20
PRINSIP DESAIN UNTUK SISTEM PASAK DAN INTI DIREK FIBER-REINFORCED RESIN KOMPOSIT Douglas A. Terry, DDS Institute of Esthetic and Restorative Dentistry Houston, Texas Sebuah sistem didefinisikan sebagai seperangkat komponen yang bekerja sama untuk mencapai keseluruhan tujuan dari sistem tersebut. Pada situasi klinis tertentu, pemilihan sitem pasak dan inti harus melalui evaluasi dari berbagai komponen dan interface dari sistem tersebut. Komponen sistem pasak direk fiber-reinforced resin komposit meliputi permukaan dentin akar, pasak intraradikular, core bulid up, luting cement, dan mahkota. Sitem ini dapat dianalisa dari empat regio yaitu permukaan intraradikular (permukaan dentin), interface pasak-gigi, inti, serta intrakoronal. Pada gigi yang telah dirawat endodonti, pemahaman mengenai perbedaan dan kompleksitas hubungan antara permukaan gigi yang telah dirawat endodonti dengan berbagai bahan restorasi sangatlah penting untuk keberhasilan perawatan. Evaluasi interface berbagai sistem yang penyebab kegagalan perawatan, memberikan dokter gigi pengetahuan mengenai prinsip desain yang dapat digunakan pada berbagai sistem restorasi pasak inti. Oleh karena itu prinsip- prinsip desain dibawah ini harus dipertimbangkan ketika akan menggunakan sistem pasak dan inti fiber reinforced resin komposit dalam merekonstruksi gigi restorasi yang komplek. Retensi Maksimal Pasak dan Stabilitas Inti

Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

PRINSIP DESAIN UNTUK SISTEM PASAK DAN INTI DIREK FIBER-REINFORCED

RESIN KOMPOSIT

Douglas A. Terry, DDSInstitute of Esthetic and Restorative Dentistry Houston, Texas

Sebuah sistem didefinisikan sebagai seperangkat komponen yang bekerja sama untuk

mencapai keseluruhan tujuan dari sistem tersebut. Pada situasi klinis tertentu, pemilihan sitem

pasak dan inti harus melalui evaluasi dari berbagai komponen dan interface dari sistem tersebut.

Komponen sistem pasak direk fiber-reinforced resin komposit meliputi permukaan dentin akar,

pasak intraradikular, core bulid up, luting cement, dan mahkota. Sitem ini dapat dianalisa dari

empat regio yaitu permukaan intraradikular (permukaan dentin), interface pasak-gigi, inti, serta

intrakoronal.

Pada gigi yang telah dirawat endodonti, pemahaman mengenai perbedaan dan

kompleksitas hubungan antara permukaan gigi yang telah dirawat endodonti dengan berbagai

bahan restorasi sangatlah penting untuk keberhasilan perawatan. Evaluasi interface berbagai

sistem yang penyebab kegagalan perawatan, memberikan dokter gigi pengetahuan mengenai

prinsip desain yang dapat digunakan pada berbagai sistem restorasi pasak inti. Oleh karena itu

prinsip-prinsip desain dibawah ini harus dipertimbangkan ketika akan menggunakan sistem

pasak dan inti fiber reinforced resin komposit dalam merekonstruksi gigi restorasi yang komplek.

Retensi Maksimal Pasak dan Stabilitas Inti

Tanggal dan fraktur gigi merupakan penyebab kegagalan restorasi pasak dan inti

(gambar 1A sampai 1C). Stabilutas inti dan retensi pasak sangat penting untuk mencegah

kegagalan perawatan pada gigi yang telah dirawat endodonti. Sistem pasak yang ideal

seharusnya dapat menggantikan struktur gigi yang hilang dan menyediakan retensi dan

dukungan pada inti, dapat mendistribusikan beban oklusal baik selama fungsi maupun parafungsi

untuk mencegah fraktur akar. Pasak fiber reinforced resin komposit menggunakan anatomi

internal gigi, permukaan dentin dan bentuk saluran akar yang ireguler untuk meningkatkan

ikatan permukaan gigi dan pasak sehingga dapat memperbaiki integritas struktur dentin akar

yang tersisa serta menambah retensi dan resistensi.

