Upload
siri-qsstw
View
323
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN
PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PESERTA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
DI KECAMATAN KOJA, JAKARTA UTARA TAHUN 2010
Oleh ONY LINDA, M.KES, NPD: D.99.0408 (KETUA)
RETNO MARDHIATI ADIWIRYONO, NPD: D. 03.0612
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR HAMKA MEI, 2010
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PESERTA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KEC. KOJA,
JAKARTA UTARA TAHUN 2010
Ony Linda & Retno Mardhiati Adiwiryono
BEHAVIOR PRACTICAL OF PHBS AT KINDERGARTEN STUDENTS IN KOJA, NORTH JAKARTA, 2010
ABSTRACT
Back ground: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) has declared Ministry of Health in several area. One of area is institution of kindergarten school (Pendidikan Anak Usia Dini/ PAUD) Objectives: To analized internal (sex) and eksternal (teacher, parent, friend, parent’s friend, canteen support) factors who related to practical of PHBS. Methods: The study was cross sectional and quantitative analitycal. The study was done in 33 PAUD Kecamatan Koja, Jakarta Utara at February 2010. Respondent were students of PAUD in 2009/2010 (179 respondents).Primary data collected with interview method and secondary data collected with copying the annual data reported of PHBS. Univariate and bivariate analysis with chi square test and using confident interval (CI) 95%. Results: It was found out 37.4% respondent in good practical of PHBS, 56.4% were girls, and all of variabel that support practical of PHBS in minus. Only sex there was no significant related to practical of PHBS. Conclutions: Practical of PHBS was minus Recommendations: Communication, information, dan education about PHBS to student and another group in order to practical of PHBS will excellent. Key Words: PHBS, Practical of PHBS, Student of PAUD
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PENDAHULUAN
Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang
dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1995) menggunakan model
holistik yang meliputi hubungan antar aspek fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
Konsep ini melibatkan keluarga dengan mendorong partisipasinya dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik (mulai dari usia dini)
tentang kesehatan serta menunjukkan makna lingkungan sebagai penyumbang
kesehatan anak seperti kondisi fisik sekolah, sanitasi air bersih, dan lingkungan
bermain.
Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk
mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk
mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang
maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya [Sarafino (Smet,
1994)]. Selain itu, usia sekolah (termasuk kelompok usia dini) merupakan masa
keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan berpotensi sebagai agent of
change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga,
maupun masyarakat.
Kecamatan Koja, Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah yang
mensosialisasikan PHBS di institusi pendidikan. Salah satu institusi yang
melaksanakan kegiatan tersebut adalah melalui kelompok Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang didirikan di tiap-tiap rukun warga (RW). Praktik tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Bisa juga ia
dipengaruhi oleh faktor pencetus (predisposing), pendukung (enabling), dan
pendorong (reinforcing). Selama ini kelompok PAUD yang melaksanakan praktik
PHBS dalam tatanan institusi pendidikan di Kecamatan Koja, Jakarta Utara belum
pernah dilakukan penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada
Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Kec. Koja, Jakarta Utara
berdasarkan faktor internal (jenis kelamin) dan faktor eksternal (peran guru, orang
tua, teman, orang tua teman, dan penjaga kantin sekolah).
Ruang lingkup penelitian ini meliputi responden adalah peserta PAUD di
Kec. Koja yang terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010. Dari mereka digali
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
informasi mengenai praktik PHBS dan peranan orang lain terhadap praktik
tersebut dan waktu penelitian dilaksanakan bulan Februari 2010.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KAJIAN TEORI
PHBS
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan, dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Dalam PHBS juga dilakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat (empowerment), bina
suasana (social support), dan kepemimpinan (advocacy).
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran
utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu
melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini
kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang
seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah
mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan
yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan
dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak
pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan
yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program
kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan
sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan
sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi
panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena
itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina
suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu:
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal
yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan
penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal
seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat
berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) di bidangnya dan atau sebagai
penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya
berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya
masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan
masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan
tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
c. Memuat peran serta sasaran dalam pemecahan masalah
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
e. Dikemas secara menarik dan jelas
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.
