Upload
opanrusyanto
View
460
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
PRINSIP DESAIN UNTUK SISTEM PASAK DAN INTI DIREK FIBER-REINFORCED
RESIN KOMPOSIT
Douglas A. Terry, DDSInstitute of Esthetic and Restorative Dentistry Houston, Texas
Sebuah sistem didefinisikan sebagai seperangkat komponen yang bekerja sama untuk
mencapai keseluruhan tujuan dari sistem tersebut. Pada situasi klinis tertentu, pemilihan sitem
pasak dan inti harus melalui evaluasi dari berbagai komponen dan interface dari sistem tersebut.
Komponen sistem pasak direk fiber-reinforced resin komposit meliputi permukaan dentin akar,
pasak intraradikular, core bulid up, luting cement, dan mahkota. Sitem ini dapat dianalisa dari
empat regio yaitu permukaan intraradikular (permukaan dentin), interface pasak-gigi, inti, serta
intrakoronal.
Pada gigi yang telah dirawat endodonti, pemahaman mengenai perbedaan dan
kompleksitas hubungan antara permukaan gigi yang telah dirawat endodonti dengan berbagai
bahan restorasi sangatlah penting untuk keberhasilan perawatan. Evaluasi interface berbagai
sistem yang penyebab kegagalan perawatan, memberikan dokter gigi pengetahuan mengenai
prinsip desain yang dapat digunakan pada berbagai sistem restorasi pasak inti. Oleh karena itu
prinsip-prinsip desain dibawah ini harus dipertimbangkan ketika akan menggunakan sistem
pasak dan inti fiber reinforced resin komposit dalam merekonstruksi gigi restorasi yang komplek.
Retensi Maksimal Pasak dan Stabilitas Inti
Tanggal dan fraktur gigi merupakan penyebab kegagalan restorasi pasak dan inti
(gambar 1A sampai 1C). Stabilutas inti dan retensi pasak sangat penting untuk mencegah
kegagalan perawatan pada gigi yang telah dirawat endodonti. Sistem pasak yang ideal
seharusnya dapat menggantikan struktur gigi yang hilang dan menyediakan retensi dan
dukungan pada inti, dapat mendistribusikan beban oklusal baik selama fungsi maupun parafungsi
untuk mencegah fraktur akar. Pasak fiber reinforced resin komposit menggunakan anatomi
internal gigi, permukaan dentin dan bentuk saluran akar yang ireguler untuk meningkatkan
ikatan permukaan gigi dan pasak sehingga dapat memperbaiki integritas struktur dentin akar
yang tersisa serta menambah retensi dan resistensi.
Konservasi Struktur Gigi
Sistem pasak cor tradisional dan pasak prepabrikasi sering memerlukan pembuangan
undercut untuk kepentingan pemasangan dan adaptasi dari saluran akar. Pembuangan dentin di
saluran akar selama atau setelah perawatan endodonti yang berlebihan dapat melemahkan gigi
dan menyebabkan fraktur gigi secara horizontal maupun vertikal. Perkembangan bahan komposit
dan teknologi adhesif menghasilkan konsep desain pasak dan inti yang lebih konservatif. Pasak
fiber reinforced resin komposit memungkinkan pemeliharaan struktur saluran akar dan
merupakan metode yang dapat digunakan pada perawatan gigi dengan bentuk saluran akar
ireguler karena tidak memerlukan arah pemasangan yang konvergen.selain itu, preparasi pasak
fiber reinforced resin komposit dilakukan dengan preparasi minimal karena menggunakan
undercut dan bentuk saluran yang ireguler untuk meningkatkan ikatan pada permukaan.
Konservasi dentin mengurangi kemungkinan fraktur gigi selama fungsi atau pada kejadian injuri
traumatik.