Page 2: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

Konservasi Struktur Gigi

Sistem pasak cor tradisional dan pasak prepabrikasi sering memerlukan pembuangan

undercut untuk kepentingan pemasangan dan adaptasi dari saluran akar. Pembuangan dentin di

saluran akar selama atau setelah perawatan endodonti yang berlebihan dapat melemahkan gigi

dan menyebabkan fraktur gigi secara horizontal maupun vertikal. Perkembangan bahan komposit

dan teknologi adhesif menghasilkan konsep desain pasak dan inti yang lebih konservatif. Pasak

fiber reinforced resin komposit memungkinkan pemeliharaan struktur saluran akar dan

merupakan metode yang dapat digunakan pada perawatan gigi dengan bentuk saluran akar

ireguler karena tidak memerlukan arah pemasangan yang konvergen.selain itu, preparasi pasak

fiber reinforced resin komposit dilakukan dengan preparasi minimal karena menggunakan

undercut dan bentuk saluran yang ireguler untuk meningkatkan ikatan pada permukaan.

Konservasi dentin mengurangi kemungkinan fraktur gigi selama fungsi atau pada kejadian injuri

traumatik.

Adaptasi Internal

Luting cement konvensional (misalnya zinc oxyphosphate) hanya mengisi kekosongan

antara permukaan restorasi tanpa melekatkan kedua permukaan. Penggunaan dual cure luting

agent dengan pasak fiber reinforced resin komposit memiliki ikatan fisik dan ikatan kimia yang

sangat baik yang dapat meningkatkan adhesifitas kedua permukaan. Penggunaan semen resin

komposit diantara sistem adhesive dan bahan reinforced akan memastikan kontak yang lebih

intimuntuk berikatan dengan dentin karena viskositas yang lebih rendah dan meningkatkan

adaptasi morfologi intraradikular. Modulus komposit yang rendah, berperan sebagai buffer

elastik yang dapat mengkompensasi polimerisasi shrinkage, mengelimiasi pembentukan celah,

dan mengurangi kebocoran mikro. Jika modulus elastisitas rendah, komposit akan merengang

untuk mengakomodasi modulus dari gigi.

Viskositas semen resin yang rendah juga akan meningkatkan kelembaban sehingga

dapat meningkatkan adaptasi yang akan mengurangi resiko kebocoran mikro dan permukaan gigi

yang lemah. Selain itu, penggunaan semen resin untuk melapisi dan memperkuat dinding

saluran akar pada dasarnya akan memperkuat akar dan memberikan dukungan pada restorasi gigi

yang komplek.

Page 3: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

Estetik yang Optimal

Ketika estetik menjadi perhatian, pemilihan bahan restorasi yang sesuai menjadi

pertimbangan utama. Transmisi cahaya pada pasak prefabrikasi dan pasak logam cor tradisional

berbeda dengan dengan gigi asli. Cahaya sepeuhnya terhalangi oleh pasak logam yang dapat

menyebabkan adanya bayangan pada daerah subgingival (gambar 2). Ketika menggunakan

restorasi full keramik, warna dan opasitas dari pasak logam akan menyebabkan perubahan warna

dan berbayang pada gusi dan daerah servikal gigi.

Sifat optik sekunder cahaya (misalnya translusensi, opasitas, opalescence, perubahan

warna dan flouresence) dari resin komposit memungkinkan cahaya akan menembus gigi asli dan

bahan restorasi untuk dipantulkan, dibiaskan diserap dan di teruskan sesuai sesuai dengan

densitas dari kristal hidroksiapatit, enamel rods, dan tubuli dentin. Selain itu, untuk mendapatkan

warna yang selaras dengan gigi sekitarnya, bahan restorasi yang digunakan secara langsung

berpengaruh pada hasil akhir restorasi.

