21
7 BAB II TINJAUAN UMUM ANATOMI DAUN DAN JERUK (Citrus) A. Anatomi Daun Daun apabila ditinjau dari sisi anatomi maupun morfologi, merupakan organ pada tumbuhan yang amat beragam dibandingkan dengan batang maupun akar. Keragaman daun terlihat pada berbagai tipe daun Spermathophyta dimana variasinya sangat nyata baik dalam struktur eksternal, internal, dan dalam fungsinya (Fahn, 1991: 362). Pada perkembangannya, bakal daun atau primodial daun adalah hasil pembelahan periklinal di daerah sisi lateral apeks pucuk. Adanya pembelahan sel di tempat itu yang mengakibatkan terjadi tonjolan yang juga disebut penyangga daun. Pertumbuhan awal pada daun biasanya dibagi menjadi pertumbuhan apikal dan marginal. Pertumbuhan apikal terjadi di ujung daun mengakibatkan primodium menjadi lebih tinggi (panjang). Pemula apikal dalam petumbuhan daun tidak lama aktif sehingga pertambahan panjang daun selanjutnya dilakukan oleh meristem interkalar. Pertumbuhan marginal menghasilkan pelebaran lateral sehingga membentuk dua panel helaian daun. Pembelahan pada bidang antiklinal pada pembentukan daun dilakukan oleh meristem papan. Penebalan daun terjadi akibat adanya meristem abaksial dan adaksial (Esau, 1977: 332-336). Anatomi daun sama seperti batang dan akar, terdiri dari sistem jaringan dermal (epidermis atas dan epidermis bawah), jaringan pembuluh dan jaringan dasar (palisade dan spons) (Gambar 2.1). Jaringan dasar pada daun disebut

Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

7

BAB II

TINJAUAN UMUM ANATOMI DAUN DAN JERUK (Citrus)

A. Anatomi Daun

Daun apabila ditinjau dari sisi anatomi maupun morfologi, merupakan organ

pada tumbuhan yang amat beragam dibandingkan dengan batang maupun akar.

Keragaman daun terlihat pada berbagai tipe daun Spermathophyta dimana

variasinya sangat nyata baik dalam struktur eksternal, internal, dan dalam

fungsinya (Fahn, 1991: 362).

Pada perkembangannya, bakal daun atau primodial daun adalah hasil

pembelahan periklinal di daerah sisi lateral apeks pucuk. Adanya pembelahan sel

di tempat itu yang mengakibatkan terjadi tonjolan yang juga disebut penyangga

daun. Pertumbuhan awal pada daun biasanya dibagi menjadi pertumbuhan apikal

dan marginal. Pertumbuhan apikal terjadi di ujung daun mengakibatkan

primodium menjadi lebih tinggi (panjang). Pemula apikal dalam petumbuhan

daun tidak lama aktif sehingga pertambahan panjang daun selanjutnya dilakukan

oleh meristem interkalar. Pertumbuhan marginal menghasilkan pelebaran lateral

sehingga membentuk dua panel helaian daun. Pembelahan pada bidang antiklinal

pada pembentukan daun dilakukan oleh meristem papan. Penebalan daun terjadi

akibat adanya meristem abaksial dan adaksial (Esau, 1977: 332-336).

Anatomi daun sama seperti batang dan akar, terdiri dari sistem jaringan

dermal (epidermis atas dan epidermis bawah), jaringan pembuluh dan jaringan

dasar (palisade dan spons) (Gambar 2.1). Jaringan dasar pada daun disebut

Page 2: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

8

mesofil. Daun dalam perkembangannya tidak mengalami penebalan sekunder

sehingga epidermis bertahan sebagai sistem dermal. Akan tetapi pada bentuk daun

yang termodifikasi seperti sisik yang bertahan lama ada kemungkinan dibentuk

periderm. Dari ketiga jaringan penyusun daun, jaringan pembuluh pada daun yang

sangat mirip dengan jaringan pembuluh pada batang (Fahn, 1991: 365).

Gambar 2.1. Sayatan Melintang Daun Dikotil. (Sumber : Carlquist, 2008)

1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar dari daun. Epidermis daun pada

berbagai tumbuhan beragam dalam jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan

stomata, munculnya trikoma dan susunanya, dan adanya sel khusus. Daun

memiliki bentuk yang pipih sehingga jaringan epidermisnya dapat dibedakan

menjadi epidermis atas (permukaan adaksial) dan epidermis bawah (permukaan

abaksial) (Hidayat, 1995: 67).

