Upload
others
View
21
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN FIQIH
DI MTS TARQIYATUL HIMMAH TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
NADHIM AFIQH ANNAUFAL
NIM.23010150190
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN FIQIH
DI MTS TARQIYATUL HIMMAH TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
NADHIM AFIQH ANNAUFAL
NIM.23010150190
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
vi
vii
MOTTO
م و ٱلين ٱلله يرفع وتهوا ٱلين ءامنهوا منكهه و ٱلعلم أ بما تعملهون ٱلله درجت
خبري Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah : 11)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya skripsi
ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah dan ibunda tersayang, Mulud Raharjo dan Hadiwati yang senantiasa
membimbing, menasihati, memberikan do’a dan kasih sayang, serta pemberian
lain yang tidak bisa terbalas kepada saya.
2. Saudara kandung saya alm. Saifu Imam Santoso, Saifu Fatchurrohman, almh.
Saifi Siti Liswirantri, Puguh Hafid Lurrizka yang selalu memotivasi sehingga
tercapai gelar sarjana ini.
3. Keluarga besar yang selau mendukung dan mendo’akan saya.
4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I sebagai dosen pembimbing dalam penelitian
saya yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak KH. Nasafi, M.Pd.I selaku pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna
Pulutan Salatiga beserta keluarga ndalem yang juga selalu memberikan
nasihat-nasihat serta motivasi kepada saya.
6. Sahabat-sahabat keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Asna yang telah
membersamai saya dalam pencapaian ini, khususnya Angkatan 2015.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2015 FTIK prodi Pendidikan Agama
Islam yang telah bersama-sama berjuang memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan.
8. Sahabat-sahabat PPL di SMP Negeri 1 Tengaran.
9. Sahabat-sahabat KKN di dusun Ngaglik, Bateh, Candimulyo.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang memberikan nikmat,
karunia, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Problematika Pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul
Himmah Tahun 2019. Sholawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurahkan
kehadirat nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa ada bantuan
dari berbagai pihak yang sudah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Prof. Dr. Mansur, M.Ag.
3. Ketua program studi PAI IAIN Salatiga, Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
4. Ibu Wakhidati Nurrohmah Putri, M.Pd.I selaku dosen pembibing akademik
yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama kuliah.
5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi ini hingga selesai.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang tulus mendidik dan memberikan
ilmunya.
7. Karyawan dan karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
x
8. Bapak Drs. Muh Abdul Kholiq, M.Ag selaku kepala MTs Tarqiyatul Himmah
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
9. Bapak Muhammad Mahbub, S.Pd selaku guru mata pelajaran Fiqih yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Siswa-siswi MTs Tarqiyatul Himmah Pabelan, Semarang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para
pembaca pada umumnya.
Salatiga, 26 Juli 2019
Nadhim Afiqh Annaufal
NIM. 23010150190
xi
ABSTRAK
Afiqh Annaufal, Nadhim. 2019. Problematika Pembelajaran Fiqih di MTs
Tarqiyatul Himmah Tahun 2019. Skripsi, Salatiga: Program studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I.
Kata Kunci: Problematika, Belajar, Fiqih MTs
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah, bagaimana
problematika dalam pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah, dan
bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru fiqih dalam memecahkan
problematika pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah. Dalam
pencapaian tujuan pembelajaran Fiqih tidak mudah dan menghadapi banyak
masalah.
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan field research atau penelitian lapangan. Sumber
data dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Problematika yang ditemukan adalah siswa yang memiliki kemampuan
kurang, seperti belum bisa membaca al-Qur’an. Dengan demikian siswa
memiliki kendala dalam mempelajari materi Fiqih. Selain itu adalah jam
pelajaran yang kurang, kontrol orang tua yang kurang, serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Solusi untuk mengatasi problem siswa
dengan kegiatan ekstrakurikuler BTQ. Upaya permasalahan yang lain adalah
memanfaatkan waktu dengan efektif, pertemuan wali siswa dengan sekolah,
dan memanfatkan sarana dan prasarana seadanya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN LOGO ................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... v
DEKLARASI ......................................................................................................... vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ............................................................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 8
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran................................................................................................. 10
B. Pembelajaran Fiqih ....................................................................................... 19
C. Problematika Pembelajaran Fiqih ................................................................. 23
D. Kajian Pustaka .............................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 38
C. Sumber Data ................................................................................................. 38
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 39
E. Analisis Data ................................................................................................. 40
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................................ 41
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 43
B. Penyajian Data .............................................................................................. 48
C. Analisis Data ................................................................................................. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu kerjasama yang melibatkan guru dan
siswa. Guru tidak mungkin berjalan sendiri tanpa ada peserta didik yang
belajar, begitu juga sebaliknya (Wina Sanjaya, 2015:31). Dalam kegiatan
belajar mengajar guru tidak akan bermakna tanpa kehadiran siswa, karena
memang sudah menjadi tugas guru untuk menyampaikan ilmu kepada siswa.
Demikian juga peserta didik tanpa guru maka pembelajaran tidak akan
berlangsung efektif, seperti peserta didik dalam tingkat dasar yang masih
membutuhkan bimbingan penuh dari sosok guru.
Pembelajaran Fiqih adalah proses kegiatan belajar mengajar yang
membahas pokok-pokok hukum dalam agama Islam. Pengetahuan dan
pemahaman terhadap Ilmu Fiqih oleh siswa diharapkan dapat menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Dari pemahaman tersebut siswa juga
didorong untuk menumbuhkan ketaatan dalam menjalankan kewajiban serta
bertanggung jawab dalam kehidupan sosialnya.
Pada zaman milenial seperti saat ini, banyak terjadi permasalahan dalam
pembelajaran. Setiap waktu problematika datang menghadang silih berganti
dan memerlukan solusi guna memecahkan setiap permasalahan yang terjadi.
Hampir seluruh komponen dalam penyelenggaraan pembelajaran memiliki
problem tersendiri, baik dari sektor guru, peserta didik, sarana dan prasarana,
2
dan sebagainya. Lebih lagi satu lembaga dengan lembaga lain memiliki
permasalahannya tersendiri.
Hendaknya setiap lembaga pendidikan memiliki solusi dalam mengatasi
problematika pembelajaran yang terjadi, sehingga ada harapan untuk membuat
sebuah kualitas pembelajaran yang lebih baik. Permasalahan memang selalu
ada, tetapi bukan berarti tidak bisa di atasi.
Gde Muninjaya (2003:11) menyebut problematika sebagai kesenjangan
yang terjadi antara idealitas dengan realitas atau hasil yang telah dicapai dalam
pelaksanaan suatu program. Suatu pembelajaran memiliki target, tujuan,
konsep dan prosedur yang ingin dicapai, namun karena ada suatu masalah
maka harapan tidak berjalan lurus dengan realita yang ada. Masalah dalam hal
ini bisa disebut seabagai hambatan bagi kelancaran pelaksaan suatu program.
Pembelajaran yang baik dapat menciptakan situasi kelas yang
menyenangkan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan
santai namun tidak lepas dari unsur keseriusan. Dalam menciptakan situasi
yang demikian guru juga hendaknya mampu melakukan inovasi dan kreasi
dalam pembelajaran, mengelola tata ruang kelas, yang semua inovasi tersebut
dapat menghadirkan suasana kelas yang menyenangkan.
Inovasi dalam dunia pendidikan merupakan suatu ide atau metode yang
dirasakan sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang yang
kemudian digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan
(Ibadullah Malawi dkk, 2018:10). Inovasi itu bersifat kualitatif, begitu juga
inovasi dalam dunia pendidikan. Adanya pembaruan dikarenakan sistem yang
3
lama sudah tidak relevan dengan zaman atau bisa juga pembaharuan itu untuk
menciptakan kualitas pendidikan yang lebih baik lagi.
Faktanya tidak banyak sekolah kini yang menerapkan inovasi atau
pembaharuan sistem dalam proses pembelajaran. Padahal telah kita ketahui
bersama bahwa inovasi itu sangat diperlukan, apalagi dalam menangkis arus
globalisasi yang sulit dibendung perkembangannya. Sekolah yang berada
dalam lingkaran kehidupan perkotaan akan lebih cepat dan lebih tanggap dalam
berinovasi karena memang arus informasi yang sangat mudah diakses. Hal
tersebut sangat berbeda dengan sekolah yang berada di daerah atau lingkungan
pedesaan yang bahkan terpencil. Sekolah-sekolah tersebut akan sulit dalam
berinovasi karena keterbatasan informasi, sarana dan prasarana, serta birokrasi
menuju ke pemerintahan yang tersendat atau bahkan pemerintah yang kurang
tanggap terhadap kondisi sekolah yang berada di daerah terpencil. Dalam
permasalahan tersebut pemerintahan harus turun tangan guna mewujudkan
kualitas pendidikan yang merata baik di perkotaan maupun di daerah.
Dalam pengamatan penulis, MTs Tarqiyatul Himmah ini masih belum
maksimal dalam melakukan pembaharuan atau inovasi. Kebijakan madrasah
telah menentukan penggunaan kurikulum 2013, namun dalam
implementasinya menemui beberapa masalah. Contoh dari masalah tersebut
adalah guru terlalu sering menggunakan metode ceramah, padahal kita ketahui
bersama bahwa dalam kurikulum 2013 menuntut penggunaan metode
pembelajaran yang variatif.
4
Penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam proses
pembelajaran fiqih. Peneliti berusaha menggali setiap akar permasalahan yang
dihadapi baik oleh guru maupun siswa. Fiqih adalah ilmu tentang hukum-
hukum syara’ yang bersifat amaliah yang digali dan dirumuskan dengan dalil-
dalil yang terperinci (Amir Syarifudin, 2008:40). Ilmu fiqih merupakan ilmu
yang mempelajari tentang hukum dalam Islam. Ilmu tersebut membahas
persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat, bahkan kehidupan manusia dengan
Tuhannya. Maka dari itu, ilmu fiqih merupakan suatu pembelajaran yang vital
bagi setiap manusia, khususnya bagi siswa di madrasah untuk dipelajari lebih
mendalam sehingga dapat meningkatkan kualitas keimanan manusia terhadap
Tuhannya.
Pembelajaran Fiqih kepada siswa di madrasah menuntut kerjasama antara
madrasah, guru serta orang tua. Orang tua harus selalu memantau kegiatan
belajar anaknya baik ketika di lingkungan madrasah maupun ketika di rumah.
Selain itu guru juga harus profesional dalam melaksanakan tugasnya sehingga
akan terjadi proses pembelajaran yang baik.
Dari paparan diatas, penulis mencoba untuk meneliti di MTs Tarqiyatul
Himmah yang terletak di Kauman Lor, Pabelan dengan menetapkan
problematika pembelajaran Fiqih sebagai objek penelitan. Lokasi penelitian
yang merupakan sebuah madrasah swasta dengan jumlah siswa yang sedikit,
maka dalam asumsi penulis pelaksanaan pembelajaran di madrasah tersebut
menemui beberapa problematika, seperti pemahaman, minat belajar, dan
5
prestasi siswa yang kurang, serta sarana dan prasarana yang kurang
mendukung.
Sementara itu dari pengamatan penulis, siswa di madrasah tersebut
nampak kurang bergairah dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajarannya. Hal ini bisa terjadi karena metode yang digunakan guru
monoton, pembelajaran menekankan pada hafalan-hafalan, atau sumber dan
media belajar yang terbatas.
Atas dasar kedudukan ilmu tersebut dalam Islam, maka peneliti berusaha
menggali setiap permasalahan yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa
dalam proses pembelajaran fiqih di kelas. Setelah permasalahan-permasalahan
dapat dipetakan, maka peneliti bersama-sama dengan guru dan siswa berusaha
mengerucutkan akar permasalahan sehingga dapat menemukan solusi terbaik
sebagai jalan pintas guna memecahkannya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini diarahkan untuk menemukan
problematika dalam pembelajaran fiqih dan menemukan solusi pemecahannya.
Oleh karena itu peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul
“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN FIQIH DI MTS TARQIYATUL
HIMMAH TAHUN 2019”.
B. Rumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah?
2. Apa saja problematika dalam pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul
Himmah?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam memecahkan problematika
pembelajaran Fiqih di Mts Tarqiyatul Himmah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
2. Untuk mengetahui apa saja problematika dalam pembelajaran Fiqih di
MTs Tarqiyatul Himmah
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan dalam memecahkan
problematika pembelajaran Fiqih di Mts Tarqiyatul Himmah?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengembangan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
fiqih. Selain itu juga untuk menemukan solusi dari permasalahan-
permasalahan yang ada.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan,
pengetahuan penulis serta mampu menerapkan teori-teori yang
didapat penulis pada saat perkuliahan.
b. Bagi sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
dan pertimbangan bagi sekolah terkait dengan peningkatan kualitas
mutu pendidikan terutama dalam pembelajaran fiqih.
c. Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai bahan acuan
untuk mengembangkan strategi pembelajaran guna mewujudkan
prestasi belajar yang lebih baik.
E. Penegasan Istilah
1. Problematika
Dalam kamus bahasa indonesia problematika berarti hal yang masih
belum dapat dipecahkan ( Eko Endarmoko, 2007:738). Jadi problematika
merupakan suatu masalah yang belum terungkap dan membutuhkan
penyelidikan mendalam untuk menemukan solusinya. Problematika dalam
pembelajaran dapat diartikan sebagai permasalahan yang ada dalam
kegiatan belajar mengajar yang dapat menghambat efektivitas kegiatan
tersebut.
8
Menurut Gde Muninjaya (2003:11) mendefinisikan problematika
sebagai kesenjangan yang terjadi antara idealitas dengan realitas. Suatu
pembelajaran memiliki target, tujuan, konsep dan prosedur yang ingin
dicapai, namun karena ada suatu masalah maka harapan tidak berjalan
lurus dengan realita yang ada.
2. Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum (Moh Suardi, 2018:6). Fatah Syukur (2005:26)
juga mengungkapkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran terdapat dua
proses yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
yaitu proses belajar dan mengajar. Jadi pembelajaran merupakan kegiatan
yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Sedangkan fiqih secara bahasa berasal dari kata فقها -فقه mengikuti
wazan علم ي -علم yang memiliki arti mengerti atau faham (Ahmad
Munawwir, 1997:1067). Menurut Sayyid Syarif Al-Jurjani yang dikutip
oleh Muhammad Yusuf (2014:3) Fiqih diartikan sebagai ilmu tentang
hukum syariat yang bersifat amaliyah yang diambil dari dalil terperinci, ia
merupakan ilmu dari hasil pemikiran dan ijtihad, serta membutuhkan
analisa dan penalaran.
Fiqih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata pelajaran fiqih
yang ada dalam kurikulum madrasah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
9
pembelajaran fiqih adalah kegiatan belajar mengajar yang mempelajari
ilmu fiqih dengan mengacu pada kurikulum madrasah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh
tentang penelitian ini, maka peneliti menjabarkan sistematika penulisan
sebagai berikut;
BAB I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan.
BAB II merupakan kajian pustaka memuat kajian terkait pembelajaran
Fiqih, kajian tentang problematika dan kajian pustaka yang menjabarkan
penelitian-penelitian terdahulu.
BAB III berisi metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber
data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan uji keabsahan data.
BAB IV merupakan paparan dan analisis data, pada bab ini menyajikan
hasil temuan peneliti di lokasi penelitian.