PHBS meliputi tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat umum,
pelayanan kesehatan, dan tempat kerja.
Faktor yang Mempengaruhi
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS:
1. faktor intern, sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri
a. Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah
diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah
sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain
sebagainya.
b. Motif
Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu.
Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya
kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan
biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.
2. faktor ekstern (faktor lingkungan), sebagian terletak di luar dirinya yang
mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-
unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu
Manfaat
Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk
Indonesia, yaitu:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota
keluarga.
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang
tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya
investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten
/Kota di bidang kesehatan.
5. Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.
6. Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
Manajemen Pelaksanaan PHBS di PAUD
PHBS tatanan pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala
sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa), dan
masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain).
PHBS untuk PAUD meliputi:
1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah
2. Menggunakan jamban jika buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) ketika di sekolah.
3. Membuang sampah pada tempatnya
4.Mengikuti kegiatan olahraga
5.Jajan di kantin sekolah
6. Memberantas jentik nyamuk
7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
2.2 Perilaku
Perilaku diartikan sebagai suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan
untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan dan rangsangan
tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku (Ensiklopedi Amerika,
Notoadmodjo, 2003). Menurut Kwick, 1974 (Notoatmodjo, 2003) menyatakan
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Sementara menurut Skinner, 1938
(Notoatmodjo, 2003) mendefinisikan bahwa perilaku merupakan respons atau
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Meskipun perilaku
adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini
berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon
tiap-tiap orang berbeda.
2.2.1 Determinan-Determinan Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus
yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini
dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas
penghayatan dari aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama
atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun
eksternal. [Bloom, 1908 (Notoatmodjo, 2003)], membagi perilaku
manusia kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: a)
kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor
(psychomotor).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan disain cross
sectional.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di 33 PAUD di Kecamatan Koja, Jakarta
Utara dan waktu penelitiannya bulan Februari tahun 2010.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh peserta PAUD yang terdaftar pada
tahun ajaran 2009/ 2010 di Kec. Koja, sedangkan sampelnya adalah perwakilan
peserta PAUD dari masing-masing kelurahan yang diambil secara purposive
dengan rincian dari 7 kelurahan yang ada terdapat 33 PAUD, dan dari masing-
masing PAUD akan diambil 5 peserta sehingga total sampel
33 PAUD * 5 responden = sebesar 165 responden
Dari total sampel yang ada ditambah 10% sehingga menjadi 181
responden. Setelah diseleksi yang dapat dianalisis sebesar 179 responden
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi variabel praktik PHBS, jenis kelamin, peran guru, peran orang tua, dan
peran lingkungan sekitar sekolah, diperoleh melalui wawancara kepada responden
dengan menggunakan alat bantu kuesioner, sementara data sekunder didapatkan
melalui penelusuran kepustakaan meliputi profil Kec. Koja dan profil PAUD di
Kec. Koja.