Epidermis pada daun umumnya terdiri dari selapis sel, tetapi pada tumbuhan

lain ada yang beberapa lapis sel seperti pada tumbuhan Ficus dan Piper sebagai

Page 3: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

9

hasil pembelahan periklinal (pembelahan sejajar dengan permukaan) protoderm.

Dinding selnya mengalami penebalan tidak merata, dinding sel yang menghadap

keluar umumnya lebih tebal, terdiri dari lignin tapi umumnya dari kutin.

Penebalan dari kutin ini membentuk suatu lapisan kutikula yang ketebalannya

tergantung pada habitat, sebagai contoh kutikula pada tumbuhan xerofit umumnya

tebal bila dibandingkan dengan tumbuhan mesofit. Pada beberapa jenis tumbuhan,

selain kutin masih terdapat lapisan lilin di atasnya. Lapisan lilin kutikula

epidermis dapat mencegah atau meminimalisasi hilangnya air dari tumbuhan. Sel -

sel epidermis tidak mengandung kloroplas kecuali pada sel penutup, tetapi pada

tumbuhan tenggelam dalam air epidermisnya mengandung kloroplas (Fahn, 1991:

366-374).

Pada daun ditemukan beberapa derivat epidermis. Derivat epidermis adalah

suatu bangunan atau alat tambahan pada epidermis yang berasal dari jaringan

epidermis, tapi memiliki struktur dan fungsi yang berlainan dengan epidermis itu

sendiri. Macam-macam derivat epidermis pada daun antara lain :

a. Stoma

Stoma adalah suatu celah pada epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup

yang berisi kloroplas dan mempunyai bentuk serta fungsi yang berlainan dengan

epidermis. Fungsi stoma yaitu sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses

fotosintesis, jalan transpirasi, dan jalan respirasi. Sel yang mengelilingi stoma atau

biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang

menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih

tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan

Page 4: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

10

permukaan epidermis lainnya disebut faneropor (Gambar 2.2b), sedangkan jika

tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor (Fahn, 1991: 268-278).

Menurut Wibisono & Sri (1987: 2.36), stomata pada dikotil dibagi menjadi lima

tipe berdasarkan susunan sel tetangga di sekitar sel penutup yaitu :

1) Tipe anomositik adalah tipe dimana sel tetangga serupa dengan sel epidermis

lainnya.

2) Tipe anisositik adalah tipe dimana sel penutup dikelilingi tiga sel tetangga

yang tidak sama.

3) Tipe parasitik adalah tipe dimana tiap sel penutup didampingi satu atau lebih

sel tetangga yang sumbu memanjangnya sejajar dengan sumbu sel penutup.

4) Tipe diasitik adalah tipe dimana tiap stoma dikelilingi oleh dua sel tetangga

yang dinding selnya tegak lurus pada sumbu sel penutup.

5) Tipe aktinositik adalah tipe dimana stomata dikelilingi oleh beberapa sel

tetangga yang tersusun melingkar.

b. Litokis

Litokis adalah penebalan sentripetal dari sel epidermis yang tersusun oleh

tangkai selulosa dengan deposisi endapan Kalsium Karbonat (CaCO3) yang

membentuk bangunan seperti sarang lebah dan disebut sistolit. Salah satu sistolit

contohnya terdapat pada epidermis Ficus (Gambar 2.2a) (Wibisono & Sri, 1987:

2.34).

c. Trikoma

Trikoma merupakan rambut bersel satu atau bersel banyak dibentuk oleh sel

epidermis. Struktur trikoma yang masif, seperti kutil dan duri ini tersusun oleh

Page 5: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

11

jaringan epidermis atau jaringan di bawah epidermis (emergens). Secara umum

trikoma dibagi menjadi dua tipe yaitu trikoma non glandular (tidak menghasilkan

sekret) dan trikoma glandular (menghasilkan sekret) (Gambar 2.2b). Fungsi

trikoma pada daun untuk proteksi, penyerapan, dan sekresi (Fahn, 1991: 284-285).

Gambar 2.2. Derivat Epidermis Daun. a. Sel litokis ( ) sistolit dan b. trikoma (Sumber : Tn, 2010 ).

d. Sel Silika dan Sel Gabus

Pada Gramineae, di antara sel-sel epidermis yang memanjang, di bagian atas

tulang daun terdapat dua tipe sel, yaitu sel silika dan sel gabus (Gambar 2.3a). Sel-

sel silika yang berkembang sepenuhnya mengandung badan-badan silika yang

berupa massa silika dan di bagian tengah biasanya berupa granula-granula renik.

