Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
(Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Puspa Ayu Prasetyaningrum
NIM : 33020150054
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23
TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
(Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Puspa Ayu Prasetyaningrum
NIM : 33020150054
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Berdoa, Berusaha dan Bersyukur”
َوأَِقيُموا الصَََّلَة َوآتُوا الزََّكاةَ “... dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat...” (Q.S. An-Nissa: 77)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya di dunia ini.
2. Kedua orang tuaku Ibu Andini dan Bapak Hendro Prasetyo tercinta, yang
telah mendoakan dan member kasih saying serta pengorbanan materil
maupun moril.
3. Adik- adikku Dinishfu Egasetya Fathiya dan Ibnu Arsytama Prasetyo yang
telah mendoakan dan memberikan motivasi semangat.
4. Keluarga besar yang tidak henti-hentinya memebrikan dukungan dan doa
kepadaku.
5. Teman-teman HES Angkatan 2015 terimakasih untuk semangat dan
pengalaman yang tidak terlupakan.
6. Untuk Afifah, Amanna, Momo, Lia dan semua orang spesial disekitarku
yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih doa kalian.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT ,atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan.
Shalawat serta salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke
zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu mendapatkan syafaat di dunia
maupun akhirat kelak.
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Program Studi S1 Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul “PRAKTIK
PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT HUKUM ISLAM
DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23 TAHUN 2011 (Studi Kasus di
Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang)”. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat selesai
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Raktor IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin. M.Ag.
2. Dekan Fakultas Syariah Ibu DR. Siti Zumrotun, M.Ag.
3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Ibu Heni Satar Nurhaida, SH.,
M.SI.
4. Kepala Lab. Fakultas Syariah Ibu Luthfiana Zahriani, M.H.
5. Pembimbing Skripsi Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. yang telah
memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.
6. Bapak Ibu Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya
selama menempuh pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
7. Bapak Hendro Prasetyo dan Ibu Andini sebagai sosok yang sudah
bersusah payah demi membiayai studi penulis sehingga dapat
menyelesikan studi di IAIN Salatiga.
x
xi
ABSTRAK
Prasetyaningrum, Puspa Ayu. 2019. Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Menurut
Hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat (Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang). Skripsi, Hukum
Ekonomi Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata Kunci : Zakat Fitah, Hukum Islam, Undang-undang
Setiap tahun di bulan Ramadhan masyarakat Dusun Gamolan,
Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang menunaikan zakat
fitrah yang diserahkan oleh panitia amil. Sebelum zakat disalurkan kepada
mustahiq, amil zakat fitrah menghitung zakat yang terkumpul kemudian
bermusyawarah untuk menentukan siapa saja penerima zakat fitrah dan
jumlah yang diterimanya sehingga zakat yang diterima dapat disalurkan
semuanya hingga habis. Zakat fitrah disalurkan kepada masyarakat sekitar,
dimulai pukul 00.00 pada tanggal 1 Syawal. Sebagian masyarakat Dusun
Gamolan yang menjadi muzakki juga menjadi mustahiq zakat fitrah.
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui
bagaimana praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan Desa Segiri
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang “apakah sudah sesuai dengan
Hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat?”.
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah
kualitatif (field research). Jenis pendekatan yuridis normatif dengan
meneliti bahan pustaka dengan mengadakan penelusuran terhadap
peraturan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, praktik penyaluran zakat
fitrah di Dusun Gamolan Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang hanya disalurkan kepada 6 asnaf mustahiq zakat yaitu fakir,
miskin, amil, muallaf, fisabilillah dan ibnu sabil. Kemudian sebagian zakat
fitrah yang merupakan bagian dari amil, muallaf dan fisabilillah disalurkan
sebagai amal jariyah ke masjid Nurul Imam. Praktik penyaluran zakat
fitrah di Dusun Gamolan belum sepenuhnya sesuai dengan Hukum Islam
karena adanya sebagian zakat fitrah yang merupakan bagian dari amil,
muallaf dan fisabilillah disalurkan sebagai amal jariyah ke masjid Nurul
Imam di Dukuh Gamolan. Menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun
Gamolan belum sepenuhnya sesuai karena belum memperhatikan prinsip
keadilan dimana bagian yang diterima fakir miskin lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang diterima mustahiq lainnya kecuali ibnu
sabil (fakir miskin menerima 5,5 liter, amil menerima 10 liter, muallaf
menerima 20 liter, dan fisabilillah menerima 10 liter).
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
HALAMAN BERLOGO ii
HALAMAN JUDUL iii
NOTA PEMBIMBING iv
PENGESAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
xiii
D. Kegunaan Penelitian 9
E. Penegasan Istilah 9
F. Telaah Pustaka 11
G. Metode Penelitian 15
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 15
2. Lokasi Penelitian 15
3. Prosedur Pengumpulan Data 16
4. Sumber Data 17
5. Analisis Data 18
6. Pengecekan Keabsahan Data 18
H. Sistematika Penulisan 19
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Zakat Fitrah 21
1. Pengertian Zakat Fitrah 21
2. Dasar Hukum Zakat Fitrah 25
3. Hikmah Zakat Fitrah 27
4. Tujuan disyari‟atkannya Zakat Fitrah 28
B. Amil dalam Zakat Fitrah 29
1. Pengertian Amil 29
3. Syarat Menjadi Amil 30
C. Muzakki (Pemberi Zakat) Dalam Zakat Fitrah 31
1. Pengertian Muzakki (Pemberi Zakat) 31
xiv
2. Syarat Wajib Muzakki (Pemberi Zakat) 31
D. Mustahiq Dalam Zakat Fitrah 33
1. Pengertian Mustahiq Zakat 34
2. Pembagian Mustahiq Zakat 34
E. Orang-orang Yang Tidak Boleh Menerima Zakat Fitrah 46
BAB III :HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Segiri 52
1. Keadaan Geogrfis Desa Segiri 52
2. Visi Dan Misi Desa Segiri 53
3. Struktur Organisasi 54
4. Keadaan Penduduk Desa Segiri 56
B. Pelaksanaan Zakat Fitrah di Dukuh Gamolan 62
1. Materi Zakat Fitrah 62
2. Kadar Zakat Fitrah 62
3. Waktu Pelaksanaan 63
4. Penyaluran Zakat Fitrah di Dukuh Gamolan 63
BAB IV: ANALISIS HUKUM TERHADAP PRAKTIK
PENYALURAN ZAKAT FITRAH DI DUKUH
GAMOLAN
A. Praktik Penyaluran Zakat Fitrah di Dukuh Gamolan 69
xv
B. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Penyaluran Zakat
Fitrah di Dukuh Gamolan 71
C. Analisis Tinjauan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat Terhadap Praktik Penyaluran Zakat Fitrah di
Dukuh Gamolan 79
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan 83
B. Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Keadaan penduduk Desa Segiri menurut Pendidikan 56
Tabel 3.2. Keadaan Penduduk Desa Segiri menurut Mata Pencaharian 57
Tabel 3.3. Keadaan Penduduk Desa Segiri menurut Agama 58
Tabel 3.4. Keadaan Penduduk Dukuh Gamolan menurut Pendidikan 59
Tabel 3.5. Keadaan Penduduk Dukuh Gamolan menurut Mata Pencaharian 60
Tabel 3.6. Keadaan Penduduk Dukuh Gamolan menurut Agama 61
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Desa Segiri 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang berhubungan dengan
manusia (hablunminannas) yang erat kaitannya dengan sosial ekonomi.
Zakat merupakan jembatan yang menghubungkan orang yang
berkewajiban membayar zakat fitrah dengan orang yang berhak menerima
zakat. Dengan zakat, di samping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat,
seseorang barulah sah masuk kedalam barisan umat Islam dan diakui
keislamannya.1
Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sama dengan
kewajiban shalat. Kewajiban zakat banyak sekali dihubungkan dengan
perintah mendirikan shalat. Ada sebanyak 28 ayat yang mensejajarkan
kewajiban zakat dengan kewajiban shalat di dalam Al-Qur‟an. Kata zakat
sering ditemukan secara beriringan dengan kata shalat. Salah satunya yaitu
pada Surat At-Taubah ayat 11:
وَة فَِإْخوَ ا َة وَ و َوأَقَاُموا الصَّل ْوافَِإْن تَاب ُ يْ ا تَ ُوا الزَّك ُل اْْل ي ِت لَِقْوٍم َونُ َفصِّ قلىنِ ُنُكْم ِِف الدِّ
2(11)التوبو: نَ يَ ْعَلُموْ
1 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9, (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 3. 2 At-Taubah (9): 11.
2
Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama, dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui.” (Q.S. At-taubah: 11).
