47
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta | 17 September 2013

Ppt iero september 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Ppt iero september 2013

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic DashboardFakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta | 17 September 2013

Page 2: Ppt iero september 2013

OutlineIndonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 3: Ppt iero september 2013

Perkembangan Ekonomi Terkini

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 4: Ppt iero september 2013

Perkembangan Ekonomi Terkini Ketidak pastian ekonomi global dan memburuknya emerging

economies. Indikator ekonomi makro Indonesia sudah memburuk lebih

dari satu tahun terkahir ini. Instabilitas ekonomi makro memburuk (inflasi naik, rupiah

merosot) Kinerja kerjasama ekonomi internasional memburuk (defisit

transaksi berjalan dan neraca pembayaran) Laju pertumbuhan ekonomi menurun (kuartal I-2013 6,03%,

kuartal II-2013 5,81%. Laju pertumbuhan investasi merosot dari 12,47% pada kuartal

4 2012 menjadi 4,67 kuartal II-2013.

Page 5: Ppt iero september 2013

Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2009 – 2013* (yoy, dalam %) Sejak 10 kuartal terakhir baru sekarang ini laju pertumbuhan PDB berada di bawah 6%

Sumber: BPS dan CEIC

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2013 yang masih di bawah ekspektasi pemerintah, tercatat sebesar 6,03% (yoy) dan terus melambat di kuartal II-2013 menjadi 5,81% (yoy).

Dari sisi pengeluaran , ekonomi Indonesia yang melambat disebabkan oleh: 1. Pertumbuhan investasi yang merosot 2. Defisit neraca perdagangan internasional

Page 6: Ppt iero september 2013

Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009 – 2013* (yoy, dalam %)Target pertumbuhan ekonomi sulit tercapai

Sumber: BPS dan CEIC

Dari sisi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2013, secara year on year, dibandingkan kuartal sebelumnya terjadi di semua sektor, kecuali sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 11,46% dan sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yang naik tipis menjadi 6,60%.

6.81

5.81

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

2009:Q1 2009:Q2 2009:Q3 2009:Q4 2010:Q1 2010:Q2 2010:Q3 2010:Q4 2011:Q1 2011:Q2 2011:Q3 2011:Q4 2012:Q1 2012:Q2 2012:Q3 2012:Q4 2013:Q1 2013:Q2

(%)

(%)

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Konstruksi

Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Jasa-jasa PDB (RHS)

Page 7: Ppt iero september 2013

Gambar 3 : Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Tahun 2004 – 2013* Pemerintah klaim jumlah penduduk miskin menurun, namun jumlah penduduk miskin masih besar

Sumber: BPS dan CEIC

Jumlah penduduk miskin turun dari 11,66% pada September 2012 menjadi 11,37% pada Maret 2013 atau setara dengan 28,07 juta orang.

Garis batas kemiskinan meningkat 4,66%dari IDR 259.520 per kapita per bulan pada September 2012 menjadi IDR 271.626 per kapita per bulan pada Maret 2013.

Peningkatan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dari IDR 53,1 Triliun di tahun 2007 menjadi sebesar IDR 115,5 Triliun pada tahun 2013.

36.1 35.1

39.337.17

34.9632.53

31.02 30.02 29.89 29.13 28.59 28.07

16.6615.97

17.75

16.58

15.42

14.15

13.33

12.49 12.3611.96 11.66 11.37

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13

(%)(Juta Orang) Penduduk Miskin (LHS) Presentase Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan (RHS)

Page 8: Ppt iero september 2013

Perkembangan Moneter

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 9: Ppt iero september 2013

Gambar 4 : Jumlah Uang Beredar, 2011 – 2013* Meningkatnya jumlah uang beredar turut mendorong laju inflasi Agustus 2013

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)

Pada bulan Juli 2013, jumlah uang beredar M1 dan M2 mencapai IDR 903,29 triliun dan IDR 3.529,66 triliun.

M1 tumbuh menjadi 17% (yoy) pada Juli 2013, naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,2% (yoy).

M2 meningkat menjadi 15,5% (yoy) pada juli 2013 dibandingkan bulan Juni 2013 yang tumbuh sebesar 11,9% (yoy).

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

(IDR Triliun) M2 M1

Page 10: Ppt iero september 2013

Gambar 5: Tingkat Inflasi, Tahun 2011 – 2013* (yoy, dalam %) Tingginya inflasi Agustus 2013 terutama berasal dari inflasi harga diatur pemerintah dan harga bergejolak.

Inflasi Agustus 2013 mencapai 8,79% (yoy), setelah sebelumya pada Juli 2013 sebesar 8,61% (yoy). Inflasi tahun kalender Januari-Agustus mencapai 7,94% melampaui asumsi inflasi APBN-P 2013 yang

sebesar 7,2%. Pemicu inflasi bulan Agustus 2013: - inflasi bergejolak (volatile) mencapai 16,52% (yoy) akibat tekanan dari beberapa harga

komoditas holtikultura dan berlanjutnya tekanan harga bawang merah dan daging sapi - inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) mencapai 15,4% (yoy) didorong kenaikan tarif angkutan selama periode Lebaran dan kenaikan tariff listrik. - inflasi inti mencapai 4,48% (yoy).

8.79

4.48

15.40

16.53

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20(%)

UMUM INTI HARGA DIATUR PEMERINTAH BERGEJOLAK

Sumber : BPS dan CEIC (2013)

Page 11: Ppt iero september 2013

Gambar 6: Tingkat Inflasi Tahun 2011 – 2013* Menurut Kelompok Pengeluaran (mtm, dalam %)Tekanan inflasi yang semakin meningkat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional

Dari sisi pengeluaran penyumbang tertinggi inflasi Agustus 2013 (mtm) adalah kelompok sandang 1,81%, bahan makanan 1,75%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,36%.

Tingginya inflasi bulan Agustus 2013 tidak lepas dari dampak bulan Ramadhan dan lebaran yang menyebabkan meningkatnya permintaan sandang dan bahan makanan.

Inflasi Agustus 2013 (mtm) juga didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,68%; kelompok perumahaan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,66%; kelompok sandang 1,81%; kelompok kesehatan 0,37%; dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan 0,95%.

Sumber : BPS dan CEIC (2013)

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

(%)

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, DAN BAHAN BAKARSANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGATRANSPOR, KOMUNIKAS, DAN JASA KEUANGAN

Page 12: Ppt iero september 2013

Gambar 7: Perkembangan BI Rate, Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan Tahun 2009 – 2013* (dalam %) Suku bunga acuan naik menjadi 7,25%

Diawal tahun 2013, BI rate 5,75% Bulan Juni 2013 BI rate naik menjadi 6%, antisipati inflasi dan respon terhadap pelemahan rupiah seiring dengan arus

keluar modal asing mulai akhir Mei 2013. Tanggal 11 Juli 2013, BI rate naik menjadi 6,5%., sebagai respon terhadap rupiah yang melemah. Pada RDG bulanan tambahan pada Kamis, 29 Agustus 2013 BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 7%. Sehubungan dengan tekanan yang masih dihadapi oleh Rupiah, Bank Indonesia kembali menaikkan BI rate dalam RDG

tanggal 12 September 2013 menjadi 7,25%.

Sumber : Bank Indonesia dan CEIC (2013)

0

1

2

3

4

5

6

7

8(%)

BI RATE TINGKAT BUNGA PENJAMINAN : 3 BULAN TIME DEPOSIT NOMINAL : 1 BULAN SBI RATE : 9 BULAN

Page 13: Ppt iero september 2013

Gambar 8: Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2011 – 2013* (dalam USD Miliar) Cadangan devisa semakin tergerus

Sumber : Bank Indonesia dan CEIC (2013)

0

20

40

60

80

100

120

140(USD MILIAR)

CADANGAN DEVISA

Posisi cadangan devisa semakin tergerus karena defisit transaksi berjalan yang meningkat padahal surplus transaksi modal dan finansial belum dapat menutup defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran defisit.

Cadangan devisa tercatat merosot sebesar USD 20,11 miliar dari USD 112,78 miliar pada Desember 2012 menjadi USD 92,997 miliar pada Agustus 2013.

Berdasarkan data BI, pembayaran utang luar negeri sepanjang Juni hingga Desember 2013 mencapai USD 28,88 miliar

Page 14: Ppt iero september 2013

Gambar 9: Nilai Tukar dan Harga Saham Tahun 2011 – 2013* Nilai Rupiah terus menurun. Sejak awal tahun hingga Agustus 2013, rupiah sudah terdepresiasi sebesar 12,64%.

Sumber : Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan CEIC (2013)

4195.09

10924

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000IDR per USDIHSG IHSG (LHS) IDR per USD (RHS)

Agustus 2013 nilai tukar Rupiah terhadap USD IDR 10.924 per USD, terdepresiasi sebesar 12,64% dibandingkan bulan Januari 2013 yang tercatat berada pada level IDR 9.698 per USD.

Nilai Rupiah terus menurun hingga menembus level IDR 11.200 per USD pada tanggal 6 September 2013.

Nilai rupiah yang melemah seiring dengan besarnya capital ourflow dan pembayaran utang luar negeri swasta jangka pendek yang jatuh tempo.

Pergerakan IHSG semakin melemah Awal 2013 IHSG 4.453,70, Mei 2013 menanjak hingga level 5.068,63, akhir Agustus 2013

merosot ke 4.195,09.

