113
PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Puspa Ayu Prasetyaningrum NIM : 33020150054 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMER …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/7499/1/skripsi... · 2020. 2. 26. · telah mendoakan dan member

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT

    HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23

    TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

    (Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan

    Pabelan, Kabupaten Semarang)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

    Oleh:

    Puspa Ayu Prasetyaningrum

    NIM : 33020150054

    JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS SYARI’AH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

    PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT

    HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23

    TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

    (Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan

    Pabelan, Kabupaten Semarang)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

    Oleh:

    Puspa Ayu Prasetyaningrum

    NIM : 33020150054

    JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    FAKULTAS SYARI’AH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2019

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    “Berdoa, Berusaha dan Bersyukur”

    َوأَِقيُموا الصَََّلَة َوآتُوا الزََّكاةَ “... dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat...” (Q.S. An-Nissa: 77)

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

    1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya di dunia ini.

    2. Kedua orang tuaku Ibu Andini dan Bapak Hendro Prasetyo tercinta, yang

    telah mendoakan dan member kasih saying serta pengorbanan materil

    maupun moril.

    3. Adik- adikku Dinishfu Egasetya Fathiya dan Ibnu Arsytama Prasetyo yang

    telah mendoakan dan memberikan motivasi semangat.

    4. Keluarga besar yang tidak henti-hentinya memebrikan dukungan dan doa

    kepadaku.

    5. Teman-teman HES Angkatan 2015 terimakasih untuk semangat dan

    pengalaman yang tidak terlupakan.

    6. Untuk Afifah, Amanna, Momo, Lia dan semua orang spesial disekitarku

    yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih doa kalian.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT ,atas limpahan Rahmat dan

    Karunia-Nya, penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang

    diharapkan.

    Shalawat serta salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi

    Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan ke

    zaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu mendapatkan syafaat di dunia

    maupun akhirat kelak.

    Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

    Program Studi S1 Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul “PRAKTIK

    PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT HUKUM ISLAM

    DAN UNDANG-UNDANG NOMER 23 TAHUN 2011 (Studi Kasus di

    Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang)”. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat selesai

    tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Raktor IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin. M.Ag.

    2. Dekan Fakultas Syariah Ibu DR. Siti Zumrotun, M.Ag.

    3. Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Ibu Heni Satar Nurhaida, SH.,

    M.SI.

    4. Kepala Lab. Fakultas Syariah Ibu Luthfiana Zahriani, M.H.

    5. Pembimbing Skripsi Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. yang telah

    memberikan saran, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan dengan baik dan sesuai yang diharapkan.

    6. Bapak Ibu Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya

    selama menempuh pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.

    7. Bapak Hendro Prasetyo dan Ibu Andini sebagai sosok yang sudah

    bersusah payah demi membiayai studi penulis sehingga dapat

    menyelesikan studi di IAIN Salatiga.

  • x

  • xi

    ABSTRAK

    Prasetyaningrum, Puspa Ayu. 2019. Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Menurut

    Hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang

    Pengelolaan Zakat (Studi Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri,

    Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang). Skripsi, Hukum

    Ekonomi Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

    Kata Kunci : Zakat Fitah, Hukum Islam, Undang-undang

    Setiap tahun di bulan Ramadhan masyarakat Dusun Gamolan,

    Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang menunaikan zakat

    fitrah yang diserahkan oleh panitia amil. Sebelum zakat disalurkan kepada

    mustahiq, amil zakat fitrah menghitung zakat yang terkumpul kemudian

    bermusyawarah untuk menentukan siapa saja penerima zakat fitrah dan

    jumlah yang diterimanya sehingga zakat yang diterima dapat disalurkan

    semuanya hingga habis. Zakat fitrah disalurkan kepada masyarakat sekitar,

    dimulai pukul 00.00 pada tanggal 1 Syawal. Sebagian masyarakat Dusun

    Gamolan yang menjadi muzakki juga menjadi mustahiq zakat fitrah.

    Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui

    bagaimana praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan Desa Segiri

    Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang “apakah sudah sesuai dengan

    Hukum Islam dan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat?”.

    Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

    kualitatif (field research). Jenis pendekatan yuridis normatif dengan

    meneliti bahan pustaka dengan mengadakan penelusuran terhadap

    peraturan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

    Berdasarkan penelitian yang diperoleh, praktik penyaluran zakat

    fitrah di Dusun Gamolan Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten

    Semarang hanya disalurkan kepada 6 asnaf mustahiq zakat yaitu fakir,

    miskin, amil, muallaf, fisabilillah dan ibnu sabil. Kemudian sebagian zakat

    fitrah yang merupakan bagian dari amil, muallaf dan fisabilillah disalurkan

    sebagai amal jariyah ke masjid Nurul Imam. Praktik penyaluran zakat

    fitrah di Dusun Gamolan belum sepenuhnya sesuai dengan Hukum Islam

    karena adanya sebagian zakat fitrah yang merupakan bagian dari amil,

    muallaf dan fisabilillah disalurkan sebagai amal jariyah ke masjid Nurul

    Imam di Dukuh Gamolan. Menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun

    2011 Tentang Pengelolaan Zakat praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun

    Gamolan belum sepenuhnya sesuai karena belum memperhatikan prinsip

    keadilan dimana bagian yang diterima fakir miskin lebih sedikit

    dibandingkan dengan jumlah yang diterima mustahiq lainnya kecuali ibnu

    sabil (fakir miskin menerima 5,5 liter, amil menerima 10 liter, muallaf

    menerima 20 liter, dan fisabilillah menerima 10 liter).

  • xii

    DAFTAR ISI

    SAMPUL i

    HALAMAN BERLOGO ii

    HALAMAN JUDUL iii

    NOTA PEMBIMBING iv

    PENGESAHAN v

    PERNYATAAN KEASLIAN vi

    MOTTO vii

    PERSEMBAHAN viii

    KATA PENGANTAR ix

    ABSTRAK xi

    DAFTAR ISI xii

    DAFTAR TABEL xvi

    DAFTAR GAMBAR xvii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 8

    C. Tujuan Penelitian 8

  • xiii

    D. Kegunaan Penelitian 9

    E. Penegasan Istilah 9

    F. Telaah Pustaka 11

    G. Metode Penelitian 15

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 15

    2. Lokasi Penelitian 15

    3. Prosedur Pengumpulan Data 16

    4. Sumber Data 17

    5. Analisis Data 18

    6. Pengecekan Keabsahan Data 18

    H. Sistematika Penulisan 19

    BAB II: LANDASAN TEORI

    A. Zakat Fitrah 21

    1. Pengertian Zakat Fitrah 21

    2. Dasar Hukum Zakat Fitrah 25

    3. Hikmah Zakat Fitrah 27

    4. Tujuan disyari‟atkannya Zakat Fitrah 28

    B. Amil dalam Zakat Fitrah 29

    1. Pengertian Amil 29

    3. Syarat Menjadi Amil 30

    C. Muzakki (Pemberi Zakat) Dalam Zakat Fitrah 31

    1. Pengertian Muzakki (Pemberi Zakat) 31

  • xiv

    2. Syarat Wajib Muzakki (Pemberi Zakat) 31

    D. Mustahiq Dalam Zakat Fitrah 33

    1. Pengertian Mustahiq Zakat 34

    2. Pembagian Mustahiq Zakat 34

    E. Orang-orang Yang Tidak Boleh Menerima Zakat Fitrah 46

    BAB III :HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Desa Segiri 52

    1. Keadaan Geogrfis Desa Segiri 52

    2. Visi Dan Misi Desa Segiri 53

    3. Struktur Organisasi 54

    4. Keadaan Penduduk Desa Segiri 56

    B. Pelaksanaan Zakat Fitrah di Dukuh Gamolan 62

    1. Materi Zakat Fitrah 62

    2. Kadar Zakat Fitrah 62

    3. Waktu Pelaksanaan 63

    4. Penyaluran Zakat Fitrah di Dukuh Gamolan 63

    BAB IV: ANALISIS HUKUM TERHADAP PRAKTIK

    PENYALURAN ZAKAT FITRAH DI DUKUH

    GAMOLAN

    A. Praktik Penyaluran Zakat Fitrah di Dukuh Gamolan 69

  • xv

    B. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Penyaluran Zakat

    Fitrah di Dukuh Gamolan 71

    C. Analisis Tinjauan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

    Pengelolaan Zakat Terhadap Praktik Penyaluran Zakat Fitrah di

    Dukuh Gamolan 79

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan 83

    B. Saran 85

    DAFTAR PUSTAKA 87

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1. Keadaan penduduk Desa Segiri menurut Pendidikan 56

    Tabel 3.2. Keadaan Penduduk Desa Segiri menurut Mata Pencaharian 57

    Tabel 3.3. Keadaan Penduduk Desa Segiri menurut Agama 58

    Tabel 3.4. Keadaan Penduduk Dukuh Gamolan menurut Pendidikan 59

    Tabel 3.5. Keadaan Penduduk Dukuh Gamolan menurut Mata Pencaharian 60

    Tabel 3.6. Keadaan Penduduk Dukuh Gamolan menurut Agama 61

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Desa Segiri 54

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang berhubungan dengan

    manusia (hablunminannas) yang erat kaitannya dengan sosial ekonomi.

    Zakat merupakan jembatan yang menghubungkan orang yang

    berkewajiban membayar zakat fitrah dengan orang yang berhak menerima

    zakat. Dengan zakat, di samping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat,

    seseorang barulah sah masuk kedalam barisan umat Islam dan diakui

    keislamannya.1

    Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sama dengan

    kewajiban shalat. Kewajiban zakat banyak sekali dihubungkan dengan

    perintah mendirikan shalat. Ada sebanyak 28 ayat yang mensejajarkan

    kewajiban zakat dengan kewajiban shalat di dalam Al-Qur‟an. Kata zakat

    sering ditemukan secara beriringan dengan kata shalat. Salah satunya yaitu

    pada Surat At-Taubah ayat 11:

    وَة فَِإْخوَ ا َة وَ و َوأَقَاُموا الصَّل ْوافَِإْن تَاب ُ يْ ا تَ ُوا الزَّك ُل اْْل ي ِت لَِقْوٍم َونُ َفصِّ قلىنِ ُنُكْم ِِف الدِّ

    2(11)التوبو: نَ يَ ْعَلُموْ

    1 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9, (Bogor:

    Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 3. 2 At-Taubah (9): 11.

