Upload
sham-saja
View
66
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPRINSIP DAN TUJUAN
PRINSIP :
- Berdasarkan metode ekstraksi dan isolasi senyawa.
- Berdasarkan identifikasi senyawa dengan metode TLC dan skrininbg fitokimia.
- Berdasarkan uji BSLT.
TUJUAN :
- Untuk mengetahui cara ekstraksi dan isolasi
- Untuk mengetahui kandungan senyawa dari sutau simplisia.
BAB IIDASAR TEORI
Dalam praktikum kimia bahan alam ini kita melakukan beberapa percobaan menggunakan metode ekstraksi dan isolasi diantaranya maserasi,refluk,kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, dan BSLT dengan menggunakan tiga pelarut yaitu : etil etanol,metanol dan heksan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang berada dalam simplisia tersebut.
Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan dalam tiga bagian,yaitu : simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelican ( mineral ),dimana simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.Biasanya bagian simplisia yang digunakan dalam proses ekstraksi dan isolasi yaitu bagian akar,batang dan daun yang telah di potong-potong.
Metode analisis tumbuhan meliputi : ekstraksi dan isolasi, pemisahan, identifikasi, analisis hasil, penggunaan. Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Pemikiran metode ekstraksi senyawa bukan atom dipergunakan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar. Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang kepolarannya menengah (diklor metan atau etilasetat) kemudian pelarut yang bersifat polar (metanol atau etanol) (10).
Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian besar berdasarkan bentuk fase yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair padat, ekstraksi cair padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan ekstraksi sinambung.
Ekstrasksi sinambung dilakukan dengan menggunakan alat Soxhlet. Pelarut penyair yang ditempatkan di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan, melewati pipa samping alat Soxhlet dan mengalami pendinginan saat melewati kondensor. Pelarut yang telah berkondensasi tersebut akan jatuh pada bagian dalam alat Soxhlet yang bersimplisia dibungkus kertas saring dan menyisiknya hingga mencapai bagian atas tabung sifon. Seharusnya seluruh bagian linarut tersebut akan tertarik dan ditampung pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus menerus sampai diperloleh hasil ekstraksi yang dikehendaki.
Keuntungan ekstraksi sinambung adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit dan pelarut murni sehingga dapat menyaring senyawa dalam simplisia lebih banyak dalam waktu lebih singkat dibandingkan dengan maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah tidak dapat digunakan untuk senyawa-senyawa termolabil (10).
Ekstraksi cair-cair juga diperlukan untuk mengekstraksi senyawa glikosida untuk umumnya polar (aglikon yang berikatan dengan gula monosakarida dan disakarida). Ekstraksi cair-cair untuk glikosida biasanya dilakukan terhadap ekstrak etanol atau metanol awal. Ekstrak awal ini dilarutkan dalam air kemudian diekstraksi dengan etilasetat dan n-butanol. Glikosida terdapat dalam fase etilasetat atau n-butanol.
Selain itu ekstraksi cair-cair dilakukan terhadap reaksi awal untuk menghilangkan lemak dan ekstrak tersebut jika bagian tumbuhan yang diekstraksi belum dihilangkan lemaknya pada ekstrak awal.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda beda dapat mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia, akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi.
Ada dua metoda ekstraksi : ekstraksi dengan menggunakan pelarut dan destilasi uap. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut cara dingin meliputi :
1. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali mengocokkan atau pengadukan pada temperatur ruang.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.
3. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingain balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3 sampai 5 kali sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna.
4. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
5. Digesti adalah masersi kinetic ( dengan pengaduan kontinu ) pada temperature 40-50 C
6. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air ( bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, 96-98 C ) selama waktu tertentu 15-20 menit.
7. Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (>30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.
8. Destilasi uap aadalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan ( segar atau simplisia ) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurana.
