26
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

ppok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

test

Citation preview

Page 1: ppok

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Page 2: ppok

Definisi

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.

Page 3: ppok

Epidemiologi

Masalah kesehatan global

Data prevalensi, morbiditas, mortalitas berbeda tiap negara namun secara umum terkait langsung dengan prevalensi merokok dan pada beberapa negara dengan polusi udara akibat pembakaran kayu serta bahan-bahan biomasa lain.

Prevalensi cenderung meningkat. Pada umur >60 th antara 18,4%-32,1% dan umur >30 th 6,3%.

Page 4: ppok

Faktor Risiko

Gen

Paparan asap rokok, occupational dust, polusi udara.

Lung growth and development

Stress oksidatif

Gender, Usia

Infeksi respirasi

Pernah sakit tuberkulosis

Status sosial ekonomi, Nutrisi

Komorbid

Page 5: ppok

Klasifikasi

Berdasarkan hasil spirometri

Stadium I: Ringan

FEV1/FVC < 0,7

FEV1 > 80% prediksi

Stadium II: Sedang

FEV1/FVC < 0,7

50% ≤ FEV1 < 80% prediksi

Page 6: ppok

Stadium III: Berat

FEV1/FVC < 0,7

30% ≤ FEV1 < 50% prediksi

Stadium IV: Sangat Berat

FEV1/FVC < 0,7

FEV1 < 30% prediksi atau FEV1 < 50% + gagal napas kronik

Page 7: ppok

Manifestasi Klinis

Riwayat penyakit

Batuk, dahak, dan sesak napas merupakan keluhan yang sering dilaporkan penderita PPOK. Batuk biasanya timbul sebelum atau bersamaan dengan sesak napas. Dahak umumnya tidak banyak, bersifat mukoid namun menjadi purulen pada keadaan infeksi. Sesak napas terutama waktu beraktivitas, bila penyakit progresif bergerak sedikit sudah sesak. Sesak pada PPOK terjadi akibat hiperinflasi dinamik yang bertambah berat dengan peningkatan jumlah napas, sebagai konsekuensinya untuk menghindari sesak banyak pasien menjadi terpaku di tempat tidur/duduk.

Page 8: ppok

Pemeriksaan fisik

Tidak banyak abnormalitas yang dijumpai pada pemeriksaan fisik. Wheezing tidak selalu ditemukan dan tidak berkorelasi dengan keparahan obstruksi. Yang selalu dijumpai pada PPOK simptomatik adalah waktu ekspirasi memanjang yang paling baik didengar di depan laring saat maneuver forced expiratory. Ekspirasi yang > 4 detik suatu indikasi yang bermakna dari obstruksi. Jika penyakit bertambah berat kelainan fisik bertambah jelas, tampak barrel chest, purse-lipped breathing, badan tambah kurus.

Page 9: ppok

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Foto toraks

Trias overinflasi, oligenia, bula merupakan pola arterial defisiensi paling sering berhubungan dengan emfisema dan peningkatan pulmonary making yang menyerupai dirty chest dijumpai pada bronkitis kronis. Tanda overinflasi terbaik adalah diafragma mendatar dengan superior konkaf, tanda lain peningkatan lebar ruang retrosternal tetapi ini kurang sensitif.

Page 10: ppok

CT Scan

Dapat memberikan gambaran parenkim paru lebih baik dari foto toraks. High resolution yang dipakai dengan lebar irisan 1,0-2,0 mm dapat memberi gambaran langsung area emfisematus.

Tes fungsi paru

Spirometri merupakan tes paling penting untuk diagnosis dan staging PPOK. Rasio FEV1/FVC menurun diagnostik untuk kelainan obstruktif.

Page 11: ppok

Diagnosis

Pemeriksaan fisik dan foto toraks bukan metode yang sensitif untuk mendiagnosis PPOK. Pemeriksaan fisik dari hiperinflasi paru seperti diafragma letak rendah, suara napas menurun dan hipersonor pada perkusi sangat spesifik untuk PPOK tetapi biasanya hanya pada penyakit stadium lanjut. High-resolution computed tomography (HRCT) paru merupakan teknik yang canggih untuk deteksi awal emfisema tetapi peranan HRCT pada deteksi awal dan monitoring PPOK saat ini belum baku.

Page 12: ppok

Spirometri merupakan pemeriksaan yang sederhana, tidak mahal, non invasif dapat digunakan untuk mendiagnosis, menentukan keparahan penyakit, dan monitoring progresi PPOK. Rasio FEV1/FVC menunjukkan laju pengosongan paru, digunakan untuk menunjukkan ada kelainan ventilasi obstruksi. Spirometri merupakan gold standard diagnosis PPOK.

Diagnosis banding: asma bronkial, gagal jantung kongestif, bronkiektasis, tuberkulosis, bronkiolotis obliteratif, diffuse panbronchiolitis.

Page 13: ppok

Penatalaksanaan

Diperlukan implementasi 4 komponen program penatalaksanaan, yaitu:

1. Menilai dan monitor perjalanan penyakit

Diagnosis harus dikonfirmasi dengan spirometri. FEV1/FVC < 70% pasca bronkodilator menunjukkan hambatan aliran udara yang tidak reversibel sempurna. Komorbid sering dijumpai pada PPOK dan harus diidentifikasi secara aktif. PPOK biasanya progresif sehingga gejala dan pemeriksaan untuk mengetahui hambatan aliran udara harus dimonitor.

Page 14: ppok

2. Mengurangi faktor risiko

Berhenti merokok, mengurangi paparan occupational dusts dan polusi udara indoor dan outdoor penting untuk mencegah onset dan progresi PPOK.

3. Penatalaksanaan PPOK Stabil

4. Edukasi

Penyuluhan kesehatan berperan penting pada proses berhenti merokok dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi penyakit dan status kesehatan.

Page 15: ppok

2. Obat

Tidak ada obat-obat untuk PPOK yang telah terbukti mampu mengubah penurunan faal paru jangka panjang, obat-obatan hanya mengurangi keluhan/gejala, terdiri dari

Bronkodilator: yang sering digunakan adalah agonis beta 2 (salbutamol, terbutalin, fenoterol), antikolinergis (ipatropium bromide, tiotropium bromide), dan derivat santin (aminofilin, teofilin).

Page 16: ppok

Kortikosteroid: dengan inhaled corticosteroid (ICS) untuk mengurangi frekuensi eksaserbasi dan memperbaiki status kesehatan.

Mukolitik: untuk pasien dengan sputum yang kental, namun secara keseluruhan manfaatnya kecil sehingga penggunaan secara luas tidak dianjurkan.

Antioksidan: khususnya N-acetylcysteine untuk menurunkan frekuensi eksaserbasi.

Antibiotik: tidak dianjurkan kecuali untuk terapi eksaserbasi infeksius dan infeksi bakterial lain.

Page 17: ppok

3. Oksigen

Oksigen jangka panjang (>15 jam/hari) pada PPOK dengan gagal napas kronik terbukti dapat meningkatkan survival.

4. Ventilator (belum terbukti adanya peranan untuk penatalaksanaan rutin PPOK stabil)

5. Rehabilitasi Medik

Tujuan rehab pulmonal adalah mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup, partisipasi fisik dan emosi dalam aktivitas sehari-hari.

Page 18: ppok

Durasi minimal dari program rehabilitasi efektif adalah 2 bulan, makin panjang program diteruskan makin efektif hasilnya. Rehab paru komprehensif terdiri atas: exercise training, konsultasi nutrisi, dan edukasi.

6. Operasi

Bulektomi: efektif menurunkan sesak napas dan memperbaiki faal paru.

Transplantasi paru: pada PPOK stadium lanjut yang terseleksi dengan tepat, transplantasi terbukti memperbaiki kualitas hidup dan kapasitas fungsional.

Page 19: ppok

4. Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut

Secara umum eksaserbasi adalah perburukan yang menetap (a sustained worsening) kondisi pasien dari keadaan stabil dan di luar variasi normal hari ke hari, yang bersifat akut dan mengharuskan perubahan obat reguler.

Gejala utama eksaserbasi adalah peningkatan sesak napas disertai wheezing dan chest tightness, peningkatan batuk dan dahak disertai perubahan warna dan panas.

Page 20: ppok

Eksaserbasi juga bisa disertai sejumlah gejala nonspesifik seperti malaise, insomnia, ngantuk, lelah, depresi, dan kebingungan.

Penilaian berat-ringan eksaserbasi juga didasarkan tes faal paru, pemeriksaan gas darah, foto toraks, pemeriksaan darah tepi, penyebab (terbanyak karena infeksi Tracheobronchial tree), dan penyebab lain (polusi udara, pneumoni, gagal jantung, aritmia, emboli paru, pneumotoraks spontan, pemberian O2 tidak tepat, obat-obat (hipnotik, tranquilliser, diuretik), penyakit metabolik (diabetes, gangguan elektrolit), status nutrisi buruk, dan stadium akhir penyakit.

Page 21: ppok

Penatalaksanaan

PPOK yang mengalami eksaserbasi dapat dirawat di rumah (home care bagi pasien PPOK stadium terminal). Obat yang diberikan:

1. Bronkodilator (dosis/frekuensi ditingkatkan)

2. Kortikosteroid (direkomendasi prednisolon 40 mg/hari selama 10 hari)

3. Antibiotik (indikasi eksaserbasi karena infeksi bakterial, hanya efektif bila ada peningkatan sesak dan batuk disertai peningkatan volume dahak purulen)

Page 22: ppok

Pasien dengan penyakit dasar PPOK yang sudah berat harus dirawat di RS karena sering memerlukan rawat inap. Risiko meninggal waktu eksaserbasi terkait erat pada pasien dengan timbulnya respirasi asidosis, komorbid yang bermakna, dan kebutuhan penggunaan ventilator mekanik. Tindakan pertama bila pasien datang di UGD adalah

memberi oksigen terkontrol dan menentukan apakah eksaserbasi tersebut life threatening. Jika ya, segera masukan pasien ke ICU. Jika tidak pasien dapat diterapi di UGD atau rawat inap.

Page 23: ppok

Inhalasi bronkodilator secara nebuliser

Antibiotik

Mukolitik

Kortikosteroid

Cairan dan elektrolit

Nutrisi

Ventilator mekanik

Page 24: ppok

Penyulit:

Gagal napas

Infeksi berulang

Cor pulmonal

Page 25: ppok

Prognosis

Setelah muncul secara klinik, median survival kira-kira 10 tahun, beberapa faktor yang telah diidentifikasi dapat memprediksi survival buruk pada PPOK: FEV1 rendah, masih merokok, hipoksemi, nutrisi buruk, corpulmonale, penyakit komorbid, dan kapasitas difusi rendah.

Pasiien dengan FEV1 < 35% prediksi mempunyai mortalitas 10%/tahun. Jika pasien mengatakan tidak mampu berjalan 100 m tanpa harus berhenti karena sesak napas, five years survival hanya 30%.

Page 26: ppok

Referensi

Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen ilmu Penyakit Paru FK UNAIR

klikpdpi.com/konsensus