  • 2

    Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan

    menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu

    seagama, dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang

    mengetahui.” (Q.S. At-taubah: 11).

    Hal ini menunjukkan bahwa shalat sebagai ibadah

    badaniyahmempunyai keterkaitan yang saling melengkapi dengan zakat

    sebagai ibadah maliyah. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah ibadah

    maliyah ijtima‟iyyah yang tidak hanya berdimensi maliyah (harta/materi)

    tetapi juga ijtima‟iyyah (sosial) yang memiliki posisi dan peranan yang

    penting, strategis dan menentukan.3 Dengan demikian zakat mempunyai

    manfaat dan hikmah yang besar baik bagi muzakki serta harta itu sendiri

    dan masyarakat keseluruhan.

    Dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang

    Pengelolaan Zakat dijelaskan bahwa zakat adalah harta yang wajib

    dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada

    yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.4

    Fungsi zakat sebagai pembersih dan pensuci terhadap harta yang

    dimiliki serta memberkahkan harta yang dimiliki. Hal ini dapat terwujud

    apabila ibadah zakat ditunaikan dengan baik maka akan meningkatkan

    kualitas keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa. Karena zakat

    sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT.

    3 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9 (Bogor:

    Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 3. 4 Pasal 1 (ayat 2) UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

  • 3

    يْ ِلِِْم َصدَ ا ُخْذ ِمْن أَْمو ِإنَّ َصل وَتَك َسَكٌن قلىِهْم ِِبَا َوَصلِّ َعَلْيِهْم َقًة ُتَطهِّرُُىْم َوتُ زَكُِّْم ْيٌع َعِلْيٌم ) قلىِلَّ 5(103: التوبوَواهللُ َسَِ

    Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

    zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

    untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

    bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S.

    At-Taubah: 103)

    Zakat terbagi menjadi dua bagian yaitu zakat maal (harta) dan zakat

    fitrah (jiwa). Zakat maal adalah zakat yang ditunaikan seorang muslim atas

    nikmat harta yang berlimpah yang telah Allah karuniakan padanya. Zakat

    maal telah ditentukan jumlah dan jenis harta yang wajib dikeluarkan seorang

    muslim. Syarat wajib dari zakat maal yaitu muslim, milku tam (kepemilikan

    sempurna), cukup nisab (batas harta yang diwajibkan zakat), haul (sampai

    usia satu tahun), harta yang berkembang.6 Harta yang menjadi zakat maal

    menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

    yaitu emas, perak dan logam mulia, uang dan surat berharga lainnya,

    perniagaan, pertanian, perkebunan dan kehutanan, peternakan dan

    perikanan, pertambangan, perindustrian, pendapatan dan jasa dan rikaz.7

    Zakat fitrah merupakan zakat jiwa (az-zakah an-nafs) dapat juga

    dinamai dengan “Zakatul Fithri” yaitu zakat yang diwajibkan kepada setiap

    muslim pada akhir bulan Ramadhan setelah selesai mengerjakan shiyam

    (puasa).8 Adapun harta yang wajib menjadi zakat fitrah adalah makanan

    5 At-Taubah (9): 103.

    6 Jurianto. Moh, dkk, Buku Panduan Ibadah Zakat Serial Buku Saku VI, (Tangerang:

    Yayasan Pengkajion. 7 Pasal 4 (ayat 2) UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

    8 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

    hlm. 30.

  • 4

    pokok pada setiap daerah tempat tinggal. Dari Abu Said Al Khudri

    mengatakan:

    ْو َصاًعا ِمْن ََتٍْر , ٲ َ, ْو َصاًعا ِمْن َشِعرٍي َأُكنَّا ُُنْرُِج َز َكاَة اْلِفْطِر َصاًعا ِمْن طََعاٍم , ْو َصاًعا ِمْن َزبِيٍب.ٲ َِقٍط , ٲ َْو َصاًعا ِمْن ٲ َ

    Artinya: “Dulu kami menunaikan zakat fitri dengan satu sha‟ bahan

    makanan, atau satu sha‟ dari gandum atau satu sha‟ dari kurma atau satu

    sha‟ dari keju, atau satu sha‟ dari anggur.” (HR. Bukhari & Muslim).

    Dahulu Rasulullah dan para sahabatmengeluarkan zakat fitrah

    berupa makanan seperti gandum, anggur kering, akiqs. Tetapi dizaman

    sekarang ini zakat berbentuk makananpun diqiyaskan kepada bentuk

    makanan pokok pada zaman itu. Dapat pula dibayar berupa uang yang

    setara dengan besarnya ketentuan makanan pokok tersebut, yang

    merupakan ketentuan besarnya zakat yang harus dikeluarkan bagi tiap-tiap

    wajib zakat.9

    Dalam pendistribusian atau penyaluran zakat fitrah, hendaklah

    disalurkan kepada orang-orang yang tepat, sesuai dengan ketentuan hukum

    Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟ansurah At-Taubah ayat 60 :

    َها َواْلُمَؤلََّفةِ ِمِلْْيَ َعَلي ْ ِكْْيِ َواْلع َا الصََّدق ُت لِْلُفَقَرآِء َواْلَمس بُ ُهْم َوِِف الرَِّقاِب قُ ُلوْ ِإَّنَّ

    اهلُل َعِلْيٌم َحِكْيمٌ وَ قلى َفرِْيَضًة مَِّن اهلِل قلىالسَِّبْيِل َسِبْيِل اهلِل َواْبنِ ِمْْيَ َوِفْ َواْلغ رِ

    10(60: التوبو)Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

    orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf

    yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang

    berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam

    9 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 207.

    10 At-Taubah (9): 60.

  • 5

    perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

    Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 60).

    Ayat diatas menyebutkan bahwa yang termasuk mustahiq

    (penerima zakat) terdiri dari delapan asnaf, yaitu fuqara (orang fakir),

    masakin (orang miskin), amil (pengurus zakat), muallaf (orang yang

    diluluhkan hatinya), riqab (orang yang merdeka), gharim (orang yang

    berhutang), fisabilillah (orang yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu as-

    sabil (orang dalam perjalanan).

    Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Asy-Safi‟i yang

    memprioritaskan kepada 8 asnaf yang wajib diberi bagian dengan rata

    sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah dalam Al-Qur‟an.11

    Menurut Imam Malik, sesungguhnya zakat fitrah itu hanyalah

    diberikan kepada golongan fakir dan miskin. Tidak kepada petugas zakat,

    muallaf, riqab, gharim, fisabilillah dan ibnu sabil. Seperti yang

    diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majjah dari Ibnu Abbas yaitu:

    ُهَما قَاَل: فَ َرَض َرُسوُل اَللَِّو صلى اهلل عليو وسلم َوَعِن اِْبِن َعبَّاٍس َرِضَي اَللَُّو َعن ْاَىا قَ ْبَل زََكاَة اَْلِفْطِر; طُْهَرًة لِلصَّاِئِم ِمَن اَللَّْغِو, َوالرََّفِث, َوطُْعَمًة لِْلَمَساِكِْي, َفَمْن أَدَّ

    اَلصَََّلِة َفِهَي زََكاٌة َمْقُبوَلٌة, َوَمْن أَدَّاَىا بَ ْعَد اَلصَََّلِة َفِهَي َصَدَقٌة ِمَن اَلصََّدقَاِت. 12)َرَواُه أَبُو َداُوَد, َواْبُن َماَجوْ (

    Artinya: Dari Ibnu „Abbas radhiyallahu „anhuma, ia berkata,

    “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk

    menyucikan orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia dan kata-

    kata kotor, juga untuk memberi makan pada orang miskin. Barangsiapa

    11

    T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

    hlm. 30. 12

    M. Nashirudin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, alih bahasa Tajuddin Arief dkk,

    (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 625.

  • 6

    yang menunaikannya sebelum shalat („ied), zakat tersebut diterima.

    Barangsiapa menunaikannya sesudah shalat, itu hanyalah dicatat sebagai

    sedekah biasa.” (HR. Abu Daud dan IbnuMajah).

    Para ulama berselisih pendapat tentang apakah zakat itu wajib

    menjangkau kedelapan golongan ini, semuanya, atau cukup diberikan

    kepada salah satu atau beberapa golongan saja. Namun pada kesepakatan

    ulama tidak mutlak zakat itu dibagikan kepada seluruhnya. Ulama

    berpendapat bahwa disebutnya delapan golongan ini hanyalah untuk

    menentukan siapa yang berhak dan patut menerima zakat.13

    Tetapi tidak

    berarti harus menjangkau semua golongan delapan tersebut.

    Terkait dengan pembahasan zakat fitrah di atas, pada setiap

    tahunnya masyarakat Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan,

    Kabupaten Semarang, menyisihkan sebagian hartanya untuk menunaikan

    zakat fitrah dengan kesadaran tinggi tanpa paksaan dari pihak

    manapun.Sistem pengumpulan zakat fitrah di Dusun Gamolan, Desa

    Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang dilaksanakan oleh

    seluruh warga dengan mengumpulkan zakat fitrahnya kepada panitia zakat

    fitrah yang berada di rumah sesepuh Dusun atau dapat dikatakan tokoh

    masyarakat yang dihormati. Pengumpulan zakat fitrah dilakukan pada

    awal tanggal 25 Ramadhan sampai dengan malam takbir hari raya Idul

    Fitri. Adapun pembentukan kepengurusan zakat fitrah terbentuk secara

    otomatis mengikuti struktur kepengurusan tahun-tahun sebelumnya.