Secara sederhana variabel yang dikumpulkan dituangkan dalam kerangka
konsep seperti di bawah ini
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Gambar 1 Kerangka Konsep Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pada Peserta PAUD di Kec. Koja, Jakarta Utara Tahun 2010
Variabel yang akan diteliti dibuat definisi operasional yang tertuang dalam tabel
di bawah ini
Faktor Internal Jenis Kelamin
Faktor Eksternal 1. Peran Guru 2. Peran Orang Tua 3. Peran Lingkungan Sekitar Sekolah (teman, orang tua teman, dan penjaga kantin sekolah)
Praktik PHBS
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala 1. Praktik
PHBS Skor responden yang di peroleh dari hasil kuesioner praktik PHBS di sekolah yang meliputi Mencuci tangan dengan air bersih & sabun ketika berada di sekolah, Menggunakan jamban jika buang air besar (BAB) & buang air kecil (BAK) ketika di sekolah, Membuang sampah pada tempatnya, memerika jentik, mengikuti kegiatan Olahraga, mengukur BB dan TB, dan Jajan di kantin sekolah
1. Baik, bila > median
2. Kurang Baik, bila
≤ median
Nilai median = 8
Ordinal
2. Jenis Kelamin
Status fisik resonden yang membedakan praktik PHBS dapat diketahui melalui observasi secara langsung
1. Laki-laki 2. Perempuan
Ordinal
3. Peran Guru Skor responden mengenai motivasi yang diberikan oleh pengajar yangmana diantara pekerjaannya adalah mengajarkan tentang PHBS di sekolah kepada peserta PAUD
1. Berperan, bila > median
2. Kurang Berperan,
bila ≤ median Nilai median = 9
Ordinal
4. Peran Orang tua
Skor responden mengenai motivasi dan anjuran yang diperoleh dari ibu/ ayah/ orang tua untuk melaksanakan PHBS di sekolah
1. Berperan, bila > median 2. Kurang Berperan, bila ≤ median Nilai median = 9
Ordinal
5. Peran Teman Skor responden mengenai motivasi yang diperoleh dari teman sebaya/ teman sekolah untuk melaksanakan PHBS di sekolah
1. Berperan, bila > median 2. Kurang Berperan, bila ≤ median Nilai median = 7
Ordinal
6. Peran Orang Tua Teman
Skor responden mengenai motivasi yang diperoleh dari ibu/ ayah/ orang tua dari temannya untuk melaksanakan PHBS di
1. Berperan, bila > median 2. Kurang Berperan, bila ≤
Ordinal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah. Pengolahan data dilakukan
agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang berguna dan benar.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan bantuan perangkat lunak. Adapun
tahapannya meliputi: editing, coding, inputing, cleaning, entry, dan scoring
Analisis Data
Hasil penelitian ini dianalisis secara univariat dan bivariat
sekolah median Nilai median = 8
7. Peran Penjaga Kantin Sekolah
Skor responden mengenai motivasi yang diperoleh dari orang yang mengelola kantin sekolah untuk melaksanakan PHBS di sekolah
1. Berperan, bila > median 2. Kurang Berperan, bila ≤ median Nilai median = 8
Ordinal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paparan pada bab ini meliputi analisis hasil penelitian termasuk
didalamnya adalah analisis univariat dan bivariat serta pembahasan dari masing-
masing variabel yang dianalisis
Analisis Univariat
Responden yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 179 orang.
Namun pada variabel peran penjaga kantin sekolah yang dianalisis hanya sebesar
85 responden. Hal tersebut berkaitan dengan keberadaan kantin sekolah karena
tidak semua PAUD memiliki kantin.
Gambaran hasil penelitian meliputi praktik PHBS pada peserta PAUD
lebih dari setengahnya masih kurang baik baik yaitu 112 orang (62.6%), lebih dari
separuh pesertanya adalah anak perempuan (56.4%), sedangkan secara
keseluruhan peran berbagai pihak dalam mendukung PHBS masih rendah (kurang
berperan). Pihak yang dimaksud adalah guru (80.4%), orang tua (72.1%), teman
(58.1%), orang tua teman (60.9%), dan penjaga kantin sekolah (65.9%). Secara
ringkas gambaran hasil tersaji di tabel 5.1 berikut
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Praktik PHBS, Faktor Internal, dan Faktor Eksternal di Kecamatan Koja,
Jakarta Utara Tahun 2010 Variabel n %
1. Praktik PHBS (n = 179) a. Baik b. Kurang Baik
2. Jenis Kelamin (n = 179)
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Peran Guru (n = 179)
a. Berperan b. Kurang Berperan
4. Peran Orang Tua (n = 179)
a. Berperan b. Kurang Berperan
5. Peran Teman (n = 179)
a. Berperan b. Kurang Berperan
6. Peran Orang Tua Teman (n = 179)
a. Berperan b. Kurang Berperan
7. Peran Penjaga Kantin Sekolah (n = 85)
a. Berperan b. Kurang Berperan
67 112
78 101
35 144
50 129
75 104
70 109
29 56
37,4 62,6
43,6 56,4
19,6 80.4
27,9 72,1
41,9 58,1
39,1 60,9
34.1 65.9
Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 5.2. Peserta PAUD yang memiliki praktik PHBS baik,
lebih banyak pada peserta PAUD berjenis kelamin perempuan yaitu 40 orang
(39.6%) daripada peserta PAUD berjenis kelamin laki-laki yaitu 27 orang
(34.6%). Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis
kelamin peserta PAUD dengan Praktik PHBS (Pvalue 0,494).
