23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 237, 641 juta (Badan Pusat Statistik, 2010) merupakan pasar potensial susu impor. Untuk itu, pemanfaatan sumberdaya ternak lokal selain sapi merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan akan susu impor karena produksi susu dalam negeri baru dapat memenuhi sekitar 30% kebutuhan nasional. Salah satu usaha bidang peternakan yang belum memperoleh penanganan secara intensif dan masih perlu didorong serta dikembangkan adalah usaha peternakan kerbau perah. Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004; Kusnadi et al., 2005). Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan bagi petani. (Devendra, 1993). Namun 1

Produksi Susu Kerbau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Produksi Susu Kerbau

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Besarnya jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 237, 641 juta (Badan Pusat

Statistik, 2010) merupakan pasar potensial susu impor. Untuk itu, pemanfaatan

sumberdaya ternak lokal selain sapi merupakan salah satu cara untuk mengurangi

ketergantungan akan susu impor karena produksi susu dalam negeri baru dapat memenuhi

sekitar 30% kebutuhan nasional. Salah satu usaha bidang peternakan yang belum

memperoleh penanganan secara intensif dan masih perlu didorong serta dikembangkan

adalah usaha peternakan kerbau perah.

Usaha ternak kerbau merupakan komponen penting dalam usahatani penduduk

pedesaan karena dapat membantu pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan

sumberdaya alam yang tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004; Kusnadi et al., 2005).

Ternak kerbau adalah salah satu komoditas yang berfungsi sebagai sumber protein hewani

bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan penghasilan, sebagai tenaga kerja dan

kotorannya bisa dijadikan pupuk sekaligus memberikan sumber keuntungan/pendapatan

bagi petani. (Devendra, 1993). Namun demikian, sampai saat ini usaha pemeliharaan

ternak kerbau di pedesaan belum banyak mempertimbangkan aspek keuntungan,

pemeliharaan kerbau belum diupayakan oleh peternak agar dapat berproduksi secara

optimal. Sistem pemeliharaan kerbau masih diusahakan oleh petani kecil (peternakan

rakyat) yang berada di wilayah pedesaan dengan keterbatasan penguasaan sumberdaya

(lahan, pendapatan, inovasi dan teknologi). Keadaan demikian menunjukkan bahwa pola

usaha ternak kerbau belum merupakan usaha komersial, yakni merupakan usaha

sampingan yang ditandai dengan skala usaha relatif kecil dan tatalaksana pemeliharaan

seadanya.

1

Page 2: Produksi Susu Kerbau

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang

informasi tampilan produksi susu kerbau yang berada di daerah Kabupaten Gayo Lues

Provinsi Aceh.

2

Page 3: Produksi Susu Kerbau

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Ternak Kerbau

Di Indonesia terdapat dua rumpun ternak kerbau yaitu kerbau lumpur (swamp

buffalo) dan kerbau sungai (riverine buffalo), dengan total populasi 2.246.000 ekor

(Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Populasi kerbau sungai hanya ditemukan di daerah

Sumatera Utara dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Kerbau lumpur hampir tersebar di

seluruh daerah di Indonesia, terutama di 6 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Direktorat

Jenderal Peternakan, 2007). Kerbau lumpur dipelihara terutama sebagai ternak kerja dan

untuk produksi daging, namun di beberapa daerah kerbau ini juga diperah (Muhammad,

2002; Bahri dan Talib, 2008; Wirdahayati, 2008). Sebaliknya kerbau sungai adalah

termasuk tipe perah, dan salah satu diantaranya adalah kerbau Murrah yang berasal dari

India yang terkenal dengan produksi susu dapat mencapai 1.029 – 2.565 kg/laktasi

(Shafie , 1985; Dhanda, 2006). Populasi kerbau sungai di India sekitar 95 juta ekor, dan

hampir 56% dari total produksi susu nasionalnya adalah susu kerbau (Dhanda, 2006).

2.2. Produksi Susu

Di daerah Gayo Lues, jumlah produksi susu ternak kerbau yang diperah oleh

masyarakat umumnya berkisar antara 0,9 – 1,5 liter/ekor/hari, namun pemerahannya tidak

dilakukan setiap hari. Kerbau yang ada di daerah tersebut merupakan bangsa kerbau rawa,

oleh sebab itu jumlah produksi susunya tidak sebanyak kerbau sungai. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa produksi susu dari setiap ternak kerbau yang diperah berkisar antara

1,50-2,50 liter/ekor/hari dengan lama pemerahan sekitar 7 bulan (Zulbardi, 2002).