    13

    T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

    hlm. 200.

  • 7

    Petugas pengurus zakat fitrah tersebut ditunjuk dan diangkat oleh

    masyarakat.

    Zakat fitrah yang telah terkumpul dari warga dikumpulkan menjadi

    satu, dan dijumlahkan. Setelah terhitung jumlah zakat yang terkumpul

    kemudian panitia melakukan pembagian zakat, dalam pembagian zakat

    tersebut zakat dibagikan kepada janda, orang miskin, guru ngaji (ustadz),

    muallaf, pelajar, untuk panitia zakat dan kemudian sisanya diberikan

    sebagai amal jariyah untuk masjid di Dusun Gamolan.

    Pembagian zakat diatas sepintas cukup adil untuk semuanya karena

    sudah mencakup sebagian penerima zakat yang berdasarkan QS. At-

    Taubah ayat 60, tetapi warga yang menjadi muzakki bisa juga menjadi

    mustahiq zakat. Hal ini dikarenakan kriteria mustahiq zakat disesuaikan

    dengan kondisi keadaan warga sekitar. Tidak hanya itu, memberikan zakat

    fitrah ke masjid justru mengurangi hak kaum muslimin yang

    membutuhkan, karena sisa dari zakat fitrah yang telah dibagikan kepada 6

    asnaf tersebut dirasa masih terlalu banyak.

    Terkait dengan persoalan penyaluran zakat fitrah di Dusun

    Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, maka

    penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul

    “PRAKTIK PENYALURAN ZAKAT FITRAH MENURUT HUKUM

    ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011

    TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus di Dusun Gamolan,

    Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang).

  • 8

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

    maka pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan, Desa

    Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang?

    2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam mengenai praktik penyaluran zakat

    fitrah di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang?

    3. Bagaimana tinjauan hukum mengenai praktik penyaluran zakat fitrah di

    Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang

    Penyaluran Zakat?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan,

    Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

    2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam mengenai praktik penyaluran

    zakat fitrah Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan,

    Kabupaten Semarang.

    3. Untuk mengetahui tinjauan Undang-undang Nomer 23 tahun 2011

    tentang Pengelolaan Zakat mengenai praktik penyaluran zakat fitrah di

    Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang.

  • 9

    D. Kegunaan Penelitian

    Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat dari

    beberapa aspek:

    1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan

    atau referensi dalam rangka menambah khazanah ilmu pengetahuan

    khususnya dalam bidang zakat.

    2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan

    pemikiran tentang persoalan penentuan mustahiq zakat fitrah yang

    tepat, umumnya bagi umat Islam dan khususnya bagi panitia zakat

    fitrah di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang.

    E. Penegasan Istilah

    Penyaluran menurut KBBI merupakan proses, cara, perbuatan

    menyalurkan.14

    Penyaluran dapat pula disamakan dengan pembagian

    sesuatu kepada pihak yang berkepentingan.15

    Zakat adalah hak Allah berupa harta yang diberikan oleh seorang

    (yang kaya) kepada orang-orang fakir. Harta itu disebut dengan zakat

    karena didalamnya terkandung penyucian jiwa, pengembangannya dengan

    kebaikan-kebaikan, dan harapan untuk mengharap berkah. Hal itu

    14

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016. 15

    Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),

    hlm. 169.

  • 10

    dikarenakan asal kata zakat adalah az-zakah yang berarti tumbuh, suci dan

    berkah.16

    Zakat fitrah secara terminologi adalah kadar harta tertentu yang

    harus diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai

    syarat. Dinamakan zakat yang diwajibkan setelah selesainya bulan

    ramadhan. Zakat fitrah disyariatkan pada bulan Sya‟ban tahun yang kedua

    hijriyah untuk menjadikan pensuci bagi orang yang berpuasa dari

    perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan keji yang mungkin telah

    dilakukan selama bulan puasa serta untuk menjadi penolong bagi

    penghidupan orang fakir dan orang yang berhajat.17

    Hukum Islam adalah sudut pandang satuan kompleks dengan

    peraturan dan ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan

    Al-Qur‟an dan Hadits, maupun berdasarkan hukum syara‟.18

    Hukum Islam

    yang dimaksud disini adalah Fiqh Zakat.

    Undang-undang adalah sekelompok peraturan negara yang dibuat

    oleh Pemerintah baik itu badan eksekutif dan legislatif, disahkan oleh

    badan legislatif, ditandatangani oleh Presiden atau kepala pemerintah dan

    mempunyai kekuatan yang mengikat.19

    Dalam penelitian ini menggunakan

    16

    Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3, alih bahasa Mahyudin Syaf, cet. Ke-2, (Bandung:

    Alma‟arif, 1982), hlm. 5. 17

    Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika, Kekuatan Zakat “Hidup Berkah Rezeki

    Melimpah”, (Yogyakarta: Pustaka Albana, 2010), hlm. 65-66 18

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016. 19

    Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia (KBBI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016.

  • 11

    analisis Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

    Zakat.

    Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

    merupakan perubahan dari Undang-undang Nomer 38 Tahun 1999

    Tentang Pengelolaan Zakat karena sudah tidak sesuai dengan

    perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga diganti.

    Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ini

    terdiri dari XI BAB dan 47 Pasal. Sesuai dengan penelitian ini, penulis

    fokus pada Pasal 5 tentang BAZNAS, kemudian Pasal 25 tentang

    Pendistribusian Zakat dan Pasal 26 yang merupakan kelanjutan dari Pasal

    25.

    F. Telaah Pustaka

    Skripsi berjudul ˮPengaruh Sistem Penyaluran Zakat Terhadap

    Pemberian Modal Usaha Pada Mustahik Zakat Center Thoriqotul Jannah

    Kota Cirebonˮ oleh Hanafia Ferdiana, Fakultas Syariah Institut Agama

    Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, tahun 2011. Skripsi ini

    menyimpulkan sistem penyaluran zakat dengan memberikan modal usaha

    pada mustahik dengan mensurvey langsung ke rumah para mustahik,

    kemudian zakat center dapat menentukan apakah mustahik tersebut layak

    atau tidak menerima bantuan tersebut setelah pengajuan bantuan diterima.

    Dari penelitian tersebut mendapatkan hasil 36% mustahik mengatakan

    kehidupannya lebih meningkat berkat bantuan modal usaha yang diberikan

    oleh Zakat Center. Hal tersebut merupakan keberhasilan bagi Zakat Center

  • 12

    Thoriqotul Jannah Kota Cirebon dalam sistem penyaluran dana zakat

    dalam pemberian modal usaha pada mustahik yang lebih mensejahterakan.

    Sedangkan yang penulis teliti adalah Praktik Penyaluran Zakat Fitrah

    Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011

    tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus diDusun Gamolan, Desa Segiri,

    Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang).20

    Skripsi berjudul “Pelaksanaan Penyaluran Zakat Fitrah di Desa

    Lukun dan Desa Batinsuir Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten

    Kepulauan Meranti Ditinjau Menurut Perspektif Hukum Islam” oleh

    Syamsudin, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Sultan Syarif Kasim

    Riau, tahun 2013. Berkesimpulan bahwa fakta ditengah-tengah masyarakat

    di dua desa kecamatan Tebingtinggi Timur yang menganggap bahwa

    masjid sebagai asnaf zakat ke dalam kategori gharim. Masyarakat

    menganggap bahwa masjidlah yang berhutang dan hutang itu adalah

    tanggungan masjid, maka untuk membayar hutang-hutang masjid tersebut

    mereka mengambilnya dari dana zakat fitrah, dan dana hasil zakat fitrah

    tersebut juga sebagian digunakan untuk kas masjid. Sedangkan yang

    penulis teliti adalah Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Menurut Hukum

    Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

    20

    Hanafia Ferdiana, ˮPengaruh Sistem Penyaluran Zakat Terhadap Pemberian Modal Usaha Pada Mustahik Zakat Center Thoriqotul Jannah Kota Cirebon,” SkripsiIAIN Syekh Nurjati

    Cirebon (2011).

  • 13

    Zakat (Studi Kasus diDusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan,

    Kabupaten Semarang).21

    Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Distribusi

    Zakat Fitrah Untuk Pembangunan Masjid At-Taqwa (Studi Kasus di Desa

    Tajungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati)” oleh Akris

    Prayoga, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo tahun 2015.

    Menurut skripsi ini beberapa tokoh masyarakat setempat ada yang

    membolehkan menyalurkan zakat fitrah untuk kepentingan masjid, dengan

    alasan bahwa untuk memenuhi kepentingan masjid atau kepentingan

    umum itu termasuk golongan fisabilillah, dan ada yang tidak boleh

    membolehkan karena zakat fitrah itu harus disalurkan kepada para

    mustahiq khususnya golongan fakir dan miskin. Sedangkan yang sedang

    penulis teliti adalah Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Hukum Islam dan

    Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi

    Kasus di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang).22

    Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat

    Produktif di Lazis NU Yogyakarta)” oleh Muhammad Nashir, Fakultas

    Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun

    2015.Menurut skripsi ini, pendistribusian zakat produktif pada lembaga

    21

    Syamsudin, “Pelaksanaan Penyaluran Zakat Fitrah di Desa Lukun dan Desa Batinsuir

    Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten Kepulauan Meranti Ditinjau Menurut Perspektif

    Hukum Islam,”Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru (2013). 22

    Akris Prayoga, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Distribusi Zakat Fitrah Untuk

    Pembangunan Masjid At-Taqwa (Studi Kasus di Desa Tajungsari, Kecamatan Tlogowungu,

    Kabupaten Pati),”Skripsi UIN Walisongo Semarang (2015).