Peserta PAUD yang memiliki praktik PHBS baik, lebih banyak pada
peserta PAUD yang mendapatkan arahan PHBS dari guru yaitu 24 orang (68.4%)
daripada peserta PAUD yang kurang mendapatkan arahan PHBS dari guru yaitu
43 (29.9%). Uji Chi Square menunjukkan hasil ada hubungan antara peran guru
dalam mengarahkan PHBS pada peserta PAUD dengan Praktik PHBS (Pvalue
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan peserta PAUD
yang mendapatkan arahan PHBS dari guru cenderung untuk memiliki praktik
PHBS dengan baik 2,296 kali dibandingkan peserta PAUD yang tidak
mendapatkan arahan PHBS dari guru (95% CI 1.641--3.214).
Sementara peserta PAUD yang memiliki praktik PHBS baik lebih banyak
pada peserta PAUD yang mendapatkan arahan dari orang tua yaitu 34 orang
(68,0%) daripada peserta PAUD yang kurang mendapatkan arahan dari orang tua
yaitu 33 orang (25.6%). Dan hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan
antara peran orang tua dalam mengarahkan PHBS pada peserta PAUD dengan
Praktik PHBS (Pvalue 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR)
menunjukkan peserta PAUD yang mendapatkan arahan PHBS dari orang tua
cenderung untuk memiliki praktik PHBS dengan baik 2,658 kali dibandingkan
peserta PAUD yang tidak mendapatkan arahan PHBS dari orang tua (95%CI
1,872--3,774).
Pada peserta PAUD yang memiliki praktik PHBS baik, lebih banyak pada
peserta PAUD yang mendapatkan masukan dari teman yaitu 39 orang (52.0%)
daripada peserta PAUD yang kurang mendapatkan masukan dari teman yaitu 28
orang (26.9%). Berdasarkan hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan
antara peran teman dalam memberikan interaksi tentang PHBS pada peserta
PAUD dengan Praktik PHBS peserta PAUD (Pvalue 0,001). Hasil perhitungan
Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan peserta PAUD yang mendapatkan interaksi
tentang PHBS dari teman cenderung untuk memiliki praktik PHBS dengan baik
1,931 kali dibandingkan peserta PAUD yang tidak mendapatkan interaksi tentang
PHBS dari teman (95% CI 1,315--2,836).
Peserta PAUD yang memiliki praktik PHBS baik, lebih banyak pada
peserta PAUD yang mendapatkan arahan dari orang tua teman yaitu 45 orang
(64.3%) daripada peserta PAUD yang kurang mendapatkan arahan dari orang tua
teman yaitu 22 orang (20.2%). Dari hasil uji Chi Square menunjukkan ada
hubungan antara peran orang tua teman dalam mengarahkan PHBS pada peserta
PAUD dengan Praktik PHBS (Pvalue 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio
(PR) menunjukkan peserta PAUD yang mendapatkan arahan PHBS dari orang tua
teman cenderung untuk memiliki praktik PHBS dengan baik 3,185 kali
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dibandingkan peserta PAUD yang tidak mendapatkan arahan PHBS dari orang
tua teman (95% CI 2,109--4,810).