Hal ini menunjukkan bahwa shalat sebagai ibadah
badaniyahmempunyai keterkaitan yang saling melengkapi dengan zakat
sebagai ibadah maliyah. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah ibadah
maliyah ijtima‟iyyah yang tidak hanya berdimensi maliyah (harta/materi)
tetapi juga ijtima‟iyyah (sosial) yang memiliki posisi dan peranan yang
penting, strategis dan menentukan.3 Dengan demikian zakat mempunyai
manfaat dan hikmah yang besar baik bagi muzakki serta harta itu sendiri
dan masyarakat keseluruhan.
Dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat dijelaskan bahwa zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.4
Fungsi zakat sebagai pembersih dan pensuci terhadap harta yang
dimiliki serta memberkahkan harta yang dimiliki. Hal ini dapat terwujud
apabila ibadah zakat ditunaikan dengan baik maka akan meningkatkan
kualitas keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa. Karena zakat
sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT.
3 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9 (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 3. 4 Pasal 1 (ayat 2) UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
3
يْ ِلِِْم َصدَ ا ُخْذ ِمْن أَْمو ِإنَّ َصل وَتَك َسَكٌن قلىِهْم ِِبَا َوَصلِّ َعَلْيِهْم َقًة ُتَطهِّرُُىْم َوتُ زَكُِّْم ْيٌع َعِلْيٌم ) قلىِلَّ 5(103: التوبوَواهللُ َسَِ
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S.
At-Taubah: 103)
Zakat terbagi menjadi dua bagian yaitu zakat maal (harta) dan zakat
fitrah (jiwa). Zakat maal adalah zakat yang ditunaikan seorang muslim atas
nikmat harta yang berlimpah yang telah Allah karuniakan padanya. Zakat
maal telah ditentukan jumlah dan jenis harta yang wajib dikeluarkan seorang
muslim. Syarat wajib dari zakat maal yaitu muslim, milku tam (kepemilikan
sempurna), cukup nisab (batas harta yang diwajibkan zakat), haul (sampai
usia satu tahun), harta yang berkembang.6 Harta yang menjadi zakat maal
menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
yaitu emas, perak dan logam mulia, uang dan surat berharga lainnya,
perniagaan, pertanian, perkebunan dan kehutanan, peternakan dan
perikanan, pertambangan, perindustrian, pendapatan dan jasa dan rikaz.7
Zakat fitrah merupakan zakat jiwa (az-zakah an-nafs) dapat juga
dinamai dengan “Zakatul Fithri” yaitu zakat yang diwajibkan kepada setiap
muslim pada akhir bulan Ramadhan setelah selesai mengerjakan shiyam
(puasa).8 Adapun harta yang wajib menjadi zakat fitrah adalah makanan
5 At-Taubah (9): 103.
6 Jurianto. Moh, dkk, Buku Panduan Ibadah Zakat Serial Buku Saku VI, (Tangerang:
Yayasan Pengkajion. 7 Pasal 4 (ayat 2) UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
8 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm. 30.
4
pokok pada setiap daerah tempat tinggal. Dari Abu Said Al Khudri
mengatakan:
ْو َصاًعا ِمْن ََتٍْر , ٲ َ, ْو َصاًعا ِمْن َشِعرٍي َأُكنَّا ُُنْرُِج َز َكاَة اْلِفْطِر َصاًعا ِمْن طََعاٍم , ْو َصاًعا ِمْن َزبِيٍب.ٲ َِقٍط , ٲ َْو َصاًعا ِمْن ٲ َ
Artinya: “Dulu kami menunaikan zakat fitri dengan satu sha‟ bahan
makanan, atau satu sha‟ dari gandum atau satu sha‟ dari kurma atau satu
sha‟ dari keju, atau satu sha‟ dari anggur.” (HR. Bukhari & Muslim).
Dahulu Rasulullah dan para sahabatmengeluarkan zakat fitrah
berupa makanan seperti gandum, anggur kering, akiqs. Tetapi dizaman
sekarang ini zakat berbentuk makananpun diqiyaskan kepada bentuk
makanan pokok pada zaman itu. Dapat pula dibayar berupa uang yang
setara dengan besarnya ketentuan makanan pokok tersebut, yang
merupakan ketentuan besarnya zakat yang harus dikeluarkan bagi tiap-tiap
wajib zakat.9
Dalam pendistribusian atau penyaluran zakat fitrah, hendaklah
disalurkan kepada orang-orang yang tepat, sesuai dengan ketentuan hukum
Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟ansurah At-Taubah ayat 60 :
َها َواْلُمَؤلََّفةِ ِمِلْْيَ َعَلي ْ ِكْْيِ َواْلع َا الصََّدق ُت لِْلُفَقَرآِء َواْلَمس بُ ُهْم َوِِف الرَِّقاِب قُ ُلوْ ِإَّنَّ
اهلُل َعِلْيٌم َحِكْيمٌ وَ قلى َفرِْيَضًة مَِّن اهلِل قلىالسَِّبْيِل َسِبْيِل اهلِل َواْبنِ ِمْْيَ َوِفْ َواْلغ رِ
10(60: التوبو)Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
9 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 207.
10 At-Taubah (9): 60.
5
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 60).
Ayat diatas menyebutkan bahwa yang termasuk mustahiq
(penerima zakat) terdiri dari delapan asnaf, yaitu fuqara (orang fakir),
masakin (orang miskin), amil (pengurus zakat), muallaf (orang yang
diluluhkan hatinya), riqab (orang yang merdeka), gharim (orang yang
berhutang), fisabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu as-
sabil (orang dalam perjalanan).
Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Asy-Safi‟i yang
memprioritaskan kepada 8 asnaf yang wajib diberi bagian dengan rata
sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah dalam Al-Qur‟an.11
Menurut Imam Malik, sesungguhnya zakat fitrah itu hanyalah
diberikan kepada golongan fakir dan miskin. Tidak kepada petugas zakat,
muallaf, riqab, gharim, fisabilillah dan ibnu sabil. Seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majjah dari Ibnu Abbas yaitu:
ُهَما قَاَل: فَ َرَض َرُسوُل اَللَِّو صلى اهلل عليو وسلم َوَعِن اِْبِن َعبَّاٍس َرِضَي اَللَُّو َعن ْاَىا قَ ْبَل زََكاَة اَْلِفْطِر; طُْهَرًة لِلصَّاِئِم ِمَن اَللَّْغِو, َوالرََّفِث, َوطُْعَمًة لِْلَمَساِكِْي, َفَمْن أَدَّ
اَلصَََّلِة َفِهَي زََكاٌة َمْقُبوَلٌة, َوَمْن أَدَّاَىا بَ ْعَد اَلصَََّلِة َفِهَي َصَدَقٌة ِمَن اَلصََّدقَاِت. 12)َرَواُه أَبُو َداُوَد, َواْبُن َماَجوْ (
Artinya: Dari Ibnu „Abbas radhiyallahu „anhuma, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk
menyucikan orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia dan kata-
kata kotor, juga untuk memberi makan pada orang miskin. Barangsiapa
11
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm. 30. 12
M. Nashirudin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, alih bahasa Tajuddin Arief dkk,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 625.
6
yang menunaikannya sebelum shalat („ied), zakat tersebut diterima.
Barangsiapa menunaikannya sesudah shalat, itu hanyalah dicatat sebagai
sedekah biasa.” (HR. Abu Daud dan IbnuMajah).
Para ulama berselisih pendapat tentang apakah zakat itu wajib
menjangkau kedelapan golongan ini, semuanya, atau cukup diberikan
kepada salah satu atau beberapa golongan saja. Namun pada kesepakatan
ulama tidak mutlak zakat itu dibagikan kepada seluruhnya. Ulama
berpendapat bahwa disebutnya delapan golongan ini hanyalah untuk
menentukan siapa yang berhak dan patut menerima zakat.13
Tetapi tidak
berarti harus menjangkau semua golongan delapan tersebut.
Terkait dengan pembahasan zakat fitrah di atas, pada setiap
tahunnya masyarakat Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan,
Kabupaten Semarang, menyisihkan sebagian hartanya untuk menunaikan
zakat fitrah dengan kesadaran tinggi tanpa paksaan dari pihak
manapun.Sistem pengumpulan zakat fitrah di Dusun Gamolan, Desa
Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang dilaksanakan oleh
seluruh warga dengan mengumpulkan zakat fitrahnya kepada panitia zakat
fitrah yang berada di rumah sesepuh Dusun atau dapat dikatakan tokoh
masyarakat yang dihormati. Pengumpulan zakat fitrah dilakukan pada
awal tanggal 25 Ramadhan sampai dengan malam takbir hari raya Idul
Fitri. Adapun pembentukan kepengurusan zakat fitrah terbentuk secara
otomatis mengikuti struktur kepengurusan tahun-tahun sebelumnya.
13
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm. 200.
7
Petugas pengurus zakat fitrah tersebut ditunjuk dan diangkat oleh
masyarakat.