Tahan terhadap Kegagalan Akar Katastrofik

Fraktur akar merupakan salah satu penyebab kegagalan perawatan restorasi gigi dengan

sistem pasak dan inti. Apabila kegagalan perawatan pada gigi yang telah dirawat endodonti

disebabkan oleh daya oklusal atau trauma gigi maka tujuan utama restorasi dilakukan dengan

mengambangkan desain sistem pasak dan inti dimana daya oklusal yang diterima dapat

didistribusikan secara merata sehingga dapat mempertahankan struktur gigi. Pasak logam cor

tradisional memiliki modulus yang tinggi sekitar 10 kali lebih besar dari modulusitas dentin. Hal

ini berpotensi dapat menyebabkan daya yang berkonsentrasi pada akar yang kurang kaku yang

dapat menyebabkan pecahnya pasak dan kegagalan. Penyaluran daya oklusal pada inti logam

terkonsentrasi pada region tertentu pada akar sehingga dapat menyebabkan fraktur (gambar 3).

Pasak fiber reinforced resin komposit menunjukan dapat mencegah fraktur akar. Studi

menunjukan bahwa resorasi pasak dengan ikatan dentin-resin secara signifikan kurang kuat

dibandingkan dengan pasak-inti logam cor yang dibuat secara individual. Pada cetaip percobaan,

pasak dengan ikatan dentin-resin patah terlebih dahulu sebelum terjadi fraktur akar.

Selain itu kemampuan pasak fiber reinforce resin komposit untuk dapat di lakukan

perawatan ulang menjadi perhatian. Tidak seperti pada pasak yang terbuat dari porselen, pasak

Page 4: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

fiber reinforced resin komposit dapat dipotong secara intra oral dengan menggunakan bor

diamond dan di angkat dari saluran akar untuk dilakukan perawatan ulang.

Korosifitas yang Rendah

Kombinasi logam mulia dan logam tidak mulia pada lingkungan rongga mulut dapat

menyebabkan reaksi elektrokimia seperti korosi logam. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan

dan patahnya restorasi dan menyebabkan interakasi antara jaringan biologis dengan produk

korosi yang dilepaskan logam. Kegagalan pasak prepabrikasi tradisional yang terbuat dari

campuran logam disebabkan oleh korosi dari logam yang mungkin berasal dari aktivitas galvanis

antara pasak yang terbuat dari stainless steel dengan inti yang terbat dari amalgam. Keuntungan

lain dari desain struktur dengan sistem pasak fiber reinforced resin komposit yaitu tahan terhadap

korosi dan kompatibiltas bahan restorasinya.

Antirotasi

Pasak dapat terkena daya rotasi dari oklusal. Daya oklusal dapat ditahan dengan

mengunci seluruh posisi internal koronal ruangan untuk pasak, atau membentuk lekukan

disekitar ruangan pasak.

Apabila akan dibuat inti build up, desain preparasi harus memperhatikan stabilitas

mahkota untuk mencegah rotasi mahkota. Gambaran ant rotasi pasak dan inti yang komplek

memerlukan penempatan 2 mm ferrule disekeliling preparasi pada struktur gigi. Studi klinis

menunjukan dan membuktikan pentingnya collar di koronal gigi untuk resistensi mekanis pada

gigi komplek yang telah dirawat endodonti.

