri ada yang tidak. (Lampiran 1, Hal 71)
Ibu Sri Handayani berpendapat pola belajar siswa mempengaruhi
kesiapan belajar siswa seperti yang dikemukakan sebagai berikut:
”harusnya iya, kalo polanya teratur polanya seperti hafalan dia punya
ringkasan kalo itungan selalu dilatih saya rasa sangat membantu.”
(Lampiran 1, Hal 71)
Dari hasil observasi peneliti menemukan metode belajar yang
diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas XI IPS yang
diharapkan mampu memancing keaktifan siswa agar lebih paham dalam
penerimaan materi sebagai berikut:
Terdapat pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode
ceramah sekaligus merangsang keaktifan siswa yaitu memberikan pertanyaan
yang diberikan kepada siswa, tidak hanya itu guru juga memberikan
21
pembelajaran teman sejawat yaitu dengan membuat soal sendiri lalu di
berikan kepada teman sekelasnya. (Lampiran 2, Hal 72-73).
Dari hasil dokumentasi peneliti menunjukan kegiatan pola belajar
dengan metode teman sejawat.:
Pada dokumenasi yang dilakukan peneliti yaitu (Lampiran 4, Hal 80):
1. Pelaksanaaan pola belajar dengan metode teman sejawat yang
dilakukan dalam kelas XI IPS
2. Dokumentasi foto yang menggambarkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran
Berdasarkan pemaparan wawancara dan observasi dapat disimpulkan
bahwa dalam kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek
pola belajar siswa memiliki berbagai karakter masing – masing, seperti hanya
belajar jika ada PR/ulangan, belajar ketika ada dirumah, belajar di pagi hari
sebelum berangkat sekolah, belajar kelompok, belajar diperpusakaan, dan
ada pula belajar dari HP. Namun untuk kesiapan ulangan harian siswa harus
lebih giat lagi belajar tidak hanya saat ada PR/ulangan maka apa bila guru
akan melaksanakan secara mendadak siswa pun siap.
Berdasarkan hasil temuan penelitian diatas, maka dapat dilakukan
analisis data penelitian sebagai berikut:
a. Kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek
pengetahuan.
Kesiapan pada aspek pengetahuan dilihat dari sejauh mana siswa
mampu menguasai materi. Siswa dapat dikatakan siap apabila siswa
dapat menghadapi ulangan harian baik secara mendadak maupun tidak
mendadak. Pada pemaparan hasil penelitian wawancara, observasi, dan
dokumentasi diatas, maka dapat diketahui bahwa siswa belum siap dalam
melaksanakan ulangan harian. Hal ini dikarenakan siswa harus belajar
terlebih dahulu sebelum melaksanakan ulangan harian. Ini terbukti dari
hasil wawancara pada (Lampiran 1, Hal 65) “kalau itu sih menurut saya juga
nggak, kalau misalkan hari kemarin ada materinya dan besuknya ulangan
tanpa belajar mungkin bisa, tapi kalau jauh-jauh hari ya lupa”.
22
Dari penjelasan di atas sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu
Fanny Nur Saadah (2016) yang berjudul Analisis Persiapan Siswa Kelas
XI IPS SMA Negeri 1 Cangkringan Dalam Menghadapi Tes Hasil
Belajar Pelajaran Matematika. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian
deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian berdasarkan
indikator persiapan mental siswa adalah; (a)siswa kurang berminat
terhadap pelajaran matematika, (b)siswa belum mengetahui tujuan dan
kebutuhan belajar matematika. Hasil penelitian berdasarkan indikator
intelektual siswa adalah; (a)siswa tidak mempersiapkan diri sebelum
belajar matematika, (b) siswa belum mengetahui tujuan belajar
matematika, (c) siswa tidak ingat dari ingatan jangka panjang yang
terkait dengan materi pelajaran matematika yang sedang dipelajari, (d)
siswa tidak mengamati unsur-unsur perangsang yang sesuai dengan
materi pelajaran matematika yang sedang dipelajari, (e) siswa belum
mampu mengolah dan menghubungkan informasi di STM (Short Term
Memory) menjadi bermakna pada pola perseptual LTM (Long Term
Memory), (f) siswa belum membuktikan melalui suatu prestasi kepada
guru dan diri sendiri bahwa materi pelajaran matematika telah dikuasai
serta memberi indikasi bahwa tujuan belajar matematika pada dasarnya
belum tercapai; (g) siswa mendapat penguatan (umpan balik) dari guru
apabila prestasinya tepat dan mendapat koreksi apabila prestasinya belum
tepat; serta (h) siswa mengerjakan tugas tetapi tidak mengulang-ulang
kembali materi pelajaran matematika yang sedang dipelajari untuk
memantapkan hasil belajar.
b. Kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek mental
Kesiapan mental dipengaruhi oleh kesiapan pengetahuan siswa.
