120
PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN DI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma IV Kebidanan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang Disusun Oleh : WIPI SARI AISAH NIM : 1404053 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2015

PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA

MAHASISWA TINGKAT III PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

DI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA

TEGAL TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Diploma IV Kebidanan pada Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Disusun Oleh :

WIPI SARI AISAH

NIM : 1404053

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2015

Page 2: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

HALAMAN PERSETUJUAN

KTI ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan

Tim penguji KTI Program Studi D IV Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada

Semarang

Pembimbing I Pembimbing II

Dyah Ayu Wulandari, S,SiT. M,Keb Ns. Achmad Syaifudin, M.Kep

Page 3: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

HALAMAN PENGESAHAN

KTI ini telah dipertahankan di hadapan

Tim penguji KTI Program Studi D IV Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada

Semarang

Pada Tanggal

2015

Tim Penguji :

1. Dita Wasthu Prasida, Am.Keb, SKM, M.Kes. epid ...........................................

2. Dyah Ayu Wulandari, S,SiT. M.Keb .........................................

3. Ns. Achmad Syaifudin, M.Kep .........................................

Page 4: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG

2015

Karya Tulis Ilmiah, Januari 2015

Wipi Sari Aisah* Dyah Ayu Wulandari** Ns. Achmad Syaifudin***

Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III

Program Studi DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama Tegal Tahun 2014

xiii + 114 halaman + 4 tabel + 5 bagan + 12 lampiran

Abstrak

Munculnya era globalisasi, telah membuka wawasan dan kesadaran

masyarakat, dengan sejumlah harapan sekaligus kecemasan. Harapan-harapan ini

muncul karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di satu sisi sebagai

akibat penguasaan ilmu pengetahuan dan IPTEK serta informasi dan teknologi

(INFOTEK), sehingga untuk menghadapi era globalisasi ini seorang individu

harus memiliki kualitas sumber daya yang tinggi (Mukhtar, 2012:h 1)

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang

gambaran persepsi dosen tentang tingkat kecerdasan pada mahasiswa tingkat III

DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama Tegal tahun 2014

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, Penelitian ini

menggunakan metode purposive sampling, Jumlah partisipan dalam penelitian ini

tidak ada batasnya tetapi memiliki karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian

dan kriteria yang sesuai.

semua dosen di DIII Kebdianan Politeknik Harapan Bersama Tegal sudah

tahu tentang IQ, EQ,SQ dan sudah menerapkan kepada mahasiswanya.

semua dosen di DIII Politeknik Harapan bersama tegal sudah tahu cara

meningkatkan IQ, EQ, SQ pada mahasiswanya.

Kata kunci : Persepsi Dosen dan Tingkat Kecerdasan

Kepustakaan : 15( 2004-2014)

* : Mahasiswa STIKES Karya Husada Semarang

** : Dosen STIKES Karya Husada Semarang

*** : Dosen STIKES Karya Husada Semarang

Page 5: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

DIV MIDWIFERY STUDY PROGRAM

HEALTH SCIENCE COLLEGE OF KARYA HUSADA SEMARANG 2015

Scientific Paper, January 2015

Wipi Sari Aisah*, Dyah Ayu Wulandari**, Ns Achmad syaifudin***

Lecturer perception About The Intelligence On Student Level DIII Midwifery

Studies Program at the Politeknik Harapan Bersama Tegal 2014

xiii + 114 pages + 4 table + 5 chart + 12 attachments

Abstract

The advent of the era of globalization , has opened insight and

awareness , with some hope and anxiety . These expectations arise because there

is improvement in the quality of life and life on the one hand as a result of the

mastery of science and science and technology and information and technology (

INFOTEK ) , so as to face the globalization era is an individual must have a high-

quality resources ( Mukhtar , 2012: h 1 )

This study aims to explore in depth about the picture faculty perceptions

about the level of intelligence on third level students in the Diploma III Midwifery

Politeknik Harapan Bersama Tegal 2014

The method used in this study is a qualitative study using a

phenomenological approach , this study used purposive sampling method ,

number of participants in this study there is no limit but have characteristics

consistent with the research objectives and criteria .

all lecturers in DIII Midewifery Politeknik Harapan Bersama Tegal

already know about IQ , EQ , SQ , and have applied to students .

all lecturers at the Polytechnic Diploma Hope along tegal already know

how to increase IQ , EQ , SQ on students .

keywords : Lecturer Perception and Intelligence Quotient

Bibliography : 15( 2004-2014)

* : student at STIKES Karya Husada Semarang

** : Lecturer at STIKES Karya Husada Semarang

*** : Lecturer at STIKES Karya Husada Semarang

Page 6: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur Penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT.

Karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dan

melengkapi syarat dalam menempuh program pendidikan Diploma IV Kebidanan

di Sekolah Tinggi Kesehatan Karya Husada Semarang. Adapun judul Karya Tulis

Ilmiah ini adalah “Presepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa

Tingkat III Program Studi DIII Kebidanan Di Politeknik Harapan Bersama Tegal

Tahun 2014”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, kususnya kepada :

1. Ns. Fery Agusman MM, SKM, M.Kep, Sp.Kom, selaku Ketua Stikes Karya

Husada Semarang.

2. Dyah Ayu Wulandari, S.SiT, M.Keb, selaku Ka. Prodi D IV Kebidanan dan

selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam

menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ns. Achmad Syaifudin, M.Kep, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini.

4. Dosen dan staf yang telah banyak memberikan wawasan keilmuan selama

Penulis menempuh pendidikan di Stikes Karya Husada Semarang.

Page 7: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

5. Teruntuk orang tua tercinta, ayahanda Casgiyono,SH dan ibunda Saripah,

S.SiT yang telah memberikan dukungan baik material maupun spiritual.

6. Buat kaka ku Bima Afriadi Yudistiyono Amd dan adik ku tersayang Bekti

Nur Cahyono yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

7. Buat calon imamku Amin SE, yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

8. Teman-teman yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, karena itu penulis berterima kasih atas kritik dan saran yang

diberikan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semarang, 2015

Penulis

Page 8: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR................................................................................ vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL...................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN.................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................... 1

B. Fokus Penelitian.................................................................... 6

C. Rumusan Masalah................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian................................................................ 7

F. Originalitas Penelitian........................................................... 8

Page 9: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka.................................................................... 10

B. Kerangka Teori...................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian..................................................... 56

B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................. 57

C. Definisi Istilah....................................................................... 57

D. Partisipan ............................................................................. 58

E. Instrumen Penelitian............................................................... 59

F. Tekhnik Pengumpulan Data..................................................... 61

G. Cara Pengolahan Data............................................................ 65

H. Analisis Data......................................................................... 68

I. Kredibilitas Data...................................................................... 69

J. Etika Penelitian........................................................................ 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian....................................................................... 74

B. Pembahasan............................................................................ 98

C. Keterbatasan penelitian......................................................... 110

Page 10: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan................................................................................. 111

B. Saran ...................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian.................................................................... 8

Tabel 3.1 Definisi Istilah................................................................................ 58

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan ................................................................. 76

Tabel 4.2 Analisa Data................................................................................... 90

Page 12: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Proses Terjadinya Persepsi......................................................... 16

Bagan 2.2 Proses Penerimaan Stimulus....................................................... 17

Bagan 2.3 Proses Penerimaan Stimulus....................................................... 17

Bagan 2.4 Kerangka Teori............................................................................ 55

Bagan 3.1 Skema Teknik Analisis Data........................................................ 67

Page 13: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 3 : Panduan Wawancara Mendalam Pada Informan Utama

Lampiran 4 : Panduan Wawancara Mendalam Pada Triangulasi

Lampiran 5 : Transkrip wawancara dengan partisipan

Lampiran 6 : Transkrip wawancara dengan triangulasi

Lampiran 7 : Surat permohonan menjadi partisipan

Lampiran 8 : Surat persetujuan menjadi partisipan

Lampiran 9 : Jadwal penelitian

Lampiran 10 : Dokumentasi

Lampiran 11 : Lembar oponen

Lampiran 12 : Lembar konsultasi

Page 14: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya era globalisasi, telah membuka wawasan dan kesadaran

masyarakat, dengan sejumlah harapan sekaligus kecemasan. Harapan-

harapan ini muncul karena ada perbaikan kualitas hidup dan kehidupan di

satu sisi sebagai akibat penguasaan ilmu pengetahuan dan IPTEK serta

informasi dan teknologi (INFOTEK), sehingga untuk menghadapi era

globalisasi ini seorang individu harus memiliki kualitas sumber daya yang

tinggi (Mukhtar, 2012:h 1).

Pembelajaran masyarakat menuntut instansi pendidikan baik secara

internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan yang bertumpu

pada sekolah melakukan persiapan dan pembenahan, baik dari segi sarana

prasarana, pembiayaan dan manajemen sedangkan secara eksternal,

pendidikan yang bertumpu disuatu institusi secara mutlak tidak mampu

melakukan fungsi-fungsi manajerialnya sendiri, hal ini disebabkan karena

keterbatasan, baik dari segi manajemen, profesionalitas pendidik, tingkat

penugasan metodologis pengajaran, serta pembiayaan. Maka dari itu untuk

memenuhi semua kebutuhan maka setiap instansi pendidikan harus

meningkatkan kualitas salah satunya kualitas pendidik(Mukhtar,2012:h 2).

Mengingat kualitas pendidik, kepribadian seorang pendidik pun

mempunyai pengaruh langsung dan komulatif terhadap hidup dan

kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud kepribadian disini

Page 15: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

meliputi pengetahuan, ketrampilan, ideal dan sikap, dan juga presepsi yang

dimilikinya tentang orang lain (Hamalik, 2012:h 34).

Sejumlah percobaan menguatkan kenyataan bahwa banyak sekali

yang dipelajari siswa dari tenaga pendidiknya. Para siswa menyerap sikap-

sikap tenaga pendidiknya, merefleksikan perasaan-perasaannya dan

mengutip pernyataan-pernyataanya. Pengalaman menunjukan bahwa

masalah –masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku, sosial, prestasi,

dan hasrat belajar yang terus- menerus itu semuanya bersumber dari

kepribadian tenaga pendidik (Hamalik, 2012:h 35).

Lembaga pendidikan merupakan peranan yang sangat penting

dalam rangka pengingkatan SDM yang berkualitas. Salah satu indikator

lembaga pendidikan yang berkualitas adalah berawal dari tenaga pendidik

yang profesional sehingga menghasilkan peserta didik yang berprestasi.

Melalui prestasi belajar peserta didik dapat mengetahui kemajuan-

kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar (Mukhtar, 2012:h 6).

Belajar sesungguhnya adalah proses mental dan intelektual yang

keberhasilanya dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses belajar dikatakan

sukses apabila peserta didik terjadi prubahan perilaku yang menyangkut

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Sukardi, 2013: h 12).

Belajar mengandung pengrtian terjadinya perubahan dari presepsi

dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan

kebutuuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap. ( Hamalik, 2012:h 45)

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-

Page 16: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian kecerdasan bukan

dipengaruhi oleh intelegensi quetion (IQ) saja, tetapi ada faktor lain yang

mempengaruhinya (Sukardi, 2013: h 14).

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting

dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.

Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang

individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya semakin rendah

tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai

kesuksesan belajar. Sebagai faktor psikologi yang penting dalam mencapai

kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang

kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon tenaga pengajar yang

profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan anak

didiknya (Sukardi, 2013: h 15).

Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional saling

melengkapi satu sama lain dalam proses belajar. Keseimbangan antara

kedua keceerdasan ini merupakan kunci keberhasilan belajar peserta didik

disuatu lembaga pendidikan karena kecerdasan intelektual tidak akan

berfungsi dengan baik tanpa adanya partisipasi penghayatan emosional

terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Hal ini membuktikan bahwa

tanpa adanya kecerdasan emosi, seseorang tidak akan dapat menggunakan

kemampuan kognitifnya secara optimal sesuai dengan potensi yang

dimilikinya (Dede, 2013: h 3).

Page 17: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang akan membantu dalam

penggunaan pikiran dan perasaanya untuk menyelesaikan semua

pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab dengan baik, sehingga prestasi yang

diharapkan dapat tercapai dengan hasil yang optimal (Dede, 2013: h 3).

Menurut Zohar dan Marshall dalam buku Wardi, 2010: h 65 ,

Faktor yang lebih penting untuk meraih prestasi belajar yang baik selain

faktor kecerdasan emosi (EQ) adalah kecerdasan spiritual (SQ) karena

dengan kecerdasan spiritual seseorang akan mampu mengoptimalkan

kecerdasan yang lain.

Kecerdasan spiritual juga merupakan kecerdasan tertinggi manusia

yang berperan sebagai landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara

efektif. Artinya IQ memang penting peranya dalam kehidupan manusia

agar manusia mampu memanfaatkan teknologi secara efesiensi dan efektif.

Peran EQ juga penting dalam membangun hubungan antar manusia yang

efektif dan juga dapat meningkatkan kinerja, namun tanpa SQ yang

mengajarkan nilai-nilai kebenaran maka keberhasilan itu hanyalah akan

menghasilkan masalah baru (Dede, 2013: h 3).

Dosen yang profesional dapat menyeimbangkan antara IQ, EQ dan

SQ pada mahasiswanya sehingga ketiga kecerdasan tersebut dapat

seimbang.

Kecerdasan intelegensi hanya menyumbang 20% dari kesuksesan ,

sedangkan 80% nya sumbangan dari faktor lain dan SQ lah yang

mengajarkan nilai-nilai kebenaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Page 18: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

kecerdaasan spiritual ini selain bisa membawa seseorang ke puncak

kesuksesan dan memperoleh ketentraman diri, juga dapat melahirkan

karakter-karakter yang mulia di dalam diri manusia. (dalam penelitian

dede hernawati yang berjudul hubungan kecerdasan emosi dan kecerdasan

spiritual dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat II program studi DIII

kebidanan)

Data yang peneliti ambil dari agenda tahunan di Prodi DIII

Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal terdapat peningkatan

jumlah mahasiswa yang terhambat wisudanya dikarenakan tugas yang

tidak selesai, dimana pada tahun 2012 terdapat 7 mahasiswa sedangkan

pada tahun 2013 terdapat 24 mahasiswa yang terhambat wisudanya.

Studi pendahuluan yang telah diakukan di Prodi DIII Kebidanan di

Politeknik Harapan Bersama Tegal. Diperoleh data dari hasil wawancara

pada 3 tenaga pendidik bahwa 2 dari 3 tenaga pendidik belum mengetahui

secara jelas pentingnya menyeimbangkan antara IQ, EQ dan SQ. Dimana

2 tenaga pendidik yang kurang mengetahui pentingnya menyeimbangkan

antara IQ, EQ, SQ mereka hanya tahu pengertianya saja tanpa tahu makna

dari pentingnya menyeimbangkan tingkat kecerdasan mahasiswanya.

Fenomena tersebut dapat diketahui bagaimana tenaga pendidik

dapat menyeimbangkan antara IQ, EQ dan SQ pada peserta didik yang

diajarnya. Dengan harapan peningkatan kualitas SDM dapat berjalan

maksimal.

Page 19: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “persepsi dosen tentang tingkat kecerdasan pada

mahasiswa tingkat III program studi DIII Kebidanan di Politeknik

Harapan Bersama Tegal Tahun 2014.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan difokuskan pada penggalian persepsi dosen

tentang :

1. Pengetahuan IQ, EQ, SQ

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ, EQ, SQ

3. Ciri-ciri mahasiswa yang memiliki IQ, EQ, SQ tinggi

4. Peran tingkat kecerdasan dalam kehidupan

5. Cara meningkatkan kecerdasan pada mahasiswa tingkat III DIII

Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama Tegal Tahun 2014.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang

ada diteliti dan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :” Bagaimanakah

persepsi tenaga pendidik tentang tingkat kecerdasan pada mahasiswa

tingkat III DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama Tegal tahun

2014?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam

tentang gambaran persepsi dosen tentang tingkat kecerdasan pada

Page 20: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

mahasiswa tingkat III DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama

Tegal tahun 2014.