BAB V adalah penutup yang menjabarkan kesimpulan dan rekomendasi
yang diajukan.
BAB II
10
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar dapat terjadi tanpa guru, sedangkan mengajar meliputi
segala hal yang guru lakukan di dalam kelas agar proses belajar mengajar
berjalan dengan lancar, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam
kelas. Belajar merupakan suatu proses bagi perubahan perilaku manusia,
perubahan tersebut meliputi kebiasaan, sikap, keyakinan, kepribadian
bahkan persepsi seseorang (Firmina Angela, 2017:6).
Schunk dalam buku Nofrion (2016:48) mengartikan belajar “...an
enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given
fashion, which results from practice or other forms of experience”.
Artinya belajar adalah sebuah perubahan tingkah laku, atau kemampuan
untuk berperilaku denga cara tertentu, sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman.
Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum (Moh Suardi, 2018:6).
Fatah Syukur (2005:26) juga mengungkapkan bahwa pada hakikatnya
pembelajaran terdapat dua proses yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, yaitu proses belajar dan mengajar. Jadi proses
belajar dapat terjadi kapan saja terlepas dari ada pengajar atau tidak.
11
Sedangkan pembelajaran tidak akan terjadi apabila ada pengajar namun
tidak ada pelajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:231). pembelajaran adalah
interaksi antara pengajar dengan pelajar yang berorientasi pada sasaran
belajar dan berakhir dengan evaluasi. Sedangakan menurut Oemar
Hamalik (2004:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara pengajar dengan pelajar
atau peserta didik sehingga terjadi perubahan perilaku menjadi lebih baik.
Pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas saja, melainkan juga bisa
dilaksanakan dimanapun dan kapanpun, demikian terjadi karena adanya
interaksi antar komponen pada proses pembelajaran.
2. Teori Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan sekitarnya (Muhibbin Syah, 2010:61).
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan berkelanjutan
yang vital dalam proses pembelajaran dan menjadi indikator pencapaian
keberhasilan siswa di sekolah. Belajar merupakan proses untuk
12
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku dan mengokohkan kepribadian. Selanjutnya ada beberapa teori
dari para ahli yang mendasari proses belajar sebagai berikut:
a. Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme menjelaskan tingkah laku manusia secara
seksama dan menyediakan program pendidikan secara efektif.
Berdasarkan beberapa pandangan yang ada, teori behaviorisme besar
pengaruhnya terhadap permasalahan belajar. Hal tersebut dapat dilihat
dari ringkasan teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Pavlov,
Thorndike, Watson dan Skinner antara lain:
1) Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat
diamati setelah seseorang diberi perlakuan
2) Perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui reward atau
punishment
3) Pembelajaran direncanakan dengan menyusun tujuan yang dapat
diukur dan diamati
4) Guru tidak perlu tahu pengetahuan apa yang telah diketahui dan
apa yang terjadi pada proses berpikir seseorang (Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:117).
Mengacu pada teori behaviorisme di atas, Finocchiaro
mengemukakan bahwa guru hendaknya menciptakan suasana yang
membuat aktif peserta didik di dalam proses pembelajaran. Apabila
peserta didik diberi tanggung jawab yang lebih besar, dia akan lebih
13
serius dalam belajar (Tim Pengembang Ilmu Pendidika n FIP-UPI,
2007:117).
b. Teori Kognitivisme
Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, perubahan tersebut tidak selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang bias diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa
setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam
dirinya yang tertata dalam bentuk struktrur kognitif (Dina Gasong,
2018:30).
Dalam teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi
pembelajaran yang baru beradaptasi secara baik dengan struktur
kognitif siswa. Dalam perkembangannya ada beberapa teori yang
mengacu pada teori kognitivisme, diantaranya adalah Piaget yang
mengemukakan bahwa keterlibatan guru secara aktif dalam proses
belajar sangat penting. Menurut teori Piaget, hanya dengan
mengaktifkan pembelajar maka proses asimilasi/akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Proses belajar
terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai
dengan umur siswa. Menurutnya proses belajar melalui tahap
asimilasi (proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur
kognitif siswa), akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif
siswa dengan pengetahuan baru), ekuilibrasi (proses penyeimbangan
14
mental setelah terjadi proses asimilasi/akomodasi) (Dina Gasong,
2018:30).
c. Teori Konstruktivisme
Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
denga aturan-aturan lama, dan merevisi aturan-aturan tersebut. Agar
siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus memcahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, dan berusaha dengan ide-idenya (Ahmad Susanto, 2013:96).
Menurut teori ini, satu hal yang paling vital adalah bahwa guru
tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi
siswa juga harus membangun sendiri pengetahuan di benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan
kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka
sendiri.
Pendekatan teori konstruktivisme menghendaki bahwa
pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman
merupakan kunci utama belajar bermakna. Belajar bermakna tidak
akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca
buku tentang pengalaman orang lain (Ahmad Susanto, 2013:97).
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
15
Prinsip-prinsip pembelajaran adalah prinsip belajar yang dapat
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda oleh setiap siswa
secara individual. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan
b. Belajar berlangsung seumur hidup
c. Faktor genetik, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu
mempengaruhi keberhasilan belajar
d. Belajar mencakup seluruh aspek kehidupan
e. Kegiatan belajar bisa berlangsung dimanapun dan kapanpun
f. Kegiatan belajar bisa terjadi dengan guru maupun tanpa guru, dalam
situasi formal, informal, dan non formal
g. Belajar yang terencana menuntut motivasi yang tinggi
h. Kegiatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana hingga yang
sangat kompleks
i. Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan
j. Dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan
bimbingan dari orang lain (Hariyanto dan Suyono, 2014:128-129).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
a. Kurikulum
Kurikulum adalah sebuah perencanaan dalam pembelajaran,
seperti pendapat Hilda Taba yang dikutip dari Ayi Suherman
(2018:31) yang mendefinisikan kurikulum sebagai ”A plan for
learning”. Kurikulum mengandung seperangkat materi yang harus
16
disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Lingkup kurikulum
sebagai sebuah perencanaan meliputi: 1). tujuan; 2) materi; 3)
kegiatan belajar mengajar; 4) dan evaluasi (Sukmadinata, 1997:6).
Kurikulum merupakan hal penting yang harus dijadikan pedoman
bagi guru agar dapat membelajari peserta didik sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun dengan baik.
Kurikulum termasuk ke dalam sistem yang terintegrasi dengan
berbagai sistem lain dalam sebuah lembaga pendidikan. Dengan
integrasi tersebut maka kurikulum sebagai sistem harus tertata rapi
agar menjadi satu integrasi sistem yang padu. Sifat dari sistem sendiri
adalah saling mempengaruhi, jika kurikulum tidak direncanakan
dengan baik maka bisa menjalar ke sistem-sistem yang lain yang
justru akan berdampak buruk bagi berputarnya roda organisasi suatu
lembaga pendidikan. Jeffrey Glanz (2000:10) mengutarakan “As a
system, curriculum is part of the total operations of schooling”.
kurikulum merupakan bagian penting dari berjalannya operasional
sebuah lembaga pendidikan.
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah perangkat atau progam pendidikan dari suatu
lembaga pendidikan yang berisi rancangan pembelajaran yang
berikutnya akan diaplikasikan kepada kegiatan belajar mengajar
peserta didik. Kurikulum yang baik tentu akan mendorong
berjalannya proses pembelajaran yang bermutu.
17
b. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan
dan dikelola dalam rangka kepentingan proses pembelajaran,
pengelolaan bertujuan agar penggunaan sarana dan prasarana bisa
berlangsung dengan efektif dan efisien (Irjus Indrawan, 2015:9).
Menurut Saihudin (2018:33) Sarana pendidikan adalah semua
fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang
bergerak maupun tidak bergerak agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar, efektif, teratur, dan efisien. Contoh dari sarana
pendidikan adalah gedung, ruang kelas, meja, kursi dan alat media
yang mendukung proses pembelajaran. Sedangkan prasarana adalah
fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pembelajaran seperti halaman, kebun, dan taman (Saihudin, 2018:33).
Namun apabila dalam praktiknya prasarana dimanfaatkan untuk
pembelajaran, seperti tumbuhan di kebun yang digunakan untuk
menunjang pembelajaran biologi, maka prasarana tersebut menjadi
sarana pendidikan.
c. Guru
Menurut Hadari Nawawi yang dikutip dari buku Dahlan dan
Muhtarom (2018:4), guru adalah seorang yang mengajar atau
memberikan materi pelajaran di sekolah. Secara lebih khusus Hadari
Nawawi mengatakan bahwa guru adalah orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan dan ikut bertanggung jawab dalam membantu
18
peserta didik mencapai kedewasaan masing-masing. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa profesi guru tidak sekedar
mencerdaskan peserta didik secara intelektual, yang lebih penting dari
itu adalah mencerdaskan karakter atau kepribadian.
Guru merupakan seorang motivator, ia harus mampu memberikan
support kepada peserta didik agar selalu semangat dalam belajar demi
menggapai cita-cita. Dalam hal ini guru juga harus memahami
karakter masing-masing peserta didiknya, dengan demikian ia bisa
mengarahkan peserta didiknya sesuai dengan passion yang dimiliki.
Furqon Hidayatullah (2009:3) mengatakan, guru yang cerdas bukan
hanya memiliki kemampuan yang bersifat intelektual, melainkan yang
memiliki secara emosi dan spiritual sehingga guru mampu membuka
mata hati peserta didik untuk belajar sehingga selanjutnya peserta
didik dapat berkembang kepribadian dan mampu hidup di tengah-
tengah kehidupan masyarakat.
d. Peserta didik
Peserta didik adalah raw material atau bahan mentah dalam
proses transformasi dan internalisasi (Nora Agustina, 2018;13).
Singkong sebagai bahan mentah akan menjadi singkong goreng,
olahan piyem, singkong keju atau yang lainnya tergantung chef yang
memasaknya. Begitu pula peserta didik, seorang guru mempunyai
kendali untuk mengarahkan peserta didik dalam menggapai masa
depannya. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
19
mengembangkan diri melalui proses pendidikan. Oleh karenanya
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik harus terendus oleh
para pendidik sehingga dapat terarahkan dengan baik.
B. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Melangkah pada pembahasan fiqih, secara bahasa fiqih berasal dari
kata فقها -فقه mengikuti wazan علم ي -علم yang memiliki arti mengerti
atau faham (Ahmad Munawwir, 1997:1067). Seperti yang dijelaskan
dalam firmah Allah SWT. sebagai berikut :
لء ون حديثا ٱلقوم فمال هؤه ل يكادهون يفقهه
Artinya : “Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikitpun” (QS. An-Nisa’ : 78)
Secara terminologi para ahli fiqih mendefinisikan Fiqih sebagai
hukum-hukum yang praktis yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci
(Salam Fathurohman, 1994:29-30).
Senada dengan pengertian di atas, Warkum Sumitro (2014:30)
menuturkan bahwa secara definitif fiqih berarti ilmu yang mengandung
pembahasan tentang hukum-hukum syara’ praksis yang digali dan
ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Penggunaan kata syara’ dalam
definisi tersebut menunjukkan bahwa pembahasan dalam ilmu ini hanya
berkaitan dengan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. Dan juga
penggunaan kata praksis mendefinisikan bahwa fiqih hanya membahas hal
20
yang bersifat praktis, pembahasan seperti iman dan akhlak tidak masuk
didalamnya.
Sementara itu menurut Sayyid Syarif Al-Jurjani dalam kitabnya At-
Ta’rifat yang dikutip oleh Muhammad Yusuf (2014:3) Fiqih diartikan
sebagai ilmu tentang hukum syariat yang bersifat amaliyah yang diambil
dari dalil terperinci, ia merupakan ilmu dari hasil pemikiran dan ijtihad,
serta membutuhkan analisa dan penalaran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Fiqih merupakan
ilmu yang membahas tentang hukum yang bersifat amaliyah atau praktis,
yang kita kerjakan sehari-hari, dan dalam perumusan hukum tersebut
disandarkan pada dalil-dalil sebagai dasar penetapan hukum.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran fiqih adalah proses interaksi
belajar dalam lingkungan sekolah yang terjadi antara guru sebagai pemberi
materi pelajaran Fiqih dan peserta didik yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pengetahuan terkait hukum-hukum syariat mengenai perbuatan
manusia yang bersifat praktis dengan berlandaskan dalil-dalil atau sumber
hukum yang benar.
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih
Dalam kurikulum MTs, fiqih merupakan mata pelajaran yang
bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami,
dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, penggunaan
21
pengalaman, pembiasaan, dan keteladanan (Dirjen Kelembagaan Agama
Islam, 2004:42).
Adapun fungsi dari pembelajaran fiqih adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam aspek hukum,
baik berupa ajaran ibadah sebagai pedoman untuk kehidupan di dunia
maupun akhirat
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran
Islam sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
c. Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap perkembangan
syari’at Islam
d. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah
SWT serta mampu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
(Abdul Wahab, 1980:11).
3. Objek Pembahasan Fiqih
Objek pembahasan Ilmu Fiqih menurut ahli fiqih adalah segala
perbuatan, perkataan dan tindakan para mukallaf dari segi hukum,
termasuk yang mensifati perbuatan mukallaf itu, seperti wajib, sunnah,
makruh, mubah, sah, batal, qada, dan sebagainya (Salam Fathurohman,
1994:44).
Hukum hukum amaliyah yang terbit dari perbuatan, perkataan, dan
tindakan para mukallaf itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Perbuatan, perkataan, dan tindakan mukallaf yang berkaitan dengan
hubungan antara mukallaf itu sendiri dengan Allah SWT
22
b. Perbuatan, perkataan, dan tindakan para mukallaf yang berkaitan
dengan sesamanya, baik secara individual maupun dengan masyarakat
sekitar (Salam Fathurohman, 1994:45).
4. Metode Pembelajaran Fiqih
Metode yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih adalah segala
usaha yang sistematis untuk mencapai tujuan dengan melakukan berbagai
aktivitas baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Zuhraini dkk, 1983:80).
Sebenarnya metode yang digunakan dalam Fiqih sama saja dengan metode
yang digunakan mata pelajaran yang lain. Beberapa metode yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran fiqih adalah:
a. Metode ceramah
Metode ceramah ini digunakan untuk menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada peserta didik di kelas. Biasanya
komunikasi yang terjadi adalah satu arah (Suyatno dan Asep Jihad,
2013:114). Alasan guru memilih metode ceramah biasanya karena
guru menyampaikan materi baru yang belum pernah diberikan
sebelumnya.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode dengan cara penyajian materi
dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru
kepada siswa, selain itu bisa juga sebaliknya (Zuhraini, 1983:88).
Metode tanya jawab ini banyak digunakan dalam proses pendidikan
Islam, baik pada keluarga, masyarakat, maupun sekolah.
23
c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara
memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan baik secara langsung maupun menggunakan media
pembelajaran (Roymond, 2008:57). Dalam pembelajaran fiqih
metode ini penting untuk digunakan, terutama dalam materi ibadah.