Sel gabus (Gambar 2.3a) dindingnya mengandung suberin dan sering

mengandung bahan organik yang padat. Distribusinya menyebabkan pengerasan

pada kulit batang (Fahn, 1991: 266-267)

e. Sel Kipas (buliform cell)

Sel-sel ini berukuran lebih besar dibandingkan dengan sel epidermis,

berbentuk seperti kipas (Gambar 2.3b), berdinding tipis dan mempunyai vakuola

Page 6: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

12

yang besar. Dindingnya terdiri dari bahan-bahan selulosa dan pektin, dinding

paling luar mengandung kutin dan diselubungi kutikula. Plasma sel berupa selaput

yang melekat pada dinding sel dan berfungsi menyimpan air. Jika udara panas, air

dalam sel kipas akan menguap, sel kipas akan mengerut sehingga luas permukaan

atas daun akan lebih kecil dari luas permukaan bawah, oleh karenanya daun akan

menggulung dan akan mengurangi penguapan lebih lanjut (Wibisono & Sri, 1987:

2.34).

Gambar 2.3. Derivat Epidermis Daun Monokotil. a. Sayatan Paradermal, dan b. Sel Kipas ( ) keterangan : ST = stoma, SG = sel gabus dan SI = sel silika (Sumber : Watson & Dallwitz, 1992).

2. Mesofil

Bagian utama helaian daun adalah mesofil yang banyak mengandung

kloroplas dan banyak terdapat ruang antarsel. Mesofil dapat bersifat homogen atau

terbagi menjadi jaringan palisade (tiang) dan jaringan spons (bunga karang).

Jaringan palisade lebih kompak dari pada jaringan spons. Jaringan palisade terdiri

dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helaian daun.

Meskipun jaringan palisade nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah

Page 7: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

13

sehingga udara dalam ruang antar sel tetap menjadi sisi panjang. Kloroplas

melekat pada tepi dinding sel palisade. Hal itu mengakibatkan proses fotosintesis

dapat berlangsung efisien (Esau, 1977: 323).

Pada daun dapat ditemukan satu sampai dua lapisan jaringan palisade.

Jaringan palisade biasanya berada di bagian atas (adaksial) dan jaringan spons di

bagian bawah (abaksial). Daun seperti itu disebut daun dorsiventral atau bifasial

(bermuka dua). Jika jaringan palisade terdapat di kedua muka maka daun tersebut

disebut unifasial atau isobilateral. Jaringan palisade telah terspesialisasi untuk

peningkatan efisiensi fotosintesis. Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang

tidak beraturan bentuknya (Hidayat, 1995: 196-197). Jaringan spons hanya berisi

sedikit kloroplas apabila dibandingkan dengan jaringan palisade. Fungsi utama

jaringan ini sebagai penyimpan sementara hasil fotosintesis yang dihasilkan sel-

sel palisade. Jaringan spons juga membantu pertukaran gas antara daun dan

lingkungan sekitarnya (Kimball, 2000: 179-180).

3. Jaringan Pembuluh

Sistem jaringan pembuluh tersebar di seluruh helaian daun, dengan

demikian menunjukkan adanya hubungan ruang yang erat dengan mesofil.

Jaringan pembuluh membentuk sistem penghubung yang saling berkaitan, dan

terletak dalam bidang median, sejajar dengan permukaan daun. Berkas pembuluh

dalam daun biasanya disebut tulang daun dan sistemnya adalah sistem tulang

daun. Pada Angiospermae terdapat dua tipe utama sistem pertulangan daun yaitu

sistem tulang daun jala dan sejajar. Sistem pertulangan daun jala umumnya

Page 8: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

14

ditemukan pada dikotil sedangkan tipe pertulangan daun sejajar umumnya

terdapat di monokotil (Hidayat, 1995: 197).

B. Jaringan Tambahan pada Daun Jeruk

1. Struktur sekretori

Pada tumbuhan, peristiwa sekresi umum ditemukan. Sekresi yang dimaksud

mencakup sintesis, pemisahan dan pembebasan bahan yang terspesialisasi secara

fungsional atau dimaksudkan untuk disimpan atau untuk diekskresikan. Struktur

kelenjar sekresi dapat dibagi menjadi struktur kelenjar sekresi luar, yang terdapat

dipermukaan tumbuhan (nektarium, osmofor, dan hidatoda) dan struktur kelenjar

sekresi dalam, yang berada di dalam tumbuhan (sel sekretori dan struktur

sekretori) (Hidayat, 1995: 121).

