problematika matematka soal cerita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

problematika matematika dalam pembelajaran soal cerita

Citation preview

MASALAH :1. SISWA BELUM MENGUASAI MATERI PRASYARATBerdasarkan pengamatan yang dilakukan obsever pada hari Senin, 14 September 2015 di SMP Hasjim AsjAri Tulangan kelas VIII-D terdapat masalah pembelajaran matematika. Beberapa siswa kelas VIII-D mengalami kesulitan untuk memulai mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan guru karena mereka belum memahami pengetahuan prasyarat dari materi operasi aljabar yaitu operasi hitung bilangan. Permasalahan yang terjadi di dalam kelas VIII-D SMP Hasjim AsjAri Tulangan adalah beberapa siswa belum menguasai materi prasyarat dari materi operasi aljabar yang akan diajarkan sehingga proses pembelajaran terhambat dan tidak efektif. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan, siswa yang tidak menguasai penjumlahan akan kesulitan mengikuti pembelajaran tentang perkalian. Sebelum menerima materi operasi aljabar, terlebih dahulu siswa harus memahami dan menguasai tentang operasi hitung bilangan. Siswa yang tidak menguasai operasi hitung bilangan akan mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi operasi aljabar. BUKTI MASALAH :Materi prasyarat merupakan bekal atau pondasi yang diperlukan untuk mempelajari dan memahami materi yang baru. Jika dipersempit dalam pembelajaran, materi prasyarat adalah meteri yang harus dikuasai oleh siswa sebagai syarat untuk mempelajari materi selanjutnya. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Istilah yang lebih familiar bagi anda mungkin adalah pre-tes. Berikut bukti bahwa siswa kelas VIII-D belum menguasai materi prasyarat operasi aljabar yaitu operasi hitung aljabar. Bukti berupa hasil tes pre-tes dan hasil wawancara terhadap siswa kelas VIII-D. 1. Hasil tes pre-tesTes pre-tes dilakukan pada 40 siswa kelas VIII-D SMP Hasjim AsjAri. No.Jenis KelaminNama InisialNilai Pre-tesKategori

1.PRR80Kemampuan Awal Tinggi

2.PNIE80

3.LAS70Kemampuan Awal Sedang

4.PENA70

5.PFF70

6.PMMP70

7.PMDP70

8.LNY70

9.PRA70

10.LRS70

11.PYWN70

12.PCAP60

13.LMANS60

14.LMAM60

15.PSNM60

16.LDNA50Kemampuan Awal Rendah

17.LDAS50

18.LIBR50

19.LMRM50

20.LMYS50

21.LRTF50

22.PMBNW50

23.PSN50

24.LEWSS40

25.PHRY40

26.LMHAS40

27.LMAS40

28.LMDR40

29.LRDS40

30.PUC40

31.LAM30

32.LMIN30

33.LMIN30

34.LMBS30

35.LREW30

36.PSDA30

37.LAM30

38.LARR20

39.LWR20

40.PLTM0

Untuk mengkategorikan kemampuan awal siswa mengacu pada acuan konversi yang dipaparkan Arifin (2009: 236), maka acuan untuk mengelompokkan kemampuan siswa adalah sebagai berikut.Skor matematika 80% - 100%= tinggiSkor matematika 60% - 79%= sedangSkor matematika 0% - 59%= rendahNilai maksimum skor adalah 100, maka acuan konversi menjadi:Skor matematika 80 - 100= tinggiSkor matematika 60 79= sedangSkor matematika 0 59= rendahDari hasil skor siswa yang diperoleh bahwa hanya 5% dari 40 siswa yang mendapat skor tinggi untuk kemampuan awal tentang operasi hitung bilangan. 32,5% dari 40 siswa yang mendapat skor sedang untuk kemempuan awal tentang operasi hitung bilangan serta terdapat 62,5 % dari 40 siswa yang mendapat skor rendah untuk kemampuan awal.2. Hasil WawancaraWawancara dilakukan terhadap 3 siswa dengan nilai pre-tes matematika yang berbeda-beda. Berdasarkan nilai pre-tes yang diperoleh, terdapat 3 kategori kemampuan awal matematika. Kemampuan awal matematika siswa ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pre-tes yang dinyatakan dengan skor. kemampuan awal matematika siswa dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah, dari hasil pre-tes tersebut dipilih tiga orang siswa siswi yang komunikatif yaitu:a. Siswa RR (kemampuan Awal Tinggi)