Malaysia sebagai negara tetangga Indonesia yang iklimnya tidak jauh berbeda dengan

Provinsi Sumatera Barat, produksi susu kerbau lumpur di sana 1,7 - 3,4 liter per hari (Ali,

3

Page 4: Produksi Susu Kerbau

1980). Mason (1974) melaporkan produksi susu swamp buffalo di Indonesia 1 - 2 liter per

hari dan di Vietnam dapat mencapai 6 liter per hari pada awal laktasi.

Nilai gizi susu kerbau terlihat lebih tinggi dari kandungan gizi susu sapi dengan kadar

protein 5,25 vs 3,27 %; kadar lemak 8,79 vs 3,45 %; kadar air 82,42 vs 87,96 % (Sirait dan

Setyanto, 1995). Kadar lemak susu kerbau pada umumnya (tipe perah dan tipe daging)

antara 6,6 – 9,0% di atas kadar lemak susu sapi 3,6 – 4,9 % (Dhana, 2006) yang antara lain

dipengaruhi oleh bangsa ternak dan faktor pakan.

Menurut Chantalakhana (1980), lama laktasi Swamp Buffalo (kerbau lumpur) di Asia

Tenggara 7 – 11 bulan. Hal yang sama dilaporkan pula oleh Madamba dan Eusebio (1980)

Swamp Buffalo di Asia Tenggara lama laktasinya 10 bulan. Akan tetapi Ali (1980)

melaporkan swamp buffalo yang dipelihara di Malaysia lama laktasinya 5 - 6 bulan.

Total produksi susu dalam satu masa laktasi yang dapat dihasilkan oleh seekor kerbau

berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan berbedanya bulan dan tingkat laktasi, penampilan

individu, latar belakang pemeliharaan dan pemberian pakan. Pada bulan-bulan awal laktasi

produksi susu kerbau banyak, puncaknya dicapai pada bulan kedua (Chutikul,1975).

Bulan-bulan berikut produksi susu kerbau mulai menurun seiring dengan meningkatnya

umur anak dan umur kebuntingan. Perbedaan periode laktasi dapat menyebabkan berbeda

jumlah susu yang diperoleh dalam satu masa laktasi. Jumlah produksi susu bertambah dari

laktasi pertama ke laktasi berikutnya, produksi susu paling banyak diperoleh pada laktasi

enam (Chutikul, 1975). Produksi susu kerbau dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain:

2.2.1. Breed atau Bangsa Kerbau

Produksi susu kerbau yang dipengaruhi adanya dari bangsa itu sendiri. Beberapa

bangsa kerbau perah dapat dilihat melalui tabel berikut:

4

Page 5: Produksi Susu Kerbau

Tabel 1. Jumlah produksi susu kerbau menurut bangsanya

Bangsa Kerbau Produksi Susu (kg) Panjang Laktasi (Hari)

Murrah Bulgaria 2.023 300

Murrah Malaysia 1.030 300

Nili/Ravi India 2.440 326

Murrah India 1.635 – 1.813 283 – 296

Surti India 1.460 – 1.934 313 – 315

Bhadawari India 1.165 276

Nagpuri India 926 295

Italia 1.030 – 2.981 100 – 558

Rusia 669 – 1.500 300

China/Taiwan rawa 778 293

Sumber : Bongso and Mahadevan, 1990, Mudgal, 1999, Castillo,L.S, 1975

2.2.2. Umur Beranak Pertama Kali

Umur kerbau ketika beranak pertama kali mempengaruhi jumlah susu/ produksi

susu yang dihasilkan. Dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah produksi susu kerbau berdasarkan umur

Umur Kerbau Beranak Produksi Susu (kg)

< 42 bulan 9.330

42 – 48 bulan 8.719

>48 bulan 9.196

Kerbau perah yang terlambat beranak pertama kali akan mengurangi jumlah gudel

yang dihasilkan, karena akan mengurangi kehidupan produktifnya sebagai hewan ternak.

Tingginya umur beranak pertama kali (dilihat dari tabel diatas) disebabkan oleh jenis

pakan bermutu rendah yang diberikan kepada kerbau dibanding sapi. Dengan demikian,

pertumbuhan kerbau akan sedikit lebih lambat apabila dibanding sapi. Ada korelasi yang

kuat antara umur beranak pertama kali dan produksi susu laktasi I serta lama laktasi.