Modulus Elastisitas yang Sama dengan Dentin Gigi

Modulus elastisitas di definisikan sebagai kekakuan dari bahan restorasi dalam suatu

rentang elastisitas. Selain itu modulus elastisitas juga digambarkan sebagai rasio dari tegangan

uniaksial untuk meregang pada struktur atau bahan retorasi pada batas regangan terkecil. Desain

retorasi ideal untuk pasak memerlukan modulus elastisitas sistem yang sama dengan dentin.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pasak logam tradisionalcmemiliki modulus elastisitas yang

tinggi. Sedangkan pasak fiber reinforced resin komposit memiliki modulus elastisitas yang sama

dengan dentin. Jaringan keras memiliki rentang nilai modulus elastisitas dan penambahan bahan

Page 5: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

restorasi dengan nilai modulus elastisitas yang berbeda akan mempengaruhi kekakuan restorasi

gigi komplek dan menghasilkan perubahan tegangan permukaan. Tegangan permukaan yang

dihasilkan oleh perbedaan modulus dapat menyebabkan peningkatan suhu, regangan mekanis

dan penyusutan bahan retorasi.

Sistem pasak fiber reinforced resin komposit memiliki beberapa keunggulan pada

mekanisme komplek antara penyusutan polimerisasi dan adhesi. Karena modulus elastisitas

bahan perekat dan semen resin rendah, maka komposit akan meregang untuk mengakomodasi

modulus dari gigi. Lapisan internal akan mengabsorbsi tegangan penyusutan polimerisasi dari

resin komposit dengan cara elongasi. Faktor-faktor ini akan mengurangi dan mendistribusikan

tekanan pada dentin yang tersisa sehingga akan mengurangi resiko pecahnya pasak dan fraktur

akar sehingga akan meningkatkan keberhasilan perawatan restorasi komplek.

Daya Tarik dan Regang yang Sesuai dengan Struktur Akar

Desain dan bahan restorasi akan mempengaruhi resistensi terhadap fraktur pada gigi yang

telah dirawat endodonti yang direstorasi dengan sistem pasak dan inti. Kelebihan yang luar biasa

dari sistem pasak dan inti yaitu memiliki sifat biomekanis yang sama dengan jaringan gigi. Pasak

logam cor bersifat isotropic yang berarti memiliki struktur homogen yang memiliki sifat yang

sama ketika diukur dari berbagai segi (misalnya konduktivitas, kecepatan transmisi cahaya dll).

Pasak fiber reinforced resin komposit bersifat anisotrpik yang berarti memiliki sifat yang

berbeda. Sifat mekanis bahan fiber reinforced resin komposit tergantung pada arah beban dan

struktur bahannya. sikap yang berbeda ditunjukan pula pada bahan anisotropik dibandingkan

dengan bahan yang homogeny. Pada bahan homogen ketika kelebihan beban, apabila terjadi

retakan, retakan akan meluas dengan cepat diikuti dengan kegagalan yang tiba-tiba. Sedangkan

pada bahan anisotropic, struktur mikro bahannya akan mempengaruhi sikap bahan ketika

kelebihan beban dan proses kerusakan pada bahan komposit yang komplek, meliputi retaknya

matriks, lepasnya ikatan pada interface, meregang atau pecah serat-serat fiber atau kombinasi

semuanya.

Bahan reinforcement pada bahan pasak fiber reinforce resin komposit yang mengandung

serat polietilen yang dibuat dengan gas plasma dingin. Serat reinforcement ini akan

meningkatkan sifat mekanis dari restorasi gigi yang komplek dengan meningkatkan daya tarik

dan regangnya. Beberapa jenis serat digunakan oleh pabrik yang dapat mempengaruhi kekuatan,

Page 6: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

stabilitas dan daya tahan. Serat Leno pada RIBBOND (Ribbons Inc) dilaporkan tahan terhadap

pergeseran dan peluncuran dibawah tekanan lebih baik dibandingkan dengan serat biasa,

meminimalisasi retakan dilakukan dengan mengurangi koalesensi dari retakan mikro pada

matriks resin yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi.jaringan penguat serat resin komposit

memberikan transfer daya yang efisien pada kerangka internal dengan cara menyerap daya pada

restorasi dan mengarahkan daya-daya tersebut sepanjang sumbu panjang gigi yang tersisa

sehingga mengurangi resiko fraktur akar.

