Upload
nurul-falah-kaloko
View
8
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Batuk
Citation preview
Pendahuluan
Batuk adalah suatu gejala yang dialami oleh setiap manusia. Merupakan mekanisme pelindung bawaan yang esensial untuk menjamin
pengeluaran lendir, zat beracun, serta infeksi dari laring, trakea, dan bronkus besar.
Batuk juga mampu meminimalisir terhirupnya zat beracun. Batuk juga bisa menjadi tanda suatu penyakit baik di dalam atau di luar
saluran udara dan paru-paru Ketika batuk menjadi persisten dan berlebihan, dapat membahayakan dan
merusak sehingga mungkin perlu ditekan secara langsung. Batuk adalah mekanisme pertahanan normal, yang dialami oleh individu
yang sehat (11% sampai 18% batuk persisten) Tidak diketahui batasan suatu batuk adalah "normal" atau berhubungan
dengan penyakit Batuk kronis terutama terjadi pada perokok dalam survei ini atau populasi
urban dengan paparan dari zat iritan dari dalam dan luar lingkungan serta akibat polusi udara
Di AS, batuk merupakan keluhan yang paling umum pada pasien yang berobat dan alasan yang paling umum kedua untuk konsultasi medis umum
Di Inggris, sekitar 3 juta peresepan ditulis setiap tahun untuk preparat obat batuk oleh dokter umum, yang mewakili biaya $ 3 juta;
Definisi Batuk
Batuk biasanya diawali sebagai suatu rangkaian manuver pernapasan yang menyebabkan terjadinya perbedaan karakteristik suara batuk.
Biasanya dimulai dengan inspirasi dalam, diikuti dengan berakhirnya penutupan yang kuat pada glotis, yang kemudian membuka dengan aliran ekspulsifdari udara, diikuti oleh inspirasi restoratif; ini adalah inspirasi, penekanan, ekspulsif, dan pemulihan fase batuk
Fisiologi
Secara eksperimen, batuk involunter tampaknya dimulai hanya dari struktur-struktur dipersarafi oleh saraf vagus dan cabang-cabangnya
Hal ini terutama laring dan percabangan trakeobronkial proksimal, tetapi mereka juga termasuk bagian bawah orofaring dan bronkus yang lebih kecil, serta membran timpani dan meatus auditori eksternal
Iritasi terhadap semua bagian tersebut dapat menyebabkan batuk Satu pengecualian yang jelas untuk batuk yang dimediasi refleks vagal
adalah batuk yang volunter, yang menyebabkan terjadinya semua mekanisme pertahanan yang sangat kompleks, sehingga batuk adalah mekanisme satu-satunya yang dapat kita tiru secara sukarela dan akurat
Kita juga dapat menahan batuk secara sadar. Kebanyakan pasien dapat menahan batuk mereka selama 5 sampai 20 menit jika mereka berusaha keras
Batuk spontan dapat diawali dengan adanya berbagai respon inflamasi atau perubahan mekanik pada saluran udara dan dengan menghirup iritan mekanik maupun kimiawi dalam jumlah besar
Perubahan yang cepat dan besar dalam volume paru dapat menyebabkan batuk, begitu juga dengan efek psikologis yang mengakibatkan tertawa.
Dari beragam jenis stimulan pemicu batuk, mengarah pada suatu kesamaan reseptor sensorik yang merupakan titik awal munculnya reflek batuk.
Reflek batuk
Ada lima komponen
Reseptor N. Afferent Pusat Kontrol N. Efferent Efektor
Reseptor-reseptor Reflek Batuk
Tempat paling sensitif sebagai pemicu batuk adalah laring dan batang trakheobronkial, terutama pada carina dan titik-titik pada percabangan bronkhial
Pada percobaan terhadap hewan dan manusia, sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk memicu batuk pada jalan nafas yang lebih kecil dan pada alveoli.
Hal ini sangat dapat dimengerti karena pada jalan nafas yang lebih kecil, bahkan batuk yang hebat sekalipun, tidak akan mampu menggerakkan udara dengan cukup cepat untuk menimbulkan turbulensi dan menimbulkan gaya pada dinding saluran nafas, sehingga batuk menjadi tidak efektif.
Ada beberapa reseptor yang ditemui disepanjang rongga pernafasan.
Laring dan Faring
Reseptor-reseptor saraf diaktifkan oleh rangsangan mekanis dan kimiawi. Banyak studi mengenai inervasi afferent pada laring yang menyebutkan
bahwa sensor batuk yang masuk dalam kelompok “reseptor-reseptor ‘iritan’ yang beradaptasi dengan cepat” (RARs) ditemukan disitu, dan juga pada trakheobronkial
RARs normalnya diam, namun dapat merangsang. Didalamnya termasuk asap rokok, amonia, uap ether, larutan asam dan alkalin, larutan garam hypotonik dan hypertonik, dan rangsangan mekanik oleh kateter, lendir, atau debu.