Ketika guru hendak memberi materi tentang wudhu maka guru harus
menggunakan metode demonstrasi agar peserta didik paham dan
dapat menirukan.
d. Mind Mapping
Metode ini adalah suatu teknik mencatat dan menonjolkan sisi
kreativitas sehingga efektif dalam memetakan pikiran. Mind mapping
akan menggambarkan pola gagasan yang saling berkaitan dan
bercabang-cabang sehingga dapat dikatakan bahwa metode ini adalah
mencatat kreatif sehingga membantu siswa dalam belajar dengan
mengaitkan konsep-konsep (Nining Mistina, 2018:86). Dalam
pembelajaran Fiqih metode ini dapat digunakan untuk memetakan
hukum-hukum pelaksanaan suatu ibadah.
Itulah beberapa metode yang dapat digunakan dalam penyampaian
materi pembelajaran fiqih. Disamping itu masih banyak metode yang bisa
digunakan dengan menyesuaikan karakteristik kelas, peserta didik, materi,
dan guru.
24
C. Problematika Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Problematika Pembelajaran Fiqih
Istilah problematika mengakar pada kata problem yang berarti
masalah atau persoalan. Sedangkan problematika bermakna sesuatu yang
menimbulkan masalah dan permasalahan tersebut belum terpecahkan
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007:896)
Menurut Gde Muninjaya (2003:11) problematika adalah kesenjangan
yang terjadi antara idealitas dengan realitas atau hasil yang telah dicapai
dalam pelaksanaan suatu program. Suatu pembelajaran memiliki target,
tujuan, konsep dan prosedur yang ingin dicapai, namun karena ada suatu
masalah maka harapan tidak berjalan lurus dengan realita yang ada.
Masalah dalam hal ini bisa disebut seabagai hambatan bagi kelancaran
pelaksaan suatu program.
Sedangkan pembelajaran yaitu upaya membelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan
kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. (Majid, 2012:109).
Selanjutnya Fiqih merupakan mata pelajaran dalam kurikulum MTs yang
menjadi bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami,
menghayati dan mengamalkan hukum Islam (Dirjen Kelembagaan Agama
Islam, 2004:46).
Dalam kegiatan pembelajaran di suatu sekolah tidak terlepas dari
berbagai permasalahan, tidak terkecuali pembelajaran mata pelajaran
25
Fiqih. Problematika pembelajaran fiqih merupakan permasalahan yang
timbul di tengah proses pembelajaran yang membutuhkan solusi untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Seringkali problematika dalam
pembelajaran fiqih tersebut menjadi hambatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dengan maksimal.
2. Macam-macam Problematika Pembelajaran fiqih
a. Problem peserta didik
Dalam perspektif Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Priansa, 2014:265). Sedangkan
pada pasal 12 ayat 14 menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama yang
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik
seagama.
Problematika pembelajaran yang terjadi pada peserta didik perlu
menjadi perhatian dan tindak lanjut sehingga dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. Dapat kita simpulkan
bahwa problem pada peserta didik adalah segala sesuatu yang menjadi
hambatan dan mengakibatkan kelambanan dalam belajar. Berikut ini
beberapa problematika yang terjadi pada peserta didik:
1) Problem pribadi
26
Menurut Rimm dan Withmor dalam Munandar (2009:240)
masalah pribadi yang dialami peserta didik sebagai berikut:
a) Menemukan secara berulang-ulang konsep diri yang negatif
b) Merasa tidak diterima keluarga
c) Tidak bertanggung jawab terhadap perilakunya dan tidak
dapat keluar dari konflik
d) Menantang pengaruh yang diberikan oleh oranglain
e) Merasa jadi korban
f) Tidak menyukai sekolah dan guru serta memiliki sikap
negatif terhadap sekolah
g) Memiliki motivasi dan keterampilan akademik yang lemah
h) Kurang dalam penyelesaian intelektual
i) Berpegang teguh pada status kepemimpinan yang rendah
j) Tidak memiliki hobi, minat dan kreativitas yang dapat
diguankan dalam mengisi waktu luang
k) Tidak mampu berpikir dan merencanakan masa depan
2) Problem sosial
Problem sosial yang terjadi pada peserta didik menurut
Kaufman biasanya memperlihatkan perilaku menghindar
(Rochmat Wahab, 2005:110). Hal tersebut dikarenakan rasa
27
harga diri yang rendah sehingga menyebabkan timbulnya
perilaku menghindar yang non-produktif. Peserta didik biasanya
mengatakan pelajaran di sekolah tidak penting dan tidak ada
gunanya, sehingga mereka cenderung mementingkan kegiatan
lain diluar sekolah.
3) Problem Akademik
Menurut Rimm (2000:218) masalah akademik peserta didik
berhubungan dengan perilaku peserta didik dalam belajar antara
lain rendahnya kemampuan dalam tugas-tugas sekolah dan
kebiasaan belajar yang buruk. Keahlian belajar yang buruk dapat
dilihat dari perolehan nilai setiap mengerjakan tugas yang
diberikan. Peserta didik selalu mendapat nilai yang rendah, dan
mereka tidak percaya diri dalam mengerjakan tugasnya serta
bergantung pada orang lain dalam penyelesaiannya.
b. Problem pendidik
Pendidik atau guru adalah manusia yang setiap hari didengar
perkataannya dan dilihat serta ditiru perilakunya. Oleh karena itu
menjadi seorang guru harus memiliki sikap pengabdian yang tinggi
dalam pendidikan sehingga apa yang nampak dari sosok seorang
pendidik bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya. Selain itu guru
harus bisa membawa peserta didiknya untuk berbuat kebaikan, serta
harus berani mencegahnya dalam berbuat keburukan. Sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104:
28
ن ون إل ولكه مة يدعههم أ نكه ٱلري م ون ب ره مه
وف ويأ وينهون ٱلمعره
نكر عن مه ٱلمه ولئك هههون وأ فلحه ٱلمه
Artinya : ”Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”
Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita pada
Allah, sedangkan mungkar merupakan segala perbuatan yang
menjauhkan kita dari Allah. Hal tersebut menjadi kewajiban bagi
seluruh umat Islam, apalagi bagi seorang guru (Saebani dan
Akhdiyat, 2012:221-223).
Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki tanggung
jawab berat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
pendidik. Menurut Muhammad Anwar (2018:23) guru professional
adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal
berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan
jabatan ataupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan
tersebut dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, akta, sertifikat,
dan sebagainya, baik yang menyangkut kualifikasi maupun
kompetensi.
29
Profesional merupakan sebutan yang mengacu kepada sikap
mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya (Muhammad
Anwar, 2018:23). Seorang guru yang profesional akan tercermin dari
komitmenya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
profesional melalui berbagai strategi.
Seorang pendidik dalam mencapai standar profesional
pekerjaannya harus memenuhi syarat-syarat mutlak keprofesian.
Menurut hasil lokakarya Pembinaan Kurikulum Pendidikan
Keguruan IKIP Bandung, kriteria profesional guru meliputi empat,
yaitu fisik, mental/kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan
(Majid, 2012:88).
Sebuah problem yang terjadi pada pendidik tentu secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Berikut ini adalah
faktor-faktor dalam meningkatkan kualitas pendidik agar terhindar
dari masalah-masalah, yaitu:
1) Orientasi pendidik terhadap profesinya
Kesadaran pendidik terhadap tanggung jawab sebagai pengajar
akan mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran.
2) Keadaan kesehatan pendidik
Seorang pendidik harus mempunyai tubuh yang sehat. Sehat
dalam arti tidak sakit dan sehat dalam arti kuat.
3) Keadaan ekonomi pendidik
30
Seorang pendidik jika kebutuhan ekonominya terpenuhi maka
akan lebih percaya diri dalam bekerja.
4) Pengalaman mengajar pendidik
Semakin lama seorang pendidik menjalani profesinya maka akan
semakin bertambah pengalamannya serta berimbas pada
pekerjaannya yang semakin baik (Syaifullah, 1989:179).
c. Problem kurikulum
Daniel Tanner dan Laurel dalam buku Pengantar Kurikulum
menyebut bahwa kurikulum adalah pengalaman pembelajaran yang
terarah dan terencana secara terstruktur dan tersusun melalui proses
rekontruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang
berada di bawah pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar
memiliki motivasi dan minat belajar (Sarinah, 2015:12).
Sedangkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003,
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional (Sarinah, 2015:13).
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah ataupun
madrasah mempunyai peran yang strategis dalam menentukan
pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan yang sangat
fundamental yaitu:
1) Peranan konservatif
31
Salah satu tugas dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai dan budaya
masyarakat kepada peserta didiknya. Siswa di sebuah sekolah
perlu memahami dan menyadari norma-norma dan pandangan
hidup masyarakatnya, sehingga ketika mereka kembali ke
naungan masyarakat dapat berperilaku sesuai dengan norma-
norma tersebut. Melalui peran konservatifnya kurikulum dapat
menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai
luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat akat tetap
terpelihara dengan baik. Peran ini menekankan bahwa kurikulum
dapat dijadikan sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai
budaya yang masih relevan dengan masa yang dihadapi oleh
peserta didik kini.
2) Peran kreatif
Sebuah sekolah memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntutan zaman,
karena pada realitanya masyarakat bersifat dinamis yang selalu
mengalami perubahan, keadaan yang demikian tentu membuat
masyarakat menuntut pembaharuan pada sekolah. Kurikulum
harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah.
Dalam peran kreatifnya kurikulum harus mengandung hal-hal
baru sehingga dapat membantu peserta didik mengembangkan
32
setiap potensi yang dimiliki secara maksimal. Sehingga dengan
potensi tersebut peserta didik mampu bertahan di tengah
kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa dinamis.
3) Peran kritis dan evaluatif
Peran kurikulum yang kritis dan evaluatif dapat digunakan
untuk menyeleksi segala sesuatu yang berkaitan dengan roda
kurikulum itu sendiri. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus
dipertahankan sebab sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan
dimasanya. Namun juga nilai dan budaya baru tidak sesuai
dengan nilai budaya lama yang masih relevan untuk digunakan.
Di tengah keadaan tersebut, melalui perannya kurikulum dapat
menyeleksi mana yang lebih baik untuk digunakan. Kurikulum
harus mampu menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang
dianggap bermanfaat untuk kehidupan peserta didik. Sehingga
dalam penentuan sebuah kebijakan dapat disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang (Sarinah, 2015:14-17).
Dalam proses pengembangan kurikulum ketiga peran di atas
harus berjalan seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran
konservatifnya akan cenderung membuat pendidikan terasa
ketinggalan zaman. Demikian juga kurikulum yang mengunggulkan
peran kreatifnya justru akan membuat hilang nilai-nilai budaya
masyarakat yang masih relevan untuk digunakan.
d. Problem Sarana dan Prasarana
33
Sarana pembelajaran dan prasarana pembelajaran memiliki arti
yang berbeda. Sarana pembelajaran adalah semua fasilitas yang secara
langsung dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana
pembelajaran bisa berupa sesuatu yang bergerak maupun yang tidak
bergerak. sarana tersebut digunakan agar pencapaian tujuan
pendidikan bisa diraih dengan efektif dan efisien. Sedangkan
prasarana pembelajaran adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pembelajaran (Barnawi dan Arifin,
2012:47-48).
Contoh dari sarana pembelajaran adalah gedung, ruang kelas,
meja, kursi, alat tulis, alat media pembelajaran, ruang laboratorium,
dan sebagainya. Sedangkan contoh dari prasarana pembelajaran
adalah taman sekolah, jalan akses menuju sekolah, tata tertib sekolah,
dan sebagainya. Pemaknaan pada sarana dan prasarana bisa kita
tekankan pada sifatnya, sarana bersifat langsung sedangkan prasaran
bersifat tidak langsung dalam proses pembelajaran.
Dalam mengelola sarana dan prasarana maka diperlukan juga
manajemen sarana dan prasarana yang baik. Manajemen sarana dan
prasarana dapat diartikan sebagai proses pengadaan dan
pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung maupun
tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien (Irjus Indrawan, 2015:10).
34
Problematika pendidikan di Indonesia masih banyak yang belum
diatasi, terutama dalam hal sarana dan prasarana. Masih banyak
sekolah yang sarana dan prasarana belum memenuhi standar
kelayakan, apalagi sekolah-sekolah yang terletak di pedalaman yang
notabene jauh dari peradaban perkotaan, sehingga tak jarang
pemerintah sulit untuk mengevaluasi pendidikan yang ada di daerah-
daerah pedalaman tersebut.
D. Kajian Pustaka
Guna menghindari plagiasi yang merupakan bentuk kejahatan dalam dunia
karya ilmiah, maka penulis akan menampilkan beberapa hasil penelitian sejenis
tetapi memiliki spesifikasi pembahasan yang berbeda sebagai bahan
pertimbangan.
Dalam penelitian Iswatun Hasanah (2017) yang berjudul Problematika
Pembelajaran Fiqih dalam Pencapaian Kompetensi Dasar Siswa Kelas XI di
MA Raudlatul Muslimin NW Kayangan Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif, sehingga
data yang ada dari penelitian tersebut adalah data kualitatif. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi dasar pada
pembelajaran fiqih belum tercapai secara keseluruhan karena adanya beberapa
problematika yang dihadapi. Beberapa problematikanya adalah sumber atau
bahan belajar yang kurang, guru mata pelajaran fiqih yang bervariasi dalam
menggunakan metode pembelajaran, media pembelajaran yang minim, tingkat
35
kecerdasan siswa yang berbeda, dan minat serta motivasi siswa dalam belajar
yang kurang.
Sementara dalam penelitian Hesty Islamiyah (2014) yang berjudul
Problematika Pembelajaran Fiqih Materi Haji Kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Sunan Ampel Arjosari Rejoso Pasuruan. Penelitian ini juga menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa di dalam pembelajaran fiqih materi haji terdapat beberapa problematika
yang muncul baik dari faktor internal maupun eksternal. Problem dari faktor
internal yaitu peserta didik dan pendidik, sedangkan problem dari faktor
eksternal yaitu lingkungan atau masyarakat.
Selanjutnya dalam penelitian Nila Intan Nita (2018) yang berjudul
Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati
Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018. Jenis metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan field research. Hasil
dari penelitian ini juga menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran.
Beberapa problem yang ditemukan adalah banyak siswa yang belum bisa baca
tulis Al-Qur’an, dengan demikian banyak siswa yang tidak memahami materi
yang notabene membutuhkan kemampuan dalam baca dan tulis Al-Qur’an.
Selain masalah tersebut adalah jam pembelajaran yang dirasa kurang, dan sulit
dalam mengondisikan siswa. Solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini
adalah dengan mengadakan kegiatan ekstrakulikuler BTQ.
Dari pemaparan beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran di sekolah masih menemui beberapa problem.
36
Problematika dalam pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu problem dari
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa diantara problem internal adalah
sumber belajar yang kurang memadai, media pembelajaran yang minim,
metode guru yang berbeda dalam menyampaikan materi, dan lain-lain.
Sementara problem dari faktor eksternal adalah lingkungan dan masyarakat
yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
perkembangan siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini memiliki kesamaan variabel
dengan beberapa penelitian yang dipaparkan di atas. Kesamaan tersebut adalah
sama-sama membahas terkait problematika dalam pembelajaran yang ada di
suatu lembaga pendidikan. Perbedaan beberapa penelitian di atas terletak pada
fokus penelitian yang dilakukan di MA, MI, dan SMK, sedangan penelitian ini
dilaksanakan di MTs. Selain itu perbedaannya adalah subjek penelitian, lokasi
penelitian, dan waktu penelitian.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk
mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,
dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu, sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
(Sugiono, 2009 : 16).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode atau jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh dari prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan
bertujuan mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui
pengumpulan data dari latar alami. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif (Eko Sugiarto,
2015:8).