Hasil Wawancara :

Obsever:apakah kamu pernah mengerjakan soal yang sama dengan pre-tes yang baru dikerjakan?

Siswa RR :Iyah pernah bu waktu kelas 1 dulu SD juga kayaknya perna bu.

Obsever:pada materi apa kamu pernah mengerjakan soal seperti ini?

Siswa RR :kalua tidak salah materi bilangan dulu awal kelas 1 bu.

Observer :Mengapa dari 10 soal yang diberikan, kamu bisa menyelesaikan 8 soal dengan benar, dan 2 soal yang hasilnya kurang benar?

Siswa RR :iyah bu itu saya agak lupa cara mengerjakannya.

Observer :soal yang no.3 kamu menuliskan hasilnya -10, mengapa demikian?

Siswa RR :yah saya agak lupa dan bingung bu kalau ada bilangan negatif dikurangi negatif saya piker bilangan yang besar dikurangi yang kecil, jadi 105-95=10 karena tandanya negatif maka hasilnya -10.

Observer :lalu no 7, bagaimana cara kamu mengerjakan?

Siswa RR :yang no 7 ini saya menyamakan dulu penyebutnya karena pecahan kalau dijumlahakan penyebutnya harus sama dulu, tapi saya bingung ketika ada bilangan bulat 1 dikurangi dengan pecahan.

b. Siswa SNM (kemampuan Awal Sedang)

Hasil Wawancara :

Obsever:apakah kamu pernah mengerjakan soal yang sama dengan pre-tes yang baru kamu kerjakan?

Siswa SNM :hmmm kayaknya pernah bu.

Obsever:pada materi apa kamu pernah mengerjakan soal seperti ini?

Siswa SNM:seingat saya ada tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian pembagian gitu.

Observer :Mengapa dari 10 soal yang diberikan, kamu bisa menyelesaikan 6 soal dengan benar, dan 4 soal yang hasilnya kurang benar?

Siswa SNM :iyah bu saya lupa caranya udah lama dulu kelas 1 kalau ndak salah.

Observer :soal yang no.6. coba kalau ada bilangan positif dibagi dengan bilangan negative hasilnya positif atau negatif?

Siswa SNM :kalau tidak salah positif bu, tapi ini jawaban saya salah jadi seharusnya negatif hehe.

Observer :lalu no 9, bagaimana cara kamu mengerjakan?

Siswa SNM :karena ini pecahan maka penyebutnya harus disamakan dulu.

Siswa LTM (kemampuan Awal Rendah)

Hasil Wawancara :

Obsever:apakah kamu pernah mengerjakan soal yang sama dengan pre-tes yang baru kamu kerjakan?

Siswa LTM :lupa bu, hmm pernah mungkin.

Obsever:pada materi apa kamu mengerjakan soal seperti ini?

Siswa LTM:tidak ingat bu.

Observer :Mengapa dari 10 soal yang diberikan hanya satu soal yang kamu selesaikan?

Siswa LTM :saya tidak tahu dan tidak ingat caranya bu, susah soalnya.

Observer :hanya soal yang no.8. yang kamu kerjakan, coa jelaskan caranya?

Siswa LTM:yah gini bu karena ini pecahan, saya ingatnya kalau ada pecahan disamakan dulu penyebutnya baru yang atas dikalikan yang bawah tetap.