5

Page 6: Produksi Susu Kerbau

2.2.3. Musim Beranak

Hampir 80 % gudel di India lahir pada musim panas-gugur (Juni – Desember).

Sebagai contoh, kerbau Murrah beranak pada antara bulan Juni hingga November.

Sedangkan gudel – gudel di Mesir lahir pada musim gugur – dingin (Oktober – Maret).

Kerbau yang beranak pada bulan Februari – Maret merupakan kerbau yang memiliki

kualitas susu paling baik. Produksi susu kerbaupun sangatlah berpengaruh pada saat musim

panas. Bila kerbau-kerbau tersebut dalam periode optimal dari laktasinya badannya

diperciki air selama musim itu, sehingga nantinya akan terjadi peningkatan jumlah

produksi susu. Namun apabila tidak diberi perlakuan tersebut maka produksi susunya akan

menurun dan tidak teratur. Di Filipina, kerbau yang beranak pada bulan Januari – April

atau Musim Kemarau akan menghasilkan susu lebih banyak dibanding musim – musim

lain. Di Pakistan, produksi susu tertinggi akan dicapai apabila gudel yang dilahirkan antara

bulan November – Desember. Keterbatasan hormon juga mempengaruhi sedikit –

banyaknya produksi susu. Hormon berperan pada saat terdapat sedikit pakan, namun

bermutu. Ternak kerbau perah akan cenderung lebih cocok pada suhu udara lingkungan

yang sejuk hingga dingin karena daya tahan kerbau perah tersebut terhadap panas lebih

rendah daripada sapi perah.

2.2.4. Pengaruh Laktasi Yang Telah Dihasilkan

Kerbau perah umumnya akan memperlihatkan puncak produksi pada laktasi ke 4 –

ke 6. Setelah itu, produksi susu kerbau akan cenderung menurun, secara tetap.

6

Page 7: Produksi Susu Kerbau

Tabel 3. Produksi susu kerbau berdasarkan masa laktasi

Laktasi ke- Produksi Susu (kg)Produksi 300 hari

(kg)

Lama Laktasi

(hari)

1 1.618,5 1.573,4 217,8

2 1.880 1.790,4 300

3 1.964 1.878 298,3

4 2.039,5 1.963,8 291

5 2.024,3 1.959,4 290

6 1.823,7 1.767,5 270

Sumber : Bhat, 1992

2.2.5. Tingkatan Laktasi

Umumnya, puncak produksi susu kerbau setiap masa laktasi terjadi pada bulan ke-2

hingga ke-3. Biasanya, setelah bulan ke-4 dari masa kebuntingannya produksi susu kerbau

cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan kadar lemak / fat. Ini

menunjukkan produksi susu setelah bulan ke-4 berbanding terbalik dengan kadar lemak.

Puncak laktasi dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pakan, dan musim

beranak.Namun pada umumnya, puncak laktasi terbaik tercatat pada laktasi I. 

Dengan seiring bertambahnya kadar lemak pada susu kerbau yang mengakibatkan

kandungan lemak susu kerbau tinggi, maka produktivitas kerbau akan dihitung pula dari

total lemak.

7

Page 8: Produksi Susu Kerbau

Tabel 4. Komposisi gizi susu kerbau berdasarkan tingkatan laktasi

Bulan Laktasi Fat LaktosaBahan Kering

Protein Whey

Abu

1 6,16 5,30 3,96 0,62 0,822 5,73 5,03 3,75 0,65 0,803 6,59 5,18 3,59 0,62 0,804 5,57 5,00 3,51 0,63 0,755 6,11 5,16 3,88 0,54 0,776 7,20 4,86 3,73 0,60 0,807 7,05 4,68 3,59 0,56 0,788 7,98 5,00 4,34 0,76 0,839 7,01 5,11 3,53 0,71 0,8110 7,18 4,64 4,05 0,66 0,83

Sumber : Abd. E-Salam, M. H. dan S. El-Shibiny. 1966

2.2.6. Pakan dan Tata Laksana Pemberian

Kerbau yang diberi pakan yang berkualitas tinggi cenderung memproduksi susu

yang cukup lama. Dan apabila kerbau yang diberi pakan kualitas rendah, misal limbah

pertanian, maka hasil susu yang diproduksi tidak menjamin akan mendapat kualitas yang

baik. Di daerah yang terdapat sejumlah kerbau dalam jumlah banyak maka kemungkinan

akan terjadi defisiensi makanan sehingga dibutuhkan pengganti pangan yang bisa

mencukupi kebutuhan pangan dari kerbau-kerbau tersebut. Selain itu, di daerah tersebut

biasanya pun makanan yang ada adalah makanan yang berkualitas rendah.

