33
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF Oleh : N. Novi Kemala Sari, S.Ked Pembimbing : dr.Shenny Mutiara REFERAT

Ppt Gangguan Obsesif Kompulsif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga

Citation preview

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

Oleh : N. Novi Kemala Sari, S.Ked

Pembimbing : dr.Shenny Mutiara

REFERAT

BAB I

PENDAHULUAN

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

obsesif

•pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu.

kompulsif

•pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega

Prevalensi pada populasi umum adalah 2% -3%.

Peneliti memperkirakan ditemukan pada sebanyak 10% pada pasien rawat jalan di klinik psikiatrik.

Angka tersebut gangguan obsesif-kompulsif diagnosis psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif berat.

Untuk remaja laki-laki > perempuan.Usia onset rata-rata kira-kira 20 tahun.

Secara keseluruhan, kira-kira 2/3 dari pasien memiliki onset gejala < usia 25 tahun.

Kurang dari 15 % pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun.

Referat ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan gangguan obsesif kompulsif, bagaimana mendiagnosisnya dan terapi apa yang harus diberikan kepada pasien. 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga.

DEFINISI

1.Aspek Biologisa. Neurotransmiterb. Genetik

2. Psikologis3. Faktor Psikososial

ETIOLOGI

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif kompulsif menurut PPDGJ III:

1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.

2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita

DIAGNOSIS

3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

•Harus disadari•Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan

yang tidak berhasil dilawan•Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di

atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan.

•Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.

Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.

5. Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut

Pedoman DiagnostikKeadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distress).

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostika. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan keteraturan.

b. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan.

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)

Pedoman Diagnostika. Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

b. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif terhadap terapi perilaku.

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT.

Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi.

Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman.

GEJALA GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF DAN

POLA GEJALANYA

Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan yang kompulsi.

Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu.

Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeiksa kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu

Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan

semata-mata pikiran obsesional yang mengganggu

tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya

berupa pikiran berulang akan suatu tindakan

seksual atau agresi yang dicela oleh pasien

Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan

akan simetrisitas atau ketepatan, yang dapat

menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara

harfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk

makan atau mencukur wajahnya. Trikotilomania

dan menggigit kuku mungkin merupakan kompulsi

yang beruhubungan dengan gangguan obsesif-

kompulsif .

Penelitian menemukan bahwa farmakoterapi atau terapi perilaku atau kombinasinya efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala pasien gangguan obsesif kompulsif

Farmakoterapi

Semua obat yang digunakan untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis yang biasanya.

Efek awal biasanya terlihat setelah 4 – 6 minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu 8 – 16 minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum.

TERAPI

Pengobatan standar adalah memulai dengan obat anti

obsesif kompulsif yaitu golongan trisiklik contohnya

clomipramine dan golongan SSRI-serotonin specific

reuptake inhibitor yaitu sertraline, fluoxetine dsb.

Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai

50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan

peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari,

sampai dosis maksimum 250 mg sehari

Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin.

Obat anti depresi SSRISertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine

Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil).

Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap

maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada

gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan

pencegahan respon.

Terapi Perilaku

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung

keluarga, membantu menurunkan percekcokan perkawinan

yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi

dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.

Terapi Keluarga

Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan.

Prosedur bedah psiko yang paling sering singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30 persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain.

Komplikasi bedah psiko : kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin).

Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah

psiko saja dan dengan farmakoterapi atau terapi

perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap

farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah

psiko.

Kira-kira 20% - 30% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gangguan depresif berat, dan bunuh diri.

Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal)

PROGNOSIS

Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial

dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus,

dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional

tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas,

dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-

gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia

dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-

ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu

fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala

obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua – duanya,

harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2

minggu berturut – turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan

obsesif-kompulsif diantaranya adalah faktor biologi

seperti neurotransmitter dan genetika, faktor psikologi

dan faktor psikososial. Ada beberapa terapi yang bisa

dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif –

kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi),,

terapi perilaku, psikoterapi, dan terapi keluarga.

Prognosis pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan

yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat

gejala yang episodik.

WASSALAMUALAIKUM WR. WB