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan dengan cara kromatografi. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Kromatografi dibagi dalam empat bagian, yaitu : kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas (KG), kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifaat kelarutan keatsirian senyawa yang akan dipisah. KKt dapat digunakan terutama pada tumbuhan yang mudah larut dalam air yaitu karbohidrat, asam amino, bas asam nukleat, asam organik dan senyawa fenolat. Sedangakan KLT digunakaan untuk pemisahan semua kandungan yang larut didalam lipid, yaitu lipid, steroid, karetonoid, koinon,sederhana dan klorofil. KG biasanya digunakan untuk pemisahan senyawa atsiri, yaitu asam lemak, mono dan seskuiterpena, hidrokarbon dan senyawa belerang. KCKT untuk memisahkan keatsiriannya kecil. Teknik elektroforesis digunakan untuk senyawa yang bermuatan yaitu asamamino,beberapa alkaloid, amina asam organic dan protein.
Untuk mengetahui kandungan alkaloid dari suatu simplisia dilakukan skrining fitokimia,diantaranya : uji alkoloid, uji saponin, uji flavonoid, uji trieterpenoid dan steroid. Alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang bersifat racun bagi manusia,dimana racun ini yang akan digunakan sebagai obat. Bila dirasakan terasa pahit di lidah. Secara kimia alkaloid merupakan golongan heterogen dari senyawa sederhana separti konina, yaitu alkaloid utama Conium aculatum sampai struktur penta siklik seperti srtikhnina, yaitu racun kulit Strychnos. Sumber alkaloid adalah tanaman bunga (angios permae ), pada hewan ( rusa : kastoramin, musang kanada : turunan firol ) feromom seks
serangga, organisme laut, pirosiamin dihasilkan oleh bacterium Pseudomonas aeruginosa dan khanaklovin-1 dari sebangsa cendawan. Penyebaran alkaloid tidak merata, pada umumnya alkaloid tidak ditemukan dalam gymnospermae, paku-pakuan, lumut, dan tumbuhan rendah. Beberapa contoh alkaloid : kuniina, nikotina, strikhnina, atropina, solanina, kuinina, berberina dll.
Untuk mengetahui toksisitas ekstrak dapat dilakukan dengan uji BSLT ( BRINE SHRIMP LETALITY TEST ). BSLT dikemukakan untuk pertama kalinya oleh Michael et al (1956) dan kemudian dikembangkan oleh Vonhaecke et al (1981), Sleet dan Brendel (1983).
Dasar metode BSLT adalah kemampuan untuk membunuh larva udang Artemia salina yang dikultur di laboratorium. Bioassay ini telah dianggap sebagai suatu metoda yang dapat diterima dan berguna untuk pengujian pendahuluan toksisitas (Solis et al., 1993). Metode ini telah pula digunakan untuk mendeteksi toksin jamur (Harwig., 1971), toksisitas ekstrak tanaman (McLauglin et al., 1991), pestisida (Barahona., 1999).
Bioindikator ini digunakan sebagai uji pendahuluan dengan alasan : Metode cepat
Hewan mudah didapat
Membutuhkan peralatan sedikit
Tidak memerlukan laboratorium khusus
Hasil dapat dipercaya dan bersifat umum
Artemia salina adalah salah satu crustacea tingkat rendah dengan taksonomi sebagai berikut :
Filum : ArthropodaKelas : CrustaceaSubkelas : BranchiopodaOrdo : AnostracaFamili : ArtemidaeGenus : ArtemiaSpesies : Artemia salina Leach(Fuad dan Dulay, 1986).
Telur udang Artemia salina cukup banyak tersedia dalam keadaan siap pakai di toko-toko ikan. Sejumlah telur udang ditempatkan dalam wadah berisi air laut, setelah 24 jam telur menetas menjadi larva dan disebut
nauplii (McLaughlin et al., 1991). Larva udang siap untuk digunakan setelah berumur dua hari. (Hosettmann, 1991).
Hasil uji bioaktivitas dapat diketahui dari jumlah kematian larva udang Artemia salina L karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam tumbuhan dengan dosis yang telah ditentukan. Menurut Meyer (1982), tingkat bioaktivitas dinyatakan dengan nilai LC50 yaitu konsentrasi senyawa yang memberikan tingkat mortalitas sebesar 50%. Semakin kecil nilai LC50
maka semakin besar potensi bioaktivitasnya. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya LC50 selama 24 jam. Data yang didapat kemudian diolah dengan menggunakan statistik analisa probit dan memplotnya dalam persamaan regresi linear, sehingga didapat LC50 suatu senyawa uji atau bisa menggunakan program komputer Finnay (Dey, 1991; Solis, 1993; Koestoni, 1985). Bila masing-masing ekstrak yang diuji menunjukkan hasil LC50
kurang dari 1000 µg/ml maka dianggap menunjukkan aktivitas biologik (Meyer, 1982).