Selain itu menurut Albi (2018:7) penelitian kualitatif adalah pengumpulan
data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dimana peneliti menjadi instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data secara purposive dan snawbaal, teknik pengumpulan data dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.
Sementara itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah field
research atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan dapat juga dianggap
38
sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk
mengumpulkan data kualitatif. Maksud dari field research adalah peneliti
datang ke lapangan dalam suatu keadaan alamiah. Peneliti lapangan biasanya
membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuat kodenya dan
dianalisis dengan berbagai cara (Lexy, 2005:26).
Dari beberapa teori yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penyusunan penelitian ini.
Selain itu pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan field
research. Metode serta pendekatan ini sesuai dengan arah penelitian ini, yaitu
hendak mengungkap problematika pembelajaran fiqih di MTs Tarqiyatul
Himmah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Tarqiyatul Himmah yang beralamat di
Dusun Kauman Lor, RT 04 RW 01, Desa Kauman Lor, Kecamatan Pebelan,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sementara itu waktu penelitian ini akan
dilakukan pada bulan Juni tahun 2019.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli yang
memiliki informasi atau data tersebut (Idrus, 2009 : 86). Dalam penelitian
39
ini sumber data primer adalah kepala madrasah, guru mata pelajaran Fiqih,
dan siswa di MTs Tarqiyatul Himmah.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang
memiliki informasi atau data tersebut (Idrus, 2009 : 86). Adapaun data
sekunder adalah pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses tanya jawab antara peneliti dengan
subjek atau informan penelitian secara lisan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan oleh peneliti (Muharto dan Arisandy, 2016:85). Wawancara
dilakukan kepada kepala madrasah untuk mendapat informasi terkait
kebijakan terkait pembelajaran. Wawancara juga dilakukan kepada guru
mata pelajaran Fiqih untuk mendapatkan informasi tentang proses
pembelajaran serta problematika dan cara pemecahan atas problematika
tersebut. Teknik wawancara ini juga dilaksanakan kepada siswa untuk
mendapatkan informasi mengenai proses kegiatan pembelajaran Fiqih.
Secara lebih rinci data yang ingin penulis peroleh dengan teknik
wawancara ini adalah:
a. Latar belakang dan sejarah berdirinya MTs Tarqiyatul Himmah
b. Kegiatan pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
40
c. Problematika yang terjadi pada kegiatan pembelajaran Fiqih
d. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika
pembelajaran Fiqih
e. Upaya yang dilakukan siswa dalam mengatasi problematika
pembelajaran Fiqih
2. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis dan rasional mengenai
kegiatan yang diselidiki (Fahmi Gunawan, 2018:90). Observasi yang
dilaksanakan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengamati
bagaimana kegiatan pembelajaran fiqih mulai dari proses pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, serta kondisi fisik ruang kelas
yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, catatan
harian, dan sebagainya (Arikunto, 2002:135). Teknik ini digunakan
penulis untuk mendapatkan data yang bersifat konkrit tertulis yang ada di
dalam dokumen sekolah seperti keadaan sekolah, guru, karyawan dan
siswa.
41
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono (2005:183)
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus pada setiap tahapan penelitian. Analisis tersebut terdiri dari reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang
peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang
banyak
2. Penyajian data merupakan penyajian data yang telah direduksi. Data yang
telah didapatkan oleh peneliti direduksi kemudian disusun secara
sistematis sehingga dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan yang
diteliti
3. Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi dan
penyajian data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan triangulasi
agar data yang didapatkan valid. Triangulasi diartikan sebagai uji data dari
berbagai sumber, dengan berbagai cara dan waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi
42
waktu. (Sugiono, 2005:122). Adapaun jenis teknik triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh
melalui berbagai sumber dengan teknik wawancara.
2. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
43
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Peneltian
1. Sejarah Singkat
MTs Tarqiyatul Himmah adalah sekolah menengah pertama berbasis
islam yang berdiri pada tahun 1978 dan terletak di desa Kauman Lor,
kecamatan Pabelan, kabupaten Semarang. Sebelumnya sekolah ini
bernama Pendidikan Guru Agama VI tahun Nahdlatul Ulama. Sekarang
sekolah ini bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU.
Adapun latar belakang berdirinya sekolah ini antara lain untuk
mewujudkan progam organisasi di bidang kependidikan, dan ikut serta
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai lembaga pendidikan
yang berbasis islam, sekolah ini mempunyai tujuan yaitu meningkatkan
pengajaran keislaman berdasarkan paradigma Ahlussunnah Wal Jama’ah.
2. Profil Madrasah
a. Nama Madrasah : MTs Tarqiyatul Himmah
b. Nomor Statistik Madrasah : 121233220011
c. Status : Swasta
d. Tahun didirikan : 1988
e. Nomor SK Pendirian : Wk/5.c/36/Pgm/1988
f. Luas Tanah : 1677 m2
g. Status Tanah : Milik sendiri
h. Nama Kepala Madrasah : Drs. Muh Abdul Kholiq, M.Ag.
44
i. Alamat Sekolah : Kauman Lor RT.04 RW.01
j. Desa/Kelurahan : Kauman Lor
k. Kecamatan : Pabelan
l. Kabupaten/Kota : Semarang
m. Provinsi : Jawa Tengah
n. Nomor Telepon : 0298 3420737
o. Kode Pos : 50771
3. Visi dan Misi
MTs Tarqiyatul Himmah memiliki visi yaitu terbentuknya peserta
didik yang memiliki kepribadian yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan
serta unggul dalam prestasi.
Sementara itu misi dari MTs Tarqiyatul Himmah adalah :
a. Menyelenggarakan pendidikan dengan pembelajaran yang efektif,
inovatif, kreatif dan berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik
b. Menyelenggarakan pendidikan bernuansa islami dengan menciptakan
lingkungan yang agamis di madrasah
c. Menumbuh kembangkan budaya berakhlak islami pada seluruh warga
madrasah
d. Menyelenggarakan pembinaan pelatihan life skill untuk menggali dan
menumbuh kembangkan minat, bakat peserta didik yang berpotensi
tinggi agar dapat berkembang secara optimal.
45
4. Letak Geografis
MTs Tarqiyatul Himmah terletak di desa Kauman Lor, kecamatan
Pabelan, kabupaten Semarang dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Pemukiman warga
b. Sebelah Selatan : Pemukiman warga
c. Sebelah Timur : SMK Gajah Mada
d. Sebelah Barat : MI Kauman Lor
5. Data Guru dan Karyawan
Tabel 4.1 Data Guru
No Nama Jabatan
1 Drs. Muh Abdul Kholiq, M.Ag Kepala Madrasah
2 M. Musyafa', S.Ag Waka Humas
3 Habib Sholih, S.Ag Waka Kurikulum
4 M. Tunggul Wahyono, SH Waka Kesiswaan
5 Untung Kisworo, ST Sarpras
6 Neneng Antik Masruroh, S.S Guru
7 Ninik Arifah, S.Pd.I Guru
8 Nur Imayati, S.Pd Guru
9 Wawan Kurniawan, S.Pd Guru
10 Purnamasari, S.Pd Guru
11 M. Mahbub, S.Pd Guru
12 Nuzul Aliya, S.Pd Guru
13 Muslimin Kepala TU
14 Rofi' Karyawan
15 Wiji Lestari, A. Md.E Sy Karyawan
46
6. Data Peserta Didik
Tabel 4.2 Data Siswa
7. Daftar Ekstrakurikuler
a. Baca dan Tulis al-Qur’an (BTQ)
b. Tilawah
c. Pidato
d. Master of Ceremony (MC)
e. Rebana
f. Pramuka
8. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VII 15 17 32
2 VIII A 8 7 15
3 VIII B 9 7 16
4 IX A 7 12 19
5 IX B 12 8 20
6 IX C 13 7 20
Jumlah 64 58 122
No Jenis
Jumlah Menurut Kondisi
Baik Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1 Kursi Siswa 122
2 Meja Siswa 122
47
3 Kursi Guru di Kelas 6
4 Meja Guru di Kelas 6
5 Alat Peraga PAI
6 Alat Peraga IPA
7 Papan Tulis 6
9 LCD Proyektor 6
10 Bola 6 6
11 Lapangan Olahraga 1
12 Ruang Kelas 5 1
13 Ruang K.Madrasah 1
14 Ruang Guru 1
15 Ruang Tata Usaha 1
16 Lab Komputer 8
17 Lab IPA
18 Lab PAI
19 Perpustakaan 1
20 Ruang Kesenian
21 Aula
22 Masjid
23 Toilet Guru 2 1
24 Toilet Siswa 3 3
27 Ruang BK 1
28 Kantin 1
29 Halaman 1
30 Meja Guru & Pegawai 15
31 Lemari Arsip 2
32 Printer 1 1
48
B. Penyajian Data
1. Pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
a. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di MTs
Tarqiyatul Himmah, tujuan dari pembelajaran Fiqih adalah menyiapkan
ajaran islam terkait hukum ibadah sebagai pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari kepada peserta didik. Selain itu tujuan dari
pembelajaran Fiqih adalah menanamkan nilai keteladanan terhadap
syariat Islam. Sebagaimana yang diungkapkan oleh guru Fiqih sebagai
berikut :
“Tujuannya agar peserta didik tahu hukum-hukum ibadah yang
dilakukan sehari-hari, contoh sebelum melaksanakan sholat, apa yang
harus dilakukan, yaitu dengan cara berwudhu. Kemudian bagaimana
cara pelaksanaan sholat, jadi agar peserta didik tahu dasar hukum yang
harus dilaksanakan dalam sehari-hari dan perkara apa yang harus
ditinggalkan sebagai tuntutan dari pada syariat agama.” (MM. 16-07-
2019/10.15/ruang kelas)
Selama ini tujuan dari pembelajaran fiqih telah memenuhi target
yang diharapkan. Ujian praktik menjadi tolak ukur dari keberhasilan
pemenuhan target yang telah ditetapkan tersebut. Berikut pernyataan
dari guru Fiqih :
“Alhamdulillah dalam tujuan itu sudah bisa tercapai. Ketika dalam
pelaksanaan ujian, entah tengah semester atau akhir semester itu kita
mengadakan namanya ujian praktik. Jadi mampukah peserta didik
mengamalkan materi yang didapat. Itu alhamdulillah tujuannya telah
49
tercapai. Ya kalau diprosentasekan kurang lebih 75% banding 25%.”
(MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
b. Materi
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan materi Fiqih di
MTs Tarqiyatul Himmah diambil dari silabus dan RPP yang mengacu
pada kurikulum 2013. Perencanaan pembelajaran Fiqih terdiri dari
perencanaan satuan waktu dan perencanaan bahan ajar. Pelaksanaan
pembelajaran Fiqih merupakan kegiatan yang ada di dalam kelas.
Sesuai dengan yang katakan oleh guru Fiqih sebagai berikut :
“Materi pelajaran fiqih baik dari silabus maupun rpp kita mengacu
pada kurikulum 2013.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Kepala Tata Usaha mengatakan bahwa kurikulum 2013 sudah
diimplementasikan di MTs Tarqiyatul Himmah sejak tahun 2017.
“kalau kurikulum 2013 baru dipakai ya sekitar 2 tahun lalu.” (M. 16-
07-2019/11.00/ruang kantor)
c. Metode
Dari hasil penelitian yang dilakukan, guru Fiqih menggunakan
metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Menurutnya metode-
metode tersebut sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran
Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah. Berikut pernyataan guru Fiqih :
“Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, itu pasti. Tidak
hanya ceramah tapi kita juga alat monitor lcd. Kemudian tidak hanya
guru yang ceramah, tapi kita juga membagi siswa ke beberapa
kelompok kemudian salah satu menyampaikan presentasi hasil dari
yang dipahaminya. Selain itu juga kita menggunakan metode
50
demonstrasi untuk memperagakan di depan peserta didik.” (MM. 16-
07-2019/10.15/ruang kelas)
Metode ceramah merupakan cara yang lazim digunakan oleh
banyak guru dalam penyampaian materi pelajaran, sementara itu
metode diskusi juga memiliki keunggulan sendiri karena siswa akan
terangsang untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan metode
demonstrasi sangat baik digunakan agar peserta didik dapat mengetahui
secara lebih rinci terkait materi yang disampaikan oleh guru.
d. Waktu
Waktu pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah adalah 2 x
45 menit satu pertemuan dalam satu minggu. Seperti yang diucapkan
oleh guru Fiqih sebagai berikut :
“Satu kelas itu 2 jam pelajaran 1 pertemuan. Jadi 2x45 menit.” (MM.
16-07-2019/10.15/ruang kelas)
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan cara untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar kepada peserta didik. Evaluasi pembelajaran Fiqih di MTs
Tarqiyatul Himmah dilakukan dengan memberikan pertanyaan, ujian
tertulis, lisan dan praktik, serta dengan hafalan ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadist.
2. Problematika Pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
MTs Tarqiyatul Himmah merupakan lembaga pendidikan islam yang
setingkat dengan sekolah menengah pertama yang dalam
51
perkembangannya tentunya masih memiliki kekurangan dan problematika
dalam kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan beberapa
problematika dalam pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah.
Problematika tersebut adalah :
a. Problem Siswa
1) Siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada fakta yang
menjadi kendala besar dalam proses pembelajaran Fiqih, faktor
tersebut datang dari beberapa siswa yang belum bisa membaca al-
Qur’an ataupun huruf arab. Hal tersebut disampaikan oleh guru
Fiqih sebagai berikut :
“Alhamdulillah dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih itu
berjalan dengan baik, tetapi ada beberapa kendala yaitu siswa-
siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an. Jadi ketika kita dalam
menyampaikan materi seperti hadis sebagai landasan hukum fiqih
kurang bisa diterima oleh beberapa siswa.” (MM. 16-07-
2019/10.15/ruang kelas)
2) Siswa yang memiliki mental kurang berani
Rasa percaya diri pada diri peserta didik seharusnya menjadi
modal utama dalam mencerna materi pelajaran sehingga akan lebih
mudah memahaminya. Namun penulis dalam penelitiannya
mengungkap bahwa ternyata masih banyak siswa khususnya dalam
pelajaran Fiqih yang kurang percaya diri untuk ikut secara aktif dan
52
partisipatif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sesuai
dengan ungkapan guru Fiqih sebagai berikut :
“Ada beberapa ketika anak disuruh menyampaikan materi itu
mentalnya tidak pede, jadi dia sama temannya malu, padahal
semua itu kan sama, kalau kita berfikir iku kan yo kancane awake
dewe. Jadi itu mental yang masih kurang, tidak pede menjadi
kendala. Jadi ya yang menyampaikan materi itu-itu saja, tidak
mau bergantian.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
3) Siswa dengan kemampuan yang kurang
Dalam proses pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
masih ada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, sehingga
dalam penyampaian materi oleh guru merasa kesulitan untuk
memahami. Hal tersebut menjadi kendala bagi guru dalam proses
pembelajaran, seperti yang dijelaskan guru Fiqih sebagai berikut :
“Kemampuan siswa itu berbeda-beda mas, jadi ada siswa yang
sekali dijelaskan bisa langsung paham, ada yang harus diulangi
dua kali baru paham, ada juga yang berkali-kali belum bisa
memahami materi, nah itu tentu menjadi problem guru.” (MM.