2. Tujuan khusus

a. Menjelaskan persepsi dosen tentang IQ, EQ, SQ pada mahasiswa

DIII Kebidanan Tingkat III DIII Kebidanan di Politeknik Harapan

Bersama Tegal tahun 2014.

b. Mengeksplorasi persepsi dosen tentang cara meningkatkan IQ,

EQ, SQ pada mahasiswa tingkat III DIII kebidanan di Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

c. Mengeksplorasi persepsi dosen tentang hambatan meningkatkan

IQ, EQ, SQ pada mahasiswa tingkat III DIII kebidanan di

Politeknik Harapan Bersama Tegal.

E. Manfaat

1. Bagi tenaga pengajar

Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang IQ, EQ, SQ pada

mahasiswa tingkat III DIII Kebidanan. Sehingga tenaga pengajar dapat

lebih mengetahui permasalahan pada mahasiswa.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini memberikan pengalaman nyata dalam

melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka

mengembangkan diri dan melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti.

3. Bagi instasi tempat penelitian

Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang IQ, EQ, SQ pada

Page 21: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

mahasiswa, agar tenaga pengajarnya lebih memperhatikan IQ, EQ, SQ

sehingga pendidika di Indonesia khususnya pendidikan kebidanan bisa

lebih maju.

4. Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk menjadi bahan

referensi bagi mahasiswa dan sebagai masukan untuk lebih

meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan.

F. Originalitas penelitian

Tabel 1.1 Originalitas penelitian

No Nama

Peneliti dan

Tahun

Penelitian

Judul Metodologi

Penelitian

Perbedaan

1.

2

Diptasari

Wibawanti,

2013

Khairi Wardi,

2010

Persepsi dan

perilaku

mahasiswa

dalam

pendidikan

karakter di

fakultas

keguruan dan

ilmu pendidikan

universitas

sebelas maret

Hubungan

antara

kecerdasan

spiritual dengan

motivasi

berprestasi pada

santri pondok

pesantren Al

Asma’ul Husna

NW Tanak Beak

Menggunak

an

pendekatan

deskriptif

kualitatif

dengan

tehnik

sampling

purposive

sampling.

Menggunak

an

penelitian

analitik dan

desain

penelitian

cross

secsional

Dahulu:

1. Tempat di FKIP

UNS

2. Partisipan

mahasiswa

Sekarang:

1. Tempat :

Politeknik

Harapan Bersama

Tegal

2. Partisipan dosen

Dahulu:

1. Responden :

santri kelas

I,II,III MTS dan

MA pondok

pesantren Al-

Asma’ul husna

NW Tanah beak

barat lombok

tengah.

Page 22: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

3

Dede

Hernawati,

2013

Barat Lombok

Tengah.

Hubungan

kecerdasan

Emosi dan

Kecerdasan

Spiritual dengan

prestasi belajar

mahasiswa

tingkat II

Program Studi

DIII Kebidanan

Stikes Karya

Husada

Semarang

Menggunak

an jenis

penelitian

deskriptif

korelasi dan

desain

penelitian

cross

sectional

Sekarang :

1. responden :

mahasiswa

tingkat III

program studi

DIII Kebidanan

Politeknik

harapan

bersama tegal.

Dahulu :

1. Menggunakan

penelitian

kuantitatif

2. Responden :

mahasiswa

tingkat II Prodi

DIII Kebidanan

STIKES Karya

Husada

Semarang.

Sekarang :

1. Menggunakan

penelitian

kualitatif

2. responden :

mahasiswa

tingkat III

program studi

DIII Kebidanan

Politeknik

harapan

bersama tegal.

Page 23: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persepsi

a. Pengertian

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia

yang sangat penting, yang memungkinkanya untuk mengetahui

dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang

benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai

berbagai fenomena, informasi atau data yang senantiasa

mengitarinya. Demikian juga halnya dengan kehadiran peserta

didik di suatu institusi, tidak akan mendapatkan manfaat yang

berarti dari informasi atau materi pelajaran yang disampaikan

tenaga pengajar, atau mungkin malah menyesatkan, tanpa

adanya persepsi yang benar (Desmita, 2014:h 116).

Persepsi merupakan sebuah istilah yang sudah sangat

familiar didengar dalam percakapan sehari-hari. Istilah

PERSEPSI berasal dari bahasa inggris “precepcion”, yang

diambil dari bahasa latin “preceptio”, yang berarti menerima

atau mengambil. Dalam kamus inggris indonesia, kata

preception diartikan dengan “penglihatan” atau “tanggapan”

(Echols&shadily, 1997) dalam buku (Desmita, 2014:h 117).

10

Page 24: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Preception dalam pengertian sempit adalah

“penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu,

sedangkan dalam arti luas, preception adalah “pandangan”,

yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan

sesuatu. Chaplin (2002) dalam buku (Desmita, 2014:h 117)

mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau

mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

Tetchener mengatakan bahwa persepsi adalah satu

kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang

berasal dari pengalaman dimasa lalu. Variabel yang

menghalangi atau ikut campur tangan yang berasal dari

kemampuan organisme untuk melakukan perbedaan diantara

perangsang-perangsang (Pieter, 2010: h 39).

Menurut pandangan psikologi kontemporer, persepsi

secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan

(variabel intervening) yang tergantung pada faktor-faktor

motivasional. Maka arti suatu objek atau kejadian objektif

ditentukan oleh kondisi perangsang atau faaktor organisme.

Dengan alasan ini, maka persepsi mengenai dunia oleh pribadi

ditanggapi berbeda-beda, karena individu menanggapinya

berdasarkan aspek-aspek situasi yang memberikan arti khusus

kepada dirinya (Pieter, 2010: h 39).

Page 25: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Secara umum persepsi adalah proses mengamati dunia

luar yang mencangkup perhatian, pemahaman, dan pengenalan

objek-objek atau peristiwa. Biasanya persepsi diorganisasikan

kedalam bentuk (figure), dasar(ground), garis bentuk(garis

luar, kontur) dan kejelasan (Pieter, 2010: h 40).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut (Pieter, 2010: h 40) Secara umum, adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:

1) Minat, artinya semakin tinggi minat seseorang terahadap

suatu objek atau peristiwa, maka semakin tinggi juga

minatnya dalam memersepsikan objek atau peristiwa.

2) Kepentingan, artinya semakin dirasakan penting terhadap

suatu objek atau periwtiwa tersebut bagi diri seseorang,

maka semakin peka dia terhadap objek-objek persepsinya.

3) Kebiasaan, artinya objek atau peristiwa semakin sering

dirasakan seseorang, maka semakin terbiasa dirinya di

dalam membentuk persepsi.

4) Konstansi, artinya adanya kecenderungan seseorang untuk

selalu melihat objek atau kejadian secara konstan

sekalipun sebenarnya itu bervariasi dalam bentuk, ukuran,

warna, dan kecemerlangan.

Page 26: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

c. Bentuk-bentuk persepsi

Dalam buku Pieter, 2010:h 40 bentuk-bentuk persepsi ada 3

yaitu :

1) Persepsi jarak

Persepsi jarak sebelumnya ,merupakan suatu teka-teki

bagi teoritis persepsi, karena cenderung dianggap sebagai

apa yang dihayati oleh indra perorangan yang berkaitan

dengan bayangan dua dimensi. Akhirnya ditemukan

bahwa stimulus visual memiliki ciri-ciri yang

berhubungan dengan jarak pengamatan. Atau lebih dikenal

dengan istilah isyarat jarak (distance cues).sebagian faktor

ini hanya ada bila suatu penglihatan dipandang dengan

kedua mata (isyarat binokuler) dan sebagian lagi ada

dalam stimulus pada tiap mata (isyarat monokuler).

Persepsi jarak menjadi lebih rumit karena sangat

tergantung pada sejumlah besar faktor.

2) Persepsi gerakan

Gibson dkk, mengatakan bahwa isyarat persepsi gerakan

ada dilingkungan sekitar manusia. Kita melihat sebuah

benda bergerak karena benda itu bergerak, sebagian

menutupi dan sebagian lagi tidak menutupi latar

belakangnya yang tak bergerak. Kita juga akan melihat

benda-benda bergerak ketika berubah jarak. Kita melihat

Page 27: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

bagian baru ketika bagian lain hilang dari pandangan. Jadi

tidak peduli apakah pandangan mata kita mengikuti benda

yang bergerrak atau pada latar belakangnya. Suatu hal

akan menjadi menarik jika meninggalkan isyarat yang

ambigius sehingga dapat memungkinkan terjadinya

kekeliruan dalam memersepsi.

3) Persepsi kedalaman

Persepsi kedalaman dimungkinkan akan muncul melalui

penggunaan isyarat-isyarat fisik, seperti akomodasi,

konvergensi dan disparitas selaput jala dari mata dan juga

disebabkan oleh isyarat-isyarat yang dipelajari dari

prespektif linier dan udara interposisi atau meletakan

ditengah-tengah, dimana ukuran relatif dari objek dalam

penjajaran, bayangan, ketinggian tekstur, atau susunan.

d. Mekanisme dalam persepsi

Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang melibatkan

setidaknya tiga komponen utama yaitu: seleksi, penyusunan,

dan penafsiran.

1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap

stimulus, dalam proses ini, struktur kognitif yang telah ada

dalam kepala akan menyeleksi, membedakan data yang

masuk dan memilih data mana yang relevan sesuai dengan

kepentingan dirinya. Jadi seleksi preseptual ini tidak hanya

Page 28: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

bergantung pada determinan-determinan utama dari

perhatian, seperti: intensitas (intensity), kualitas (quality),

kesegeraan (suddenness), kebaruan (novelty), gerakan

(movement), dan kesesuaian (congruity) dengan muatan

kesadaran yang telah ada melainkan juga bergantung pada

minat, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang dianut.

e. Proses terjadinya persepsi

Menurut (Walgito, 2004: h 71) Proses terjadinya

persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: objek menimbulkan

stimulu, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses

kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat

indra diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang

disebut sebagai proses psikologis. Kemudian terjadilah proses

diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari

apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.

Proses yang terjadi didalam otak atau dalam pusat

kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

Dengan demikian apat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari

proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa

yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba,

yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini

merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan proses

Page 29: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat

diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

Dalam proses persepsi individu tidak hanya dikenai

oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam

stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan disekitarnya. Namun

demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon dari

individu untuk dipersepsi. Secara skematis hal tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut:

St St St St

RESPON

Fi Fi Fi Fi

Bagan 2.1 Proses Terjadinya Persepsi

Sumber : Walgito( 2004)

Keterangan :

St : Stimulus (Faktor Luar)

Fi : Faktor Intern (Faktor Dalam, Termasuk Perhatian )

Sp : Struktur Pribadi Individu

Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu

menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari

lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan.

Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang

SP

Page 30: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

menanganinya, dan di sini berperanya perhatian. Sebagai

akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh

individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai

reaksi terhadap stimulus tersebut. Skema tersebut dapat

dilanjutkan sebagai berikut:

L S O R L

Bagan 2.2 Proses Penerimaan Stimulus

Sumber : Walgito( 2004)

L : Lingkungan

S : Stimulus

O : Organisme atau Individu

R : Respon atau reaksi

Atau dapat pula digambarkan dalam bentuk lain

sebagai berikut:

L S R L

Bagan 2.3 Proses Penerimaan Stimulus

Sumber : Walgito( 2004)

L : Lingkungan

S : Stimulus

R : Respon

Page 31: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

2. Tenaga pendidik (dosen)

a. Pengertian

Dosen (tenaga pendidik) adalah pendidik sebagai agen

pembelajaran (learning agen) dengan memiliki peran sebagai

fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar

bagi peserta didik ( Mukhtar, 2012:h 289).

Undang-undang guru dan dosen No 14 Tahun 2005

menetapkan kualifikasi dosen harus S2, Undang-undang ini

ditegaskan oleh permenpan No 17 Tahun 2013 bahwa dosen

wajib S2.

Tenaga pendidik menyandang tugas yang amat penting,

baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dalam bentuk

pengabdian. Sekurang-kurangnya ada tiga tugas utama tenaga

pendidik yaitu tugas mengajar, tugas mendidik dan melatih.

Mendidik berarti mengembangkan dan meneruskan nilai-nilai

hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mangambangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi, sementara melatih berarti

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan para mahasiswa

(Mukhtar, 2012:h 289).

Sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi,

dimensi pengetahuan semakin meluas. Maka tenaga pendidik

yang profesional dituntut untuk mampu mengatasi

perkembangan itu dengan meningkatkan profesionilitasnya.

Page 32: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Tenaga pendidik yang profesional seharusnya dapat

menyeimbangkan kecerdasan intelegensi, kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual pada anak didiknya, tidak

hanya terfokus pada kecerdasan intelegensinya saja (Mukhtar,

2012:h 291).

b. Tenaga pendidik/dosen sebagai profesi

Bicara masalah profesi dalam dunia pendidikan tidak

bisa dilepaskan dengan konsepsi profesi pendidik. Dimana

beberapa alasan sehingga seseorang mengambil keputusan

untuk menjadi pendidik. (Mukhtar, 2012:h 291)

Tugas yang mulia seorang pendidik juga berhadapan

dengan seperangkat komponen yang terkait dan mempunyai

hubungan yang sangat penting dalam mendidik, untuk menuju

pada satu titik optimal dari pengembangan segala potensi yang

dimiliki anak didik, dalam rangka menciptakan kondisi

profesional bagi para pendidik, maka harus dilakukan beberapa

hal yang berhubungan dengan keprofesionalan itu.

Pendidik/guru yang profesional tentu harus memiliki

keahlian/ketrampilan tertentu (Mukhtar, 2012:h 291).

Tenaga pendidik/dosen menurut paradigma baru bukan

hanya bertindak sebagai penyampai informasi, pengalihan ilmu

pengetahuan, tetapi sebagai motivator dan fasilitator proses

belajar. Maksudnya dengan proses belajar merupakan realisasi

Page 33: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

atau aktualisasi sifat-sifat alami pada manusia, yaitu aktualisasi

potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan

pokok yang dimilikinya, yaitu sifat suka lupa, sehingga

seharusnya tenaga pendidik tidak hanya fokus meningkatkan

kecerdasan intelegensi saja, tetapi fokus juga terhadap

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya sehingga

kecerdasan anak didik menjadi seimbang

(Mukhtar,2012:h291).

Sikap mental positif, kreatif dan motivasi sangat

diperlukan bagi tanaga yang berjiwa besar, yang mempunyai

peranan tidak hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan

didepan kelass, tetapi juga memegang peranan kepemimpinan

dan pembaharuan dalam masyarakat, dimana mereka bekerja

dalam usaha memberikan pelayanan yang diinginkan dan

dibutuhkan oleh siswa dan masyarakat (Mukhtar,2012:h 292).

Dilihat dari sudut pandang herarki profesi tenaga

kependidikan dapat dijelaskan bahwa:

1) Tenaga profesional, yaitu tenaga kependidikan yang

berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan minimal S1

atau yang setara, dan memiliki wewenang penuh dalam

perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian

pendidikan pengajaran dan berwenang membina tenaga

kependidikan yang lebih rendah jenjang profesinya.

Page 34: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

2) Tenaga semi profesional yaitu tenaga kependidikan yang

berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D3 atau

yang setara, yang telah berwenang mengajar secara

mandiri, tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan

tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang

profesionalnya, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan,

penilaian maupun pengendalian pengajaran

3) Tenaga profesional yaitu tenaga kependidikan yang

berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan dibawah

D2 ke bawah, yang memerlukan pembinaan dalam

perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian

pendidikan dan pengajaran.