Dari hasil wawancara terlihat bahwa siswa yang kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah masih belum memahami dan menguasai materi operasi hitung aljabar. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang masih belum menguasai dan memahami tentang operasi hitung bilangan. Lebih dari setengah siswa yang mendapat skor kemampuan awal rendah, ini akan menghambat jalanya proses pembelajaran pada materi operasi aljabar.

ANALISIS MASALAH :

Materi operasi aljabar dipelajari siswa kelas VIII SMP pada semester ganjil, sebelum siswa kelas VIII mempelajari materi operasi aljabar, siswa kelas VIII terlebih dahulu harus menguasai konsep mengenai faktor sekutu, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan atau lebih serta operasi hitung bilangan. Operasi hitung bilangan merupakan salah satu pengetahuan dasar yang memiliki peran penting dalam mempelajari operasi aljabar Nuharini (2008:80). To understand algebra without ever having really understood arithmetic is an impossibility, for much of the algebra we learn at school is generalized arithmetic Skemp (1971:35), dapat dijelaskan bahwa untuk mempelajari ilmu aljabar harus betul-betul memahami ilmu hitung, karena ilmu hitung mendasari ilmu aljabar, belajar aljabar tanpa menguasai ilmu hitung adalah hal yang mustahil. Oleh karena itu observer melakukan pre-tes terhadap siswa kelas VIII-D, agar materi operasi aljabar tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa, diperlukan tingkat pemahaman yang baik pula pada materi prasyarat. Dari hasil observer didapat bahwa 62,5% siswa kelas VIII-D sangat kurang dalam memahami materi operasi hitung aljabar, padahal materi ini merupakan kemampuan dasar atau awal yang diperlukan untuk mempelajari materi operasi aljabar, sehingga hal ini merupakan masalah yang menghambat jalannya proses pembelajaran. Pretes, berguna bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui sejauhmana pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan yang berada di atas batas, yakni keterampilan prasyarat (Dick and Carey:1985). Materi prasyarat merupakan materi yang telah dipelajari dan harus dikuasai oleh siswa yang berkaitan dengan pelajaran atau materi yang akan dipelajari. Jika siswa memiliki penguasaan yang baik terhadap materi prasyarat, maka siswa akan memiliki kemampuan awal untuk mengikuti proses pembelajaran. Pemahaman terhadap konsep awal atau pengetahuan prasyarat akan membantu siswa untuk dapat menerima materi pelajaran selanjutnya. Konsep-konsep matematika bersifat abstrak, yang saling berkorelasi membentuk konsep baru yang lebih kompleks (Skemp, 1971 :37), dan tersusun secara hierarkis, konsep yang satu menjadi dasar untuk mempelajari konsep selanjutnya. Setiap materi dari matematika merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, hal ini yang membuat siswa terlebih dahulu harus memahami materi prasyarat dari materi selanjutnya. Matematika merupakan ilmu yang berstruktur karena tersusun atas dasar materi sebelumnya. Skemp (1971:34) menyatakan bahwa hanya konsep dalam matematika yang memiliki keterkaitan, jika dalam suatu tingkatan tertentu konsep tidak dikuasai secara sempurna, maka pada tingkat selanjutnya akan semakin mengalami kesulitan. Penguasaan materi pelajaran matematika pada jenjang pendidikan sebelumnya merupakan kemampuan awal dalam mempelajari materi matematika berikutnya.Proses belajar berhubungan dengan proses perkembangan intelektual. Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equalibrasi ( Penyeimbangan), teori belajar Piaget menyatakan bahwa proses similasi akan terjadi jika suatu informasi atau pengalaman baru dapat disesuaikan dengan kerangka kognitif yang sudah ada di benak siswa; sedangkan akomodasi akan terjadi jika perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada di benak siswa agar sesuai dengan pengalaman yang baru dialami.Pemantapan pemahaman siswa terhadap materi prasyarat akan membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar karena siswa lebih mudah untuk memahami materi pelajaran. Pemberian materi prasyarat ini bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap disamping itu untuk memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mencapai kompetensi dasar .Apabila pembekalan kemampuan awal ini tidak dilakukan akan memberikan dampak pada pembelajaran selanjutnya. Dampak tersebut yaitu siswa menjadi sulit untuk mengerti materi pembelajaran selanjutnya yang membuat siswa menjadi pasif, sehingga pembelajaran yang ada kurang didominasi siswa.Siswa yang sudah memiliki pengetahuan prasyarat saja mungkin akan akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah tersebut, apalagi para siswa yang belum memiliki pengetahuan prasyarat. Namun yang pasti, proses pembelajaran akan menjadi bermakna jika siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang baru tentang materi operasi aljabar itu dapat dikaitkan dengan pengetahuan prasyarat yang sudah dipelajari siswa yaitu operasi hitung bilangan.

