16
TUGAS PRAKTIKUM ANALISIS PROYEK PETANIAN INTAN SULISTYOSARI NIM 10197/PN Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri nilam dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia. Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh zat sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinyu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain- lain. Dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya (Indonesia memiliki sekitar 200 species tanaman yang menghasilkan minyak atsiri), nilam mempunyai keunggulan tersendiri sebagai unsur pengikat (fikatif) yang terbaik untuk wewangian (parfum). Hal ini disebabkan karena daya lekatnya yang kuat sehingga aroma wangi tidak mudah hilang

Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

  • Upload
    intan

  • View
    6.704

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

Citation preview

Page 1: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

TUGAS PRAKTIKUM ANALISIS PROYEK PETANIAN

INTAN SULISTYOSARI

NIM 10197/PN

Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri

terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri nilam

dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia.

Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri

parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh zat

sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali.

Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena

minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa

negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena

dibutuhkan secara kontinyu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain.

Dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya (Indonesia memiliki sekitar

200 species tanaman yang menghasilkan minyak atsiri), nilam mempunyai keunggulan

tersendiri sebagai unsur pengikat (fikatif) yang terbaik untuk wewangian (parfum). Hal ini

disebabkan karena daya lekatnya yang kuat sehingga aroma wangi tidak mudah hilang

karena tercuci atau menguap, dapat larut dalam alkohol dan dapat dicampur dengan

minyak esteris lainnya.

Nilam adalah tanaman yang berumur produktif selama 1-2 tahun. Panen pertama

dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam, dan panen selanjutnya dilakukan

setiap 3-4 bulan sekali. Setelah 1,5 tahun tanaman nilam memerlukan peremajaan. Di

Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yang sudah dikembangkan yaitu

Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, don Pogostemon hortensis

Benth. Pogostemon cablin Benth dikenal sebagai nilam Aceh karena banyak diusahakan di

daerah itu. Nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-

5,0%. Pogostemon heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga,

daun tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5%. Pogostemon hortensis Benth

Page 2: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga, dapat ditemukan di daerah Banten dan sering

disebut sebagai nilam sabun.

Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu nilam Aceh (Pogostemon cablin), nilam Jawa

(Pogostemon hortensis) dan nilam tipis (Pogostemon heyneanus). Di antara ketiga jenis ini,

nilam Aceh adalah yang terbaik, karena memiliki kadar atsiri tertinggi yakni 2,5%- 5%,

sedang jenis lain hanya 0,5%. Disebut nilam Aceh sekaligus menunjukkan bahwa yang

menjadi sentra produksi minyak nilam di Indonesia, memang Daerah Istimewa Nangroe

Aceh Darussalam, di samping Sumatera Utara dan Sumatera Barat, lebih dari 80% minyak

nilam di Indonesia dihasilkan dari ketiga propinsi tersebut.

Seluruh bagian tanaman ini mengandung minyak atsiri, namun kandungan minyak

terbesar pada daunnya. Di pasar intemasional minyak - nilam dikenal dengan nama

"Patchouli oil". Hasil tanaman nilam adalah minyak yang didapat dengan cara menyuling

batang dan daunnya, belum ada senyawa sintetis yang mampu menggantikan peran minyak

nilam dalam industri parfum dan kosmetika.

Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouly

naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak atsiri

merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang bahan bakunya berasal dari

berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri dari kelompok tanaman tahunan

perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu manis, sementara yang

berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan berasal dari tanaman nilam, sereh

wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam

memiliki pangsa pasar ekspor paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu

mencapai 60 persen.

Minyak nilam merupakan produk yang terbesar untuk minyak atsiri dan

pemakaiannya di dunia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Dapat

dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis

yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fixative.

Data ekspor BPS menunjukkan bahwa kontribusi minyak nilam (Patchouli oil)

terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 60%, minyak akar wangi (Vetiner oil)

sekitar 12,47%, minyak serai wangi (Citronella oil) sekitar 6,89%, dan minyak jahe

(Ginger oil) sekitar 2,74%. Rata-rata nilai devisa yang diperoleh dari ekspor minyak atsiri

selama sepuluh tahun terakhir cenderung meningkat dari US$ 10 juta pada tahun 1991

menjadi sekitar US$ 50-70 dalam tahun 2001, 2002 dan 2003, dengan nilai rata-rata/kg

Page 3: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

sebesar US$ 13,13. Walaupun secara makro nilai ekspor ini kelihatannya kecil namun

secara mikro mampu meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan yang pada gilirannya

diharapkan dapat mengurangi gejolak sosial.

Minyak atsiri sebagai bahan baku penambah aroma, parfum dan farmasi memang

banyak diminta. Menurut Data Badan Pengembangan Ekspor Nasional pada tahun 2002

rata-rata ekspor minyak atsiri untuk 5 (lima) tahun terakhir mencapai US$ 51,9 juta dengan

77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika Serikat adalah penyerap tersebar ekspor

minyak atsiri Indonesia masing-masing adalah penyumbang devisa negara US$ 20 per

tahun dan US$ 10 juta per tahun. Dari ekspor tersebut minyak nilam mempunyai

permintaan sebesar 60 % Nilam termasuk komoditas unggulan nasional dengan luas 9.600

ha dan produksi sebesar 2.100 ton minyak. Berdasarkan data yang diberikan oleh seorang

eksportir minyak nilam, kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.100-1.200 ton/

tahun, sedangkan pasokan ini dapat dihasilkan minyak nilam melalui penyulingan daun

dan tangkai daun.

Kendala-kendala dalam agribisnis nilam antara lain budidaya yang belum

sempurna, bahan tanaman yang kurang sesuai, panen, penanganan bahan dan penyulingan

yang kurang baik mengakibatkan produktivitasnya rendah. Faktor lain adalah kekeringan

(iklim) dan fluktuasi harga. Kekeringan selain karena kemarau panjang juga disebabkan

fenomena alam yaitu dikenal dengan El Nino. Nilam sangat peka terhadap kekeringan,

kemarau panjang setelah pemangkasan dapat menyebabkan tanaman mati. Suhu yang

dikehendaki sekitar 24-28°( dengan kelembaban relatif lebih dari 75% dan intensitas

radiasi. surya 75-100%.

Balittro telah mengoleksi ± 100 aksesi nilam yang diperoleh dari hasil eksplorasi,

somaklonal dan fusi protoplas antara nilam Jawa dan nilam Aceh. Dari beberapa nomor

ekplorasi telah diseleksi dan diperoleh 4 klon harapan yang berkadar minyak relatif tinggi

(> 2,5%) dan kadar patchouli alkohol > 30%. Klon-klon harapan tersebut adalah : Cisaroni,

Lhokseumawe 2, Sidikalang dan Tapak Tuan.

Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya antara lain : daun

cengkeh, bunga melati, serei dan lain-lain. Minyak atsiri dari komoditas ini digunakan

untuk bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma terapi.

Pangsa minyak atsiri Indonesia di pasar internasional mencapai 80 %.

Permasalahan utama adalah mutu minyak sebagai akibat dari prosesing yang tidak

sepenuhnya memenuhi standar, antara lain penggunaan alat penyuling tradisional. Untuk

Page 4: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

mengatasi permasalahan tersebut, teknologi yang tersedia adalah alat penyuling tipe

Balittro dengan design baru dari stainless steel, pendingin dan pemisah minyak, hemat

bahan bakar. Khusus nilam, daerah pengembangan potensial meliputi : Aceh, Sumatera

Barat, Bengkulu. Nilai ekspor per tahun mencapai US $ 74,26 juta.

Dari beberapa jenis minyak tersebut minyak nilam memiliki potensi strategis untuk

dikembangkan, mengingat di pasar dunia membutuhkan 1.200 - 1.400 ton minyak nilam

setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat, sementara produksi yang tersedia

baru mencapai 1.000 ton per tahun. Harga di pasar lokal berkisar Rp 250.000 per kilogram.

Dalam 10 tahun terakhir ini, peningkatan volume ekspor komoditi ini cukup tajam, yakni

sekitar 6 % per tahun. Indonesia memasok sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia

(Direktorat Neraca .Produksi BPS: 2002).

Harga minyak nilam di pasar lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000 -

Rp 250.000 per kg. Importir minyak nilam terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (lebih

200 ton per tahun), disusul lima negara Eropa, masing-masing Inggris (45-60 ton/th),

Perancis, Swiss (40-50 ton/th), Jerman (35-40 ton/th) dan Belanda (30 ton/th). Beberapa

eksportir minyak nilam mengaku masih kesulitan memenuhi pesanan minyak nilam yang

datang dari mancanegara. PT Jasu-Lawangi, eksportir minyak atsiri terbesar di Indonesia

baru bisa memasok 50 ton atau sekitar 10% dari permintaan. Permintaan cukup besar juga

datang dari India, Belgia, Jepang, dan Singapura.

Tabel 1. Kontribusi terhadap Produk Nasional  

Komoditas

Kebutuhan Dalam Negeri (ton)

Bahan Baku Industri

EksporProduk

Primer (ton)Produk

Olahan (ton)Jumlah (ton)

Nilai (000 US $)

Page 5: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

KaretKelapaKelapa sawitKopiLadaCengkehJambu metePalaKayumanisTebuTembakauKapasJaheKakaoKapolagaPaniliGambirNilamSeraiwangiJarakPinang

3.662.4723.712.0712.967.0791.140.159

131.193429.758535.74559.925

123.979340.800158.13319.38210.220

582.1555.643

17.2410

10.5012.859

18.81787.514

 

1.647.80825.593

 355.78137.41920.15728.6037.550

35.784 

7.05748

32.807387264729

6.022  

1.751 

76.4306.054

 645579

 1.6832.020

 7.3981.058

95508

52.0830,3

  

1.355

1.724.23831.647

 356.42637.99820.15730.2869.570

35.7847.3988.115

14333.31552.470264,3

7296.0221.355

  1.751

1.268.911.24.628

 582.390187.73214.11434.99636.76731.3923.747

18.00796

9.895110.988

1.2998.7648.234

53.117 

270 

 Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja dan Luas Areal

Komoditas On Farm (orang) Off Farm (orang) Perkebunan

RakyatPerkebunan

BesarJumlah Industri

ProsesingLuas Areal (ribu ha)

KaretKelapaKelapa sawitKopiLadaCengkehJambu metePalaKayumanisTebuTembakauKapasJaheKakaoKapolagaPaniliGambirNilamSeraiwangi

1.565.8851.434.108

486.373949.35165.352

294.595210.52823.68449.572

364.814556.174

  

356.545 

6.842

265.35150.720

992.167190.000

6.2363.770

286192

316.790316.79013.10434.88818.398

109.17967.772

18 

10.601  

1.831.2361.484.8281.478.540

949.54171.598

298.365210.81423.876

366.362681.604569.27834.88818.398

485.72467.7726.860

 10.601

 

97.8656.337

15.71523.401

 196.943

    

559.931

3.662.4723.712.0712.957.0791.140.159

131.109429.758535.74559.925

123.979340.802158.13319.38210.220

582.1555.643

17.241 

10.6012.850

18.817

Page 6: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

JarakPinang

  87.514

1. Produksi nilam di Propinsi Kalimantan Tengah

Di Propinsi Kalimantan Tengah nilam digunakan sebagai komoditas rintisan. Mulai

ditanam petani di kabupaten Kotawaringin Timur, propinsi Kalimantan Tengah pada tahun

1999. Dimulai dari pencaharian bibit nilam ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) oleh

petani transmigrasi Kalimantan Tengah yang berminat sekali menanam nilam, karena pada

saat itu harga minyak nilam melonjak cukup tinggi dan bahkan pada tahun 1997, harga

minyak nilam mencapai Rp. 1.000.000,- per kg.

Pada saat ini telah terbentuk kelompok-kelompok tani di desa-desa, sehingga

penanaman nilam telah berkembang. Sistem tanam adalah secara monokultur dan

tumpangsari dengan tanaman hortikultura antara lain dengan kacang panjang, mentimun,

terong dan semangka dengan tujuan untuk mengoptimalkan lahan dan meningkatkan

pendapatan. Penanaman dengan menggunakan bibit (setek) yang langsung ditanam di

lapang dan dengan disemaikan terlebih dahulu dalam polibag.

Untuk menghemat bibit sebaiknya dengan menggunakan polibag, karena sistem

perakaran sudah terbentuk. Penanaman nilam di Kalimantan Tengah hanya satu tahun

dengan panen 2-3 kali, karena kadar patchouli alkohol (PA) yang merupakan salah satu

kualifikasi mutu untuk minyak nilam semakin menurun disebabkan oleh iklim dan tanah

yang kurang subur. Di samping dijual berupa minyak, hasil panen nilam di Kalimantan

Tengah dijual dalam bentuk terna basah dengan harga Rp 1.000,- - 1.500,-/kg dan terna

kering dengan harga 2.500,- 3.000,-/kg. Harga setek nilam di Kalimantan Tengah berkisar

antara Rp. 500,- 1.000,-per setek.

Semakin bertambahnya luas areal penanaman nilam menunjukkan bahwa tanaman

tersebut diminati oleh petani di Kalimantan Tengah, karena mempunyai prospek dan

peluang pasar yang cukup tinggi. Untuk mendapatkan minyak atsiri yang mempunyai

rendemen minyak dan kadar patchouli alkohol tinggi, maka perlu diperhatikan beberapa

faktor yaitu teknologi budidaya, faktor iklim terutama curah hujan, lahan (topografi atau

bentuk wilayah, elevasi) dan peluang pasar.

Produksi nilam berupa minyak atsiri dapat ditampung oleh KUD setempat

(Kecamatan Parenggean). Sistem pemasaran minyak nilam selama ini adalah melalui

pedagang pengumpul di tingkat petani dan pedagang pengumpul di tingkat kecamatan

kemudian ke eksportir. Harga minyak nilam saat ini di Kalimantan Tengah adalah Rp

Page 7: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

150.000 - 170.000/kg, dan di pulau Jawa dengan harga Rp. 245.000/liter. Harga minyak

nilam berfluktuasi tergantung pada kadar Patchouli Alkohol (PA).

Penyulingan cara petani mempunyai rendemen dan mutu minyak yang rendah.

Rendahnya mutu tersebut disebabkan antara lain cara penanganan bahan baku dan

penyulingan daun nilam menggunakan drum-drum bekas sebagai penyulingannya,

sehingga minyak berwarna coklat keunguan. Oleh sebab itu diperlukan pembinaan melalui

penyuluhan dan pengkajian mulai dari budidaya, penyulingan, introduksi alat penyulingan

dan aspek pemasaran dengan memperhatikan tingkat kesesuaian lahan dan iklim.

Untuk mendukung usaha pengembangan tanaman nilam sehingga Indonesia tetap

merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dan untuk meningkatkan

pendapatan petani, maka diperlukan beberapa upaya antara lain yaitu penggunaan benih

unggul, perbaikan budidaya dan penanganan pasca panen yang lebih baik. Untuk

menjamin kemurnian benih unggul nilam dalam jumlah yang memadai perlu diupayakan

pendirian kebun induk nilam yang selanjutnya dapat diperbanyak sebagai benih sebar.

2. Produksi nilam di Propinsi Kalimantan Barat

Ada beberapa jenis tanaman bahkan mungkin banyak yang tumbuh di Kalimantan

Barat yang belum digali dan di kembangkan, yang selama ini orang hanya mengunakannya

sebagai bumbu masak/dapur atau obat-obatan tradisional, antara lain; lada, jahe, sereh,

kunyit, kencur, daun salam, dll, yang sebenarnya tanaman tersebut memiliki nilai

ekonomis yang lebih tinggi jika diolah menjadi minyak atsiri.

Minyak atsiri (essential oil) adalah minyak eteris atau minyak terbang yang

memiliki sifat mudah menguap, berbau khas sesuai dengan bau tanaman penghasilnya,

getir, memabukkan, larut dalam larutan organik namun tidak larut dalam air. Minyak atsiri

bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau

umbi (rizhoma). Minyak atsiri merupakan bahan baku untuk produk farmasi dan kosmetik

alamiah disamping digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour

and fragrance ingredients). Ada sekitar 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di

pasar internasional. Saat ini Indonesia baru mengekspor sekitar 12 (duabelas) jenis minyak

atsiri antara lain : Minyak Nilam, Minyak Akar Wangi, Minyak Sereh Wangi, Minyak

kenanga, Minyak Kayu Putih, Minyak Sereh Dapur, Minyak Cengkeh, Minyak Cendana,

Minyak Pala, Minyak Kayu Manis, Minyak Kemukus dan Minyak Lada.

Page 8: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

Melihat nilai yang cukup ekonomis dari minyak atsiri nilam tersebut, ini

merupakan peluang bagi Kalimantan Barat khususnya untuk mengembangkan potensi

tersebut. Hal ini juga didukung oleh daerah Kalimantan Barat yang memiliki lahan yang

terbentang luas untuk dikembangkan tanaman atsiri tersebut. Sebagai contoh, ada beberapa

jenis tanaman yang telah dibudidayakan seperti tanaman nilam dan jahe yang berlokasi di

kota Pontianak Jl. 28 Oktober Budi Utomo.

Sudah saatnya Kalimantan Barat menjadi bagian sebagai daerah pengahasil minyak

atsiri untuk mendukung daerah-daerah lain. Oleh karena itu Pemerintah Propinsi, Dinas

Pertanian dan Tanaman Pangan serta Dinas Perindustrian Kalimantan Barat, kiranya dapat

bersinergi untuk melirik daerah-daerah yang potensial sebagai sentra industri dalam

pengembangan minyak atsiri dan penghasil tanaman yang mengandung minyak atsiri

lainnya, serta memilih jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan struktur tanahnya sehingga

dapat tumbuh dengan subur. Tanaman yang dapat dikembangkan tersebut antara lain

seperti; nilam, kenanga, sereh, jahe, lada, salam, dll.. Memang tidak semua tanaman

penghasil minyak atsiri tersebut dapat tumbuh mudah di daerah Kalimantan Barat yang

memiliki keasaman tanah yang cukup tinggi antara pH 3,5-4,5. Ini merupakan tantangan

bagi instansi terkait untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tanaman apa saja yang dapat

dikembangkan.

Untuk mendapatkan minyak atsiri dengan kualitas yang baik sehingga memiliki

nilai jual yang menjadi lebih tinggi, diperlukan teknologi yang tepat dan sumber daya

manusia yang kompeten, dan didukung oleh ketersediaan bahan baku yang cukup memadai

dan berkelanjutan. Manfaat lain dari dikembangkannya minyak atsiri ini akan membuka

lapangan kerja baru bagi petani khususnya dan bagi masyarakat Kalimantan Barat pada

umumnya. Selain itu hal ini akan memberikan peluang bagi Pemerintahan Kota dan

Kabupaten untuk dapat menciptakan iklim usaha yang mendukung pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya alam dari berbagai sektor, untuk dapat diolah lebih lanjut

menjadi produk-produk industri yang memiliki nilai tambah yang cukup besar guna

menopang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Akarwangi Merupakan Komoditi Unggulan Jawa Barat

Di dalam Surat Edaran Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Nomor.

525/1517/Prod/2001 tanggal 27 Agustus 2001 tentang Komoditas Perkebunan Di Jawa

Barat bahwa pengertian Komoditi unggulan adalah komoditas yang diunggulkan suatu

Page 9: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

daerah yang tumbuh dan berkembang dengan baik karena sesuai dengan agroklimat

setempat ( kondisi tanah dan iklim ) yang mempunyai peran sebagai berikut :

- Sebagai penghasil devisa dan mempunyai pangsa pasar yang besar dalam perdagangan

lokal, regional maupun global.

- Sebagi sumber penghasilan dan pendapatan utama yang tersebar disebagian wilayah

diantaranya sudah menjadi komoditas sosial di Jawa Barat.

- Merupakan komoditas spesifik lokalita yang mempunyai keunggulan, kompetitif dan

kooperatif.

- Berkembang dan menjadi unggulan daerah.

Akarwangi dalam Surat Edaran Kepala Dinas Perkebunan tersebut merupakan

salah satu komoditi unggulan,disamping itu juga merupakan komoditi lokalita artinya yang

tumbuh baik sesuai dengan agroklimat yang ada di salah satu kabupaten yaitu di Garut .

Dan telah berkembang yang saya ketahui sejak tahun 1980 yang selanjutnya ditetapkan

oleh Keputusan Gubernur nomor 30 Tahun 1990 tentang Penyempurnaan Ketentuan

Ketentuan Penanaman dan Penyulingan Serehwangi Akarwangi di Jawa Barat yang

selanjutnya ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bupati Garut nomor

520/SK196-huk/90 tentang Areal Penanaman ,Pengolahan dan Penyulingan Akarwangi di

Kabupaten Garut ;didalamnya ditetapkan 4 kecamatan yaitu kecamatan Leles, Cilawu,

Bayongbong dan Samarang dengan luas areal 2.400 Ha.

Indonesia sebagai negara penghasil minyak atsiri - Akarwangi sering disebut

produsen Java vertiver oil. . Prospek pasar, baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri,

komoditi ini pada masa yang akan datang cukup besar, seiring dengan semakin tingginya

permintaan terhadap parfum/kosmetika, trend mode dan belum berkembangnya barang

substitusi essensial oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum/kosmetika.

Untuk mempertahankan kelangsungan keberadaan komoditi Akarwangi ini perlu

ditindaklanjuti melalui kegiatan yang dilakukan dalam rehabilitasi/intensifikasi tanaman

penghasil minyak atsiri (akarwangi) adalah:

1. Perbaikan budidaya tanaman akarwangi dengan menggunakan benih dari varietas

unggul;

2. Pembangunan kebun penangkar benih di lokasi pengembangan untuk menjamin

ketersediaan benih dari varietas unggul ;

3. Pengawalan dan pendampingan pelaksanaan teknis pengembangan tanaman penghasil

minyak atsiri, penanganan pasca panen dan pengolahan;

Page 10: Potensi dan Prospek Pengembangan Minyak Atsiri di Indonesia

4. Peningkatan SDM petani melalui berbagai pelatihan dan pendampingan;

5. Penumbuhan dan pengaktifan/dinamika Kelompok Tani Tanaman Penghasil Minyak

atsiri;

6. Memfasilitasi pengawalan kegiatan di tingkat pusat serta pembinaan petani Tanaman

Penghasil Minyak Atsiri oleh petugas provinsi, kabupaten dan penyuluh.

Luas areal akar wangi di tahun 2006 yang diusahakan petani Kabupaten Garut

adalah 2045 Ha dengan produksi 59 ton minyak atsiri dengan harga Rp. 330.500.- /kg di

tingkat petani.

verietas unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan),

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ?. Industri Destilasi Atsiri. http://anekamesin.com/industry-development. Diakses tanggal 22 November 2007.

Anonim.?. .http://www.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 22 November 2007.

Suwanda, Mamat Haris. 2002. Analisis Efisiensi Penelitian dan Dampaknya terhadap Ekonomi Nasional Studi Kasus pada Tanaman Perkebunan. http://tumoutou.net/702_05123/mamat_hs.htm. Diakses tanggal 22 November 2007.

Usmadi. 2006. Potensi dan Peluang Minyak Atsiri Nilam. http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=115282. Diakses tanggal 22 November 2007

 

.