(Mukhtar, 2012:h 292)

c. Proses peningkatan profesionalitas tenaga pendidik

Proses peningkatan profesionalitas tenaga pendidik

dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Penataran tenaga pendidik di berbagai jenjang pendidikan

dimana hal ini telah menjadi kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik

2) Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik masa depan

perlu memanfaatkat pendekatan yang bersifat kolaboratif.

Yaitu model peningkatan yang mengacu pada penelitian

atau dikenal dengan colaborative action research ( CAR )

Page 35: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

3) Memanfaatkan forum seperti MGMP(Musyawarah guru

mata pelajaran)untuk mengembangkan profesionalitas

baru.

(Mukhtar, 2012:h 293)

d. Tenaga pendidik harus profesional dalam mendesain

pembelajaran

1) Tenaga pendidik bertanggung jawab menyiapkan sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas, beriman, bertaqwa,

dan berilmu pengetahuan serta memahami teknologi.

2) Tenaga pendidik bertanggung jawab bagi kelangsungan

hidup suatu bangsa, menyiapkan seorang pelajar untuk

menjadi seorang pemimpin masa depan. Study today

leader tomorrow.

3) Tenaga pendidik bertanggung jawab atas keberlangsungan

budaya dan beradapan suatu generasi. Change of attitude

and behavior.

(Mukhtar, 2012:h 293)

e. Profesionalisme tenaga pendidik/dosen

Profesi dosen adalah tenaga profesi dimana termasuk

tenaga kependidikan yang sesuai dengan bidang keahlianya.

Tenaga pendidik bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis

untuk menunjang proses pendidikan (Mukhtar, 2012:h 295).

Page 36: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Implementasi kemampuan profesional tenaga pendidik

hendaknya mampu meningkatkan peran tenaga pednidik

sebagai : informator, fasilitator, organisator, motivator,

inisiator, mediator, transmitor, dan evaluator sehingga mampu

mengembangkan kompetensinya (Mukhtar, 2012:h 295).

Menurut Mukhtar (2012:h 296) tenaga pendidik yang

profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan

profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik.

Studi yang dilakukan oleh ace suryani menunjukan bahwa guru

yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator:

1) Kemampuan professional, sebagaimana terukur dari

ijazah, jenjang pendidikan, jabatan, dan golongan serta

pelatihan.

2) Upaya profesional, sebagaimana terukur dari kegiatan

mengajar, pengabdian dan penelitian.

3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional,

sebagaimana terukur dari masa jabatan, pengalaman

mengajar.

4) Kesesuaian antara kehalian dan pekerjaanya, sebagaimana

terukur dari mata pelajaran yang diampu apakah telah

sesuai dengan sepesialisasinya atau tidak.

5) Tingkat kesejahteraan, sebagaimana terukur dari upah,

honor, atau penghasilan rutinya. Tingkat kesejahteraan

Page 37: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

yang rendah mendorong pendidik untuk melakukan kerja

sambilan, dan apabila kerja sambilan lebih sukses, bisa

jadi profesi pendidik hanya sebagai profesi sambilan saja.

Cara belajar ssiswa yang berbeda-beda, memerlukan

cara pendekatan pembelajaran yang berbeda. Tenaga pendidik

harus memprgunakan berbagai pendekatan agar siswa tidak

cepat bosan. Kemampuan tenaga pendidik untuk melakukan

berbagai pendekatan dalam belajar perlu diasah dan

ditingkatkan. Jangan cepat puas tetapi lihat hasil yang diapat

setelah mengajar (Mukhtar, 2012:h 299).

Tenaga pendidik perlu membekali diri dengan

pengetahuan tentang psikologi dalam menghadapi siswa yang

beraneka ragam dan berkarekter karena tugas tenaga pendidik

tidak hanya mengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik yang

akan membentuk jiwa dan kepribadian siswa (Mukhtar, 2012:h

299).

Tenaga pendidik juga sebaiknya tidak hanya sekedar

tahu saja tentang Psikologi siswa nya tetapi sebagai tenaga

pendidik sebaiknya memahami psikologi anak didiknya

sehingga akan lebih memudahkan dosen dalam mengetahui

karakter anak didiknya dalam segi kecerdasan emosional dan

spiritualnya, sehingga pembelajaran dapat diserap sesuai yang

diharapkan (Oemar, 2012:h 3).

Page 38: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Tenaga pendidik yang profesional amat berarti bagi

pembentukan karakter SDM yang unggul (Mukhtar,2012:h

296).

f. Etika profesi tenaga pendidik/dosen

Tenaga pendidik dalam menjalankan profesinya yang

erat dengan nilai moral dalam melakukan trensformasi ilmu

pengetahuan kepada peserta didik. Maka sebagai tenaga

pendidik seharusnya memiliki etika dalam menjalankan

profesinya (Mukhtar, 2012:h 300).

Etika profesi guru / tenaga pendidik adalah seperangkat

norma yang harus diindahkan dalam menjalankan profesinya

ke msayarakat.

Tenaga pendidik indonesia menyadari bahwa

pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta kemanusiaan pada

umumnya (Mukhtar, 2012:h 300).

3. Tingkat Kecerdasan

Menurut Joseph (1978,dalam buku bulan 2012:h 8)

kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang

membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain.

Kecerdasan merupakan salah satu anugrah dari Tuhan Yang Maha

Esa kepada manusia dan menjadikanya sebagai salah satu

kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainya. Manusia

Page 39: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas

hidupnya yang semakin kompleks melalui proses berfikir dan

belajar secara terus menerus.

Manusia memiliki 3 dimensi kecerdasan yaitu, kecerdasan

intelegensia, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

a. IQ (Intelllegence Quotient)

1) Pengertian

Menurut Spearman dan Wynn jones (dalam buku

Saifuddin, 2013:h 1) mengemukakan adanya suatu konsepsi

lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat

melengkapi akal fikiran manusia dengan gagasan abstrak

yang universal, untuk dijadikan sumber tunggal

pengetahuan sejati. Kekuatan demikian dalam bahasa

yunani disebut nous, sedangkan penggunaan istilah tersebut

dalam bahasa latin dikenal sebagai intellectus dan

intelligentia. Pada giliranya, dalam bahasa inggris masing-

masing diterjemahkan sebagai intellect dan intelligence.

Ternyata, transisi bahasa tersebut membawa pula

berubahan makna. Intelligence, yang dalam bahasa

indonesia kita sebut dengan intelegensi, semula berarti

penggunaan kekuatan intelektual secara nyata, akan tetapi

kemudian diartikan sebagai sesuatu kekuatan lain.

Masyarakat umum mengenal intelegensi sebagai

Page 40: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran,

ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang

dihadapi. Gambaran tentang anak yang berintelegensi

tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa

yang selalu naik kelas dengan nilai baik, atau siswa yang

jempolan dikelasnya (Saifuddin , 2013: h 2).

Pandangan awam sebagaimana digambarkan diatas,

walaupun tidak memberikan arti yang jelas tentang

intelegensi namun pada umumnya tidak berbeda jauh dari

makna intelegensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh

para ahli. Apapun definisinya, makna intelegensi memang

mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan (Saifuddin,

2013: h 2).

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut Anonim (2009) terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat IQ pada diri seseorang,

antara lain:

a) Pengaruh faktor bawaan atau keturunan

Penelitian menunjukan bahwa individu yang berasal

dari suatu keluarga yang IQ nya tinggi maka besar

kemungkinan anaknya juga IQ nya tinggi.

b) Pengaruh lingkungan

Lingkungan dapat sangat mempengaruhi kecerdasan

Page 41: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Intelektual pada anak, meskipun pada dasarnya

kecerdasan ini sudah dibawa sejak lahir.

c) Minat dan pembawaan yang khas

Minat dapat mengarahkan perbuatan kepada suatu

tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Dorongan yang terdapat di dalam diri manusia

mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia

luar.

d) Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa setiap individu itu dapat

memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan

suatu masalah.

3) Ciri-ciri individu yang memiliki IQ tinggi

Menurut Anonim (2009) karakteristik individu yang

memiliki IQ tinggi antara lain:

a) Berpikiran secara logis

Logis merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang

diungkapkan lewat kata-kata dan dinyatakan dalam

bahasa. Logis bisa juga diartikan dengan masuk akal.

Orang yang berpokiran logis pasti pikiranya masuk

akal.

b) Rasional

Rasional diambil dari bahasa inggris rational yang

Page 42: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

berarti dapat diterima oleh akal dan pikiran serta dapat

dinalar sesuai dengan kemampuan otak.

c) Sistematis

Sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan

merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan

logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti

secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan

rangkaian sebab akibat yang menyangkut objeknya.

4) Peran IQ dalam kehidupan

Kecerdasan intelektual memiliki peranan penting

dalam kehidupan setiap individu karena dengan kecerdasan

intelektual tersebut individu dapat melakukan beberapa

kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,

memecahkan masalah, berpikir, memahami gagasan,

menggunakan bahasa, belajar, dan mengambil keputusan

serta menjalankan keputusan tersebut. Tidak ada informasi

yang sulit bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan

intelektual yang baik (Saifuddin, 2013: 3).

Gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi

biasanya dianak tersebut pintar, siswa yang selalu naik

kelas dengan nilai yang baik, bahkan gambaran ini meluas

pada pencitraan fisik yaitu citra yang anak wajahnya bersih,

berpakaian rapi, berkaca mata sedangkan gamabran anak

Page 43: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

yan berintelegensi rendah membawa citra seseorang yang

lamban berfikir, sulit mengerti, prestasi belajar rendah, dan

lebih banyak bingung (Saifuddin, 2013: 2).

5) Cara meningkatkan kecerdasan intelektual

Secara tradisional, angka normatif dari hasil tes

intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quetion) dan

dinamai intelligence quetient (IQ). Dari sini kita kita akan

melihat bahwa pengertian tes intelegensi sering kali dan

memang dapat dipertukarkan dengan pengertian tes IQ

(Saifuddin, 2013: 51).

Macam-macam tes IQ antara lain :

a) Standford-binet intelligence scale

b) The wechsler intelligence scale for children-revised

(WISC-R)

c) The wechsler adult intelligence scale revised (WAIS-

R)

d) The standard progressive matrices

e) The kaufman assessment battery for children (K-ABC)

(Saifuddin, 2013:h 105)

(Menurut Saifuddin 2013:h 164 ) Adapun cara

meningkatkan IQ adalah sebagai berikut:

a) Belajar

Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak

Page 44: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

faktor yang bersumber dari dalam diri individu (Faktor

internal) dan yang bersumber dari luar (faktor

eksternal). Faktor internal dipengaruhi oleh fisik dan

psikologis dimana fisik yang mempengaruhi yaitu

panca indra dan kondisi fisik umum sedangkan

psikologis yang mempengaruhi minat, motivasi, bakat,

kemampuan umum/intelegensi, dan faktor eksternal

dipengaruhi oleh fisik dan sosial dimana fisik yang

mempengaruhi yaitu kondisi tempat belajar, sarana

prasarana, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar

sedangkan psikologis yang mempengaruhi yaitu

dukungan sosial dan pengaruh budaya. Jika individu

dapat belajar dengan baik tanpa ada gangguan faktor

internal dan faktor eksternal maka kecerdasan

intelegensia dapat meningkat.

6. Faktor yang menghambat kecerdasan intelegensia

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi

proses belajar anak dibedakan menjadi faktor internal dan

faktor eksternal:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari

dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil

belajar individu. Faktor internal meliputi fsktor

Page 45: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

fisiologis dan biologis serta faktor psikologis.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses

belajar. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses

belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan

sosial dan non sosial (Syah 2003):

1). Lingkungan sosial

Lingkungan sosial anak dapat menimbulkan

kesulitan dalam belajar. Lingkungan sosial dibagi

menjadi 3 yaitu:

(a) Lingkungan sosial sekolah

salah satu harapan dari pendidik yaitu Self

Regulated Learner (SRL). SLR adalah

murid-murid yang memiliki kemampuan

belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka

membuat belajar itu lebih mudah dan

menyenangkan. Namun harapan itu tidak

akan terwujud jika lingkungan sekolah

seperti guru, administrasi, dan teman-teman

sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang

dapat menghambat anak belajar di sekolah

adalah: Metode mengajar, Kurikulum,

Penerapan disiplin, Hubungan siswa dengan

Page 46: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

guru maupun teman, Tugas rumah yang

terlalu banyak, Sarana dan prasarana

(b) Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat

tinggal siswa juga mempengaruhi proses

belajar anak. Lingkungan siswa yang kumuh,

banyak pengangguran, dan banyak teman

sebaya di lingkungan yang tidak sekolah

dapat menjadi faktor yang menimbulkan

kesukaran belajar bagi siswa.

(c) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama kali

anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan

keluarga sangat mempengaruhi proses belajar

anak.

Faktor dari keluarga yang dapat

menimbulkan permasalahan belajar anak

adalah: Pola asuh orang tua, Hubungan orang

tua dan anak, Keadaan ekonomi keluarga,

Keharmonisan keluarga, Kondisi rumah.

Page 47: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

b. EQ (Emosional Quotient)

1) Pengertian

a) Emosi

Goleman tahun 2002 mengatakan dalam buku

Saefullah, 2012:h 177) Kata emosi berasal dari bahasa

latin, yaitu emovere yang artinya bergerak menjauh.

Arti kata ini menggambarkan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.

Menurut Walgito 1989 dalam buku Nurfaizin

tahun 2007 h 139 mengatakan emosi adalah suatu

keadaan dari diri organisme atau individu pada satu

waktu, misalnya seseorang merasa senang, sedih,

terharu, dan sebagainya jika melihat atau mendengar

sesuatu.

(Menurut Ali dan Asrosi dalam buku Dini tahun

2010) mengatakan bahwa emosi banyak mempengaruhi

fungsi-fungsi psiikis seperti pengamatan, tanggapan,

pemikiran, dan kehendak. Seseorang akan mampu

melakukan pengamatan atau pemikiran dengan baik

manakala disertai dengan emosi yang baik pula.

Seseorang juga akan memberikan tanggapan yang

positif terhadap suatu objek apabila disertai dengan

emosi yang positif pula. sebaliknya seseorang akan

melakukan pengamatan atau tanggapan negatif terhadap

Page 48: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

suatu objek jika disertai dengan emosi yang negatif

terhadap objek tersebut.

Emosi tidak hanya berkaitan dengan fungsi

psikis, emosi juga berkaitan dengan perubahan

fisiologis sehingga menjadi salah satu aspek yang

penting dalam kehidupan manusia karena dapat menjadi

motivator bagi perilaku manusia dalam arti

meningkatkan, tetapi juga dapat mengganggu perilaku

manusia. (Saefullah, 2012:h 178)

Fatimah (2010:h 105), juga mengemukakan

beberapa perubahan fisik yang terjadi ketika seseorang

mengalami emosi, antara lain:

(1) Peredaran darah bertambah cepat apabila marah

(2) Denyut jantung bertambah cepat apabila terkejut

(3) Bernafas panjang ketika ketawa

(4) Pupil mata membesar apabila marah

(5) Bulu roma berdiri apabila takut

(6) Pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret

ketika tegang.

Menurut Mayer (dalam buku Saefullah 2012:h

179) mengatakan bahwa orang cenderung menganut

gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi

mereka, yaitu sadar diri, tenggelam dalam

Page 49: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

permasalahan dan pasrah. Oleh krena itu, penting bagi

setiap individu untuk memiliki kecerdasan emosional

agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak

menyia-nyiakan kehidupan yang dijalaninya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita simpulkan

bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang

mendorong individu untuk merespon atau bebrtingkah

laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam

maupun dari luar dirinya.

b) Kecerdasan Emosi

Istilah” kecerdasan emosional” pertama kali

dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog peter

salovey dari harvad university dan john mayer dari

university of new hampshire untuk menerangkan

kualitas-kualitas emosional yang penting bagi

keberhasilan. Kualitas-kualitas yang dimaksud antara

lain kepedulian (emphaty), mengungkapkan dan

memahami perasaan, mengenddalikan amarah,

kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, diskusi,

kemampuan memecahkan masalah antara pribadi,

ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap

hormat (Un0, 2008:h 67).