Tidak Hambatan Ikatan pada Seluruh Interface

Luting cement konvensional seperti zinc oxyphosphate hanya mengisi kekosongan

diantara permukaan restorasi tanpa melekatkan kedua permukaannya. Sistem pasak fiber

reinforced resin komposit, memberikan ikatan yang tanpa hambatan pada permukaannya dan

meghasilkan peningkatan resistensi terhadap kelelahan dan fraktur, meningkatkan retensi dan

mengurangi kebocoran mikro dan infiltrasi bakteri. Integrasi ikatan antara lima komponen dari

sistem direk fiber reinforced resin komposit (antara lain akar, dentin, luting cement, pasak

intraradikular, inti build up, dan mahkota) memberikan integritas struktur pada rehabilitasi

intraradikular. (gambar 4).

Urutan restoratif berikut ini menggambarkan penggunaan prinsip-prinsip desain dalam pembuatan pasak fiber reinforce resin komposit untuk merehabilitasi anatomi intraradicular saluran akar pasca perawatan endodonti pada gigi seri lateral rahang atas

LAPORAN KASUS

Pemilihan Bahan Restorasi

Pengetahuan mengenai integritas dari prinsip-prinsip desain dengan bahan restorasi dan

teknik adhesi telah mengubah desain preparasi pasak dan menghasilkan metode baru yang lebih

sederhana diamana restorasi pasak dan inti dikerjakan dalam satu kali kunjungan. Metode

pembuatan pasak ini menggunakan serat reinforcement yang dapat berikatan (Construct, KerLab;

RIBBOND) sebagai bahan pasak dan bonding agent generasi keempat (Opti-Bond,

KerrCoorporation) dan komposit dual cure hybrid (Nexus2, kerr Coorporation) sebagai luting

agent, serta komposit dual cure hybrid CoreRestore2, Kerr Coorporation) sebagai inti build up.

Page 7: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

Bahan Reinforcement yang digunakan pada pasak mengandung serat fiber polietilen

yang dibuat dengan gas plasma dingin. Perawatan ini membentuk sudut kontak yang kecil

dengan resin dan menyediakan permukaan yang lebih luas untuk berikatan sehingga dapat

meningkatkan adhesi terhadap bahan restorasi sintetik lainnya. Serat reinforcement ini akan

meningkatkan sifat fisik restorasi komplek gigi dengan cara meningkatkan daya tarik dan

regang. Serat Leno dilaporakan mampu meminimalisasi retakan dengan cara mengurangi

koalesensi dari retakan mikro pada matriks resin yang dapat menyebabkan kegagalan

restorasi.jaringan penguat serat resin komposit memberikan transfer daya yang efisien pada

kerangka internal dengan cara menyerap daya pada restorasi dan mengarahkan daya-daya

tersebut sepanjang sumbu panjang gigi yang tersisa.

Tahapan Restorasi

Rubber dam dipasang untuk mengisolasi daerah kerjadan gigi telah selesai dirawat

endodonti, gutta percha dan sealer pada saluran akar diambil menggunakan instrument panas

atau Gates Glidden Drill nomor 3 (gambar 5). Saluran akar dipreparasi untuk menempatkan

pasak dengan kedalaman hampir sama dengan preparasi saluran akar terakhir. Hal ini untuk

memperluas permukaan kontak untuk meningkatkan adhesi. Pembuangan undercut tidak perlu

dilakukan seperti pada preparasi konvensional. Struktur gigi yang tersisa di etsa menggunakan

gel etsa 37,5% (Gel Etchan, Kerr Corporation) selama 15-30 detik kemudian dikeringkan

(Gambar 6). Untuk ikkatan adhesif, dentin harus dalam keadaan lembab. Kelebihan air pada

saluran dikeringkan dengan paper point. Bahan adhesif diaplikasikan setiap 5-20 detik untuk

menjaga kelembabandengan menggunakan mikroaplikator dan paper points untuk menempatkan

resin pada dasar preparasi dan untuk membuang sisa air. (gambar 7). Bahan adhesif (Opti-Bond

Solo, Kerr Corporation) dikeringkan dengan lembut selama 5 detik dan disinari selama 20 detik.