  • 14

    Lazis NU menerapkan skema al-qard al-hasan. Mustahik hanya diberikan

    beban untuk memberikan 10% dari keuntungan bersih sebagai infak

    kepada lembaga. Sedangkan yang penulis teliti adalah Praktik Penyaluran

    Zakat Fitrah Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang Nomer 23 Tahun

    2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus diDusun Gamolan, Desa

    Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang).23

    Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pendistribusian

    Zakat Fitrah Secara Merata (Studi Kasus Di Dk. Jlapan, Ds. Kunden, Kec.

    Karanganom, Kab. Klatenˮ oleh M. Faisal Ansori, Fakultas Syariˈah

    Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta tahun 2017. Menurut skripsi

    ini, di Dk. Jlapan Ds. Kunden Kec. Karanganom Kab. Klaten hanya

    menerima zakat fitrah dalam bentuk makanan pokok atau beras. Ketika

    pendistribusian zakat selesai dibagikan kepada para mustahiq, terdapat

    beras yang masih tersisa. Dari sisa beras zakat fitrah tersebut kemudian

    dibagikan secara merata kepada setiap warga di Dk. Jlapan Ds. Kunden

    Kec. Karanganom Kec. Klaten. Sedangkan yang penulis teliti adalah

    Praktik Penyaluran Zakat Fitrah Menurut Hukum Islam dan Undang-

    Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi Kasus

    diDusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang).24

    23

    Muhammad Nashir , “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Zakat Produktif di

    Lazis NU Yogyakarta),”SkripsiUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2015). 24

    M. Faisal Ansori, ˮTinjauan Hukum Islam Terhadap Pendistribusian Zakat Fitrah

    Secara Merata (Studi Kasus Di Dk. Jlapan, Ds. Kunden, Kec. Karanganom, Kab. Klaten,” Skripsi

    IAIN Surakarta (2017).

  • 15

    Dari beberapa penelitian di atas, maka penulis mencoba

    menguraikan tentang praktik penyaluran zakat fitrah di Dusun Gamolan,

    Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, dan bagaimana

    tinjauan Hukum dalam pandangan Islam dan Undang-undang Nomer 23

    Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Karena sejauh pengetahuan

    penulis belum ada yang melakukan penelitian membahas masalah tersebut.

    G. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah kualitatif (field research) yaitu

    penelitian dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

    berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran

    mereka tentang dunia sekitarnya.25

    Peneliti mencari data secara

    langsung ke tempat obyek penelitian.

    Pada penelitian ini menggunakan jenis pendekatan yuridis

    normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan

    dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan

    dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap

    peraturan-peraturan, asas-asas, literatur-literatur dalam ilmu hukum

    yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.26

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Dusun Gamolan, Desa Segiri,

    Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah,

    25

    Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 20. 26

    Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 24.

  • 16

    dimana dalam pembagian zakat fitrahnya terdapat permasalahan

    muzakki yang dapat menjadi mustahiq zakat, dengan zakat fitrah yang

    hanya di salurkan kepada 6 (enam) asnaf. Dari penyaluran zakat fitrah

    itu terdapat sisa zakat fitrah yang disalurkan ke masjid Nurul Imam di

    Dusun Gamolan. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 4

    (empat) bulan yaitu dari bulan April-Juli 2019.

    3. Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting dalam

    sebuah penelitian ilmiah, karena data yang dihasilkan diharapkan dapat

    digunakan untuk menjawab sekaligus memecahkan masalah yang ada.

    Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan

    data pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan

    data sebagai berikut:

    a. Metode Observasi

    Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan pengamatan

    langsung, dimana peran peneliti sebagai pengamat di lapangan.

    Metode ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan secara

    langsung mengenai praktik penyaluran zakat fitrah.

    b. Metode Wawancara

    Wawancara merupakan tanya jawab dengan menggunakan

    komunikasi dua arah antara penanya dan narasumber agar penulis

    mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

  • 17

    Penulis mengadakan wawancara langsung kepada pihak-pihak

    terkait yaitu 6 orang panitia zakat fitrah dan 5 orang warga Dusun

    Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang

    yang menjadi muzakki zakat fitrah sekaligus menjadi mustahiq.

    c. Metode Dokumentasi

    Studi dokumentasi merupakan langkah awal setiap penelitian

    hukum. Dokumen artinya perolehan informasi yang dapat berupa

    gambar, teks, video maupun objek.27

    Dalam penelitian ini,

    dokumentasi dilakukan dengan menggunakan: gambar (bab III dan

    foto-foto yang terdapat pada lampiran).

    4. Sumber Data

    Dalam penelitan menggunakan penelitian lapangan (field

    research) data yang digunakan adalah data primer yaitu melakukan

    penelitian di rumah sesepuh Dusun Gamolan yang menjadi tempat

    berkumpulnya para amil melakukan pengelolaan zakat fitrah.

    a. Sumber data primer

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

    sumbernya diamati dan dicetak untuk pertama kalinya.28

    Data

    tersebut meliputi data yang diperoleh dari pihak-pihak yang

    diwawancarai,yaitu para panitia amil zakat fitrah dan warga Dusun

    Gamolan yang menjadi muzakki sekaligus mustahiq zakat fitrah.

    b. Sumber data sekunder

    27

    Herny Februariyanti dan Edi Zuliarso, “Klasifikasi Dokumen Berita Teks Bahasa

    Indonesia Menggunakan Ontologi”, Dinamik , Vol. 17:1 (Januari 2012),hlm 15. 28

    Marzuki, MetodeologiRiset. (Yogyakarta: BPFE-UII,2002),hlm.55.

  • 18

    Data ini merupakan data yang dapat memberikan keterangan

    pendukung data primer. Data tersebut berasal dari bahan-bahan

    pustaka, karya ilmiah, Undang-undang Nomer23 Tahun 2011

    tentang Pengelolaan Zakat dan sumber tertulis lainnya yang

    berkaitan dengan masalah penelitian.

    5. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan yaitu analisis induktif. Analisis

    induktif yaitu dengan menerapkan permasalahan penyaluran zakat fitrah

    di Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang untuk menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus ke

    dalam teori-teori zakat, nash-nash Al-Qur‟an atau al-hadits serta

    pendapat para ulama. Setelah itu, kesimpulan induktif itu dikaji dengan

    hukum Islam, yaitu sesuai atau tidak praktik penyaluran zakat fitrah di

    Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten

    Semarang dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam dan Undang-

    undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

    6. Pengecekan Keabsahan Data

    Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian

    yang penting dalam penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui derajat

    kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Apabila peneliti

    melaksanakan pemeriksaan keabsahan data secara cermat dan

    menggunakan teknik-teknik yang tepat, maka akan diperoleh hasil

    penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai

  • 19

    segi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan mengikuti teknik dibawah

    ini:

    a. Ketekunan pengamatan, dilakukan dengan cara mengamati secara

    teliti, rinci, dan terus menerus selama observasi.

    b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

    sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

    pengecekan/pembanding terhadap data tersebut dan cara terbaik

    untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi yang ada

    dalam konteks tertentu saat mengumpulkan data tentang berbagai

    pandangan, dan melalui tringulasi peneliti membandingkan

    temuannya dengan berbagai sumber, metode dan teori.

    c. Pemeriksaan sejawat, yaitu mendeskripsikan proses dan hasil

    penelitian dengan pembimbing, teman sejawat, dan dosen yang

    memiliki pengetahuan mengenai judul peneliti.29

    Maka jelas, bahwa melalui teknik ketekunan pengamatan,

    tringulasi, dan pemeriksaan sejawatlah keabsahan data dapat

    dibuktikan.

    H. Sistematika Penulisan

    Penulisan penelitian ini akan disusun menjadi lima bab, masing-

    masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang diawali dengan

    pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran yang

    dianggap perlu. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut:

    29

    Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-26,(Bandung:Remaja

    Rosdakarya, 2009), hlm. 329-333).

  • 20

    Bab I berisi tentang latar belakang penulis mengangkat tema yang

    akan dibahas dalam penelitian, latar belakang penelitian, perumusan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, review studi

    terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab II penulis memuat tinjauan pustaka dengan membahas teori-

    teori yang terkait dengan tinjauan umum mengenai zakat fitrah, dasar-

    dasar zakat fitrah, hikmah dan tujuan zakat fitrah, muzakki dan mustahiq

    dalam zakat fitrah.

    Bab III, pada bab ini penulis menuliskan pembahasan mengenai

    gambaran umum lokasi penelitian, dan praktik penyaluran zakat fitrah di

    Dusun Gamolan, Desa Segiri, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

    Bab IV membahas hasil penelitian dan analisis yang membahas

    tentang praktik penyaluran zakat fitrah ditinjau dari Hukum Islam dan

    Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

    Bab V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

  • 21

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Zakat Fitrah

    1. Pengertian Zakat Fitrah

    Secara etimologi zakat berasal dari bahasa arab kata zaka yang

    artinya “suci, tumbuh, berkah, bersih, baik”.30

    Menurut Yusuf Qardawi secara bahasa zakat merupakan kata dasar

    (masdar) dari zakat yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu

    itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka, berarti

    orang itu baik.31

    Menurut Adi Warman Azwar Karim zakat berarti, al-barakatu

    yang artinya keberkahan, al-nama yang artinya pertumbuhan dan

    perkembangan, at-thaharatu yang artinya kesucian dan ash-salahu yang

    artinya keberesan. Jika disimpulkan artinya tumbuh suci dan berkah.32

    Menurut Amir Syariffudin zakat berarti, zaka artinya

    membersihkan, bertumbuh, dan berkah.33

    30

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1985. 31

    Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9 (Bogor:

    Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 34. 32

    Adi Warman Azwar Karim, Metode Praktis Penetapan Nisab Zakat, Cet. Ke-1,

    (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), hlm. 29. 33

    Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Cet. Ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada

    Media Group, 2013), hlm. 37.