Adaptasi Internal
Luting cement konvensional (misalnya zinc oxyphosphate) hanya mengisi kekosongan
antara permukaan restorasi tanpa melekatkan kedua permukaan. Penggunaan dual cure luting
agent dengan pasak fiber reinforced resin komposit memiliki ikatan fisik dan ikatan kimia yang
sangat baik yang dapat meningkatkan adhesifitas kedua permukaan. Penggunaan semen resin
komposit diantara sistem adhesive dan bahan reinforced akan memastikan kontak yang lebih
intimuntuk berikatan dengan dentin karena viskositas yang lebih rendah dan meningkatkan
adaptasi morfologi intraradikular. Modulus komposit yang rendah, berperan sebagai buffer
elastik yang dapat mengkompensasi polimerisasi shrinkage, mengelimiasi pembentukan celah,
dan mengurangi kebocoran mikro. Jika modulus elastisitas rendah, komposit akan merengang
untuk mengakomodasi modulus dari gigi.
Viskositas semen resin yang rendah juga akan meningkatkan kelembaban sehingga
dapat meningkatkan adaptasi yang akan mengurangi resiko kebocoran mikro dan permukaan gigi
yang lemah. Selain itu, penggunaan semen resin untuk melapisi dan memperkuat dinding
saluran akar pada dasarnya akan memperkuat akar dan memberikan dukungan pada restorasi gigi
yang komplek.
Estetik yang Optimal
Ketika estetik menjadi perhatian, pemilihan bahan restorasi yang sesuai menjadi
pertimbangan utama. Transmisi cahaya pada pasak prefabrikasi dan pasak logam cor tradisional
berbeda dengan dengan gigi asli. Cahaya sepeuhnya terhalangi oleh pasak logam yang dapat
menyebabkan adanya bayangan pada daerah subgingival (gambar 2). Ketika menggunakan
restorasi full keramik, warna dan opasitas dari pasak logam akan menyebabkan perubahan warna
dan berbayang pada gusi dan daerah servikal gigi.
Sifat optik sekunder cahaya (misalnya translusensi, opasitas, opalescence, perubahan
warna dan flouresence) dari resin komposit memungkinkan cahaya akan menembus gigi asli dan
bahan restorasi untuk dipantulkan, dibiaskan diserap dan di teruskan sesuai sesuai dengan
densitas dari kristal hidroksiapatit, enamel rods, dan tubuli dentin. Selain itu, untuk mendapatkan
warna yang selaras dengan gigi sekitarnya, bahan restorasi yang digunakan secara langsung
berpengaruh pada hasil akhir restorasi.
Tahan terhadap Kegagalan Akar Katastrofik
Fraktur akar merupakan salah satu penyebab kegagalan perawatan restorasi gigi dengan
sistem pasak dan inti. Apabila kegagalan perawatan pada gigi yang telah dirawat endodonti
disebabkan oleh daya oklusal atau trauma gigi maka tujuan utama restorasi dilakukan dengan
mengambangkan desain sistem pasak dan inti dimana daya oklusal yang diterima dapat
didistribusikan secara merata sehingga dapat mempertahankan struktur gigi. Pasak logam cor
tradisional memiliki modulus yang tinggi sekitar 10 kali lebih besar dari modulusitas dentin. Hal
ini berpotensi dapat menyebabkan daya yang berkonsentrasi pada akar yang kurang kaku yang
dapat menyebabkan pecahnya pasak dan kegagalan. Penyaluran daya oklusal pada inti logam
terkonsentrasi pada region tertentu pada akar sehingga dapat menyebabkan fraktur (gambar 3).
Pasak fiber reinforced resin komposit menunjukan dapat mencegah fraktur akar. Studi
menunjukan bahwa resorasi pasak dengan ikatan dentin-resin secara signifikan kurang kuat
dibandingkan dengan pasak-inti logam cor yang dibuat secara individual. Pada cetaip percobaan,
pasak dengan ikatan dentin-resin patah terlebih dahulu sebelum terjadi fraktur akar.
Selain itu kemampuan pasak fiber reinforce resin komposit untuk dapat di lakukan
perawatan ulang menjadi perhatian. Tidak seperti pada pasak yang terbuat dari porselen, pasak
fiber reinforced resin komposit dapat dipotong secara intra oral dengan menggunakan bor
diamond dan di angkat dari saluran akar untuk dilakukan perawatan ulang.