MASALAH2. Siswa kurang memahami cara menyajikan data dari soal cerita dalam bentuk diagram venn.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan obsever pada hari Senin, 9 November 2015 di SMP Hasjim AsjAri Tulangan kelas VII-D terdapat masalah pembelajaran matematika. Beberapa siswa kelas VII-D mengalami kesulitan dalam menyajikan data himpunan dari soal ceritaa kehidupan sehari-hari ke bentuk visual yaitu diagram venn., sehingga permasalahan yang terjadi di dalam kelas VII-D SMP Hasjim AsjAri Tulangan adalah siswa kurang memahami cara menyajikan data dari soal cerita dalam bentuk diagram venn.

BUKTI :Berikut bukti bahwa ada siswa kelas VII-D belum memahami cara menyajikan data dari soal cerita dalam bentuk diagram venn. Bukti berupa hasil jawaban siswa dari soal ulangan harian bab himpunan. Soal 5. Di antara sekelompok siswa yang terdiri atas 40 siswa ternyata 20 siswa suka mengarang, 22 siswa suka melukis, dan 7 siswa suka melakukan keduanya.a. Gambarlah diagram Venn untuk menggambarkan keadaan di atas!b. Berapa banyak siswa yang tidak suka melukis dan tidak suka mengarang?c. Berapa banyak siswa yang suka melukis saja?a. Berapa banyak siswa yang suka mengarang saja?

6.Dalam suatu kelas terdapat 40 siswa, 20 siswa suka main game, 15 siswa suka baca buku, dan 8 siswa suka keduanya. Tentukan banyak siswa yang tidak suka main game dan baca buku ?

Jawaban siswa : Siswa A

Siswa B.

ANALISIS MASALAH :Salah satu kesalahan siswa dalam pembelajaran materi diagram Venn yaitu saat mentransfer atau menyatakan suatu himpunan dari soal cerita ke bentuk diagram Venn.Dari hasil jawaban siswa terlihat bahwa siswa dapat menyelesaikan soal dengan perhitungan benar yaiu menjawab pertanyaan berapa banyak siswa yang suka melukis saja dan mengarang saja, tetapi ketika siswa menyajikan ke bentuk visual yaitu diagram venn siswa mengalami kesalahan dalam menuliskan banyak anggota mengarang saja dan melukis saja. Jawaban yang diharapkan:Diketahui: 40 siswa20 siswa suka mengarang22 siswa suka melukis7 siswa suka melakukan keduanyaDitanyakan:a. Gambarlah diagram Venn !b. Berapa banyak siswa yang tidak suka melukis dan tidak suka mengarang?c. Berapa banyak siswa yang suka melukis saja?d. Berapa banyak siswa yang suka mengarang saja?Jawab: b. Diagram Venn

c. siswa yang tidak suka melukis dan tidak suka mengarang40-13-7-15 = 12 siswad. siswa yang suka melukis saja 22-7 = 15 siswae. siswa yang suka mengarang saja 20 7 = 13 siswaMengarangMelukis4071315