  • 22

    Para ulama banyak yang mengartikan secara singkat arti zakat

    dengan tumbuh atau suci, tetapi yang terkuat dalam buku Fiqh Zakat oleh

    Yusuf Qardawi, yaitu kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh,

    sehingga bisa dikatakan, tanaman, tanaman itu zaka, artinya tumbuh,

    sedangkan tiap sesuatu yang bertambah disebut zakat. Bila satu tanaman

    tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka disini bersih.34

    Zakat menurut istilah adalah suatu ibadah yang wajib ditunaikan

    seorang Muslim, baik anak-anak maupun dewasa, baik orang merdeka

    maupun hamba sahaya, seta baik laki-laki maupun perempuan dengan

    memberikan sejumlah kadar tertentu dari harta milik sendiri..35

    Zakat adalah sebutan atas segala sesuatu yang dikeluarkan oleh

    seorang sebagai kewajiban kepada Allah, kemudian diserahkan kepada

    orang-orang miskin (yang berhak menerimanya). Disebut zakat karena

    mengandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan jiwa, dan

    mengembangkan harta dalam segala kebaikan.36

    Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat Pasal 1 (ayat 2) dinyatakan bahwa zakat adalah harta

    yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk

    diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.37

    34

    Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9 (Bogor:

    Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 34. 35

    Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, cet. Ke-1, (Depok: Raja Grafindo Persada,

    2018), hlm. 48. 36

    Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3, alih bahasa Mahyudin Syaf, cet. Ke-2, (Bandung:

    Alma‟arif, 1982), hlm. 5. 37

    Pasal 1 (ayat 2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

  • 23

    Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa zakat

    itu tumbuh dan berkembang karena harta yang dizakatkan dapat

    mensucikan harta dan dengan zakat dapat membantu orang lain.

    Sedangkan Fitrah mempunyai banyak makna, diantaranya dalam

    surat Huud ayat 51, yang berbunyiː

    أََفََل ج َعَلى الَِّذى َفطََرِِ َى ِإّلَّ ِإْن َأْجرِ صلىَقْوِم ََلَأْسئَ ُلُكْم َعَلْيِو َأْجرًاىيَ 38(51اِلود: (تَ ْعِقُلونَ

    Artinyaː“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku.

    Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?" (Q.S. Al-Huudː 51) Kata fitrah pada ayat di atas mempunyai makna “menciptakan”.

    Dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:

    ًفا ْيِن َحِني ْ َها جَفأَِقْم َوْجَهَك لِلدِّ ْبِدْيَل ِِلَْلِق َّل ت َ جِفْطَرَت اهلِل الَِِّت َفطََر النَّاَس َعَلي ِْيُن اْلَقيُِّم َوَلِكنَّ َأْكثَ َر النَّاِس َّليَ ْعَلُمْونَ اذَ جاهلِل 39(30)االّروم : ِلَك الدِّ

    Artinyaː“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

    menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

    yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-

    Ruumː 30). Pada ayat tersebut kata fitrah mempunyai makna “fitrah” itu

    sendiri.

    Kata al-fithr sehubungan dengan masa mengeluarkannya yaitu

    waktu berbuka (al-fithr) setelah selesai puasa pada bulan Ramadhan, dan

    disebut zakat fitrah, karena dikaitkan dengan diri (al-fithrah) seseorang,

    bukan dengan hartanya.40

    38

    Al-Hud (11): 51. 39

    Ar-Ruum (30): 30. 40

    Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1995, hlm. 168.

  • 24

    Menurut Sayyid Sabiq zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan

    oleh sebab perubahan dari bulan Ramadhan yaitu wajib pribadi muslim,

    baik anak kecil, maupun orang dewasa, laki-laki dan perempuan, merdeka

    atau budak.41

    Menurut Muhammad Daud Ali adalah pengeluaran yang wajib

    dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah

    keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri, sebagai tanda

    syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan ibadah puasa. Zakat

    Fitri ini, selain dari untuk menggembirakkan hati fakir miskin pada hari

    raya Idul Fitri itu, juga dimaksudkan untuk mensucikan dosa-dosa kecil

    yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa Ramadhan, agar orang itu

    benar-benar kembali kepada keadaan fitrah, suci ketika dilahirkan

    ibunya.42

    Menurut Yusuf Qardawi zakat fitrah adalah zakat yang disebabkan

    oleh futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan atau disebut juga dengan

    sedekah fitrah.43

    Dapat disimpulkan bahwa zakat fitrah merupakan zakat yang

    secara khusus wajib dikeluarkan bagi setiap muslim di akhir bulan

    Ramadhan atau sebelum shalat Idul Fitri untuk mensucikan jiwa yang

    berupa bahan makanan pokok.

    41

    Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3,alih bahasa Mahyudi Syaf, Cet. Ke-2, (Bandung:

    Alma‟arif, 1982), hlm. 5. 42

    Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Cet. Ke-1, (Jakarta:

    Penerbitan Universitas Indonesia, 1988), hlm. 31. 43

    Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, alih bahasa Salman Harun dkk, cet. Ke-9, (Bogor:

    Pustaka Litera Antar Nusa, 2006), hlm. 920.

  • 25

    2. Dasar Hukum Zakat Fitrah

    Zakat Fitrah disyari‟atkan pada bulan sya‟ban dari tahun kedua

    Hijriyah untuk menjadikan pensuci bagi orang yang berpuasa dari

    perbuatan ataupun perkataan yang sia-sia dari perbuatan keji yang

    mungkin dilakukan dalam bulan puasa dan menjadi penolong bagi

    kehidupan orang fakir dan orang-orang yang berhajat.44

    Ketentuan kewajiban pelaksanaan zakat fitrah dilihat dalam Al-

    Qur‟an dan beberapa Hadits, diantaranya sebagai berikutː

    Dalam surat Al-A‟la ayat 14-15:

    45(15-14)اّْلٴ على: ( 15َوذََكَر اْسَم َربِِّو َفَصلَّى )( 14)َقْد أَف َْلَح َمْن تَ زَكَّى Artinyaː“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan

    diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia

    sembahyang.” (Q.S. Al-A‟laaː 14-15). Ayat di atas, menurut riwayat Ibn Khuzaimah, diturunkan

    berkenaan dengan zakat fitrah, takbir hari raya dan shalat „ied. Dari

    pengertian ayat di atas, bahwa zakatul fitri itu, satu suruhan agama, satu

    pekerjaan yang mendatangkan keuntungan dan kemenangan.46

    Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah (9)ː 103 ː

    ْيِهْم ِِبَا َوَصلِّ َعَلْيِهْم اُخْذ ِمْن أَْموَ َتَك َسَكٌن اِإنَّ َصَلو صلىِلِِْم َصَدَقًة ُتَطهِّرُُىْم َوتُ زَكُِّْم ْيٌع َعِلْيٌم )ا قلىِلَّ 47(103توبة: لَوا هللُ َسَِ

    Artinyaː “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

    untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

    bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S.

    At-Taubahː 103).

    44

    Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 207. 45

    Al-A‟la (87): 14-15. 46

    T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

    hlm. 252-253. 47

    At-Taubah (9): 103.

  • 26

    Ayat diatas menjelaskan bahwa zakat akan membersihkan diri dan

    membersihkan dari semua sifat-sifat tercela yang timbul karena harta

    benda, seperti kikir, tamak dan sebagainya.48

    Zakat fitrah ialah zakat yang wajib di bulan ramadhan, Hukumnya

    wajib atas setiap Muslimin, baik anak-anak atau dewasa, laki-laki atau

    wanita, budak belian atau merdeka.49

    Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. :

    ُو َعَلْيِو َوَسلََّم زََكاَة اْلِفْطِر ِمْن اللّ ىِو َصلَّ َقاَل: فَ َرَض َرُسوُل اللّ ْبِنُعَمرَ ِو َعْبِد اللّ َعنْ ِمَن ،نْ َثىُأْو َأذََكٍر ،َوَعْبدٍ َعَلى ُكلِّ ُحر َصاًعاِمْنَتْمرٍَأْوَصاًعاِمْنَشِعريٍ َرَمَضاَن . اْلُمْسِلِمْْيَ

    Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. beliau berkata, “Rasulullah

    shallallahu „alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri, berupa satu sha‟

    kurma kering atau gandum atas budak, orang merdeka, laki-laki

    danperempuan, anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslimin.

    Dan beliau memerintahkan supaya dikeluarkan sebelum orang-orang

    keluar untuk shalat „Id.” (HR Al-Bukhari)

    Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkataː

    هُ مَ لَّ سَ وَ وِ يْ لَ عَ ى اهللُ لَّ صَ َما قَاَل: فَ َرَض َرُسوُل َاهللِ َوَعِن اِْبِن َعبَّاٍس َرِضَي اَللَُّو َعن ْزََكاَة اَْلِفْطِر; طُْهَرًة لِلصَّاِئِم ِمَن اَللَّْغِو, َوالرََّفِث, َوطُْعَمًة لِْلَمَساِكِْي, َفَمْن أَدَّاَىا قَ ْبَل

    َكاٌة َمْقُبوَلٌة, َوَمْن أَدَّاَىا بَ ْعَد اَلصَََّلِة َفِهَي َصَدَقٌة ِمَن اَلصََّدقَاِت. اَلصَََّلِة َفِهَي َز ) َرَواُه أَبُو َداُوَد, َواْبُن َماَجوْ (

    Artinya: “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah, sebagai kesucian

    bagi orang yang puasa dari kesia-siaan dan dosa serta makanan bagi

    orang-orang miskin. Barang siapa menunaikannya sebelum shalat, maka

    itu adalah zakat yang diterima. Dan siapa menunaikannya setelah shalat,

    maka itu adalah bagian dari sedekah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

    48

    Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, (Jakartaː Lentera Abadi, 2010), hlm.

    199. 49

    Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018),

    hlm. 48.

