ppok askep

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 ppok askep

    1/21

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan

    judul Asuhan Keperawatan PPOK(Penyakit Paru Obstruktif Kronik).

    Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah.

    Banyak hambatan dan rintangan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

    penulisan makalah ini namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulisan

    tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuan dan

    bimbingannya, kami mengucapkan trimakasih kepada:

    Semua pihak yang telah membantu penulisan tugas ini yang tidak dapat di tulis satu persatu.

    Kami menyadari dalam penulisan tugas ini masih jauh sempurna . oleh karena itu, saran dan

    kritik yang membangun sangat di harapkan oleh kami. Semoga tugas ini bermanfaat bagi

    kami pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi perkembangan

    ilmu pada umumya.

    Surakarta, Oktober 2012

    Penulis

    1 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    2/21

    DAFTAR ISI

    KATAPENGANTAR

    DAFTAR ISI.

    BAB I PENDAHULUAN.....

    A. Latarbelakang

    ....

    B. Rumusan masalah.....................

    C. Tujuan penulisan...........

    BAB II PEMBAHASAN.

    A.Definisi Penyakit ....................................................................

    B. Patofisiologi ...........................................................................

    C. Manifestasi Klinik ..................................................................

    D.Pemeriksaan Penunjang..........................................................

    E. Perawatan ...............................................................................

    F. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan PPOK .........................

    BAB III PENUTUP ..........................................................................

    Kesimpulan........................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA...

    1

    2

    3

    3

    3

    3

    4

    4

    4

    4

    4

    5

    5

    19

    19

    20

    2 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    3/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif,

    artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat

    dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut.

    Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu

    faktor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi

    udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca.

    Derajat obtruksisalurannafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang

    memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar

    paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebutmembuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan

    PPOK perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi

    lebih baik.

    Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup

    bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel

    yang berkaitandengan dispnea saataktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara

    paru-paru.

    Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguanfungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya

    penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa

    observasi beberapa waktu.

    B. Tujuan Penulisan

    Tujuan Umum: Untuk memperluas wacana pengetahuan tentang asuhan keperawatan

    pada pasiean gagal nafas .

    Tujuan Khusus:

    1. Mampu mengkaji masalah-masalah keperawatan secara komprehensif.

    2. Mampu menganalisa dan merumuskan serta menegakan diagnosa Keperawatan

    yang muncul.

    3. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana

    yang meliputiupaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitati.

    4. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

    3 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    4/21

    5. Mempunyai pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien

    dengan gagal nafas .

    C. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan PPOK ?

    2. Apa saja etiologi dari PPOK ?

    3. Bagaimana patofisiologi dari PPOK ?

    4. Bagaimana manifestasi klinis dari PPOK ?

    5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari PPOK ?

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Definisi Penyakit

    PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

    Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit obstruksi jalan nafas karena

    bronkhitis kronik atau emfisema (American Thoracic Society 1995). Obstruksi tersebut

    umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktifitas bronkus dan sebagian bersifat

    reversibel.

    Bronkhitis kronik ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran

    dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam setahun, dan paling sedikit

    selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor

    paru, dan asma bronkial.

    Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan

    melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai

    kerusakan dinding alveolus

    B. Patofisiologi

    Pada brokhtis kronik dan emfisema terjadi penyempitan saluran nafas. Penyempitan

    ini dapat mengekibatkan obstruksi jalan napas dan sesak. Pada bronkitis kronik, saluran

    napas kecil yang berdiamater kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok

    dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel goblet. Saluran napas

    besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kleenjar mukus. Pada emfisema

    paru penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru

    C. Manifestasi Klinik

    4 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    5/21

    1. Batuk

    2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen

    3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas

    D. Pemeriksaan Penunjang

    1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor

    penyebab

    2. Pemeriksaan fisik :

    a) Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel shaped chest( diameter antero

    posterior dada meningkat ) .

    b) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada .

    c) Perkusi dada hipersonor , peranjakan hati mengecil , batas paru hati lebih

    rendah , pekak jantung berkurang .

    d) Suara nafas berkurang dengan ekspirasi memanjang .

    3. Pemeriksaan radiologi :

    a) Foto toraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubularshadowberupa

    bayangan garis garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan

    corakan paru yang bertambah .

    b) Pada emfisema paru , foto toraks menunjukan adanya overinflasi dengangambaran diafragma yang rendah dan datar , penciutan pembuluh darah

    pulmonal , dan penambahan corakan ke distal .

    4. Pemeriksaan fungsi paru

    5. Pemeriksaan gas darah

    6. Pemeriksaan EKG

    7. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih .

    E. Perawatan

    F. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PPOK

    A. KONSEP DASAR

    Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).PPOK adalah penyakit paru kronik yang

    ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

    atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan

    keduanya.

    Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakupbronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel

    5 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    6/21

    yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara

    paru-paru.

    Penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang menimbulkan obstruksi

    saluran napas, termasuk didalamnya ialah asma, bronkitis kronis dan emfisema pulmonum.

    Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan

    fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya

    penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi

    beberapa waktu.

    Penyakit paru-paru obstruksi menahun merupakan suatu istilah yang digunakan untuk

    sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan

    resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.

    B. KLASIFIKASI

    Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai

    berikut:

    1. Bronkitis kronik

    Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai

    pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi

    paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

    2. Emfisema paru

    Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan

    anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara

    bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.

    3. Asma

    Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-

    cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini

    bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan

    reversible akibat bronkospasme.

    4. Bronkiektasis

    Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin

    disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus,

    aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas,

    dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran

    nodus limfe.

    C. Etiologi

    6 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    7/21

    Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor risiko

    yang terdapat pada penderita antara lain:

    1. Merokok sigaret yang berlangsung lama

    2. Polusi udara

    3. Infeksi paru berulang

    4. Umur

    5. Jenis kelamin

    6. Ras

    7. Defisiensi alfa-1 antitripsin

    8. Defisiensi anti oksidan

    D. Patofisiologi/Pathway

    Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang

    disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia

    yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit

    bernapas.

    Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah

    oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsioksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya

    fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti

    fungsi ventilasi paru.

    Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi

    bronkus dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. Akibat

    dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang

    mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk

    ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan

    terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanyakeluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi

    akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi.

    Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan

    mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

    7 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    8/21

    E. Pathway Penyakit paru Obstruksi Kronik

    8 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    9/21

    F. Tanda dan Gejala

    Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

    9 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

    Faktor

    predisposi

    si

    Edema, spasme

    bronkus,

    peningkatan secret

    bronkiolus

    Metabolisme

    anaerob

    Udara

    terperangkap

    dalam alveolus

    Obstruksi bronkiolus

    awal fase ekspirasi

    Defisit

    energi

    Produksi ATP

    menurun

    Gangguan

    metabolis

    me

    jaringan

    Suplai O2jaringan

    rendah

    PaO2 rendahPaCO2 tinggi

    Lelah,

    lemah

    Sesak napas,napas

    pendek

    Ganggu

    an

    pertukar

    an gas

    Risiko

    perubah

    an

    nutrisikurang

    dari

    kebutuh

    an

    tubuh

    Polanapas

    tidak

    efektif

    Gagal

    jantung

    kanan

    Insufisiensi/gagal

    napas

    Kurang

    perawat

    an diri

    Intoleransi aktivitas

    Ganggua

    n pola

    tidur

    Bersihan

    jalan

    napas

    tidak

    efektif

    Hipoksemia

    Hipertensi

    pulmonalKompensasi

    kardiovaskular

  • 7/27/2019 ppok askep

    10/21

    1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).

    2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

    Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

    1. Kelemahan badan

    2. Batuk

    3. Sesak napas

    4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi : Mengi atau wheeze

    5. Ekspirasi yang memanjang

    6. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

    7. Penggunaan otot bantu pernapasan

    8. Suara napas melemah

    9. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

    10. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

    G. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

    a) Pemeriksaan radiologis

    Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan:

    a) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,

    keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan

    bronkus yang menebal.

    b) Corak paru yang bertambah

    Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

    Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan

    bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink

    puffer.

    c) Corakan paru yang bertambah.

    d) Pemeriksaan faal paru

    10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    11/21

    Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang

    bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan

    VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR

    (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP

    bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedangpada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways).

    Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi

    berkurang.

    e) Analisis gas darah

    Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,

    terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia

    yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan

    polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung

    kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah

    jantung kanan.

    f) Pemeriksaan EKG

    Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah

    terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada

    hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan

    V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

    g) Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.

    h) Laboratorium darah lengkap

    H. Penatalaksanaan

    Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

    1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada fase

    akut, tetapi juga fase kronik.

    2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.

    3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih

    awal.

    Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

    1) Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,

    menghindari polusi udara.

    2) Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

    11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    12/21

    3) Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba

    tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman

    penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.

    4) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan

    kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih

    controversial.

    5) Pengobatan simtomatik.

    Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.Pengobatan oksigen, bagi yang

    memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 2 liter/menit.

    Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

    1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.

    2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan

    yang paling efektif.

    3) Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan

    kesegaran jasmani.

    4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat

    kembali mengerjakan pekerjaan semula.

    5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita

    dengan penyakit yang dideritanya.

    I. Pengkajian

    Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan manifestasi

    penyakit sebelumnya. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk mendapatkan data

    riwayat kesehatan dari proses penyakit:

    1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?