2.2.7. Jarak Antara Dua Kelahiran Anaknya

Faktor ke-7 ini menentukan produksi susu kerbau karena penting bagi menentukan

efisiensi reproduksi. Jarak antara 2 kelahiran gudel disebabkan perbaikan kualitas

perkawinan pada musim panas. Jarak antara 2 kelahiran gudel ini pun pada umumnya

memiliki hubungan yang erat dengan masa layanan perkawinan. Layanan perkawinan yang

lama maupun yang pendek akan mempengaruhi jumlah gudel yang lahir dan banyak susu

yang dihasilkan. Kerbau Murrah biasanya melahirkan anak dengan rata-rata interval

beranaknya 428,7 hari.

8

Page 9: Produksi Susu Kerbau

Selain itu produksi susu kerbau dipengaruhi oleh layanan perkawinan, periode

kebuntingan, panjang laktasi, dan non-genetik. Faktor non – genetik disini meliputi:

1. waktu keluarnya susu (let down time) : waktu dihitung sejak putting disentuh hingga

keluar susu pertama. Apabila waktu keluarnya susu semakin lama, maka itu berarti

jumlah produksi susu yang dihasilkan semakin sedikit / turun.

2. waktu pemerahan (milking time) : waktu sejak keluarnya susu pertama hingga terakhir.

Waktu pemerahan dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Dan jumlah kadar hormone

yang dikeluarkan tergantung pada ukuran ternak, tahapan laktasi, total produksi susu,

berat badan ternak.

3. kecepatan lewat susu (rate of milk flow) : rasio antara produksi susu dan waktu

pemerahan total. Kecepatan keluarnya susu yang lebih besar diperkirakan akan

menaikkan jumlah produksi susu.

Jika ternak tidak dikawinkan pada waktunya setelah beranak, maka hal ini

cenderung akan menyebabkan periode laktasi yang lama, bahkan sampai 400 hari

(minimalnya < 350 hari).

Selain unsur-unsur yang mempengaruhi produksi susu yang telah dijelaskan di atas,

susunan gizi susu kerbau pun dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni :

1. Spesies dan Ragam Jenis Bangsa. Susu kerbau perah pada umumnya lebih kaya akan

bahan dasar penyusunan susu dibanding susu sapi, kecuali kadar air dan kandungan

karotennya. Tidak adanya karoten membuat warna susu lebih putih daripada susu

sapi.

2. Ragam Musim. Susunan gizi susu kerbau dapat berubah-ubah sesuai musimnya, baik

musim dingin, panas, semi, maupun gugur. Hal ini sangat berkaitan dengan pakan

yang diberikan saat itu.

9

Page 10: Produksi Susu Kerbau

3. Banyaknya Pemerahan Setiap Harinya. Pada awal pemerahan susu kerbau akan

memiliki susunan gizi yang berbeda dengan pertengahan ataupun akhir pemerahan.

Pada awal pemerahan, susu kerbau umumnya memiliki kandungan lemak yang

sedikit, ini dikarenakan kelenjar ambing tidak menutup katup penutup untuk

menghambat kecepatan produksi susu tersebut. Sementara pada pemerahan akhir,

susu kerbau akan kaya lemak. Let down of milk membutuhkan waktu 32 – 37 detik,

sedangkan akhir laktasi 62 – 67 detik.

4. Unsur Genetik. Kawin silang sangat mempengaruhi jumlah protein susu. Walaupun

dalam satu spesies, jika terjadi kawin silang akan tetap mempengaruhi hasil dari

protein susu. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan termasuk manajemen pemeliharaannya.Kerbau Sungai spesies

Kerbau Murah mempunyai kemampuan produksi susu yang lebih baik dari Kerbau

Lumpur, namun lama laktasi kedua jenis kerbau tidak jauh berbeda. Di bawah ini

dapat dilihat produksi susu pada Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai dan Crossbred

(persilangan).