  • 27

    Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Daud yang berbunyi:

    زََكاُة اْلِفْطِر ِمْن َرَمَضاَن َعَلى النَّاِس َصاًعا ِمْن ََتٍْر اَْو َصا ًعا ِمْن َشْعريٍ َعَلى ُكلِّ ُسِلِمْْيَ

    ُحرٍاَْو َعْبٍد َذ َكٍر اَْو اُْنَشى ِمَن ْاملArtinya:“Zakat fithr dari Ramadhan, wajib atas manusia, satu sha‟

    dari tamar atau satu sha‟ dari gandum (sya‟ir), atas tiap-tiap orang

    muslim, merdeka atau budak, laki-laki atau perempuan.” (Muttafaq

    „Alayh).

    Dasar hukum perintah zakat, yang menunjukkan kewajiban zakat

    tersebut adalah sebagai berikut:

    50(77ساء: نّ لا(َوأَِقيُموا الصَََّلَة َوآُتوا الزََّكاَة Artinya: “... dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat...”(Q.S. An-

    Nissa: 77).

    ِإنَّ الَِّذيَن آَمُنوا َوَعِمُلوا الصَّاِِلَاِت َوأَقَاُموا الصَََّلَة َوآتَ ُوا الزََّكاَة َِلُْم َأْجرُُىْم ِعْنَد مْ 51(277)البقره:َزنُوَن َوَّل َخْوٌف َعَلْيِهْم َوَّل ُىْم يَْ جَرِبِِّ

    Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan

    amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat

    pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan

    tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 277).

    3. Hikmah Zakat Fitrah

    Hikmah zakat fitrah diantaranya untuk mensucikan orang puasa

    dari perbuatan dan perkataan keji dan merupakan bentuk rasa syukur

    kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada hambanya,

    sehingga dapat menyempurnakan puasa pada bulan Ramadhan.52

    Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak tercela, serta

    mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan

    membayar amanah kepada orang lain yang berhak dan berkepentingan.

    50

    An-Nissa (4): 77. 51

    Al-Baqarah (2): 277. 52

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1986.

  • 28

    Menolong orang yang lemah dan susah agar dapat menunaikan kewajiban

    kepada Allah SWT dan kepada makhluk Allah SWT (masyarakat).53

    Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama

    manusia, manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam

    kebaikan dan takwa serta salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.54

    4. Tujuan disyari’atkannya Zakat Fitrah

    Zakat fitrah memiliki beberapa tujuan yaitu:

    a. Sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

    b. Memelihara harta dan membentengi dari pandangan mata dan

    tangan panjang orang-orang pendosa dan durhaka. Betapa hebatnya

    perjuangan hidup berapa banyak orang yang baik tetapi menjadi

    penjahat besar lalu merusak masyarakat dan membuat kerusuhan.

    Firman Allah surat Ali Imran ayat 180:

    ُهُم اهللُ بَْل صلى, ُىَوَخي ْرًا ِلَُّْم وِ ِمْن َفْضلِ َوَّل َيَْسََبَّ الَِّذْيَن يَ ْبَخُلوَن ِبَآ ء ات ُث اَوهلِل ِمي ْرَ قلىَسُيَطوَّ قَ ْوَن َما َبَُِلوْا بِِو, يَ ْوَم اْلِقَيَمِة صلىُىَو َشرٌّ ِلَُّْم

    ٌر )العمران: قلىِت َواْْلَْرِض االسََّمو 55(180َواهللُ ِبَا تَ ْعَمُلوَن َخِبي ْArtinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan

    harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya

    menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya

    kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka

    bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.

    dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan

    di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.

    Ali Imran: 180).

    53

    T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

    hlm. 254. 54

    Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Cet. Ke-1, (Jakarta:

    Penerbitan Universitas Indonesia, 1988), hlm. 41. 55

    Ali-Imran (3): 180.

  • 29

    c. Menolong orang-orang fakir yang membutuhkan, dengan tangan-

    tangan mereka yang memulai pekerjaan dan kesungguhan

    sekiranya mereka mampu, membantu mereka untuk menempatkan

    kehidupan yang mulia jika mereka lemah.

    d. Membersihkan jiwa dari segala macam penyakit kikir dan bakhil,

    membiasakan diri orang yang beriman akan sifat kesungguhan dan

    kedermawanan, serta mendidik diri agar bersifat mulia dan

    pemurah dengan membiasakan membayar amanat kepada yang

    berhak dan berkepentingan.

    e. Sebagai ungkapan terima kasih (syukur) atas segala kenikmatan

    yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT.56

    B. Amil dalam Zakat Fitrah

    1. Pengertian Amil

    Secara etimologi amil berasal dari kata amila yang berarti pekerja,

    tukang, dan pengatur pekerjaan. Amil adalah panitia atau orang-orang

    yang mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan pembayaran

    zakat meskipun mampu.57

    Pengertian amil dalam Al-Qur‟an disebut dengan al-amilin „alaiha

    adalah orang yang bertanggungjawab melaksanakan segala sesuatu

    yang berkenaan dengan zakat, mulai dari mendata wajib zakat,

    56

    Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, cet. Ke-1

    (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004) hlm. 304. 57

    Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika, Kekuatan Zakat “Hidup Berkah Rezeki

    Melimpah”, (Yogyakarta: Pustaka Albana, 2010), hlm. 55.

  • 30

    mengumpulkan, membukukan, memelihara dan mendistribusikan

    zakat.58

    Mereka hendaklah terambil dari kaum Muslimin, dan bukan dari

    golongan yang tidak dibenarkan menerima zakat, yaitu dari keluarga

    Rasulullah SAW yaitu Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.59

    Menurut Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat, amil merupakan lembaga yang berwenang

    melakukan tugas pengelolaan zakat. Dalam hal ini lembaga yang

    dimaksud adalah BAZ, LAZ, dan UPZ.

    BAZ merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

    melakukan pengelolaan zakat secara nasional.60

    BAZ terdapat di tingkat

    nasional dan tingkat provinsi kabupaten/kota. Untuk membantu BAZ

    dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

    zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.61

    2. Syarat menjadi Amil

    Amil memang berasal dari kalangan manapun siapa saja bisa

    menjadi amil, akan tetapi untuk menjadi amil harusnya terpilih dari

    orang-orang yang memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

    a. Islam

    b. Mukalaf

    58

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1996. 59

    Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 3, alih bahasa Mahyudin Syaf, cet. Ke-2 (Bandung: PT

    Alma‟arif, 1982), hlm. 91-93. 60

    Pasal 6 Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. 61

    Pasal 17 Undang-undang Nomer 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

  • 31

    c. Jujur

    d. Amanah

    e. Mengetahui hukum dan ketentuan yang berkaitan dengan zakat.62

    Amil sebelumnya perlu mengidentifikasi dan mengklsifikasikan

    mustahiq. Ini dimaksudkan agar di dalam membagikan zakat ada skala

    prioritas, mana mustahiq yang harus didahulukan, dan pola apa yang

    ditempuh dalam proses pendistribusian zakat fitrah.63

    C. Muzakki (Pemberi Zakat) Dalam Zakat Fitrah

    1. Pengertian Muzakki (Pemberi Zakat)

    Muzakki adalah orang yang menunaikan (membayar) zakat. Tidak

    semua orang Islam bisa menjadi muzakki tanpa memenuhi syarat-syarat

    yang telah ditentukan syara‟. Menurut Undang-undang nomor 23 tahun

    2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 (ayat 5), muzakki adalah seorang

    muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.64

    2. Syarat Wajib Muzakki (Pemberi Zakat)

    Syarat-syarat wajib seorang muzakki yaitu :

    a. Islam, kewajiban zakat fitrah hanya diwajibkan untuk umat Islam,

    karena zakat fitrah termasuk salah satu amalan pendekatan diri

    terhadap Allah SWT, pembersih bagi orang yang berpuasa dari dosa

    dan kesia-siaan, sedangkan kaum kafir tidak termasuk orang yang

    62

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1996. 63

    Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, cet. Ke-1

    (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 278. 64

    Pasal 1 (ayat 5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

  • 32

    diwajibkan menunaikan zakat fitrah, namun demikian kelak mereka

    akan dihukum di akhirat karena meninggalkan zakat fitrah.

    b. Lahir sebelum terbenam matahari disaat akhir bulan Ramadhan.

    Anak yang lahir sesudah terbenam matahari tidak wajib zakat fitrah,

    begitu juga orang yang menikah sesudah terbenam matahari tidak

    wajib membayarkan fitrah istrinya yang baru dinikahinya itu.65

    ُو َعَلْيِو َوَسلََّم زََكاَةاْلِفْطِر ِمْن َرَمَضاَن َعَلى َعِن اْبِن ُعَمَر َقَل فَ َرَض َرُسْوُل اللّ ى ِمَن ى ُكلِّ ُحر اَْوَعْبٍد ذََكٍر اَْواُنْ ث النَّاِس َصاًعاِمْن ََتٍْر اَْوَصاًعاِمْن َشِعرْيٍ َعل

    اْلُمْسِلِملْْيَ.Artinya: Dari Ibnu Umar. Ia berkata, “Rasulullah SAW mewajibkan

    zakat fitri (berbuka) bulan Ramadhan sebanyak satu sha‟ (3,1 liter)

    kurma atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau

    hamba, laki-laki atau perempuan.”

    Menurut hadits di atas “zakat fitri (berbuka) bulan Ramadhan”.

    Yang dinamakan berbuka dari bulan Ramadhan ialah malam hari

    raya, jadi malam hari raya itulah waktu wajibnya fitrah.

    c. Dia mempunyai kelebihan harta dari pada keperluan makanan untuk

    dirinya sendiri dan untuk yang wajib dinafkahinya, pada malam hari

    raya dan siang harinya. Orang yang tidak mempunyai kelebihan,

    tidak wajib membayar fitrah.

    Sabda Rasulullah SAW.