Korosifitas yang Rendah
Kombinasi logam mulia dan logam tidak mulia pada lingkungan rongga mulut dapat
menyebabkan reaksi elektrokimia seperti korosi logam. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan
dan patahnya restorasi dan menyebabkan interakasi antara jaringan biologis dengan produk
korosi yang dilepaskan logam. Kegagalan pasak prepabrikasi tradisional yang terbuat dari
campuran logam disebabkan oleh korosi dari logam yang mungkin berasal dari aktivitas galvanis
antara pasak yang terbuat dari stainless steel dengan inti yang terbat dari amalgam. Keuntungan
lain dari desain struktur dengan sistem pasak fiber reinforced resin komposit yaitu tahan terhadap
korosi dan kompatibiltas bahan restorasinya.
Antirotasi
Pasak dapat terkena daya rotasi dari oklusal. Daya oklusal dapat ditahan dengan
mengunci seluruh posisi internal koronal ruangan untuk pasak, atau membentuk lekukan
disekitar ruangan pasak.
Apabila akan dibuat inti build up, desain preparasi harus memperhatikan stabilitas
mahkota untuk mencegah rotasi mahkota. Gambaran ant rotasi pasak dan inti yang komplek
memerlukan penempatan 2 mm ferrule disekeliling preparasi pada struktur gigi. Studi klinis
menunjukan dan membuktikan pentingnya collar di koronal gigi untuk resistensi mekanis pada
gigi komplek yang telah dirawat endodonti.
Modulus Elastisitas yang Sama dengan Dentin Gigi
Modulus elastisitas di definisikan sebagai kekakuan dari bahan restorasi dalam suatu
rentang elastisitas. Selain itu modulus elastisitas juga digambarkan sebagai rasio dari tegangan
uniaksial untuk meregang pada struktur atau bahan retorasi pada batas regangan terkecil. Desain
retorasi ideal untuk pasak memerlukan modulus elastisitas sistem yang sama dengan dentin.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pasak logam tradisionalcmemiliki modulus elastisitas yang
tinggi. Sedangkan pasak fiber reinforced resin komposit memiliki modulus elastisitas yang sama
dengan dentin. Jaringan keras memiliki rentang nilai modulus elastisitas dan penambahan bahan
restorasi dengan nilai modulus elastisitas yang berbeda akan mempengaruhi kekakuan restorasi
gigi komplek dan menghasilkan perubahan tegangan permukaan. Tegangan permukaan yang
dihasilkan oleh perbedaan modulus dapat menyebabkan peningkatan suhu, regangan mekanis
dan penyusutan bahan retorasi.
Sistem pasak fiber reinforced resin komposit memiliki beberapa keunggulan pada
mekanisme komplek antara penyusutan polimerisasi dan adhesi. Karena modulus elastisitas
bahan perekat dan semen resin rendah, maka komposit akan meregang untuk mengakomodasi
modulus dari gigi. Lapisan internal akan mengabsorbsi tegangan penyusutan polimerisasi dari
resin komposit dengan cara elongasi. Faktor-faktor ini akan mengurangi dan mendistribusikan
tekanan pada dentin yang tersisa sehingga akan mengurangi resiko pecahnya pasak dan fraktur
akar sehingga akan meningkatkan keberhasilan perawatan restorasi komplek.
Daya Tarik dan Regang yang Sesuai dengan Struktur Akar
Desain dan bahan restorasi akan mempengaruhi resistensi terhadap fraktur pada gigi yang
telah dirawat endodonti yang direstorasi dengan sistem pasak dan inti. Kelebihan yang luar biasa
dari sistem pasak dan inti yaitu memiliki sifat biomekanis yang sama dengan jaringan gigi. Pasak
logam cor bersifat isotropic yang berarti memiliki struktur homogen yang memiliki sifat yang
sama ketika diukur dari berbagai segi (misalnya konduktivitas, kecepatan transmisi cahaya dll).
Pasak fiber reinforced resin komposit bersifat anisotrpik yang berarti memiliki sifat yang
berbeda. Sifat mekanis bahan fiber reinforced resin komposit tergantung pada arah beban dan
struktur bahannya. sikap yang berbeda ditunjukan pula pada bahan anisotropik dibandingkan
dengan bahan yang homogeny. Pada bahan homogen ketika kelebihan beban, apabila terjadi
retakan, retakan akan meluas dengan cepat diikuti dengan kegagalan yang tiba-tiba. Sedangkan
pada bahan anisotropic, struktur mikro bahannya akan mempengaruhi sikap bahan ketika
kelebihan beban dan proses kerusakan pada bahan komposit yang komplek, meliputi retaknya
matriks, lepasnya ikatan pada interface, meregang atau pecah serat-serat fiber atau kombinasi
semuanya.