BAB IIIALAT,BAHAN DAN CARA KERJA
PERCOBAAN I (METODE EKSTRAKSI SENYAWA)
1.1. Alat dan bahan
Alat yangdigunakan dalmpercobaan ini adalah :
a. labu alas datarb. pemanas (hotplate)c. kondensord. pipa saluran air untukpendingine. beaker gelasf. botol vialg. pipet ukurh. gelas ukur 100 ml
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. serbuk teh hijaub. serbuk teh hitamc. metanold. etil asetate. heksan
1.2. Cara kerja
menggunakan metode refluks
a. timbang dengan teliti sampel masing-masing sebanayak 20 gram, kemudian masukkan kedalam labu alas datar.
b. Tuanakan 100 ml metanol kedalam labu yang telah berisi sapel, kemudian pasang kondensor, pipa air dan alat pemanas.
c. Refluks sampel 25 menit.d. Setelah selesai sampel didinginkan, kemudian disaring.e. Filtrat ditempatkan pada wadah yang memiliki permukaan luas
yang sebelumnya telah ditimbang dengan teliti, kemudian dibiarkan diudara terbuka hingga kering.
f. Pengeringan dapat dilakukan pada suhu ruang, ataau diberi aliran udara dari kipas angin.
g. Timbang berat kering ekstrak kemudian hitung rendemen hasil ekstraksi menggunakan perasanaan :
Rendemen = berat ekstrak kering x 100 % Berat simplisia
Menggunakan metode digesti.
a. timbang dengan teliti sempel sebanyak 20 gram, kemudian dimasukkan kedalam erlemyer 100ml.
b. Tuangkan 100 ml etil asetat kedalamwadah yang berisi sampel.c. Tutup rapat-rapat bagian atas erlemeyer dengan alumunium foil.d. Panaskan air dalam wadah hingga memiliki suhu 40 C dan jaga
agar tetap stabil.e. Masukkan erlemeyer yang berisi sampel kedalam wadah yang
berisi air tersebut, kemudian dibiarkan selama 45 menit.f. Setelah selesai, sampel dibiarkan dingin, lalu dsaring.g. Filtrat ditempatkan pada wadah yang memiliki permukaan luas,
yang sebelum nya telah ditimbanag dengan teliti, kemudian dibiarkan di udara terbuka hingga kering.
h. Pengeringan dapat dilakukan pada suhu ruang, atau diberi aliran udara dari kipas angin.
i. Timbang berat kering ekstrak kemudian hitung rendemen hasil ekstraksi mengunakaan pesamaan.
Rendemen = berat ekstrak kering x 100 % Berat simplisia
PERCOBAAN II. IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA YANG TERDAPAT PADA EKSTRAK MENGGUNAKAN METODE TLC DAN SKRINING FITOKIMIA.
2.1. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. tabung reaksib. pipet tetesc. pipat ukur
Bahan yaang digunakan dalampercobaan ini adalah :
a. larutan HCl 2 %b. larutan HCl 2 Nc. larutan HCl pekatd. pereaksi dragendorfe. preakasi mayerf. reagent bouchardatg. reagent AlCl3 daalaam metanolh. reagent vaanilin asam sulfati. reagent serium sulfat j. serbuk Znk. air panas/mendidihl. asam asetat anhidrat m. kloroformn. asam sulfat pekat
2.2 Cara kerja
Skrining fitokimiaUji alkaloid
Masing-masing ekstrak dilarutkan dengan HCl 2 % kemudian larutaan dibagi 3 bagian. Pada tabung 1 ditambah 0,5 ml larutan asam encer, taabung 2 ditambah 2-3 tetes pereaksi Dragendorf dan taabung 3 ditambah 2-3 tetes pereaksi mayer. Adanya alkaloid ditandai dengan timbulnya endapan kuning (mayer) da orange (dragendorf) (Gritter dan Schwarting, 1991).
