3
Professional Behaviour Poin perilaku profesional: 1. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak membahayakan pasien dan diri sendiri. Dalam melakukan suatu tindakan baik itu pemeriksaan ataupun tata laksana seorang dokter ataupun tenaga medis seharusnya bertindak dengan memikirkan keselamatan pasien dan dirinya sendiri. Hal ini berkaitan dengan melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada. Contohnya seorang pasien dengan keadaan syok dan harus dipasangkan kateter intravena. Dalam pemasangan kateter intravena dokter tersebut harus melakukannya sesuai dengan prosedur dimana salah satunya adalah proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan. Penggunaan sarung tangan tersebut selain untuk proteksi diri dokter tersebut tapi juga untuk proteksi pasien. 2. Memperhatikan kenyamanan pasien Kenyamanan pasien merupakan salah satu hal yang penting dalam membangun hubungan komunikasi yang baik. Dengan pasien merasa nyaman komunikasi antara dokter dengan pasien dapat berjalan dengan baik dan hal-hal penting yang berkaitan dengan penyakit ataupun keluhan pasien dapat digali dengan sebaik-baiknya. Karena apabila pasien sudah merasa nyaman dengan dokter, pasien akan lebih mudah dan lebih percaya untuk menceritakan keluhan yang

Professional Behaviour n

  • Upload
    dea

  • View
    11

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

profesional

Citation preview

Professional BehaviourPoin perilaku profesional:1. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak membahayakan pasien dan diri sendiri.Dalam melakukan suatu tindakan baik itu pemeriksaan ataupun tata laksana seorang dokter ataupun tenaga medis seharusnya bertindak dengan memikirkan keselamatan pasien dan dirinya sendiri. Hal ini berkaitan dengan melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada. Contohnya seorang pasien dengan keadaan syok dan harus dipasangkan kateter intravena. Dalam pemasangan kateter intravena dokter tersebut harus melakukannya sesuai dengan prosedur dimana salah satunya adalah proteksi diri dengan menggunakan sarung tangan. Penggunaan sarung tangan tersebut selain untuk proteksi diri dokter tersebut tapi juga untuk proteksi pasien.2. Memperhatikan kenyamanan pasienKenyamanan pasien merupakan salah satu hal yang penting dalam membangun hubungan komunikasi yang baik. Dengan pasien merasa nyaman komunikasi antara dokter dengan pasien dapat berjalan dengan baik dan hal-hal penting yang berkaitan dengan penyakit ataupun keluhan pasien dapat digali dengan sebaik-baiknya. Karena apabila pasien sudah merasa nyaman dengan dokter, pasien akan lebih mudah dan lebih percaya untuk menceritakan keluhan yang dirasakannya kepada dokter. Yang mana keluhan tersebut pneting untuk diketahui dalam menegakkan diagnosis.3. Melakukan tindakan sesuai prioritasDalam melakukan suatu pemeriksaan seorang dokter seharusnya dapat menetukan prioritas dalam pemeriksaan tersebut. Lakukan pemeriksaan yang relevan dengan kondisi dan gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien. Memprioritaskan pemeriksaan yang dilakukan juga penting dalam penegakan diagnosis yang tepat. Apabila pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan prioritas maka seorang dokter dapat menemukan hasil pemeriksaan yang sesuai dengan gejala klinis yang terdapat pada pasien. Contohnya apabila seorang pasien datang dengan keluhan nyeri perut. Pemeriksaan yang diprioritaskan adalah yang berkaitan dengan nyeri perut tersebut. Lakukan pemeriksaan yang relevan dengan keluhan pasien.4. Menunjukkan rasa hormat kepada pasienDokter harus menunjukkan rasa hormat kepada pasien dikarenakan pasien juga merupakan manusia yang wajib dihargai dan dihormati oleh sesama manusia. Karena apabila seorang dokter menunjukkan rasa hormat dan menghargai pasien, pasien pun akan menunjukkan rasa hormat dan mengahrgai dokter tersebut.

5. Mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau melakukan konsultasi bila diperlukan.Seorang dokter harus mengetahui batas keilmuan yang ia miliki. Apabila seorang dokter merasa suatu kasus bukan lah area kompetensi nya maka seharusnya dokter tersebut merujuk ke dokter yang memang memiliki kompetensi mengenai kasus tersebut. Contohnya seorang wanita hamil 23 minggu datang dengan keluhan perdarahan tanpa adanya rasa nyeri. Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter menunjukkan gejala ke arah plasenta previa. Dokter yang menangani pasien tahu bahwa kondisi tersebut bukanlah area kompetensi nya. Maka dokter tersebut merujuk ke dokter spesialis obgyn untuk mendapatkan penatalaksaan selanjutnya.