Upload
alerhd
View
87
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
CEDERA KEPALA Penyebab kecacatan dan kematian dalam
neurologi dan bedah Masalahmuda,sehat dan produktif Manajemen cedera kepalakualitas otak
setelah cedera kepala
Definisi
Trauma mekanik pada kepala Langsung atau tidak langsung Ggn fs neurologis fisik, kognitif,
psikososial Temporer atau permanen
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Klasifikasi
1. Patologi- Komosio serebri- Kontusio serebri- Laserasio serebri
2. Lokasi lesi- Lesi difus- Lesi kerusakan vaskuler otak- Lesi fokal
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Klasifikasi
Lesi fokal- Kontusio dan laserasi serebri- Hematoma intrakranial
- Hematoma epidural- Hematoma subdural- Hematoma intraparenkimal
- Subarachnoid- intraserebral- intraserebelar
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
konkusio Keadaan penurunan kesadaran yg
terjadi tepat setelah cedera terjadi dan berlangsung secara temporer (maksimal dlm beberapa jam)
komosio serebri Keadaan pingsan tdk lebih dr 10
menit, akibat cedera kepala, tanpa adanya kelainan neurologis lain.
Konkusio dan komosio secara klinis termasuk dalam kategori cedera kepala ringan, karena presentasi klinisnya adalah dng skor GCS 13 – 15, hilang kesadaran tdk lebih dr 10 menit, dan tdk ada kelainan neurologis.
Lokasi fokus lesi penkesARAS Proses akselerasi dan
deselerasiregangan batang otak
Kontusio Cedera atau gangguan pada jaringan otak
yang lebih berat dari konkusi, dengan karakteristik adanya kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan kapiler dan edema jaringan otak.
Piameter masih utuh RinganGangguan kesadaran spt konkusio
namun ggn fx mental terjadi beberapa jam bahkan hari,amnesia,confuse,iritabel dan gelisah
Beratdefisit neurologis
Laserasi Kontusio serebral yang berat,
mengakibatkan ggn kontinuitas jaringan, kerusakan dan robeknya piameter.
Biasanya berkaitan dg perdarahan subarakhnoid, subdural, dan intraserebral.
Diffuse Brain injury Kerusakan otak menyeluruh, px koma
sejak cedera terjadi, namun tidak terdapat gambaran lesi desak ruang pada CT scan.
Kerusakan pembuluh darah maupun parenkim difus scr patologi anatomi
Adanya edema Dibagi menjadi diffuse axonal injury dan
diffuse vascular injury Mekanisme akselerasi dan deselerasi
Kepala yang sedang bergerak tiba-tiba berhenti,
tetapi otak tetap bergerak karena inersia sehingga otak dapat cedera oleh
permukaan dalam dari kranium
Akselerasi-Deselerasi
Akselerasi adalah gerakan cepat yang timbul secara mendadak
Deakselerasi adalah penghentian secara mendadak dari suatu gerakan yang cepat.
Secara klinis pencegahan dan penanganan secara dini dan tepat dari cedera serkunder berpengaruh thd prognosis
TraumaIschemia
•Edema sitotoksik•Ggn membran•Ggn sintesis protein
Energi turun Depolarisasi Sel
Fe lepas
Disrupsi Ca Glutamat lepas
Radikal bebas
Destruksi sel Asidosis
Secondary Brain Injury
Edem serebri vasogenik merupakan akibat primer dari meningkatnya permeabilitas blood brain barier
Cairan plasma ekstraseluler
Edem serebri sitotoksik terjadi sekunder dari kerusakan elemen seluler serebri, penimbunan cairan didalam sel
Akibat hipoksia dan iskemi jaringan otak
Edem serebri interstitial terjadi sekunder dari obstruksi aliran LCS akibat inflamasi ruang subarakhnoid, seperti
hidrosefalus.
Back
Derajat kesadaran (GCS) Triase
Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak
Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-) Normal
Ringan 13-15 Pingsan <10 mnt,Defisit neurologik (-)
Normal
Sedang 9-12 Pingsan >10 mnt s/d 6 jamdefisit neurologik (+)
Abnormal
Berat 3-8 Pingsan >6 jam,Defisit neurologik (+)
Abnormal
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Diagnostik paska perawatan
Minimal Ringan Sedang Berat
SKG 15 13-15 9-12 <9
Pingsan - < 30 mnt 30 mnt-24 jam
> 24 jam
Amnesia paska trauma
- < 1 jam 1-24 jam > 7 hari
CT Scan N N Abnormal Abnormal
Perawatan - < 48 jam > 48 jam
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Gejala Cedera Kepala
Gejala Fisik/SomatikNyeri kepala
DizzinesNauseaVomitus
Gejala kognitifGangguan memori
Gangguan perhatian, Gangguan berfikir kompleks
Gejala emosional/kepribadianKecemasanIritabilitas
1
3
2
(Hoffman dkk., 1996)
Diagnosis
1. Anamnesis - Gangguan kesadaran atau interval lucid - Perdarahan/otorhea/rhinorrhea - Amnesia traumatika (retrograd/anterograd)
2. Pemeriksaan neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
4. Foto lain dilakukan atas indikasi
5. HCT Scan
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Pemeriksaan Klinis
GCS Vital sign Otorrhea, Rhinorrhea Ecchymosis periorbital bilateral Ecchymosis mastoid bilateral/battle’s Sign Gangguan fokal neurologik Fungsi motorik : lateralisasi, kekuatan otot Refleks tendon, refleks patologis Pemeriksaan fungsi batang otak Pupil : Ukuran, bentuk, isokor/anisokor Refleks kornea Doll’s eye phenomen
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
EDH
Perdarahan antara tabula interna dan duramater
Hematom masif, akibat pecahnya a. meningea media atau sinus venosus
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Klinis EDH
1. Lucid interval ( + )2. Kesadaran menurun3. Late hemiparese kontralateral lesi4. Pupil anisokor5. Babinsky ( + ) kontralateral lesi6. Fraktur di daerah lesi
HCTSgambaran hiperdens di tulang tengkorak dan dura, umumnya daerah temporal dan tampak bikonveks
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Klinis EDH
Jenis:1. Akut : interval lucid ( 0 – 5 hari )2. Subakut : interval lucid ( 5 hari – bbrp minggu)3. Kronik : interval lucid ( > 3 bulan )
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
SDH
Perdarahan antara duramater dan arakhnoid akibat robeknya bridging vein ( vena jembatan )
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Klinis SDH
1. Sakit kepala2. Kesadaran menurun + / -
HCTSGambaran hiperdens di antara duramater
dan arakhnoid, dan tampak seperti bulan sabit
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
The Mechanism
In the subacute phase, the clotted blood liquifies. Occasionally, in the prone patient, the cellular elements layer can appear on CT imaging as a hematocritlike effect.
In the chronic phase, cellular elements have disintegrated, and a collection of serous fluid remains in the subdural space. In rare cases, calcification develops.
SAH
Gejala dan tanda klinis : 1. kaku kuduk2. Nyeri kepala3. Gangguan kesadaran
HCTSGambaran hiperdens di ruang subarakhnoid
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
ICH
Perdarahan parenkim otak, disebabkan karena
pecahnya arteri intraserebral mono atau multiple
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Fraktur Basis Kranii
1. Anterior* Rhinore* Perdarahan bilateral periorbital ecchymosis /raccoon
eye* Anosmia
2. Media* Ottorrhea* Gangguan N.VII dan N. VIII
3. Posterior* Bilateral mastoid ecchymosis / Battle’s sign
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Basal skull fracture• CSF Ottoehoea or Rhinorrhoea• Haematotympanum• Postauricular echimosis• Periorbital echimosis
(Greenberg, 2001)
a type of diffuse brain injury, meaning that damage occurs over a more widespread area than in focal brain injury. extensive lesions in white matter tracts, is one of the major causes of unconsciousness and persistent vegetative state after head trauma
MRI is more sensitive
Diffuse Axonal Injury
Kerusakan otak yg menyeluruh, px koma namun tdk tdp gambaran SOL pada CT
Scanterlihat dari patologi anatomi gambaran kerusakan pembuluh darah dan
parenkim serta edema, terjadi akibat proses akselerasi dan deselerasi, kerusakan ini bersifat ireversibel
Diffuse Axonal Injury
Klinis- Koma lama paska trauma kepala
( prolonged coma )- disfungsi saraf otonom- demam tinggi
HCTSawal normalsetelah 24 jam edema luas
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Manajemen umum
Survei primer A = Airway B = Breathing (target O2 > 92%) O2
10-15l/mnt C = Circulation,akibat hipovolemi - MAP 90 mmHgperfusi serebral adekuat - Nacl 0.9% atau RL - Hindari cairan hipotonis - Kalau perlu obat vasopresor & inotropik konsul bedah saraf berdasarkan indikasi D = Disability ( mengetahui lateralisasi dan
kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi) GCS
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Survei sekunder E = Laboratorium - Darah : Rutin, ureum, kreatinin, GDS,
AGD dan elektrolit - Radiologi : Foto kepala, HCTS dll
F = Manajemen Terapi - Operasi pasien yang indikasi
- Ruang rawat - penanganan luka-luka - terapi obat-obatan sesuai kebutuhan
Manajemen umum
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Manajemen cedera kepala ringan (GCS 14-15)
Pasien sadar, atau ggn kesadaran <10 menitPerawatan luka,obat simtomatik,antibiotik dan roboransia sesuai indikasi
Masuk Rumah Sakit:Gangguan orientasi waktu,tempatSakit kepala dan muntahTidak ada yg mengawasi dirumahLetak rumah jauh atau sulit kembali
Dipulangkan dengan pengaWasan keluarga 48 jam dgInformasi tanda bahaya Segera kembali jika:
Cenderung mengantukSakit kepala makin beratMuntahBingung dan gelisahJika tidak memburuk kontrol 5-7 hari kmdian
Manajemen cedera kepala sedang (GCS 9-13)
Evaluasi awal•Sama dengan cedera kepala ringan•CT scan kepala pada semua kasus•Perintah untuk observasiObservasi•Pemeriksaan neurologik sering•Follow-up CT scan jika keadaan memburuk atau sebelum pulang
Jika pasien membaik (90 %)
Dipulangkan pada saat yang tepatFollow-up ke klinik
Jika pasien memburuk(10 %)
Diulangi CT scan dandimanajemen denganprotokol cedera kepalaberat
Manajemen cedera kepala berat (GCS 3-8)
Penilaian dan manajemen• ABC• Survei primer dan riwayat AMPLE ( alergi, pengobatan yang terbaru,
penyakit dahulu, makanan sebelumnya, kejadian/kondisi lingkungan yang berhubungan dengan cedera
Evaluasi ulang neurologik• Buka mata• Respon motorik• Respon verbal• Reaksi cahaya pupil• Doll’s eye phenomen• Tes kalorik
Terapi• Simtomatik• suportif
Tes diagnostik• CT scan kepala pada semua pasien• Jika CT scan tidak tersedia, dilakukan air ventriculogram dan angiogram
Indikasi HCTS pada trauma kranioserebral
GCS 14 atau lebih rendah GCS 15 dengan: * Dibuktikan pernah hilang kesadaran * Amnesia untuk trauma * Defisit neurologik fokal * Tanda fraktur tulang tengkorak basal atau kalvaria
(Narayan, 1996)
A. Kritikal – GCS 3-4 Unit Intensif Neurologi
B. CKS & CKB, GCS 5-12 1. Lanjutkan penanganan ABC 2. Monitor VS, pupil, GCS Cegah : - TDS < 90 mmHg - Suhu >38°C - Frekuensi nafas > 20X/mnt
Manajemen di Ruang Rawat
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Manajemen di Ruang Rawat
3. Cegah TIK : - Posisi kepala 30°aliran vena dari kepala lebih baik
tp tidak dianjurkan pada hipovolemi dan cedera leher - Manitol 20% : Dosis awal : 1 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam 6 jam : 0.5 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam 12 jam : 0.25 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam 24 jam : 0.25 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam - Analgetika, kalau perlu sedasi jangka pendek.
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
4. Atasi komplikasi : Kejang : profilaksis OAE 7 hr cegah
immediate & early seizure pada kasus risti Infeksi akibat fraktur : profilaksis antibiotika
slm 10-14 hr Gastrointestinal – perdarahan lambung Demam DIC : pasien trauma tertutup cenderung
mengalami koagulopati akut
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roburansia, neuroprotektan, nootropik sesuai indikasi.
Manajemen di Ruang Rawat
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Manajemen di Ruang Rawat
C. Trauma kapitis ringan (Komosio serebri) 1. Dirawat 2 x 24 jam 2. Tidur dengan posisi kepala 30° 3. Simptomatis : analgetika, anti emetik sesuai kebutuhan
Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis, PERDOSSI, 2006
Prognosis
GCS 24j Good Recovery or Vegetative or
moderate disability dead
11-15 91% 6%
8-10 59% 27%
5-7 28% 54%
3-4 13% 80%
(Stein, 2000)
Post-traumatic seizures Communicating hydrocephalus Post-traumatic syndrome
(or post-concussive syndrome) Hypogonadotropic hypogonadism Chronic traumatic encephalopathy Alzheimer’s disease
Komplikasi
-Memory dysfunction - Impaired concentration and attention - Slowing of reaction time - Slowing of information processing speed - Impaired judgement
Cognitive impairment
Nyeri Kepala post trauma
Keluhan tersering
Kriteria diagnostik The International Headache Society (HIS): sakit kepala yang dimulai kurang dari 14 hari setelah trauma atau setelah kembali sadar
Pengobatan harus mengikuti rekomendasi untuk tipe sakit kepala primer
Pusing
Penyebab meliputi cedera telinga dalam vertigo posisional paroksismal benigna
(BPPV), hidrops endolimfatik, labyrinthine concussion, fistula perilimfatik
cedera otak yang mempengaruhi serebellum, nuklei vestibuler, atau lobus temporal
MEKANISME SELULER TIMBULNYA EPILEPTOGENESIS
DARAH hemolisis Fe++ atau Fe+++
Hidrogen Peroksida (H2O2)Radikal Hidroksil (OH-)Radikal Superoksid (O2-)
Radikal Bebas
Peroksidasi Lipid
Aktivasi asam arakhidonat
Asam arakhidonik fosfitate (IP3)
Osilasi kalsiumPada sel glia
Ca++ intrasel
Kerusakan eksitotoksik
Kematian neuron/jar. Parut sel glia
AKTIVITAS EPILEPTIFORM
PATOFISIOLOGI EPILEPSI POST TRAUMAPATOFISIOLOGI EPILEPSI POST TRAUMA
Kemungkinan: a) Radikal bebas yang disebabkan oleh deposit besi
dari darah yang ekstravasasib) Eksitotoksisitas oleh karena akumulasi glutamat.
Pada saat benturan, reaksi neuronal direk dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Depolarisasi membran dapat terjadi oleh karena trauma:
a) Pelepasan asetilkolin yang berlebihan (hitungan menit hingga jam setelah cedera kepala)
b) Kontusio cerebral lokal dan edema (hitungan jam ke hari setelah cedera kepala)
Hipoksia serbral dan hilangnya glukosa hilangnya K+ intraseluler secara cepat dan banyak dan digantikan oleh Na+ edema dan depolarisasi sel ketidakstabilan membran dan keluaran repetitif paroksimal konvulsi
TERAPI kejang post traumaTERAPI kejang post trauma
1. Tidak perlu dirawat inap pada kasus status epileptikus dan untuk videotelemetri rawat inap dapat membantu penegakan diagnosis.
2. Pemberian PTE segera tidak mengobati tidak ada terapi3. PTE awal dan susulan membutuhkan terapi sama seperti
pada kejang oleh karena penyebab lainnya.4. Edukasi dan konseling.5. Pembedahan: menolak untuk pengobatan identifikasi lokasi
dan eksisi fokal epileptogenik Reseksi sikatrik cerebral.6. Terapi antikonvulsan profilaktik untuk mencegah PTE yang
terlambat 1-6 bulan1. Riwayat epilepsi sebelumnya atau kejang demam2. Fraktur tekanan.3. Hematoma intrakranial.4. Laserasi cerebral.
Serangan terkontrol 6 - 24 bln EEG dosis diturunkan secara individual
Nyeri Leher
AKUT: Sindroma nyeri tulang belakang servikal Sprain
KRONIS sindroma nyeri myofasial sindroma fibromialgia gangguan somatoform
Gangguan Tidur
Terutama pada fase akut dari trauma
Faktor-faktor yang mempengaruhi: nyeri, obat-obatan dan faktor psikologik
Amnesia Memory deficit, regardless of cause DSM IV (Amnestic disorder)
A. The development of memory impaiment as manifested in the inability to learn a new information or in the inability to recall previously learned information
B. The memory disturbance cause significant impairment in social or occupational functioning and represent a significant decline from a previous level of functioning
C. The memory disturbance does not occur exclusively during the course of a delirium or a dementia and persist beyond the usual duration of substance intoxication or withdrawal
AmnesiaLesion of mesial temporal lobes:
anterograde amnesiaNuc thalamus and/or the mamilary bodies:
Wernicke-korsakof syndromeFrontal lobus: poorly on recall than
recognition
Amnesia
Tipe gangguan memory Korelasi sistem saraf
Anterograde (deklaratif)
a. Verbal Temporal mesial kiri, thalamus kiri, basal forebrain
b. Non-verbal Temporal mesial kanan, thalamus kanan, basal forebrain
Retrograde
a. Verbal Anterotemporal nonmesial kiri
b. Non-verbal Anterotemporal nonmesial kanan
Working memory Frontal dorsolateral
Non-deklaratif Basal ganglia, serebelum
Pendefinisian PCS
Suatu kondisi yang terjadi setelah cedera kepala yang menyebabkan defisit pada area fungsi susunan saraf
pusat (SSP)
3 atau lebih dari 8 gejala :1. Nyeri kepala2. Pusing3. Kelelahan/fatique4. Iritabel5. Insomnia6. Gangguan konsentrasi7. Gangguan memori8. Intoleransi thd stres, emosi atau alkohol
≥ ≥ 3 gejala berikut menetap 3 bulan post trauma3 gejala berikut menetap 3 bulan post trauma1.1. Mudah lelahMudah lelah2.2. Gangguan tidurGangguan tidur3.3. Nyeri kepalaNyeri kepala4.4. Vertigo/Vertigo/dizzinessdizziness5.5. iritabilitas atau agresi dengan atau tanpa provokasiiritabilitas atau agresi dengan atau tanpa provokasi6.6. DepresiDepresi7.7. Ansietas atau labilitas afektifAnsietas atau labilitas afektif8.8. Apatis atau kurangnya spontanitasApatis atau kurangnya spontanitas9.9. Perubahan kepribadian (sosial atau seksual yang tidak pantas)Perubahan kepribadian (sosial atau seksual yang tidak pantas)
≥ ≥ 3 gejala berikut menetap 3 bulan post trauma3 gejala berikut menetap 3 bulan post trauma1.1. Mudah lelahMudah lelah2.2. Gangguan tidurGangguan tidur3.3. Nyeri kepalaNyeri kepala4.4. Vertigo/Vertigo/dizzinessdizziness5.5. iritabilitas atau agresi dengan atau tanpa provokasiiritabilitas atau agresi dengan atau tanpa provokasi6.6. DepresiDepresi7.7. Ansietas atau labilitas afektifAnsietas atau labilitas afektif8.8. Apatis atau kurangnya spontanitasApatis atau kurangnya spontanitas9.9. Perubahan kepribadian (sosial atau seksual yang tidak pantas)Perubahan kepribadian (sosial atau seksual yang tidak pantas)
Tabel 1. Keluhan Pasien dengan PCSTabel 1. Keluhan Pasien dengan PCS
SomatikSomatik PsikologikPsikologik Kognitif Kognitif
Nyeri kepalaNyeri kepala DepresiDepresi Penurunan konsentrasiPenurunan konsentrasi
DizzinessDizziness AnsietasAnsietas Mudah lupaMudah lupa
FotofobiaFotofobia IritabilitasIritabilitas Kesulitan belajarKesulitan belajar
FonofobiaFonofobia Apathy Apathy Kesulitan Kesulitan reasoningreasoning
TinitusTinitus Labilitas emosiLabilitas emosi Kesulitan memprosesKesulitan memprosesinformasiinformasi
Penglihatan kaburPenglihatan kabur Gangguan memoriGangguan memori
Kecenderungan Kecenderungan fatiguefatigue
GangguanGangguan penciumanpenciumandan penghiduandan penghiduan
PCSPCS
Mayoritas membaik dalam 3-6 bulan PCS persisten: gejala menetap >1 tahun Faktor prediktif:
Perempuan Litigasi Status sosial ekonomi rendah Usia >40 tahun Penyalahgunaan alkohol Penyakit psikiatrik Kemampuan kognitif dan fungsi sosial pra-cedera rendah Penyakit jiwa dan nyeri kepala sebelumnya
Patologi Patologi
Akselerasi rotasionalAxonal SheeringTensile strain
Durasi PTADurasi ↓ kesadaran
Release:GABAAchGlutamatAspartat
Cedera Neuronal
difus
Cedera Neuronal
difus
Influks Ca2+
Influks sitokinRadikal bebasKerusakan reseptorInflamasiPerubahan AchPerubahan katekolaminPerubahan serotonin
Kesimpulan
Unit Gawat Darurat sebagai lini pertama pertolongan pada cedera kepala harus lebih waspada pada kasus cedera kepala dengan GCS 15
mengingat tidak semua lesi perdarahan diotak bermanifestasi karena sangat ditentukan oleh lokasi dan besarnya lesi pada otak
Kesimpulan
GCS 15 pasca cedera kepala memerlukan kewaspadaan khusus.
GCS pada saat masuk merupakan prediktor penting outcome cedera kepala.
HCTS merupakan pemeriksaan wajib pada kasus cedera kepala
Klasifikasi cedera kepala ditegakkan setelah pemeriksaan HCTS
Kesimpulan
Klasifikasi Cedera Kepala Berat pada Konsensus PERDOSSI tidak dapat diterapkan pada kasus – kasus tertentu, dimana didapatkan ketidaksesuaian antara GCS dengan pemeriksaan HCTS.
Manajemen cedera kepala harus dilakukan dengan cepat, tepat dan adekuat sesuai dengan klasifikasi cedera kepala.
Citicholin & Piracetam
Citicholin : neurotransmiter dopaminergik, asam radikal bebas, memperbaiki kerusakan metabolisme lipid mitokondria di serebral akibat hipoksia
Piracetam : jumlah dan fungsi neurotransmiter kholinergik dan neurotransmiter eksitatori amin (glutamat dan aspartat), radikal bebas, memproteksi metabolisme neuron.
Piracetam
Mechanism (neuronal) Repair cell membran fluidity Repair neurotransmission Stimulation adenylate kinase
Mechanism (vascular) Increase eritrocyte deformability Decrease platelet hyperagregation Repair microcirculation
Perdossi, 2004
Hyperosmolar Therapy: Increase Blood Osmolarity
Fluid
Movement of fluid out of cell reduces edema
Brain cell
Blood vessel
Trimarchi, 2000
Manitol
1. Lowering ICP : Immediate plasma expansion : reduce the hematocrit and blood viscosity (improved rheology) which increases CBF and O2 delivery. Osmotic effect : increased serum tonicity draws edema fluid from cerebral parenchyma.
2. Supports the microcirculation by improving blood rheology
3. Possible free scavenging(Greenberg,2000)
Dose : 0,5 – 1,0 g/kg body weight (Adam,et al., 2001)Iv bolus 100 ml of 20 % mannitol over 15 minutes (Lindsay, et al., 1997)
CiticholinMekanisme : Menjaga cardiolipin (komponen penting inner
membran mitokondria) dan sphingomyelin; Menjaga kandungan asam arakidonat yang
berupa PtdCho dan Ptd-ethanolamine; Secara parsial mengembalikan kadar PtdCho ; Menstimulasi sintesis glutathion dan aktifitas
glutathion reduktase; Menurunkan peroksidasi lipid; dan Mengembalikan aktifitas Na/K-ATPase.
Citicholin dibandingkan Placebo pada TBIDouble blind Controlled Trial43 pasien dengan TBI
24 pasien pada kelompok CDP-Cholin.
19 pasien pada kelompok placebo.
CITICOLIN PADA NYERI KEPALA POST TRAUMA
153 pasien diterapi dengan citicolin 2x1000 mg po selama 28 hari dibandingkan dengan placebo
Pasien yang diterapi dengan citicholin mengalami perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan plasebo
(Setyopranoto, 2007)