10

Page 11: Produksi Susu Kerbau

Tabel 5. Jumlah produksi susu, laju pertumbuhan dan lama laktasi kerbau

berdasarkan breed

Kriteria Kerbau Lumpur Kerbau Sungai Crossbred

Laju pertumbuhan pedet (kg

per hari)

0,4 - 0,8 0,4 - 0,7 0,4 - 0,7

Lama laktasi (hari) 236 - 277 240 - 300 236 - 277

Produksi susu per hari (liter) 1,0 - 2,5 4 - 15 3 - 4

Sumber : Thac dan Vuc (1979); Khajarern dan Khajarern (1990); Thu, Dong, Quaq dan Hon (1993); Sanh, Preston dan Ly (1997); Thu, Pearson dan Preston (1996); Gongzhen (1995) dan Puslitbang Peternakan (2008) dalam Bahri dan Talib (2007).

5. Produksi susu selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan termasuk manajemen pemeliharaannya.

2.3. Karakteristik Kerbau di Gayo Lues

Kerbau yang dipelihara oleh petani peternak di Gayo Lues pada umumnya bangsa

kerbau lumpur. Kelemahan kerbau ini tidak dapat menghasilkan susu yang banyak. Oleh

karena itu produksi susunya tidak banyak yang bisa dihasilkan per harinya. Pemeliharaan

kerbau masih dilakukan dengan sistem tradisional, yaitu pada malam hari dikandangkan

dan siang harinya digembalakan di padangan dan ada juga diikatpindahkan. Kerbau yang

diikat pada siang harinya biasanya diberi pakan tambahan pada malam hari. Pakan yang

diberikan biasanya rumput alam sebanyak lebih kurang 20 kg.

2.4. Komposisi Susu Kerbau

Susu kerbau memiliki kandungan gizi tidak kalah dibandingkan susu sapi. Susu

kerbau mengandung 4,5 g protein, 8 g lemak, 463 Kkal dan 195 iu kalsium. Susu kerbau

lebih kental dibandingkan susu sapi. Hal ini karena susu kerbau mengandung 16% bahan

padat, sedang susu sapi bahan padatnya 12%. Kandungan lemak susu kerbau juga lebih

banyak, sehingga kandungan energinya lebih tinggi dari susu sapi.

11

Page 12: Produksi Susu Kerbau

Tabel 6. Komposisi susu beberapa jenis ternak

Zat Gizi Per 100 g Kerbau Sapi Kambing Domba

Protein g 4.5 3,2 3,1 5,4Lemak g 8,0 3,9 3,5 6,0Karbohidrat g 4,9 4,8 4,4 5,1

Energik cal 110 66 60 95k J 463 275 253 396

Gula g 4,9 4,8 4,4 5,1Asam Lemak:

JenuhTidak jenuh

gg

4,21,9

2,41,2

2,30,9

4,21,9

Kolesterol mg 8 14 10 8Kalsium lu 195 120 100 195

Ada baiknya bila mengetahui beberapa susunan/komposisi dari jenis masing - masing susu.

Tabel 7. Komponen air susu beberapa ternak

Jenis susu Air % Laktosa % Mineral %

Susu Sapi 87,75 4,95 0,70

Susu Kambing 87,23 4,23 0,84

Susu Kerbau 78,50 4,30 0,80

Susunan air susu tidak selalu sama dan akan selalu berubah – ubah. Hal ini

dikarenakan berbagai macam faktor .

Susu kerbau memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi karena itu, potensi dan

kandungan gizinya yang sangat besar, susu kerbau dijuluki sebagai Emas Putih. Jika dilihat

dari komposisi nilai gizi yang terdapat di dalamnya, susu kerbau tidak kalah dengan susu

asal ternak ruminansia lainnya. Bahkan kandungan protein dan lemaknya sangat tinggi

yaitu 5,5-10,5% dua kali lipat dari susu lain.

Dalam susu terdapat beberapa komponen, salah satunya lemak. Lemak susu adalah

komponen yang paling beragam. Sebagian besar lemak susu terdiri dari trigliserida. Bahan

12

Page 13: Produksi Susu Kerbau

utama pembentuk lemak susu adalah glukosa, asam asetat, asam beta hidroksobutirat,

trigliserida dasri kilomikra dan LDL serta darah. 75 – 90 % dari asam lemak berantai

pendek (C4 – C14) dan 30 % dari asam palmitat yang disusun dalam kelenjar susu berasal

dari asam asetat. Dan sisanya berasal dari asam lemak. Asetil Co-A yang digunakan oleh

kelenjar susu dibentuk dari asetat yang terdapat dalam sitoplasma. Pakan ternak pun sangat

berperan dalam kualitas susu, sehingga di dalam pakan ternak harus memenuhi criteria gizi

yang baik, yakni terdapat jumlah protein yang tinggi, energi (yang diperlukan untuk

membentuk lemak susu) tinggi, mineral yang kaya akan Ca dan P (tak lupa Na dan Cl

karena cukup penting bagi ternak), vitamin yang cukup.