Matematika memiliki objek yang abstrak, matematika memiliki dua jenis simbol yang digunakan yaitu visual dan verbal (Skemp:1971) keduanya merupakan imajinasi mental, dan hal lain yang ditandai dengan simbol. Simbol visual di contohkan dengan diagram, khususnya gambar bentuk-bentuk geometri. gambaran visual lebih sulit dikomunikasikan dari pada yang lain karena dalam yang sering digunakan dalam matematika, simbol aljabar dan simbol verbal sedangkan diagram dan gambar geometri jarang digunakan (Skemp:1971), hal ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam menyajikan suatu masalah ke bentuk visual. Diagram Venn merupakan bentuk lain atau bentuk visuals (gambar) dari penyajian suatu himpunan dengan cara menggunakan gambar (Masriyah:2007:73). Adapun semua anggota dari himpunan semesta ditunjukkan dalamdua buah lingkaran beririsan pada suatupersegi panjang, simbol S untuk semesta disimpan di pojok kiri atas. Dalam membuat suatu diagram Venn, perlu diperhatikan beberapa hal (Wintarti,2008:173), antara lain:1. Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan bentuk persegipanjang.2. Setiap himpunan lain yang sedang dibicarakan digambarkan dengan lingkaran atau kurva tertutup sederhana.3. Setiap anggota masing-masing himpunan digambarkan dengan noktah atau titik.4. Jika banyak anggota himpunannya tak berhingga, maka masing-masing anggota himpunan tidak perlu digambarkan dengan suatu titik.

MASALAH3. Penilaian yang dilakukan guru masih kurang dari standar penilaianPada masalah 1 berikut masalah diambil berdasarkan dokumen penilaian guru matematika terhadap nilai matematika kelas VIII A pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Masalah yang dimaksud adalah guru tidak memberikan penilaian secara lengkap pada setiap standar kompetensi melainkan hanya memberikan nilai jadi dalam bentuk nilai rapor.

BUKTI MASALAH1. Dokumen (form) pengisian nilai SMP Alfurqan MQ

2. Hasil Wawancara Observer terhadap guru yang bersangkutan

Observer: Mengapa pada form penilaian yang diberikan oleh sekolah bapak hanya mengisikan nilai pada nilai rapor saja?Guru: kan yang ditulis dirapor hanya nilai rapornya, biar nggak ribet.Observer: Apakah bapak melakukan perhitungan nilai rapor berdasarkan nilai harian, nilai UTS, dan Nilai UAS yang sesuai dengan bobot yang ditentukan kurikulum sekolah?Guru: halah Pak, saya kan sudah hafal dengan semua siswa saya gak usah dihitung juga sudah tau mana yang pantas dapat nilai baik dan mana yang nilainya pas-pasan.Observer: Lantas bagaimana dengan perkembangan siswa bapak? Bagaimana bapak memantaunya?Guru: kalau disini sih perkembangan matematikanya susah Pak, kalau adapun hanya 1 atau 2 orang saja, jadi saya pasti hafal, terus tinggal ganti saja nilainya disemester berikutnya. Gini loh Pak, yang penting kita gak sampai salah memberi nilai bagus ke anak yang tidak pandai, dan memberi nilai jelek ke anak yang pintar.