Bahan reinforcement pada bahan pasak fiber reinforce resin komposit yang mengandung
serat polietilen yang dibuat dengan gas plasma dingin. Serat reinforcement ini akan
meningkatkan sifat mekanis dari restorasi gigi yang komplek dengan meningkatkan daya tarik
dan regangnya. Beberapa jenis serat digunakan oleh pabrik yang dapat mempengaruhi kekuatan,
stabilitas dan daya tahan. Serat Leno pada RIBBOND (Ribbons Inc) dilaporkan tahan terhadap
pergeseran dan peluncuran dibawah tekanan lebih baik dibandingkan dengan serat biasa,
meminimalisasi retakan dilakukan dengan mengurangi koalesensi dari retakan mikro pada
matriks resin yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi.jaringan penguat serat resin komposit
memberikan transfer daya yang efisien pada kerangka internal dengan cara menyerap daya pada
restorasi dan mengarahkan daya-daya tersebut sepanjang sumbu panjang gigi yang tersisa
sehingga mengurangi resiko fraktur akar.
Tidak Hambatan Ikatan pada Seluruh Interface
Luting cement konvensional seperti zinc oxyphosphate hanya mengisi kekosongan
diantara permukaan restorasi tanpa melekatkan kedua permukaannya. Sistem pasak fiber
reinforced resin komposit, memberikan ikatan yang tanpa hambatan pada permukaannya dan
meghasilkan peningkatan resistensi terhadap kelelahan dan fraktur, meningkatkan retensi dan
mengurangi kebocoran mikro dan infiltrasi bakteri. Integrasi ikatan antara lima komponen dari
sistem direk fiber reinforced resin komposit (antara lain akar, dentin, luting cement, pasak
intraradikular, inti build up, dan mahkota) memberikan integritas struktur pada rehabilitasi
intraradikular. (gambar 4).
Urutan restoratif berikut ini menggambarkan penggunaan prinsip-prinsip desain dalam pembuatan pasak fiber reinforce resin komposit untuk merehabilitasi anatomi intraradicular saluran akar pasca perawatan endodonti pada gigi seri lateral rahang atas
LAPORAN KASUS
Pemilihan Bahan Restorasi
Pengetahuan mengenai integritas dari prinsip-prinsip desain dengan bahan restorasi dan
teknik adhesi telah mengubah desain preparasi pasak dan menghasilkan metode baru yang lebih
sederhana diamana restorasi pasak dan inti dikerjakan dalam satu kali kunjungan. Metode
pembuatan pasak ini menggunakan serat reinforcement yang dapat berikatan (Construct, KerLab;
RIBBOND) sebagai bahan pasak dan bonding agent generasi keempat (Opti-Bond,
KerrCoorporation) dan komposit dual cure hybrid (Nexus2, kerr Coorporation) sebagai luting
agent, serta komposit dual cure hybrid CoreRestore2, Kerr Coorporation) sebagai inti build up.
Bahan Reinforcement yang digunakan pada pasak mengandung serat fiber polietilen
yang dibuat dengan gas plasma dingin. Perawatan ini membentuk sudut kontak yang kecil
dengan resin dan menyediakan permukaan yang lebih luas untuk berikatan sehingga dapat
meningkatkan adhesi terhadap bahan restorasi sintetik lainnya. Serat reinforcement ini akan
meningkatkan sifat fisik restorasi komplek gigi dengan cara meningkatkan daya tarik dan
regang. Serat Leno dilaporakan mampu meminimalisasi retakan dengan cara mengurangi
koalesensi dari retakan mikro pada matriks resin yang dapat menyebabkan kegagalan
restorasi.jaringan penguat serat resin komposit memberikan transfer daya yang efisien pada
kerangka internal dengan cara menyerap daya pada restorasi dan mengarahkan daya-daya
tersebut sepanjang sumbu panjang gigi yang tersisa.