Struktur kelenjar sekresi dalam dapat terjadi karena sekresi meliputi

pelepasan bahan dari sel (baik ke permukaan sel tersebut atau ke struktur dalam

tumbuhan) maupun akumulasi sekret ke dalam satu bagian sel. Sel sekretori

merupakan hasil diferensiasi yang terjadi pada sel parenkim. Sel ini mengandung

banyak substansi diantaranya resin, balsam, kristal, minyak, dan tanin. Sel

sekretori biasanya merupakan sel idioblast dimana selnya berbeda dengan sel

parenkim disekelilingnya. Selnya dapat berukuran besar, dapat memanjang

menyerupai tabung atau kantung dan dapat pula bercabang (Hidayat, 1995: 121-

133).

Proses terbentuknya ruang dan saluran sekretori dapat terjadi karena

melarutnya sel (lisigen) atau dengan pemisahan sel (sizogen). Lisigen dan sizogen

dapat pula bersama-sama berperan dalam membentuk ruang dan saluran sekretori.

Page 9: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

15

Ruang sekretori yang terbentuk akibat lisigen, awalnya sel membelah dan

mengakumulasikan sekret. Sel-sel pada akhirnya rusak sehingga membebaskan

zat kedalam ruang yang terjadi karena kerusakan itu. Di sepanjang tepi ruang

mungkin masih ditemukan sel yang baru rusak sebagian. Ruang sekretori hasil

sizogen biasanya dilapisi oleh sel utuh. Ruang sekretori terjadi akibat pembelahan

satu sel epidermis yang berdiferensiasi menjadi sel epitel yang menghasilkan

sekret (Esau, 1977: 208-209).

Ruang sekretori bentuknya dapat membulat (Burceraceae, Leguminose,

Myrtaceae) atau memanjang dan seperti canal (Coniferae, Anacardiaceae,

Araliaceae, Compositae, Umbelliferae). Pada Coniferae, saluran sekretori terdiri

dari ruang antarsel yang panjang, dilapisi sel epitel yang menghasilkan harsa.

Selanjutnya harsa meninggalkan protoplas sel epitel dan dinding menuju ke ruang

sekretori. Dari beberapa tumbuhan (Lycimachia, Myrsine, dan Ardisia) material

resin diekskresikan ke dalam ruang interseluler dan membentuk lapisan granular

sepanjang dinding (Esau, 1977: 209).

Menurut Zhe & Hai (1998: 119), Ruang sekretori dikelompokan menjadi

tiga tipe diantaranya tipe notch (tipe dengan ruang sekretori besar), tipe mesofil

subtipe parenkim spons (Gambar 2.4), tipe mesofil subtipe parenkim palisade.

Pada beberapa jeruk yang diamati oleh Zhe & Hai (1998: 122-123) struktur ruang

sekretori menunjukkan adanya variasi berupa letak, jumlah ruang sekretori,

banyaknya lapisan epitel penyusun dan diameter.

Page 10: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

16

Gambar 2.4. Ruang Sekretori ( ) dengan Tipe Mesofil Subtipe Parenkim

Spons (900x) (Sumber : Zhe & Hai, 1998: 127) Banyak tumbuhan diketahui menyimpan kelebihan bahan-bahan anorganik

dalam sel-selnya, umumnya berupa garam kalsium dan silikon dioksida (SiO2).

Garam kalsium terbentuk sebagai kristal dan SiO2 berupa benda silika.

Kristal dengan berbagai bentuk banyak ditemukan dalam sel tumbuhan.

Paling umum ialah kristal kalsium oksalat, dengan bentuk :

1) Prisma, kristal empat persegi panjang atau piramid dibentuk dalam daun

Citrus, Begonia, Hyosciamus niger, Vicia sativa, dan Pistacia palaestina

(Gambar, 2.5b).

2) Drus, kristal prismatik yang tersusun secara globular, dijumpai dalam daun

Datura stramonium dan Ruta graveolens; batang Opuntia ficus dan Anabis

articulata; rizoma Rheum rhaponticum dan Colocasia eculenta serta akar

Ipomoea batatas.