Zakat fitrah yang telah terkumpul dari warga dikumpulkan menjadi
satu, dan dijumlahkan. Setelah terhitung jumlah zakat yang terkumpul
kemudian panitia melakukan pembagian zakat, dalam pembagian zakat
tersebut zakat dibagikan kepada janda, orang miskin, guru ngaji (ustadz),
muallaf, pelajar, untuk panitia zakat dan kemudian sisanya diberikan
sebagai amal jariyah untuk masjid di Dusun Gamolan.
Pembagian zakat diatas sepintas cukup adil untuk semuanya karena
sudah mencakup sebagian penerima zakat yang berdasarkan QS. At-
Taubah ayat 60, tetapi warga yang menjadi muzakki bisa juga menjadi
mustahiq zakat. Hal ini dikarenakan kriteria mustahiq zakat disesuaikan
dengan kondisi keadaan warga sekitar. Tidak hanya itu, memberikan zakat
fitrah ke masjid justru mengurangi hak kaum muslimin yang
membutuhkan, karena sisa dari zakat fitrah yang telah dibagikan kepada 6
asnaf tersebut dirasa masih terlalu banyak.
Terkait dengan persoalan penyaluran zakat fitrah di Dusun
Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul
“PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus di Dusun Gamolan,
Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang).
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka pokok masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan, Desa
Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam mengenai praktik penyaluran zakat
fitrah di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang?
3. Bagaimana tinjauan hukum mengenai praktik penyaluran zakat fitrah di
Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang
Penyaluran Zakat?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan,
Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam mengenai praktik penyaluran
zakat fitrah Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan,
Kabupaten Semarang.
3. Untuk mengetahui tinjauan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat mengenai praktik penyaluran zakat fitrah di
Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang.
9
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat dari
beberapa aspek:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan
atau referensi dalam rangka menambah khazanah ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang zakat.
2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran tentang persoalan penentuan mustahiq zakat fitrah yang
tepat, umumnya bagi umat Islam dan khususnya bagi panitia zakat
fitrah di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang.
E. Penegasan Istilah
Penyaluran menurut KBBI merupakan proses, cara, perbuatan
menyalurkan.14
Penyaluran dapat pula disamakan dengan pembagian
sesuatu kepada pihak yang berkepentingan.15
Zakat adalah hak Allah berupa harta yang diberikan oleh seorang
(yang kaya) kepada orang-orang fakir. Harta itu disebut dengan zakat
karena didalamnya terkandung penyucian jiwa, pengembangannya dengan
kebaikan-kebaikan, dan harapan untuk mengharap berkah. Hal itu
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016. 15
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
hlm. 169.
10
dikarenakan asal kata zakat adalah az-zakah yang berarti tumbuh, suci dan
berkah.16
Zakat fitrah secara terminologi adalah kadar harta tertentu yang
harus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai
syarat. Dinamakan zakat yang diwajibkan setelah selesainya bulan
ramadhan. Zakat fitrah disyariatkan pada bulan Sya‟ban tahun yang kedua
hijriyah untuk menjadikan pensuci bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan keji yang mungkin telah
dilakukan selama bulan puasa serta untuk menjadi penolong bagi
penghidupan orang fakir dan orang yang berhajat.17
Hukum Islam adalah sudut pandang satuan kompleks dengan
peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan
Al-Qur‟an dan Hadits, maupun berdasarkan hukum syara‟.18
Hukum Islam
yang dimaksud disini adalah Fiqh Zakat.
Undang-undang adalah sekelompok peraturan negara yang dibuat
oleh Pemerintah baik itu badan eksekutif dan legislatif, disahkan oleh
badan legislatif, ditandatangani oleh Presiden atau kepala pemerintah dan
mempunyai kekuatan yang mengikat.19
Dalam penelitian ini menggunakan
16
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3, alih bahasa Mahyudin Syaf, cet. Ke-2, (Bandung:
Alma‟arif, 1982), hlm. 5. 17
Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika, Kekuatan Zakat “Hidup Berkah Rezeki
Melimpah”, (Yogyakarta: Pustaka Albana, 2010), hlm. 65-66 18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016. 19
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.
11
analisis Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat.
Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
merupakan perubahan dari Undang-undang Nomer 38 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Zakat karena sudah tidak sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga diganti.
Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ini
terdiri dari XI BAB dan 47 Pasal. Sesuai dengan penelitian ini, penulis
fokus pada Pasal 5 tentang BAZNAS, kemudian Pasal 25 tentang
Pendistribusian Zakat dan Pasal 26 yang merupakan kelanjutan dari Pasal
25.
F. Telaah Pustaka
Skripsi berjudul ˮPengaruh Sistem Penyaluran Zakat Terhadap
Pemberian Modal Usaha Pada Mustahik Zakat Center Thoriqotul Jannah
Kota Cirebonˮ oleh Hanafia Ferdiana, Fakultas Syariah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, tahun 2011. Skripsi ini
menyimpulkan sistem penyaluran zakat dengan memberikan modal usaha
pada mustahik dengan mensurvey langsung ke rumah para mustahik,
kemudian zakat center dapat menentukan apakah mustahik tersebut layak
atau tidak menerima bantuan tersebut setelah pengajuan bantuan diterima.
Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil 36% mustahik mengatakan
kehidupannya lebih meningkat berkat bantuan modal usaha yang diberikan
oleh Zakat Center. Hal tersebut merupakan keberhasilan bagi Zakat Center
12
Thoriqotul Jannah Kota Cirebon dalam sistem penyaluran dana zakat
dalam pemberian modal usaha pada mustahik yang lebih mensejahterakan.
Sedangkan yang penulis teliti adalah Praktik Penyaluran Zakat Fitrah
Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus diDusun Gamolan, Desa Segiri,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang).20
Skripsi berjudul “Pelaksanaan Penyaluran Zakat Fitrah di Desa
Lukun dan Desa Batinsuir Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten
Kepulauan Meranti Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Islam” oleh
Syamsudin, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, tahun 2013. Berkesimpulan bahwa fakta ditengah-tengah masyarakat
di dua desa kecamatan Tebingtinggi Timur yang menganggap bahwa
masjid sebagai asnaf zakat ke dalam kategori gharim. Masyarakat
menganggap bahwa masjidlah yang berhutang dan hutang itu adalah
tanggungan masjid, maka untuk membayar hutang-hutang masjid tersebut
mereka mengambilnya dari dana zakat fitrah, dan dana hasil zakat fitrah
tersebut juga sebagian digunakan untuk kas masjid. Sedangkan yang
penulis teliti adalah Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Menurut Hukum
Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
20
Hanafia Ferdiana, ˮPengaruh Sistem Penyaluran Zakat Terhadap Pemberian Modal Usaha Pada Mustahik Zakat Center Thoriqotul Jannah Kota Cirebon,” SkripsiIAIN Syekh Nurjati
Cirebon (2011).
13
Zakat (Studi Kasus diDusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan,
Kabupaten Semarang).21
Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Distribusi
Zakat Fitrah Untuk Pembangunan Masjid At-Taqwa (Studi Kasus di Desa
Tajungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati)” oleh Akris
Prayoga, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo tahun 2015.
Menurut skripsi ini beberapa tokoh masyarakat setempat ada yang
membolehkan menyalurkan zakat fitrah untuk kepentingan masjid, dengan
alasan bahwa untuk memenuhi kepentingan masjid atau kepentingan
umum itu termasuk golongan fisabilillah, dan ada yang tidak boleh
membolehkan karena zakat fitrah itu harus disalurkan kepada para
mustahiq khususnya golongan fakir dan miskin. Sedangkan yang sedang
penulis teliti adalah Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi
Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang).22
Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat
Produktif di Lazis NU Yogyakarta)” oleh Muhammad Nashir, Fakultas
Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun
2015.Menurut skripsi ini, pendistribusian zakat produktif pada lembaga
21
Syamsudin, “Pelaksanaan Penyaluran Zakat Fitrah di Desa Lukun dan Desa Batinsuir
Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti Ditinjau Menurut Perspektif
Hukum Islam,”Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru (2013). 22
Akris Prayoga, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Distribusi Zakat Fitrah Untuk
Pembangunan Masjid At-Taqwa (Studi Kasus di Desa Tajungsari, Kecamatan Tlogowungu,
Kabupaten Pati),”Skripsi UIN Walisongo Semarang (2015).
14
Lazis NU menerapkan skema al-qard al-hasan. Mustahik hanya diberikan
beban untuk memberikan 10% dari keuntungan bersih sebagai infak
kepada lembaga. Sedangkan yang penulis teliti adalah Praktik Penyaluran
Zakat Fitrah Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus diDusun Gamolan, Desa
Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang).23
Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pendistribusian
Zakat Fitrah Secara Merata (Studi Kasus Di Dk. Jlapan, Ds. Kunden, Kec.