Tahapan Restorasi
Rubber dam dipasang untuk mengisolasi daerah kerjadan gigi telah selesai dirawat
endodonti, gutta percha dan sealer pada saluran akar diambil menggunakan instrument panas
atau Gates Glidden Drill nomor 3 (gambar 5). Saluran akar dipreparasi untuk menempatkan
pasak dengan kedalaman hampir sama dengan preparasi saluran akar terakhir. Hal ini untuk
memperluas permukaan kontak untuk meningkatkan adhesi. Pembuangan undercut tidak perlu
dilakukan seperti pada preparasi konvensional. Struktur gigi yang tersisa di etsa menggunakan
gel etsa 37,5% (Gel Etchan, Kerr Corporation) selama 15-30 detik kemudian dikeringkan
(Gambar 6). Untuk ikkatan adhesif, dentin harus dalam keadaan lembab. Kelebihan air pada
saluran dikeringkan dengan paper point. Bahan adhesif diaplikasikan setiap 5-20 detik untuk
menjaga kelembabandengan menggunakan mikroaplikator dan paper points untuk menempatkan
resin pada dasar preparasi dan untuk membuang sisa air. (gambar 7). Bahan adhesif (Opti-Bond
Solo, Kerr Corporation) dikeringkan dengan lembut selama 5 detik dan disinari selama 20 detik.
Jika ruang preparasi lebih dalam 4 mm dari pasak, direkomendaikan menggunakan bahan
adhesif dual cure.
Berdasarkan pembuatannya,serat reinforcement tersedia dengan lebar yang berbeda-beda
antara lain 1mm, 2mm,3mm,4mm dan 9mm. ukuran yang sering dipakai adalah 2mm , akan
tetapi yang berukuran 3mm juga mungkin digunakan untuk saluran yang lebih besar. Panjang
serat yang tepat ditentukan dengan melipat bahan ketika didalam saluran dan dilipat kembali
pada setiap ujungnya dan dibuat setidaknya enam kali panjang dari preparasi.serat ribbon yang
dilapisi plasmadiukur dan dilapisi bonding resin light cure tanpa filler atau sealant komposit dan
kelebihannya dibuang dengan lin free 2x2 gauze (gambar 8A dan 8B). resin disinari dengan light
cure dan fiber dipotong dengan pemotong yang disediakan pabrik (gambar 9A dan 9B). Selama
pengerjaan harus menggunakan sarung tangan katun khusus sampai resin selesai diaplikasikan
dan berpolimerisasi. Plasma yang melapisi fiber tidak boleh terkontaminasi oleh minyak dan
keringat dari jari-jari atau serbuk dari sarung tangan latek atau vinil karena dapat mengganggu
lapisan plasma dan akan mengurangi retensi. Baru-baru ini polietilen baru telah diperkenalkan
dimana mengandungresin dan dapat ditangani langsung oleh jari tanpa sarung tangan.
Sebelum meletakan bahan adhesif atau resin, dianjurkan utuk berlatih meletakan fiber
pada saluran pasak. (gambar 10 A-10C). fiber diletakan pada dasar ruang saluran pasak dengan
menggunakan modifikasi kondensor Luk’s gutta percha (Ribbond, Inc) yang berbentuk “V” yang
terbalik diujungnya.
Dual cure komposit atau semen resin (Nexus 2) di suntikan kedalam saluran akar dengan
menggunakan siring (Centrix Inc) (Gambar 11). Bahan resin harus dapat mengalir dan waktu
kerjanya harus lama. Hal ini sangat penting supaya dapat mencapai dasar saluran akar. Resin
komposit disuntikan kemudian siring diangakt pelan-pelan. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terperangkapnya gelembung udara dan mendapatkan adaptasi yang optimal dari resin pada
saluran akar. Fiber segera dimasukan ke saluran dengan menggunakan modifikasi kondensor
gutta percha. Fiber kemudian di lipat pada ujung-ujungnya sehingga menghadap ke lubang
saluran akar. Ujung fiber disusun sesuai dengan yang diinginkan untuk membentuk inti dan
disinari dengan light cured selama 60 detik.
