15

Click here to load reader

presus ptyriasis versicolor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: presus ptyriasis versicolor

1

Presentasi Kasus

Ptyriasis Versicolor

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Penyakit Kulit Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada:

dr. Sugiyantini Sp.KK

Disusun oleh :

Fadli Robby Amsriza 2004 031 0084

SMF PENYAKIT KULIT KELAMIN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2010

Page 2: presus ptyriasis versicolor

2

LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Kasus

Ptyriasis Versicolor

Disusun Oleh :

Fadli Robby Amsriza 2004 031 0084

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal Januari 2010

Pembimbing

dr. Sugiyantini Sp.KK

Page 3: presus ptyriasis versicolor

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pitiriasis versikolor, atau tinea versikolor, atau panu termasuk mikosis

superfisialis yang sering dijumpai. Sekitar 50% penyakit kulit di masyarakat daerah

tropis adalah panu, sedang di daerah subtropis sekitar 1 – 5% dan di daerah dingin

kurang dari 1%. Panu umumnya tidak menimbulkan keluhan, paling-paling sedikit

gatal, tetapi lebih sering menyebabkan gangguan kosmetik, terutama pada penderita

wanitao). Panu mempunyai gambaran klinis berupa makula keputih-putihan

(hipopigmentasi) atau bercak kehitam-hitaman (hiperpigmentasi) serta bersisik halus.

Lokalisasinya sering terdapat di wajah, punggung, dada, lengan, paha(Subakir, 1992).

Penyebab panu adalah jamur bersel tunggal atau yeast, yaitu Malassezia furfur

atau Pityrosporum orbiculare. Bentuknya oval-bulat/seperti botol, berukuran 3 – 8 μ.

Yeast ini mampu membentux hifa (fase hifa) dan bersifat invasif serta patogen. Pada

fase hifa terbentuk hifa bersepta yang mudah putus, sehingga nampak hifa-hifa

pendek, berujung bulat atau tumpul. Fase hifa ditemukan pada lesi kulit, terutama lesi

yang aktif, di samping bentuk yeast. Fase yeast terdapat sebagai flora normal kulit,

dan juga pada biakan di media Sabouraud dekstrosa agar yang mengandung minyak

zaitun(Subakir, 1992).

Dalam diagnosis pitiriasis versikolor, kultur jarang dikerjakan, umumnya cukup

berdasar sediaan mikroskopis dari kerokan kulit lesi. M. furfur bersifat lipofilik,

tumbuh baik pada media Sabouraud yang ditambahi minyak zaitun atau minyak

kelapa. Pertumbuhan M. furfur (P. orbiculare) pada media lebih baik pada suhu

37°C, dan koloni berbentuk yeast (Subakir, 1992).

Page 4: presus ptyriasis versicolor

4

B. Tujuan

1. Mengetahui cara penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan dermatitis atopik

pada pasien.

2. Memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Page 5: presus ptyriasis versicolor

5

BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ati Masngadah

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Soropaten, Ringin Harjo, Bantul

Pekerjaan : Guru TK

Tanggal & pukul : 19 Desember 2009, pukul 10.50

No RM : 320164

II. ANAMNESA (Dilakukan secara autoanamnesis pada 19 Desember 2009)

a. Keluhan utama :

Timbul bercak-bercak putih di leher kanan, kiri dan disekitar dada.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang dengan keluhan timbul bercak-bercak putih di leher kanan, kiri dan

sekitar dada, di sertai rasa gatal jika berkeringat, keluhan muncul sejak 1

minggu yang lalu. Os mandi 2x sehari, handuk di pakai sendiri, sprei diganti

tiap 1 bulan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

pernah sakit serupa kira-kira 1 tahun yang lalu.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

tidak ada keluarga yang sakit serupa.

Page 6: presus ptyriasis versicolor

6

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status generalis

Kesadaran : Composmentis

Keadaan umum : baik

Kepala/leher : dalam batas normal

Thorak Jantung : dalam batas normal

Paru : dalam batas normal

b. Status lokalis

Efloresensi : Pada leher kanan, kiri dan sekitar dada terdapat macula

hipopigmentasi dengan skuama (finger nail sign +).

IV. RESUME

Os datang dengan keluhan timbul bercak-bercak putih di leher kanan,

kiri dan sekitar dada, di sertai rasa gatal jika berkeringat, keluhan muncul

sejak 1 minggu yang lalu. Os mandi 2x sehari, handuk di pakai sendiri, sprei

diganti tiap 1 bulan. Pernah sakit serupa kira-kira 1 tahun yang lalu. Tidak ada

keluarga yang sakit serupa. Pada leher kanan, kiri dan sekitar dada terdapat

macula hipopigmentasi dengan skuama (finger nail sign +).

V. DIAGNOSIS BANDING

a. leukoderma

b. morbus hansen

VI. DIAGNOSIS KERJA

pityriasis versicolor

VII. PENATALAKSANAAN

Ktokonazol scalp solution 2% 15 menit sebelum mandi

Page 7: presus ptyriasis versicolor

7

VIII. PROGNOSIS\

Baik

IX. EDUKASI

a. Keramas teratur

Page 8: presus ptyriasis versicolor

8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis disebabkan oleh

Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari epidermis (Anurogo, 2008).

B. Anatomi dan Fisiologi Kulit

1. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira

15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan

cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif,

bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi

tubuh (Wasitatmadja, 1999).

Gambar 1. Anatomi Kulit

(Sumber www.indonesiaindonesia.com)

Page 9: presus ptyriasis versicolor

9

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan(Wasitatmadja,

1999):

A. Lapisan epidermis

Stratum Korneum (Lapisan tanduk)

Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-

sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah

menjadi keratin (zat tanduk).

Stratum Lusidum

Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang

disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan

kaki.

Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar

dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas

keratohialin.

Stratum Spinosum (stratum malphigi)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya

berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena

banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel

ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel

stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercelluler

bridges).

Stratum Basale

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal

pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal

ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif.

Page 10: presus ptyriasis versicolor

10

B. Lapisan dermis

Adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan

elemen-elemen selular dan folikel rambut.

Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini

terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin,

dan retikulin.

C. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar

berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.

2. Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya

adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier

infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi, dan metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma

mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Kulit

berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit (Perdanakusuma,

2008).

C. Etiologi

Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare,

Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit

dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu (Anurogo, 2008).

D. Epidemiologi

Page 11: presus ptyriasis versicolor

11

Pityriasis versicolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan di daerah

tropis (Budimulja, 2005).

E. Patogenesis

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya

pityriasis versicolor ialah pityrosporum orbiculare yang berbentuk oval. Keduanya

merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya,

misalkanya suhu, media, dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora

dan miselium. Factor predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen.

Endogen dapat disebabkan di antaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena

factor suhu, kelembaban udara, dan keringat (Budimulja, 2005).

F. Pemeriksaan

Efloresensi berupa macula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan kebuabuan atau

kehitaman dalam berbagai ukuran dengan skuama halus disekitarnya. Pemeriksaan

pembantu dengan sinar wood menghasilkan fluoresensi keemasan, dengan

pemeriksaan mikroskopik preparat KOH 20% dari kerokan kulit tampak kelompok

hifa pendek tebal 3-8 µ, dikelilingi spora berkelompok berukuran 1-2µ (Siregar,

2004)

G. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi,

lesi kulit dengan lampu wood dan sediaan langsung (budimulja, 2005).

H. Terapi

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat-obatan yang

dapat dipakai misalnya (budimulja, 2005) :

Page 12: presus ptyriasis versicolor

12

1. Suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo 2-3 kali

seminggu. Obat ini digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit,

sebelum mandi.

2. Salisil spiritus 10%.

3. Derivat-derivat azol, misalnya: mikonazol, klotrimazol, isokonazol, dan

ekonazol.

4. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

5. Tolsiklat

6. Tolnaftat

7. Haloprogin

8. Larutan tiosulfas natrikus 25% dapat juga digunakan, dioleskan sehari 2x

setelah mandi selama 2 minggu.

9. Jika sulit disembuhkan, ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis

1x200 mg sehari selama 10 hari.

Page 13: presus ptyriasis versicolor

13

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan timbul bercak-bercak putih di

leher kanan, kiri dan sekitar dada, di sertai rasa gatal jika berkeringat, keluhan

muncul sejak 1 minggu yang lalu. Os mandi 2x sehari, handuk di pakai sendiri, sprei

diganti tiap 1 bulan. Pernah sakit serupa kira-kira 1 tahun yang lalu. Tidak ada

keluarga yang sakit serupa. Pada leher kanan, kiri dan sekitar dada terdapat macula

hipopigmentasi dengan skuama (finger nail sign +). Pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan lampu wood, dan kerokan dengan KOH 20% tidak dilakukan karena

keter batasan alat.

Pada pasien tersebut didiagnosis ptyriasis versicolor berdasarkan anamnesis

dan gambaran klinis yang khas untuk penyakit ini. Terapi yang di lakukan ialah

dengan ketokonazol scalp solution 2% dikompreskan pada lesi selama 15 menit

sebelum mandi 2 kali sehari.

Page 14: presus ptyriasis versicolor

14

BAB V

KESIMPULAN

1. Ptyriasis versicolor adalah Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan

asimtomatis disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum

korneum dari epidermis. Penyebabnya adalah jamur Malassezia furfur.

2. Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan timbul bercak-bercak putih di

leher kanan, kiri dan sekitar dada, di sertai rasa gatal jika berkeringat, keluhan

muncul sejak 1 minggu yang lalu. Os mandi 2x sehari, handuk di pakai

sendiri, sprei diganti tiap 1 bulan. Pernah sakit serupa kira-kira 1 tahun yang

lalu. Tidak ada keluarga yang sakit serupa. Pada leher kanan, kiri dan sekitar

dada terdapat macula hipopigmentasi dengan skuama (finger nail sign +).

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan lampu wood, dan kerokan

dengan KOH 20% tidak dilakukan karena keter batasan alat.

3. Pada pasien tersebut didiagnosis ptyriasis versicolor berdasarkan anamnesis

dan gambaran klinis yang khas untuk penyakit ini. Terapi yang di lakukan

ialah dengan ketokonazol scalp solution 2% dikompreskan pada lesi selama

15 menit sebelum mandi 2 kali sehari.

Page 15: presus ptyriasis versicolor

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Anatomi kulit. Diakses pada 3 Januari 2010. Dari

www.indonesiaindonesia.com/.../34396/1_skin.JPG

Anurogo. D. 2008. Misteri Penyakit Panu yang Jarang Diketahui Manusia diakses

dari : www.kabarindonesia.com pada tanggal 5-January-2010.

Budimulja U. Mikosis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat.

Djuanda, dkk (ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

2005:99-100.

Perdanakusuma, D.S. (2008). Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Kulit.

Surabaya Plastic Surgery, Artikel. Diakses 16 Desember 2009, dari

http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com/2008/05/anatomi-fisiologi-kulit-

dan-penyembuhan.html

Siregar, R.S., 2004.Gonore. Sari Pati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta, hal : 299.

Subakir. 1992. Pengaruh Suhu Pengeraman pada Biakan Malassezia furfur dalam

Cermin Dunia Kedokteran : kulit II . Ed 76. Jakarta.

Wasitatmadja, S.M. 1999. Anatomi Kulit, dalam Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,

S. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin, Edisi 3, FKUI, Jakarta.