Karanganom, Kab. Klatenˮ oleh M. Faisal Ansori, Fakultas Syariˈah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta tahun 2017. Menurut skripsi
ini, di Dk. Jlapan Ds. Kunden Kec. Karanganom Kab. Klaten hanya
menerima zakat fitrah dalam bentuk makanan pokok atau beras. Ketika
pendistribusian zakat selesai dibagikan kepada para mustahiq, terdapat
beras yang masih tersisa. Dari sisa beras zakat fitrah tersebut kemudian
dibagikan secara merata kepada setiap warga di Dk. Jlapan Ds. Kunden
Kec. Karanganom Kec. Klaten. Sedangkan yang penulis teliti adalah
Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Menurut Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus
diDusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang).24
23
Muhammad Nashir , “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat Produktif di
Lazis NU Yogyakarta),”SkripsiUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015). 24
M. Faisal Ansori, ˮTinjauan Hukum Islam Terhadap Pendistribusian Zakat Fitrah
Secara Merata (Studi Kasus Di Dk. Jlapan, Ds. Kunden, Kec. Karanganom, Kab. Klaten,” Skripsi
IAIN Surakarta (2017).
15
Dari beberapa penelitian di atas, maka penulis mencoba
menguraikan tentang praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan,
Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, dan bagaimana
tinjauan Hukum dalam pandangan Islam dan Undang-undang Nomer 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Karena sejauh pengetahuan
penulis belum ada yang melakukan penelitian membahas masalah tersebut.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif (field research) yaitu
penelitian dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya.25
Peneliti mencari data secara
langsung ke tempat obyek penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan jenis pendekatan yuridis
normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan
dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap
peraturan-peraturan, asas-asas, literatur-literatur dalam ilmu hukum
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.26
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Gamolan, Desa Segiri,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah,
25
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 20. 26
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 24.
16
dimana dalam pembagian zakat fitrahnya terdapat permasalahan
muzakki yang dapat menjadi mustahiq zakat, dengan zakat fitrah yang
hanya di salurkan kepada 6 (enam) asnaf. Dari penyaluran zakat fitrah
itu terdapat sisa zakat fitrah yang disalurkan ke masjid Nurul Imam di
Dusun Gamolan. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 4
(empat) bulan yaitu dari bulan April-Juli 2019.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting dalam
sebuah penelitian ilmiah, karena data yang dihasilkan diharapkan dapat
digunakan untuk menjawab sekaligus memecahkan masalah yang ada.
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan
data pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan pengamatan
langsung, dimana peran peneliti sebagai pengamat di lapangan.
Metode ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan secara
langsung mengenai praktik penyaluran zakat fitrah.
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab dengan menggunakan
komunikasi dua arah antara penanya dan narasumber agar penulis
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
17
Penulis mengadakan wawancara langsung kepada pihak-pihak
terkait yaitu 6 orang panitia zakat fitrah dan 5 orang warga Dusun
Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang
yang menjadi muzakki zakat fitrah sekaligus menjadi mustahiq.
c. Metode Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan langkah awal setiap penelitian
hukum. Dokumen artinya perolehan informasi yang dapat berupa
gambar, teks, video maupun objek.27
Dalam penelitian ini,
dokumentasi dilakukan dengan menggunakan: gambar (bab III dan
foto-foto yang terdapat pada lampiran).
4. Sumber Data
Dalam penelitan menggunakan penelitian lapangan (field
research) data yang digunakan adalah data primer yaitu melakukan
penelitian di rumah sesepuh Dusun Gamolan yang menjadi tempat
berkumpulnya para amil melakukan pengelolaan zakat fitrah.
a. Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya diamati dan dicetak untuk pertama kalinya.28
Data
tersebut meliputi data yang diperoleh dari pihak-pihak yang
diwawancarai,yaitu para panitia amil zakat fitrah dan warga Dusun
Gamolan yang menjadi muzakki sekaligus mustahiq zakat fitrah.
b. Sumber data sekunder
27
Herny Februariyanti dan Edi Zuliarso, “Klasifikasi Dokumen Berita Teks Bahasa
Indonesia Menggunakan Ontologi”, Dinamik , Vol. 17:1 (Januari 2012),hlm 15. 28
Marzuki, MetodeologiRiset. (Yogyakarta: BPFE-UII,2002),hlm.55.
18
Data ini merupakan data yang dapat memberikan keterangan
pendukung data primer. Data tersebut berasal dari bahan-bahan
pustaka, karya ilmiah, Undang-undang Nomer23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat dan sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis induktif. Analisis
induktif yaitu dengan menerapkan permasalahan penyaluran zakat fitrah
di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang untuk menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus ke
dalam teori-teori zakat, nash-nash Al-Qur‟an atau al-hadits serta
pendapat para ulama. Setelah itu, kesimpulan induktif itu dikaji dengan
hukum Islam, yaitu sesuai atau tidak praktik penyaluran zakat fitrah di
Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten
Semarang dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam dan Undang-
undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian
yang penting dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat
kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti
melaksanakan pemeriksaan keabsahan data secara cermat dan
menggunakan teknik-teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil
penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai
19
segi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan mengikuti teknik dibawah
ini:
a. Ketekunan pengamatan, dilakukan dengan cara mengamati secara
teliti, rinci, dan terus menerus selama observasi.
b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan/pembanding terhadap data tersebut dan cara terbaik
untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi yang ada
dalam konteks tertentu saat mengumpulkan data tentang berbagai
pandangan, dan melalui tringulasi peneliti membandingkan
temuannya dengan berbagai sumber, metode dan teori.
c. Pemeriksaan sejawat, yaitu mendeskripsikan proses dan hasil
penelitian dengan pembimbing, teman sejawat, dan dosen yang
memiliki pengetahuan mengenai judul peneliti.29
Maka jelas, bahwa melalui teknik ketekunan pengamatan,
tringulasi, dan pemeriksaan sejawatlah keabsahan data dapat
dibuktikan.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini akan disusun menjadi lima bab, masing-
masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang diawali dengan
pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran yang
dianggap perlu. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut:
29
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-26,(Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 329-333).
20
Bab I berisi tentang latar belakang penulis mengangkat tema yang
akan dibahas dalam penelitian, latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, review studi
terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II penulis memuat tinjauan pustaka dengan membahas teori-
teori yang terkait dengan tinjauan umum mengenai zakat fitrah, dasar-
dasar zakat fitrah, hikmah dan tujuan zakat fitrah, muzakki dan mustahiq
dalam zakat fitrah.
Bab III, pada bab ini penulis menuliskan pembahasan mengenai
gambaran umum lokasi penelitian, dan praktik penyaluran zakat fitrah di
Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
Bab IV membahas hasil penelitian dan analisis yang membahas
tentang praktik penyaluran zakat fitrah ditinjau dari Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Bab V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zakat Fitrah
1. Pengertian Zakat Fitrah
Secara etimologi zakat berasal dari bahasa arab kata zaka yang
artinya “suci, tumbuh, berkah, bersih, baik”.30
Menurut Yusuf Qardawi secara bahasa zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu
itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti
orang itu baik.31
Menurut Adi Warman Azwar Karim zakat berarti, al-barakatu
yang artinya keberkahan, al-nama yang artinya pertumbuhan dan
perkembangan, at-thaharatu yang artinya kesucian dan ash-salahu yang
artinya keberesan. Jika disimpulkan artinya tumbuh suci dan berkah.32
Menurut Amir Syariffudin zakat berarti, zaka artinya
membersihkan, bertumbuh, dan berkah.33
30
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1985. 31
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9 (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 34. 32
Adi Warman Azwar Karim, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Cet. Ke-1,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), hlm. 29. 33
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cet. Ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), hlm. 37.
22
Para ulama banyak yang mengartikan secara singkat arti zakat
dengan tumbuh atau suci, tetapi yang terkuat dalam buku Fiqh Zakat oleh
Yusuf Qardawi, yaitu kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh,
sehingga bisa dikatakan, tanaman, tanaman itu zaka, artinya tumbuh,
sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zakat. Bila satu tanaman
tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka disini bersih.34
Zakat menurut istilah adalah suatu ibadah yang wajib ditunaikan
seorang Muslim, baik anak-anak maupun dewasa, baik orang merdeka
maupun hamba sahaya, seta baik laki-laki maupun perempuan dengan
memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik sendiri..35
Zakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan oleh
seorang sebagai kewajiban kepada Allah, kemudian diserahkan kepada
orang-orang miskin (yang berhak menerimanya). Disebut zakat karena
mengandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa, dan
mengembangkan harta dalam segala kebaikan.36
Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat Pasal 1 (ayat 2) dinyatakan bahwa zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.37
34
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9 (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 34. 35
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, cet. Ke-1, (Depok: Raja Grafindo Persada,
2018), hlm. 48. 36
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3, alih bahasa Mahyudin Syaf, cet. Ke-2, (Bandung:
Alma‟arif, 1982), hlm. 5. 37
Pasal 1 (ayat 2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
23
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa zakat
itu tumbuh dan berkembang karena harta yang dizakatkan dapat
mensucikan harta dan dengan zakat dapat membantu orang lain.