Jika ruang preparasi lebih dalam 4 mm dari pasak, direkomendaikan menggunakan bahan

adhesif dual cure.

Berdasarkan pembuatannya,serat reinforcement tersedia dengan lebar yang berbeda-beda

antara lain 1mm, 2mm,3mm,4mm dan 9mm. ukuran yang sering dipakai adalah 2mm , akan

tetapi yang berukuran 3mm juga mungkin digunakan untuk saluran yang lebih besar. Panjang

serat yang tepat ditentukan dengan melipat bahan ketika didalam saluran dan dilipat kembali

pada setiap ujungnya dan dibuat setidaknya enam kali panjang dari preparasi.serat ribbon yang

Page 8: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

dilapisi plasmadiukur dan dilapisi bonding resin light cure tanpa filler atau sealant komposit dan

kelebihannya dibuang dengan lin free 2x2 gauze (gambar 8A dan 8B). resin disinari dengan light

cure dan fiber dipotong dengan pemotong yang disediakan pabrik (gambar 9A dan 9B). Selama

pengerjaan harus menggunakan sarung tangan katun khusus sampai resin selesai diaplikasikan

dan berpolimerisasi. Plasma yang melapisi fiber tidak boleh terkontaminasi oleh minyak dan

keringat dari jari-jari atau serbuk dari sarung tangan latek atau vinil karena dapat mengganggu

lapisan plasma dan akan mengurangi retensi. Baru-baru ini polietilen baru telah diperkenalkan

dimana mengandungresin dan dapat ditangani langsung oleh jari tanpa sarung tangan.

Sebelum meletakan bahan adhesif atau resin, dianjurkan utuk berlatih meletakan fiber

pada saluran pasak. (gambar 10 A-10C). fiber diletakan pada dasar ruang saluran pasak dengan

menggunakan modifikasi kondensor Luk’s gutta percha (Ribbond, Inc) yang berbentuk “V” yang

terbalik diujungnya.

Dual cure komposit atau semen resin (Nexus 2) di suntikan kedalam saluran akar dengan

menggunakan siring (Centrix Inc) (Gambar 11). Bahan resin harus dapat mengalir dan waktu

kerjanya harus lama. Hal ini sangat penting supaya dapat mencapai dasar saluran akar. Resin

komposit disuntikan kemudian siring diangakt pelan-pelan. Hal ini dilakukan untuk mencegah

terperangkapnya gelembung udara dan mendapatkan adaptasi yang optimal dari resin pada

saluran akar. Fiber segera dimasukan ke saluran dengan menggunakan modifikasi kondensor

gutta percha. Fiber kemudian di lipat pada ujung-ujungnya sehingga menghadap ke lubang

saluran akar. Ujung fiber disusun sesuai dengan yang diinginkan untuk membentuk inti dan

disinari dengan light cured selama 60 detik.

Komposit dual cured atau light cured diaplikasikan dengan tangan atau disuntikan dengan

siring diatas fiber koronal dan dibentuk menjadi koronal (Gambar 13A-13C). Pada preparasi dan

tahap akhir fiber reinforced resin komposit sekitar 2mm ferulle sirkumferensial diletakan

disekitar struktur gigi yang dapat meningkatkan retensi dan resistensi gigi komplek yang telah

dirawat endodonti. Seluruh preparasi di lubrikasi dengan gliserin sebelum dilakukan pencetakan

akhir. Keberhasilan perawatan rehabilitasi ruangan intraradikular merupakan gambaran bahwa

prinsip dari desain dilakukan dengan baik (Gambar 16A-16C)>

Page 9: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

Kesimpulan

Mempersiapkan prosedur restoratif dengan menggunakan bahan dan teknik terbaru

membutuhkan pemahaman yang baik. Contoh atau serangkaian prinsip-prinsip desain menuntun

dokter untuk lebih memahami adaptasi yang tepat dan permasalahan nya. Prinsip dasar desain

memberikan kerangka atau contoh dimana hal tersebut akan menjamin keberhasilan restorasi

sehingga dokter mampu mengatasi situasi lain yang lebih sulit.