Page 15: Ppt iero september 2013

Perkembangan Fiskal dan Keuangan Pemerintah

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 16: Ppt iero september 2013

Tabel 1: APBN-P 2013 dan RAPBN 2014Instabilitas makroekonomi yang sedang terjadi akan mengancam pencapaian asumsi indikator makro dalam RAPBN 2014

Sumber: Kementerian Keuangan (2013)

Page 17: Ppt iero september 2013

Tabel 2: Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat, 2013-2014 (IDR Triliun) Pelemahan rupiah akan berpotensi menyebabkan pembengkakan anggaran pada pos subsidi dan pembayaran bunga utang dalam RAPBN 2014

Sumber: Kementerian Keuangan (2013)

Pelemahan rupiah menimbulkan potensi pembengkakan anggaran pada pos subsidi dan pembayaran bunga utang luar negeri.

Subsidi masih memiliki porsi terbesar di RAPBN 2014 sebesar IDR 336,2 triliun—27% dari total belanja pemerintah pusat.

Belanja modal pada RABPN 2014 mengalami kenaikan 6% dari APBNP 2013. Jumlahnya masih lebih kecil dibanding kenaikan belanja pegawai sebesar 16%.

Page 18: Ppt iero september 2013

Tabel 3: Penerimaan Pajak dalam Negeri Periode 1 Januari - 31 Agustus 2013 (IDR Miliar)

Sumber: Kementerian Keuangan

Meski penerimaan pajak per 31 Agustus 2013 secara nominal meningkat 7,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi realisasi penerimaan negara terhadap target dalam APBN-P mengalami penurunan sebesar 4,84%.

Page 19: Ppt iero september 2013

Tabel 4: Defisit Anggaran dalam APBN-P 2013 dan RAPBN 2014 (IDR Triliun)Pemerintah menargetkan penurunan defisit anggaran menjadi 1,49% terhadap PDB pada 2014.

Target pemerintah untuk megurangi defisit akan menghadapi tantangan

serius karena potensi pembengkakan anggaran pada pos pengeluaran—

subsidi dan bunga utang—akibat pelemahan rupiah yang signifikan

ditambah rasio realisasi penerimaan negara terhadap target yang

kurang memuaskan.

Sumber: Kementerian Keuangan (2013)

Page 20: Ppt iero september 2013

Gambar 10 : Surat Berharga Negara Outstanding Surat Berharga Negara terus meningkat

Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)

Total Surat Berharga Negara (SBN) outstanding tradable per Agustus 2013 IDR 1.535,47 triliun, meningkat sebesar IDR 33,86 triliun dibandingkan dengan SBN outstanding per Juli 2013.

Komposisi SBN Outstanding Agustus 2013 terbesar obligasi- bunga tetap (IDR 685,9 triliun). Sementara itu, Surat Perbendaharaan Negara (SPN) Agustus 2013 sebesar IDR 32,15 triliun

meningkat IDR 3,56 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Obligasi negara dengan tingkat bunga mengambang tidak berubah sejak Januari 2013 hingga

Agustus 2013 sebesar IDR 122,754 triliun.

Page 21: Ppt iero september 2013

Gambar 11: Kepemilikan Asing Atas Ekuitas, Obligasi, dan SBIKepemilikan asing terus menurun

Total kepemilikan asing ekuitas, obligasi pemerintah, dan SBI secara umum turun akhir-akhir ini. Sejak Mei 2013, kepemilikan asing atas ekuitas turun sebesar USD 21 miliar menjadi USD 162

miliar hingga Juli 2013 dan obligasi pemerintah turun sebesar USD 4,21 miliar menjadi USD 26,8 miliar pada Agustus 2013

Sejak April 2013, kepemilikan asing atas SBI turun sebesar USD 80,9 juta menjadi USD 88,77 juta pada Agustus 2013.

Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)

Page 22: Ppt iero september 2013

Gambar 12: Debt Service Ratio IndonesiaDebt Service Ratio terus meningkat

Sumber: Bank Indonesia, dan CEIC (2013)

Debt Service Ratio (DSR) adalah indikator yang menunjukkan rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor suatu negara.

Pada kuartal II-2013, DSR Indonesia sebesar 41,4% ...sudah berbahaya...diatas aman 20%

Page 23: Ppt iero september 2013

Gambar 13: Total Utang Luar Negeri IndonesiaTotal utang luar negeri swasta terus meningkat

Sumber: Bank Indonesia, dan CEIC (2013) Total utang luar negeri Indonesia terus meningkat, terutama utang luar negeri swasta. Total utang luar negeri Indonesia Juni 2013 USD 257 miliar, meningkat sebesar USD 6,48 miliar dari awal tahun 2013, dan

meningkat sebesar USD 19,06 miliar dari bulan Juni tahun 2012. Nilai utang luar negeri swasta pada Mei 2012 sebesar USD 118,48 miliar telah melebihi utang luar negeri pemerintah

sejak bulan Mei 2012. Juni 2013, nilai utang luar negeri swasta mencapai USD 133,98 miliar, lebih besar sebesar USD 19,97 miliar dari nilai utang

luar negeri pemerintah Juni 2013 yang mencapai USD 114,01 miliar dan lebih besar sebesar USD 9,9 miliar dari nilai utang luar negeri pemerintah dan bank sentral Juni 2013 yang mencapai USD 124 miliar.

Juni 2013, nilai utang luar negeri swasta jangka pendek by original maturity sebesar USD 39,58 miliar, meningkat sebesar USD 3,32 miliar dari bulan Mei 2013 dan meningkat sebesar USD 2,49 miliar dari bulan Juni tahun 2012.

Utang swasta jangka pendek by remaining maturity sebesar USD 40,48 miliar, meningkat sebesar USD 997 juta dari bulan Mei 2013 dan meningkat sebesar USD 2,102 miliar dari bulan Juni tahun 2012.

Page 24: Ppt iero september 2013

Internasional

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 25: Ppt iero september 2013

Gambar 14: Neraca Perdagangan IndonesiaDefisit neraca perdagangan Indonesia catat rekor terbesar

Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)

Ekspor Indonesia pada bulan Juli 2013 naik 2,4% dari bulan sebelumnya, sedangkan impor naik 11,4%.

Neraca perdagangan pada Juli 2013 tercatat defisit USD 2,3 miliar setelah sebelumnya pada bulan Juni 2013 defisit USD 0,9 miliar.

Defisit neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2013 mencatat rekor tertinggi defisit neraca perdagangan yang pernah ada.

Secara kumulatif Januari hingga Juli 2013, defisit neraca perdagangan Indonesia menyentuh USD 5,6 miliar.

Page 26: Ppt iero september 2013

Gambar 15: Ekspor dan Impor MigasDefisit neraca perdagangan migas terus meningkat

Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)

Nilai impor migas Indonesia tercatat masih mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya USD 3,5 miliar pada Juni 2013 menjadi USD 4,1 miliar pada Juli 2013. Peningkatan impor migas disebabkan oleh naiknya impor minyak mentah sebesar 30,67% dan hasil minyak sebesar 1,62%, disaat impor gas turun 5,81%.

Nilai ekspor migas Indonesia yang semula USD 2,8 miliar pada Juni 2013, menurun menjadi USD 2,3 miliar pada Juli 2013. Penurunan ini dipicu oleh penurunan ekspor minyak mentah sebesar 10,47%, ekspor hasil minyak sebesar 7,94%, dan ekspor gas sebesar 25,3%.

Defisit neraca perdagangan migas yang semula USD 0,7 miliar pada Juni 2013, meningkat menjadi USD 1,9 miliar pada Juli 2013.

Page 27: Ppt iero september 2013

Gambar 16: Ekspor dan Impor NonmigasDefisit neraca perdagangan non migas juga semakin melebar

Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)

Nilai ekspor non migas dari USD 11,9 miliar pada bulan Juni 2013 meningkat menjadi USD 12,8 miliar pada Juli 2013. Peningkatan ekspor non migas terbesar antara lain terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam yang meningkat sebesar USD 0,2 miliar.

Impor non migas Indonesia meningkat dari USD 12,1 miliar menjadi USD 13,3 miliar dari Juni 2013 ke Juli 2013. Barang-barang impor yang memiliki kontribusi terbesar meningkatnya nilai impor non migas antara lain mesin dan perlatan mekanik yang meningkat 18,3%, plastik dan barang dari plastik yang naik 28,2%, serta golongan besi dan baja yang meningkat sebesar 14,9%.

Neraca perdagangan non migas yang defisit USD 0,2 miliar Juni 2013, naik menjadi USD 0,5 miliar pada Juli 2013.

Page 28: Ppt iero september 2013

Gambar 17: Neraca Transaksi BerjalanDefisit transaksi berjalan terus meroket

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)

Defisit transaksi berjalan naik dari USD 5,8 miliar kuartal I-2013 menjadi USD 9,8 miliar kuartal II-2013. Dibandingkan dengan kuartal II-2012, kinerja transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2013 dinilai lebih

buruk. Pada kuartal II-2012, defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat USD 8,2 miliar lebih rendah dari defisit saat ini.

Memburuknya transaksi berjalan pada periode ini disebabkan oleh neraca perdagangan barang yang semula surplus USD 1,6 miliar pada kuartal I-2013, menjadi defisit USD 0,6 miliar pada kuartal II-2013.

Memburuknya kinerja transaksi berjalan juga disebabkan oleh naiknya defisit neraca jasa dan pendapatan dari USD 2,5 miliar pada kuartal I-2013 menjadi USD 3 miliar pada kuartal II-2013. Sedangkan dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan meningkat dari USD 6 miliar menjadi USD 7,1 miliar pada kuartal II-2013.

Page 29: Ppt iero september 2013

Gambar 18: Neraca Transaksi Modal dan FinansialTransaksi modal dan finansial kembali surplus, investasi lainnya menjadi penopang utama membaiknya kinerja transaksi modal dan finansial disaat kinerja investasi langsung dan investasi portfolio menurun.

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)

Transaksi modal dan finansial tercatat kembali mengalami surplus sebesar USD 8,2 miliar pada kuartal II-2013, setelah pada kuartal sebelumnya mengalami defisit USD 0,3 miliar.

Membaiknya kinerja transaksi modal dan finansial ditopang oleh peningkatan kinerja investasi lainnya yang meningkat dari defisit USD 7 miliar pada kuartal I-2013 menjadi surplus USD 2,3 miliar pada kuartal II-2013 sebagai dampak dari meningkatnya penarikan uang dan simpanan swasta di perbankan luar negeri hingga USD 4,6 miliar pada kuartal II-2013.

Berbeda dari investasi lainnya, kinerja investasi langsung dan investasi portfolio pada kuartal II-2013 cenderung menurun.

Page 30: Ppt iero september 2013

Gambar 16: Neraca Pembayaran IndonesiaKinerja neraca pembayaran sedikit mengalami perbaikan...namun masih defisit

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)

Terjadi penurunan defisit neraca pembayaran dari USD 6,6 miliar pada kuartal I-2013 menjadi USD 2,5 miliar pada kuartal II-2013.

Meskipun keadaan transaksi berjalan masih defisit, tetapi perbaikan kinerja neraca pembayaran ini ditopang oleh perbaikan kinerja transaksi modal dan finansial, terutama jika dilihat dari sisi investasi lainnya yang meningkat pesat dari kuartal sebelumnya.

Sejalan dengan neraca pembayaran yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pun semakin menurun. Cadangan devisa Indonesia yang tercatat USD 108,8 miliar pada Januari 2013, menurun menjadi USD 92,997 miliar pada Agustus 2013.

Page 31: Ppt iero september 2013

GAMA Leading Economic Indicator

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 32: Ppt iero september 2013

Leading Economic Indicator dan Siklus Bisnis PDB Indonesia

GAMA LEI adalah model early warning system yang dikembangkan oleh Tim Macroeconomic Dashboard FEB UGM yang mampu meramalkan pergerakan serta titik balik siklus perekonomian Indonesia dengan akurat pada beberapa bulan kedepan.

GAMA LEI telah sukses memprediksi adanya penurunan kegiatan perekonomian Indonesia tiga kali berturut–turut yaitu pada kuartal IV-2012 hingga kuartal II-2013.

Berdasarkan prediksi GAMA LEI, dalam beberapa bulan kedepan masih akan terjadi kontraksi pada pergerakan perekonomian Indonesia.

Pergerakan GAMA LEI kuartal II-2013 yang menurun menunjukan sinyal masih adanya perlambatan ekonomi di kuartal III-2013. Hal ini juga diperkuat dengan belum adanya titik balik pada GAMA LEI yang menunjukan perubahan arah pergerakan ekonomi di waktu yang akan datang.

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2000

Q2

2000

Q3

2000

Q4

2001

Q1

2001

Q2

2001

Q3

2001

Q4

2002

Q1

2002

Q2

2002

Q3

2002

Q4

2003

Q1

2003

Q2

2003

Q3

2003

Q4

2004

Q1

2004

Q2

2004

Q3

2004

Q4

2005

Q1

2005

Q2

2005

Q3

2005

Q4

2006

Q1

2006

Q2

2006

Q3

2006

Q4

2007

Q1

2007

Q2

2007

Q3

2007

Q4

2008

Q1

2008

Q2

2008

Q3

2008

Q4

2009

Q1

2009

Q2

2009

Q3

2009

Q4

2010

Q1

2010

Q2

2010

Q3

2010

Q4

2011

Q1

2011

Q2

2011

Q3

2011

Q4

2012

Q1

2012

Q2

2012

Q3

Siklus PDB Leading Indicator

Page 33: Ppt iero september 2013

Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 34: Ppt iero september 2013

Konsensus Proyeksi Indikator MakroekonomiEstimasi Pertumbuhan PDB (yoy, %)

Kuartal III 2013 Kuartal IV 2013 Tahun 2013 Tahun 2014

Pertumbuhan 5,57 5,47 5,73 5,71

Rentang ± 0,28 0,31 0,16 0,29

Estimasi Inflasi (yoy, %)

Kuartal III 2013 Kuartal IV 2013 Tahun 2013 Tahun 2014

Inflasi 8,46 8,44 8,24 7,43

Rentang ± 0,46 1,04 1,05 1,7

Estimasi Nilai Tukar (IDR/USD)

Kuartal III 2013 Kuartal IV 2013 Tahun 2013 Tahun 2014

IDR/USD 10.928,6 10.957,10 10.714,3 10.728,6

Rentang ± 534,5 957,20 487,9 1.049,9

Pertumbuhan PDB riil (yoy) untuk kuartal III-2013 dan kuartal IV-2013 masing-masing 5,57% ± 0,28% dan 5,47% ± 0,31%. Sementara itu, prediksi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan memperhatikan kondisi terkini untuk tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 5,73% ± 0,16% dan 5,71% ± 0,29%.

Prediksi inflasi (yoy) untuk kuartal III-2013 dan kuartal IV-2013 masing-masing 8,46% ± 0,46% dan 8,44% ± 1,04%. Sedangkan inflasi 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 8,24% dan 7,43%.

Estimasi untuk nilai tukar rupiah terhadap dollar AS untuk kuartal III-2013 dan kuartal IV-2013 masing-masing sebesar IDR/USD 10.928,6 ± IDR/USD 534,5 dan IDR/USD 10.957,10 ± IDR/USD 957,2. Sedangkan untuk kurs di tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar IDR/USD 10.714,3 ± IDR/USD 487,9 dan IDR/USD 10.728,6 ± IDR/USD 1.049,9.

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Page 35: Ppt iero september 2013

Ekonomi ASEAN: Peningkatan Instabilitas Ekonomi Makro,

Perlambatan Pertumbuhan

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 36: Ppt iero september 2013

Gambar 21 : Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN, Tahun 2000-Agustus 2013 (yoy, dalam %)

Tekanan inflasi meningkat

Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013 cenderung meningkat terutama untuk negara Indonesia (8,79%), Vietnam (7,50%) dan Laos (7,43%).

Indonesia inflasi tinggi karena : terganggunya pasokan komoditas pangan seperti bawang merah, cabai, daging sapi dan daging ayam serta momentum penyesuaian harga BBM.

Vietnam inflasi didorong : implementasi penyesuaian harga BBM (Agustus 2013) serta peningkatan biaya oleh otoritas terkait pada biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya air rumah tangga serta biaya transportasi umum.

Sumber: Bloomberg (2013) (Catatan: Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)

Page 37: Ppt iero september 2013

Tabel 8: Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013* (yoy, dalam %)Nilai Tukar Mata Uang Negara ASEAN Cenderung Melemah

COUNTRIES 2009 2010 2011 2012 30 Agustus 2013 Brunei Darussalam 4,2 8,0 0,0 4,7 -3,3 Cambodia -2,2 0,8 0,3 1,8 -1,8 Indonesia 14,0 5,8 0,4 -8,7 -13,3 Lao PDR -0,1 3,5 0,6 1,8 0,4 Malaysia 0,6 9,2 -3,3 4,4 -8,9 Myanmar 0,3 0,2 0,5 -13360,0 -12,8 The Philippines 1,4 5,7 0,1 7,1 -9,4 Singapore 3,5 8,6 -0,8 5,4 -4,1 Thailand 4,5 9,3 -6,3 4,3 -5,7 Viet Nam 6,7 -5,7 -8,0 2,1 -2,5

Sumber: Bloomberg (2013)Catatan : 2013 = 30 Agustus 2013(Catatan: Myanmar pada tahun 2012 mengalami penyesuaian nilai mata uang)

Pasca krisis keuangan global 2008-2009, hampir semua negara anggota mengalami pertumbuhan pada harga-harga saham hingga tahun 2012.

Namun hingga transaksi per-30 Agustus 2013 terdapat 7 dari 10 negara ASEAN mengalami penurunan indeks harga saham yang menunjukkan bahwa adanya kecenderungan keluarnya arus modal para investor dari negara-negara ASEAN akibat ekonomi Amerika Serikat mengirimkan sinyal perbaikan ekonomi serta antisipasi kebijakan tapering the Fed sementara persepsi para pelaku bisnis terhadap ekonomi ASEAN tidak terlalu baik.

Page 38: Ppt iero september 2013

Tabel 9 : Indeks Saham Negara ASEAN: 2009-30/8/2013 (yoy, dalam %)Pasar Saham Menunjukkan Pelemahan: Arus Balik Modal Asing

COUNTRIES 2009 2010 2011 2012 s.d. 30 Agustus 2013 Brunei Darussalam no stock exchange Cambodia no stock exchange -1,6 Indonesia 87,9 46,9 3,0 13,3 -4,9 Lao PDR no stock exchange 35,1 10,5 Malaysia 45,0 19,5 0,8 10,3 5,0 Myanmar no stock exchange The Philippines 60,3 55,7 1,9 21,1 -1,6 Singapore 67,3 12,2 -19,7 21,3 -4,0 Thailand 66,1 39,2 -0,9 35,9 -7,1 Viet Nam 56,6 -2,8 -20,9 7,7 14,3

Sumber: Bloomberg (2013)

Mengeringnya modal global yang iringi dengan neraca pembayaran yang mengalami defisit di beberapa negara mendorong terjadinya juga pelemahan pada nilai tukar mata uang kawasan hingga 30 Agustus 2013.Mata uang ASEAN mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) terutama pada negara-negara utama ASEAN (ASEAN-5) seperti Indonesia dan Malaysia yang memiliki pangsa ekonomi yang besar diperkirakan akan memberikan dampak pada ekonomi ASEAN secara keseluruhan.

Page 39: Ppt iero september 2013

Gambar 22: Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 1998–Q2/2013 (yoy, dalam %)Perekonomian ASEAN cenderung melambat ditengah ketidakpastian ekonomi global dan instabilitas ekonomi makro kawasan

Sumber: IMF, CEIC (2013)

Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN cenderung melambat hingga semester 1 2013 Melemahnya pertumbuhan ekonomi global memangkas ekspornya dan melemahnya konsumsi

karena naiknya inflasi. Pada Kuartal II-2013, secara y-o-y hanya 2 negara yang pertumbuhan ekonominya meningkat

dibanding tahun sebelumnya, yaitu Filipina (7,5%) dan Singapura (3,7%). Negara utama di Asia juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi seperti China (7,5%),

turun dari Kuartal I 7,7% dan India yang pada Kuartal II tumbuh hanya sebesar 4,4% dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,8%.

Page 40: Ppt iero september 2013

Current Issue: Indonesia di Bawah Bayang-

Bayang “Sindrom” Krisis

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 41: Ppt iero september 2013

Current Issue :Indonesia di Bawah Bayang-Bayang “Sindrom”Krisis

Oleh Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev.

Tiga triwulan terakhir ini pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebagaimana tercantum dalam APBN-P yang 6,3% kemungkinan besar tidak akan tercapai. Bank Indonesia (2013) dan BPS(2013) mencatat bahwa kondisi dua triwulan terakhir menunjukkan pertumbuhan ekonomi hanya 5,8%.

Implikasinya jelas, menurut rujukan Hukum Okun, kemampuan ekonomi menyerap tenaga kerja juga berkurang. Kelihatannya trickle-down effect pertumbuhan ekonomi makro yang 5,8% tersebut jelas kurang mampu menyerap tenaga kerja, karena permasalahan struktural, seperti daya saing tenaga kerja, infrastruktur dan lain-lain.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut selain mempengaruhi penyerapan tenaga kerja juga akan mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam memperoleh pendapatan pajak dan non pajak. Sedangkan belanja akan melonjak di tahun politik 2014, sehinga target defisit anggaran hanya 1,49 % dari PDB kelihatannya susah untuk dicapai.

Industri dan investasi baik asing dan domestik lebih bias pada padat modal (capital intensive) ketimbang padat karya (labor intensive). Daya saing tenaga kerja, kegamangan peraturan ketenagakerjaan memperparah pesismime dunia usaha. Banyak pengusaha, tidak lagi memproduksi barang tetapi mereka lebih suka untuk menjadi pedagang/impor. Impor lebih menarik dan menguntungkan dari pada berproduksi di domestik.

Kondisi ini memperparah defisit perdagangan. Neraca perdagangan yang semula surplus USD 0,1 miliar pada Maret 2013, menurun menjadi defisit USD 1,6 miliar pada April 2013. Bahkan, pada bulan Juli 2013 tercatat defisit USD 2,3 miliar. Penurunan kinerja neraca perdagangan pada April 2013 terutama disebabkan oleh meningkatnya nilai impor sebesar 9,6%.

Defisit di transaksi berjalan dan tansaksi modal dan finansial secara otomatis menyebabkan defisit neraca pembayaran USD 6,6 miliar pada kuartal I 2013 setelah sebelumnya surplus USD 3,2 pada kuartal IV 2012. Defisit neraca pembayaran ini mendekati kondisi krisis tahun 1998 yang defisit sebesar USD 9,3 Milyar.

Page 42: Ppt iero september 2013

Tingkat inflasi pada Juli 2013 tercatat 3,29%, ini dapat dikatakan tidak buruk meskipun melenceng jauh lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah. Jika dibandingkan dengan tahun krisis sebelumnya, inflasi Indonesia tahun 2013 yang sebesar 8,79 jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1998 yang mencapai 54,54% dan tahun 2008 sebesar 11,06%.

Kondisi cadangan devisa Indonesia pada tahun 2013 ini menjadi yang terbaik dibandingkan dengan masa krisis sebelumnya. Pada tahun 1998 Indonesia hanya memiliki cadangan devisa sebesar USD14,44 Milyar dan pada tahun 2008 sebesar USD 57,108 Milyar. Cadangan devisa Indonesia kembali meningkat menjadi USD 107,27 miliar pada April 2013 dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar USD 104,80 miliar.

Namun, cadangan tersebut tidak dibangun dari surplus perdagangan seperti yang terjadi di Cina. Cadangan devisa tersebut dari sumber yang rapuh hot money yang bisa hengkang dalam jangka pendek, seperti penerbitan surat utang internasional (global bond) milik pemerintah pada bulan April 2013.

Untuk rasio hutang pemerintah, tahun 2013 menjadi tahun terburuk dibandingkan dengan tahun-tahun krisis 1998 dan 2008. Angka ini dapat dikatakan terlalu tinggi dari batas normal 20,00. Tahun 1998 dan tahun 2008 DSR Indonesia masih dalam batas wajar yaitu sebesar 12,84% dan 15,3%. Di tahun 2013 ini angka tersebut melebihi batas mencapai 41,4%.

Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pun mengalami kemerosotan tajam pada periode berjalan 2013. Pada tahun 1998 mata uang Rupiah anjlok hingga IDR17.000,00/USD. Fluktuasi kurs 2008 dan 2013 menunjukkan mekanisme pasar, sehingga anjloknya rupiah di 2008 dan 2013 yang masing-masing IDR11.711,00/USD dan IDR11.200,00/USD memang benar-benar kekuatan riil pasar.

Indikator melemahnya pertumbuhan dan meningkatnya ketidakstabilan menunjukkan Indonesia di tengah bayang-bayang “sindrom” krisis.

Jika krisis benar-benar terjadi maka untuk bangkit kembali akan lebih berat karena latar belakang krisis kali ini lebih fundamental dibanding krisis-krisis sebelumnya: akumulasi mis-manajemen yang menyebabkan masalah ketidak-unggulan bangsa.

Terlebih tahun 2015 Masyakat Ekonomi ASEAN yang membuka pasar domestik kita untuk berkompetisi secara bebas. Siapkah Indonesia? Tanpa penanganan yang cepat dan tepat Indonesia bisa terperosok dalam jurang krisis.

Page 43: Ppt iero september 2013

Economic Outlook

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM

Page 44: Ppt iero september 2013

Economic Outlook Berbagai indikator ekonomi seperti inflasi yang meningkat, nilai mata uang yang terdepresiasi signifikan, IHSG

yang merosot, defisit transaksi berjalan yang meningkat, cadangan devisa yang merosot, serta laju pertumbuhan ekonomi yang menurun telah menimbulkan kekhawatiran akan masa depan ekonomi Indonesia.

Ekonomi dunia diperkirakan akan melemah pertumbuhannya, bahkan ekonomi Cina dan India yang selama ini tumbuh pesat mengalami pelemahan yang signifikan. Merosotnya pertumbuhan ekonomi global dan kawasan yang disertai dengan volatilitas ekonomi makro yang meningkat di emerging economies seperti India dan Thailand telah membuat volatilitas pasar keuangan Indonesia meningkat.

Kondisi pasar keuangan Indonesia mengkhawatirkan karena cadangan devisa yang dibangun dari hot money sudah semakin terkikis, sementara itu debt service ratio jauh diatas 20 % yang dianggap aman.

Utang luar negeri swasta yang semakin besar jumlahnya ternyata sebagian besar adalah jangka pendek sehingga meningkatkan permintaan dolar karena banyak yang jatuh tempo. Padahal defisit transaksi berjalan terus meningkat dan FDI mulai menurun, membuat neraca pembayaran defisit.

Nilai tukar rupiah terus menurun, demikian juga IHSG juga terus merosot, yang menimbulkan kepanikkan di pasar. Padahal kemerosotan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan berlanjut karena utang swasta yang jatuh tempo cukup besar dalam setahun ini, serta capital outflow yang diperkirakan masih akan berlanjut karena kebijakan tapering bank sentral AS

Page 45: Ppt iero september 2013

Economic Outlook Dengan demikian volatilitas pasar modal diperkirakan masih akan berlanjut dan inflasi

masih akan meningkat dan nilai rupiah masih akan melemah, suku bunga masih akan meningkat sehingga daya beli masyarakat merosot.

Gama Leading Economic Indicator meramalkan trend pemburukkan ekonomi Indonesia masih akan berlanjut. Ekonomi Indonesia dalam situasi kritis pada saat ini. Instabilitas ekonomi makro jika terus berlangsung bahkan meningkat, bisa menyeret ekonomi Indonesia masuk krisis lagi.

Jika otoritas ekonomi bisa segera menstabilkan ekonomi makro sehingga laju pertumbuhan ekonomi bisa meningkat lagi, maka Indonesia bisa selamat. Oleh karena itu diharapkan otoritas ekonomi bisa mengambil kebijakan yang tepat dengan cepat untuk mengatasi instabilitas ekonomi makro yang terjadi.

Page 46: Ppt iero september 2013
Page 47: Ppt iero september 2013

MACROECONOMIC DASHBOARDFAKULTAS EKONOMIKA dan BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADAPertamina Tower Building 4th fl. Room 4.1

Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281Phone : +62 274 548 517 ext 373

Email : [email protected] : www.macroeconomicdashboard.com

Indonesian Economic Review and Outlook (IERO) Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)

Macroeconomic Dashboard | FEB UGMMacroeconomic Dashboard | FEB UGM