Artinya, apabila siswa telah menguasai materi yang akan diujikan maka
siswa tidak merasa gugup dan cemas. Pada pemaparan hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi diatas dapat diketahui bahwa sebagian siswa
belum siap secara mental, terlihat dari siswa yang masih gugup dan
23
cemas dalam menghadapi ulangan harian.Hal ini dapat dilihat pada hasil
wawancara sebagai berikut “Kalau misalnya udah paham ya nggak
gugup, tapi kalau soalnya itu diluar materi itu baru merasa gugup”
(Lampiran 1, Hal 66).
Dari keterangan di atas sejalan dengan penelitian terdahulu
Rizqona Maharani (2013) mengenai Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Ulangan Harian Pada Materi Fungsi Setelah
Pembelajaran Remidial Ditinjau Dari Tingkat Kecemasan Siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini
dapat dipaparkan sebagai berikut; 1) Siswa dengan tingkat kecemasan
berat melakukan semua jenis kesalahan menurut Lerner. Selanjutnya
siswa dengan tingkat kecemasan sedang melakukan jenis kesalahan
menurut Lerner kecuali kesalahan tipe I, dan untuk siswa dengan tingkat
kecemasan ringan hanya melakukan beberapa kesalahan menurut Lerner
yaitu kesalahan tipe II, III, dan V 2) Penyebab kesalahan siswa yang
memiliki tingkat kecemasan berat (a) Kesalahan tipe I (aspek
pengetahuan tentang simbol) yaitu siswa tidak dapat menafsirkan kalimat
matematika ke bentuk model matematika yang terkait (b) Kesalahan tipe
II (aspek kesalahan dalam memahami data) yaitu siswa kurang
memahami konsep relasi dan fungsi (c) Kesalahan tipe III (aspek
kesalahan dalam menggunakan proses yang keliru) yaitu siswa tidak
mengetahui prosedur yang tepat untuk menyelesaikan persoalan yang
terkait (d) Kesalahan tipe IV (aspek kesalahan dalam perhitungan) yaitu
siswa kurang teliti dalam melakukan operasi matematika (e) Kesalahan
tipe V (aspek kesalahan dalam penulisan) yaitu siswa kurang tepat
memilih kata-kata untuk memaparkan jawaban yang dimaksud dan siswa
kurang teliti dalam penulisannya 3) Penyebab kesalahan siswa yang
memiliki tingkat kecemasan sedang (a) Kesalahan tipe II (aspek
kesalahan dalam memahami data) yaitu kurangnya penguasaan materi
prasyarat, kurang teliti serta kurang memahami konsep yang terkait (b)
Kesalahan tipe III (aspek kesalahan dalam menggunakan proses yang
24
keliru) yaitu tidak mengetahui prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
persoalan dalam menentukan bentuk fungsi f dalam x (c) Kesalahan tipe
IV (aspek kesalahan dalam perhitungan) yaitu kurang teliti dalam
melakukan perhitungan dan kurang memahami cara menyederhanakan
operasi pada bentuk aljabar (d) Kesalahan tipe V (aspek kesalahan dalam
penulisan) yaitu siswa kurang tepat memilih kata-kata untuk
memaparkan jawaban yang dimaksud dan siswa kurang teliti dalam
penulisannya 4) Penyebab kesalahan siswa yang memiliki tingkat
kecemasan ringan (a) Kesalahan tipe II (aspek kesalahan dalam
memahami data) yaitu kurangnya penguasaan materi prasyarat mengenai
materi bilangan serta tidak memahami konsep dalam menentukan bentuk
grafik (b) Kesalahan tipe III ( aspek kesalahan dalam menggunakan
proses yang keliru) yaitu kurang teliti dalam melakukan operasi
matematika, terburu-buru saat menentukan rumus fungsi f (c) Kesalahan
tipe V (aspek kesalahan dalam penulisan) yaitu siswa kurang tepat
memilih kata-kata untuk memaparkan jawaban yang dimaksud dan siswa
kurang teliti dalam penulisannya, kurang teliti dalam menggakmbar
grafik serta siswa mempersingkat langkah perhitungan.
c. Kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian pada aspek pola belajar
Pola belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah cara belajar
siswa yang dilakukan diluar kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga
pola belajar siswa menjadi salah satu penentu kesiapan siswa dalam
menghadapi ulangan harian. Pada pemaparan hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi mengenai kesiapan pola belajar siswa dapat diketahui
bahwa siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Sukoharjo memiliki pola belajar
bermacam-macam, diantaranya belajar secara rutin, belajar ketika ada PR,
belajar ketika akan ada ulangan, ataupun tidak pernah belajar. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Teuku Fadila Fatari yang
menyatakan bahwa, “saya laki laki tipe tipe yang kalo ada PR ada
Ulangan saya belajar kalo ada ulangan ya saya tidak belajar kalo yang
25
lain nya saya enggak pernah belajar...” (Lampiran 1, hal. 61). Selain itu
sesuai dengan hasil wawancara Kusnadiyah yang menyatakan,“Di rumah,
waktu pulang sekolah, malem.. kalau pagi juga baca – baca lagi..”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
akan belajar pada saat akan dilaksanakan ulangan harian, seperti halnya
penelitian Muhammad Asdam (2007) mengenai Pengaruh Pemberian
Evaluasi Ulangan Harian Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Bahasa
Indonesia Pada Siswa Tingkat Kabupaten Maros. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian evaluasi ulangan harian berpengaruh
positif terhadap peningkatan motivasi belajar bahasa Indonesia siswa
tingkat SMP di Kabupaten Maras. Hal ini dapat tercermin pada
prestasi belajar bahasa Indonesia pada siswa yang selalu diberikan
ulangan harian. Peningkatan prestasi yang dicapai ditopang motivasi
belajar yang memadai. Oleh karena itu, guru diharapkan
membiasakan memberikan evaluasi ulangan harian, mengoreksi
secara tepat, dan mengembalikan kepada peserta didik tepat pada
waktunya.
d. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam persiapan
ulangan harian
1) Kesiapan Materi
Siswa yang memiliki materi lengkap dan penjelasan dari guru
yang jelas akan mempermudah siswa dalam menghadapi ulangan
harian. Begitu sebaliknya apabila siswa yang kurang memiliki materi
dan kurang dalam memperhatikan guru maka akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi ulangan harian.
2) Masalah Siswa
Permasalahan siswa begitu beragam yang mengakibatkan kurang
yakin dalam menghadapi ulangan harian karena akan mengalami
kurang fokus dalam mengerjakan ulangan harian. Permasalahan
26
siswa akan menimbulkan hasil akhir dari ulangan harian yang
mengakibatkan siswa pesimis dalam menghadapi ulangan harian.
3) Pola belajar
Pola belajar siswa mempengaruhi kesiapan siswa dalam
menghadapi ulangan harian, siswa yang sering belajar akan lebih
siap menghadapi ulangan harian, siswa yang jarang atau hanya
belajar ketika mau ulangan maka kesiapan menghadapi ulangan
harian semakin menurun, dan apabila siswa yang tidak belajar maka
akan sulit mempersiapkan ulangan harian karena tidak tau apa yang
akan dia pelajari untuk mengerjakan ulangan harian.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analis data dan pembahasan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa profil kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan harian kelas
XI IPS di SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun ajaran 2017/2018 adalah sebagai
berikut:
a. Sebagian besar siswa belum siap pada aspek pengetahuan dalam
melaksanakan ulangan harian, dikarenakan siswa hanya siap ulangan ketika
diberitahukan terlebih dahulu dan tidak siap pada ulangan harian secara
mendadak.
b. Kesiapan mental siswa dalam menghadapi ulangan harian dalam keadaan
belum siap secara mental, terlihat dari siswa yang masih sering tidak fokus
dalam mengerjakan ulangan ketika siswa memiliki masalah pribadi, masalah
sosial, maupun masalah kesehatan.
c. Siswa kelas XI IPS memiliki pola belajar yang berbeda-beda diantaranya
belajar secara rutin, belajar ketika ada PR, belajar ketika akan ada ulangan,
ataupun tidak pernah belajar.
d. Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapan ulangan harian
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sukoharjo yaitu:
1) Faktor pemahaman materi oleh siswa (penetahuan)
2)
3)Faktor kondisi mental siswa
Faktor pola belajar siswa
28
DAFTAR PUSTAKA
Aga 2014 http://repository.uin-suska.ac.id/5280/3/BAB%20II.pdf Diakses pada 16 Mei
2017
Andriyani,wiwi. 2016.faktor – faktor yang mempengaruhi kesiapaan belajar peserta
didik kelas x administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 slawi tahun pelajaran
2015/2016. Semarang: UNES
Anonim. 2014. Kesiapan guru. http://eprints.uny.ac.id/13572/3/BAB%20II.PDF .