ANALISIS MASALAHPenilaian adalah salah satu bagian penting dalam evaluasi sehingga proses evaluasi tidak akan lepas dari proses penilaian. Menurut Arikunto (2012, 4) dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya.Berdasarkan bukti yang telah ditunjukkan dapat diketahui bahwa guru tidak melakukan penilian setiap standar kompetensinya, guru juga tidak melakukan penilaian pada ulangan harian atau nilai tugas. Sehingga hal ini akan menyulitkan guru tersebut karena guru tidak akan mengetahui siswa mana yang bisa melanjutkan pelajaran maupun siswa yang belum menguasai materi. Berikutnya guru juga tidak akan mengetahui apakah penyampaian materinya sudah tepat atau perlu ada perubahan. Hal ini tentu bertentangan dengan Arikunto (2004, 15) bahwa ada beberapa makna yang bisa diperoleh guru dalam melakukan penilaian.1. Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mngetahui siswa mana yang bisa melajutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun siswa-siswa yang belum berhasil menguasai materi. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.2. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan dating tidak perlu diadakan perubahan.3. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum, jika sebagian besar dari siswa memperoleh nilai jelek pada penilian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.Dengan hanya mencantumkan nilai jadi dalam bentuk nilai raport guru juga dapat menyulitkan sekolah dalam melakukan evaluasi sekolah. Sekolah tidak dapat mengetahui apakah kondisi dan lingkungan belejar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan yang diharapkan, dan juga sekolah tidak dapat menentukan apakah kurikulum yang sudah tepat atau perlu perubahan di masa mendatang. Padahal arikunto (2012, 16) menerangkan bahwa ada beberapa makna penilaian bagi sekolah diantaranya.1. Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belu. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.2. Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan untuk masa-masa mendatang.3. Informasi hasil penilian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah. apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.Berdasarkan prinsip umum yang dikemukakan oleh BSNP pada poin 2 bahwa penilaian harus terbukan atau transparan, artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian ataupun dasar pengembilan keputusan harus disampaikan secara transparan dan diketahui oleh pihak-pihak terkait secara objektif. Dalam point 3 peniliaian harus menyeluruh artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan harus meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai dan terdiri atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dalam poin 6 penilaian harus sistematis, artinya penilaian harus dilakukan secara terencana dan bertahap serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik.Berdasar bukti yang ada, penilaian yang dilakukan oleh guru tidak sesuai dengan prinsip umum yang dikemukakan oleh BSNP penilaian tersebut tidak dilakukan secara bertahap dan tidak menampakan kelanjutannya, hal ini akan mengakibatkan guru tidak akan mendapat gambaran tentang perkembangan siswa. Penilian tersebut juga tidak dilakukan secara transparan dan menyeluruh sehingga penilaian tersebut tidak dapat diketahui oleh siswa dan pihak sekolah secara lengkap dan menyeluruh dari berbagai aspek. Hal ini tentu saja dapat menyulitkan proses evaluasi yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru tersebut.

MASALAH4. Beberapa siswa kelas IX A SMP Alfurqan MQ kurang memahami operasi pembagian bilangan bulat.Masalah berikutnya berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari 18 November 2015 di SMP Alfurqan Madrasatul Quran Tebuireng pada kelas IX A. Pengamatan dilakukan dalam kurun waktu pelajaran matematika kelas IX A yakni mulai pukul 09.00 sampai pukul 09.40. masalah yang dimaksud yaitu ada beberapa siswa di kelas IX A yang masih belum menguasai pembagian bilangan bulat. Banyak siswa kelas IX hanya menuliskan soal pembagian tersebut kedalam bentuk pembagian porogapit tanpa bisa melakukan penyelesaian. Bukti Masalah1. Beberapa siswa kurang memahami operasi pembagian bilangan bulat

Dari kedua contoh di atas tampak siswa sudah sedikit memahami, operasi pembagian bulat sederhana, siswa juga telah mampu melakukan operasi perkalian sederhana.2. Beberapa siswa sangat kurang dalam memahami operasi pembagian bilangan bulat

Dari kedua bukti diatas tampak bahwa siswa sangat kurang dalam memahami operasi bilangan bulat, siswa juga tampak kurang mampu melakukan operasi perkalian dengan baik.