Terakhir Peserta PAUD yang memiliki perilaku baik pada perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) lebih banyak pada peserta PAUD yang mendapatkan
arahan dari penjaga kantin sekolah yaitu 21 orang (72.4%) daripada peserta
PAUD yang kurang mendapatkan arahan dari penjaga kantin sekolah yaitu 13
orang (23.2%) dengan hasil uji Chi Square menunjukkan ada hubungan antara
peran penjaga kantin sekolah dalam mengarahkan PHBS pada peserta PAUD
dengan Praktik PHBS (Pvalue 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR)
menunjukkan peserta PAUD yang mendapatkan arahan PHBS dari penjaga kantin
sekolah cenderung untuk memiliki praktik PHBS dengan baik 3,119 kali
dibandingkan peserta PAUD yang tidak mendapatkan arahan PHBS dari penjaga
kantin sekolah (95% CI 1,842--5,282).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Praktik PHBS di Kecamatan Koja,
Jakarta Utara Tahun 2010 Praktik PHBS
Baik Kurang Baik
Total
Variabel n % n % n %
P-Value PR
1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan
2. Peran Guru
a. Berperan b. Kurang
Berperan 3. Peran Orang Tua
a. Berperan b. Kurang
Berperan
4. Peran Teman a. Berperan b. Kurang
Berperan 5. Peran Orang Tua
Teman a. Berperan b. Kurang
Berperan 6. Peran Penjaga
Kantin Sekolah a. Berperan b. Kurang
Berperan
27 40
24 43
34 33
39 28
45 22
21 13
34,6 39,6 68,6 29,9 68,0 25,6 52,0 26,9 64,3 20,2 72.4 23.2
51 61
11 101
16 96
36 76
25 87
8
43
65,4 60,4 31,4 70,1 32,0 74,4 48,0 73,1 35,7 79,8 27.6 76.8
78
101
35 144
50 129
75 104
70 109
29 56
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
0.494
0.000
0.000
0.001
0.000
0.000
0,874
(95% CI 0,593-1,289)
2,296 (95% CI 1.641- 3.214) 2,658 (95%CI 1,872-3,774) 1,931 (95%CI 1,315-2,836) 3,185 (95%CI 2,109-4,810) 3,119 (95% CI 1,842-5,282)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik PHBS pada peserta PAUD
masih rendah. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh sosialisasi dari pihak
terkait dalam hal ini puskesmas maupun dinas kesehatan sebagai perpanjangan
tangan Departemen Kesehatan masih minim terutama terhadap para guru di level
paling dasar (PAUD) sehingga memberikan pengaruh pula terhadap sosialisasi
PHBS tersebut kepada peserta didiknya. Selain itu, peran dari pihak lain (orang
tua, teman, orang tua teman, dan penjaga kantin sekolah) masih kurang. Berbeda
dengan temuan Chotijah (2008) menyebutkan pelaksanaan PHBS pada level
pendidikan dasar (SD) sudah cukup baik yaitu sebesar 62.8%. Demikian juga hasil
temuan Sualman (2009) menyatakan pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan
sudah mencapai 84.7%.
Responden dalam penelitian ini lebih dari separuh adalah anak perempuan.
Banyaknya peserta perempuan disebabkan oleh proporsi peserta PAUD secara
keseluruhan lebih banyak anak perempuan. Hasil uji secara statistik tidak
menunjukkan hubungan yang bermakna, baik anak laki-laki maupun perempuan
dalam mempraktikkan PHBS tidak berbeda. Kemungkinan disebabkan oleh belum
adanya sosialisasi PHBS ke mereka sehingga dalam praktiknya tidak bisa lihat
perbedaannya walaupun secara proporsi anak perempuan lebih baik praktik
PHBSnya dibandingkan anak laki-laki.
Peran guru dalam mendukung praktik PHBS pada peserta PAUD masih
belum banyak, hal ini ditandai dengan besarnya nilai pada kelompok kurang
berperan. Ini bisa terjadi kemungkinan karena penyampaian informasi tentang
PHBS untuk anak usia dini dari petugas yang berkompeten (puskesmas/ dinas
kesehatan) masih minim. Kemungkinan lain karena guru lebih memfokuskan
menyampaikan materi pembelajaran yang terdapat di dalam kurikulum
dibandingkan dengan materi PHBS yang secara kurikulum belum tertulis. Hasil di
atas berbeda dengan peranan guru di tingkat sekolah dasar. Dukungan mereka
dalam praktik PHBS kepada siswanya cukup besar, yaitu sebesar 88.5%
(Chotijah, 2008). Uji statistik peran guru terhadap praktik PHBS menunjukkan
hasil yang bermakna, semakin berperan guru dalam mensosialisasikan pesan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PHBS maka peserta PAUD akan lebih besar proporsinya dalam mempraktikkan
PHBS. Hal itu dimungkinkan karena biasanya anak-anak patuh terhadap perintah
gurunya sehingga bila gurunya semakin berperan dalam mensosialisasikan PHBS
maka praktiknya juga akan semakin baik. Namun hasil di atas berbeda dengan
Chotijah (2008) yang menyebutkan peranan guru tidak berhubungan secara
signifikan dengan praktik PHBS anak.
Sementara peranan orang tua dalam menyampaikan PHBS juga masih
rendah. Rendahnya peranan tersebut mungkin disebabkan oleh terbatasnya
pengetahuan orang tua tentang PHBS dikarenakan oleh terbatas pula sosialisasi
dari petugas kesehatan kepada para orang tua sehingga untuk menyampaikan ke
anak juga menjadi terbatas. Selain itu mungkin kesibukan orang tua dalam bekerja
di luar rumah sehingga waktunya untuk mensosialisasikan PHBS sangat sedikit.
Peran orang tua berbeda hasilnya dengan Chotijah (2008) yang menyatakan
dukungan orang tua sangat besar (92.3%) terhadap praktik PHBS anak. Secara
statistik ada hubungan yang bermakna antara peran orang tua dengan praktik
PHBS, semakin besar peranan orang tua maka praktik PHBS peserta PAUD akan
semakin baik. Peranan orang tua masih kuat untuk mengubah perilaku anak ke
arah yang lebih baik sehingga bila orang tua memiliki pengetahuan dan waktu
yang memadai berkaitan dengan PHBS maka praktik peserta terhadap PHBS
menjadi lebih baik. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Chotijah (2008) yang menyatakan peranan orang tua tidak berhubungan dengan
praktik PHBS.
Lebih dari separuh proporsi teman kurang berperan dalam praktik PHBS.
Hal itu kemungkinan bertalian dengan sosialisasi dari pihak puskesmas/ dinas
kesehatan yang minim kepada peserta PAUD sehingga untuk saling mengingatkan
antar teman tentang praktik PHBS menjadi rendah. Ada hubungan yang bermakna
secara statistik peran teman dengan praktik PHBS. Teman sebaya (peers)
merupakan panutan atau idola bagi teman lainnya, artinya bila salah satu peserta
PAUD mempraktikkan pesan-pesan PHBS lalu ia mengajak/ mengingatkan
teman-temannya, contoh cuci tangan pakai sabun bila setelah buang air kecil,
maka teman-temannya akan mengikuti hal yang sama.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Orang tua teman kurang berperan dalam mendukung praktik PHBS untuk
peserta PAUD. Hal itu dimungkinkan oleh pemahaman mereka tentang PHBS
masih minim serta kesibukan mereka saat menunggu di sekolah mengurus
berbagai keperluan anak-anaknya, misalnya ada anak yang masih manja ingin
ditemani oleh ibunya saat belajar di kelas, merengek-rengek selalu minta jajan,
atau anak-anak yang sering berantem sehingga tidak sempat untuk menjangkau
teman-teman anaknya untuk praktik PHBS. Selain itu bisa juga disebabkan oleh
orang tua yang lebih senang ngobrol dengan orang tua lainnya dibandingkan
dengan mengingatkan temen-teman anaknya untuk melaksanakan PHBS. Peran
orang tua teman berhubungan bermakna dengan praktik PHBS. Orang tua teman
bisa menjadi tokoh panutan untuk peserta PAUD, sehingga bila mereka diingatkan
dalam waktu yang berulang-ulang kemungkinan besar praktik PHBS akan
menjadi lebih baik.