Uji saponin
Masing-maasing ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi titambah 10 ml aair panas, kemudian didinginkan dan dikocok ± 10 menit setinggi 1-10 cm, jika ditmbahkan 1 tetes HCl 2 N buih tidak hilang hal ini menunjukan adanya saponin ( Gitter dan Schwarting, 1991).
Uji flavonoid
Masing-masing ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan air panas, kemudiaan didinginkan, setelahdidinginkan ditambahkan 1-2 ml etanol, serbuk Zn, 2 ml HCl 2 N diamkan, ditambahkan beberapa tetes HCl pekat, terjadinya warna merah jingga hingga merah ungu menunjukkan adanya flavonoid ( Gritter dan Schwarting, 1991 ).
Uji triterpenoid dan steroid
Masing-masing ekstrak dimasukan dalam tabung reaksi dilarutkana dalam 0,5 ml asam asetaat anhidraat, kemudian dilarutkan dalam CHCl3 0,5 ml lalu ditambahkan 1-2 ml H2SO4. terbentuknya
cincin merah kecoklatan aataau ungu menunjukan adanya triterpenoid dan steroid ( Gritter dan Schwarting, 1991 ).
TLC ( thin layer chromatgraphi )
1. lempengan atau plaat silika gel disiapkan. Pada bagian bahan plat diberi garis sebagai tanda untuk menotolkaan hasil ekstraksi pada fase diam, setinggi 0,5 cm dari bawah. Pada bagian atas diberi pula garis tanda selesai perambatan.
2. sampel etaau hasil reaksi ditotolkan diatas plat tersebut dengan jarak antar spot 1 cm menggunakan mikropipet 3-5 kali.
3. Chamber disiapkan daan dijenuhkan dengan eluen.4. plat yanag sudah kering dimasukkan ke dalam chamber
lalu dibiaarkaan eluen naik sampai batas garis ujung atas plat.
5. plat dianagkat dan dikeringkan, lalu dilihat diatas sinar UV254, setelah itu disemprot dengan penampak noda agar noda yang terlihat lebih jelas.
6. tiap bercak dari titik penotolaan diukur dan dicatat untuk tiap bercak yang diamati kemudian harga Rf ditentukaan.
PERCOBAAN III. UJI BSLT (BRINE SHRIMP LETHALITY TEST)
3.1. Alatdan bahan
Alatyang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. lampu TLb. beaker gelasc. pompa aerator d. botolvial ukuran besare. pipet tetes yang memiliki batang kecil lebih panjang
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. larva udang Artemiaa saalina Lb. air laut salinitaas 12 %c. larutan DMSO
3.2. Cara kerja
Penetasan telur udang Artemia salina L
Larva udang disiapkan dengan cara menetaskan telur Artemia salina L. Dau hari sebelum pengujian. Penetasan dilakukan dengan menggunakan air laut salinitas 12 % dengan refraktometer. Dimasukkan telur Artemia salinaa L. Secukupnya, beri lampu TL, setelah 24 jam perendaaman, telur menetas.
Persiapan sampel
Setiap larutan ekstrak terlebih dahulu ditimbaang sebanyak 40 mg kemudian dilarutkan dengan DMSO ( dimetil sulfoksida ) dan ditambahkan air laut salinitas 12% sampai 20ml sehingga konsentrasinya ( 2000 ppm ) sebagai larutan induk tersebut dibuat larutan masing-masing 1000 ppm,250 ppm, dan 62,5 ppm.
Uji BSLT
Dimasukkan 10 ekor larva udang Artemia salina Leach untuk tiap-tiap Perlakuan ke dalambotol vial, yang telah berisi larutan uji. Setelah 24 ja, dilakukan pengamatan dengan menhitung jumlah larva udang yang masih hidup. Dengan menggunakaan data yang diperoleh, dihitung nilai LC50 dengan analisis probit. Nilai LC50 <1000 ppm menunjkan adanya senyawa yang memiliki bioaktivitas yang bagus (Mayer, 1982).