16-07-2019/10.15/ruang kelas)
4) Siswa yang tidak memperhatikan guru
Dari hasil wawancara penulis dengan guru Fiqih, terungkap
bahwa masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri ketika kegiatan
belajar mengajar berlangsung, seperti berbicara dengan teman yang
lainnya sehingga mengganggu teman yang lain, dan juga siswa yang
53
kurang memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan materi
di depan kelas.
“Ketika anak ngobrol sendiri, ya saya sebenarnya jengkel, tapi
tidak sampai saya itu mengeluarkan anak dari kelas. Biasanya
anak yang ngobrol sendiri itu saya pisah, bergeser ke depan atau
kesampingnya.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Hal tersebut juga disampaikan oleh seorang siswi yang menjadi
peserta didik dalam pembelajaran Fiqih sebagai berikut :
“Beberapa siswa mainan sendiri dan berbicara dengan teman lain
jadi ya mengganggu teman lain yang sedang memperhatikan
pelajaran.” (MS. 16-07-2019/09.30/ruang kelas)
b. Problem Guru
Peneliti menemukan beberapa permasalahan yang dikeluhkan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran Fiqih, antara lain adalah waktu yang
terbatas sehingga kurang maksimal dalam menyampaikan materi.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh guru Fiqih sebagai berikut:
“Kendalanya ada, karena kurangnya waktu dalam kita
menyampaikan, karena fiqih itu tidak sebatas penyampaian materi tok
akan tetapi juga bisa untuk mempratikkan. Yang jelas itu kendalanya
waktu. Jadi kalau dalam satu minggu hanya satu pertemuan,
menunggu itu kan lama dalam satu kelas. Ibaratnya anak kita
sampaikan hari ini, besoknya kita tanya sudah lupa. Tapi kalau ada
praktiknya mereka akan lebih tahu.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang
kelas)
Sementara itu salah seorang siswa menyampaikan keluhannya
kepada penulis terkait dengan cara penyampaian materi oleh guru
Fiqih di depan kelas sebagai berikut :
54
“Pak guru kalau menyampaikan materi di depan kelas itu suaranya
kurang keras, jadi bagi siswa yang berada di belakang kadang harus
lebih merhatiin lagi.” (MS. 16-07-2019/09.30/ruang kelas)
c. Problem Lingkungan
Berdasarkan hasil observasi penulis di MTs Tarqiyatul Himmah,
kondisi sekolah cukup nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini
karena sekolah tersebut terletak di daerah pemukiman warga dan juga
jauh dari jalan yang banyak dilalui oleh pengendara kendaraan
bermotor.
Sementara itu permasalahan terjadi ketika siswa hanya
mempelajari materi Fiqih ketika berada di lingkungan sekolah saja.
Ketika di rumah para siswa cenderung jarang membaca kembali apa
yang telah didapatkan dari materi pelajaran yang telah diberikan oleh
guru Fiqih. Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang siswa sebagai
berikut :
“Saya kalau di rumah jarang membaca pelajaran Fiqih. paling kalau
pulang sekolah saya sibuk main game PUBG dan Free Fire.” (YP. 16-
07-2019/09.45/ruang kelas)
Siswa lain juga mengungkapkan hal yang serupa sebagai berikut :
“Kalau pulang sekolah ya saya paling mainan hp saja, jarang baca
buku pelajaran Fiqih.” (MS. 16-07-2019/09.30/ruang kelas)
d. Problem Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didiknya. Guru Fiqih mengutarakan
55
bahwa pembelajaran Fiqih sudah menggunakan kurikulum 2013,
namun demikian ada beberapa kendala yang menghalangi dalam
implementasi kurikulum 2013 khususnya dalam mata pelajaran Fiqih.
Berikut adalah wawancara penulis kepada guru Fiqih :
“Ya banyak sekali kendala dengan kurikulum 2013 ini. Seperti dalam
k13 ini kan dituntut untuk menggunakan pendekatan saintifik, dan
juga penggunaan metode-metode pembelajaran yang variatif. Nah
pembelajaran disekolah ini khususnya mapel fiqih ini dirasa masih
kurang siap mengaplikasikan k13. Dilihat dari sdm guru maupun
siswa juga kayaknya kurang siap, selain itu sarprasnya juga kurang
begitu mendukung.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Selain itu kepala TU juga mengutarakan terkait keluhan dari para
guru terhadap kurikulum 2013 tersebut sebagai berikut :
“Yang paling banyak dikeluhkan oleh guru dengan k13 ini kan terkait
rapotnya. Jadi pengisian rapot di kurikulum 2013 ini ribet karena
harus detail dan rinci.” (M. 16-07-2019/11.00/ruang kantor)
e. Problem Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan penunjang dalam kegiatan belajar
mengajar, terutama dalam pembelajaran Fiqih. Namun penulis
menemukan bahwa ada beberapa permasalahan dalam sarana dan
prasarana sebagai penunjang pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul
Himmah. Guru Fiqih menjelaskan sebagai berikut :
“Sarpras kurang begitu mendukung. Berbicara mapel fiqih itu kan
melaksanakan dalam sehari-hari. Tentunya kalau sebuah lembaga
pendidikan itu harus ada musholla atau masjid. Musholla ada tapi
terbatas, lebar dan luasnya itu terbatas. Itu mungkin hanya untuk 4
56
sampai 5 orang. Itu kan ya terkait dengan sarpras. Kalau kita
melaksanakan ibadah sunnah sholat dhuha , disini kan ada pada hari
selasa dan kamis, disitu kita harus berbondong-bondong ke masjid
warga. Buku di perpus juga kurang, kemudian LCD pun
pencahayaannya kurang besar, jadi terbatas beberapa meter saja”
(MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Kepala TU di sekolah tersebut juga menjelaskan demikian :
“Kalau sarpras di sekolah ini ya apa adanya mas. Dengan keadaan
yang apa adanya kan ya tinggal pinter-pinter gurunya saja.” (M. 16-
07-2019/11.00/ruang kantor)
Beliau juga mengatakan bahwa dalam hal pengadaan sarana dan
prasarana memiliki keterbatasan pada dana. Sekolah telah beberapa kali
mengajukan bantuan kepada pihak terkait namun tidak kunjung
terealisasi.
“Sarprasnya kurang, mau beli nggak ada dana, bantuan juga tidak ada.
Untuk Sarpras sudah lama tidak ada bantuan yang turun.” (M. 16-07-
2019/11.00/ruang kantor)
3. Langkah-Langkah yang Dilakukan dalam Mengatasi Problematika
Pembelajaran Fiqih
a. Langkah-langkah mengatasi problem peserta didik
1) Siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an
Upaya yang dilakukan guru guna mengatasi siswa yang belum
bisa membaca al-Qur’an adalah dengan melakukan pembiasaan
membaca al-Qur’an dan doa-doa setiap pagi sebelum kegiatan
belajar mengajar dimulai. Selain itu guru juga berupaya
mengadakan ekstrakurikuler BTQ, kemudian guru menjaring
pesera didik yang belum bisa membaca al-Qur’an guna mengikuti
57
ekstrakurikuler tersebut. Seperti yang dijelaskan guru Fiqih sebagai
berikut :
“Upaya kami dalam mengatasi siswa yang belum bisa baca huruf
arab ataupun al-Qur’an ya dengan membiasakan baca surat-surat
pendek sebelum KBM berlangsung, selain itu juga kita ada
kegiatan ekstrakurikuler BTQ bagi siswa-siswa yang belum bisa
baca al-Qur’an.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
2) Siswa yang memiliki mental kurang berani
Langkah yang dilakukan oleh guru sebagai solusi mengatasi
siswa yang kurang percaya diri adalah dengan memberi stimulus
atau motivasi agar menjadi pribadi yang pemberani dan percaya
diri. Guru juga membiasakan peserta didik untuk maju kehadapan
teman-teman dikelasnya untuk menyampaikan materi yang telah
dia pahami.
“Siswa yang pemalu itu kita motivasi biar jadi pede, dan juga kita
biasakan untuk berani maju kedepan menyampaikan materi-
materi yang ia pahami.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
3) Siswa dengan kemampuan yang kurang
Upaya dalam mengatasi problem kemampuan siswa yang
kurang, guru mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran
yang dapat mudah diterima oleh semua siswa dalam pemahaman
materi. Selain itu juga memberikan perhatian secara khusus
terhadap siswa yang memiliki kesulitan dalam memahami materi.
Guru Fiqih menjelaskan sebagai berikut :
58
“Untuk itu ya tadi mas, kita berupaya menggunakan metode yang
mudah diterima semua siswa, kalau kok ada yang sangat sulit
memahami materi biasanya saya memanggil dia diluar jam
pelajaran, entah setelah pulang sekolah atau jam istirahat, jadi dia
seperti privat seperti itu, dengan begitu harapan saya dia bisa
memahami materi yang saya sampaikan.” (MM. 16-07-
2019/10.15/ruang kelas)
4) Siswa yang tidak memperhatikan guru
Dalam mengatasi siswa yang tidak memperhatikan guru di
depan kelas, beliau berupaya untuk menasehati siswa tersebut agar
lebih sungguh-sungguh dalam mengikuti atau mempelajari Fiqih.
Selain itu guru juga mencoba memisahkan atau memindah tempat
duduknya ke bagian tempat duduk yang lain. Berikut penjelasan
guru Fiqih :
“Biasanya anak yang ngobrol sendiri itu saya pisah, bergeser ke
depan atau kesampingnya.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
b. Langkah-langkah dalam mengatasi problem guru
Karena waktu pembalajaran Fiqih yang dirasa masih kurang, guru
berupaya untuk menggunakan metode lain agar materi dapat
memahami materi yang disampaikan. Guru juga mencoba untuk
memberikan tugas kepada siswa agar dikerjakan di rumah, pemberian
tugas ini bertujuan agar siswa belajar di rumah. Guru Fiqih menjelaskan
sebagai berikut :
59
“Kalau kita mengandalkan waktu disekolah ya jelas tidak cukup. Jadi
kita beri siswa tugas di rumah dengan maksud biar mereka belajar di
rumah.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Sementara itu terkait dengan keluhan siswa kepada guru yang
dalam penyampaian materi kurang jelas, dia berharap bahwa guru dapat
memperkeras suaranya sehingga materi dapat dengan jelas dan
dipahami oleh para siswa.
c. Langkah-langkah dalam mengatasi problem lingkungan
Permasalahan pada problem lingkungan adalah ketika siswa berada
di rumah tidak belajar. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak ada kontrol
maupun bimbingan oleh orang tua terhadap anaknya. Upaya guru dalam
mengatasi masalah ini adalah dengan memberi tugas kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah dengan harapan siswa bisa mempelajari
materi-materi pelajaran ketika di rumah. Guru Fiqih menjelaskan
sebagai berikut :
“Ya itu biar siswa belajar di rumah ya kita beri tugas atau PR itu. Jadi
kan sembari mengerjakan tugas dia juga setidaknya bisa belajar.”
(MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Sementara itu penulis juga mengungkap bahwa ternyata siswa juga
belajar diluar jam sekolah. Dia mengikuti kegiatan TPA setiap sore
mempelajari kitab-kitab yang memuat materi Fiqih. Dari hasil
wawancara, siswa menjelaskan sebagai berikut :
“Kalau di rumah ngaji kitab ta’lim, safinah sudah katam.” (YP. 16-07-
2019/09.45/ruang kelas)
60
Sementara itu siswa yang lain juga mengungkapkan hal yang sama
sebagai berikut :
“Di rumah ngaji TPA, ngaji kitab Safinatunnajah.” (MS. 16-07-
2019/09.30/ruang kelas)
Pihak sekolah juga mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa
guna mengadakan kerjasama agar orang tua bisa mengontrol dan
membimbing siswa ketika berada di rumah. Seperti yang diutarakan
oleh guru Fiqih sebagai berikut :
“Selain itu juga kita mengadakan pertemuan wali siswa mas. Jadi kita
bisa kerjasama dengan orang tua untuk membimbing anaknya agar
belajar ketika di rumah.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
d. Langkah-langkah dalam mengatasi problem kurikulum
Dalam mengatasi problem metode pembelajaran yang ada pada
kurikulum 2013, guru menggunakan metode-metode konvensional
yang kiranya dapat mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Seperti
yang dijelaskan oleh guru Fiqih sebagai berikut :
“Jadi untuk mengatasi problem kurikulum 2013 tinggal bagaimana
gurunya, kalau saya ya menggunakan metode yang mudah diterima
siswa aja. Karena misal kalau kita mau mengajak siswa menggunakan
metode yang kayak k13, diskusi, memahami materi sendiri,
mempresentasikan, sedangkan muridnya tidak bisa, ya terpaksa kita
gunakan metode-metode konvensional saja mas.” (MM. 16-07-
2019/10.15/ruang kelas)
Selain itu terkait kendala guru dalam pengisian rapot, tidak ada
solusi selain menyelesaikan. Oleh karena itu pihak sekolah telah
61
memasang beberapa slogan guna memotivasi pekerjaan seorang guru.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh kepala TU sebagai berikut :
“Ya tidak ada solusi mas selain mengerjakan. Maka dari itu kan kita
pasang slogan-slogan baik diruang kantor seperti ini maupun di depan
kelas-kelas. Contohnya itu, Jangan tunda pekerjaan jika bisa
diselesaikan sekarang. Itu kan ya buat menyemangati.” (M. 16-07-
2019/11.00/ruang kantor)
Pihak sekolah juga telah mengirimkan guru-guru di MTs
Tarqiyatul Himmah untuk mengikuti kegiatan MGMP atau seminar-
seminar terkait dengan kurikulum 2013. Harapannya pihak sekolah
dapat meningkatkan skill guru sehingga siap dalam mengaplikasikan
kurikulum 2013. Guru Fiqih menjelaskan sebagai berikut :
“Pihak sekolah itu mengirimkan guru-gurunya ke MGMP atau
seminar lainnya gitu mas, jadi biar guru-guru siap menghadapi
kurikulum 2013 ini.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
e. Langkah-langkah dalam mengatasi problem sarana dan prasarana
Permasalahan pada pengadaan sarana dan prasarana tentunya akan
menghambat keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Terkait
dengan ruang musholla yang sempit, pihak sekolah mengarahkan
peserta didik untuk melaksanakan sholat wajib, sholat sunnah, maupun
kegiatan praktik ibadah lainnya ke masjid milik warga yang letaknya
tidak jauh dari lingkungan sekolah. Sementara itu problem pada buku
diperpustakaan yang minim, guru berupaya untuk memberikan buku
62
LKS sebagai penunjang pembelajaran mata pelajaran Fiqih.
sebagaimana yang dijelaskan oleh guru Fiqih sebagai berikut :
“Jadi ya kita upayakan untuk bisa menggunakan masjid warga sebagai
sarana ibadah wajib, sunnah, dan praktik ibadah lainnya. Untuk
permasalahan buku kita menggunakan buku LKS sebagai penunjang
pembelajaran fiqih mas.” (MM. 16-07-2019/10.15/ruang kelas)
Pihak sekolah juga telah mengupayakan untuk mengajukan
bantuan ke pihak terkait agar bisa membantu memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan belajar dan mengajar
khususnya dalam mata pelajaran Fiqih. seperti yang diutarakan oleh
kepala TU sebagai berikut :
“Ya kadang mengajukan bantuan, ya kita gunakan sarpras seadanya
mas, ya itu tadi pinter-pinter gurune. Kita juga berupaya mengajukan
bantuan, tapi ya sudah lama bantuan itu tidak kunjung diberikan. (M.