Sedangkan Fitrah mempunyai banyak makna, diantaranya dalam
surat Huud ayat 51, yang berbunyiː
أََفََل ج َعَلى الَِّذى َفطََرِِ َى ِإّلَّ ِإْن َأْجرِ صلىَقْوِم ََلَأْسئَ ُلُكْم َعَلْيِو َأْجرًاىيَ 38(51اِلود: (تَ ْعِقُلونَ
Artinyaː“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.
Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?" (Q.S. Al-Huudː 51) Kata fitrah pada ayat di atas mempunyai makna “menciptakan”.
Dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:
ًفا ْيِن َحِني ْ َها جَفأَِقْم َوْجَهَك لِلدِّ ْبِدْيَل ِِلَْلِق َّل ت َ جِفْطَرَت اهلِل الَِِّت َفطََر النَّاَس َعَلي ِْيُن اْلَقيُِّم َوَلِكنَّ َأْكثَ َر النَّاِس َّليَ ْعَلُمْونَ اذَ جاهلِل 39(30)االّروم : ِلَك الدِّ
Artinyaː“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-
Ruumː 30). Pada ayat tersebut kata fitrah mempunyai makna “fitrah” itu
sendiri.
Kata al-fithr sehubungan dengan masa mengeluarkannya yaitu
waktu berbuka (al-fithr) setelah selesai puasa pada bulan Ramadhan, dan
disebut zakat fitrah, karena dikaitkan dengan diri (al-fithrah) seseorang,
bukan dengan hartanya.40
38
Al-Hud (11): 51. 39
Ar-Ruum (30): 30. 40
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1995, hlm. 168.
24
Menurut Sayyid Sabiq zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan
oleh sebab perubahan dari bulan Ramadhan yaitu wajib pribadi muslim,
baik anak kecil, maupun orang dewasa, laki-laki dan perempuan, merdeka
atau budak.41
Menurut Muhammad Daud Ali adalah pengeluaran yang wajib
dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah
keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri, sebagai tanda
syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa. Zakat
Fitri ini, selain dari untuk menggembirakkan hati fakir miskin pada hari
raya Idul Fitri itu, juga dimaksudkan untuk mensucikan dosa-dosa kecil
yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa Ramadhan, agar orang itu
benar-benar kembali kepada keadaan fitrah, suci ketika dilahirkan
ibunya.42
Menurut Yusuf Qardawi zakat fitrah adalah zakat yang disebabkan
oleh futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan atau disebut juga dengan
sedekah fitrah.43
Dapat disimpulkan bahwa zakat fitrah merupakan zakat yang
secara khusus wajib dikeluarkan bagi setiap muslim di akhir bulan
Ramadhan atau sebelum shalat Idul Fitri untuk mensucikan jiwa yang
berupa bahan makanan pokok.
41
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3,alih bahasa Mahyudi Syaf, Cet. Ke-2, (Bandung:
Alma‟arif, 1982), hlm. 5. 42
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Cet. Ke-1, (Jakarta:
Penerbitan Universitas Indonesia, 1988), hlm. 31. 43
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9, (Bogor:
Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 920.
25
2. Dasar Hukum Zakat Fitrah
Zakat Fitrah disyari‟atkan pada bulan sya‟ban dari tahun kedua
Hijriyah untuk menjadikan pensuci bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan ataupun perkataan yang sia-sia dari perbuatan keji yang
mungkin dilakukan dalam bulan puasa dan menjadi penolong bagi
kehidupan orang fakir dan orang-orang yang berhajat.44
Ketentuan kewajiban pelaksanaan zakat fitrah dilihat dalam Al-
Qur‟an dan beberapa Hadits, diantaranya sebagai berikutː
Dalam surat Al-A‟la ayat 14-15:
45(15-14)اّْلٴ على: ( 15َوذََكَر اْسَم َربِِّو َفَصلَّى )( 14)َقْد أَف َْلَح َمْن تَ زَكَّى Artinyaː“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan
diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia
sembahyang.” (Q.S. Al-A‟laaː 14-15). Ayat di atas, menurut riwayat Ibn Khuzaimah, diturunkan
berkenaan dengan zakat fitrah, takbir hari raya dan shalat „ied. Dari
pengertian ayat di atas, bahwa zakatul fitri itu, satu suruhan agama, satu
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan dan kemenangan.46
Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah (9)ː 103 ː
ْيِهْم ِِبَا َوَصلِّ َعَلْيِهْم اُخْذ ِمْن أَْموَ َتَك َسَكٌن اِإنَّ َصَلو صلىِلِِْم َصَدَقًة ُتَطهِّرُُىْم َوتُ زَكُِّْم ْيٌع َعِلْيٌم )ا قلىِلَّ 47(103توبة: لَوا هللُ َسَِ
Artinyaː “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S.
At-Taubahː 103).
44
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 207. 45
Al-A‟la (87): 14-15. 46
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm. 252-253. 47
At-Taubah (9): 103.
26
Ayat diatas menjelaskan bahwa zakat akan membersihkan diri dan
membersihkan dari semua sifat-sifat tercela yang timbul karena harta
benda, seperti kikir, tamak dan sebagainya.48
Zakat fitrah ialah zakat yang wajib di bulan ramadhan, Hukumnya
wajib atas setiap Muslimin, baik anak-anak atau dewasa, laki-laki atau
wanita, budak belian atau merdeka.49
Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. :
ُو َعَلْيِو َوَسلََّم زََكاَة اْلِفْطِر ِمْن اللّ ىِو َصلَّ َقاَل: فَ َرَض َرُسوُل اللّ ْبِنُعَمرَ ِو َعْبِد اللّ َعنْ ِمَن ،نْ َثىُأْو َأذََكٍر ،َوَعْبدٍ َعَلى ُكلِّ ُحر َصاًعاِمْنَتْمرٍَأْوَصاًعاِمْنَشِعريٍ َرَمَضاَن . اْلُمْسِلِمْْيَ
Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. beliau berkata, “Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri, berupa satu sha‟
kurma kering atau gandum atas budak, orang merdeka, laki-laki
danperempuan, anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslimin.
Dan beliau memerintahkan supaya dikeluarkan sebelum orang-orang
keluar untuk shalat „Id.” (HR Al-Bukhari)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkataː
هُ مَ لَّ سَ وَ وِ يْ لَ عَ ى اهللُ لَّ صَ َما قَاَل: فَ َرَض َرُسوُل َاهللِ َوَعِن اِْبِن َعبَّاٍس َرِضَي اَللَُّو َعن ْزََكاَة اَْلِفْطِر; طُْهَرًة لِلصَّاِئِم ِمَن اَللَّْغِو, َوالرََّفِث, َوطُْعَمًة لِْلَمَساِكِْي, َفَمْن أَدَّاَىا قَ ْبَل
َكاٌة َمْقُبوَلٌة, َوَمْن أَدَّاَىا بَ ْعَد اَلصَََّلِة َفِهَي َصَدَقٌة ِمَن اَلصََّدقَاِت. اَلصَََّلِة َفِهَي َز ) َرَواُه أَبُو َداُوَد, َواْبُن َماَجوْ (
Artinya: “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah, sebagai kesucian
bagi orang yang puasa dari kesia-siaan dan dosa serta makanan bagi
orang-orang miskin. Barang siapa menunaikannya sebelum shalat, maka
itu adalah zakat yang diterima. Dan siapa menunaikannya setelah shalat,
maka itu adalah bagian dari sedekah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
48
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakartaː Lentera Abadi, 2010), hlm.
199. 49
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018),
hlm. 48.
27
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Daud yang berbunyi:
زََكاُة اْلِفْطِر ِمْن َرَمَضاَن َعَلى النَّاِس َصاًعا ِمْن ََتٍْر اَْو َصا ًعا ِمْن َشْعريٍ َعَلى ُكلِّ ُسِلِمْْيَ
ُحرٍاَْو َعْبٍد َذ َكٍر اَْو اُْنَشى ِمَن ْاملArtinya:“Zakat fithr dari Ramadhan, wajib atas manusia, satu sha‟
dari tamar atau satu sha‟ dari gandum (sya‟ir), atas tiap-tiap orang
muslim, merdeka atau budak, laki-laki atau perempuan.” (Muttafaq
„Alayh).
Dasar hukum perintah zakat, yang menunjukkan kewajiban zakat
tersebut adalah sebagai berikut:
50(77ساء: نّ لا(َوأَِقيُموا الصَََّلَة َوآُتوا الزََّكاَة Artinya: “... dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat...”(Q.S. An-
Nissa: 77).