    2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?

    3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?

    4. Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?

    5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?

    6. Riwayat merokok?

    7. Obat yang dipakai setiap hari?

    8. Obat yang dipakai pada serangan akut?

    12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    13/21

    9. Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya?

    Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan sebagai berikut:

    1) Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?

    2) Apakah pernapasan sama tanpa upaya?

    3) Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi?

    4) Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?

    5) Barrel chest?

    6) Apakah tampak sianosis?

    7) Apakah ada batuk?

    8) Apakah ada edema perifer?

    9) Apakah vena leher tampak membesar?

    10) Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?

    11) Bagaimana status sensorium pasien?

    12) Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?

    A. Palpasi:

    1) Palpasi pengurangan pengembangan dada?

    2) Adakah fremitus taktil menurun?

    B. Perkusi:

    1) Adakah hiperesonansi pada perkusi?

    2) Diafragma bergerak hanya sedikit?

    C. Auskultasi:

    1) Adakah suara wheezing yang nyaring?

    2) Adakah suara ronkhi?

    3) Vokal fremitus nomal atau menurun?

    J. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:

    13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    14/21

    1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,

    peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga

    dan infeksi bronkopulmonal.

    2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,

    bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

    3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

    dengan kebutuhan oksigen.

    5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    anoreksia.

    6. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan posisi.

    7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

    peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

    8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

    kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.

    9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas,

    depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk bekerja.

    10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui

    sumber informasi.

    11. Masalah kolaboratif/Potensial komplikasi yang dapat terjadi termasuk:

    Gagal/insufisiensi pernapasan, Hipoksemia, Atelektasis, Pneumonia,

    Pneumotoraks, Hipertensi paru, Gagal jantung kanan

    K. Intervensi Keperawatan

    1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,

    peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya

    tenaga dan infeksi bronkopulmonal.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24

    jam,pasien diharapkan mencapai bersihan jalan napas paten

    Intervensi keperawatan:

    a) Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor pulmonal.

    b) Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik

    dan batuk.

    c) Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPPB

    14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    15/21

    d) Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan

    malam hari sesuai yang diharuskan.

    e) Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol,

    suhu yang ekstrim, dan asap.

    f) Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter

    dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna sputum, kekentalan

    sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada, keletihan.

    g) Beriakn antibiotik sesuai yang diharuskan.

    h) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap

    influenzae dan streptococcus pneumoniae.

    2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus,

    bronkokontriksi dan iritan jalan napas.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24

    jam,pasien diharapkan perbaikan pola nafas efektif

    Intervensi:

    a) Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik dan pernapasan bibir

    dirapatkan.

    b) Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat.

    Biarkan pasien membuat keputusan tentang perawatannya berdasarkan

    tingkat toleransi pasien.

    c) Berikan dorongan penggunaan latihan otot-otot pernapasan jika

    diharuskan.

    3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi

    perfusi

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24

    jam,pasien diharapkan perbaikan ventilasi perfusi

    Intervensi keperawatan:

    a) Deteksi bronkospasme saat auskultasi .

    b) Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia.

    c) Beriakn obat-obatan bronkodialtor dan kortikosteroid dengan tepat dan

    waspada kemungkinan efek sampingnya.

    d) Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan, untuk membantumengencerkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan.

    15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    16/21

    e) Pantau pemberian oksigen.

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

    dengan kebutuhan oksigen.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24jam,pasien diharapkan Memperlihatkan kemajuan pada tingkat yang lebih tinggi

    dari aktivitas yang mungkin.

    Intervensi keperawatan:

    a) Kaji respon individu terhadap aktivitas; nadi, tekanan darah, pernapasan.

    b) Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas, istirahatkan klien selama 3

    menit kemudian ukur lagi tanda-tanda vital.

    c) Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakantreadmill dan exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti

    berjalan perlahan.

    d) Kaji tingkat fungsi pasien yang terakhir dan kembangkan rencana latihan

    berdasarkan pada status fungsi dasar.

    e) Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik untuk menentukan program

    latihan spesifik terhadap kemampuan pasien.

    f) Sediakan oksigen sebagaiman diperlukan sebelum dan selama

    menjalankan aktivitas untuk berjaga-jaga.

    g) Tingkatkan aktivitas secara bertahap; klien yang sedang atau tirah baring

    lama mulai melakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari.

    h) Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong klien

    melakukan aktivitas lebih lambat, atau waktu yang lebih singkat, dengan

    istirahat yang lebih banyak atau dengan banyak bantuan.

    i) Secara bertahap tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu

    diluar tempat tidur sampai 15 menit tiap hari sebanyak 3 kali sehari.

    5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan dispnea, kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan

    anoreksia, mual muntah.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2x24

    jam,pasien diharapkan Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

    Intervensi keperawatan:

    16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    17/21

    a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan

    makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

    b) Auskultasi bunyi usus

    c) Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

    d) Dorong periode istirahat I jam sebelum dan sesudah makan.

    e) Pesankan diet lunak, porsi kecil sering, tidak perlu dikunyah lama.

    f) Hindari makanan yang diperkirakan dapat menghasilkan gas.

    g) Timbang berat badan tiap hari sesuai indikasi.

    6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan

    posisi.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2x24

    jam,pasien diharapkan Kebutuhan tidur terpenuhi

    Intervensi keperawatan:

    a) Bantu klien latihan relaksasi ditempat tidur.

    b) Lakukan pengusapan punggung saat hendak tidur dan anjurkan keluarga

    untuk melakukan tindakan tersebut.

    c) Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high fowler.

    d) Lakukan penjadwalan waktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan pasien.

    e) Berikan makanan ringan menjelang tidur jika klien bersedia.

    7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

    peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24

    jam,pasien diharapkan Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri

    Intervensi:

    a) Ajarkan mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik dengan aktivitas

    seperti berjalan, mandi, membungkuk, atau menaiki tangga.

    b) Dorong klien untuk mandi, berpakaian, dan berjalan dalam jarak dekat,

    istirahat sesuai kebutuhan untuk menghindari keletihan dan dispnea

    berlebihan. Bahas tindakan penghematan energi.

    c) Ajarkan tentang postural drainage bila memungkinkan.

    17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    18/21

    8. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman

    terhadap kematian, keperluan yang tidak terpenuhi.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2x24

    jam,pasien diharapkan Klien tidak terjadi kecemasan

    Intervensi keperawatan:

    a) Bantu klien untuk menceritakan kecemasan dan ketakutannya pada

    perawat.

    b) Jangan tinggalkan pasien sendirian selama mengalami sesak.

    c) Jelaskan kepada keluarga pentingnya mendampingi klien saat mengalami

    sesak.

    9. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kurang sosialisasi,ansietas, depresi, tingkat aktivitas rendah dan ketidakmampuan untuk

    bekerja.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1x24

    jam,pasien diharapkan Pencapaian tingkat koping yang optimal.

    Intervensi keperawatan:

    a) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat yang

    ditujukan pada pasien.

    b) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala

    c) Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi bagi pasien.

    d) Daftarkan pasien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.

    e) Tingkatkan harga diri klien.

    f) Rencanakan terapi kelompok untuk menghilangkan kekesalan yang sangat

    menumpuk.

    10. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak

    mengetahui sumber informasi.

    KH dan tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24

    jam,pasien diharapkan Klien meningkat pengetahuannya.

    Intervensi keperawatan:

    a) Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan jangka pendek;

    ajarkan pasien tentang penyakit dan perawatannya.

    18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

  • 7/27/2019 ppok askep

    19/21

    b) Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok. Berikan informasi tentang

    sumber-sumber kelompok

    BAB III

    Penutup

    Kesimpulan

    Penyakit paru obstruktif kronik(PPOK,bahasa Inggris: Chronic Obstructive

    Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakitparu kronik. PPOK ditandai dengan

    keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel,

    bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan

    oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik.

    Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati.

    Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas

    berbahaya.

    19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Paruhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saluran_napas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rokokhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Paruhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saluran_napas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok
  • 7/27/2019 ppok askep

    20/21

    Gangguan aliran udara di dalam saluran napas disebabkan proses inflamasi paru yang

    menyebabkan terjadinya kombinasipenyakit saluran napas kecil (small airway disease)

    dan destruksi parenkim (emfisema).

    Daftar Pustaka

    Alice C. Geissler, Marilynn E. Doenges dan Mary Frances Moorhouse,Rencana

    Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

    Perawatan Pasien, Edisi 3.

    Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dan Rakhmi Savitri,Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3 Jilid 1, Tahun: 2000.

    http://parupadang.com/unduh/Kuliah_Gagal_Nafas.pdf

    http://pdfsearch.kq5.org/doc/patofisiologi-ppok-pdf

    20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_saluran_napas_kecil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Emfisema&action=edit&redlink=1http://www.parupadang.com/unduh/Kuliah_Gagal_Nafas.pdfhttp://pdfsearch.kq5.org/doc/patofisiologi-ppok-pdfhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyakit_saluran_napas_kecil&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Emfisema&action=edit&redlink=1http://www.parupadang.com/unduh/Kuliah_Gagal_Nafas.pdfhttp://pdfsearch.kq5.org/doc/patofisiologi-ppok-pdf
  • 7/27/2019 ppok askep

    21/21

    .

    .

    21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n P P O K