16-07-2019/11.00/ruang kantor)
C. Analisis Data
Berdasarkan pada penyajian data yang telah dipaparkan di atas maka penulis
akan melakukan analisis data tentang problematika pembelajaran Fiqih sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
Hasil dari observasi penulis dalam kegiatan belajar mengajar di MTs
Tarqiyatul Himmah diawali dengan doa bersama, yaitu membaca asmaul
husna dan hafalan surat-surat pendek yang ada di juz amma. Selanjutnya
63
guru menyampaikan salam kepada peserta didik, kemudian guru
memberikan beberapa motivasi guna membangkitkan semangat peserta
didik dalam belajar. Secara lebih rinci pelaksanaan pembelajaran Fiqih di
MTs Tarqiyatul Himmah akan diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Tujuan dari pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah adalah
untuk menyiapkan ajaran islam tentang hukum Islam kepada peserta
didik sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan
penulis tujuan tersebut telah sesuai dengan tujuan dari kurikulum, yaitu
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan
mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti menemukan bahwa tujuan dari pembelajaran Fiqih telah
berhasil dicapai oleh madrasah. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil dari
nilai peserta didik yang tuntas melebihi kriteria ketuntasan minimum.
Selain itu dalam hal praktik, narasumber atau guru telah menyebutkan
bahwa ujian praktik sebagai tolok ukur menunjukkan banyak peserta
didik yang telah dinyatakan lulus.
Dalam pandangan penulis hal tersebut berkat usaha keras baik dari
guru maupun pihak lainnya yang mendukung sehingga dapat dikatakan
apa yang menjadi tujuan telah berhasil dicapai.
b. Materi
64
Materi pembelajaran Fiqih yang berlaku di MTs Tarqiyatul
Himmah mengacu pada silabus kurikulum 2013. Madrasah ini telah
menggunakan kurikulum 2013 sebagai acuan dalam kegiatan belajar
mengajar sejak tahun 2017. Kurikulum yang diterapkan tersebut
mencakup tiga tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian.
Perencanaan sendiri terdiri dari perencanaan tahunan atau yang
disebut program tahunan, perencanaan semeseter atau program
semester, dan perencanaan harian atau yang disebut dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan mencakup langkah-
langkah pembelajaran mulai dari pendahuluan, penyampaian materi,
dan penutup. Sementara itu penilaian merupakan program evaluasi dari
perencanaan maupun pelaksanaan.
Penulis berpendapat penerapan kurikulum 2013 sebagai acuan
pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah telah dilaksanakan
dengan baik. Penulis mendapati bahwa guru telah melakukan langkah-
langkah pembelajaran sesuai dengan kaidah yang ada di kurikulum
2013, walaupun guru terkadang tidak menerapkan kurikulum 2013
secara menyeluruh karena keterbatasan SDM maupun sarana dan
prasarana.
c. Metode
Metode yang digunakan guru Fiqih dalam menyampaikan materi
bervariasi. Adapun metode-metode yang digunakan adalah ceramah,
65
diskusi, dan demonstrasi. Metode ceramah merupakan cara yang umum
digunakan dalam menyampaikan materi, khususnya dalam materi
pendidikan Islam. Metode diskusi dilakukan oleh guru guna menggali
kemampuan peserta didik baik dari segi kemandirian belajar, maupun
mental kepercayaan diri. Sedangkan metode demostrasi digunakan guru
agar penyampaian materi secara lebih rinci dan peserta didik dapat
dengan mudah memahami karena tidak hanya mendengar tetapi juga
melihat langsung bagaimana peraga/praktik dari materi yang sedang
disampaikan.
d. Waktu
Kegiatan belajar dan mengajar mata pelajaran Fiqih di MTs
Tarqiyatul Himmah berlangsung 2x45 menit dalam satu kali
pertemuan. Setiap kelas melaksanakan pembelajaran Fiqih satu kali
dalam satu minggu dengan waktu pertemuan 90 menit. Dalam
implementasinya apabila mengacu pada jam belajar tersebut maka
materi yang disampaikan kurang lengkap dan juga kurang jelas diterima
oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus bisa memanfaatkan
sebaik mungkin waktu yang ada.
e. Evaluasi
Evaluasi digunakan dalam mengukur pencapaian peserta didik
terkait materi yang telah disampaikan. Adapun evaluasi pembelajaran
Fiqih yang dilakukan di MTs Tarqiyatul Himmah adalah dengan ujian
66
tertulis, ujian lisan, dan ujian praktik, serta hafalan ayat al-Qura’an dan
Hadist.
2. Problematika Pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah
MTs Tarqiyatul Himmah dalam pelakasanaan kegiatan belajar
mengajar masih mengalami beberapa kendala, lebih khusus dalam mata
pelajaran Fiqih. Adapun secara lebih rinci penulis akan menguraikan
problematika dalam pembelajaran Fiqih sebagai berikut :
a. Problem Peserta Didik
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis mengungkapkan
beberapa problematika yang terjadi pada peserta didik. Secara lebih rinci
problem tersebut adalah sebagai berikut :
1) Peserta didik yang belum bisa membaca al-Qur’an
Dalam mempelajari ilmu Fiqih yang merupakan bagian dari
pendidikan Islam tentunya pembahasan mengacu pada dalil-dalil al-
Qur’an maupun Hadis yang notabene tertulis dalam bahasa arab.
Namun dalam temuan penulis, ternyata masih ada beberapa peserta
didik yang belum bisa membaca tulisan arab dan al-Qur’an. Hal
tersebut tentu menjadi hambatan bagi guru dalam proses
pembelajaran. Dalam hemat penulis al-Qur’an merupakan sumber
pokok ilmu agama Islam, dengan bisa membaca al-Qur’an maka bisa
mempelajari ilmu-ilmu agama Islam dengan mudah.
2) Peserta didik yang memiliki mental kurang berani
67
Revolusi mental yang kini tengah gencar disampaikan
hendaknya menjadi misi bagi semua orang untuk melaksanakannya,
tak terkecuali guru yang juga harus mampu membuat karakter
peserta didiknya agar memiliki mental yang kuat, berani, dan
percaya diri. Penulis dalam penelitiannya menemukan bahwa dalam
pembelajaran di MTs Tarqiyatul Himmah masih ada beberapa
peserta didik yang belum ikut secara aktif dan parsitipatif. Padahal
dengan keaktifan peserta didik akan menjadikan suasana kelas yang
lebih komunikatif, dan inovatif sehingga apa yang menjadi target
pencapaian materi dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh
peserta didik.
3) Peserta didik dengan kemampuan yang kurang
Tingkat kecerdasan peserta didik di MTs Tarqiyatul Himmah
bervariasi. Ada yang daya tangkapnya tinggi, namun ada juga yang
daya tangkapnya sedang bahkan rendah. Penulis berpendapat bahwa
hal tersebut bisa terjadi karena motivasi belajar peserta didik yang
berbeda. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan kurang itu
karena memiliki motivasi belajar yang rendah serta kemandirian
belajar yang juga kurang.
4) Peserta didik yang tidak memperhatikan guru
Kegiatan belajar mengajar tidak selalu berjalan dengan lancar,
pasti ada hal yang menghambat keberlangsungan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, penulis mendapati bahwa masih ada peserta
68
didik yang tidak memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan
materi di depan kelas, hal ini lazim terjadi dalam kegiatan
pembelajaran dimanapun. Hal ini juga bisa terjadi karena motivasi
belajar yang kurang dari peserta didik. Memang tidak bisa
dipungkiri terkadang ada peserta didik datang ke sekolah tidak
dalam keadaan minat dan motivasi belajar yang cukup, sehingga
didalam kelas cenderung tidak memperhatikan guru bahkan
membuat kegaduhan.
b. Problem Guru
Penulis menemukan bahwa permasalahan yang terjadi dan menjadi
keluhan guru antara lain adalah waktu. Jam belajar untuk mata pelajaran
Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah adalah 90 menit, satu kali pertemuan
dalam seminggu. Menurut guru pengampu mata pelajaran Fiqih, waktu
yang terbatas membuat penyampaian materi kurang maksimal.
Sementara itu dari perspektif siswa, penulis menemukan bahwa
siswa juga memiliki keluhan terhadap gurunya. Dalam penyampaian
materi di depan kelas, guru pengampu bersuara kurang keras, sehingga
siswa harus lebih memperhatikan apa yang disampaikan guru untuk
memahami.
c. Problem Lingkungan
Hasil dari pengamatan penulis kondisi MTs Tarqiyatul Himmah
nampak kondusif, hal tersebut tentunya membuat kegiatan pembelajaran
berjalan lebih efektif. Lingkungan sekolah jauh dari daerah yang bising
69
seperti jalan raya, sekolah terletak di tengah-tengah pemukiman warga
yang tentu membuat situasi yang kondusif untuk belajar.
Permasalahan yang penulis temukan adalah ketika peserta didik
berada di lingkungan rumah. Temuan penulis dari hasil wawancara
mengungkap bahwa peserta didik hanya mempelajari materi pelajaran
Fiqih ketika berada di sekolah saja, sedangkan ketika berada diluar jam
sekolah seperti lingkungan keluarga tidak demikian. Itu menunjukkan
bahwa keluarga belum bisa memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk belajar. Era globalisasi seperti ini membuat banyak anak kini
kecanduan dengan penggunaan gadget, hingga mereka
mengesampingkan kewajiban untuk belajar. Dengan demikian
diharapkan keluarga mampu memberikan partisipasinya dalam
mendorong motivasi belajar anak.
d. Problem Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan. MTs Tarqiyatul Himmah mengacu pada kurikulum
2013 sebagai dasar dalam proses pembelajaran.
Penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Fiqih bukan tanpa
kendala. Pendekatan saintifik dan penggunaan metode pembelajaran
yang variatif menjadi kendala bagi guru pengampu mata pelajaran Fiqih.
Kendala yang lain adalah SDM yang kurang, serta sarana dan prasarana
yang kurang mendukung.
70
e. Problem Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana menjadi penunjang kelancaran pembelajaran.
Mengelola sarana dan prasarana harus dengan manajemen yang baik.
Manajemen tersebut adalah proses pengadaan sarana dan prasarana
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. MTs
Tarqiyatul Himmah memiliki sarana dan prasarana yang terbilang
cukup, sebab masih ada permasalahan sehingga pemenuhan kebutuhan
pembelajaran khususnya mata pelajaran Fiqih belum bisa terpenuhi.
Penulis menemukan bahwa dalam melakukan kegiatan sholat wajib,
sholat sunnah, maupun kegiatan ibadah lainnya, peserta didik harus
pergi ke masjid milik warga, sebab madrasah hanya memiliki musholla
yang terbatas kapasitasnya. Permasalahan yang lain adalah pengadaan
buku yang mendukung pembelajaran Fiqih di perpustakaan juga
terbatas.
Pihak sekolah mengakui bahwa dalam pengadaan sarana dan
prasarana terbatas pada dana. Dalam wawancara, kepala TU
menyatakan bahwa telah beberapa kali mengajukan bantuan untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, namun tidak kunjung ada
bantuan yang turun.
3. Langkah-Langkah yang Dilakukaan dalam Mengatasi Problematika
Pembelajaran Fiqih
Dalam setiap permasalahan pasti ada solusi untuk mengatasi, tidak
terkecuali permasalahan yang ada pada pembelajaran Fiqih di MTs
71
Tarqiyatul Himmah. Adapun solusi tersebut penulis memperinci sebagai
berikut :
a. Langkah-langkah mengatasi problem peserta didik
1) Peserta didik yang belum bisa membaca al-Qur’an
Dalam mengatasi permasalahan peserta didik yang belum bisa
membaca huruf arab dan al-Qur’an, ada pembiasaan membaca
asmaul husna dan surat-surat pendek setiap pagi sebelum kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Dengan pembiasaan tersebut
diharapkan peserta didik tidak hanya melafalkan saja, tetapi bagi
yang belum bisa juga memiliki motivasi untuk bisa membaca al-
Qur’an.
Solusi yang lain adalah dengan mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler BTQ. Guru pengampu terlebih mengadakan
penjaringan kepada peserta didik yang belum bisa membaca al-
Qur’an, selanjutnya mereka diwajibkan untuk mengikuti pengayaan
dalam kegiatan ekstrakurikuler baca dan tulis al-Qur’an.
Menurut penulis, solusi tersebut sangat membantu peserta didik
agar mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Sehingga
dalam penyampaian materi-materi Fiqih yang merujuk pada al-
Qur’an dan Hadis dapat mudah diterima dan dipahami oleh peserta
didik.
2) Siswa yang memiliki mental kurang berani
72
Solusi yang diberikan oleh guru dalam mengatasi siswa yang
tidak percaya diri adalah dengan memberikan stimulus atau
motivasi agar menjadi pribadi percaya diri. Dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran yang menjadi acuan guru dalam
mengajar, tertera motivasi yang diberikan oleh guru sebelum
penyampaian materi. Pada saat tersebut guru dapat memanfaatkan
waktu untuk memberikan stimulus aktif kepada peserta didik.
3) Siswa dengan kemampuan yang kurang
Kemampuan siswa yang kurang bisa terjadi karena motivasi dan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran itu rendah. Dalam
penggunaan metode pembelajaran tertentu, tidak semua siswa dapat
menerima dan memahami materi secara baik. Bagi siswa yang
memiliki daya tangkap rendah, tentu hanya akan menjadi pendengar
ketika guru membaginya ke dalam kelompok diskusi.
Oleh karena itu guru berupaya untuk memberikan perhatian
khusus terhadap peserta didik yang memiliki kesulitan dalam
memahami materi. Guru mencoba mendatangi siswa untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi sehingga sulit dalam
memahami materi, kemudian guru mencoba memberikan mater
tersebut secara personal.
Menurut penulis bentuk perhatian guru terhadap peserta didik
yang memiliki kemampuan kurang tersebut sangat baik dilakukan.
Dengan jemput bola maka guru secara intens bisa mengetahui
73
permasalahan yang sebenarnya terjadi pada peserta didik, dengan
demikian guru juga dapat memberikan motivasi secara khusus
kepadanya.
4) Siswa yang sibuk sendiri
Sudah biasa terjadi dalam kegiatan belajar mengajar dimanapun
ada siswa yang bergurau dan tidak memperhatikan penyampaian
materi oleh guru. Guru mencoba untuk menasehati ketika ada siswa
yang kurang memperhatikannya, selain itu guru juga mencoba
memindah tempat duduknya ke tempat yang lain. Menurut penulis
solusi tersebut sama dengan guru-guru yang lain dimanapun ketika
menghadapi masalah. Namun penulis juga berpendapat bahwa
pemberian punishment akan membuat siswa lebih tenang dan juga
memperhatikan penyampaian materi oleh guru di depan kelas.
b. Langkah-langkah dalam mengatasi problem guru
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan waktu, guru
mencoba untuk menggunakan metode pembelajaran yang bisa
digunakan dengan menyesuaikan waktu pembelajaran yang disediakan.
Diantara metodenya yaitu dengan memberikan tugas rumah.