ِإنَّ الَِّذيَن آَمُنوا َوَعِمُلوا الصَّاِِلَاِت َوأَقَاُموا الصَََّلَة َوآتَ ُوا الزََّكاَة َِلُْم َأْجرُُىْم ِعْنَد مْ 51(277)البقره:َزنُوَن َوَّل َخْوٌف َعَلْيِهْم َوَّل ُىْم يَْ جَرِبِِّ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan
amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 277).
3. Hikmah Zakat Fitrah
Hikmah zakat fitrah diantaranya untuk mensucikan orang puasa
dari perbuatan dan perkataan keji dan merupakan bentuk rasa syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada hambanya,
sehingga dapat menyempurnakan puasa pada bulan Ramadhan.52
Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak tercela, serta
mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan
membayar amanah kepada orang lain yang berhak dan berkepentingan.
50
An-Nissa (4): 77. 51
Al-Baqarah (2): 277. 52
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1986.
28
Menolong orang yang lemah dan susah agar dapat menunaikan kewajiban
kepada Allah SWT dan kepada makhluk Allah SWT (masyarakat).53
Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama
manusia, manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam
kebaikan dan takwa serta salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.54
4. Tujuan disyari’atkannya Zakat Fitrah
Zakat fitrah memiliki beberapa tujuan yaitu:
a. Sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.
b. Memelihara harta dan membentengi dari pandangan mata dan
tangan panjang orang-orang pendosa dan durhaka. Betapa hebatnya
perjuangan hidup berapa banyak orang yang baik tetapi menjadi
penjahat besar lalu merusak masyarakat dan membuat kerusuhan.
Firman Allah surat Ali Imran ayat 180:
ُهُم اهللُ بَْل صلى, ُىَوَخي ْرًا ِلَُّْم وِ ِمْن َفْضلِ َوَّل َيَْسََبَّ الَِّذْيَن يَ ْبَخُلوَن ِبَآ ء ات ُث اَوهلِل ِمي ْرَ قلىَسُيَطوَّ قَ ْوَن َما َبَُِلوْا بِِو, يَ ْوَم اْلِقَيَمِة صلىُىَو َشرٌّ ِلَُّْم
ٌر )العمران: قلىِت َواْْلَْرِض االسََّمو 55(180َواهللُ ِبَا تَ ْعَمُلوَن َخِبي ْArtinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan
di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Ali Imran: 180).
53
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm. 254. 54
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Cet. Ke-1, (Jakarta:
Penerbitan Universitas Indonesia, 1988), hlm. 41. 55
Ali-Imran (3): 180.
29
c. Menolong orang-orang fakir yang membutuhkan, dengan tangan-
tangan mereka yang memulai pekerjaan dan kesungguhan
sekiranya mereka mampu, membantu mereka untuk menempatkan
kehidupan yang mulia jika mereka lemah.
d. Membersihkan jiwa dari segala macam penyakit kikir dan bakhil,
membiasakan diri orang yang beriman akan sifat kesungguhan dan
kedermawanan, serta mendidik diri agar bersifat mulia dan
pemurah dengan membiasakan membayar amanat kepada yang
berhak dan berkepentingan.
e. Sebagai ungkapan terima kasih (syukur) atas segala kenikmatan
yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT.56
B. Amil dalam Zakat Fitrah
1. Pengertian Amil
Secara etimologi amil berasal dari kata amila yang berarti pekerja,
tukang, dan pengatur pekerjaan. Amil adalah panitia atau orang-orang
yang mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan pembayaran
zakat meskipun mampu.57
Pengertian amil dalam Al-Qur‟an disebut dengan al-amilin „alaiha
adalah orang yang bertanggungjawab melaksanakan segala sesuatu
yang berkenaan dengan zakat, mulai dari mendata wajib zakat,
56
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, cet. Ke-1
(Semarang: Pustaka Pelajar, 2004) hlm. 304. 57
Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika, Kekuatan Zakat “Hidup Berkah Rezeki
Melimpah”, (Yogyakarta: Pustaka Albana, 2010), hlm. 55.
30
mengumpulkan, membukukan, memelihara dan mendistribusikan
zakat.58
Mereka hendaklah terambil dari kaum Muslimin, dan bukan dari
golongan yang tidak dibenarkan menerima zakat, yaitu dari keluarga
Rasulullah SAW yaitu Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.59
Menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, amil merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat. Dalam hal ini lembaga yang
dimaksud adalah BAZ, LAZ, dan UPZ.
BAZ merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
melakukan pengelolaan zakat secara nasional.60
BAZ terdapat di tingkat
nasional dan tingkat provinsi kabupaten/kota. Untuk membantu BAZ
dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.61
2. Syarat menjadi Amil
Amil memang berasal dari kalangan manapun siapa saja bisa
menjadi amil, akan tetapi untuk menjadi amil harusnya terpilih dari
orang-orang yang memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
a. Islam
b. Mukalaf
58
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1996. 59
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3, alih bahasa Mahyudin Syaf, cet. Ke-2 (Bandung: PT
Alma‟arif, 1982), hlm. 91-93. 60
Pasal 6 Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. 61
Pasal 17 Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
31
c. Jujur
d. Amanah
e. Mengetahui hukum dan ketentuan yang berkaitan dengan zakat.62
Amil sebelumnya perlu mengidentifikasi dan mengklsifikasikan
mustahiq. Ini dimaksudkan agar di dalam membagikan zakat ada skala
prioritas, mana mustahiq yang harus didahulukan, dan pola apa yang
ditempuh dalam proses pendistribusian zakat fitrah.63
C. Muzakki (Pemberi Zakat) Dalam Zakat Fitrah
1. Pengertian Muzakki (Pemberi Zakat)
Muzakki adalah orang yang menunaikan (membayar) zakat. Tidak
semua orang Islam bisa menjadi muzakki tanpa memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan syara‟. Menurut Undang-undang nomor 23 tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 (ayat 5), muzakki adalah seorang
muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.64
2. Syarat Wajib Muzakki (Pemberi Zakat)
Syarat-syarat wajib seorang muzakki yaitu :
a. Islam, kewajiban zakat fitrah hanya diwajibkan untuk umat Islam,
karena zakat fitrah termasuk salah satu amalan pendekatan diri
terhadap Allah SWT, pembersih bagi orang yang berpuasa dari dosa
dan kesia-siaan, sedangkan kaum kafir tidak termasuk orang yang
62
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1996. 63
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, cet. Ke-1
(Semarang: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 278. 64
Pasal 1 (ayat 5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
32
diwajibkan menunaikan zakat fitrah, namun demikian kelak mereka
akan dihukum di akhirat karena meninggalkan zakat fitrah.
b. Lahir sebelum terbenam matahari disaat akhir bulan Ramadhan.
Anak yang lahir sesudah terbenam matahari tidak wajib zakat fitrah,
begitu juga orang yang menikah sesudah terbenam matahari tidak
wajib membayarkan fitrah istrinya yang baru dinikahinya itu.65
ُو َعَلْيِو َوَسلََّم زََكاَةاْلِفْطِر ِمْن َرَمَضاَن َعَلى َعِن اْبِن ُعَمَر َقَل فَ َرَض َرُسْوُل اللّ ى ِمَن ى ُكلِّ ُحر اَْوَعْبٍد ذََكٍر اَْواُنْ ث النَّاِس َصاًعاِمْن ََتٍْر اَْوَصاًعاِمْن َشِعرْيٍ َعل
اْلُمْسِلِملْْيَ.Artinya: Dari Ibnu Umar. Ia berkata, “Rasulullah SAW mewajibkan
zakat fitri (berbuka) bulan Ramadhan sebanyak satu sha‟ (3,1 liter)
kurma atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan.”
Menurut hadits di atas “zakat fitri (berbuka) bulan Ramadhan”.
Yang dinamakan berbuka dari bulan Ramadhan ialah malam hari
raya, jadi malam hari raya itulah waktu wajibnya fitrah.
c. Dia mempunyai kelebihan harta dari pada keperluan makanan untuk
dirinya sendiri dan untuk yang wajib dinafkahinya, pada malam hari
raya dan siang harinya. Orang yang tidak mempunyai kelebihan,
tidak wajib membayar fitrah.
Sabda Rasulullah SAW.
ُو َعَلْيِو َوَسلََّم ُمَعاًذا ِاََل اْلَيَمِن قَاَل فَاْعِلْمُهْم اَنَّ ِو َصلَّ اللّ َلَّ بَ َعَث َرُسْوُل اللّ تَ َرَض َعَلْيِهْم َصَدقَ اللّ ِىْم.ِئى فُ َقرَا ِىْم فَ تُ َردَُّعل ِئًت تُ ْؤَخُذِمْن اَْغِنَيا َو اف ْ
Tatkala Rasulullah SAW. Mengutus Mu‟az ke Yaman, beliau
memerintahkan kepada Mu‟az, “Beritahukanlah kepada mereka (penduduk Yaman), sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada
65
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (BandungːSinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 208.