3) Pasir kristal, kristal prismatik yang sangat halus, dijumpai dalam batang

Sambucus nigra dan Aucuba japonica dan juga pada daun Atropa belladonna.

Page 11: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

17

4) Rafid dan stiloid (Gambar 2.5c). Rafid adalah kristal berbentuk batang yang

ramping meruncing di kedua ujungnya membentuk titik batas.

Gambar 2.5. Berbagai Macam Kristal. a. Dua Sel Parenkim, Bagian Atas

Berisi Kristal Prisma dan Bagian Bawah Berisi Kristal Berbentuk Durian, b. Berbagai Bentuk Kristal Prisma, c. Rafida dan Kumpulan Rafida. d, e, f, i dan j Kristal Pentagonal. e-h Berbagai Bentuk Sel Bersisi i-j Sel Parenkim Polyhedral. (Sumber : Fahn, 1991: 38)

Kristal ini pada umumnya banyak berkumpul dalam berkas pembuluh.

Letak kristal ini berbeda pada setiap spesiesnya, ada yang pada daun saja (Arum

dan Agave), daun dan batang (Zebrina, Tradescantia, dan Impatiens) serta sisik

umbi lapis (Uriginea maritima). Stiloid atau rafid semu adalah kristal prismatik

panjang yang memipih di kedua ujungnya. Kristal ini terbentuk dalam sel dengan

jumlah yang kecil. Stiloid dijumpai pada Iridaceae, Agavaceae dan beberapa

spesies Liliaceae. Kristal dapat ditemukan dalam sel-sel yang mirip dengan sel

Page 12: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

18

yang berdekatan tanpa kristal, atau dapat juga dijumpai dalam sel khusus yang

disebut idioblas (Fahn, 1991: 38-39).

C. Tinjauan Jeruk

1. Taksonomi

Sistem klasifikasi pada tumbuhan banyak dikembangkan oleh tokoh-tokoh

dunia sehingga banyak perkembangan dan perbedaan dalam suatu penamanan.

Klasifikasi Citrus menurut Swingle (1967 dalam Roy & Goldschmidt, 2003) dan

Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae

Ordo : Sapindales

Family : Rutaceae

Subfamily : Aurantioidae

Genus : Citrus

2. Sejarah dan Perkembangan

Jeruk pertama kali dituliskan dalam sejarah di Cina. Jeruk tumbuh di daerah

Cina bagian selatan (Hunan, Kwangsi, Kwangtung, Szechaw, Fukin, dan

Kweichow). Catatan sejarah pertama yang menyebutkan jeruk merupakan buah

asli Negara Cina ditulis pada dinasti Chou (1027-256 BC) yang memberikan

nama ‘Chu’ atau ‘Ku’ pada buah kumquat (Fortunella) dan beberapa jeruk

Page 13: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

19

lainnya. Jeruk manis dan jeruk mandarin mulai terkenal pada dinasti Han (202

BC-220 AD). Data sejarah yang panjang di Cina menujukkan fakta bahwa

penamaan asli dari jeruk berasal dari Cina (Dugo & Giacomo, 2002: 1-2).

India juga merupakan negara Asia lain yang mengenal jeruk sejak lama.

Pada 800 BC, citron disebut ‘Jambila atau Jambira’ pada kitab suci Brahma.

Citron dan lemon sangat populer di India, tumbuh liar di selatan Himalaya dan

Assam. Sejarah mengenai jeruk di India juga dicatat pada buku obat yang berjudul

‘Charaka samhita’ pada 1100 AD. Raja yang terkenal di Hindustan Zeher-ed-din

Muhammed Baber pada 1519 AD menuliskan informasi mengenai jeruk di India

utara (Roy & Goldschmidt, 2003: 4-12).

Sejarah mengenai jeruk masih banyak lagi dituliskan di negara-negara lain

seperti Jepang, Mesopotamia, Persia, Palestina, dan Yunani. Catatan sejarah

mengenai jeruk selain didapat dari tulisan juga dari relif-relif dan lukisan seperti

pada Gambar 2.6 dimana jeruk digambarkan dalam mozaic villa del casale.