Dibanding dengan jumlah laktasi yang sama, kerbau akan menghasilkan lebih banyak

lemak dan bahan padat bukan lemak (Solid Non Fat/SNF) daripada sapi lokal. 

Tabel 8. Produksi susu kerbau negara utama (000 Ton)

Negara 1980 1987 1999 Naik 1980-1990 (%)

Bangladesh 26 21 22 0,5

China 1390 1800 1938 3,7

India 17358 23323 23600 3,7

Nepal 500 547 603 2

Pakistan 6383 8790 10538 5,4

Srilanka 55 67 55 -1,3

Sumber : Mudgal,1999

Produksi susu tiap harinya dan di tiap negara pastilah berbeda – beda. Produksi susu

tiap hari dari kerbau laktasi di India dan Pakistan bisa mencapai 2-2,5 kg pada kerbau

kualitas jelek, dan bisa mencapai 20 kg pada kerbau yang baik pengelolaannya. Rata – rata

produksi susu kerbau di India didapat lebih kurang 2.005 kg per laktasi. Sedangkan pada

kelompok kerbau kualitas baik / tinggi hasil susunya sebesar 2,7 % dari kerbau laktasi

menghasilkan susu melebihi 3.630 kg per laktasinya.

13

Page 14: Produksi Susu Kerbau

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai

salah satu ternak perah secara lebih optimal. Jumlah produksi susu kerbau di daerah

Kabupaten Gayo Lues berkisar antara 0,9 – 1,5 liter/ekor/hari. Jumlah produksi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti bangsa, laktasi dan manajemen.

Susu kerbau perah memiliki nilai gizi yang tinggi. Susu kerbau mengandung 4,5 g

protein, 8 g lemak, 4,9 karbohidrat, 463 Kkal energi dan 195 iu kalsium. Susu kerbau lebih

kental dibandingkan susu sapi. Kerbau mengandung 16% bahan padat, sedangkan susu sapi

bahan padatnya sebesar12%.

3.2. Saran

Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang yang sangat potensial

dikembangkan di Indonesia. Pemeliharaan kerbau oleh petani dan peternak umumnya

masih dilakukan secara ekstensif. Oleh sebab itu diisarankan kepada mahasiswa dan para

ilmuan untuk meneliti lebih lanjut masalah pengemangan ternak kerbau, sehingga dapat

meningkatkan kualitas dan kuantisas ternak tersebut.

14

Page 15: Produksi Susu Kerbau

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Syed, A. B. 1980. Buffalo Production And Development In Malaysia. Dalam Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No. 15, Taipei.

Chantalakhana, C. 1980. Breeding Improvement of Swamp Buffalo for Small Farms. In Southeast Asia. Dalam Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No. 15, Taipei.

Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition. Dalam The Asiatic Water Buffalo. FFTC, Taipei

Devendra , C. 1993. Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan 2007. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta.

El-Shibiny, S,.Abd El-Salam,M.H & Ahmed, N.S., 1966.Milchwissensshalft, 27.217

Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Kusnadi , U. 2004. Kontribusi Ternak dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Lahan Marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. Pembangunan Peternakan Tropis . Special Edition Oktober 2004.

Mahadevan, P. 1978. Water Buffalo Research-Possible Future Trends. World Animal Review 25: 2-7.

Mason, I.L. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo. Food And Agriculture Organization of The United Nation, Rome

Mudgal,V.1992.Reproduction in River Buffaloes.In :BuffaloProduction.Ed. NM.Tulloh and J.H.G.Holmes.Elsevier-LondonMuhammad, Z. 2002. Model Pengembangan Kerbau Perah. Laporan Direktorat Budidaya Peternakan, Jakarta.

Shafie , M.M. 1985. Physiological Responses and Adaptation of Water Buffalo. In : Stress Physiology in Livestock, vol. 2: Ungulates. YOUSEF, M.K. (Ed.). Florida, USA, CRC. pp. 1 – 4

Zulbardi, M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Susu Kerbau bagi Ketersediaan dan Mempertahankan Potensi Dadih. Pros. Seminar Nasional Teknol ogi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor. Hal: 186 – 189

15