Lebih jauh lagi, penyebab-penyebab cairan postnasal, sebagai contoh, inflamasi pada nasopharing dan sinusitis, dapat memicu batuk akibat tersebarnya mediator inflamasi ke dalam laring.
Batang Trakehobronkial
RARs yang hampir serupa ditemukan pada trakea dan bronki besar Sensornya memiliki terminal saraf dibawah atau pada epitelium yang
berkumpul pada titik-titik di percabangan jalan nafas; beberapa darinya berada sangat dekat (1µm) dengan epitelium
Kemunculan dan lokasinya menunjukkan bahwa mereka bisa jadi sangat sensitif terhadap iritan intraluminal.
Mereka diaktifkan, seperti yang terjadi pada laring, oleh suatu iritan mekanik atau kimiawi yang jangkauannya sangat luas, dan oleh banyak mediator inflamasi atau immunologik, seperti histamin, bradykinin, dan prostaglandin.
Aktifitas RAR makin bertambah oleh kongesti paru, atelektasis, bronkokonstriksi, dan kekurangan komplians (pemenuhan) paru, yang kesemuanya dapat menyebabkan batuk pada pasien.
Reseptor-respetor C-fiber, ditemui pada laring, bronkial, dan dinding alveolar.
Mereka diaktifkan oleh rangsangan yang kurang lebih sama seperti pada RARs, namun responnya tidak memicu batuk, setidaknya pada reseptor yang terletak pada dinding alveolar.
Reseptor-reseptor C-fiber dapat melepaskan tachykinin, seperti substansi P, yang kemudian merangsang RARs untuk menyebabkan batuk dan dapat juga menyebabkan inflamasi neurogenik oleh suatu reflek akson.
Hal ini menjelaskan efek tachykinin antagonis dalam menghambat batuk. Bagaimanpun juga, tidak ada bukti yang meyakinkan reseptor-reseptor C-
fiber dapat menjadi input sensorik utama pada reflek batuk. Suatu kelompok baru dari Aδ-nociceptor yang diidentifikasi dari marmut,
dan studi elektrofisiologi dan immunohistokemikal menunjukkan bahwa suatu subtipe saraf afferen jalan nafas yang berbeda dari RARs dan C-fiber, yang memainkan peranan penting untuk mengatur reflek batuk, disebut “reseptor batuk”.
Keelastisan Sensor-sensor Batuk
Pada penyakit, reseptor-reseptor sensorik batuk dapat menunjukkan respon berlebihan terhadap rangsangan yang sebenarnya tidak berbahaya atau bersifat iritan ringan.
Hal ini meningkatkan sensitifitas reseptor-reseptor RARs dan C-fiber yang dapat disebabkan, antara lain, oleh paparan alergen, infeksi virus, ozon, asap rokok, dan berbagai macam mediator inflamasi.
RARs juga dapat dipicu oleh lendir pada jalan nafas, yang mendasari kontraksi otot halus, dan edema mukosa.
Reseptor-Reseptor Membran/ Saluran pada akhir sensor Batuk
Beberapa dekade terakhir telah ada studi ekstensif terhadap reseptor membran/channel pada saraf sensoris yang terkait dengan batuk.
Bagaimanapun juga, membran RAR kekurangan penerima reseptor transien yang potensial vanilloid (TRPV-1), yang ditemukan pada C- dan Aδ-nociceptor.
Reseptor TRPV-1 diaktifkan terutama oleh capsaicin, yang sering menjadi agen tusif, yang diaktifkan oleh, antara lain, panas, proton, bradykinin, derifat-derifat asam archidonic, adenosin triphospate (ATP) dan phosphokinase C.
Saat ini, reseptor membran Cannabinoid (CB2) juga telah dapat diidentifikasi.
Pengendali Sistem Saraf Pusat
Proses batuk berada pada medulla oblongata dimana serat-serat afferen untuk batuk pertama kali meneruskan ke atau dekat nukleus traktus solitarius; output motorik terjadi pada nukleus retroambigualis, mengirimkan motoneuron ke otot-otot pernafasan, dan pada nukleus ambiguous, mengirimkan motoneuron ke laring dan batang bronkhial.
Mekanisme Batuk
Fase inspirasi pada batuk terdiri dari inspirasi dalam melalui glottis yang terbuka lebar.
Glottis menutup ketika otot-otot ekspirasi berkontraksi, dan tekanan intrapleural dan intra-alveolar meningkat cepat pada angka diatas 300 Hg (40 kPa)
Fase ekspulsi mengikuti saat glottis terbuka. Jumlah alirann ekspirasi tergantung pada udara yang keluar dari jalan
nafas utama selama kolaps dinamis sebagai hasil dari tekanan intrathoracic tinggi dan efek dari tingginya tekanan alveolar, yang meningkat selama fase kompresi dan dipertahankan pada level yang tinggi oleh kontraksi otot-otot ekspirasi.
Pendekatan pada Pasien dengan Batuk
Pada penanganan pasien dengan batuk, langkah pertama adalah mengenali penyebab batuk dan kemudian mengobati penyebab tersebut.