Page 10: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

Daftar Pustaka

1. Smith CT, Schuman NJ, Wasson W. Biomechanical criteria for evaluating prefabricated

post-and-core systems: a guide for the restorative dentist. Quintessence Int.

1998;29(5):305-312.

2. Blitz N. Adaptation of a fiber-reinforced restorative system to the rehabilitation of

endodontically treated teeth. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1998; 10(2):191-193.

3. Chalifoux PR. Restoration of endodontically treated teeth: review, classification, and post

design. Pract Periodontics Aesthet Dent. 1998;10(2):247-254.

4. Freeman G. The carbon fibre post: metal free, postendodontic rehabilitation. Oral Health.

1996; 86(2):23-30.

5. Freedman G. Bonded post-endodontic rehabilitation. Dent Today. 1996;15(5):52-53.

6. Freedman G, Novak IM, Serota KS, et al. Intra-radicular rehabilitation: a clinical approach.

Pract Periodontics Aesthet Dent. 1994;6(5):33-39.

7. Trope M, Maltz DO, Troustand L. Resistance to fracture of restored endodontically treated

teeth. Endod Dent Traumatol. 1985;1(3):108-111.

8. Trabert KC, Caput AA, Abou-Rass M. Tooth fracture a comparison of endodontic and

restorative treatments. J Endod. 1978;4(11):341-345.

9. Goracci G, Mori G. Scanning electron microscopic evaluation of resin-dentin and calcium

hydroxidedentin interface with resin composite restorations. Quintessence Int.

1996;27(2):129-135.

10. Prager MC. Using flowable composites in direct posterior restorations. Dent Today.

1997;16(7):62-69.

11. Frankenberger R, Krämer N, Delka M, et al. Internal adaptation and overhang formation of

direct Class II resin composite restorations. Clin Oral Investig. 1999;3(4):208-215.

12. Sirimai S, Riis DN, Morgano SM. An in vitro study of the fracture resistance and the

incidence of vertical root fracture of pulpless teeth restored with six postand- core systems.

J Prosthet Dent. 1999;81(3):262-269.

13. Lui JL. A technique to reinforce weakened roots with post canals. Endod Dent Traumatol.

1987;3(6):310- 314.

14. Yamamoto M. Metal Ceramics. Chicago: Quintessence Publishing Co.; 1985:219-291.

Page 11: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

15. Vichi A, Ferrari M, Davidson CL. Influence of ceramic and cement thickness on the

masking of various types of opaque posts. J Prosthet Dent. 2000; 83(4):412-417.

16. Tamse A. Iatrogenic vertical root fractures in endodontically treated teeth. Endod Dent

Traumatol. 1988;4(5):190-196.

17. Winter R. Visualizing the natural dentition. J Esthet Dent. 1993;5(3):102-117.

18. Purton DG, Payne JA. Comparison of carbon fiber and stainless steel root canal posts.

Quintessence Int. 1996;27(4):93-97.

19. Asmussen E, Peutzfeldt A, Heitmann T. Stiffness, elastic limit, and strength of newer types

of endodontic posts. J Dent. 1999;27(4):275-278.

20. Bex RT, Parker MW, Judkins JT, et al. Effect of dentinal bonded resin post-core

preparations on resistance to vertical root fracture. J Prosthet Dent. 1992; 67(6):768-772.

21. Arvidson K. Migration of metallic ions from screwposts into dentin and surrounding

tissues. Scand J Dent Res. 1978;86:200-205.

22. Smith CT, Shuman N. Prefabricated post-and-core systems: An overview. Compend

Contin Educ Dent. 1998;19(10):1013-1020.