Analisis MasalahPembagian merupakan salah satu operasi penting dalam matematika, oleh karenanya pembagian sudah diajarkan mulai kelas 2 SD. Pembagian diajarkan mulai dari yang sederhana sampai pada pembagian yang rumit seperti pembagian bilangan decimal dan pecahan. Pembagian merupakan bagian dari berbagai macam perhitungan yang terus beriringan dengan penjumlahan, pengurangan maupun perkalian. Siswa juga harus dapat memahami konsep perhitungannya sebagai bekal melanjutkan kehidupan di masyarakat. Nurngaeni (2013, 5). Sehingga dari bukti yang telah disampaikan diatas menunjukkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam operasi pembagian akan mengalami kesulitan dalam penerapan operasi pembagian tersebut dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Pembagian merupakan operasi yang kerap menyulitkan siswa. menurut Runtukhu dalam Nurngaeni (2013) menjelaskan operasi pembagian merupakan operasi hitung tersulit yang dipahami peserta didik, terutama jika mereka mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu, banyak dijumpai suatu kasus kesulitan belajar pada siswa kelas tinggi bahkan siswa SMP yang cenderung kurangnya pemahaman dasar dalam memahami konsep pembagian. sehingga sering kali siswa tidak dapat menyelesaikan persoalan yang diberikan guru karena terganjal masalah pembagian. Misalnya pada materi statistika siswa sering kesulitan menentukan rata-rata karena mereka tidak mampu menyelesaikan operasi pembagian dalam rumus mencari nilai rata-rata.Pembagian merupakan lawan dari operasi perkalian sehingga pemahaman siswa mengenai perkalian haruslah ditanamkan dengan baik sebelum menginjak materi pembagian. Menurut Heruman dalam Nurngaeni (2013) menjelaskan bahwa pembagian merupakan lawan dari perkalian. Pembagian disebut juga pengurangan berulang sampai habis. Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian. Dari bukti yang disampaikan sebelumnya nampak ada beberapa siswa yang masih belum menguasai materi perkalian dengan baik, akibatnya mereka merasakan kesulitan dalam melakukan operasi pembagian. Bukti yang disampaikan juga menunjukkan bahwa beberapa siswa belum memahami bahwa konsep pembagian adalah pengurangan yang berulang, hal ini tampak bahwa tidak ada siswa yang melakukan pembagian dengan mengurangkan secara beruntun.MASALAH :5. Siswa kelas II masih kesulitan memahami materi Pengurangan dengan teknik meminjam.Bukti : Bukti I Bukti II Gambar hasil jawaban siswa kelas II

ANALISIS :Matematika menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa simbol ; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Siswa Sekolah Dasar kelas II berusia 7-9 tahun menurut Piaget dalam Muginah & Widjajanti (2014) termasuk dalam tahap operasional konkret (concrete operational stage). Pada tahap ini, anakanak dapat melakukan operasi konkret, mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contohcontoh spesifik atau konkret.

Pada tahap ini siswa belum mampu berfikir formal karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret, siswa baru mampu mengikat definisi yang telah ada dan mengungkapkan kembali, akan tetapi belum mampu untuk merumuskan sendiri definifi-definisi tersebut secara cepat, belum menguasai simbol verbal dan ide-ide abstrak. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika pada jenjang SD hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan belajar matematika di SD sehingga belajar matematika menjadi bermanfaat dan relevan bagi kehidupan siswa.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi AksaraArifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: ROSDADick & Carey. 1985. The System Design of Instruction. England: Scott, Foresmen and company.Masriyah. 2008. Pengantar Dasar Matematika. Surabaya: Universitas Negeri SurabayaNurngaeni, Siti. 2013. Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembagian Bilangan Asli Siswa Kelas II SD Negeri 3 bajong Bukateja Purbalingga. Jogjakarta.Nuharini, Dewi. 2008. Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya: untuk Kelas VII SMP dan MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.Skemp, Richard R. 1971. The psychology of Learning Mathematics. Inggris : Penguin Books Ltd.Solso, Robert L., dkk.. 2008. Psikologi Kognitif . Jakarta: Erlangga.Wintarti, Atik, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional