20
POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK TERSANGKA DALAM PENYIDIKAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Karisidenan Surakarta) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: FIRMANSYAH CAKRA ADY C 100 140 340 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

i

POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK

TERSANGKA DALAM PENYIDIKAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus di Wilayah Hukum Karisidenan Surakarta)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

FIRMANSYAH CAKRA ADY

C 100 140 340

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

i

HALAMAN PERSETUJUAN

POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK

TERSANGKA DALAM PENYIDIKAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus di Wilayah Hukum Karisidenan Surakarta)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

FIRMANSYAH CAKRA ADY

C 100 140 340

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Hartanto, S.H.,M.H

HALAMAN PENGESAHAN

Page 3: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

ii

POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK

TERSANGKA DALAM PENYIDIKAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus di Wilayah Hukum Karisidenan Surakarta)

Oleh:

FIRMANSYAH CAKRA ADY

C 100 140 340

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari: Kamis, 01 November 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Hartanto, S.H.,M.H.

(…………………………)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Muchamad Iksan, S.H., M.H.

(…………………………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Sudaryono, S.H., M.Hum.

(…………………………)

(Anggota II Dewan Penguji)

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Prof. Dr. H. Khudzaifah Dimyati, SH., M.Hum)

Page 4: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Kamis 01 November 2018

Penulis

FIRMANSYAH CAKRA ADY

C 100 140 340

Page 5: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

1

POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK

TERSANGKA DALAM PENYIDIKAN PERKARA PIDANA

(Studi Kasus di Wilayah Hukum Karisidenan Surakarta)

Abstrak

Negara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap

hak asasi manusia merupakan pilar utama dalam setiap negara hukum. Dimana

perlindungan dan penghormatan salah satunya perlu diberikan kepada tersangka

suatu tindak pidana karena di dalam praktiknya tersangka seringkali dilanggar

hak-hak yang dimilikinya. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1)

Bagaimana perlindungan hukum hak tersangka pada penyidikan perkara pidana?

(2) Bagaimana potensi pelanggaran hukum hak tersangka pada penyidikan perkara

pidana?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

empiris. Hasil penelitian ini yaitu perlindungan hukum hak tersangka pada

penyidikan perkara pidana dilakukan melalui dua cara yaitu preventif yang

ditekankan pada upaya pencegahan untuk terjadinya pelanggaran yang diatur di

dalam beberapa undang-undang dan represif yang ditekankan kepada pemberian

sanksi bagi pelanggar hak-hak tersangka. Potensi pelanggaran hukum hak

tersangka pada penyidikan perkara pidana penulis melakukan wawancara dengan

5 orang yang pernah menjadi tersangka dan menyatakan apabila hak-hak mereka

dilanggar yang disebabkan oleh pengetahuan tersangka, aparat penegak Hukum,

Undang-undang.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Tersangka, Penyidikan

Abstrack

The country of Indonesia is a state of law, protection and respect for human rights

are the main pillars in every country of law. Where protection and respect one of

them needs to be given to the suspect a criminal act because in practice the

suspect is often violated by the rights he has. The formulation of the problem in

this study is (1) What is the legal protection of the suspect's rights in criminal case

investigation? (2) What is the potential for violating the legal rights of suspects in

criminal investigations? The research method used in this study is juridical

empirical. The results of this study are the legal protection of the suspect's rights

in criminal case investigation through two ways, namely preventive emphasis on

efforts to prevent violations regulated in several laws and repressions which are

emphasized on sanctions for violating the rights of suspects. Potential violations

of the legal rights of suspects in criminal investigations the author conducts

interviews with 5 people who have been suspects and stated that if their rights are

violated caused by the knowledge of suspects, law enforcement officers, the law.

Keywords: Legal Protection, Suspects, Investigations

Page 6: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

2

1. PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum adalah negara yang

menjunjung penegakan hukum dan keadilan untuk mencapai tujuan nasional.

“Prinsip penting negara hukum adalah supremasi hukum yang memiliki jaminan

konstitusional. Supremasi hukum selalu bertumpu pada kewenangan yang

ditentukan oleh hukum.”1

Hukum dengan tegas telah mengatur perbuatan-perbuatan manusia yang

bersifat lahiriyah, dan hukum mempunyai sifat untuk menciptakan keseimbangan

antara kepentingan warga masyarakat. Dengan demikian hukum mempunyai sifat

memaksa dan mengikat, walaupun unsur paksaan bukanlah merupakan unsur yang

terpenting dalam hukum, sebab tidak semua perbuatan atau larangan dapat

dipaksakan. Dalam hal ini, memaksakan diartikan sebagai suatu perintah yang ada

sanksinya apabila tidak ditaati, dan sanksi tersebut berwujud sebagai suatu

penderitaan yang dapat memberikan penjeraan bagi pelanggar.

“Hukum merupakan suatu norma/kaidah yang memuat aturan-aturan dan

ketentuan-ketentuan yang menjamin hak dan kewajiban perorangan maupun

masyarakat.”2 “Dengan adanya hukum dimaksudkan untuk menciptakan

keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memelihara

keselarasan hidup di dalam masyarakat memerlukan berbagai macam aturan

sebagai pedoman hubungan kepentingan perorangan maupun kepentingan dalam

masyarakat.”3 Akan tetapi tidak sedikit hubungan kepentingan itu mengakibatkan

pertentangan, Oleh karena itu diperlukan suatu hukum acara pidana yang menjadi

saluran untuk menyelesaikan kepentingan apabila terjadi perbuatan melawan

hukum yang diatur dalam hukum pidana

“Negara Indonesia, dalam menjalankan kehidupan bernegara, memerlukan

adanya hukum untuk mengatur kehidupan masyarakat, sehingga segala bentuk

kejahatan dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya. Untuk itu diperlukan adanya

1Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-V/2007. Hal. 17

2 Sudikno Mertokusumo, 2008, “Menegnal Hukum (Suatu Pengantar)”, Liberty, Yogyakarta, cet-

4, hal. 40 3 Ibid. Hal. 40

Page 7: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

3

kaidah-kaidah hukum yang dapat dipergunakan oleh negara Indonesia dalam

mengatur tatanan kehidupan dalam masyarakat.”4

Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia merupakan

pilar utama dalam setiap negara hukum, untuk memberikan perlindungan hukum

terhadap seorang tersangka maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana harus direalisasikan, khususnya didalam penyidikan perkara

pidana, khusus pada tahap interogasi sering terjadi tindakan sewenang-wenang

dari penyidik terhadap tersangka yang diduga melakukan tindak pidana. Tindakan

ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan pengakuan atau keterangan

langsung dari tersangka, namun cara-cara yang dilakukan seringkali tidak dapat

dibenarkan secara hukum.

Tersangka dalam memberikan keterangan kepada penyidik harus secara

bebas tanpa adanya tekanan atau paksaan dari penyidik sehingga pemeriksaan

dapat tercapai tanpa menyimpang dari yang sebenarnya. Pada tingkat

pemeriksaan, penyidik hanyalah mencatat keterangan yang diberikan tersangka

tanpa harus melakukan tindakan paksa agar tersangka memberikan keterangan

yang dibutuhkan secara bebas. “Seperti kasus yang terjadi terhadap tersangka

narkotika yang ditangkap tanpa surat, dipaksa untuk mengakui kesalahan, disiksa

untuk mengakui perbuatan yang mereka tidak perbuat, mereayasa kasus,

diperdaya untuk membayar sejumlah uang agar bebas, dan diintimidasi menyewa

pengacara karena kasus akan dipersulit atau diperberat.”5

“Cara-cara kekerasan menurut ketentuan KUHAP tidak dapat dibenarkan

karena merupakan tindakan yang melanggar hukum. Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana telah memberikan jaminan hukum atas

diri tersangka guna mendapat perlindungan atas hak-haknya dan mendapat

perlakuan yang adil didepan hukum, pembuktian salah atau tidaknya seorang

4 Ibid. Hal. 45

5 Ricky Gunawan, dkk, 2012, Membongkar Praktik Pelanggaran Hak Tersangka di Tingkat

Penyidikan: Studi Kasus Terhadap Tersangka Kasus Narkoba di Jakarta, Jakarta: Lembaga

Bantuan Hukum Masyarakat (LBH MASYARAKAT), hal 5.

Page 8: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

4

tersangka atau terdakwa harus dilakukan didepan sidang pengadilan yang terbuka

untuk umum.”6

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : (1) Bagaimana perlindungan

hukum hak tersangka pada penyidikan perkara pidana? (2) Bagaimana potensi

pelanggaran hukum hak tersangka pada penyidikan perkara pidana? Sementara

itu, tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut (1) Untuk mengetahui potensi pelanggaran perlindungan hukum dan hak

tersangka pada penyidikan perkara pidana (2) Untuk mengetahui keefektifan

penyidik dalam melaksanakan tugas sesuai peraturan perundang-undangan pada

penyidikan.

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitin ini adalah

sebagai berikut (1) Manfaat Teoritis Dapat menambah dan memberikan ilmu

pengetahuan bagi penulis dan pembaca dalam mendalami ilmu pengetahuan

khususnya manfaat praktis mengenai potensi pelanggaran perlindungan hukum

dan hak tersangka pada penyidikan prkara pidana. (2) Manfaat Praktis (a) Dapat

mengetahui efektifitas penegakan hukum yang dilakukan oleh Penyidik pada

tahap penyidikan terhadap tersangka. (b) Untuk melatih mengebangkan pola pikir

yang sistemastis sehingga dapat meneliti serta menerapkan ilmu yang telah

diperoleh.

2. METODE

“Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum dengan menganalisanya.7” “Metode yang digunakan

dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan yuridis empiris yakni

pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan meneliti dataa

sekunder terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan mengadakan

6 Ibid. Hal. 6

7 Kudzalifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal 3.

Page 9: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

5

penelitian data primer di lapangan.”8 “Jenis penelitian yang digunakan oleh

penulis adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang merupakan prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki yang menggambarkan atau melukiskan

subyek atau objek penelitian pada saat sekarang.9” “Lokasi yang akan dijadikan

tempat penulis yakni Rutan Kelas 1A Surakarta. “Data yang disajikan dari

sumber-sumber data meliputi data primer dan data sekunder yaitu berupa bahan-

bahan yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.”10

Metode pengumpulan data sebagai berikut: (a) Studi Kepustakaan (b)

Studi Lapangan (c) Wawancara. “Metode Analisis Data menggunakan teknik

deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan hasil penelitian terlebih dahulu

kemudian dicocokkan dengan teori yang ada, kmudian dianalisis.”11

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Perlindungan hukum hak tersangka pada penyidikan perkara pidana

“Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum merupakan berbagai upaya hukum

yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman

baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak

manapun.”12

Yang dimana dalam skripsi ini hendak membahas mengenai

perlindungan hukum hak tersangka pada proses penyidikan perkara pidana oleh

pihak kepolisian.

Di dalam Pasal 14 Undang-undang No 2 Tahun 2002 Polisi dilengkapi

tugas lainnya yang berupa melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap

semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya. Dalam melakukan penyidikan tersebut polisi dengan

berdasarkan bukti permulaan yang cukup dapat menyatakan seseorang sebagai

tersangka. Pengertian tersangka terdapat dalam Pasal 1 angka 14 KUHAP yang

berbunyi : “seorang yang karena perbuatannya atau keadaanya berdasarkan bukti 8 Soerjono Soekanto dan Sri Manudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta: Rajawali Pers, Hal. 53. 9 Soerjono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka, Cipta, Hal. 23.

10 Kudzalifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Op, cit. Hal 8.

11 Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

Press), hal. 5. 12

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2010, Mata Kuliah Keahlian Hukum (MKKH) Latihan

Hukum PIdana untuk perguruan tinggi, Jakarta: Sinar Grafika, hal.10.

Page 10: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

6

permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”. Oleh karena itu, setelah

seseorang ditetapkan sebagai tersangka karena sudah terdapatnya bukti permulaan

akan dilakukan proses penyidikan guna untuk memperoleh bukti yang cukup.

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek

hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan

pelaksanaanya dengan satu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

3.1.1 Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah

sebelumnya terjadi pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-

undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan

rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

Terkait dengan hak tersangka dalam proses penyidikan di dalam KUHAP

sudah diatur mengenai hak-hak tersangka dalam proses perkara pidana yang tidak

boleh dilanggar oleh penyidik dalam hal memeriksa tersangka. Terkait dengan

perlindungan hukum preventif di dalam melindungi hak-hak tersangka terdapat di

dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut:

1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana

Di dalam Kitab undang-undang Hukum acara pidana ini sudah diatur secara jelas

terkait dengan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka yang wajib di lindungi oleh

aparat penegak hukum khususnya penyidik dalam hal melakukan pemeriksaan

terhadap tersangka.

Pengaturan hak-hak tersangka diatur dalam BAB IV Pasal 50 KUHAP

sampai dengan Pasal 68 KUHAP Berikut ini oleh penulis akan uraikan mengenai

beberapa ketentuan hak-hak tersangka yang harus di lindungi oleh penyidik, yaitu

sebagai berikut:

a. hak memperoleh prioritas di dalam penyelesaian perkara,

b. hak untuk mempersiapkan pembelaan.,

c. hak untuk memberikan keterangan secara bebas,

d. hak untuk mendapatkan juru bahasa,

e. hak memperoleh bantuan Hukum,

Page 11: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

7

f. hak mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma,

g. hak untuk menghubungi penasihat hukumnya,

h. hak untuk memperoleh kunjungan doketer pribadinya,

i. hak untuk mendapatkan jaminan bagi penangguhannya,

j. hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan,

k. hak untuk mengajukan saksi atau ahli yang menguntungkan tersangka,

l. hak untuk menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.

1) Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia ini sendiri hak-hak tersangka diatur di dalam BAB III mengenai Hak

Asasi Mnausia dan Kebebasan dasar Manusia, di dalam bagian ke empat hal

memeproleh keadilan, yang diatur di dalam Pasal 17 dan 18.

Pasal 17 yang mengatur mengenai hak setiap orang yang dalam hal ini

juga termasuk tersangka untuk memperoleh suatu keadilan dengan cara

mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan. Selain itu juga setiap

tersangka harus di adili ataupun diperiksa oleh penyidik secara bebas dan tidak

memihak oleh siapapun. Di dalam Pasal 18 dijelaskan mengenai penekanan

adanya asas legalitas dan Culpabilitas (Tiada pidana tanpa kesalahan) yang

dimana tersangka harus dianggap tidak bersalah sebelum terbukti secara sah dan

meyakinkan di pengadilan selain itu juga di dalam pasal tersebut juga memberikan

pengeturan terkait dengan tidak boleh dilakukannya asas berlaku surut.

Dengan demikian di dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia memberikan beberapa perlindungan terhadap hak-hak

tersangka yang tidak boleh dilanggar. Dan juga dengan demikian dalam undang-

undang ini mendukung untuk tidak terjadinya kesewenang-wenangan dari pihak

yang berwenang.

2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan kehakiman

Di dalam undang-undang ini terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai

hak-hak tersangka yaitu sebagai berikut hak tersangka untuk mendapatkan

perlakuan yang sama dihadapan hukum, hak untuk dianggap tidak bersalah

Page 12: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

8

sebelum adanya putusan hakim (Asas Praduga tak bersalah), hak untuk

memperoleh ganti kerugian dan rehabilitasi

3.1.2 Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti

denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi

sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Dengan demikian dalam skripsi

ini untuk memberikan perlindungan terhadap tersangka secara represif yaitu

dengan memberikan hukuman kepada aparat penegak hukum yang melanggar

hak-hak tersangka sebagaimana yang dimaksud.

Namun pada praktiknya walaupun di dalam KUHAP sudah diatur mengenai

hak-hak tersangka yang wajib untuk di lakasanakan oleh penyidik namun

pengaturan tersebut tidak dibarengi dengan adanya konsekwensi yuridis bagi

penyidik yang melanggar hak-hak tersangka. Dengan demikian hal ini akan

menimbulkan ketidakpastian hukum. “Menurut Sudikno Mertukusumo, kepastian

hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan

dengan cara yang baik. Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan

hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan

berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat

menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang

harus ditaati.”13

“Terkait dengan hal ini penulis telah melakukan wawancara dengan

Sudarmianto, Penyidik Polresta Surakarta.” Terkait dengan penyidik yang

melanggar hak-hak tersangka, dapat diselesaikan melalui dua cara apabila

pelanggaran terhadap tersangka berupa kekerasan fisik maka akan diproses hukum

sebagaimana mestinya sesuai dengan hukum acara pidana Indonesia. Kemudian

selain itu juga Kepolisian Republik Indonesia juga mempunyai Kode etik Profesi

Polri, penegakan Kode etik diatur dalam Perkap No 14 Tahun 2011 tentang Kode

etik Profesi Polri.”14

13

Asikin zainal, 2012, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press, Jakarta 14

Sudarmianto, Penyidik Polresta Surakarta, Wawancara Pribadi, Surakarta, Pada Hari Kamis,

Tanggal 11 Mei 2018, Pukul 10:00 WIB.

Page 13: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

9

Kemudian terkait dengan Polisi yang melanggar hak-hak yang dimiliki

oleh tersangka diatur di dalam terdapat Pasal 13 ayat 1 PP Nomor 1 Tahun 2003

tentang pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.Kemudian

di dalam Pasal 17 ayat 1 Perkap No 14 Tahun 2011 tentang Kode etik Profesi

Polri yang berhak melakukan penegakan kode etik profesi Polisi adalah:

(1) Propam Polri

(2) Komisi Kode etik Profesi

(3) Komisi banding

(4) Pengembangan fungsi hukum Polri

(5) SDM polri

(6) Propam polri dibidang Rehabilitasi

Kemudian berkaitan dengan anggota polisi yang melanggar hak-hak

tersangka dan yang telah diputus oleh pengadilan sudah terbukti melakukan tindak

pidana atau kesalahan maka sesuai dengan dengan Pasal 1 angka 17 Perkap No 14

Tahun 2011 tentang Kode etik Profesi Polri dilakukan pemberhentian secara tidak

dengan hormat.

Dalam Pasal 12 ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003

Tentang pemberhentian Anggota Polri disebutkan bahwa :

“Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberhentikan tidak dengan

hormat dari dinas kepolisian Negara Republik Indonesia apabila dipidana penjara

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan

menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak dapat dipertahankan untuk

tetap dalam dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia.”

Kemudian di dalam Pasal 22 yang berbunyi sebagai beriut :

(1) Sanksi administrative berupa rekomendasi PTDH dikarenakan melalui Sidang

KKEP terhadap:

1) Pelanggaran yang dengan sengaja melakukan tindak pidana dengan ancamn

hukuman pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih dan telah diputus oleh

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap; dan

2) Pelanggaran yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal

21 ayat (3) huruf e, huruf g, huruf h, dan huruf i.

Page 14: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

10

(2) Sanksi administratif berupa rekomendasi PTDH sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 21 ayat (3) huruf a samapai dengan huruf d, dan huruf f diputuskan

melalui Sidang KKEP setelah terlebih dahulu dibuktikan pelanggaran

pidananya melalui proses peradilan umum sampai dengan putusan pengadilan

yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pemberhentian tidak dengan hormat yang selanjutnya di singkat dengan

PTDH adalah pengakhiran masa dinas kepolisian oleh pejabat yang berwenang

terhadap seorang anggota polri karena telah terbukti melakukan pelanggaran

KEPP, profesi dan/ atau tindak pidana. Namun penegakan kode etik profesi ini

hanya bisa dilakukan apabila penyidik benar-benar terbukti melakukan tindak

pidana terhadap tersangka atau pelanggaran kode etik. Sementara itu, pelanggaran

hak-hak tersangka sebagaina besar adalah kewajiban procedural yang diwajibkan,

dengan demikian apabila tidak dilakukan oleh penyidik menimbulkan

konsekwensi konsekwensi yuridis yang berupa BAP yang dibuat oleh penyidik

batal.

Dengan demikian karena minimnya pengaturan terkait dengan sanksi bagi

pelanggaran hak-hak tersangka dengan demikian perlu adanya pembentukan

isntrumen penegakan hukum untuk mengatur hal tersebut. Yang dimana undang-

undang tersebut mengatur secara khusus mengenai sanksi bagi penyidik yang

tidak melakukan kewajibannya untuk tidak melanggar hak-hak yang dimiliki oleh

tersangka.

3.2 Potensi pelanggaran hukum hak tersangka pada penyidikan perkara

pidana

Dalam sistem peradilan yang baik, penerapan asas hukum yang dengan tegas

merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. “Suatu asas hukum merupakan

pedoman dalam proses peradilan yang menunjang supremasi hukum. Dengan

menerapkan asas dan mekanisme undang-undang yang benar, maka penjatuhan

pidana dan pemidanaan berjalan sesuai asas peradilan, niscaya peradilan kita

Page 15: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

11

dinilai baik. Apabila sebaliknya, tentu saja dinilai sebaliknya pula dan bahkan

sistem peradilan kita dapat dinilai sebagai kemerosotan wibawa hukum.”15

Seperti halnya terkait dengan hak-hak tersangka, di mana di dalam

peraturan perundang-undangan sebagaimana yang telah diuraikan di atas

mengatur mengenai banyak sekali hak-hak tersangka di dalam proses peradilan

pidana. Namun ironisnya di dalam pengaturan hak-hak tersangka tersebut tidak

dibarengi dengan adanya sanksi bagi aparat penegak hukum yang melanggar hak-

hak tersangka tersebut.

Terkait dengan Potensi pelanggaran hukum hak tersangka pada penyidikan

perkara pidana di kota Surakarta, dalam hal ini penulis telah melakukan

wawancara dengan beberapa narasumber yaitu terdakwa yang telah dijatuhi

pidana di RUTAN Kelas 1 A kota Surakarta, dimana dari wawancara yang

dilakukan terhadap 5 (lima) terpidana beberapa tindak pidana. Berikut ini akan

penulis uraikan hasil wawancara, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Daniel umur 23 tahun sebagai terpidana tindak pidana narkoba,

ketika dilakukan wawancara, “menurutnya ia mengaku tidak dapat memberikan

keterangan secara bebas kepada penyidik, contoh konkrit kasusnya yaitu, ketika

dilakukan proses penyidikan, tersangka selalu ditekan di intrograsi selama jangka

waktu yang sangat lama, tak jarang juga saat proses penyidikan berlangsung ia

diperlakukan dengan tidak baik, dan ditekan hingga membuat ia tidak dapat

memberikan keterangan secara bebas.”16

Kedua, Tan Anugrah umur 25 tahun terpidana tindak pidana

penganiayaan. “Saat diperiksa oleh penyidik ia tidak mendapat bantuan dari

seorang penasihat hokum, karena dalam hal ini tersangka tidak tahu apabila bisa

mengajukan penasihat hukum dan dari pihak penyidik juga tidak memfasilitas.

Pada akhirnya karena tidak ada penasihat hukum mendampingi saat pemeriksaan

15

Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 43. 16

Daniel, Terpidana, Wawancara Pribadi, Surakarta, Pada Hari Jumat, Tanggal 4 Mei 2018, Pukul

09:00 WIB.

Page 16: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

12

dipenyidikan, tersangka merasa tertekan dan tidak dapat memberikan keterangan

yang bebas, karena sudah ditekan oleh beberapa penyidik.”17

Ketiga, Arief Kristianto, umur 27 tahun, terpidana tindak pidana UUPA

pelecahan seksual. “Pada saat menjadi tersangka mengaku apabila saat

pemeriksaan oleh penyidik tidak dipekenankan untuk menghubungi atau

memberikan kabar kepada keluarganya. Jadi pada saat pemeriksaan dilakukan

tidak ada sanak keluarga dan bantuan hukum yang ia peroleh.”18

Keempat, Mohammad Samsul Arifin, umur 26 tahun terpidana tindak

pidana UUPA19

saat diawancari oleh penulis, Mohammad Samsul Arifin mengaku

apabila ketika dilakukan pemeriksaan di dalam tahap penyidikan, ia tidak di

damping oleh kuasa hukum dan juga dia tidak dapat memberikan secara bebas,

pada saat pemeriksaan di pengadilan, ia merasa diintimidasi dan dan diberi

pertanyaan yang selalu menyudutkan, dengen demikian pelaku tidak dapat

memberikan keterangan secara bebas.

Kelima, Ugik umur 40 tahun, terpidana tindak pidana penganiayaan, 20

ketika dilakukan wawancara menurutnya ia mengaku tidak dapat memberikan

keterangan secara bebas kepada penyidik, contoh konkrit kasusnya yaitu, ketika

dilakukan proses penyidikan, tersangka selalu ditekan di intrograsi selama jangka

waktu yang sangat lama, tak jarang juga sat proses penyidikan berlangsung ia

diperlakukan dengan tidak baik, dan ditekan hingga membuat ia tidak dapat

memberkan keterangan secara bebas.

Dari wawancara yang telah dilakukan oleh penulis di atas maka dapat

disimpulkan apabila masih banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh aparat

penegak hukum terkait dengan pelaksanaan proses pemerksaan di tingkat

penyidikan terhadap tersangka. Menurut penulis potensi-potensi tersebut

timbulkan karena disebebkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:

17

Tan Anugrahumur, Terpidana, Wawancara Pribadi, Surakarta, Pada Hari Jumat, Tanggal 4 Mei

2018, Pukul 09:25 WIB. 18

Arief Kristianto, Terpidana, Wawancara Pribadi, Surakarta, Pada Hari Jumat, Tanggal 4 Mei

2018, Pukul 09:50 WIB. 19

Mohammad Samsul Arifin, Terpidana, Wawancara Pribadi, Surakarta, Pada Hari Jumat,

Tanggal 4 Mei 2018, Pukul 10:15 WIB. 20

Ugik, Terpidana, Wawancara Pribadi, Surakarta, Pada Hari Jumat, Tanggal 4 Mei 2018, Pukul

10:35 WIB.

Page 17: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

13

1) Pengetahuan tersangka

Pengetahuan tersangka ini sangat penting terkait dengan potensi pelanggaran hak-

hak tersangka saat proses penyidik, karena dalam hal ini kemampuan pengetahuan

tersangka terkait dnegan proses hukum masih sangat rendah. Dengan demikian

tersangka tidak memilki kesempatan untuk melakukan pembelaan atas diirinya.

Hal ini sebagaimana yang terjadi di beberapa pengakuan terdakwa yang pernah

menjadi terangka dimana seluruh tersangka tidak mengetahui mngenai pengaturan

yang mengatur hak-hak tersangka.

Dengan demikian, perlu adanya edukasi terhadap masyarakat khususnya

terhadap tersangka agar masyarakat mengetahui setiap-setiap proses ketika

mereka sedang berhadapan hukum, karena dalam hal ini aparat penegak hukum

jarang memberikan pengetahuan mengenai hak-hak tersangka terkait dengan

proses pemeriksaan pada tahap penyidikan, maka dengan demikian potensi

adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan penyidik terkait dengan proses

pemeriksaan akan mudah terjadi.

2) Aparat penegak Hukum (Penyidik)

Aparat penegak hukum dalam hal ini memiliki peran yang sangat sentral

khususnya penyidik terkait dengan adanya potensi pelanggaran terhadap hak-hak

tersangka. Karena dalam hal ini penydik adalah pelaku pelanggaran hak-hak

tersangka. Dari beberapa kasus yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui

apabila penyidik melakukan pelanggaran hak tersangka maskudnya untuk

mempemudah proses pemeriksaan terhadap tersangka, dengan demikian aparat

penegak hukum berusaha untuk menghindari gangguang-gangguan yang ada pada

proses pemeriksaan, seperti penasihat hukum akan memberikan bantuan hukum

dan polisi merasa akan kesulitan untuk memeriksa hal tersebut. Dengan demikian

potensi pelanggaran hak-hak tersangka faktor utamanya yaitu dari aparat penegak

hukum itu sendiri.

3) Undang-undang

Hal ini terkait dengan pengaturan hak-hak tersangka yang tidak di barengi adanya

sanksi bagi aparat penegak hukum. hal ini akan mendorong aparat penegak hukum

untuk melakukan pelanggaran terhadap hak-hak tersangka. Karena aparat penegak

Page 18: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

14

hukum akan berfikir tidak takut karena tidak ada sanksi yang mengaturnya.

Dengan demikian aparat penegak hukum bebas melakukan pemeriksaan

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan Pertama,

Perlindungan hukum hak tersangka pada penyidikan perkara pidana dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Perlindungan Hukum Preventif, yaitu di dalam

perlindungan hak-hak tersangka terdapat di dalam beberapa perturan perundang-

undangan yaitu (a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

pidana (KUHAP) dalam BAB IV Pasal 50 KUHAP sampai dengan Pasal 68

KUHAP (2) Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

diatur di dalam pasal 17 dan 18.(3) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

Kekuasaan kehakiman, (2) Perlindungan Hukum Represif, berupa sanksi seperti

denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi

sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Terkait dengan penyidik yang

melanggar hak-hak tersangka kepolisian Indonesia dapat diselesaikan melalui dua

cara apabila pelanggaran terhadap tersangka berupa kekerasan fisik maka akan

diproses hukum sebagaimana mestinya sesuai dengan hukum acara pidana

Indonesia bagik dari proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan

pengadilan hingga pelaksanaan putusan itu sendiri kemudian selain itu juga

Kepolisian Republik Indonesia juga mempunyai Kode etik Profesi polri, Kedua,

Potensi pelanggaran hukum hak tersangka pada penyidikan perkara pidana

disebebkan oleh beberapa factor yaitu (1) Pengetahuan tersangka, kemampuan

pengetahuan tersangka terkait dnegan proses hukum masih sangat rendah (2)

Aparat penegak Hukum (Penyidik), penyidik adalah pelaku pelanggaran hak-hak

tersangk, penyidik melakuka pelanggaran hak tersangka maskudnya untuk

mempemudah proses pemeriksaan terhadaptersangka, (3) Undang-undang, Hal ini

terkait dengan pengaturan hak-hak tersangka yang tidak dibarengi adnaya sanksi

bagi aparat penegak hukum.

Dalam Skripsi ini penulis memberikan saran yaitu, Pertama, untuk

pemerintah republik Indonesia agar memberikan edukasi kepada masyarakat

Page 19: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

15

khususnya berkaitan dengan hak-hak tersangka yang dimilki mereka ketika

sedang berhadap dengan proses hukum khususnya proses pemeriksaan di

penyidikan. Kedua, untuk aparat penegak hukum khususnya kepolisian republic

Indonesia, dilakukan melakukan penyidikan terhadap tersangak, sebaiknya tetap

mengindahkan aturan-aturan dan hak-hak tersangka, agar hak-hak yang dimiliki

oleh tersangka tidak dilanggar olehnya. Ketiga, Untuk tersangka agar berani

membela diri ketika terjadi pelanggaran dari hak-hak mereka. Selain itu juga perlu

melek hukum terkait dengan apa saja hak yang mereka punyai ketika sedang

melakukan proses hukum di penyidikan. Keempat, Untuk Dewan Perwakilan

Rakyat untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang memberikan

sanksi kepada penyidik atau aparat penegak hukum apabila mereka melakukan

pelanggaran terhadap tersangka. Agar potensi pelanggaran terhadap tersangka

dapat ditekan dengan seminimal mungkin.

PERSANTUNAN

Penulis mengucapkan terimakasih dan mempersembahkan karya ilmiah ini

kepada: Pertama, kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa

dalam pembuatan karya ilmiah ini. Kedua, saudara yang telah memberikan

semangat kepada penulis untuk menulis karya ilmiah ini. Ketiga, teman yang

selalu memberikan semangat, memberi masukan dan membantu dalam penulisan

karya ilmiah ini. Keempat, Bapak Hartanto, S.H.,M.Hum selaku dosen

pembimbing pembuatan karya ilmiah ini yang telah memberikan bimbingan,

nasihat dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Khudzaifah dan Kelik Wardiono, (2004), Metode Penelitian Hukum,

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gunawan, Ricky, dkk, (2012), Membongkar Praktik Pelanggaran Hak Tersangka

di Tingkat Penyidikan: Studi Kasus Terhadap Tersangka Kasus Narkoba

di Jakarta, Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat (LBH

MASYARAKAT).

Page 20: POTENSI PELANGGARAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK …eprints.ums.ac.id/68467/10/NASKAH PUBLIKASI.pdfNegara Indonesia adalah negara hukum, Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi

16

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, (2010), Mata Kuliah Keahlian Hukum

(MKKH) Latihan Hukum PIdana untuk perguruan tinggi, Jakarta: Sinar

Grafika.

Mertokusumo, Sudikno, (2008), “Menegnal Hukum (Suatu Pengantar)”, Liberty,

Yogyakarta, cet-4.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-V/2007.

Soekanto, Soerjono dan Sri Manudji, (2000), Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono, (2008), Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press).

Soerjono dan Abdul Rahman, (2003), Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka,

Cipta.

Waluyo, Bambang, (2004), Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika. Zainal, Asikin, (2012), Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Rajawali Press.