Penjaga kantin sekolah pun kurang berperan dalam mendukung praktik
PHBS untuk peserta PAUD. Bisa dipahami hal itu terjadi lebih dimungkinkan
karena kesibukan para penjaga kantin atau warung sekolah tersebut mengurusi
dagangannya atau melayani pembeli. Bisa juga disebabkan oleh ketidaktahuan
mereka mengenai PHBS. Hubungan kemaknaanpun menunjukkan hasil yang
signifikan antara peran penjaga kantin sekolah dan praktik PHBS. Bila ada
sosialisasi terhadap mereka tentang PHBS diikuti dengan pemahaman yang
memadai kemungkinan besar mereka akan ikut mensosialisasikan hal tersebut ke
peserta PAUD.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Peserta PAUD yang telah mempraktikkan PHBS dengan baik baru sebanyak 67
peserta (37.4%) selebihnya masih kurang
2. Lebih banyak (101 orang) peserta PAUD adalah anak perempuan (56.4%)
dibandingkan laki-laki.
3. Secara keseluruhan peran pihak lain dalam mensosialisasikan PHBS kepada
peserta PAUD masih dalam kategori kurang berperan dengan komposisi
sebesar 80.4% (144 orang) pada kelompok peran guru, sebesar 72.1% (129
orang) pada peran orang tua, sebesar 58.1% (104 orang) pada peran teman,
sebesar 60.9% (109 orang) pada peran orang tua teman, dan sebesar 65.9% (59
orang) pada kelompok peran penjaga kantin sekolah.
4. Hasil uji bivariat menunjukkan secara statistik ada hubungan yang bermakna
(p-value < 0.05) peran guru, orang tua, teman, orang tua teman, dan penjaga
kantin sekolah dengan praktik PHBS, sementara jenis kelamin secara statistik
tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p-value ≥ 0.05) terhadap
praktik PHBS.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Sosialisasi sejak dini oleh guru kepada peserta PAUD mengenai pesan-pesan
yang ada dalam PHBS melalui semua aktivitas harian di sekolah dikaitkan
dengan PHBS dengan tujuan setiap peserta akan terbiasa dengan hal tersebut
dan dapat saling mengingatkan antar mereka untuk selalu melaksanakan
praktik PHBS.
2. Komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai PHBS secara berkala (setiap
awal semester) oleh pihak puskesmas/ dinas kesehatan kepada para guru, orang
tua murid bersamaan dengan kegiatan POMG (Persatuan Orang tua Murid dan
Guru) dan para penjual makanan dan minuman yang ada di lingkungan sekolah
dengan tujuan agar mereka menjadi perpanjangan tangan dalam menyampaikan
PHBS kepada peserta PAUD baik di lingkungan sekolah (peran guru, orang
tua, dan penjaga kantin sekolah) dan luar sekolah (peran orang tua).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA
Chotidjah, Nur. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Siswa Kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Negeri Jombang I Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Banten Tahun 2008. Skripsi. Jakarta: FIKES UHAMKA Departemen Gizi & Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Depkes RI. 2007. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Berbagai
Tatanan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Green, Lawrence. 1991. Health Education Planning A Diagnostic Approach.
California: Mayfield Publishing Company Jelliffe, D.B. & E.F.P. Jelliffe. 1989. Community Nutritional Assessment. United
States: Oxford University Press Mamdy, Zulazmi. 2001. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jurnal Ilmu Kesehatan UHAMKA 1 (1): 10--25. 2001
Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Pratiknya, Ahmad Watik. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo. Sualman, Kamisah. 2009. PHBS Tatanan Rumah Tangga. Riau: Bag. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.