23. Christensen GJ. Post and cores: state of the art. J Am Dent Assoc. 1998;129(1):96-97.

24. Christensen GJ. Post, cores and patient care. J Am Dent Assoc. 1993;124(9):86-90.

25. Paul SJ, Schärer P. Post and core reconstruction for fixed prosthodontic restoration. Pract

Periodontics Aesthet Dent. 1997;9(5):513-520.

26. Christensen GJ. When to use fillers, build-ups or post and cores. J Am Dent Assoc.

1996;127(9): 1397-1398.

27. Dietschi D, Romelli M, Goretti A. Adaptation of adhesive posts and cores to dentin after

fatigue testing. Int J Prosthodont. 1997;10(6):498-507.

28. Rosen H, Partida-Rivera M. Iatrogenic fracture of roots reinforced with a cervical collar.

Oper Dent. 1986;11(2):46-50.

29. Barkhordar R, Radke R, Abbasi J. Effect of metal collars on resistance of endodontically

treated teeth to root fracture. J Prosthet Dent. 1989;61(6):676-678.

30. Hemmings KW, King PA, Setchell DJ. Resistance to torsional forces of various post and

core designs. J Prosthet Dent. 1991;66(3):325-329.

31. Combe EC, Shaglouf AM, Watts DC, Wilson NH. Mechanical properties of direct core

build-up materials. Dent Mater. 1999;15(3):158-165.

Page 12: Prinsip Desain Untuk Sistem Direk Pasak Dan Inti Fiber

32. Watts DC. Elastic moduli and visco-elastic relaxation. J Dent. 1994;22(3):154-158.

33. King PA, Setchell DJ. An in vitro evaluation of a prototype CFRC prefabricated post

developed for the restoration of pulpless teeth. J Oral Rehabil 1990;17(6):599-609.

34. Assif D, Oren E, Marshak BL, et al. Photoelastic analysis of stress transfer by

endodontically treated teeth to the supporting structure using different restorative

techniques. J Prosthet Dent. 1989; 61(5):535-543.

35. Lindberg A, van Dijken JWV, Hörstedt P. Interfacial adaptation of a Class II polyacid-

modified resin composite/ resin composite laminate restoration in vivo. Acta Odontol

Scand. 2000;58(2):77-84.

36. Van Meerbeek B, Perdigao J, Lambrechts P, et al. The clinical performance of adhesives. J

Dent. 1998; 26(1):1-20.

37. Akkayan B, Gulmez T. Resistance to fracture of endodontically treated teeth restored with

different post systems. J Prosthet Dent. 2002;87(4):431-437.

38. Sorensen JA, Martinoff JT. Intracoronal reinforcement and coronal coverage: a study of

endodontically treated teeth. J Prosthet Dent. 1984:51(6):780- 784.

39. Tjan AH, Grant BE, Dunn JR. Microleakage of composite resin cores treated with various

dentin bonding systems. J Prosthet Dent. 1991;66(1):24-29.

40. Torbjörner A, Karlsson S, Syverud M, et al. Carbon fiber reinforced root canal posts:

mechanical and cytotoxic properties. Eur J Oral Sci. 1996;104(5- 6):605-611.

41. Miller M. Composite reinforcement fibers—the ratings. In: Reality 2000. 14th ed. Houston,

TX: Reality Publishing; 2000:121-124.

42. Duret B, Reynaud M, Duret F. A new concept of corono- radicular reconstruction, the

Composipost (2). Chir Dent Fr. 1990;542:69-77.

43. Hornbrook DS, Hastings JH. Use of bondable reinforcement fiber for post and core build-

up in an endodontically treated tooth: maximizing strength and aesthetics. Pract

Periodontics Aesthet Dent. 1995;7(5):33-42.

44. Rudo DN, Karbahari VM. Physical behaviors of fiber reinforcement as applied to tooth

stabilization. Dent