Komposit dual cured atau light cured diaplikasikan dengan tangan atau disuntikan dengan
siring diatas fiber koronal dan dibentuk menjadi koronal (Gambar 13A-13C). Pada preparasi dan
tahap akhir fiber reinforced resin komposit sekitar 2mm ferulle sirkumferensial diletakan
disekitar struktur gigi yang dapat meningkatkan retensi dan resistensi gigi komplek yang telah
dirawat endodonti. Seluruh preparasi di lubrikasi dengan gliserin sebelum dilakukan pencetakan
akhir. Keberhasilan perawatan rehabilitasi ruangan intraradikular merupakan gambaran bahwa
prinsip dari desain dilakukan dengan baik (Gambar 16A-16C)>
Kesimpulan
Mempersiapkan prosedur restoratif dengan menggunakan bahan dan teknik terbaru
membutuhkan pemahaman yang baik. Contoh atau serangkaian prinsip-prinsip desain menuntun
dokter untuk lebih memahami adaptasi yang tepat dan permasalahan nya. Prinsip dasar desain
memberikan kerangka atau contoh dimana hal tersebut akan menjamin keberhasilan restorasi
sehingga dokter mampu mengatasi situasi lain yang lebih sulit.
Daftar Pustaka
1. Smith CT, Schuman NJ, Wasson W. Biomechanical criteria for evaluating prefabricated
post-and-core systems: a guide for the restorative dentist. Quintessence Int.
1998;29(5):305-312.
2. Blitz N. Adaptation of a fiber-reinforced restorative system to the rehabilitation of
endodontically treated teeth. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1998; 10(2):191-193.
3. Chalifoux PR. Restoration of endodontically treated teeth: review, classification, and post
design. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1998;10(2):247-254.
4. Freeman G. The carbon fibre post: metal free, postendodontic rehabilitation. Oral Health.
1996; 86(2):23-30.
5. Freedman G. Bonded post-endodontic rehabilitation. Dent Today. 1996;15(5):52-53.
6. Freedman G, Novak IM, Serota KS, et al. Intra-radicular rehabilitation: a clinical approach.
Pract Periodontics Aesthet Dent. 1994;6(5):33-39.
7. Trope M, Maltz DO, Troustand L. Resistance to fracture of restored endodontically treated
teeth. Endod Dent Traumatol. 1985;1(3):108-111.
8. Trabert KC, Caput AA, Abou-Rass M. Tooth fracture a comparison of endodontic and
restorative treatments. J Endod. 1978;4(11):341-345.
9. Goracci G, Mori G. Scanning electron microscopic evaluation of resin-dentin and calcium
hydroxidedentin interface with resin composite restorations. Quintessence Int.
1996;27(2):129-135.
10. Prager MC. Using flowable composites in direct posterior restorations. Dent Today.
1997;16(7):62-69.
11. Frankenberger R, Krämer N, Delka M, et al. Internal adaptation and overhang formation of
direct Class II resin composite restorations. Clin Oral Investig. 1999;3(4):208-215.
12. Sirimai S, Riis DN, Morgano SM. An in vitro study of the fracture resistance and the
incidence of vertical root fracture of pulpless teeth restored with six postand- core systems.
J Prosthet Dent. 1999;81(3):262-269.
13. Lui JL. A technique to reinforce weakened roots with post canals. Endod Dent Traumatol.
1987;3(6):310- 314.
14. Yamamoto M. Metal Ceramics. Chicago: Quintessence Publishing Co.; 1985:219-291.
15. Vichi A, Ferrari M, Davidson CL. Influence of ceramic and cement thickness on the
masking of various types of opaque posts. J Prosthet Dent. 2000; 83(4):412-417.
16. Tamse A. Iatrogenic vertical root fractures in endodontically treated teeth. Endod Dent
Traumatol. 1988;4(5):190-196.
17. Winter R. Visualizing the natural dentition. J Esthet Dent. 1993;5(3):102-117.
18. Purton DG, Payne JA. Comparison of carbon fiber and stainless steel root canal posts.
Quintessence Int. 1996;27(4):93-97.
19. Asmussen E, Peutzfeldt A, Heitmann T. Stiffness, elastic limit, and strength of newer types
of endodontic posts. J Dent. 1999;27(4):275-278.