Tabel nilai probit
PERSENTASE 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
- 2,67 2,95 3,12 3,25 3,36 3,45 3,52 3,59 3,3610 3,72 3,77 3,82 3,87 3,92 3,96 4,01 4,05 4,08 4,1220 4,16 4,19 4,23 4,26 4,29 4,33 4,36 4,39 4,42 4,4530 4,48 4,50 4,53 4,56 4,59 4,61 4,64 4,67 4,69 4,7240 4,75 4,77 4,80 4,82 4,85 4,87 4,90 4,92 4,95 4,9750 5,00 5,03 5,05 5,08 5,10 5,13 5,15 5,18 5,20 5,2360 5,25 5,28 5,31 5,33 5,36 5,39 5,41 5,44 5,47 5,5070 5,52 5,55 5,58 5,61 5,64 5,67 5,71 5,74 5,77 5,8180 5,84 5,88 5,92 5,95 5,99 6,04 6,08 6,13 6,18 6,2390 5,28 6,34 6,41 6,48 6,55 6,64 6,75 6,88 7,05 7,3399 0,00 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,65 7,75 7,88 8,09
BAB IVHASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan :
Teh hijau : + Etilaasetat → hijau kecoklatan + Metanol → hitam + Hexan → hijau muda agak kekuningan
Teh hitam : + Etil asetat → hitam kehijauan + Metanokl → hitam + Hexan → hijau muda agak kekuningan
Senyawa yang lebih banyak terekstrak ketika penambahan metanol.
Voleme :
Paling banyak pakai pelarut : - Heksan - Etil asetat
- Metanol Pemanasan :
Pelarut Teh hijau Teh hitamEA Berat kosong 55,99 52,83
Berat sampel 56,81 52,93Metanol Berat kosong 62,18 48,63
Berat sampel 66,59 53,98Heksan Berat kosong 52,38 57,23
Berat sampel 62,90 57,26
Maserasi :
pelarut Teh hijau Teh hitamBerat kosong 52,71 52,28
EA Berat sampel 52,91 52,49Berat kosong
Metanol Berat sampelBerat kosong 52,94 56,23
Heksan Berat sampel 53,03 56,38
Bau Ekstrak
T. Hijau : + Metanol → Bau Ekstrak Teh+ Heksan → Bau Ekstrak Teh+ EA → Bau Teh
T.Hitam : + Metanol → Bau Teh+ Heksan → Bau Teh+ EA → Bau Teh
Uji alkaloid
T. Hijau + Heksan :+ HCl 2 N → Bening+ Dragendorff → kuning+ Meyer → Hijau
T. Hijau + Metaanol :+ HCl 2 N → HIjau+ Dragendorff → Orange+ Meyer → Hijau kekuningan
T. Hijau + EA :+ HCl 2 N → Bening+ Dragendorff → Orange+ Meyer → kuning
T.Hitam + Heksan :+ HCl 2 N → Kuning+ Dragendorff → Orange+ Meyer → Coklat
T.Hitam + Metanol:+ HCl 2 N → Hijau+ Dragendorff → Hitam+ Meyer → Hijau (Terjadi pemisahan)
T.Hitam + EA :+ HCl 2 N → Bening+ Dragendorff → Hitam, Larutan orange+ Meyer → hijau
Uji Saponin
T. Hijau :+ Metanol → tidak timbul buih setelah dikocok 10 + HCl →+ Heksan → tidak timbul buih setelah dikocok 10 + HCl →+ EA → tidak timbul buih setelah dikocok 10 + HCl →
T. Hitam :+ Metanol → tidak timbul buih setelah dikocok 10 + HCl →+ Heksan → tidak timbul buih setelah dikocok 10 + HCl →+ EA → tidak timbul buih setelah dikocok 10 + HCl →
Uji flafonoid
T. Hijau :+ Metanol → Tidak terbentuk merah jingga+ Heksan → Tidak terbentuk merah jingga
+ EA → Tidak terbentuk merah jinggaT. Hitam :
+ Metanol → Tidak terbentuk merah jingga+ Heksan → Tidak terbentuk merah jingga+ EA → Tidak terbentuk merah jingga
KLT
Ekstrak + Pelarut masing-masing :A. Teh HitamB. Teh Hijau
1 plot 1 plot 1 plot
H : EA H : E EA : Metanol 4 : 6 8 : 2 6 : 4
Buat 5 ml Ditotalkan :
Hasil Percobaan : Metanol :
A + B → Tidak berbentuk garis walaupun sudahdihasilkan dengan Dragendraorff.