    ُو َعَلْيِو َوَسلََّم ُمَعاًذا ِاََل اْلَيَمِن قَاَل فَاْعِلْمُهْم اَنَّ ِو َصلَّ اللّ َلَّ بَ َعَث َرُسْوُل اللّ تَ َرَض َعَلْيِهْم َصَدقَ اللّ ِىْم.ِئى فُ َقرَا ِىْم فَ تُ َردَُّعل ِئًت تُ ْؤَخُذِمْن اَْغِنَيا َو اف ْ

    Tatkala Rasulullah SAW. Mengutus Mu‟az ke Yaman, beliau

    memerintahkan kepada Mu‟az, “Beritahukanlah kepada mereka (penduduk Yaman), sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada

    65

    Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (BandungːSinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 208.

  • 33

    mereka sedekah (zakat), yang diambil dari orang-orang kaya dan

    diberikan kepada orang-orang fakir dikalangan mereka (penduduk

    Yaman).” Riwayat Jam‟ah ahli hadis.

    Rasulullah SAW. Telah berkataː

    َاَيْسَتْكِثُر ِمَن النَّارِقَاُلوْ ِو َوَمايُ ْغِنْيِو ؟ ايَاَرُسْوَل اللّ َمْن َساَل َوِعْنَدُه َمايُ ْغِنْيِو فَِاَّنَّْيِو. ْيِو َويُ َعشِّ قَاَل: َمايُ َغذِّ

    “Barang siapa meminta-minta sedangkan ia berkecukupan,

    sesungguhnya ia memperbesar api neraka (siksaan)”. Para Sahabat-

    sahabat ketika itu bertanyaː “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan berkecukupan itu?” jawab beliauː“Arti berkecukupan baginya sekadar cukup buat dia makan tengah hari

    dan makan malam”. Riwayat Abu Daud dan Ibnu Hibban.66

    Orang yang mencukupi syarat-syarat di atas wajib membayar fitrah

    untuk dirinya sendiri, dan fitrah untuk orang yang wajib

    dinafkahinya seperti istri dan anak-anaknya yang menjadi

    tanggungannya.67

    D. Mustahiq dalam Zakat Fitrah

    1. Pengertian Mustahiq zakat

    Mustahiq zakat adalah orang-orang yang berhak menerima

    zakat.Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat Pasal 1 (ayat 6) mustahiq adalah orang yang berhak

    menerima zakat.68

    Menurut Al-Qur‟an secara umum telah dijelaskan golongan-

    golongan yang termasuk penerima zakat, hal tersebut bertujuan agar

    66

    T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984),

    hlm. 256. 67

    Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandungː Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 208. 68

    Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1 (ayat 6).

  • 34

    orang-orang yang menerima zakat tidak terjadi kesalahan dalam

    pendistribusian zakat.

    2. Pembagian Mustahiq zakat

    Yang berhak menerima zakat itu ada 8 golongan, semuanya

    tercakup dalam firman Allah SWT:

    َها َواْلُموَٴلَّ ِاَّنََّ ِكْْيِ َواْلَعاِمِلْْيَ َعَلي ْ َفِة قُ ُلْو بُ ُهْم َوِِف الرِّقَاِب االصََّدقُت لِْلُفَقَرآِء َواْلَمس ِو َواْبِن السَِّبْيِل ِِف َواْلَغارِِمْْيَ وَ ُو َعِلْيٌم قلىَفرِْيَضًة مَِّن اللّ ِو صلىَسِبْيِل اللّ َواللّ 69(60توبة: لَحِكْيٌم )ا

    Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

    orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para

    mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-

    orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang

    sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

    Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-

    Taubah: 60).

    a. Al-Fuqara (Fakir)

    Al-Fuqara adalah bentuk jamak dari kata al-faqir. Al-faqir adalah

    orang yang sangat membutuhkan, biasanya didefinisikan sebagai

    orang yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak cukup

    untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.70

    Orang yang amat sengsara

    hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi

    penghidupannya.

    Menurut Hanafi, yang termasuk orang fakir yaitu orang yang

    dapat memenuhi sebagian kebutuhannya dan tidak dapat memenuhi

    sebagian lainnya. Menurut Syafi‟i dan Hambali, orang fakir ialah

    orang yang tidak mempunyai apa-apa.Menurut Maliki yang disebut

    69

    At-Taubah (9): 60. 70

    Moh. Rifa‟I dkk,Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hlm. 141.

  • 35

    orang fakir adalah orang yang memiliki sesuatu tapi tidak cukup

    untuk kebutuhan pokoknya selama setahun.71

    Oleh karena itu, Allah SWT menyebutkan mereka kedalam ayat

    pada urutan pertama. Hal itu mengidentifikasikan kedudukan mereka

    yang harus diprioritaskan dan mendapat perhatian lebih.

    Jika orang fakir sama sekali tidak memiliki sesuatu harta, yang

    dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, maka ia berhak menerima

    zakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.72

    Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat

    273:

    ُعوَن َضْربًا ِِف اْْلَْرِض َيَْسبُ ُهُم لِْلُفَقَرآِء الَِّذْيَن ُأْحِصُروْا ِِف َسِبِل اهلِل َّل َيْسَتِطي ْاْْلَاِىُل أَْغِنَيآَء ِمَن الت ََّعفُِّف تَ ْعرِفُ ُهْم ِبِسْيَمُهْم َّل َيْسئَ ُلوَن النَّاَس ِإِلًَْفا

    َوَما قلى )27373 : البقره( ِبِو َعِلْيٌم تُ ْنِفُقواْ ِمْن ُخرْيٍ فَِإنَّ اهللَ

    Artinya: “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh

    jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang

    yang tidak tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara

    diri dari minta-minta. kamu kenal mereka dengan melihat sifat-

    sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. dan

    apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah),

    Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (Q.S. Al-Baqarah:

    273).

    Ayat diatas menjelaskan hakikat fakir ialah orang-orang yang

    tidak memiliki harta untuk keperluan hidupnya sehari-hari serta tidak

    sanggup bekerja dan berusaha, namun ia merasa malu untuk

    meminta-minta.

    71

    T.M, Hasbi Ash-Shiddieqy,Hukum-Hukum Fiqih Islam, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1978), hlm. 174-175. 72

    Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 175. 73

    Al-Baqarah (2): 273.

  • 36

    b. Al-Masakin (Miskin)

    Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata al-miskin. Al-miskin

    adalah orang yang dikasihani. Orang miskin mempunyai penghasilan

    tetap, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari,

    karena itu perlu dikasihani. Orang yang tidak cukup penghidupannya

    dan dalam keadaan kekurangan.74

    Menurut Imam Hanafi orang miskin adalah orang yang memiliki

    pekerjaan tetap tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-

    hari. Sedangkan menurut Jumhur Ulama, miskin adalah orang yang

    mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan

    diri dan tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak

    mencukupi.75

    Orang fakir dan miskin hendaknya diberikan harta zakat yang

    bisa mencukupi kebutuhan sehingga bisa menghilangkan kefakiran

    dan kemiskinannya. Orang fakir dan miskin yang mampu bekerja

    hendaknya diberi zakat peralatan bekerja ataupun modal usaha.

    Dengan demikian, mereka dapat berusaha dengan alat dan modal itu

    sehingga kebutuhan dasar mereka dapat penuhi.76

    Sementara itu, orang fakir dan miskin yang tidak mampu bekerja

    seperti orang jompo dan cacat fisik hendaknya disantuni seumur

    hidup dengan harta zakat tersebut. Sehingga dalam penggunaan

    74

    Moh. Rifa‟I dkk,Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hlm. 142. 75

    T.M, Hasbi Ash-Shiddieqy,Hukum-Hukum Fiqih Islam, cet. Ke-5, (Jakarta: Bulan

    Bintang, 1978), hlm. 174-175. 76

    Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 176.

  • 37

    sehari-hari, fakir dan miskin biasanya disebut secara beriringan.

    Yang menyamakan keduanya adalah kekurangan untuk mencukupi

    kebutuhan hidupnya.77

    c. Al-Amil (Pengurus Zakat)

    Al-Amil (pengurus zakat) adalah pekerja atau pengurus zakat yang

    diangkat oleh pihak yang berwenang yang akan melaksanakan segala

    kegiatan urusan zakat, baik mengumpulkan, membagikan (kepada

    para mustahiq) maupun mengelolanya zakat secara profesional. Amil

    adalah orang yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mengambil,

    menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari

    para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak

    menerimanya. Orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan

    membagikan zakat.78

    Orang yang paling utama menjadi amil adalah orang-orang yang

    sangat membutuhkan zakat tersebut, tetapi jika diantara mereka tidak

    ada yang sanggup, boleh juga orang-orang kaya yang betul-betul

    mau menolong orang yang miskin itu, mereka pun berhak menerima

    pembagian zakat karena termasuk bagian panitia (amil).

    Orang yang ditunjuk sebagai amil zakat adalah orang yang benar-

    benar terpercaya, kejujuran dan keikhlasan sangat di perlukan bagi

    para amil.

    77

    Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, cet. Ke-1, (Depok: PT Raja Grafindo

    Persada), hlm. 161. 78

    Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),

    hlm. 134.

  • 38

    Adapun perbedaan pendapat dikalangan para imam mazhab

    mengenai batasan seseorang dikatakan sebagai amil zakat, yaituː

    1). Menurut mazhab Imam Hanafi, amil adalah orang yang diangkat

    untuk mengambil dan mengurus zakat.

    2). Menurut mazhab Imam Maliki, amil adalah pengurus zakat,

    penulis, pembagi, penasehat, dan sebagainnya, yang bekerja

    untuk kepentingan zakat.

    3). Menurut mazhab Imam Hambali, amil adalah pengurus zakat, dia

    diberi zakat sekedar upah kerjaannya (sepadan dengan upah

    pekerjaannya).

    4). Menurut mazhab Imam Syafi‟i, amil adalah semua orang yang

    bekerja mengurus zakat sedang dia tidak mendapat upah selain

    dari zakat itu.79

    Allah menyediakan upah bagi para panitia zakat fitrah (amil) dari

    harta sebagai imbalan dan tidak diambil selain harta zakat melainkan

    sebagai imbalan jasa dari tugas pekerjaan mereka walaupun mereka

    termasuk kategori orang kaya. Oleh karena itu, bagian untuk amil

    jumlahnya tidak disamakan dengan yang lainnya seperti bagian fakir

    miskin, karena amil ini diberikan bagian bukan karena

    kebutuhannya.