Sejarah panjang mengenai pertumbuhan jeruk diikuti dengan sejarah

klasifikasi dari jeruk itu sendiri. Setelah tanaman ini dikenal di Belahan Barat,

jeruk yang memiliki jenis beragam ini menjadi objek penelitian para ahli botani

sejak 400 tahun yang lalu. Beberapa pandangan yang komprehensif dilakukan

oleh Volkamer (1644 – 1720), Linnaeus, Gallesio (1772-1839), dan Risso (1777-

1845). Penelitian mereka didasarkan pada beberapa karakteristik yaitu ukuran dan

bentuk tanaman, batang, daun, bunga, dan jumlah kelopak bunga dan benang sari.

Parameter-parameter ini terus digunakan dalam botani saat ini (Koskinen, 2009).

Page 14: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

20

Gambar 2.6. Jeruk dalam Mozaic Villa Del Casale (Piazza Armerina - Sicily) (Sumber : Dugo & Giacomo, 2002: 6)

Pada awal abad ke-20 ahli botani jeruk terkemuka seperti Swingle (1871 -

1952) dan Tanaka (1885 – 1976). Kedua orang ini memiliki metode yang lebih

modern pada analisis perbungaan. Swingle dan Tanaka mampu membuat

kesimpulan ilmiah dengan bantuan pengukuran laboratorium yang akurat.

Keduanya memiliki pengaruh yang besar terhadap pendekatan ilmu pengetahuan

modern untuk penelitian jeruk. Walter Tennyson Swingle (1871 - 1952) adalah

seorang ahli botani Amerika. Dalam karyanya The Botany of Citrus and Its Wild

Relatives diterbitkan pada tahun 1943, Swingle mengklasifikasikan jeruk kedalam

enam genus dimana genus Citrus terdiri dari 16 spesies (Gambar 2.7) dan bersama

Barret dan Rhodes menentukan hubungan kekerabatan beberapa spesies jeruk

(Gambar 2.6). Tanaka (1885 - 1976) adalah pengarang dari 180 nama botani

jeruk keluarga Rutaceae. Dalam karyanya Tanaka's Cyclopedia of Edible Plants

of the World pada tahun 1976. Tanaka membagi jeruk ke dalam 166 spesies

(Verheij & Coronel, 1992: 121). Salah satu ahli botani moderen, DJ Mabberley

seorang presiden IAPT (International Association for Plant Taxonomy) dalam

Page 15: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

21

bukunya A classification for edible Citrus menyatakan bahwa hanya ada tiga jenis

jeruk yang umumnya dimakan yaitu citron, pomelo, dan mandarin, yang

kemudian berperan dalam beberapa hibrida (Koskinen, 2009).

Dalam perkembangannya, saat ini jeruk memiliki banyak sekali varietas

tetapi spesies dari genus Citrus tidak bertambah yaitu 16 spesies sejak tahun

1813–1931 (Tabel 2.7). Pada Tabel 2.7 juga disampaikan nama-nama

konvensional dan asal habitat dari ke 16 spesies.

Gambar 2.7. Spesies pada Genus Citrus (Sumber : Roy & Goldschmidt, 2003: 24)

3. Morfologi dan perbanyakan

Jeruk termasuk kedalam tanaman berkayu yang selalu hijau dimana

ukurannya sangat bervariasi mulai dari ukuran kecil, sedang, dan pohon besar

(Gambar 2.8). Tanaman ini tingginya dapat mencapai enam meter dan

distribusinya tersebar di daerah beriklim tropis dan subtropis (Manner et al., 2006:

1).

Page 16: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

22

Tanaman ini mempunyai akar tunggang dan akar lateral yang kuat dan

dalamnya dapat mencapai kedalaman tiga sampai empat meter. Akar tanaman

jeruk dapat bersimbiosis dengan jamur mikoriza, terutama dalam penyerapan

unsur fosfat (Verheij & Coronel, 1992: 121).

Daun jeruk pada umumnya memiliki tipe daun majemuk menyirip beranak

daun satu (unifoliatus). Tipe daun unifoliatus terdapat tangkai daun yang

memperlihatkan persendian jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu

tangkai (Tjitrosoepomo, 2003: 55). Setiap spesies jeruk memiliki variasi ukuran

dan bentuk daun. Daun jeruk secara keseluruhan memiliki panjang 4-15 cm

(Manner et al., 2006: 5). Bentuk daun sangat bervariasi mulai dari bentuk daun

yang elips hingga bulat, panjang atau pendeknya petiolus, bentuk sayap pada

petiolus, dan bentuk tepi daun (IBPGR, 1988: 9-11). Bentuk daun yang bervariasi

dapat digunakan sebagai tanda spesifik pada jeruk. Variasi yang digunakan

sebagai contoh yaitu petiolus pendek (jeruk manis dan jeruk pamelo), petiolus

panjang (jeruk purut), dan tanpa petiolus (jeruk siem dan jeruk keprok) (Tn,

2009). Daun jeruk memiliki aroma spesifik karena mengandung minyak atsiri

(Sunarjono, 2009: 157). Adanya aroma spesifik daun dapat juga digunakan

sebagai pembeda. Aroma spesifik contohnya pada daun jeruk limau dimana

aromanya sangat berbeda dibandingkan daun jeruk manis dan jeruk keprok (Tn,

2009). Minyak atsiri pada daun jeruk terdiri dari banyak sekali metabolit sekunder

contohnya pada daun jeruk nipis yang mengandung Sinerfin, H-methyltyramine,

flavonoid, ponsirin, herperidine, rhoifolin, naringin, limonene, dan linalool

(Triayu, 2009: 2).

Page 17: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

23

Bunga jeruk merupakan bunga tunggal, dengan mahkota bunga berwarna

putih. Termasuk bunga hemaprodit dimana terdapat putik dan benang sari.

Simetris bunga bervariasi dapat berupa aktinomorf atau zigomorf. Bunga pada

jeruk memiliki benang sari yang banyak. Jumlah lingkaran benang sari sama

dengan jumlah lingkaran mahkota bunga. Kepala sari menghadap ke dalam

beruang dua, dan membuka dengan celah membujur. Bakal buah pada jeruk

letaknya superus dengan banyak ruang (Tjitrosoepomo, 1993 :292 - 293). Aroma

bunga harum sehingga menarik lebah. Tanaman dapat berbunga sepanjang tahun

apabila kondisi ekosistemnya memenuhi syarat perbungaan. Pada umumnya jeruk

berbunga setelah mengalami musim kering tiga sampai empat bulan, yakni bulan

Oktober sampai Desember (Sunarjono, 2009: 158).

Buah jeruk termasuk buah buni. Kulit buahnya memiliki tiga lapisan.

Lapisan luar disebut flavedo, yang mula-mula berwarna hijau tetapi bila buah

masak warnanya berubah menjadi kuning atau jingga dimana mengandung banyak

minyak atsiri. Lapisan tengah disebut albedo, yang bersifat seperti spons terdiri

atas jaringan bunga karang yang biasanya berwarna putih. Lapisan dalamnya

bersekat sehingga membentuk ruang dalam ruangnya terdapat gelembung-

gelembung yang berisi air dan bijinya terdapat bebas diantara gelembung-

gelembung ini (Tjitrosoepomo, 2003 : 36-37). Rasa dari jeruk bervariasi dari asam

sampai dengan manis. Buah jeruk tergolong berbiji banyak dan kulit buahnya

banyak mengandung minyak atsiri. Buah jeruk umumnya berbentuk bulat (jeruk

siem, jeruk keprok, dan jeruk manis) hingga lonjong (jeruk ketas, jeruk nipis, dan

jeruk lemon). Jeruk manis dan jeruk besar mempunyai kulit yang tebal, agak sukar

Page 18: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

24

dikupas. Buah matang empat sampai enam bulan setelah berbunga, biasanya

terjadi pada bulan Mei sampai Juni. Untuk jeruk besar, musim buah utama pada

bulan Juni sampai September (Sunarjono, 2009: 157-158).

Gambar 2.8. Tanaman Jeruk (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tanaman jeruk seperti pada tanaman umumnya dapat diperbanyak melalui

generatif maupun melalui vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan

secara stek daun, stek batang, dan cangkok tetapi jarang digunakan karena mudah

menularkan penyakit berbahaya (Sunarjono, 2009 : 162-163). Tanaman jeruk

diperbanyak dengan menggunakan okulasi dan batang bawah merupakan bagian

terpenting dari budidaya jeruk skala besar. Batang bawah umumnya digunakan di

Florida adalah 'Rough Lemon' (C. limon) yang disesuaikan dengan cahaya tanah

Page 19: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

25

berpasir dan 'Sour Orange' (C. aurantium) disesuaikan dengan tanah yang lebih

padat dan lebih dingin (Krezdorn, 2002). Di Indonesia sebagai batang bawah

digunakan varietas RL 'Rough Lemon' (C. limon) dan JC (Japanse citroen).