EA :A + B → Tidak berbentuk garis walaupun sudahdihasilkan dengan Dragendraorff.
Heksan : A 3,3 cm + B 3,3 cm → Kesimpulan : A & B eluent tidak sesuai eluen terlalu cepat membawa ekstrak tidak tertahan oleh kepekatan berarti non polar solusi : kepolaran eluen ditambah supaya ekstrak tertahan berarti ditambahkan kepolaran = EA
- Timbang ekstrak - Cari selisih berat kosong + bersih- Hitung % rendemen
% = Berat ekstrak x 100 % = .......% Berat awal/sampel
Tahap identifikasi :
1. senyawa yang terkandung dalam ekstrak / fitokimia → pemanasan. uji alkaloid uji flavonoid
ekstrak : pemanasan + masenari → pilih salah satu (6 sampel)
Dari 6 sampel : hitam 3 + hijau 3 → ambil sedikit ekstrak untuk fitokimia lihat fenomena
yang terjadi.
2. KLT
Ambil 6 ekstrak → (Maserasi) dilarutkan dengan pelarut awal (disesuaikan).
Lajuelusi
Plat KLT, diukur
Totalkan sampel prinsip eluent (pelarut) jangan sampai Menunda HCl pekat masskan dalam eluent
(campuran eluent → prinsip : kepolaran darisenyawa itu sendiri).
- cari literatur untuk menentukan eluent- mekanisme loba-loba
contoh : EA non polar H : Ea 8 : 2 non polar
- KLT
Spot R Jarak X RF = R X
- kromatografi kolom
ekstrak + eluen Bd Berat molekul
Silika Gel 2 kolom Pakai ekstrak
Ditampung t.hitam &t.hijau.
ekstrak kertas saring
diketok-ketok supaya padat
silika yg sudah diaduk dengan
kapasper 5 ml
penampungan dipisah per 5 ml
H : EA Constr : 10 ml 100% : 0 prinsif : tidak boleh pecah
90% : 10 %80% : 20 %70% : 30 %
- BSLT
Telur HitamLarva gerak-gerak
Usia 48 jam
Proses : 1. ekstrak dari sampel buat konsentrasi 1110 ppm jika LC 50 di
bawah 10 ppm bersifat toksikUntuk membuat 1000 ppm ( mg/liter ) = mg / 1000 ml10 ml............... mg yang kita timbang untuk membuat 1000 ppm dlm 10.
Atau pengenceran : V1 : n1 = V2 : N2
1000 ppm V 2 . N 2 = V1
N1
10. X 100 = V1 = 1 ml 1000
Pelarut = air laut Ekstrak sampel 1000 ppm air lautEkstrak sampel dalam DMSO, diaduk-aduk + air laut → knt. Uji (1110 ).
5 ml @ Larva udang 10 ekor→Ambil 1110 ml 5 ml setelah 24 jam diamati
5 ml berapa yg hidup & mati
Dosis log Yang hidup Yang mati % kematian Nilai probit10 1 6 4 40 % 4,75100 2 4 6 60 % 5,251000 3 2 8 80 % 5,84
50 % 5
% kematian = yang mati km LC 50 Y
awal
Nilai probit → % kematian
LC 50 ( Lethal Consentran )
Y Y = bx + a
b = .... a = ....
y = bx + a 5 = bx + a x = 5 - a
Dosis Lc 50 = Anti Log X= .............. ( ppm )
PEMBAHASAN
Uji BSLT tidak dilakukan dikarnakan telur udang Artemia salina tidak menetas. Ini bisaterjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
mungkin dikarenakan oleh salinitas air yang digunakan mengalami perubahan,sehingga sifat air dan kandungan oksigen dalam air berkurang menyebabkan telur tidak menetas.
suhunya tidak sesuai dengan suhu yang dibutuhkan untuk menetaskan udang
BAB VKESIMPULAN
Teh hijau dan teh hitam mengandung senyawa alkaloid kecuali saponin.
Uji flafonoid tidak berhasil dikarnakan serbuk Zn tidak ada.
Pada uji KLT semua spot naik karena semua senyawa yang digunakan bersifat non polar dan tidak bisa menggunakan eluen tersebut.
Uji BSLT tidak dilakukan dikarnakan telur udang tidak menetas.