    79

    Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandungː Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 211-213.

  • 39

    d. Muallaf

    Muallaf berasal dari kata al-muallafah qulubuhum yang artinya

    orang yang dijinakkan atau dibujuk. Muallaf adalah orang-orang

    yang baru masuk Islam, sehingga masih perlu dibujuk hatinya.

    Memang disini tidak ada definisi muallaf dari sisi durasi waktunya.

    Orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru

    masuk Islam yang imannya masih lemah.

    Muallaf merupakan orang yang hatinya perlu dilunakkan

    (dirangkul yang positif) untuk memeluk agama Islam, atau untuk

    dikukuhkan karena keislamannya yang lemah atau untuk mencegah

    tindakan buruknya terhadap kaum muslimin atau karena

    membentengi kaum muslimin.

    Para Imam mazhab berbeda pendapat mengenai pengertian

    muallaf, antara lain sebagai berikutː

    1). Mazhab Imam Hanafi berpendapat bahwa muallaf tidak diberi

    zakat lagi, sejak masa khalifah pertama.

    2). Mazhab Imam Maliki berpendapat bahwa muallaf sebahagian

    mengatakanː orang kafir yang ada harapan untuk masuk agama

    islam; sebagian orang lain mengatakanː orang Islam yang baru

    memeluk agama Islam.

    3). Mazhab Imam Hambali berpendapat bahwa muallaf orang yang

    mempunyai pengaruh di sekelilingnya sedang ada harapan ia

    akan masuk Islam atau ditakuti kejahatannya, atau orang Islam

  • 40

    yang ada harapan imannya akan bertambah teguh atau ada orang

    lain akan Islam karena pengaruhnya.

    4). Mazhab Imam Syafi‟i berpendapat bahwa empat macam

    pengertian mengenai muallaf, yaituː

    a). Orang yang baru masuk Islam sedang imannya belum teguh.

    b). Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita

    berpengharapan, kalau dia diberi zakat, orang lain dari

    kaumnya akan masuk Islam.

    c). Orang Islam yang berpengaruh terhadap kafir kalau dia

    diberi zakat, kita akan terpelihara dari kejahatan kafir yang di

    bawah pengaruhnya.

    d). Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.80

    e. Riqab (Hamba Sahaya)

    Riqab adalah budak yang dimerdekakan. Maksudnya adalah

    karena Islam tidak menyukai adanya perbudakan, maka melalui

    instrumen zakat inilah, budak-budak dibebaskan, sehingga menjadi

    merdeka dan memilki kesetaraan dengan yang lain. Diskriminasi

    adalah bentuk ketidakadilan, dan ini bertentangan dengan semangat

    egalitarianisme (equality/musawarah) dalam Islam. Mencakup juga

    untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

    Dalam hal ini budak itu diberi zakat untuk menebus dirinya sendiri.81

    Budak-budak tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

    80

    Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Jakartaː Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 207-209. 81

    Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1995, hlm. 178.

  • 41

    1). Budak Qin, yaitu budak semata, sehingga dalam seluruh batang

    tubuhnya melekat nama budak dengan tidak pakai syarat (budak

    asli).

    2). Budak Mudabbir, yaitu budak yang kemerdekaannya bergantung

    pada mati tuannya, setelah tuannya itu mengatakan: jika aku

    mati, engkau menjadi orang yang merdeka. Dengan demikian,

    setelah mati penghulunya (tuannya) itu, merdekalah si budak

    tersebut.

    3). Budak Mukattab, yaitu kemerdekaan dirinya bergantung pada

    syarat-syarat yang diberikan oleh tuannya. Misalnya jika engkau

    mendapat uang Rp 10.000,- dalam satu tahun ini, engkau

    merdeka (artinya kemerdekaannya itu dituliskan dengan

    perjanjian).

    Menurut Jumhur Ulama, dari ketiga budak ini yang berhak

    menerima pembagian zakat adalah budak mukattab.82

    Maka dari itu, bagian harta zakat yang menjadi hak budak tidak

    diberikan kepada budak bersangkutan, tetapi diberikan kepada

    tuannya untuk pembebasan sang budak. Inilah yang menunjukkan

    betapa Islam sangat menginginkan penghapusan sistem perbudakan

    di muka bumi.83

    82

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1997. 83

    Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, cet. Ke-1, (Depok: PT Raja Grafindo

    Persada). hlm. 189.

  • 42

    f. Gharim

    Gharim adalah orang yang menanggung hutang untuk memenuhi

    kebutuhan dasar sehari-hari maupun untuk mendamaikan orang yang

    berselisih maupun untuk menjamin hutang orang lain.84

    Dalam

    konteks kehidupan sekarang ini, budaya hutang telah menjadi model

    di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Dalam struktur

    penghasilan yang tidak sebanding dengan kebutuhan dasar keluarga,

    hutang menjadi alternatif masyarakat untuk dapat memenuhi

    kebutuhan yang relatif besar, seperti membeli rumah, kendaraan, dan

    lain-lain. Orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang

    bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang

    berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar

    hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

    Sedangkan orang-orang yang berhutang karena moral dan

    mentalnya telah rusak, seperti orang berhutang karena akibat

    narkotika, minuman keras, judi, dan sebagainya mereka tidak berhak

    mendapatkan bagian dari zakat. Adapun syarat-syarat seseorang

    dikatakan gharim adalah sebagai berikutː

    1). Gharim yang mempunyai kebutuhan untuk mendapatkan harta

    yang dapat melunasi utang-utangnya, sedangkan apabila ia kaya

    dan memiliki kesanggupan untuk melunasi utangnya baik

    84

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1997.

  • 43

    dengan harta atau benda yang dimilikinya maka ia tidak berhak

    menerima zakat.

    2). Dia berhutang untuk yang digunakan untuk kepentingan ibadah

    kepada Allah atau mengerjakan urusan yang dapat dibenarkan

    oleh Hukum Islam. Jika orang itu boros, judi dan lain-lain maka

    ia tidak berhak menerima zakat.

    3). Gharim telah mempunyai utang yang sudah jatuh tempo atau

    karena bangkrut.85

    g. Fi Sabilillah

    Fi Sabilillah adalah orang-orang yang dan atau sarana berjuang di

    jalan Allah, dan mereka tidak mendapat gaji maupun harta.86

    Mereka

    berhak mendapat zakat, baik mereka berasal dari orang kaya maupun

    miskin. Rasulullah bersabda,

    ُو عليو و سلم قَاَل: َّل َتَِلُّ ِو صل اللّ نَّ َرُسوُل اللّ َأَعْن َعطَاِء ْبِن َيَساٍر َها َأِو ّلَّ ِِلَْمَسٍةِلَغاٍز ِف َسِبيِل اللّ ِإالصََّدَقُة لَِغِِن ْو َأْولَِغارٍِم َأْو لَِعاِمٍل َعَلي ْ

    ْولَِرُجٍل َكاَن َلُو َجاٌر ِمْسِكٌْي فَ ُتُصدَِّق َعَلى اْلِمْسِكِْي َأِو لَِرُجٍل اْشتَ رَا َىا ِبَالِ . َٴ فَا 87ْىَدا َىا اْلِمْسِكُْي لِْلَغِِنٍ

    Artinya: Dari Atha‟ bin Yasar, sesungguhnya Rasulullah

    SAW bersabda, “Tidak dihalalkan harta shadaqah untuk orang

    kaya, kecuali bagi lima macam (orang kaya): Orang yang

    berperang dijalan Allah, orang yang menjadi amil shadaqah

    (zakat), orang yang berhutang, orang yang membeli shadaqah

    dengan hartanya,atau orang yang mempunyai tetangga miskin,

    maka ia bershadaqah kepada (tetangganya) yang miskin,

    85

    Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018),

    hlm. 192. 86

    Moh. Rifa‟I dkk,Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), hlm. 144. 87

    M. Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2007),

    hlm. 635.

  • 44

    sedangkan orang yang miskin itu memberikan shadaqah itu kepada

    orang yang kaya tersebut.”.

    Jika berjuang pada masa awal Islam dimaknai sebagai peperangan

    secara fisik, maka sekarang akan lebih tepat jika dimaknai dalam

    berjuan melawan kebatilan, termasuk di dalamnya orang-orang yang

    mengajar agama, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejalan dengan

    tuntutan Allah. Kegiatan yang dimaksud yaitu untuk keperluan

    pertahanan Islam dan kaum muslimin.88

    Berdasarkan ketetapan para ulama dalam kaidah ilmu Ushul Fiqh,

    maknanya diperluas. Selama tidak ada dalil yang mempersempitnya,

    fisabilillah diartikan sebagai semua kebaikan yang diridhai oleh

    Allah dan bertujuan untuk menegakkan agama Allah dan untuk

    kemaslahatan bersama umat, seperti membangun madrasah,

    membuat jembatan, membangun masjid, membangun rumah sakit,

    mendirikan rumah zakat, panti asuhan dan lain-lain. 89

    h. Ibnu Sabil

    Ibnu Sabil adalah anak jalan, maksudnya orang-orang yang

    karena kepentingan perjalanan jauh, guna mnenyempurnakan

    tuntutan Islamdan dia kehabisan bekal di perjalanan. Ini

    menggambarkan bahwa pada zaman Rasulullah SAW berjuang,

    harus menempuh perjalanan jauh yang memungkinkan seseorang

    kehabisan bekal. Supaya orang yang kehabisan bekal itu tidak

    88

    Abdul Azis Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: PT Ichtiar Baru

    Van Hoeve, 1997), hlm. 1998. 89

    Agus Thayib Afifi dan Shabira Ika,