Batang bawah jeruk Ponicirus trifoliata, Troyer citrange, dan Carizzo citrange

hasilnya baik tetapi belum digunakan karena bijinya masih diimpor. 'Mandarin

Cleopatra' adalah batang bawah yang baik karena tahan terhadap virus tristeza.

Dari semua jenis batang bawah Poncirus trifoliatas sering digunakan karena

menghasilkan buah yang berkualitas tinggi pada kultivarnya, tahan terhadap hama

Phytophthora, tumbuh dengan baik pada tanah berat, dan menghasilkan pohon

kecil.

Pada beberapa kultivar jeruk, dalam satu biji banyak ditemukan embrio

yang disebut poliembrioni. Poliembrioni pada biji jeruk merupakan salah satu

dari beberapa proses apomiksis. Poliembrioni pada jeruk salah satunya adalah

embrioni nuselus (Gambar 2.9) (Koltunow et al., 1996 : 559).

Gambar 2.9. Nuselus embrioni di jeruk

(Sumber : Krezdorn, 2002)

Page 20: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

26

Pada jeruk sebagian besar embrio secara vegetatif tidak dari zigotik. Embrio

nuselus mulai berkembang setelah penyerbukan sedangkan embrio zigotik

membutuhkan waktu empat minggu untuk berkembang sehingga embrio nuselus

mengelilingi embrio zigotik (Krezdorn, 2002). Ada berbagai tingkat Embrio

nuselus, yaitu beberapa kultivar hanya memproduksi embrio nuselus saja dan

beberapa lagi bervariasi dalam persentase embrio nuselus. Jeruk yang memiliki

presentase embrio nuselus, contohnya 'Rough Lemon' (Limon C.) memiliki biji

embrioni sekitar 95% dan JC (Japanse citroen) berbiji poliembrioni 50%. Jeruk

yang menghasilkan bibit zigotik monoembrionik diantarnya adalah Citrus maxima

dan Citrus medica (Verheij & Coronel, 1992: 120-121).

4. Distribusi dan Pasar

Tanaman jeruk dapat tumbuh pada tiga area yang memiliki perbedaan iklim

mulai dari subtropis hingga tropis. Pada daerah subtropis dibatasi 30-400 garis

lintang. Daerah semi-subtropis dibatasi 20-280 garis lintang, sedangkan daerah

tropis antara 200 garis lintang hingga ekuator (Verheij & Coronel, 1992: 121).

Suhu optimal pertumbuhan jeruk adalah 25-300C. Kualitas terbaik jeruk didapat

pada suhu rendah. Warna kulit dan keasaman dari buah sangat dipengaruhi suhu.

Pada suhu yang rendah warna kulit akan menjadi lebih berwarna jingga dan

keasaman yang lebih tinggi dibandingkan pada jeruk yang ditanam pada suhu

tinggi (Tn, 2008).

Di Indonesia, tanaman jeruk dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran

tinggi pada suhu antara 20-300C. Jeruk keprok tumbuh baik bila ditanam pada

Page 21: Pp 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

27

ketinggian antara 100-1.300 m dpl, jeruk manis antara 700-1.300 m dpl dengan

iklim relatif kering dan berada di tempat terbuka, jeruk besar antara 70-600 m

dpl, dan jeruk nipis antara 200-600 m dpl. Umumnya, pH optimum lima sampai

enam. Curah hujan sekitar 1.500-2000 mm per tahun (Sunarjono, 2009: 161).

Jeruk merupakan tanaman buah yang memiliki jumlah produksi yang tinggi.

Berdasarkan data USDA (United States Departement of Agriculture) pada tahun

2007-2008, produksi dunia sebesar 50,8 juta ton. Data lain yang didapat adalah

produsen jeruk terbesar yaitu Cina, Brazil, Amerika Serikat, Mexico, dan Spanyol.

Eksportir terbesar yaitu Spanyol, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Turki,

Argentina, Cina, Meksiko, dan Maroko. Importir terbesar yaitu Uni Eropa, Rusia,

Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Ukraina, Hong Kong, Malaysia, Swiss, dan

Indonesia (Koskinen, 2009).

Data Departemen Pertanian Indonesia menyebutkan bahwa produksi jeruk

pada tahun 2007 sebesar 2,2 juta ton terbesar kedua dibawah produksi pisang

(12,4 juta ton). Produksi terbesar jeruk Indonesia adalah jenis jeruk siem dan

keprok (Setyabudi & Setyadjit, 2007).