Batuk bisa terindikasi dari yang ringan hingga yang sangat serius seperti pada penyakit jalan nafas atau paru dan proses ekstrapulmoner.
Batuk Akut
Batuk akut biasanya disebabkan suatu infeksi virus atau bakteri pada saluran nafas bagian atas.
Batuk pada penyakit pilek, biasanya terbatas Pertussis dapat dijadikan diagnosa pembanding, Terutama dengan ciri batuk rejan, dan sering nya menyebabkan muntah Penyebab lain batuk akut adalah pneumonia, gagal jantung kongestif,
eksaserbasi penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), aspirasi, atau emboli paru.
Kondisi-kondisi tersebut biasanya disertai gejala-gejala lainnya.
Batuk Kronis
Batuk Kronis (batuk yang menetap lebih dari 3 minggu) dapat disebabkan banyak jenis penyakit, namun menurut beberapa seri, paling banyak disebabkan asma, GER, postnasal drip (rhinosinusitis), bronkitis kronis, dan bronkhiektasis.
Komplikasi Batuk Kronis
Tabel 29.2
Respirasi
1. Pneumothorax2. Empisema subkutan3. Pneumomediastinum4. Pneumoperitoneum5. Kerusakan laring
Kardiovaskuler
1. Disritmia jantung2. Kehilangan kesadaran3. Perdarahan subkonjungtiva
Sistem Saraf Pusat
1. Syncope2. Sakit Kepala3. Emboli udara otak
Muskuloskeletal
1. Nyeri otot interkostal2. Ruptr otot abdominis rectus3. Peningkatan jumlah serum kreatinin posfokinase4. Prolaps diskus servikal
Gastrointestinal
1. Perforasi esofagus
Lain-lain
1. Malu sosial2. Depresi3. Inkontinensia urin4. Disruptur luka jahitan operasi5. Petechie6. Purpura
Tabel 29.3 Evaluasi Diagnostik pada Batuk Kronis
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik2. Foto Thorax, terutama pada pasien yg merokok3. Evaluasi inisial mungkin dapat mengarahkan pada diagnosa bronkitis
kronik pada pasien yang merokok dan pengguna ACE inhibitor. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok dan menunda rejimen pengobatan tertentu.
4. Evaluasi diagnostik lanjutan pada basis evaluasi inisial:a. Jika ditemukan postnasal drip, anjurkan CT Scan sinus dan tes
alergib. Jika dicurigai asma, anjurkan pemeriksaan aliran ekspirasi puncak
di rumah selama 2 minggu dan tes bronkoprovokasi dengan histamin atau metakolin dan/atau uji pengobatan dengan anti asma.
c. Jika dicurigai refluks gastroesofagus, anjurkan pemantauan pH 24 jam dan jika memungkinkan pemeriksaan endoskopi dari esofagus atau serial barium.
d. Jika foto thoraks berkesan abnormal, pertimbangkan pemeriksaan sputum dan bronkoskopi fiberoptik. CT scan beresolusi tinggi dari thorax dan evaluasi fungsi paru lanjutan mungkin diperlukan.
5. Rawat secara spesifik beberapa keadaan tertentu yang terkait. Penyebab batuk dapat ditemukan bila terapi spesifik mampu mengeliminasi atau memperbaiki batuk. Mungkin bisa jadi penyebab yang terkait batuk ini lebih dari satu.
Tabel 29.4 Terapi Batuk
1. Mengobati Penyebab Utama yang Spesifika. Ama, asma dengan batuk: Bronkodilator dan kortikokosteroid
inhalasib. Bronkitis eosinofilik: Kortikosteroid inhalasi dan inhibitor
leukotriene
c. Rinitis alergika dan Post Nasal Drip: Steroid nasal dan antihistamin topikal; Antikolinergik nasal topikal dengan antibiotik bila terindikasi
d. Refluks Gastroesofageal: Penilaian konservatif dan penggunaan antagonis Histamin H2 atau PPI
e. ACE inhibitor: Menghentikan penggunaannya dan mengganti dengan obat alternatif seperti angiotensin II receptor antagonist
f. Bronkitis kronis/PPOK: Berhenti merokok dan terapi PPOKg. Bronkiektasis: Drainase postural. Terapi eksaserbasi infeksi dan
obstruksi jalan nafas.h. Trakeobronkitis infektif: Terapi antobiotik yang sesuai dan terapi
bila terdapat post nasal drip.2. Terapi Simtomatik (hanya setelah diketahui penyebab batuk)
a. Batuk akut (infeksi virus pada pernafasan atas): Linctus sederhanab. Batuk persisten dan nokturnal: Opiat (kodein atau diamorfin)c. Batuk degil persisten karena penyakit terminal yang tidak dapat
diobati: Opiat (morfin/diamorfin), anestesi aerosol lokald. Batuk pada anak: Simple linctus (pediatrik)