Skripsi. Jogjakarta: Universitas Negeri Yogjakarta. Diakses pada 23 Maret 2017.
Atmadja,Pratama. 2013. Dampak Hasil Evaluasi Belajar (Raport) Terhadap Kondisi
Psikologis Siswa ( Studi Kasus Di Mtsn Jogorogo Kabupaten Ngawi ).Ngawi:
PGRI Ngawi
Delafini,Ranissa. 2014. Pengaruh Kemampuan Guru Dalam Mengembangkan Indikator
Pencapaian Kompetensi Terhadap Kesiapan Guru Dalam Mengajar.Jogja:Uny
Fatchurrochman,Rudy.2011.Pengaruh Motivasi Berpretasi Terhadap Kesiapan Belajar,
Pelaksanaan Prakerin Dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran
Produktif.Indramayu: SMKN 1 Jatibarang.
Haris,Abdul.2012. Kesiapan Guru Tkj Dalam Pengajaran Dan Kesiapan Sarana
Prasaranalaboratorium Komputer Pada Smkn 1 Dan Smkn 2 Di Kabupaten
Bima.Jogja:UNY
Kurniati,yohanes bahari, gusti budjang.2015.Hubungan Kesiapan Belajar Dengan Hasil
Belajar Siswa Di SMA.pontianak:FKIP Untan pontianak.
Maharani Rizqona. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Ulangan
Harian Pada Materi Fungsi Setelah Pembelajaran Remidial Ditinjau Dari Tingkat
Kecemasan Siswa. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif.Solo.UNS
Moleong, LJ. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nasrun AR.2015.PSIKOLOGI BELAJAR.jambi.IAIN Jambi.
Noname 2014 http://wulieokti.blogspot.co.id/2014/04/pro-dan-kontra-ujian-
nasional.html?m=1 Diakses pada tanggal 24 Agustus 2017.
Nugroho, Muhammad Bagus. 2015. Pola Perilaku Siswa Dalam Menghadapi Ujian
Nasional ( Studi Kasus di SMA NEGERI 2 Boyolali). Surakarta: UNS.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
29
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan
Permana, Hara. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecemasan Dalam Menghadapi
Ujian Pada Siswa kelas IX Di MTS AL Hikmah Brebes. Yogyakarta: UNY
Puryanti, Dwi. Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas dan Dukungan Sosial
Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo
Kabupaten Boyolali. Surakarta: UMS.
Rahman, Ilvan Maulana. Hubungan kecemasan terhadap motivasi belajar siswa
menjelang menghadapi ujian akhir nasional kelas XII SMAN 1 Kraksaan
probolinggo. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Saadah Fanny Nur. ANALISIS PERSIAPAN Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Cangkringan Dalam Menghadapi Tes Hasil Belajar Pelajaran
Matematika.Jogja.UNY
Solihah, Frida Imroatus. 2017. Pengaruh tingkat kecemasan siswa terhadap prestasi
belajar sejarah siswa kelas X IPS 2 SMAN 12 Surabaya. Surabaya: Universita
Negeri Surabaya.
Sudjana 2010 http://www.spengetahuan.com/2016/01/16-pengertian-belajar-menurut-
para-ahli-terlengkap.html. diakses pada 27 juli 2017
Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan
R&D”. Bandung: Alfabeta.
Supadilah, 2014. http://jejakmanusiabiasa.blogspot.co.id/2014/11/kenapa-siswa-takut-
ulangan-harian.html?m=1 diakses pada tanggal 10 agustus 2017
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 Tentang Berhak Mendapat
Pendidikan dan Wajib Mengikuti Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 18 Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomer 20 Pasal 58 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Yuliana Indah, 2011. Pengaruh Minat Dan Kesiapan Mental Terhadap Hasil Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Terpadu Kelas Vii Siswa Di Sekolah Menengah
Pertama Islam Terpadu Dar Al-Ma’arif Pekanbaru. Pekan Baru. Uin Sultan Syarif
Kasim Riau.
_______ 2013. “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan
R&D”. Bandung: Alfabeta.