Menurut penulis pemberian tugas kepada peserta didik ada
kelebihan dan juga kekurangannya. Guru akan memberikan tugas
terkait materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya, dari
segi kelebihannya tentu peserta didik akan lebih siap dalam
pembelajaran Fiqih di kelas, karena secara otomatis dalam pengerjaan
74
tugasnya dia mempelajari materi-materi untuk menyelesaikan tugasnya
yang tentunya akan menjadi materi pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya. Kekurangannya adalah ketika tidak ada kontrol dan
bimbingan dari orang tua terhadap anak, sehingga anak tidak ada
motivasi untuk belajar dari keluarga.
Terkait dengan siswa yang mengeluhkan guru yang kurang jelas
dalam penyampaian materi, dalam pengamatan penulis memang
demikian. Guru pengampu ketika menyampaikan materi kurang keras
sehingga terdengar kurang jelas juga. Peserta didik guru pengampu
mata pelajaran Fiqih dapat menyampaikan materi dengan lantang dan
lebih jelas lagi.
c. Langkah-langkah dalam mengatasi problem lingkungan
Yang menjadi permasalahan adalah peserta didik dengan
lingkungan rumahnya. Dalam wawancara penulis terhadap beberapa
siswa mendapati bahwa ketika di rumah jarang bahkan tidak
mempelajari materi pembelajaran Fiqih. Mereka cenderung sibuk
dengan bermain gadget.
Dalam permasalahan seperti ini memang terjadi diluar jam sekolah
dan diperlukan pengawasan dari orang tua. Pihak madrasah berupaya
mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik, harapannya
akan ada kerjasama antara madrasah dengan orang tua dalam hal
pengawasan dan bimbingan terhadap peserta didik.
75
Dalam penelitian ini penulis juga menemukan bahwa di luar jam
sekolah, beberapa peserta didik mengikuti kajian-kajian pembelajaran
Fiqih di TPA sekitarnya tinggal. Yang dikaji dalam kegiatan TPA
tersebut adalah kitab-kitab kuning seperti safinatunnajah, fatkhul qorib,
yang memuat materi tentang Fiqih. Menurut penulis dengan dukungan
materi ketika mengikuti kajian-kajian tersebut, maka siswa akan lebih
siap dan dengan mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru
ketika di sekolah.
d. Langkah-langkah dalam mengatasi problem kurikulum
Penerapan kurikulum 2013 memang masih menimbulkan beberapa
permasalahan, hal itu juga terjadi di MTs Tarqiyatul Himmah
khususnya dalam mata pelajaran Fiqih. Langkah dalam mengatasi
problem pada implementasi kurikulum 2013 adalah dengan
pendelegasian guru untuk mengikuti kegiatan MGMP ataupun seminar-
seminar terkait penerapan kurikulum 2013. Menurut penulis kegiatan
tersebut akan meningkatkan skill guru sehingga siap untuk
mengaplikasikan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran.
e. Langkah-langkah dalam mengatasi problem sarana dan prasarana
Sebuah sekolah yang berbasis Islam, tentunya membutuhkan
sebuah masjid yang tentu akan bisa digunakan sebagai sarana kegiatan
praktik ibadah peserta didik. Namun di MTs Tarqiyatul Himmah
memiliki kendala sarana berupa masjid, madrasah hanya memiliki
76
musholla kecil yang terbatas kapasitasnya. Solusinya adalah dengan
menggunakan masjid warga yang terletak tidak jauh dari madrasah.
Kendala sarana yang lain terkait dengan pengadaan buku
pendukung. Di perpustakaan madrasah memiliki buku yang minim
tentang materi pembelajaran Fiqih. Upaya guru adalah dengan
memberikan buku lembar kerja siswa atau LKS sebagai buku pegangan
dan pendukung materi pembelajaran. Menurut penulis penggunaan
buku LKS kurang tepat, dari bentuknya yang tipis sebanding dengan
muatan materi yang terbatas, penjelasannya hanya materi-materi yang
penting. Berbeda dengan buku pedoman yang lebih besar, dengan buku
seperti itu peserta didik dapat mengeksplorasi belajarnya lebih luas
karena muatan materi yang tentunya lebih banyak.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terkait dengan problematika pembelajaran
pada mata pelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah, penulis dapat
menyimpulkan hasilnya sebagai berikut :
1. Pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah bertujuan untuk
menyiapkan ajaran Islam terkait hukum ibadah sebagai pedoman dalam
kehidupan sehari-hari dan menanamkan nilai keteladanan terhadap syariat
Islam kepada peserta didik. Materi mata pelajaran Fiqih diambil dari
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada
kurikulum 2013. Dalam kegiatan belajar mengajar guru pengampu
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi untuk
menyampaikan materi kepada peserta didik. Waktu yang disediakan untuk
mata pelajaran Fiqih adalah 2x45 menit atau 90 menit, satu kali pertemuan
dalam satu minggu. Evaluasi pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul
Himmah dilakukan dengan memberikan pertanyaan, ujian tertulis, lisan
dan praktik, serta dengan hafalan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadist.
2. Problem yang dihadapi dalam pembelajaran Fiqih adalah siswa yang
belum bisa baca dan tulis al-Qur’an, dan kemampuan siswa yang kurang
dalam berpartisipasi ketika pembelajaran. Selain itu adalah problem waktu
pembelajaran yang terbatas sedangkan materi yang harus disampaikan
banyak. Problem yang lain adalah kesibukan siswa di rumah terhadap
78
gadget sehingga lupa dengan kewajibannya untuk belajar. Dilihat dari sisi
kurikulum, problematikanya adalah sumber daya manusia yang kurang
siap serta sarana dan prasarana yang kurang memadai dan menjadi
permasalahan dalam menunjang pembelajaran Fiqih.
3. Solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa adalah
dengan mengadakan ekstrakurikuler BTQ, dan juga memotivasi peserta
didik agar minat belajarnya meningkat. Dalam mengatasi problem waktu,
guru menggunakan metode lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan
materi dalam waktu yang terbatas. Selain itu pihak madrasah berupaya
mengadakan pertemuan dengan orangtua peserta didik guna mengatasi
problem lingkungan. Dalam mengatasi problem penerapan kurikulum,
pihak madrasah mendelagasikan guru untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
yang dapat meningkatkan skill-nya dalam menerapkan kurikulum 2013.
Sementara itu dalam mengatasi problem sarana dan prasarana guru
mengupayakan untuk menggunakan fasilititas yang ada.
B. Saran
1. Untuk Kepala Madrasah
a. Menambah sarana dan prasarana guna meningkatkan kualitas
pembelajaran
b. Memberikan lebih banyak ekstarurikuler yang berhubungan dengan
materi pendidikan Islam.
2. Untuk Guru
79
a. Menggunakan media pembelajaran, sehingga dapat menarik perhatian
peserta didik. Penggunaan media juga bisa mengurangi rasa jenuh pada
peserta didik ketika mengikuti pembelajaran.
b. Mengefektivkan penerapan metode pembelajaran, sehingga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
c. Mampu menggunakan waktu secara efektif dan efisien, sehingga materi
dapat disampaikan kepada peserta ddik secara keseluruhan dengan
baik.
3. Untuk Siswa
a. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BTQ agar dapat membaca dan
menulis al-Qur’an dengan baik.
b. Memperhatikan guru dengan sungguh-sungguh baik ketika sedang
memotivasi maupun ketika sedang menyampaikan materi
pembelajaran.
c. Belajar tidak hanya ketika berada di sekolah saja, belajar harus bisa
dilaksanakan kapanpun dan dimanapun agar dapat memperluas
wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Nora. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : Dee Publish.
Angela, Firmina. 2017. Teori Belajar dan Pembelajaran Implementasinya dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP, SMA, dan SMK. Yogyakarta : Dee
Publish.
Anggito, Albi. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi : CV Jejak.
Anwar, Muhammad. 2018. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Prenadamedia
Group.
Barnawi, dan Arifin. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Dahlan, dan Muhtarom. 2018. Menjadi Guru yang Bening Hati : Strategi
Mengelola Hati di Abad Modern. Yogyakarta : Deepublish.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Dirjen Kelembagaan Agama Islam. 2004. Standar Kompetensi Kurikulum 2004.
Jakarta : Departemen Agama RI.
Endarmoko, Eko. 2007. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Fathurohman, Salam. 1994. Pengantar Ilmu Fiqh, Ushul Fiqh. Yogyakarta :
Lembaga Studi Filsafat Islam.
Gasong, Dina. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Dee Publish.
Glanz, Jeffrey. 2000. Paradigm Debates in Curriculum and Supervision : Modern
and Postmodern Perspective. London : Bergin & Garvey.
Gunawan, Fahmi, dkk. 2018. Senarai Penelitian Pendidikan, Hukum, dan Ekonomi
di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta : Deepublish
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Hesty Islamiyah. 2017. Problematika Pembelajaran Fiqih Materi Haji Kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Sunan Ampel Arjosari Rejoso Pasuruan.
Hidayatullah, Furqon. 2009. Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter Cerdas
& Kuat. Surakarta : Yuma Pustaka.
Indrawan, Irjus. 2015. Pengantar Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Yogyakarta : Deepublish.
Hasanah, Iswatun. 2017. Problematika Pembelajaran Fiqih dalam Pencapaian
Kompetensi Dasar Siswa Kelas XI di MA Raudlatul Muslimin NW Kayangan
Tahun Pelajaran 2016/2017.
Juni, Priansa. 2014. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung : CV Alfabeta.
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Malawi, Ibadullah. 2018. Pembaharuan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Magetan
: AE Media Grafika.
Mistina, Nining. 2018. Bukan Kelas Biasa : Teori dan Praktik Berbagai Model dan
Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-kelas
Inspiratif. Surakarta : CV Kekata Group.
Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muharto, dan Arisandy. 2016. Metode Penelitian Sistem Informasi : Mengatasi
Kesulitan Mahasiswa dalam Menyusun Proposal Penelitian. Yogyakarta : Dee
Publish.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
Rineka Cipta.
Munawwir, Ahmad. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya : Pustaka Progressif.
Muninjaya, Gde. 2003. Langkah-langkah Praktis Penyusunan Proposal dan
Publikasi Ilmiah. Jakarta : EGC.
Nita, Nila Intan. 2018. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 2017/2018.
Nofrion. 2016. Komunikasi Pendidikan : Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi
dalam Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
Saebani, dan Akhdiyat. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : CV Pustaka Setia.
Saihudin. 2018. Manajemen Institusi Pendidikan. Ponorogo : Uwais Inspirasi
Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2015. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :
Kencana.
Sarinah. 2015. Pengantar Kurikulum. Yogyakarta : Dee Publish.
Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Suardi, Moh. 2018. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif : sSkripsi dan Tesis.
Yogyakarta : Suaka Media.
Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
----------. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.S
Suherman, Ayi. 2018. Kurikulum Pembelajaran Penjas. Sumedang : UPI
Sumedang Press.
Sumitro, Warkum, dkk. 2014. Politik Hukum Islam : Reposisi Eksistensi Hukum
Islam dari Masa Kerajaan Hingga Era Reformasi Indonesia. Malang : UB
Press.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta
: Kencana.
Suyatno, Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional : Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta : Erlangga.
Suyono, dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Syaifullah, Ali. 1989. Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Syarifudin, Amir. 2008. Ushul Fiqh 1. Jakarta : Kencana.
Sylvia, Rimm. 2000. Mengapa Anak Pintar Mendapat Nilai Buruk. Jakarta :
Grasindo.
Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang : Rasail.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung : PT Imtima.
Wahab, Abdul. 1980. Kaidah Hukum Islam (Ushul Fiqih). Yogyakarta : Nur
Cahaya.
Wahab, Rochmat. 2005. Anak Berbakat Berprestasi Kurang dan Strategi
Penanganannya. Jurnal PLB FIP UNY.
Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Makassar
: Sekolah Tinggi Theologi Jaffray.
Yusuf, Muhammad. 2014. Pengantar Studi Fikih Islam. Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar.
Zuhraini, dkk. 1983. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Biro Ilmiah
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.
DOKUMENTASI GAMBAR
PEDOMAN WAWANCARA
(GURU PAI)
A. Identitas Informan
Kode Informan : MM
Jabatan : Guru Fiqih
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 10.15-10.50
B. Pertanyaan
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah?
2. Apa tujuan dari pembelajaran Fiqih?
3. Apakah tujuan tersebut telah berhasil dicapai dalam pembelajaran Fiqih?
4. Apa kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih?
5. Apakah ada kendala dalam penerapan kurikulum tersebut?
6. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih?
7. Apakah ada kendala dalam penggunaan metode tersebut?
8. Berapa lama waktu pembelajaran Fiqih?
9. Bagaimana sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran fiqih?
10. Apa saja problematika dalam pembelajaran Fiqih?
11. Bagaimana langkah-langkah dalam mengatasi problematika tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
(KEPALA MADRASAH)
A. Identitas Informan
Kode Informan : M
Jabatan : Kepala Tata Usaha
Tempat Wawancara : Ruang Kantor
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 11.00-11.30
B. Pertanyaan
1. Bagaimana gambaran sejarah singkat berdirinya MTs Tarqiyatul Himmah?
2. Apa Visi dan Misi MTs Tarqiyatul Himmah?
3. Berapa jumlah siswa di MTs Tarqiyatul Himmah?
4. Kurikulum apa yang digunakan di MTs Tarqiyatul Himmah?
5. Apakah ada kendala dalam penerapan kurikulum tersebut?
6. Apa problematika yang terjadi dalam proses pembelajaran di MTs Tarqiyatul
Himmah?
7. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut?
PEDOMAN WAWANCARA
(SISWA)
A. Identitas Informan
Kode Informan : MS
Jabatan : Siswa
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 09.30-09.45
B. Pertanyaan
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran Fiqih?
2. Seperti apakah penyampaian pelajaran Fiqih yang kamu inginkan?
3. Apa kesulitan yang kamu alami dalam pembelajaran Fiqih?
4. Apa kamu suka membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
5. Kenapa kamu suka/tidak membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
6. Bagaimana teknik penyampaian guru Fiqih di depan kelas?
7. Bagaimana perhatian teman-teman kamu terhadap pelajaran Fiqih selama ini?
8. Jika kamu mendapatkan motivasi, apakah berpengaruh terhadap terhadap
minat belajar Fiqih?
PEDOMAN WAWANCARA
(SISWA)
A. Identitas Informan
Kode Informan : YP
Jabatan : Siswa
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 09.45-10.00
B. Pertanyaan
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran Fiqih?
2. Seperti apakah penyampaian pelajaran Fiqih yang kamu inginkan?
3. Apa kesulitan yang kamu alami dalam pembelajaran Fiqih?
4. Apa kamu suka membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
5. Kenapa kamu suka/tidak membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
6. Bagaimana teknik penyampaian guru Fiqih di depan kelas?
7. Bagaimana perhatian teman-teman kamu terhadap pelajaran Fiqih selama ini?
8. Jika kamu mendapatkan motivasi, apakah berpengaruh terhadap terhadap
minat belajar Fiqih?
PEDOMAN WAWANCARA
(GURU PAI)
A. Identitas Informan
Kode Informan : MM
Jabatan : Guru Fiqih
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 10.15-10.50
B. Pertanyaan
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fiqih di MTs Tarqiyatul Himmah?
Alhamdulillah dalam pelaksanaan pembelajaran fiqih itu berjalan dengan baik,
tetapi ada -beberapa kendala yaitu siswa-siswa yang belum bisa membaca al-
Qur’an. Jadi ketika kita dalam menyampaikan materi seperti hadis sebagai
landasan hukum fiqih kurang bisa diterima oleh beberapa siswa.
2. Apa tujuan dari pembelajaran Fiqih?
Tujuannya agar peserta didik tahu hukum-hukum ibadah yang dilakukan sehari-
hari, contoh sebelum melaksanakan sholat, apa yang harus dilakukan, yaitu
dengan cara berwudhu. Kemudian bagaimana cara pelaksanaan sholat, jadi agar
peserta didik tahu dasar hukum yang harus dilaksanakan dalam sehari-hari dan
perkara apa yang harus ditinggalkan sebagai tuntutan dari pada syariat agama.
3. Apakah tujuan tersebut telah berhasil dicapai dalam pembelajaran Fiqih?
Alhamdulillah dalam tujuan itu sudah bisa tercapai. Ketika dalam pelaksanaan
ujian, entah tengah semester atau akhir semester itu kita mengadakan namanya
ujian praktik. Jadi mampukah peserta didik mengamalkan materi yang didapat.
Itu alhamdulillah tujuannya telah tercapai.
4. Apa kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih?
Materi pelajaran fiqih baik dari silabus maupun rpp kita mengacu pada
kurikulum 2013
5. Apakah ada kendala dalam penerapan kurikulum tersebut?
Ya banyak sekali kendala dengan kurikulum 2013 ini. Seperti dalam k13 ini
kan dituntut untuk menggunakan pendekatan saintifik, dan juga penggunaan
metode-metode pembelajaran yang variatif. Nah pembelajaran disekolah ini
khususnya mapel fiqih ini dirasa masih kurang siap mengaplikasikan k13.
Dilihat dari sdm guru maupun siswa juga kayaknya kurang siap, selain itu
sarprasnya juga kurang begitu mendukung. Jadi untuk mengatasi problem
kurikulum 2013 tersebut tinggal bagaimana gurunya, kalau saya ya
menggunakan metode yang mudah diterima siswa aja. Karena misal kalau kita
mau mengajak siswa menggunakan metode yang kayak k13, diskusi,
memahami materi sendiri, mempresentasikan, sedangkan muridnya tidak bisa,
ya terpaksa kita gunakan metode-metode konvensional saja mas.
6. Bagaimana mengatasi kendala dalam penerapan tersebut?
Pihak sekolah itu mengirimkan guru-gurunya ke MGMP atau seminar lainnya
gitu mas, jadi biar guru-guru siap menghadapi kurikulum 2013 ini
7. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih?
Metode yang digunakan yaitu metode ceramah, itu pasti. Tidak hanya ceramah
tapi kita juga alat monitor lcd. Kemudian tidak hanya guru yang ceramah, tapi
kita juga membagi siswa ke beberapa kelompok kemudian salah satu
menyampaikan presentasi hasil dari yang dipahaminya. Selain itu juga kita
menggunakan metode demonstrasi untuk memperagakan di depan peserta
didik.
8. Apakah ada kendala dalam penggunaan metode tersebut?
Ya banyak, ketika ceramah ada anak yang ngobrol, ya saya sebenarnya jengkel,
tapi tidak sampai saya itu mengeluarkan anak dari kelas. Biasanya anak yang
ngobrol sendiri itu saya pisah, bergeser ke depan atau kesampingnya.
Ketika dengan metode diskusi ada beberapa ketika anak disuruh menyampaikan
materi itu mentalnya tidak pede, jadi dia sama temannya malu, padahal semua
itu kan sama, kalau kita berfikir iku kan yo kancane awake dewe. Jadi itu mental
yang masih kurang, tidak pede menjadi kendala. Jadi ya yang menyampaikan
materi itu-itu saja, tidak mau bergantian.
kalau demonstrasi itu kan kurang lebih sama dengan ceramah tadi, yang
menjadi kendala itu ya siswa-siswa yang berbicara sendiri atau doalanan dewe.
9. Berapa lama waktu pembelajaran Fiqih?
satu kelas itu 2 jam pelajaran 1 pertemuan. Jadi 2x45 menit.
10. Bagaimana sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran fiqih?
Ya kurang begitu mendukung. Berbicara mapel fiqih itu kan melaksanakan
dalam sehari-hari. Tentunya kalau sebuah lembaga pendidikan itu harus ada
musholla atau masjid. Musholla ada tapi terbatas, lebar dan luasnya itu terbatas.
Itu mungkin hanya untuk 4 sampai 5 orang. Itu kan ya terkait dengan sarpras.
Kalau kita melaksanakan ibadah sunnah sholat duha , disini kan ada pada hari
selasa dan kamis, disitu kita harus berbondong-bondong ke masjid warga.
11. Apa saja problematika dalam pembelajaran Fiqih?
a. saya kira ya kendala yang besar dan utama ya itu anak tidak bisa baca arab
atau al-Qur’an. Mungkin kalau anak itu bisa setidaknya walaupun grutal
grutul, insyaallah kita dalam menyampaikan anak tidak ketinggalan dari
teman yang lain yang bisa.
b. Kemampuan siswa itu berbeda-beda mas, jadi ada siswa yang sekali
dijelaskan bisa langsung paham, ada yang harus diulangi dua kali baru
paham, ada juga yang berkali-kali belum bisa memahami materi, nah itu
tentu menjadi problem guru.
c. sarana daripada sekolah kita belum bisa memadai. Masjid yang kecil, buku
diperpus juga kurang.
d. Kendala karena kurangnya waktu dalam kita menyampaikan, fiqih itu tidak
sebatas penyampaian materi tok akan tetapi juga bisa untuk mempratikkan.
Yang jelas itu kendalanya waktu. Jadi kalau dalam satu minggu hanya satu
pertemuan, menunggu itu kan lama dalam satu kelas. Ibaratnya anak kita
sampaikan hari ini, besoknya kita tanya sudah lupa. Tapi kalau ada
praktiknya mereka akan lebih tahu.
12. Bagaimana langkah-langkah dalam mengatasi problematika tersebut?
a. Upaya kami dalam mengatasi siswa yang belum bisa baca huruf arab
ataupun al-Qur’an ya dengan membiasakan baca surat-surat pendek
sebelum KBM berlangsung, selain itu juga kita ada kegiatan
ekstrakurikuler BTQ bagi siswa-siswa yang belum bisa baca al-Qur’an.
b. kita berupaya menggunakan metode yang mudah diterima semua siswa,
kalau kok ada yang sangat sulit memahami materi biasanya saya
memanggil dia diluar jam pelajaran, entah setelah pulang sekolah atau jam
istirahat, jadi dia seperti privat seperti itu, dengan begitu harapan saya dia
bisa memahami materi yang saya sampaikan.
c. untuk permasalahan buku kita menggunakan buku LKS sebagai penunjang
pembelajaran fiqih mas
d. Kalau kita mengandalkan waktu disekolah ya jelas tidak cukup. Jadi kita
beri siswa tugas di rumah dengan maksud biar mereka belajar di rumah.”
e. Ya itu biar siswa belajar di rumah ya kita beri tugas atau PR itu. Jadi kan
sembari mengerjakan tugas dia juga setidaknya bisa belajar. Selain itu juga
kita mengadakan pertemuan wali siswa mas. Jadi kita bisa kerjasama
dengan orang tua untuk membimbing anaknya agar belajar ketika di rumah
JAWABAN WAWANCARA
(KEPALA MADRASAH)
A. Identitas Informan
Kode Informan : M
Jabatan : Kepala Tata Usaha
Tempat Wawancara : Ruang Kantor
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 11.00-11.30
B. Pertanyaan
1. Bagaimana gambaran sejarah singkat berdirinya MTs Tarqiyatul Himmah?
Oh sekolah ini berdirinya tahun 1978, sebelumnya kan ini sekolah PGA 6
tahun.
2. Apa Visi dan Misi MTs Tarqiyatul Himmah?
Kalau visi misi bisa dilihat itu didepan ada terpampang.
3. Berapa jumlah siswa di MTs Tarqiyatul Himmah?
Jumlah keseluruhannya tahun ini ya ada 122 siswa. Ya 2 tahun terakhir
muridnya berkurang.
4. Kurikulum apa yang digunakan di MTs Tarqiyatul Himmah?
Kurikulum yang digunakan disini ya kurikulum 2013.
5. Apa problematika yang terjadi dalam proses pembelajaran di MTs Tarqiyatul
Himmah?
Kendala dari kurikulum 2013 paling yang banyak dikeluhkan itu kan
rapotnya ya ribet pengisiannya mas.
Kalau sarpras nya ya apa adanya mas hehe, dengan keadaan yang apa adanya
kan ya tinggal pinter-pinter gurune mas.
6. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut?
Ya tidak ada solusi mas selain mengerjakan. Makan dari itu kan kita pasang
slogan-slogan baik diruang kantor seperti ini maupun di depan kelas-kelas.
Contohnya itu, “Jangan tunda pekerjaan jika bisa diselesaikan sekarang.” Itu
kan ya buat menyemangati.
ya kadang mengajukan bantuan, ya kita gunakan sarpras seadanya mas, ya itu
tadi pinter-pinter gurune. Kita juga berupaya mengajukan bantuan, tapi ya
sudah lama bantuan itu tidak kunjung diberikan.
JAWABAN WAWANCARA
(SISWA)
A. Identitas Informan
Kode Informan : MS
Jabatan : Siswa
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 09.30-09.45
B. Pertanyaan
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran Fiqih?
Sedikit suka.
2. Seperti apakah penyampaian pelajaran Fiqih yang kamu inginkan?
Yang jelas, sedikit hafalan, banyak ceritanya.
3. Apa kesulitan yang kamu alami dalam pembelajaran Fiqih?
Ya karena banyak hafalannya hehe
4. Apa kamu suka membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
Ya kadang belajar fiqih
5. Kenapa kamu suka/tidak membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
Ya enggak sempet hehe
6. Bagaimana teknik penyampaian guru Fiqih di depan kelas?
Ya kurang keras sih hehe
7. Bagaimana perhatian teman-teman kamu terhadap pelajaran Fiqih selama ini?
Beberapa orang mainan sendiri, tapi banyak juga yang merhatikan
8. Jika kamu mendapatkan motivasi, apakah berpengaruh terhadap terhadap
minat belajar Fiqih?
Iya berpengaruh
JAWABAN WAWANCARA
(SISWA)
A. Identitas Informan
Kode Informan : YP
Jabatan : Siswa
Tempat Wawancara : Ruang Kelas
Tanggal Wawancara : 16 Juli 2019
Waktu : Pukul 09.45-10.00
B. Pertanyaan
1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran Fiqih?
Iya suka
2. Seperti apakah penyampaian pelajaran Fiqih yang kamu inginkan?
Ya penjelasannya rinci, trus mudah dipahami
3. Apa kesulitan yang kamu alami dalam pembelajaran Fiqih?
Ya hafalan itu
4. Apa kamu suka membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
Sering enggaknya hehe
5. Kenapa kamu suka/tidak membaca materi-materi pelajaran Fiqih?
Ya jaga ponakan, main game juga
6. Bagaimana teknik penyampaian guru Fiqih di depan kelas?
Ya asyik sih, cerita sama penjelasannya mudah dipahami
7. Bagaimana perhatian teman-teman kamu terhadap pelajaran Fiqih selama ini?
Ya memperhatikan, lebih banyak yang memperhatikan
8. Jika kamu mendapatkan motivasi, apakah berpengaruh terhadap terhadap
minat belajar Fiqih?
Pengaruh, tersentuh hehe
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Nadhim Afiqh Annaufal
NIM : 23010150190
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen PA : Wakhidati Nurrohmah Putri,
M.Pd.I
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1
Seminar Internasional Petani untuk Negeri
dalam rangkaian kegiatan “Festival
Solidaritas untuk Petani Indonesia”
24 September
2016 Panitia 8
2 Seminar Nasional dengan tema “Peran
Media dalam Menghadapi Tahun Politik”
29 September
2018 Peserta 8
3
Seminar Nasional dengan tema “Potret
Literasi dalam Perspektif Filsafat dan
Bahasa”
1 Desember
2018` Peserta 8
4 Seminar Nasional dengan tema “Relasi
Baru DPR dan DPD dalam UUMD3” 30 Oktober 2018 Peserta 8
5 Seminar Nasional dan Launching Majalah
LPM Dinamika dengan tema “Hedonisme” 4 Maret 2017 Peserta 8
6 National Seminar on The Use of English as
a Medium of Islamic Preaching 28 Mei 2016 Peserta 8
7
Seminar Nasional Kontribusi Hukum Islam
terhadap Pemberantasan Korupsi di
Indonesia dengan tema “Bersama Merajut
Asa Memberantas Korupsi di Indonesia”
10 November
2016 Peserta 8
8 Surat Keputusan Pengangkatan Pengurus
Putra Pondok Pesantren Nurul Asna
20 September
2016 Sekretaris 6
9 Surat Keputusan Pengangkatan Pengurus
Putra Pondok Pesantren Nurul Asna
25 September
2017 Ketua 8
10 Surat Keputusan Pengangkatan Pengurus
Putra Pondok Pesantren Nurul Asna
27 September
2018
Sie.
Kesehatan 6
11 Ziarah dan Rekreasi Pondok Pesantren
Nurul Asna ke Jawa Timur dan Madura 4-6 Mei 2018 Panitia 6
12 Pelatihan Kepramukaan Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 19-21 Juli 2018 Peserta 4
13
Certificate of Completion Intensive
English Language Program by UPTPB
IAIN Salatiga
22 Februari - 10
Juni 2016 Peserta 6
14 Syahadah UPTPB IAIN Salatiga 22 Februari - 10
Juni 2016 Peserta 6
15 Gerbang Masuk ITTAQO dengan tema
“Duniamu Seluas Bahasamu”
19-20
November 2016 Peserta 3
16
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga dengan tema
“Integrasi Pendidikan Karakter Mahasiswa
Melalui Kampus Edukatif Humanis dan
Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
17
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan IAIN Salatiga dengan
tema “Penguatan Nilai-nilai Islam
Indonesia Menuju Negara yang Aman dan
Damai”
14 Agustus 2015 Peserta 3
18
Seminar Sehari dalam rangka Kunjungan
Studi dengan tema “Peran Masyarakat
dalam Mewujudkan Pendidikan Islam yang
Rahmatallil Alamin”
17 Desember
2017 Peserta 3
19 Cerificate of TOEFL Prediction Test by
UPTPB IAIN Salatiga
21 Desember
2017 Peserta 3
20
Certificate of Apreciation in
Acknowledgement of Achievement in
Lomba Essay Pemuda 2018 as a Top 100
Best Essay
25 Juni 2018 Peserta 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nadhim Afiqh Annaufal
Tempat Tanggal Lahir : Wonosobo, 08 Oktober 1997
Alamat : Kp. Kalikluwih, RT 01 RW 06, Kelurahan Leksono,
Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo
Agama : Islam
Pendidikan :
1. TK Dharma Wanita Leksono lulus tahun 2003
2. SD N 1 Leksono lulus tahun 2009
3. MTs Negeri Wonosobo lulus tahun 2012
4. MAN Wonosobo lulus tahun 2015
5. S1 IAIN Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.