Cooper dan Sawaf 1998 (dalam Muttaqiyathun,

Page 50: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

2010) mendefinisikan kecerdasan emosi dengan

kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber

energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi.

Sedangkan menurut Hamzah (Ardianie &

Hapsari, 2012), kecerdasan emosional didefinisikan

sebagai kemampuan, seperti kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi

frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak

melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati

dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan

kemampuan berpikir, berempati.

Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh

lingkungan, tidak bersifat menetap, dan juga dapat

berubah setiap saat. Oleh karena itu, peran lingkunagn

terutama orang tua sangat mempengaruhi pembentukan

kecerdasan emosional.

Keterampilan EQ bukan merupakan lawan dari

ketrampilan IQ. Akan tetapi, keduanya berinteraksi

secara dinamis, baik secara konsseptual maupun nyata.

Selain itu EQ tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Berbagai penelitian menemukan ketrampilan

sosial dan emosional akan semakin penting peranya

Page 51: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

dalam kehidupan daripada kemampuan intelektual

(Uno, 2008:67).

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi

Menurut Goleman (2009 dalam Nurynati, 2010)

faktor-faktor yang yang mempengaruhi kecerdasan

emosional adalah :

a) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dalam

mempelajari emosi dan orang tualah yang sangat

berperan dalam pembelajaran emosi tersebut. Anak

akan mengidentifikasi perilaku orang tua yang

kemudian diterapkan dan akhirnya menjadi bagian

dalam kepribadian anak. Ketrampilan emosi yang

dibangun dalam keluarga sangat berguna bagi

kehidupan anak kelak, sehingga kelak anak dapat

cerdas secara emosi.

b) Lingkungan non keluarga

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan

masyarakat dan lingkungan pendidikan yang dianggap

bertanggung jawab terhadap perkembangan emosi.

Pergaulan dengan teman sebaya, pendidikan, dan

masyarakat luas juga memberi pengaruh besar terhadap

kecerdasan emosi seseorang.

Page 52: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

c) Otak

Otak merupakan organ yang penting dalam tubuh

manusia karena otaklah yang mempengaruhi dan

mengontrol seluruh kerja tubuh. Bagian otak yang

digunakan untuk berfikir yaitu korteks, sedangkan

bagian yang mengurusi emosi yaitu sistem limbik,

tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian

itulah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.

Bradbarry dan Greaves (2007 dalam Nurhayati

2010) menambahkan bahwa tingkat kecerdasan emosi

cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Sebagian

besar orang mengalami peningkatan dalam ketrampilan

kesadaran diri dan memiliki kemudahan mengelola emosi

dan perilaku di saat mereka beranjak tua.

Gottman dan De claire (2003 dalam Nurhayati,

2010) merumuskan bagaimana jenis kelamin

mempengaruhi kecerdasan emosi. Dijelaskan bahwa

meskipun kaum pria dan kaum wanita mempunyai

pengalaman emosi batiniah yang serupa, tetapi kaum pria

cenderung menyembunyikan emosi mereka dari dunia luar

kaum wanita lebih leluasa dalam mengungkapkan perasaan-

perasaan mereka dalam kata-kata, ungkapan-ungkapan

wajah, dan bahasa tubuh, sedangkan kaum pria lebih

Page 53: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

cenderung menahan diri, menutup-nutupi, dan meremehkan

perasaan mereka.

Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdsan emosi seseorang adalah

lingkungan keluarga, non keluarga, struktur otak, usia dan

jenis kelamin.

3) Ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosi

tinggi

Goleman (2009 dalam buku Nurita 2012)

mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan

emosi tinggi, antara lain:

a) Memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

dan dapat bertahan dalam menghadapi frustasi.

b) Dapat mengendalikan dorongan hati sehingga tidak

melebih-lebihkan suatu kesenangan

c) Mampu mengatur suasana hati dan dapat menjaganya

agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan

berpikir seseorang.

d) Mampu untuk berempati terhadap orang lain dan tidak

lupa berdoa.

Menurut Jack Block (dalam buku Nuryanti, 2010)

dari hasil penelitianya menyebutkan bahwa:

a) Kaum pria yang memiliki kecerdasan emosi tinggi

Page 54: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

secara sosial mantap, mudah bergaul, jenaka, dan tidak

mudah takut atau gelisah. Mereka mempunyai

kemampuan besar untuk melibatkandiri dengan orang-

orang atau permasalahan, memikul tanggung jawab,

mudah simpatik, dan mempunyai pandangan moral.

Mereka akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri,

orang lain, dan dunia pergaulan lingkungannya.

b) Kaum wanita yang memiliki kecerdasan emosi tinggi

cenderung bersikap tegas, mengungkapkan perasaan

mereka secara langsung, memandang dirinya sendiri

secara positif.

4) Peran kecerdasan emosi dalam kehidupan

Menurut Suharsono (2001 dalam Nurhayati, 2010),

peran kecerdasan emosi yang memadahi dalam kehidupan

adalah:

a) Kecerdasan emosi sebagai alat pengendalian diri

sehingga seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan-

tindakan yang merugikan dirinya sendiri maupun orang

lain.

b) Kecerdasan emosi dapat diimplementasikan sebagai

cara yang baik dalam membesarkan atau merealisasikan

ide dan konsep.

c) Kecerdasan emosi merupakan modal penting bagi

Page 55: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

seseorang untuk mengembangkan kemampuanya dalam

bidang apapun.

Uno (2008 dalam Nuryanti, 2010) menyatakan

bahwa manfaat emosi adalah untuk bertahan hidup dan

mempersatukan semua manusia. Sedangkan hartini (2004

dalam Nuryanti, 2010) menambahkan bahwa orang-orang

yang memiliki kecerdasan emosi dengan efektif memiliki

keuntungan dalam setiap bidang kehidupan serta mampu

mendorong produktivitasnya sendiri.

5) Cara meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan

emosi

Kecerdasan emosional dapat dilatih, dikembangkan,

dan ditingkatkan karena emosi bukanlah suatu karakter

yang dimiliki atau yang tidak dimiliki. Kita dapat

meningkatkan kecrdasan emosional dengan cara

mempelajari dan melatih ketrampilan serta kemampuan

yang menyusun kecerdasan emosional. (Weisinger 2006

dalam buku Yuniani, 2010) mempunyai cara untuk

meningkatkan kecerdasan emosional kita, yaitu:

a) Mengembangkan kesadaran yang tinggi

Kesadaran yang tinggi dapat memonitor diri,

mengamati tindakan, dan mempengaruhinya demi

kebaikan kita.

Page 56: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

b) Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti memahaminya kemudian

menggunakan pemahaman tersebut untuk menghadap

situasi secara produktif. Dengan kata lain, bukan

menekan emosi dan menghilangkan informasi berharga

yang disampaikan oleh emosi kepada kita.

c) Memotivasi diri sendiri

Motivasi merupakan pencurahan tenaga pada suatu arah

tertentu untuk sebuah tujuan spesifik. Jika dilihat dalam

konteks kecerdasan emosional, sistem emosional

digunakan untuk memfasilitasi keseluruhan proses dan

menjaganya tetap berlangsung.

Anthony (2004 dalam Yunani, 2010)juga

menyajikan program untuk meningkatkan kecerdasan

emosional menuju pintu kesuksesan dengan lima langkah

berikut:

a) Awarennes (kesadaran)

Menyesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan alami,

meneliti bagaimana dampak kepribadian seseorang

terhadap orang lain, dan menyadari emosi.

b) Restraint ( pengekangan diri )

Mengidentifikasi emosi negatif yang dapat merusak

hubungan serta menyiapkan tanggapan rasional yang

Page 57: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

akan mengekang emosi.

c) Resilience ( daya pemulihan )

Belajar mengembangkan sifat optimistis, gigih,

mengenali sumber sesungguhnya dari keputusan dan

menerima motivator intrinsik.

d) Other ( empati )

Perasaan dan motif yang tajam, mengembangkan radar

emosional dan belajar untuk menjadi pendengar dan

pengamat yang lebih baik.

e) Working with other ( building rapport )/bekerja sama

dengan orang lain ( membina hubungan )

Berkomunikasi, menyelesaikan konflik, dan belajar

menjalin hubungan dan memimpin orang lain.Selain itu,

masih ada satu cara lagi untuk menerapkan dan

mengembangkan EQ yang dirumuskan oleh Jhon gottman

(dalam Yuniani, 2010), langkah ini sangat praktis dan

efektif untuk membina kerjasama dan saling pengertian baik

dengan teman, peserta didik, anak-anak, dan lain-lain.

Langkah itu dilakukan dengan menyadari emosi anak,

mengakui emosi sebagai kesempatan, mendengarkan

dengan empati, mengungkapkan emosi, membantu

menemukan solusi dan menjadi teladan.

Page 58: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

6. Faktor yang menghambat kecerdasan emosi

Menurut Dinkmeyer (1965) faktor-faktor yang

menghambat kecerdasan emosi anak adalah

a. Faktor kondisi fisik dan kesehatan,

Anak yang memiliki kesehatan yang kurang baik dan

sering lelah cenderung menunjukkan reaksi emosional

yang berlebihan.

b. Tingkat intelegensi

Tingkat intelegensi yang kurang akan mempengaruhi

kecerdasan emosi anak.

c. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang kurang baik akan

mempengaruhi kecerdasan emosi anak.

d. Keluarga

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang

menerapkan disiplin yang berlebihan cenderung lebih

emosional. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap

kecerdasan emosi anak dimana anak yang dimanja,

diabaikan atau dikontrol dengan ketat (overprotective)

dalam keluarga cenderung menunjukkan reaksi

emosional yang negatif (Dinkmeyer,1965).

Page 59: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

c. SQ (Spiritual Quotient)

1) Pengertian

Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri atas

gabungan kata kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan berasal

dari kata cerdas yang berarti sempurna perkembangan akal

budi untuk berfikir dan mengerti. Ibid (dalam Badawi,

2008) mendefinisikan kecerdasan sebagai kapasitas umum

dari seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan

pikiranya dalam mengatasi masalah dan memenuhi tuntutan

kebutuhan-kebutuhan baru dalam kehidupan.

Istilah spiritual berasal dari bahasa latin”spiritus”

yang berarti nafas atau prinsip yang memvasilitasi suatu

organisme (Buzan dalam Badawi , 2008).

Zohar dan Marshall (Anggraini, 2012)

mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan

untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

Agustian 2001 (dalam Saefullah 2012 h 63)

menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan

untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan

kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang

bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya dan

memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip hanya

Page 60: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

kepada Allah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

spiritual menurut Agustian (dalam Anonim 2009) adalah

inner value (nilai-nilai spiritual dari dalam) yang berasal

dari dalam diri (suara hati), seperti trensparency

(keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab),

accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan

social wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua adalah

drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai kebenaran

dan kebahagiaan.

2) Faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual

Menurut Sumediyani (2002, h 3 dalam Trihandini,

2005) ada beberapa hal yang dapat menghambat

perkembangan kecerdasan spiritual dalam diri seseorang,

yaitu:

a) Adanya keseimbangan yang dinamis antara ego dan

super ego, keseimbangan antara ego sadar yang rasional

dan tuntutan dari alam tak sadar secara umum.

b) Adanya orang tua yang cukup menyayangi.

c) Tidak mengharapkan sesuatu terlalu banyak.

d) Tidak ada beban yang dapat menekan insting

Page 61: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

3) Ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan spiritual

tinggi

Zohar dan Marshall (2007 dalam Anggraini, 2012)

mengindikasikan ciri individu yang memiliki kecerdasan

spiritual tinggi, antara lain:

a) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan

dan aktif)

b) Tingkat kesadaran yang tinggi

c) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan

situasi.

d) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa

sakit

e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai

f) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak

perlu

g) Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara

berbagai hal (holistik view).

h) Kecenderungan untuk bertanya mencari jawban yang

mendasar.

i) Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai

yang lebih tinggi pada orang lain.

Page 62: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Saefullah (2012: h 68) mengatakan bahwa

seseorang yang cerdas secara spiritual mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a) Memiliki tujuan hidup yang jelas

Seseorang yang cerdas secara spiritual akan memiliki

tujuan hidup berdasarkan alasan-alasan yang jelas dan

dapat dipertanggungjawabkan.

b) Memiliki prinsip hidup

Orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang

menyadarkan prinsipnya hanya kepada Allah dan tidak

ragu terhadap hal yang telah diyakininya berdasarkan

ketentuan ilahi.

c) Selalu merasakan kehadiran Allah

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan

selalu merasakan kehadiran Allah, yaitu dalam setiap

aktivitasnya tidak satu pun yang luput dari pantauan

Allah. Kesadaran ini akan memunculkan moral yang

baik.

d) Cenderung pada kebaikan

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan

selalu termotivasi untuk menegakan nilai-nilai moral

yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan

Page 63: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

menjauhi segala kemungkaran dan sifat yang dapat

merusak kepribadian sebagai umat beragama.

e) Berjiwa besar

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan

bersikap sportif, mudah mengintrispeksi diri, mudah

meminta maaf dan memaafkan, serta lebih

mendahulukan kepentingan umum dari pada

kepentingan pribadi.

f) Memiliki empati

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah orang

yang peka dan memiliki perasaan yang halus, suka

membantgu, dan berssimpati terhadap keadaan orang

lain.

4) Peran kecerdasan spiritual dalam kehidupan

Zohar & Marshall (2007 h 12 dalam Wardi 2010)

menyatakan bahwa fungsi kecerdasan spiritual antara lain:

a) Menjadikan kita untuk menjadi manusia apa adanya

sekarang dan memberi potensi lagi untuk terus

berkembang.

b) Menjadi lebih kreatif dalam hal yang positif

c) Menghadapi masalah ekstensial yaitu saat kita secara

pribadi terpuruk dan terjebak oleh kebiasaan dan

kekhawatiran, atau kesedihan masa lalu. Melalui

Page 64: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

kecerdasan spiritual, kita akan menyadari masalah

ekstensial tersebut dan kita akan berusaha untuk

mengatasi atau berdamai dengan masalah tersebut.

d) Kecerdasan spiritual dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah krisis yang membuat kita

seakan kehilangan keteraturan diri. Melalui SQ pula

maka suara hati kita akan menuntun kita ke jalan yang

benar.

e) Kita akan mempunyai kemamopuan beragama yang

benar tanpa harus fanatik dan tertutup terhadap

kehidupan yang beragama.

f) Kecerdasan spiritual memungkinkan kita menjembatani

atau menyatukan hal yang bersifat personal dan

interpersonal serta menyadari integritas diri sendiri dan

orang lain.

g) Kecerdasan spiritual bisa digunakan untuk mencapai

kematangan pribadi yang lebih utuh, menyadari makna

dan prinsip sehingga tidak mengedepankan ego.

h) Kecerdasan spiritual bisa digunakan dalam menghadapi

pilihan dan realitas yang pasti akan datang dan harus

kita hadapi apapun bentuknya. Baik atau buruk, bahkan

dalam segalam penderitaan yang tiba-tiba datang tanpa

kita duga.

Page 65: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

5) Cara meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan

spiritual

Di bawah ini terdapat Beberapa cara untuk

mengembangkan kecerdasan spiritual secara islami menurut

Almascaty (2008 dalam Wardi 2010) yaitu:

a) Mengidentifikasi ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan

dengan topik, maksudnya adalah mempelajari ayat-ayat

Al-Qur’an, serta mengamalkan ajaran-ajaran yang

terkandung dalam Al-Qur’an tersebut sesuai dengan

situasi dan kondisi.

b) Mengidentifikasi hadits-hadits Rasulullah SAW.

Maksudnya adalah mempelajari hadits-hadits

Rasulullah serta mengamalkan ajaranya sesuai dengan

sunnah beliau.

c) Mengidentifikasi riwayat para sahabat

Maksudnya adalah mempelajari riwayat para sahabat,

meneladani kebaikanya, serta meneladani kehidupan

para sahabat Rasulullah.

d) Mengidentifikasi karya-karya agung ulama dan

cendikiawan muslim. Maksudnya adalah mempelajari

karya-karya umala dan cendikiawan muslim, serta

mengambil hikmah sehingga kita bisa menerapkanya

dalam hidup.

Page 66: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

e) Mengidentifikasi karya-karya cendikiawan barat

Maksudnya adalah mempelajari karya-karya

cendikiawan barat sebagai pengetahuan uuntuk

memperkaya khazanah keilmuan kita.

f) Membangun dasar-dasar sebuah model kecerdasan

spiritual islami.

Maksudnya adalah membangun sebuah dasar

kecerdasan spiritual berdasarkan apa yang telah kita

pelajari, baik dari Al-Qur’an, hadits, tauladan para

sahabt, karya-karya para ulama serta para cendikiawan,

kemudian kita implementasikan dalam hidup.

Agustian 2008, menyatakan untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual yaitu dengan melakukan shalat atau

ibadah kepada Allah dengan penuh kekhusyukan karena

shalat khusyuk mengajak kita untuk menajamkan hati serta

merasakan sifat-sifat kebijaksanaan illahi hadir dalam jiwa

kita dan selanjutnya muncul dalam perilaku sehari-hari.

6) Faktor yang mempenghambat kecerdasan spiritual

Menurut Sumediyani (2002, h 3 dalam Trihandini,

2005) ada beberapa hal yang dapat menghambat

perkembangan kecerdasan spiritual dalam diri seseorang,

yaitu:

Page 67: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

a) Tidak adanya keseimbangan yang dinamis antara ego

dan super ego, keseimbangan antara ego sadar yang

rasional dan tuntutan dari alam tak sadar secara umum.

b) Tidak adanya orang tua yang cukup menyayangi.

c) Mengharapkan sesuatu terlalu banyak.

d) Ada beban yang dapat menekan insting

Page 68: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

B. Kerangka Teori

Bagan 2.4 Kerangka Teori

Sumber : Walgito (2004), Pieter (2010)

Stimulus

PERSEPSI

Reseptor

Minat

Kepentingan

Kebiasaan

Kontansi

Faktor yang mempengaruhi SQ:

a) Adanya keseimbangan yang

dinamis antara ego dan super ego.

b)Adanya orang tua yang cukup

menyayangi.

c)Tidak mengharapkan sesuatu terlalu

banyak.

d)Tidak ada beban yang dapat

menekan insting

Faktor yang mempengaruhi EQ:

a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan non keluarga

c) otak

Faktor yang mempengaruhi IQ:

a) Faktor bawaan/keturunan

b) Pengaruh lingkungan

c) Minat dan pembawaan yang

khas

IQ, EQ, SQ

Page 69: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah untuk menggali pengalaman

hidup manusia dengan menekankan nilai-nilai subyektif yang

disampaikan oleh partisipan dari fenomena yang ada dan ditampilkan

dalam bentuk narasi (Saryono, 2013: h 50).

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu

peneliti dengan cara menangkap dan menggali fenomena atau gejala

yang timbul dari obyek yang diteliti (Moleong, 2007: h 6).

Tujuan suatu penelitian dilakukan dengan pendekatan

fenomenologi adalah mengembangkan makna pengalaman hidup dari

suatu fenomena dalam mencari suatu makna dengan mengidentifikassi

inti fenomena dan menggambarkan secara akurat dalam pengalaman

hidup sehari-hari (Saryono, 2013:h 49).

Penelitian ini berusaha memahami keunikan individu dan arti

pengalaman berupa peristiwa-peristiwa yang dialami (Saryono,2013:

50).

56

Page 70: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

B. Waktu dan tempat penelitian

1. Waktu penelitian

penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan yaitu bulan

November 2014 - Desember 2014. Waktu pengambilan data

disesuaikan dengan kontrak yang telah dibuat dengan partisipan.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti secara langsung di Prodi

DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal.

C. Definisi Istilah

Definisi istilah adalah unsur-unsur yang membantu dalam

pelaksanaan proses pengumpulan data pada penelitian. Definisi istilah

yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No Istilah Definisi

1 Persepsi proses mengetahui atau mengenali objek

dan kejadian objektif dengan bantuan

indara.

2 Dosen Dosen adalah pendidik sebagai agen

pembelajaran (learning agen) dengan

memiliki peran sebagai fasilitator,

motivator, pemacu, dan pemberi

inspirasi belajar bagi peserta didik.

Undang-undang dosen No 14 Tahun

2005 menetapkan kualifikasi dosen

harus S2, Undang-undang ini ditegaskan

oleh permenpan No 17 Tahun 2013

bahwa dosen wajib S2.

3 Kecerdasan

IQ,EQ,SQ

IQ (kecerdasan intelegensi) adalah

menggambarkan kecerdasan, kepintaran,

ataupun kemampuan untuk memecahkan

problem yang dihadapi.

EQ (kecerdasan emosi) adalah

Page 71: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

kemampuan merasakan, memahami, dan

secara efektif menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi,

informasi, koneksi, dan pengaruh

manusiawi.

SQ ( kecerdasan spiritual ) adalah

kemampuan untuk memberi makna

ibadah terhadap setiap perilaku dan

kegiatan melalui langkah-langkah dan

pemikiran yang bersifat fitrah menuju

manusia yang seutuhnya dan memiliki

pola pemikiran tauhid serta berprinsip

hanya kepada Allah.

D. Partisipan

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,

tetapi partisipan/ informan dalam penelitian (Saryono, 2013; h 51).

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif biasanya

menggunakan purposive sampling dengan berbagai pendekatan yang

paling refresentatif untuk penelitian kualitatif. (Saryono, 2013; h 51)

Cara pemilihan partisipan pada penelitian ini tidak diarahkan

pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan

sampai mencapai saturasi data, oleh karena itu pemilihan partisipan

pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan

berdasarkan teori-teori atau konstruk operasional sesuai dengan tujuan

penelitian. Hal ini dilakukan agar partisipan benar- benar dapat

mewakili terhadap fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005 dalam

buku Saryono 2013).

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana

purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu

Page 72: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan

dimasukan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil dapat

memberikan informasi yang berharga bagi peneliti (Saryono,2013:h52).

Jumlah partisipan dalam penelitian ini tidak ada batasnya tetapi

memiliki karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian dan kriteria yang

sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian dengan karakteristik sebagai

berikut :

1. Tenaga pendidik dengan usia 25-50 tahun

2. Tenaga pendidik dengan pengalaman mengajar minimal 2 tahun

3. Jenjang pendidikan telah menyelesaikan studi S2

4. Tenaga pendidik yang komunikatif dan kooperatif

5. Tenaga pendidik DIII Kebidanan tingkat III politeknik harapan

bersama Tegal

6. Tenaga pendidik yang bersedia menjadi subyek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat

pengumpulan data, antara lain:

1. Peran peneliti dalam penelitian sebagai instrumen utama dalam

menjaring data dan informasi yang diperlukan, ada beberapa alasan

mengapa peneliti sebagai instrument utama dalam penelitian

kualitatif, antara lain:

Page 73: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

a. Peneliti sebagai instrumen dapat berinteraksi langsung dengan

partisipan yang pada penelitian ini berfokus pada tenaga

pendidik DIII Kebidanan politeknik harapan bersama tegal,

interaksi dalam bentuk wawancara langsung secara mendalam

dan observasi.

b. Peneliti sebagai instrumen dapat menyesuaikan diri dengan

kondisi partisipan

c. Peneliti sebagai instrumen dapat memahami dan merasakan

secara kompeten terhadap fenomena yang muncul secara

konstektual dan melalui proses interaksi, sehingga peneliti

dapat menganalisis, menafsirkan dan merumuskan kesimpulan

sementara dalam menentukan arah wawancara dan

pengamatan.

d. Peneliti sebagai instrument dapat menggali lebih dalam tentang

presepsi tenaga pendidik tentang tingkat kecerdasan pada

mahasiswanya.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan

tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini di susun

tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan

teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Camera digital

Camera digital dipilih peneliti sebagai alat bantu

Page 74: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

mendokumentasikan beberapa gambar pada saat peneliti sedang

melakukan pembicaraan dengan informan/partisipan dengan

adanya foto ini maka dapat meningkatkan keabsahan peneliti akan

lebih terjamin, karena peneliti benar-benar melakukan

pengumpulan data.

4. Handphone

Untuk merekam suara pada saat wawancara berlangsung.

Handphone disini yang peneliti gunakan adalah type samsung

galaxy tab 3 yang memiliki kualitas merekam yang bagus.

5. Buku catatan

Buku catatan untuk mencatat hasil wawancara maupun ekspresi

partisipan yang tidak mungkin direkam dengan alat bantu rekam.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penellitian ini menggunakan

teknik in depth interview atau wawancara mendalam yang berhubungan

dengan persepsi dosen tentang tingkat kecerdasan pada mahasiswa

tingkat III DIII Kebidanan. In depth interview merupakan proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang diwawancarai (Saryono, 2013: h 59).

Menurut Saryono, 2013: h 60, Beberapa hal yang perlu

diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah

intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak

Page 75: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

mata, dan kepekaan nonverbal. Wawancara yang dilakukan sampai

mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebelum

wawancara mendalam dilaksanakna, peneliti membuat pertanyaan

sebagai pedoman di lapangan mengenai :

1. Pengetahuan IQ, EQ, SQ

2. Cara meningkatkan IQ, EQ, SQ

3. Hambatan meningkatkan IQ, EQ, SQ

Pada penentuan partisipan dalam penelitian kualitatif

berdasarkan pertimbangan kemampuan peneliti untuk menggali secara

mendalam pengalaman individu dimungkinkan optimal dengan jumlah

sampel yang relative kecil, dilakukan penentuan jumlah sampel

dianggap telah memadai pada saat informasi yang didapat telah

mencapai saturasi.

Adapun tahap-tahap dalam wawancara, sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Sebelum melakukan wawancara yang dilakukan peneliti adalah :

a. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Prodi

DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal dengan

tenaga pendidik program studi DIII Kebidanan sebagai subyek

penelitian.

b. Setelah mendapat ijin/ balasan dari politeknik harapan bersama

tegal kemudian baru peneliti mulai melakukan penelitian.

c. Sebelum penelitian, dilakukan pemilihan sampel sesuai dengan

Page 76: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

kriteria yang telah ditentukan.

d. Peneliti melakukan informed consent kemudian menjelaskan

tujuan penelitian yang didalamnya terdapat keuntungan,

kerugian, hak, dan kewajiban dalam proses wawancara.

Setelah memahami tujuan penelitian, partisipan diminta

menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi

partisipan.

2. Tahap wawancara

Peneliti dapat melakukan wawancara langsung, tetapi sebelum

melaksanakan wawancara, peneliti membuat kerangka atau

pedoman wawancara tentang :

a. Pengetahuan IQ, EQ, SQ

b. Cara meningkatkan IQ, EQ, SQ

c. Hambatan meningkatkan IQ, EQ, SQ

Pedoman wawancara tersebut berguna agar terhindar dari

pertanyaan yang melenceng dari topik utama. Hasil wawancara

kemudian dicatat atau direkam. Tahap wawancara:

a. Peneliti berpakaian sepantasnya dan menepati janji terutama

datang tepat waktu sesuai dengan waktu kontrak yang telah

ditetapkan.

b. Setelah bertemu dengan partisipan yang sesuai dengan kontrak

wawancara, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu.

Kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Page 77: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

c. Dalam proses wawancara peneliti bertindak sebagai orang

yang netral artinya tidak memihak pada suatu konflik

pendapat, peristiwa dan semacam itu.

d. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan

menggali sebanyak.banyaknya pengetahuan untuk presepsi

tenaga pendidik tentang tingkat kecerdasan pada mahasiswa

tingkat III DIII Kebidanan dengan cara tanya jawab dalam

suasana yang resmi tapi santai sambil memperhatikan mimik

atau ekspresi muka antara peneliti dengan partisipan.

e. Wawancara dilakukan oleh peneliti sampai partisipan

mengungkapkan segala informasi yang sudah partisipan

dapatkan dan diharapkan sesuai dengan masalah atau tujuan

penelitian agar tercapai hasil yang di inginkan. Untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dilakukan validitas berupa

triangulasi waktu dan dilakuakan dengan adanya perbedaan/

jeda waktu dari wawancara sebelumnya. Wawancara yang

dilakukan pagi hari akan dilakukan triangulasi pada siang hari

begitu pula sebaliknya.

f. Saat proses wawancara, peneliti mencatat hal-hal yang penting

dan selama proses wawancara berlangsung dengan direkam

menggunakan alat perekam.

g. Setelah suatu topik selesai tanyakan dan mendapat informasi

yang diharapkan, partisipan langsung diberi pertanyaan baru

Page 78: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

dan demikian seterusnya sampai seluruh tema didiskusikan

dengan prosedur yang sama.

3. Tahap penutup

Setelah melakukan wawancara, peneliti mengecek

keabsahan dan mengecek kualitas data dengan mengulang jawaban

partisipan sesekali setelah partisipan menjawab pertanyaan,

kemudian mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima

kasih. Tidak lupa peneliti melakukan pengecekan keabsahan data

dan kualitas data dengan mengulang hasil rekaman. Hal ini untuk

memastikan sekiranya saat wawancara alat perekam yang dipakai

tidak rusak, maka peneliti dapat langsung melakukan wawancara

ulang atau melakukan pencatatan kembali, catatan yang telah

dicatat sekaligus dapat menilai mimik wajah partisipan guna

memperkaya konteks wawancara. Mimik wajah partisipan yang

mendukung kelancaran partisipan dalam menjawab pertanyaan

yang diberikan. Data yang sudah didapatkan kemudian

diorganisasikan dan disistematiskan agar siap dianalisis. (Moleong,

2005)

G. Cara Pengolahan Data

Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh

Agus salim (2006:h 22-23), dapat dijelaskan secara ringkas pengolahan

data kualitatif sebagai berikut :

1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan

Page 79: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

pemilihan dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan dan

transformasi data kasar yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display), peneliti mengembangkan sebuuah

deskripsii informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang

laizim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks

naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and

verivication), peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan

verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya

dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin

ada, alur dari fenomena dan porposi.

Agar mendapatkan gambaran yang memuaskan dari sebuah

hasil wawancara, karena penelitian ini menerapkan wawancara

sebagai alat pengumpulan data yang pokok, dpat ditempuh tahap-

tahao sebagai berikut, jika peneliti talah menyampaikan teks atau

transkip wawancara secara lengkap:

a. Pahami catatan secara keseluruhan, peneliti akan membaca

semua catatan dengan seksama dan mungkin juga akan

menuliskan sejumlah ide yang muncul

b. Selanjutnya, peneliti akan memilih satu dokumen wawancara

yang paling menarik, yang singkat yang ada pada tumpukan

paling atas

Page 80: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

c. Menyusun daftar seluruh topic untuk beberapa informan

d. Tahap berikutnya, peneliti akan menyingkat topik-topik

tersebut kedalam kode-kode tersebut pada bagian naskah yang

sesuai.

e. Selanjutnya peneliti akan mencari kata yang paling deskriptif

untuk topic dan mengubah topik-topik tersebut kedalam

katagori-katagori

f. Membuat keputusan akhir tentang singkatan setiap katagori

dan mengurutkan katagori-katagori tersebut menurut abjad

g. Mengumpulkan setiap materi yang ada dalam satu tempat dan

memulai melakukan analisis awal.

Bagan 3.1

Skema tehnik analisis data

Membaca

transkrip secara

keseluruhan

Memilih satu dokumen wawancara

Menyusun daftar seluruh topik

untuk informan

Menyingkat topik kedalam kode

pada bagian naskah yang sesuai

Mencari kata deskriptif dan

mengubah topik kedalam katagori

Mengurutkan katagori sesuai abjad

Mengumpulkan materi dan

melakukan analisis awal

Page 81: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

H. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

dan bahan-bahan lai, sehingga dapat mudah dipahami dan temuanya

dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008).

Menurut Saryono (2010) Proses analisa dimuali segera setelah

pengumpulan data dimulai. Peneliti harus menjalankan proses

perekaman data, persiapan analisis (penyusunan transkip), proses

analisis dan cara analisisnya.

Menurut Saryono, ( 2013; h 84) langkah-langkah analisis data,

yaitu:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran

menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah

dikumpulkan.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir

mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan

pengkodean data.

3. Menemukan dan mengelompokan makna pernyataan yang

dirasakan oleh responden dengan melakukan horizontaliting yaitu

setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang

sama, selanjutnya pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan

pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang

tindih dihilangkan, sehingga tersisa hanya horizons ( arti tekstural

Page 82: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

dan unsur pembentuk atau penyusun dari fenomena tidak

mengalami penyimpangan)

4. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna

lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut

terjadi.

5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan

dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena

tersebut. Kemudian mengembangkan tekstural description

(mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural

description ( yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi ).

6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai

esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna

pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.

7. Membuta laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu,

gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

I. Kredibilitas Data

Menurut Saryono (2013:h 72) kredibilitas data dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi

(triangulation), adalah pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Studi kasus ini menggunakan penelitian kualitatif, saryono

(2010) dimana terdapat tiga kriteria kreadibilitas yang diperlukan suatu

Page 83: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

pendekatan kualitatif. Tiga hal tersebut sebagai berikut:

1. Keabsahan konstruk (construk validity)

Kebasahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu

kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel

yang ingin diatur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses

pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan

proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data guna keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding. Macam-macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan mencapai keabsahan, yaitu:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara

mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh dari suatu sumber yang berbeda, misalnya

membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara,

membandingkan dengan apa yang dikatakan secara umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi. Membandingkan

hasil wawancara dengan dokumen dan arsip yang ada, dalam

penelitian ini teknik triangulasi sumber yang dilakukan peneliti

adalah:

1) Melakukan uji wawancara sebelumnya dengan subyek

yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan

kriteria partisipan yang sudah ditentukan oleh penelitian,

Page 84: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

sehingga peneliti memperoleh gambaran sementara tentang

berbagai jawaban yang muncul yang mungkin keluar dari

konteks pertanyaan atau jawaban yang tidak terduga

sebelumnya, Sehingga peneliti dapat mengantisipasi

dengan membuat pertanyaan lain yang lebih terarah.

2) Memutar kembali perekam (tape recorder/camera digital)

agar didengar oleh participant.

3) Membandingkan data hasil wawancara dari dosen dengan

data hasil wawancara dengan ketua prodi DIII Kebidanan

politeknik harapan bersama Tegal sebagai data

pembanding.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi

sumber yaitu dengan cara melakukan wawancara untuk

dilakukan pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan triangulasi yaitu ketua prodi DIII Kebidanan

di Politeknik Harapan Bersama Tegal.

b. Triangulasi teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk

memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki

syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada

BAB II untuk dipergunkan dan menguji terkumpulnya data

tersebut.

Page 85: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

J. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan

etika dalam penelitian karena merupakan masalah yang sangat penting

mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia yang

mempunyai hak asasi dlam kegiatan penelitian, sehingga peneliti perlu

mendapatkan persetujuan dari instansi terkait, yang dijadikan lokasi

npenelitian dan meminta persetujuan dari partisipan sebagai subjek

penelitian. Sebelum meminta persetujuan dari partisipan, peneliti

memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan.

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan meminta

rekomendasi dari STIKES Karya Husada Semarang, kemudian

wawancara dilakukan kepada subjek yang diteliti dengan menekankan

pada masalah etika yang meliputi :

1. Informed consent

Yaitu penjelasan kepada partisipan mengenai penelitian

yang akan dilakukan sehingga tidak ada tuntutan di kemudian hari

serta tidak ada yang merasa dirugikan dari kedua belah pihak, baik

peneliti maupun partisipan.

2. Membina hubungan baik

Sikap yang diberikan yaitu ramah, dan melakukan

pendekatan yang baik dengan partisipan.

3. Lembar persetujuan menjadi partisipan

Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada subyek

Page 86: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

yang akan diteliti. Tujuannya adalah subyek mengetahui maksud

dan tujuan penelitian serta dampak-dampak yang diteliti selama

pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

4. Tanpa nama ( Anonymity)

Tanpa nama adalah menjaga kerahasiaan dimana peneliti

tidak mencantumkan nama partisipan tetapi peneliti menggunakan

inisial atau kode.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Dalam mengambil data dari partisipan kami akan menjaga

dan memperhatikan dengan baik serta tidak akan membicarakan

identitas dan permasalahan partisipan kepada orang lain. Hanya

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil riset.

6. Tidak ada unsur paksaan

Dalam pengambilan data kepada partisipan, kami tidak

melakukan paksaan dan harus ada persetujuan dari responden, jika

responden tidak setuju maka kami tidak akan mengambil datanya.

Page 87: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum tempat penelitian

a. Politeknik Harapan Bersama Tegal

Politeknik Harapan Bersama Tegal didirikan tahun 2002

berdasarkan SK.Mendiknas RI Nomor : 128/D/O/2002 yang

berkedudukan di kota Tegal. Pada awal berdirinya Politeknik

memiliki empat Program Studi yaitu Teknik Mesin, Teknik

Elektro, Teknik Komputer & Akuntansi. Sejalan dengan pesatnya

pembangunan nasional dan perkembangan industri dan kesehatan

maka ditahun 2004 Politeknik membuka Program Studi Kebidanan

dan Farmasi. Dengan dibukanya Prgram Studi Kebidanan

diharapkan Politeknik menjadi lebih maju dan lebih dikenal oleh

masyarakat.

b. DIII Kebidanan

Penyelenggaraan program studi kebidanan, sama dengan

dasar Penyelenggaraan Politekhnik Harapan Berasama Tegal, yaitu

bersifat universal dalam ilmu pengetahuan untuk mencapai

kenyataan dan kebenaran, keadaban, kemanfaatan dan kebahagiaan

manusia.

74

Page 88: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

1) Landasan

Landasan Pancasila dan kebudayaan Indonesia

diwujudkan dalam kaidah dasar kerokhanian, nasionalisme,

demokrasi, kemasyarakatan, kebersamaan dan dasar

kekeluargaan.

2) Visi

Mewujudkan Program Studi D III Kebidanan Politeknik

Harapan Bersama yang berkualitas dan unggul pada tingkat

Kopertis Wilayah VI (Propinsi Jawa Tengah) maupun pada

tingkat nasional.

3) Misi

a) Melaksanakan fungsi pokok pendidikan sesuai standar yang

ditentukan guna meningkatkan mutu pendidikan.

b) Melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat

dibidang kesehatan masyarakat untuk menunjang

terlaksananya program-program pelayanan kesehatan di

masyarakat.

c) Mewujudkan sumber daya kesehatan perencana, pelaksanan,

dan penggerak pembangunan kesehatan.

d) Menghasilkan sumber daya yang bermutu dan kompetitif

guna mendukung program pembangunan nasional dan

75

5

Page 89: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

komitmen global di bidang kesehatan pada tingkat Ahli

Madya Kebidanan.

2. Karakteristik Partisipan

Jumlah partisipan yang ada pada penelitian ini adalah 4 orang,

diambil berdasarkan saturasi data yang terdiri dari dosen tetap di prodi

DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal. Berikut ini adalah

karakteristik khusus dari partisipan:

Tabel 4.1

Karakteristik partisipan

No

Partisipan

Tgl

Wawancar

a/Jam

Usia

Prtisipan

Lama

Bekerja

Pendidikan

Terakhir

P1 1 Desember

2014/jam

12:57 WIB

26 Tahun 3 Tahun S2

P2 1 Desember

2014/jam

13: 30 WIB

28 Tahun 5 Tahun S2

P3 1 Desember

2014/jam

14:00 WIB

30 Tahun 4 Tahun S2

P4 13

Desember

2014/jam

11:00 WIB

32 Tahun 6 Tahun S2

Triangulasi 22

Desember

2014/jam

09: 00 Wib

36 Tahun 10 Tahun S2

76

Page 90: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

3. Karakteristik informasi

Wawancara mendalam atau in-depth interview dilakukan antara

seorang informan dengan pewawancara yang ditandai dengan

penggalian informasi yang mendalam dengan menggunakan

pertanyaan terbuka tentang persepsi dosen tentang tingkat kecerdasan

pada mahasiswa tingkat III program studi DIII kebidanan di politeknik

harapan bersama tegal tahun 2014. Penelitian ini mencapai saturasi

pada partisipan yang ke 4 sehingga pengambilan data dihentikan

sampai mencapai saturasi data dan tidak dapat lagi dilakukan

pengkodean atau tidak ada lagi data yang terkumpul.

4. Analisa Data

Peneliti membuat transkrip dilakukan dengan cara merubah

dari rekaman suara menjadi bentuk narasi secara verbatim dan hasil

catatan lapangan yang dibuat selama wawancara. Membaca transkrip

untuk mendapatkan ide yang dimaksud partisipan yaitu berupa kata

kunci dari setiap pertanyaan partisipan agar bisa dikelompokan.

Melakukan pengelompokan data ke dalam berbagai katagori untuk

selanjutnya dipahami secara utuh untuk menentukan tema-tema utama

yang muncul.

Hasil analisa yang didapat dari analisa data tersebut adalah

sebagai berikut:

77

Page 91: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

1. Persepsi dosen tentang IQ, EQ, SQ pada mahasiswa DIII Kebidanan

Tingkat III DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama Tegal

tahun 2014.

a. Apa yang ibu ketahui tentang IQ, EQ, SQ?

dari pernyataan P1, P2, P3 dan P4 dititik beratkan pada singkatan

IQ,EQ,SQ

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori diatas yaitu

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama yaitu

dititik beratkan pada singkatan IQ, EQ, SQ , hal ini dibuktikan

dengan ungkapan sebagai berikut:

b. Apakah ibu tahu pentingnya menyeimbangakan IQ, EQ, SQ?

Pernyataan P1, P2, P3 dan P4 Dititikberatkan pada

pentingnya EQ dan SQ sedangkan IQ tidak terlalu menjadi

masalah, Hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

IQ: kecerdasan intelektual, EQ: kecerdasan emosional, SQ:

kecerdasan spiritual(agama) (P1)

IQ:ya tingkat kecerdasan intelektual, EQ: kecerdasan

emosional, SQ:kecerdasan spiritual( P2)

IQ: kecerdasan intelegensi, EQ: emosional, SQ: spiritual(P3)

IQ: kecerdasan intelektual, EQ: kecerdasan emosional, SQ:

kecerdasan spiritual(agama) (P4)

“ Ya kalo IQ kan :tingkat kecerdasan intelektual pada

mahasiswa , EQ: kecerdasan emosional pada mahasiswa ,

sedangkan SQ:kecerdasan spiritual pada mahasiswa“.(T)

Page 92: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Pada triangulasi sumber tidak sesuai dengan P1 –P4 yaitu

Dititikberatkan pada pentingnya IQ, Hal ini dibuktikan dengan

ungkapan sebagai berikut:

c. Kalo tahu, apa ibu sudah menerapkan untuk mahasiswa ibu ?

pernyataan P1 dan P4, Dititikberatkan untuk mahasiswa

itu sendiri, Hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

penting, setiap orang memang harus menyeimbangkan kalo IQ

pinter tapi secara emosi dan agama tidak baik sama aja bohong

nanti malah akan menjadi kejahatan. (P1)

IQ, EQ SQ memang harus disebangkan, ilmu keseimbangan

saling melengkapi ke tiganya harus seimbang, orang cerdas tapi

tidak bisa menggunakan kecerdasanya dalam kehidupan sehari-

hari. jika SQ dan EQ tidak bagus maka kecerdasanya akan

menjadi kejahatan. ( P2)

IQ: mahasiswa pinter kalo nggak punya SQ (percuma) kalo

punya SQ dan EQ nya bagus Insya Allah tingkah laku etikanya

bagus, lain halnya kalo pinter tapi EQ, SQ nya jelek ya

percuma ya.bagus meskipun IQ nya kurang. ( P3)

Penting lah mba, setiap orang memang harus menyeimbangkan

kalocuma IQ pinter tapi secara emosi dan agama tidak baik

sama aja bohong yang ada malah akan menjadi kejahatan saja.

(P4)

“Tau mba , ketiga kecerdasan memang harus seimbang

menyeimbangkan kecerdasan itu memang penting, kecerdasan

intelegensi yang baik akan mempengaruhi EQ dan SQ nya, tapi

nggak semua IQ pinter terus EQ dan SQ nya bagus.” (T)

Page 93: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

pernyataan P2 Dititik beratkan untuk diri sendiri dan profesinya,

hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

pernyataan P3 dititik beratkan pada lingkungan rumahnya, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori ke dua

yaitu Dititikberatkan untuk diri sendiri dan profesinya, Hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

d. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ, EQ, SQ?

pernyataan P1 dan P4 dititik beratkan pada faktor-faktor

yang mempengaruhi IQ, EQ, SQ , hal ini dibuktikan dengan

ungkapan sebagai berikut:

Kalo menerapkan pasti diterapkan Cuma untuk menerima

pada mahasiswa itu sendiri-sendiri. ( P1)

pasti kita menerapkan tapi semua kami kembalikan ke

mahasiswanya masing – masing. ( P4)

Pasti diterapkan, ilmu yang dia punya jelas untuk profesinya,

pada saat penularan ilmu itulah dihadapkan pada berbagai

karakter mahasiswa, otomastis harus menstabilkan emosi,

ketiganya sudah saya terapkan . ( p2)

Eeem paling banyak dirumah ya mba, dari kampus sih

sekedarnya saja. (P3)

“Pasti saya menerapkan mba dengan memotivasi memantau

nilainya, dan sebagainyan, dari kehadiranya, perkuliahnya

bagaimana, saya juga menanyakan bagaimana ibadahnya

selama ini, karena ilmu yang kita punya ya untuk diri kita

sendiri dan untuk profesi kita tentunya. “ (T)

Page 94: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Pernyataan P3 dititik beratkan pada faktor yang

mempengaruhi dilihat dari efeknya, hal ini dibuktikan dengan

ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P2 dititik beratkan pada asal usul IQ, EQ SQ,

hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi , hal

ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Kalo IQ ya dari genetik, lingkungan, pendidikan formal, kalo

EQ dari kampus, diri sendiri dan keluarga, SQ: harus dari

kecil. ( P1)

eeemkalo IQ bisa dari Genetik, lingkungan,kalo EQ bisa dari

Lingkungan keluarga, luar, dan kalo SQ itu harus diterapkan

dari kecil (P4)

Eem IQ dari hamil, dari diri sendiri ya mba (Genetik) yang di

bawa ibu bapak , EQ dari lingkungan,kalo SQ dari keluarga,

lingkungan ( P3)

Kalo IQ kan pinter ya sama kaya tadi dari genetik, lingkungan

keluarga kaka, adik, orang tua, dan lingkungan luar,kalo EQ:

sama hanya saja IQ kan mempengaruhi otak sedangkan EQ

mempengaruhi sikap, SQ: dari lingkungan, dari faktor

perilakunya. ( P2)

“Kalo IQ itu ya berasal dari keturunan, dan lingkungan juga

, kalo EQ itu bisa dari lingkungan internal dan eksternal

sedangkan kalo SQ lingkungan dan yang utama orang tua

(T)

Page 95: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

e. Apa ciri-ciri mahasiswa yang memiliki IQ, EQ, SQ tinggi?