33
mereka sedekah (zakat), yang diambil dari orang-orang kaya dan
diberikan kepada orang-orang fakir dikalangan mereka (penduduk
Yaman).” Riwayat Jam‟ah ahli hadis.
Rasulullah SAW. Telah berkataː
َاَيْسَتْكِثُر ِمَن النَّارِقَاُلوْ ِو َوَمايُ ْغِنْيِو ؟ ايَاَرُسْوَل اللّ َمْن َساَل َوِعْنَدُه َمايُ ْغِنْيِو فَِاَّنَّْيِو. ْيِو َويُ َعشِّ قَاَل: َمايُ َغذِّ
“Barang siapa meminta-minta sedangkan ia berkecukupan,
sesungguhnya ia memperbesar api neraka (siksaan)”. Para Sahabat-
sahabat ketika itu bertanyaː “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan berkecukupan itu?” jawab beliauː“Arti berkecukupan baginya sekadar cukup buat dia makan tengah hari
dan makan malam”. Riwayat Abu Daud dan Ibnu Hibban.66
Orang yang mencukupi syarat-syarat di atas wajib membayar fitrah
untuk dirinya sendiri, dan fitrah untuk orang yang wajib
dinafkahinya seperti istri dan anak-anaknya yang menjadi
tanggungannya.67
D. Mustahiq dalam Zakat Fitrah
1. Pengertian Mustahiq zakat
Mustahiq zakat adalah orang-orang yang berhak menerima
zakat.Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat Pasal 1 (ayat 6) mustahiq adalah orang yang berhak
menerima zakat.68
Menurut Al-Qur‟an secara umum telah dijelaskan golongan-
golongan yang termasuk penerima zakat, hal tersebut bertujuan agar
66
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),
hlm. 256. 67
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandungː Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 208. 68
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1 (ayat 6).
34
orang-orang yang menerima zakat tidak terjadi kesalahan dalam
pendistribusian zakat.
2. Pembagian Mustahiq zakat
Yang berhak menerima zakat itu ada 8 golongan, semuanya
tercakup dalam firman Allah SWT:
َها َواْلُموَٴلَّ ِاَّنََّ ِكْْيِ َواْلَعاِمِلْْيَ َعَلي ْ َفِة قُ ُلْو بُ ُهْم َوِِف الرِّقَاِب االصََّدقُت لِْلُفَقَرآِء َواْلَمس ِو َواْبِن السَِّبْيِل ِِف َواْلَغارِِمْْيَ وَ ُو َعِلْيٌم قلىَفرِْيَضًة مَِّن اللّ ِو صلىَسِبْيِل اللّ َواللّ 69(60توبة: لَحِكْيٌم )ا
Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-
Taubah: 60).
a. Al-Fuqara (Fakir)
Al-Fuqara adalah bentuk jamak dari kata al-faqir. Al-faqir adalah
orang yang sangat membutuhkan, biasanya didefinisikan sebagai
orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.70
Orang yang amat sengsara
hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya.
Menurut Hanafi, yang termasuk orang fakir yaitu orang yang
dapat memenuhi sebagian kebutuhannya dan tidak dapat memenuhi
sebagian lainnya. Menurut Syafi‟i dan Hambali, orang fakir ialah
orang yang tidak mempunyai apa-apa.Menurut Maliki yang disebut
69
At-Taubah (9): 60. 70
Moh. Rifa‟I dkk,Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hlm. 141.
35
orang fakir adalah orang yang memiliki sesuatu tapi tidak cukup
untuk kebutuhan pokoknya selama setahun.71
Oleh karena itu, Allah SWT menyebutkan mereka kedalam ayat
pada urutan pertama. Hal itu mengidentifikasikan kedudukan mereka
yang harus diprioritaskan dan mendapat perhatian lebih.
Jika orang fakir sama sekali tidak memiliki sesuatu harta, yang
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, maka ia berhak menerima
zakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.72
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat
273:
ُعوَن َضْربًا ِِف اْْلَْرِض َيَْسبُ ُهُم لِْلُفَقَرآِء الَِّذْيَن ُأْحِصُروْا ِِف َسِبِل اهلِل َّل َيْسَتِطي ْاْْلَاِىُل أَْغِنَيآَء ِمَن الت ََّعفُِّف تَ ْعرِفُ ُهْم ِبِسْيَمُهْم َّل َيْسئَ ُلوَن النَّاَس ِإِلًَْفا
َوَما قلى )27373 : البقره( ِبِو َعِلْيٌم تُ ْنِفُقواْ ِمْن ُخرْيٍ فَِإنَّ اهللَ
Artinya: “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh
jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang
yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara
diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-
sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (Q.S. Al-Baqarah:
273).
Ayat diatas menjelaskan hakikat fakir ialah orang-orang yang
tidak memiliki harta untuk keperluan hidupnya sehari-hari serta tidak
sanggup bekerja dan berusaha, namun ia merasa malu untuk
meminta-minta.
71
T.M, Hasbi Ash-Shiddieqy,Hukum-Hukum Fiqih Islam, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1978), hlm. 174-175. 72
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 175. 73
Al-Baqarah (2): 273.
36
b. Al-Masakin (Miskin)
Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata al-miskin. Al-miskin
adalah orang yang dikasihani. Orang miskin mempunyai penghasilan
tetap, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari,
karena itu perlu dikasihani. Orang yang tidak cukup penghidupannya
dan dalam keadaan kekurangan.74
Menurut Imam Hanafi orang miskin adalah orang yang memiliki
pekerjaan tetap tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-
hari. Sedangkan menurut Jumhur Ulama, miskin adalah orang yang
mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan
diri dan tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak
mencukupi.75
Orang fakir dan miskin hendaknya diberikan harta zakat yang
bisa mencukupi kebutuhan sehingga bisa menghilangkan kefakiran
dan kemiskinannya. Orang fakir dan miskin yang mampu bekerja
hendaknya diberi zakat peralatan bekerja ataupun modal usaha.
Dengan demikian, mereka dapat berusaha dengan alat dan modal itu
sehingga kebutuhan dasar mereka dapat penuhi.76
Sementara itu, orang fakir dan miskin yang tidak mampu bekerja
seperti orang jompo dan cacat fisik hendaknya disantuni seumur
hidup dengan harta zakat tersebut. Sehingga dalam penggunaan
74
Moh. Rifa‟I dkk,Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hlm. 142. 75
T.M, Hasbi Ash-Shiddieqy,Hukum-Hukum Fiqih Islam, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1978), hlm. 174-175. 76
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 176.
37
sehari-hari, fakir dan miskin biasanya disebut secara beriringan.
Yang menyamakan keduanya adalah kekurangan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.77
c. Al-Amil (Pengurus Zakat)
Al-Amil (pengurus zakat) adalah pekerja atau pengurus zakat yang
diangkat oleh pihak yang berwenang yang akan melaksanakan segala
kegiatan urusan zakat, baik mengumpulkan, membagikan (kepada
para mustahiq) maupun mengelolanya zakat secara profesional. Amil
adalah orang yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengambil,
menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari
para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.78
Orang yang paling utama menjadi amil adalah orang-orang yang
sangat membutuhkan zakat tersebut, tetapi jika diantara mereka tidak
ada yang sanggup, boleh juga orang-orang kaya yang betul-betul
mau menolong orang yang miskin itu, mereka pun berhak menerima
pembagian zakat karena termasuk bagian panitia (amil).
Orang yang ditunjuk sebagai amil zakat adalah orang yang benar-
benar terpercaya, kejujuran dan keikhlasan sangat di perlukan bagi
para amil.
77
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, cet. Ke-1, (Depok: PT Raja Grafindo
Persada), hlm. 161. 78
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),
hlm. 134.
38
Adapun perbedaan pendapat dikalangan para imam mazhab
mengenai batasan seseorang dikatakan sebagai amil zakat, yaituː
1). Menurut mazhab Imam Hanafi, amil adalah orang yang diangkat
untuk mengambil dan mengurus zakat.
2). Menurut mazhab Imam Maliki, amil adalah pengurus zakat,
penulis, pembagi, penasehat, dan sebagainnya, yang bekerja
untuk kepentingan zakat.
3). Menurut mazhab Imam Hambali, amil adalah pengurus zakat, dia
diberi zakat sekedar upah kerjaannya (sepadan dengan upah
pekerjaannya).
4). Menurut mazhab Imam Syafi‟i, amil adalah semua orang yang
bekerja mengurus zakat sedang dia tidak mendapat upah selain
dari zakat itu.79
Allah menyediakan upah bagi para panitia zakat fitrah (amil) dari
harta sebagai imbalan dan tidak diambil selain harta zakat melainkan
sebagai imbalan jasa dari tugas pekerjaan mereka walaupun mereka
termasuk kategori orang kaya. Oleh karena itu, bagian untuk amil
jumlahnya tidak disamakan dengan yang lainnya seperti bagian fakir
miskin, karena amil ini diberikan bagian bukan karena
kebutuhannya.