20. Bex RT, Parker MW, Judkins JT, et al. Effect of dentinal bonded resin post-core
preparations on resistance to vertical root fracture. J Prosthet Dent. 1992; 67(6):768-772.
21. Arvidson K. Migration of metallic ions from screwposts into dentin and surrounding
tissues. Scand J Dent Res. 1978;86:200-205.
22. Smith CT, Shuman N. Prefabricated post-and-core systems: An overview. Compend
Contin Educ Dent. 1998;19(10):1013-1020.
23. Christensen GJ. Post and cores: state of the art. J Am Dent Assoc. 1998;129(1):96-97.
24. Christensen GJ. Post, cores and patient care. J Am Dent Assoc. 1993;124(9):86-90.
25. Paul SJ, Schärer P. Post and core reconstruction for fixed prosthodontic restoration. Pract
Periodontics Aesthet Dent. 1997;9(5):513-520.
26. Christensen GJ. When to use fillers, build-ups or post and cores. J Am Dent Assoc.
1996;127(9): 1397-1398.
27. Dietschi D, Romelli M, Goretti A. Adaptation of adhesive posts and cores to dentin after
fatigue testing. Int J Prosthodont. 1997;10(6):498-507.
28. Rosen H, Partida-Rivera M. Iatrogenic fracture of roots reinforced with a cervical collar.
Oper Dent. 1986;11(2):46-50.
29. Barkhordar R, Radke R, Abbasi J. Effect of metal collars on resistance of endodontically
treated teeth to root fracture. J Prosthet Dent. 1989;61(6):676-678.
30. Hemmings KW, King PA, Setchell DJ. Resistance to torsional forces of various post and
core designs. J Prosthet Dent. 1991;66(3):325-329.
31. Combe EC, Shaglouf AM, Watts DC, Wilson NH. Mechanical properties of direct core
build-up materials. Dent Mater. 1999;15(3):158-165.
32. Watts DC. Elastic moduli and visco-elastic relaxation. J Dent. 1994;22(3):154-158.
33. King PA, Setchell DJ. An in vitro evaluation of a prototype CFRC prefabricated post
developed for the restoration of pulpless teeth. J Oral Rehabil 1990;17(6):599-609.
34. Assif D, Oren E, Marshak BL, et al. Photoelastic analysis of stress transfer by
endodontically treated teeth to the supporting structure using different restorative
techniques. J Prosthet Dent. 1989; 61(5):535-543.
35. Lindberg A, van Dijken JWV, Hörstedt P. Interfacial adaptation of a Class II polyacid-
modified resin composite/ resin composite laminate restoration in vivo. Acta Odontol
Scand. 2000;58(2):77-84.
36. Van Meerbeek B, Perdigao J, Lambrechts P, et al. The clinical performance of adhesives. J
Dent. 1998; 26(1):1-20.
37. Akkayan B, Gulmez T. Resistance to fracture of endodontically treated teeth restored with
different post systems. J Prosthet Dent. 2002;87(4):431-437.
38. Sorensen JA, Martinoff JT. Intracoronal reinforcement and coronal coverage: a study of
endodontically treated teeth. J Prosthet Dent. 1984:51(6):780- 784.
39. Tjan AH, Grant BE, Dunn JR. Microleakage of composite resin cores treated with various
dentin bonding systems. J Prosthet Dent. 1991;66(1):24-29.
40. Torbjörner A, Karlsson S, Syverud M, et al. Carbon fiber reinforced root canal posts:
mechanical and cytotoxic properties. Eur J Oral Sci. 1996;104(5- 6):605-611.
41. Miller M. Composite reinforcement fibers—the ratings. In: Reality 2000. 14th ed. Houston,
TX: Reality Publishing; 2000:121-124.
42. Duret B, Reynaud M, Duret F. A new concept of corono- radicular reconstruction, the
Composipost (2). Chir Dent Fr. 1990;542:69-77.
43. Hornbrook DS, Hastings JH. Use of bondable reinforcement fiber for post and core build-
up in an endodontically treated tooth: maximizing strength and aesthetics. Pract
Periodontics Aesthet Dent. 1995;7(5):33-42.
44. Rudo DN, Karbahari VM. Physical behaviors of fiber reinforcement as applied to tooth
stabilization. Dent