pernyataan P1, P3 dan P4 dititik beratkan pada prestasi

mahasiswa, sikap sopan dan ibadahnya, hal ini dibuktikan dengan

ungkapan sebagai berikut:

pernyataan P2, dititikberatkan pada prestasi mahasiswa , sikap,

dan perilaku mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai

berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada prestasi mahasiswa, sikap sopan dan

ibadahnya, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Kalo IQ anaknya pinter, nilai bagus pembawaan juga sopan,

kalo EQ itu sopan, dan kalo SQ itu rajin beribadah (P1)

IQ: pinter,sopan EQ: sopan menjaga etika,tata kramanya tinggi

SQ: rajin beribadah.( P3)

Kalo IQ itu pinter, sopan, dan EQ itu sopan, kalo SQ biasanya

rajin beribadah (P4)

Pinter, biasanya bisa dilihat dari perilakunya, tatap mata kalo dia

punya IQ tinggi untuk menentukan iya atau tidaknya setelah

evaluasi pada saat di beri pengarahan nrima tau nrimo ya mba,

agama bagus, perilakunya juga bagus ( P2)

“Kalo IQ itu biasanya dari nilai prestasi nya akan bagus,

anaknya pinter,sopan, patuh juga dalam artian disiplin dalam

pemebelajaran juga dia aktif, diterapkan dalam ibadahnya ya,

tapi tidak bisa memantau ibadahnya, tapi pada beberapa

mahasiswa bimbingan saya, sering saya menanyakan ibadahnya

5 waktu sudah dijalankan tidak, ada yang iya, ada yang tidak,

tapi saya selalu memotivasi biar hal-hal seperti itu bisa

dijalankan dengan baik,”(T)

Page 96: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

f. Menurut ibu apa peran tingkat kecerdasan dalam kehidupan?

pernyataan P1 dan P4, dititik beratkan pada EQ dan SQ

saja, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

pernyataan P2, Dititikberatkan untuk pemecahan sebuah

masalah, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

pernyataan P3, Dititikberatkan pada prestasi dan sikap, hal

ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada EQ dan SQ nya saja sebagai fokus

utama, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

penting, kalo seorang seimbang mudah mencari kerja, mudah

mencari jodoh, yang penting EQ, dan SQ . IQ bisa disesuaikan(

P1)

penting ya ya mba kalo tingkat kecerdasan seimbang dia bisa

cepat cari kerja yang utama sih EQ dan SQ kalo IQ bisa

disesuaikan lah (P4)

penting untuk mengatasi masalah saja perlu kecerdasan,

padahal hidup itu ya penuh masalah. ( P2)

banyak, untuk pendidikan ( pinter, sopan menjaga etika, tata

krama tinggi) ( P3)

“ Peran tingkat kecerdasan dalam kehidupan ya banyak ya

mba, selain mempunyai pengetahuan yang banyak juga dapat

dengan mudah dalam melakukan segala hal, dalam sekolah,

pergaulan, mencari kerja, kalo semuanya seimbang pasti jadi

mudah semuanya.tapi fokus yang utama sih EQ dan SQ kalo

IQ sih masih bisa disesuaikan” ( T)

Page 97: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

2. Persepsi dosen tentang cara meningkatkan IQ, EQ, SQ pada

mahasiswa tingkat III DIII kebidanan di Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

a. Bagaimana menurut ibu cara meningkatkan kecerdasan pada

mahasiswa tingkat III DIII Kebidanan?

Pernyataan P1dan P4, Dititik beratkan pada agenda yang sudah

ada dikampus , hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai

berikut:

Pernyataan P2, Dititikberatkan pada flash back kepada

mahasiswanya , hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai

berikut:

Pernyataan P3, Dititikberatkan pada Asal usul tingkat

kecerdasan , hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

untuk meningkatkan IQ : silabus sudah ada jadi sesuai dengan

silabus. EQ: pendidikan karakter dasar dan lanjut. SQ:

pendidikan agama wejangan-wejangan agama motivasi ( P1)

untuk meningkatkan IQ : Kebetulan di silabus sudah ada jadi

kita menerapkan sesuai dengan silabus. EQ: kami juga

menerapkan pendidikan karakter dasar dan pendidikan

karakter lanjut. SQ: pendidikan agama dan motivasi. ( P4)

ilmu yang dibekali langsung secara mandiri, mengingatkan

ilmu lamanya, materi, materi intinya.( P2)

tingkat kecerdasan dari awalnya dulu ikut sekolah dari dini

dulu, belajar, dan sering buka buku ( P3)

Page 98: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada agenda yang sudah ada dikampus, hal

ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut

b. Apakah menurut ibu mahasiswanya terus berusaha

meningkatakan kecerdasan mereka ?

Pernyataan P2 dan P4 , Dititikberatkan pada mahasiswanya , hal

ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

pernyataan P1, Dititik beratkan pada sikap mahasiswanya,

hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

pernyataan P3, Dititikberatkan pada fakta, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

iya, tingkat III dimana mereka punya rasa takut sehingga

mempunyai keinginan menggali lebih banyak, dan lebih

bertanggung jawab serta rasa ingin tahunya semakin tinggi.( P2)

iya, tingkat III mereka lebih punya rasa takut mungkin karena

sudah tingkat akhir sehingga terus menggali lebih banyak dan

lebih bertanggung jawab.( P4)

jawaban pada mahasiswa ( P1)

Iya, ( P3)

“Kalo IQ biasanya ya belajar, sering baca buku, seminar,

media sedangkan kalo EQ itu ya melalui pendidikan karakter

dari dosen atau orang tuanya, dan kalo SQ itu harus lebih

dalam mengajarkan agama . “ ( T)

Page 99: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada mahasiswanya, hal ini dibuktikan

dengan ungkapan sebagai berikut:

c. Kalo Iya, apa aplikasinya?

Pernyataan P2, P3, P4, dititikberatkan pada Keaktifan

mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P1, dititikberatkan kepada sikap

mahasiswanya, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai

berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada keaktifan mahasiswanya, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

banyak bertanya, pertanyaan lebih bagus dibandingkan semster

1 kebanyakan sudah bisa mengatasi masalahnya( P2)

Sering bertanya, kemauan untuk tahu, belajar di lab ( P3)

banyak bertanya, pertanyaan lebih bagus dibandingkan semster

yang lalu dan sudah bisa memecahkan masalah. ( P4)

Aplikasinya secara kesopanan semester 1 kurang sopan namun

tambah semster, mereka semakin sopan karena diajarkan etika.

Dan yang tadinya tidak bisa menjadi bisa ( P1)

“Iya pasti terbukti dari skill dan knowledge mereka yang

semakin bertambah dan tugas yang dikerjakan selalu sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.”( T)

“Mahasiswanya jadi lebih aktif, pintar dalam praktik di

laboratorium, lebih banyak menguasai materi, dilihat dari

nilainya.”(T)

Page 100: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

3. Persepsi dosen tentang hambatan meningkatkan IQ, EQ, SQ pada

mahasiswa tingkat III DIII kebidanan di Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

a. Menurut ibu, apakah ada hambatan dalam meningkatkan

kecerdasan pada anak didik ibu?

Pernyataan P3 dan P4, dititikberatkan pada sikap

mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P1, dititikberatkan keantusiasan mahasiswa, hal

ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P2 , dititikberatkan pada perbedaan IQ, EQ, SQ, hal

ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori kedua yaitu

dititik beratkan pada keantusiasan mahasiswa, hal ini dibuktikan

dengan ungkapan sebagai berikut:

Mahasiswanya malas, tidak suka dengan pelajaran, punya pacar

. ( P3)

Mahasiswanya malas, tidak suka dengan pelajaran. ( P4)

ada mahasiswa yang antusias dan ada yang ribut sendiri ada

yang susah dan gampang.( P1)

Karena perbedaan IQ, maka satu kelas harus menerima dengan

IQ nya masing-masing, setelah di evaluasi nilainya ada yang

tinggi dan sedang.( P2)

Page 101: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

b. Apakah hambatan itu menjadi masalah

Tujuan yang ketiga pada point pertanyaan B katagori

pertama, Dititikberatkan pada karakter mahasiswa, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P1, dititikberatkan pada pentingnya

menyeimbangkan, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai

berikut:

Pernyataan P3, dititikberatkan pada mata kuliah, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada karakter mahasiswa, hal ini dibuktikan

dengan ungkapan sebagai berikut:

ya,otomatis, pengenya mengenal lebih dekat karakter

mahasiswa. ( P2)

ya,menjadi masalah pengenya mengenal lebih dekat

mahasiswanya.(P4)

tidak jadi masalah, itu karakter orang sendiri-sendiri yang

penting ngimbangi ( P1)

masalah, untuk belajar dalam mata kuliah .( P3)

“mahasiswanya ada yang antusias ada yang nggak mba.ini

mungkin dikarenakan ada faktor dari lingkungan luar, ada

permasalahan keluarga atau teman dekat.”(T)

“tentunya menjadi masalah mba, karena itu akan menurunkan

prestasi mahasiswa. , tetapi kita tetap menyesuaikan dengan

kemampuan mereka.”( T)

Page 102: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

c. Meminimalisir hambatan tersebut

Pernyataan P1 dan P4, dititikberatkan pada kebutuhan

mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P2, dititikberatkan pada Tuhan, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

Pernyataan P3, dititikberatkan pada usaha untuk

memperbaiki mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan ungkapan

sebagai berikut:

Pada triangulasi sumber sesuai dengan katagori pertama

yaitu dititik beratkan pada kebutuhan mahasiswa, hal ini

dibuktikan dengan ungkapan sebagai berikut:

ngikutin anaknya saja, walaupun si anak harus butuh bimbingan

lebih ya di ikuti saja, pokonya ngikuti sikap anaknya ( P1)

Mengikuti maunya si anak saja, walaupun butuh bimbingan

lebih ya diikuti saja. (P4)

porsinya disesuaikan anaknya saja, selalu mengaitkan dengan

tuhan.( P2)

memberikan nasihat-nasihat kepada mahasiswa. ( P3)

“Tetap mengimbangi mahasiswa, walaupun harus ada

bimbingan tambahan tapi kita tetap mengikuti saja.ada

bimbingan PA rutin, biasanya tiap akan uts, pada saat itu lah

kita memberi motivasi dibantu dengan BK”(T)

Page 103: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

B. PEMBAHASAN

d. Menjelaskan persepsi dosen tentang IQ, EQ, SQ pada mahasiswa DIII

Kebidanan Tingkat III DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama

Tegal tahun 2014.

a. Persepsi dosen tentang pengertian IQ,EQ,SQ

Persepsi tentang pengertian IQ, EQ, SQ terdapat 1 kategori.

Pada kategori pertama berbunyi dititikberatkan pada singkatan

IQ, EQ, SQ. Hal ini sesuai dengan kategori pertama dan

triangulasi sumber.

Pernyataan dari kategori pertama dan triangulasi sumber di

atas sesuai dengan teori menurut Spearman dan Wynn jones

(dalam buku Saifuddin, 2013:h 1) penggunaan istilah tersebut

dalam bahasa latin dikenal sebagai intellectus dan intelligentia.

Dalam bahasa Inggris masing-masing diterjemahkan sebagai

intellect dan intelligence. Ternyata, transisi bahasa tersebut

membawa pula berubahan makna. Intelligence, yang dalam

bahasa indonesia kita sebut dengan intelegensi.

Emosional quotient adalah Istilah” kecerdasan emosional”

pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog peter

salovey dari harvad university dan john mayer dari university of

new hampshire, dan Spiritual quotient menurut Agustian 2001

(dalam Saefullah 2012 h 63) menyatakan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah

Page 104: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

b. Persepsi dosen tentang Pentingnya menyeimbangkan IQ,EQ,SQ

Triangulasi sumber tidak sesuai dengan P1 –P4 yaitu

Dititikberatkan pada pentingnya IQ,

Pernyataan dari PI, P2, P3 dan P4 sesuai dengan teori

(Dede, 2013: h 3) Kecerdasan intelektual dan kecerdasan

emosional saling melengkapi satu sama lain dalam proses belajar.

Keseimbangan antara kedua kecerdasan ini merupakan kunci

keberhasilan belajar peserta didik disuatu lembaga pendidikan

karena kecerdasan intelektual tidak akan berfungsi dengan baik

tanpa adanya partisipasi penghayatan emosional terhadap mata

pelajaran yang disampaikan. Hal ini membuktikan bahwa tanpa

adanya kecerdasan emosi, seseorang tidak akan dapat

menggunakan kemampuan kognitifnya secara optimal sesuai

dengan potensi yang dimilikinya.

Menurut Dede, 2013: h 3, Kecerdasan spiritual juga

merupakan kecerdasan tertinggi manusia yang berperan sebagai

landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Artinya

IQ memang penting peranya dalam kehidupan manusia agar

manusia mampu memanfaatkan teknologi secara efesiensi dan

efektif. Peran EQ juga penting dalam membangun hubungan antar

manusia yang efektif dan juga dapat meningkatkan kinerja,

namun tanpa SQ yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran maka

keberhasilan itu hanyalah akan menghasilkan masalah baru.

Page 105: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang akan membantu

dalam penggunaan pikiran dan perasaanya untuk menyelesaikan

semua pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab dengan baik,

sehingga prestasi yang diharapkan dapat tercapai dengan hasil

yang optimal (Dede, 2013: h 3).

Menurut Zohar dan Marshall dalam buku Wardi, 2010: h

65, Faktor yang lebih penting untuk meraih prestasi belajar yang

baik selain faktor kecerdasan emosi (EQ) adalah kecerdasan

spiritual (SQ) karena dengan kecerdasan spiritual seseorang akan

mampu mengoptimalkan kecerdasan yang lain.

c. Penerapan pada mahasiswa

Pernyataan dari P1 dan P4 Dititikberatkan untuk

mahasiswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori (Saifuddin,

2013: 3) Kecerdasan intelektual memiliki peranan penting dalam

kehidupan setiap individu karena dengan kecerdasan intelektual

tersebut individu dapat melakukan beberapa kemampuan, seperti

kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah,

berpikir, memahami gagasan, menggunakan bahasa, belajar, dan

mengambil keputusan secara mandiri serta menjalankan

keputusan tersebut. Tidak ada informasi yang sulit bagi individu

yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang baik itu artinya

dalam penerapan keputusan di tangan mahasiswa itu sendiri.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana

Page 106: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

pernyataan dari P2 Dititik beratkan untuk diri sendiri dan

profesinya, hal ini sesuai dengan triangulasi sumber. Hal ini

mungkin disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor menurut Walgito ( 2004) .

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana

pernyataan P3 dititik beratkan pada lingkungan rumahnya. Hal ini

sesuai dengan teori Hal ini mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

( 2004) .

d. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ,EQ,SQ

Pernyataan PI dan P4 dititik beratkan pada faktor-faktor

yang mempengaruhi IQ, EQ, SQ, hal ini sesuai dengan triangulasi

sumber. Pernyataan ini sesuai dengan teori Menurut Anonim

(2009) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

IQ pada diri seseorang, antara lain:

e) Pengaruh faktor bawaan atau keturunan

f) Pengaruh lingkungan

g) Minat dan pembawaan yang khas

Faktor-faktor yang mempengaruhi EQ Menurut Goleman

(2009 dalam Nurynati, 2010) faktor-faktor yang yang

mempengaruhi kecerdasan emosional adalah :

1) Lingkungan keluarga

2) Lingkungan non keluarga

Page 107: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Dan faktor-faktor yang mempengaruhi SQ menurut

Sumediyani (2002, h 3 dalam Trihandini, 2005) ada beberapa hal

yang dapat menghambat perkembangan kecerdasan spiritual

dalam diri seseorang, yaitu:

1) Adanya orang tua yang cukup menyayangi

Pernyataan P2 dititik beratkan pada faktor yang

mempengaruhi dilihat dari efeknya. dan pernyataan P3 dititik

beratkan pada asal usul IQ, EQ SQ.

Hal ini tidak sesuai dengan teori faktor-faktor yang

mempengaruhi IQ, EQ, SQ. Hal ini mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

( 2004) .

e. Persepsi dosen tentang ciri-ciri mahasiswa yang memiliki IQ, EQ,

SQ tinggi

Pernyataan P1, P3, P4 dititik beratkan pada prestasi

mahasiswa, sikap sopan dan ibadahnya, hal ini sesuai dengan

triangulasi sumber. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan

gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah

gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu naik

kelas dengan nilai baik, atau siswa yang jempolan dikelasnya

(Saifuddin , 2013: h 2).

Menurut Jack block (dalam buku Nuryanti, 2010) dari hasil

penelitianya menyebutkan bahwa:

Page 108: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

yang memiliki kecerdasan emosi tinggi secara sosial

mantap, mudah bergaul, jenaka, dan tidak mudah takut atau

gelisah. Mereka mempunyai kemampuan besar untuk

melibatkandiri dengan orang-orang atau permasalahan, memikul

tanggung jawab, mudah simpatik, dan mempunyai pandangan

moral. Mereka akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang

lain, dan dunia pergaulan lingkungannya.

Saefullah (2012: h 68) mengatakan bahwa seseorang yang

cerdas secara spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Selalu

merasakan kehadiran Allah.

Pernyataan P2, dititikberatkan pada prestasi mahasiswa ,

sikap, dan perilaku mahasiswa untuk ciri-ciri yang SQ tidak

sesuai dengan teori Saefullah (2012: h 68) mengatakan bahwa

seseorang yang cerdas secara spiritual mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut: Selalu merasakan kehadiran Allah.

f. Persepsi dosen tentang tingkat kecerdasan dalam kehidupan

Pernyataan P3, Dititikberatkan pada prestasi dan sikap. Hal

ini sesuai dengan teori, Kecerdasan intelektual memiliki peranan

penting dalam kehidupan setiap individu karena dengan

kecerdasan intelektual tersebut individu dapat melakukan

beberapa kemampuan, seperti kemampuan menalar,

merencanakan, memecahkan masalah, berpikir, memahami

gagasan, menggunakan bahasa, belajar, dan mengambil keputusan

Page 109: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

serta menjalankan keputusan tersebut. Tidak ada informasi yang

sulit bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual

yang baik (Saifuddin, 2013: 3). Dan teori Menurut Suharsono

(2001 dalam Nurhayati, 2010), peran kecerdasan emosi yang

memadahi dalam kehidupan adalah: Kecerdasan emosi sebagai

alat pengendalian diri sehingga seseorang tidak terjerumus ke

dalam tindakan-tindakan yang merugikan dirinya sendiri maupun

orang lain.

Pernyataan P1 dan P4, dititik beratkan pada EQ dan SQ

saja, hal ini sesuai dengan triangulasi sumber. Hal ini sesuai

dengan teori Kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang akan

membantu dalam penggunaan pikiran dan perasaanya untuk

menyelesaikan semua pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab

dengan baik, sehingga prestasi yang diharapkan dapat tercapai

dengan hasil yang optimal (Dede, 2013: h 3).

Kecerdasan spiritual juga merupakan kecerdasan tertinggi

manusia yang berperan sebagai landasan untuk memfungsikan IQ

dan EQ secara efektif. Artinya IQ memang penting peranya dalam

kehidupan manusia agar manusia mampu memanfaatkan

teknologi secara efesiensi dan efektif. Peran EQ juga penting

dalam membangun hubungan antar manusia yang efektif dan juga

dapat meningkatkan kinerja, namun tanpa SQ yang mengajarkan

nilai-nilai kebenaran maka keberhasilan itu hanyalah akan

Page 110: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

menghasilkan masalah baru (Dede, 2013: h 3).

Dosen yang profesional dapat menyeimbangkan antara IQ,

EQ dan SQ pada mahasiswanya sehingga ketiga kecerdasan

tersebut dapat seimbang.

Kecerdasan intelegensi hanya menyumbang 20% dari

kesuksesan , sedangkan 80% nya sumbangan dari faktor lain dan

SQ lah yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kecerdaasan spiritual ini selain bisa

membawa seseorang ke puncak kesuksesan dan memperoleh

ketentraman diri, juga dapat melahirkan karakter-karakter yang

mulia di dalam diri manusia.

Pernyataan P2, Dititikberatkan untuk pemecahan sebuah

masalah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada dikarenakan

persespsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Walgito (2004)

e. Mengeksplorasi persepsi dosen tentang cara meningkatkan IQ, EQ,

SQ pada mahasiswa tingkat III DIII kebidanan di Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

a. Persepsi dosen tentang cara meningkatkan IQ, EQ, SQ pada

mahasiswa tingkat III DIII kebidanan

Pernyataan P1 dan P4, Dititik beratkan pada agenda yang

sudah ada dikampus, hal ini sesuai dengan triangulasi sumber hal

ini tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan

Page 111: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Walgito (2004)

Pernyataan P2, Dititikberatkan pada flash back kepada

mahasiswanya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada

mungkin disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor menurut Walgito (2004)

Pernyataan P3, Dititikberatkan pada asal usul tingkat

kecerdasan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin

disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

menurut Walgito (2004)

b. Persepsi dosen tentang usaha mahasiswa dalam meningkatkan

kecerdasanya

Pernyataan P1, Dititikberatkan pada mahasiswanya , hal ini

sesuai dengan triangulasi sumber. Dan hal ini juga sesuai dengan

(Menurut Saifuddin 2013:h 164 ) Adapun cara meningkatkan IQ

adalah sebagai berikut:

b) Belajar

Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak

faktor yang bersumber dari dalam diri individu (Faktor

internal) dan yang bersumber dari luar (faktor eksternal).

Faktor internal dipengaruhi oleh fisik dan psikologis dimana

fisik yang mempengaruhi.

Kita dapat meningkatkan kecerdasan emosional

Page 112: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

dengan cara mempelajari dan melatih ketrampilan serta

kemampuan yang menyusun kecerdasan emosional.

(Weisinger 2006 dalam buku Yuniani, 2010)

Agustian 2008, menyatakan untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual yaitu dengan melakukan shalat atau

ibadah kepada Allah dengan penuh kekhusyukan karena

shalat khusyuk mengajak kita untuk menajamkan hati serta

merasakan sifat-sifat kebijaksanaan illahi hadir dalam jiwa

kita dan selanjutnya muncul dalam perilaku sehari-hari.

Pernyataan P2 dan P4, dititik beratkan pada sikap

mahasiswanya. hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada

mungkin disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor menurut Walgito (2004)

Pernyataan P3, dititikberatkan pada fakta. hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

(2004)

c. Persepsi dosen tentang aplikasinya

pernyataan P2, P3 dan P4, Dititikberatkan pada Keaktifan

mahasiswa, hal ini sesuai dengan triangulasi sumber. hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

(2004)

Page 113: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

pernyataan P1, Dititikberatkan kepada sikap mahasiswanya.

hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan

persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Walgito (2004)

f. Mengeksplorasi persepsi dosen tentang hambatan meningkatkan IQ,

EQ, SQ pada mahasiswa tingkat III DIII kebidanan di Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

a. Persepsi dosen tentang hambatan meningkatkan IQ, EQ, SQ pada

mahasiswa tingkat III DIII kebidanan

Pernyataan P3 dan P4, dititikberatkan pada sikap

mahasiswa. hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin

disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

menurut Walgito (2004)

Pernyataan P1, dititikberatkan keantusiasan mahasiswa, hal

ini sesuai dengan triangulasi sumber. Dan hal ini juga sesuai

dengan (Syah 2003) Faktor internal merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil

belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan

biologis serta faktor psikologis.

Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar.

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar dapat

digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non sosial

(Syah 2003)

Page 114: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Menurut Dinkmeyer (1965) faktor-faktor yang

menghambat kecerdasan emosi anak adalah

e. Faktor kondisi fisik dan kesehatan,

f. Tingkat intelegensi

g. Lingkungan sosial

h. Keluarga

Menurut Sumediyani (2002, h 3 dalam Trihandini, 2005)

ada beberapa hal yang dapat menghambat perkembangan

kecerdasan spiritual dalam diri seseorang, yaitu:

e) Tidak adanya orang tua yang cukup menyayangi.

f) Ada beban yang dapat menekan insting

Pernyataan P2, dititikberatkan pada perbedaan IQ, EQ, SQ.

hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan

persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Walgito (2004)

b. Persepsi dosen tentang hambatan yang menjadi masalah

Pernyataan P2 dan P4, Dititikberatkan pada karakter

mahasiswa, hal ini sesuai dengan triangulasi sumber. hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

(2004)

Pernyataan P1, dititikberatkan pada pentingnya

menyeimbangkan. hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada

Page 115: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

mungkin disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor menurut Walgito (2004)

Pernyataan P3, dititikberatkan pada mata kuliah. hal ini

tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

(2004)

c. Persepsi dosen tentang cara meminimalisir hambatan

Pernyataan P1 dan P4, dititikberatkan pada kebutuhan

mahasiswa, hal ini sesuai dengan triangulasi sumber. hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

(2004)

Pernyataan P2, dititikberatkan pada Tuhan. hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada mungkin disebabkan persepsi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Walgito

(2004)

Pernyataan P3, dititikberatkan pada usaha untuk

memperbaiki mahasiswa. hal ini tidak sesuai dengan teori yang

ada mungkin disebabkan persepsi seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor menurut Walgito (2004)

Page 116: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan teori, hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

lakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan IQ, EQ, SQ

IQ, EQ, SQ merupakan tiga tingkat kecerdasan yang saling

terkait dimana IQ adalah kecerdasan intelegensia, EQ adalah

kecerdasan emosi dan SQ adalah kecerdasan spiritual.

Menyeimbangkan IQ, EQ SQ penting karena jika ketiga kecerdasan

itu tidak seimbang maka kecerdasan itu akan menjadi masalah, SQ

menjadi fokus utama karena kecerdasan spiritual menjadi dasar dalam

kehidupan manusia. Penerapan pada mahasiswa sudah dilakukan

tetapi hasilnya dikembalikan ke mahasiswa, profesinya dan paling

banyak diterapkan di lingkungan rumah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi IQ, EQ, dan SQ adalah IQ:

Genetik, lingkungan. EQ: lingkungan internal dan eksternal, SQ:

keluarga, diterapkan sejak dini dan dari lingkungan. Ciri- ciri

mahasiswa yang memiliki IQ, EQ, SQ tinggi adalah IQ:

pintar,nilainya bagus, EQ: sopan, etikanya bagus, dapat

mengendalikan diri. SQ: rajin beribadah biasanya dapat dilihat dari

perilakunya yang bagus, selalu mengait ngaitkan dengan Allah.

Page 117: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

Adapun peran tingkat kecerdasan dalam kehidupan adalah mudah

mencari kerja, dimana EQ dan SQ menjadi fokus utama dan IQ bisa

disesuaikan.

2. Cara meningkatkan IQ, EQ, SQ

Cara meningkatkan kecerdasan pada mahsiswa tingkat III DIII

Kebidanan adalah penerapan pada akademik institusi dimana IQ sudah

ada di silabus. EQ sudah ada dalam pendidikan karakter dasar dan

lanjut. SQ sudah ada pada pelajaran pendidikan agama serta selalu

memberi motivasi dan selalu mengingatkan materi-materi yang lalu

dan belajar. Usaha mahasiswa dalam meningkatkan kecerdasanya

adalah dimana tingkat III punya rasa takut sehingga mempunyai

keinginan menggali lebih banyak, dan lebih bertanggung jawab serta

rasa ingin tahunya semakin tinggi. Aplikasi pada mahasiswa bisa

dilihat dari keaktifan mahasiswa, banyak bertanya, pertanyaan lebih

bagus dibandingkan semster 1 kebanyakan sudah bisa mengatasi

masalahnya, pada semester akhir terlihat semakin menjaga etika.

3. Hambatan meningkatkan IQ, EQ, SQ

Hambatan dalam meningkatkan kecerdasan pada mahsaiswa

adalah Mahasiswa malas, tidak suka dengan pelajaran, keantusiasan

mahasiswa yang kurang dan suka ribut dikelas. perbedaan IQ dalam

satu kelas harus menerima dengan IQ nya masing-masing, setelah di

evaluasi nilainya ada yang tinggi dan sedang. Sebagian besar

Page 118: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

hambatan sebagai masalah maka harus lebih mengenal lebih dekat

karakter mahasiswa namun sebagai dosen juga harus bisa

mengimbangi. Cara Meminimalisir hambatan adalah mengikuti

keinginan anak didiknya meskipun harus butuh bimbingan lebih tetap

harus di ikuti saja. Dan selalu memberikan nasihat-nasihat kepada

mahasiswa.

B. Saran

1. Bagi tenaga pengajar (dosen)

Mengetahui gambaran tentang IQ, EQ, SQ pada mahasiswa tingkat III

DIII Kebidanan. Sehingga tenaga pengajar dapat lebih mengetahui

permasalahan pada mahasiswa dan dapat memecahkan masalah-

masalah yang terjadi pada mahasiswanya.

2. Bagi instansi tempat penelitian

Memberikan gambaran tentang IQ, EQ, SQ pada mahasiswa tingkat III

DIII Kebidanan, agar institusi pendidikan lebih memperhatikan 3

tingkat kecerdasan pada mahsiswanya dan dapat menerapkan metode

khusus untuk meningkatkan IQ, EQ, SQ pada mahsiswanya, serta

mendirikan kegiatan-kegiatan secara rutin yang bertujuan untuk

meningkatkan IQ, EQ, SQ mahasiswanya seperti ekstrakulikuler

keagamaan, ektrakulikuler karya tulis ilmiah. Sehingga pendidikan di

Indonesia khususnya pendidikan kebidanan bisa lebih maju.

3. Bagi instansi pendidikan

Bagi instansi pendidikan hendaknya bisa untuk menjadi bahan

Page 119: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

referensi bagi mahasiswa dan sebagai masukan untuk lebih

meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian

sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan diri dan

melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti.

`

Page 120: PRESEPSI DOSEN TENTANG TINGKAT KECERDASAN PADA MAHASISWA TINGKAT III … · 2015. 4. 17. · Persepsi Dosen Tentang Tingkat Kecerdasan Pada Mahasiswa Tingkat III Program Studi DIII

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010 “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2013 “ Pengantar Psikologi Intelegensi “ Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Dede, 2013. “Hubungan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dengan

prestasi belajar mahasiswa tingkat II Stikes Karya Husada Semarang “

Desmita. 2014. “ Psikologi Perkembangan Peserta Didik “ Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Diptasari, W. 2013.”Jurnal Persepsi dan Perilaku Mahasiswa Dalam Pendidikan

Karakter (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS)”

Hamalik, Oemar. 2012. “ Psikologi Belajar Dan Mengajar “ Bandung : Sinar

Baru Algesindo

Moelong, lexy, 2004. “Metodologi penelitian” Bandung : PT Remaja Rosdakarya

2007. “Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi” Bandung : PT

Remaja Rosdakarya

Mukhtar dan Iskandar. 2012. “ Desain Pembelajaran Berbasis TIK ” Jakarta:

Referensi

Notoadmodjo. 2010 “ Metode Penelitian Kesehatan “ Jakarta : Rineka Cipta

Pieter, zan, herri. 2010 “ Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan “ Jakarta:

Prenada Media Group

Saryono. 2013. “ Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif “ Yogyakarta

:Nuha Medika

Sukardi, Ismail. 2013 “ Model-Model Pembelajaran Modern ” Palembang : Tunas

Gemilang Press

Uno, Hamzah. 2008 “ Perencanaan Pembelajaran “ Jakarta : Bumi Aksara

Walgito, Bimo. 2004 “ Pengantar Psikologi Umum “ Yogyakarta : Andi Offset