79
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandungː Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 211-213.
39
d. Muallaf
Muallaf berasal dari kata al-muallafah qulubuhum yang artinya
orang yang dijinakkan atau dibujuk. Muallaf adalah orang-orang
yang baru masuk Islam, sehingga masih perlu dibujuk hatinya.
Memang disini tidak ada definisi muallaf dari sisi durasi waktunya.
Orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru
masuk Islam yang imannya masih lemah.
Muallaf merupakan orang yang hatinya perlu dilunakkan
(dirangkul yang positif) untuk memeluk agama Islam, atau untuk
dikukuhkan karena keislamannya yang lemah atau untuk mencegah
tindakan buruknya terhadap kaum muslimin atau karena
membentengi kaum muslimin.
Para Imam mazhab berbeda pendapat mengenai pengertian
muallaf, antara lain sebagai berikutː
1). Mazhab Imam Hanafi berpendapat bahwa muallaf tidak diberi
zakat lagi, sejak masa khalifah pertama.
2). Mazhab Imam Maliki berpendapat bahwa muallaf sebahagian
mengatakanː orang kafir yang ada harapan untuk masuk agama
islam; sebagian orang lain mengatakanː orang Islam yang baru
memeluk agama Islam.
3). Mazhab Imam Hambali berpendapat bahwa muallaf orang yang
mempunyai pengaruh di sekelilingnya sedang ada harapan ia
akan masuk Islam atau ditakuti kejahatannya, atau orang Islam
40
yang ada harapan imannya akan bertambah teguh atau ada orang
lain akan Islam karena pengaruhnya.
4). Mazhab Imam Syafi‟i berpendapat bahwa empat macam
pengertian mengenai muallaf, yaituː
a). Orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh.
b). Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita
berpengharapan, kalau dia diberi zakat, orang lain dari
kaumnya akan masuk Islam.
c). Orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir kalau dia
diberi zakat, kita akan terpelihara dari kejahatan kafir yang di
bawah pengaruhnya.
d). Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.80
e. Riqab (Hamba Sahaya)
Riqab adalah budak yang dimerdekakan. Maksudnya adalah
karena Islam tidak menyukai adanya perbudakan, maka melalui
instrumen zakat inilah, budak-budak dibebaskan, sehingga menjadi
merdeka dan memilki kesetaraan dengan yang lain. Diskriminasi
adalah bentuk ketidakadilan, dan ini bertentangan dengan semangat
egalitarianisme (equality/musawarah) dalam Islam. Mencakup juga
untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
Dalam hal ini budak itu diberi zakat untuk menebus dirinya sendiri.81
Budak-budak tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
80
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Jakartaː Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 207-209. 81
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1995, hlm. 178.
41
1). Budak Qin, yaitu budak semata, sehingga dalam seluruh batang
tubuhnya melekat nama budak dengan tidak pakai syarat (budak
asli).
2). Budak Mudabbir, yaitu budak yang kemerdekaannya bergantung
pada mati tuannya, setelah tuannya itu mengatakan: jika aku
mati, engkau menjadi orang yang merdeka. Dengan demikian,
setelah mati penghulunya (tuannya) itu, merdekalah si budak
tersebut.
3). Budak Mukattab, yaitu kemerdekaan dirinya bergantung pada
syarat-syarat yang diberikan oleh tuannya. Misalnya jika engkau
mendapat uang Rp 10.000,- dalam satu tahun ini, engkau
merdeka (artinya kemerdekaannya itu dituliskan dengan
perjanjian).
Menurut Jumhur Ulama, dari ketiga budak ini yang berhak
menerima pembagian zakat adalah budak mukattab.82
Maka dari itu, bagian harta zakat yang menjadi hak budak tidak
diberikan kepada budak bersangkutan, tetapi diberikan kepada
tuannya untuk pembebasan sang budak. Inilah yang menunjukkan
betapa Islam sangat menginginkan penghapusan sistem perbudakan
di muka bumi.83
82
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1997. 83
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, cet. Ke-1, (Depok: PT Raja Grafindo
Persada). hlm. 189.
42
f. Gharim
Gharim adalah orang yang menanggung hutang untuk memenuhi
kebutuhan dasar sehari-hari maupun untuk mendamaikan orang yang
berselisih maupun untuk menjamin hutang orang lain.84
Dalam
konteks kehidupan sekarang ini, budaya hutang telah menjadi model
di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Dalam struktur
penghasilan yang tidak sebanding dengan kebutuhan dasar keluarga,
hutang menjadi alternatif masyarakat untuk dapat memenuhi
kebutuhan yang relatif besar, seperti membeli rumah, kendaraan, dan
lain-lain. Orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar
hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
Sedangkan orang-orang yang berhutang karena moral dan
mentalnya telah rusak, seperti orang berhutang karena akibat
narkotika, minuman keras, judi, dan sebagainya mereka tidak berhak
mendapatkan bagian dari zakat. Adapun syarat-syarat seseorang
dikatakan gharim adalah sebagai berikutː
1). Gharim yang mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan harta
yang dapat melunasi utang-utangnya, sedangkan apabila ia kaya
dan memiliki kesanggupan untuk melunasi utangnya baik
84
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1997.
43
dengan harta atau benda yang dimilikinya maka ia tidak berhak
menerima zakat.
2). Dia berhutang untuk yang digunakan untuk kepentingan ibadah
kepada Allah atau mengerjakan urusan yang dapat dibenarkan
oleh Hukum Islam. Jika orang itu boros, judi dan lain-lain maka
ia tidak berhak menerima zakat.
3). Gharim telah mempunyai utang yang sudah jatuh tempo atau
karena bangkrut.85
g. Fi Sabilillah
Fi Sabilillah adalah orang-orang yang dan atau sarana berjuang di
jalan Allah, dan mereka tidak mendapat gaji maupun harta.86
Mereka
berhak mendapat zakat, baik mereka berasal dari orang kaya maupun
miskin. Rasulullah bersabda,
ُو عليو و سلم قَاَل: َّل َتَِلُّ ِو صل اللّ نَّ َرُسوُل اللّ َأَعْن َعطَاِء ْبِن َيَساٍر َها َأِو ّلَّ ِِلَْمَسٍةِلَغاٍز ِف َسِبيِل اللّ ِإالصََّدَقُة لَِغِِن ْو َأْولَِغارٍِم َأْو لَِعاِمٍل َعَلي ْ
ْولَِرُجٍل َكاَن َلُو َجاٌر ِمْسِكٌْي فَ ُتُصدَِّق َعَلى اْلِمْسِكِْي َأِو لَِرُجٍل اْشتَ رَا َىا ِبَالِ . َٴ فَا 87ْىَدا َىا اْلِمْسِكُْي لِْلَغِِنٍ
Artinya: Dari Atha‟ bin Yasar, sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda, “Tidak dihalalkan harta shadaqah untuk orang
kaya, kecuali bagi lima macam (orang kaya): Orang yang
berperang dijalan Allah, orang yang menjadi amil shadaqah
(zakat), orang yang berhutang, orang yang membeli shadaqah
dengan hartanya,atau orang yang mempunyai tetangga miskin,
maka ia bershadaqah kepada (tetangganya) yang miskin,
85
Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018),
hlm. 192. 86
Moh. Rifa‟I dkk,Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hlm. 144. 87
M. Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2007),
hlm. 635.
44
sedangkan orang yang miskin itu memberikan shadaqah itu kepada
orang yang kaya tersebut.”.
Jika berjuang pada masa awal Islam dimaknai sebagai peperangan
secara fisik, maka sekarang akan lebih tepat jika dimaknai dalam
berjuan melawan kebatilan, termasuk di dalamnya orang-orang yang
mengajar agama, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejalan dengan
tuntutan Allah. Kegiatan yang dimaksud yaitu untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin.88
Berdasarkan ketetapan para ulama dalam kaidah ilmu Ushul Fiqh,
maknanya diperluas. Selama tidak ada dalil yang mempersempitnya,
fisabilillah diartikan sebagai semua kebaikan yang diridhai oleh
Allah dan bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan untuk
kemaslahatan bersama umat, seperti membangun madrasah,
membuat jembatan, membangun masjid, membangun rumah sakit,
mendirikan rumah zakat, panti asuhan dan lain-lain. 89
h. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah anak jalan, maksudnya orang-orang yang
karena kepentingan perjalanan jauh, guna mnenyempurnakan
tuntutan Islamdan dia kehabisan bekal di perjalanan. Ini
menggambarkan bahwa pada zaman Rasulullah SAW berjuang,
harus menempuh perjalanan jauh yang memungkinkan seseorang
kehabisan bekal. Supaya orang yang kehabisan bekal itu tidak
88
Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), hlm. 1998. 89
Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika,