11
Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Muhammad Arief Rakhman 1 1 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 [email protected] Abstrak Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam paling penting yang mendukung kesehatan manusia, perkembangan ekonomi, dan keanekaragaman ekologi. Penggunaan air tanah terus meningkat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kemudahan mendapatkannya, kualitas yang baik, dan biaya yang murah. Kebutuhan air tanah di Cekungan Air Tanah (CAT) Bogor cukup besar karena tingginya jumlah penduduk dan industri. Mengingat pentingnya peran air tanah maka pengetahuan tentang keberadaan air tanah sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi spasial tingkat potensi air tanah berdasarkan analisis fisik berupa geologi, geomorfologi, lereng, penggunaan tanah, kerapatan aliran, tekstur tanah, dan curah hujan dengan menggunakan teknik Sistem Informasi Geografi, Penginderaan Jauh, dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah penggunaan lahan. CAT Bogor memiliki potensi air tanah yang baik di bagian utara dan kurang baik di bagian selatan. Abstract Groundwater is one of the most important resource that support human health, economy development, and diversity of ecology. Groundwater using increase because of many factors, such as : easy in exploitation, good in quality, and low in cost. Requirement of groundwater in Bogor basin is high because of high population and industry. Considering the importance of groundwater, the knowledge about existence of groundwater is needful. The purpose of this research is acquiring the spatial information about level of groundwater potential based physic analysis those are geology, geomorphology, slope, land use, drainage density, soil texture, and annual rainfall using Geography Information System, Remote Sensing, and Analytic Hierarchy Process (AHP). The result of this research shows that landuse is the most influent parameter. Groundwater potential in the southern of Bogor Basin is enough good and in the northern is not enough good. Keywords: Potential, Groundwater, GIS, Remote Sensing Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

  • Upload
    others

  • View
    37

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor

Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

Muhammad Arief Rakhman1

1Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424

[email protected]

Abstrak

Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam paling penting yang mendukung kesehatan manusia, perkembangan ekonomi,

dan keanekaragaman ekologi. Penggunaan air tanah terus meningkat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kemudahan

mendapatkannya, kualitas yang baik, dan biaya yang murah. Kebutuhan air tanah di Cekungan Air Tanah (CAT) Bogor cukup

besar karena tingginya jumlah penduduk dan industri. Mengingat pentingnya peran air tanah maka pengetahuan tentang

keberadaan air tanah sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi spasial tingkat potensi air tanah

berdasarkan analisis fisik berupa geologi, geomorfologi, lereng, penggunaan tanah, kerapatan aliran, tekstur tanah, dan curah

hujan dengan menggunakan teknik Sistem Informasi Geografi, Penginderaan Jauh, dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil

penelitian menunjukkan variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah penggunaan lahan. CAT Bogor memiliki potensi air

tanah yang baik di bagian utara dan kurang baik di bagian selatan.

Abstract

Groundwater is one of the most important resource that support human health, economy development, and diversity of ecology.

Groundwater using increase because of many factors, such as : easy in exploitation, good in quality, and low in cost. Requirement

of groundwater in Bogor basin is high because of high population and industry. Considering the importance of groundwater, the

knowledge about existence of groundwater is needful. The purpose of this research is acquiring the spatial information about level

of groundwater potential based physic analysis those are geology, geomorphology, slope, land use, drainage density, soil texture,

and annual rainfall using Geography Information System, Remote Sensing, and Analytic Hierarchy Process (AHP). The result of

this research shows that landuse is the most influent parameter. Groundwater potential in the southern of Bogor Basin is enough

good and in the northern is not enough good.

Keywords: Potential, Groundwater, GIS, Remote Sensing

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 2: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

1. Pendahuluan

Air tanah merupakan salah satu sumber daya

alam paling penting yang mendukung kesehatan

manusia, perkembangan ekonomi, dan

keanekaragaman ekologi. Penggunaan air tanah terus

meningkat disebabkan oleh faktor-faktor seperti

kemudahan mendapatkannya, kualitas yang baik, dan

biaya yang murah (Todd dan Mays, 2005). Dengan

semakin berkembangnya industri serta permukiman

dengan segala fasilitasnya, maka ketergantungan

aktivitas manusia pada air tanah menjadi semakin

terasakan (Asdak, 2004).

Sebagian besar air tawar yang ada di bumi

merupakan air tanah, jumlah air permukaan hanya

sebanyak 0,3 % dari air tawar yang ada di bumi (Lee,

2011). Mengingat pentingnya peran air tanah maka

pengetahuan tentang keberadaan air tanah sangat

diperlukan. Menurut Akoprovo (2012) kejadian air

tanah di suatu tempat merupakan akibat dari interaksi

faktor iklim, geologi, hidrologi, fisiografi, dan

ekologi, sehingga perbedaan kondisi fisik antar

wilayah ikut menentukan keberadaan air tanah di

wilayah-wilayah tersebut.

Ketersediaan air tanah dapat berkurang karena

eksploitasi yang berlebihan dan karena kurangnya

manajemen air tanah (Kaliraj, 2012). Ada beberapa

pendekatan yang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi potensi air tanah di suatu wilayah

diantaranya hidrogeologi, penginderaan jauh (PJ), dan

sistem informasi geografi (SIG). Kerumitan

lingkungan bawah tanah dikombinasikan dengan

batasan area yang ditentukan dan diasosiasikan

dengan data lapangan yang diperoleh dari survey

permukaan dan pengeboran membutuhkan banyak

waktu dan biaya yang sangat mahal, didukung dengan

penggunaan satelit. Banyak studi telah menunjukkan

integrasi peta multi—tematik melalui aplikasi PJ dan

SIG bermanfaat untuk mengidentifikasi wilayah

kedap air untuk eksplorasi dan pengembangan

sumber air tanah melampaui hasil dari bidang

hidrogeologi (Kaliraj 2012). Metode yang cukup

mudah dan murah untuk mengidentifikasi air tanah

adalah gabungan teknik PJ dan SIG yang sangat

bermanfaat untuk studi air tanah (Arkoprovo et al,

2012).

Sekalipun kebanyakan peneliti menggunakan

GIS dan PJ untuk mendeliniasi potensi air tanah,

penggunaan beberapa peta tematik berhasil untuk

memprediksi wilayah yang baik, namun seluruh

analisa tergantung pada pembobotan untuk peta yang

berbeda (Kaliraj, 2012). Teknik Analytical Hierarchy

Process (AHP) menganalisis banyak dataset dengan

membandingkan metriks, yang digunakan untuk

menghitung geometric mean dan normalized weight

of parameters (Chowdhury et al. 2010 dalam Kaliraj

2012). Awawdeh et al. (2009) dalam memetakan

potensi air tanah menggunakan delapan peta tematik

yaitu geomorfologi, tekstur tanah, litologi, lereng,

curah hujan tahunan, kerapatan aliran, ketinggian, dan

kerapatan struktur, yang kemudian dikombinasikan

dengan weight index overlay method yang ditetapkan

dengan AHP.

Detail spesifik dari sistem sumber air termasuk

pola aliran, orde sungai, struktur penyimpanan air,

dan asosiasi fitur-fitur geografinya dapat disatukan

untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya

untuk menghasilkan kebijakan alternatif yang relatif

bermanfaat (Georgakakos dan Graham, 2008 dalam

Kaliraj, 2012).

Cekungan Air Tanah (CAT) Bogor merupakan

suatu batas hidrogeologis yang terletak di sebelah

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 3: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

utara Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango,

meliputi wilayah Kota Bogor, sebagian Kabupaten

Bogor dan Kota Depok. Berdasarkan karakteristik

fisiknya wilayah ini sangat bervariatif sehingga

potensi air tanahnya juga bervariatif mulai dari yang

tinggi hingga rendah.

Sementara itu kebutuhan air tanah di CAT ini

cukup besar karena tingginya jumlah penduduk dan

industri. Menurut Badan Pendukung Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM, 2010)

jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Bogor hanya 8

% dari total jumlah penduduk, sedangkan menurut

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, pada tahun

2010 jumlah pelanggan PDAM Kota Bogor hanya

sekitar 37 % rumah tangga yang memanfaatkan air

dari PDAM. Hal ini memperlihatkan masih tingginya

tingkat ketergantungan penduduk pada air tanah

khususnya di wilayah Kabupaten Bogor. Kebutuhan

air semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk dan industri di daerah tersebut,

belum lagi untuk keperluan lain seperti sekolah,

rumah sakit, perkantoran dll.

Atas dasar itulah penelitian berjudul ―Potensi

Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor

Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process

(AHP)‖ ini dilakukan, untuk memperoleh informasi

spasial potensi air tanah di Cekungan Air Tanah

Bogor sehingga nantinya dapat menunjang

mengelolaan sumber daya air.

2. Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah cekungan air tanah

(CAT) Bogor, secara geografis daerah penelitian

terletak pada koordinat 1060 28’ 30‖ – 1060 59’ 4―

Bujur Timur dan 060 24’ 45‖ – 060 46’ 51― Lintang

Selatan, dengan luas kurang lebih 1.311 km2, meliputi

tiga wilayah kabupaten/kota, yaitu Kota Bogor,

Kabupaten Bogor, dan Kota Depok di Provinsi Jawa

Barat.

CAT Bogor dibatasi oleh batas – batas sebagai

berikut:

Di bagian utara adalah batas tidak ada aliran

eksternal yang menempati daerah antara Parung

– Depok

Di bagian timur dibatasi oleh batuan kedap air

yaitu batu lempung dan napal berumur tersier

yang merupakan batas tidak ada aliran eksternal

dan punggungan Gunung Kencana yang

merupakan batas pemisah air tanah yang

berimpit dengan batas utama air permukaan.

Di bagian barat dibatasi oleh batuan kedap air

yaitu batu lempung dan napal berumur tersier

yang merupakan batas tidak ada aliran eksternal.

Di bagian selatan dibatasi oleh punggungan

Gunung Kendang, Gunung Perbakti, Gunung

Salak, dan Gunung Gede-Pangrango yang

merupakan batas pemisah air tanah yang

berimpit dengan batas pemisah utama air

permukaan.

Batas vertikal bagian bawah atau alas adalah batas

tanpa aliran internal yang merupakan persentuhan

akuifer utama dan batuan berumur tersier dan bersifat

lempungan yang secara nisbi bersifat kedap air yaitu

batuan penyusun formasi Jatiluhur.

Gbr 1. Peta Letak dan Batas CAT Bogor

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 4: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

3. Metode Penelitian

Penelitian dirumuskan untuk memperoleh

variasi spasial tingkat potensi air tanah dengan

menganalisis karakteristik fisik wilayah. Berdasarkan

penelitian terdahulu, maka karakteristik fisik yang

mempengaruhi potensi air tanah adalah geomorfologi,

geologi, penggunaan tanah, hidrologi permukaaan,

lereng, iklim dan kondisi tanah. Sebagai indikator

bentuk lahan untuk variabel geomorfologi, litologi

untuk variabel geologi, kerapatan aliran untuk

variabel hidrologi permukaan, curah hujan untuk

variabel iklim, dan tekstur tanah untuk variabel

kondisi tanah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah AHP, yaitu untuk mendapatkan hierarki dan

menentukan bobot berdasarkan tingkat prioritas dari

masing-masing variabel yang mempengaruhi. Bobot

yang diperoleh digunakan untuk melakukan overlay

dengan bantuan SIG sehingga diperoleh tingkat

potensi air tanah.

Jenis dan sumber data penelitian:

Penggunaan tanah tahun 2012, Didapatkan dari

Overlay (tumpang-susun) dari Peta Penggunaan

Tanah Badan Pertanahan Nasional tahun 2006

dengan hasil interpretasi Citra Landsat ETM+

30 m tahun 2012 dengan menggunakan software

arcGIS 9.3.

Jenis batuan, bersumber dari Peta Geologi Pusat

Survey Geologi Bandung.

Bentuk lahan bersumber dari Peta Landsistem

Bakosurtanal.

Kerapatan aliran diolah dari data jaringan sungai

Peta RBI Bakosurtanal dengan software arcGIS

9.3. Kerapatan aliran dapat dihitung dengan cara

meng-overlay peta jaringan sungai dengan peta

grid ukuran 1 km x 1 km. Kemudian dihitung

panjang aliran dalam setiap grid dengan

persamaan:

Dimana :

DD = Drainage Density / Kerapatan Aliran

L = Panjang aliran dalam satu glid

A = Luas grid

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai

panjang aliran per km2. Nilai kerapatan aliran

yang diperoleh dalam tiap grid kemudian

dikelaskan dan grid dengan kelas kerapatan

yang sama digabungkan.

Lereng didapatkan diolah dari kontur interval

12,5 m peta topografi RBI Bakosurtanal dengan

skala 1 : 25.000 dengan menggunakan software

arcGIS 9.3. lereng diklasifikasikan menjadi lima

kelas, yaitu: 0-2o, 2-8o, 8-15o, 15-40o, dan > 40o.

Curah hujan tahunan diolah dari peta curah

hujan Bakosurtanal tahun 2004 dengan hasil

interpolasi data curah hujan tahunan dari

stasiun-stasiun curah hujan di sekitar CAT

Bogor yaitu stasiun Cibinong, Dramaga, Atang

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 5: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

Sanjaya, Ciawi, Katulampa, Gunung Mas,

Kebun Raya, Cibodas, Cihideung, Cikasungka,

Empang, dan Pondok Gedeh tahun 1998-2008

dengan menggunakan software arcGIS 9.3.

Tekstur tanah bersumber dari peta kemampuan

tanah Balai Penelitian Tanah Bogor.

Debit sumur bor bersumber dari data Pusat

Sumber Daya Air Tanah dan Geologi

Lingkungan

Tabel 1. Kriteria dan Skala Unit Variabel

Variabel Unit Variabel Kriteria Skala

Bentuk

Lahan

Kipas aluvial ST 5

Dataran banjir ST 5

Dataran tufa vulkanik T 4

Dataran berbukit kecil S 3

Lereng lahar S 3

Bukit rendah R 2

Aliran lava S 3

Gunung berapi S 3

Bukit curam SR 1

Bukit agak curam SR 1

Punggung gunung SR 1

Punggung bukit curam SR 1

Karst ST 5

Litologi

Endapan Aluvium ST 5

Kipas aluvium ST 5

Lava G. Endut-

Prabakti SR 1

Endapan G. Gede-

Pangrango S 3

Endapan G. Kencana

dan G. Limo S 3

Endapan G. Salak S 3

Lava gunung S 3

Formasi Batuan G.

Endut SR 1

Formasi Jatiluhur R 2

Formasi Bojongmanik R 2

Formasi R 2

Breksi S 3

Gunung Api S 3

Tufa S 3

Kerapatan

Aliran

< 0,1 ST 5

0,1 - 0,2 T 4

0,2 - 0,3 S 3

0,3 - 0,4 R 2

> 0,4 SR 1

Pengguna

an Tanah

Badan air ST 5

Sawah S 3

Tegalan T 4

Perkebunan / Kebun T 4

Semak / Sabana S 3

Hutan T 4

Tanah Rusak / Tandus R 2

Lahan Terbangun R 2

Curah

Hujan

> 5000 S 5

4000-5000 T 4

3000-4000 S 3

2000-3000 R 2

< 2000 SR 1

Tekstur

Tanah

Badan Air ST 5

Kasar ST 5

Agak Kasar T 4

Sedang S 3

Agak halus R 2

Halus SR 1

Lereng

0-2 ST 5

2-8 T 4

8-25 S 3

25-40 R 2

>40 SR 1

Ket:

ST: Sangat Tinggi, T: Tinggi, S: Sedang, R: Rendah,

SR: Sangat Rendah

(Sumber : Gumma, 2012; Harnandi,dan Manaris,

2009)

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 6: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

Tabel 2. Tingkat Potensi Air Tanah

Tingkat Nilai Piksel

Sangat tinggi 85-100 %

Tinggi 70-85 %

Sedang 60-70 %

Rendah 45-60 %

Sangat rendah < 45 %

(Sumber: Gumma, 2012)

4. Hasil Dan Pembahasan

Geologi

Terjadinya bentuk-bentuk medan dengan

masing-masing karakteristik sangat erat hubungannya

terutama dengan jenis batuan yang menutupi daerah

tersebut (Harnandi dan Pasaribu, 2009). Menurut Van

Bemmelen (1949) cekungan ini secara fisiografi dan

geologi termasuk ke dalam Zona Bogor, merupakan

sebuah zona yang dibentuk oleh sejumlah kelompok

perbukitan dan pegunungan yang membentang

dengan arah relatif barat-timur.

Litologi yang menutupi CAT Bogor tersusun

dari batuan yang berumur tua hingga muda(Harnandi

dan Pasaribu, 2009)

Bagian utara CAT Bogor batuan penyusunnya

terdiri dari material endapan gunung api terutama

terdiri dari breksi, tufa, batupasir, lava, dan

konglomerat. Secara hidrogeologis ditafsirkan

sebagai daerah imbuhan air tana, setempat air tanah

mulai terbentuk, pada daerah-daerah tertentu muncul

sebagai mata air (Harnandi dan Pasaribu, 2009).

Bagian tengah batuan penyusunnya terutama

terdiri dari endapan hasil rombakan gunung api

terutama berupa material lepas, yakni pasir, kerikil,

dan material padu terdiri dari braksi, tuf, dan

konglomerat. Secara hidrologis umumnya ditafsirkan

sebagai daerah akumulasi air tanah yang terbentuk

pada bagian puncak dan lereng gunung (Harnandi dan

Pasaribu, 2009).

Bagian selatan batuan penyusun terdiri dari

variasi litologi yang beragam endapan hasil rombakan

gunung api dan sedimen tersier yang terdiri dari batu

lempung, batu lempung tufan, batu pasir, batu pasir

tufan, konglomerat, breksi, dan tuf batu apung. Secara

hidrogeologis merupakan daerah dengan aliran air

permukaan agak tinggi (Harnandi dan Pasaribu,

2009).

Gbr 2. Litologi CAT Bogor

Morfologi

Morfologi atau bentang alam suatu daerah

merupakan perwujudan daerah tersebut yang

dicerminkan oleh bentuk-bentuk medan (roman muka

bumi) yang biasanya didasarkan atas ketinggian,

kemiringan, timbulan, dan lekukan seperti yang

tercermin pada peta topografi atau kenampakan

lapangan.

CAT Bogor bagian utara hampir seluruhnya

berupa gabungan kipas aluvial, bagian tengah terdiri

atas dataran tufa vulkanik, lereng lahar dan aliran

lava, bagian barat didominasi oleh punggung gunung

dengan sedikit bukit curam dan dataran banjir, bagian

selatan didominasi oleh gunung berapi dan aliran lava

serta punggung gunung dibagian timurnya.

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 7: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

Gbr 3. Landform CAT Bogor

Wilayah bagian selatan merupakan daerah yang

curam berupa lereng gunung dengan kemiringan rata-

rata diatas 8 o semakin ke utara kemiringan cenderung

semakin landai, bagian utara merupakan bagian yang

landai dengan kemiringan rata-rata di bawah 2o.

Bagian barat dan timur memiliki kemiringan di atas

8o.

Pada lahan dengan kemiringan besar, aliran

permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air

kekurangan waktu untuk infiltrasi. Akibatnya

sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan.

Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang

sehingga mempunyai waktu cukup banyak untuk

infiltrasi (Triatmodjo, 2009). Sehingga semakin tinggi

kemiringan maka potensi air tanahnya semakin

rendah.

Gbr 4. Tekstur Tanah CAT Bogor

Tanah bertekstur halus mendominasi bagian

barat, tengah dan selatan. Tanah bertekstur agak halus

berada di bagian utara dan timur wilayah. Semakin

kasar tekstur tanah, maka tingkat infiltrasi semakin

tinggi sehingga potensi air tanah juga semakin tinggi.

Gbr 5. Kerapatan Aliran CAT Bogor

Wilayah dengan kerapatan aliran rendah berada

di bagian selatan, timur dan barat, sedangkan wilayah

dengan kerapatan tinggi berada pada bagian tengah

dan utara, dimana di wilayah tersebut mengalir tiga

sungai besar yang memiliki banyak anak sungai yaitu

Ciliwung, Cisadane, dan Cianten.

Wilayah dengan kerapatan aliran tinggi

meningkatkan aliran permukaan dibandingkan pada

area yang kerapatannya rendah (Arkoprovo et al.,

2012). Sehingga semakin tinggi kerapatan aliran

maka potensi air tanah semakin rendah (Gumma,

2012).

Gbr 6. Kerapatan Aliran CAT Bogor

Klimatologi

Curah hujan tahunan rata-rata bagian utara

cenderung lebih rendah daripada bagian selatan dan

bagian timur cenderung lebih rendah daripada bagian

barat. Bagian utara memiliki curah hujan antara 3000

– 4000 mm pertahun, sedangkan bagian selatan

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 8: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

memiliki curah hujan antara 4000 – 5000 mm

pertahun, curah hujan tertinggi berada pada bagian

barat daya dengan curah hujan antara 4500 – 5000

mm pertahun.

Jika intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas

infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama

dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan

lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka laju

infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi

(Triatmodjo, 2009). Sehingga wilayah dengan curah

hujan yang lebih tinggi memiliki potensi air tanah

yang lebih tinggi. Wilayah dengan persebaran curah

hujan yang merata sepanjang tahan memiliki potensi

kekeringan lebih rendah daripada wilayah dengan

curah hujan yang kurang merata.

Gbr 7. Curah Hujan Tahunan CAT Bogor

Penggunaan Tanah

Lahan terbangun sebagian besar terletak di

bagian selatan dan barat, hutan sebagian besar

terletak di bagian selatan tepatnya di lereng gunung,

kebun campuran sebagian besar terletak di bagian

tengah dan barat, sedangkan sisanya berupa sawah,

tegalan, dan perairan darat tersebar merata.

Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan

tanah, seperti rumput atau hutan, dapat menaikkan

kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Kapasitas

infiltrasinya bisa jauh lebih besar daripada tanah yang

tanpa penutup tanaman (Triatmodjo, 2009). Sehingga

lahan bervegetasi memiliki potensi air tanah yang

cukup tinggi. Lahan irigasi erat kaitannya dengan

dataran banjir dan aliran bawah tanah sehingga

memiliki potensi air tanah yang sangat tinggi

(Gumma, 2012). Sedangkan lahan terbangun

memiliki potensi air tanah yang rendah (Agarwal,

2011)

Gbr 8. Penggunaan Lahan Tahun 2012 CAT Bogor

Hasil pengolahan persepsi para pakar ditampilkan

dalam tabel bobot seperti pada tabel berikut:

Tabel 3. Pembobotan Variabel

Hasil dari analisis weighted sum overlay

berdasarkan bobot dan kriteria yang telah ditetapkan

menghasilkan peta potensi air tanah di CAT Bogor

sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Variabel Bobot

Litologi 0,147

Landform 0,151

Kerapatan Aliran 0,047

Lereng 0,155

Penggunaan Tanah 0,27

Curah Hujan 0,098

Tekstur Tanah 0,131

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 9: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

Gbr 9. Potensi Air Tanah CAT Bogor

Berikut ini disajikan tabel luasan potensi air tanah di

CAT Bogor:

Tabel 4. Luasan Potensi Air Tanah di CAT Bogor

Klasifikasi Luas (km2) Persentase

Sangat Rendah 62,8 4,73

Rendah 652,3 49,76

Sedang 393,9 30,05

Tinggi 197,5 15,07

Sangat Tinggi 5,2 0,39

Perbandingan Dengan Data Debit Sumur Bor

Data pengukuran produktivitas diambil dari sampel

sumur bor yang sebagaimana dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gbr 10. Lokasi Sampel Sumur Bor

Hasil perbandingan antara pengukuran

produktivitas air tanah dari sampel sumur bor yang

diukur oleh Badan Geologi dengan peta potensi air

tanah dapat dilihat pada Gambar 5.18. Sebagaimana

dilihat pada Tabel 5.10, dari 24 sampel, 15 sumur bor

terletak di wilayah potensi air tanah tinggi dengan

rata-rata debit sebesar 0,27 l/dtk, 5 terletak di wilayah

sedang dengan rata-rata debit sebesar 0,24 l/dtk, dan

4 terletak di wilayah rendah dengan rata-rata debit

sebesar 0,192 l/detik.

Gbr 10. Grafik Tinggi Debit Sumur Bor

Tabel 5. Jumlah dan Rata-Rata Debit Sumur Bor

Potensi Jumlah Sumur

Bor

Rata-Rata Debit

(l/dtk)

Tinggi 14 0,27

Sedang 5 0,24

Rendah 4 0,192

Kesimpulan

Potensi air tanah di CAT Bogor secara umum

mengelompok kecuali potensi sangat tinggi. Potensi

tinggi hingga sangat tinggi secara geografis terletak di

Kota Bogor bagian utara, Kota Depok, Cibinong,

Citeureup, dan Parung, dengan litologi berupa batuan

gunung api muda dan kipas aluvial, penggunaan

tanah berupa perairan darat, tegal, sawah dan

terbangun, tekstur tanah agak halus curah hujan

Potensi :

Rendah Sedang

Tinggi

Qs

(l/dtk)

Rendah Sedang Tinggi

Sampel

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 10: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

antara rendah, kerapatan aliran sedang hingga rendah,

lereng landai, dan bentuk lahan berupa kipas aluvial.

Potensi sangat rendah secara geografis terletak di

Nanggung, Leuwiliang, dan Gununggeulis, dengan

litologi berupa gunungapi endut dan lava gunung

kencana, bentuk lahan berupa punggung gunung dan

bukit agak curam, lereng curam, serta penggunaan

tanah berupa padang dan lahan terbangun.

Daftar Acuan

Agarwal, Rajat, Garg, P. K., Garg, R. D. 2012.

Remote Sensing and GIS Based Approach for

Identification of Artificial Recharge Sites. Water

Resour Manage DOI 10.1007/s11269-013-0310-7.

Arkoprovo, Biswas, Adarsa, Jana, Prakash, Sharma

Shashi. 2012. Delineation of Groundwater Potential

Zones using Satellite Remote Sensing and

Geographic Information System Techniques: A Case

study from Ganjam district, Orissa. India: India

Department of Geology and Geophysics, Indian

Institute of Technology Kharagpur, WB–721302.

Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press.

Awawdeh, Muheeb M., Al-Mohammed,

Mohammaed. 2009. Integrated GIS and Remote

Sensing for Mapping Groundwater Potential Zones in

Tulul al Ashaqif Highlands, NE Jordan. Prosiding

International Symposium Geotunis 2009. Jordan.

Bera, Kartic, Bandyopadhyay, Jatisankar. 2012.

Ground Water Potential Mapping in Dulung

Watershed using Remote Sensing & GIS technique,

West Bengal India. International Journal of Scientific

and Research Publications, Volume 2, Issue 12,

December 2012.

BPS Prov. Jawa Barat. 2010. Jawa Barat dalam

Angka 2010.

Gumma, Murali Krishna., Pavelic, Paul. 2012.

Mapping of groundwater potential zones across

Ghana using remote sensing, geographic information

systems, and spatial modeling. Environ Monit Assess

DOI 10.1007/s10661-012-2810-y.

Harnandi, Dadi, Manaris, Pasaribu. 2009.

Penyelidikan Konservasi Cekungan Air Tanah Bogor

Provinsi Jawa Barat. Bandung : Pusat Lingkungan

Geologi.

Jasrotia, A.S. et al. 2011. Remote Sensing and GIS

Approach for delineation of Groundwater Potential

and Groundwater Quality Zones of Western Doon

Valley, Uttarakhand, India. J Indian Soc Remote

Sens DOI 10.1007/s12524-012-0220-9.

Kaliraj, S., Chandrasekar, N., Magesh, N. S. 2012.

Identification of potential groundwater recharge

zones in Vaigai upper basin, Tamil Nadu, using GIS-

based analytical hierarchical process (AHP)

technique. Arab J Geosci DOI 10.1007/s12517-013-

0849-x.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Air Tanah.

Kodoatie, Robert J., Sjarief. Roestam. 2010. Tata

Ruang Air. Jogjakarta: Penerbit Andi.

Lee, Saro, et al. 2012. Regional Groundwater

Productivity Potential Mapping Using A Geographic

Information. DOI 10.1007/s10040-012-0894-7.

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013

Page 11: Potensi Air Tanah Di Cekungan Air Tanah Bogor Berdasarkan

Nagarajan, M., Singh, Sujit. 2009. Assessment of

Groundwater Potential Zones using GIS Technique.

J. Indian Soc. Remote Sens. (March 2009) 37:69–77.

Napolitano, P., Fabri, A.G. 1996. Single parameter

Sensitivity analysis for aquifer vulnerability

assessment using DRASTIC & SINTACS, Hydro GIS

96. Application of Geographic Information Systems

in Hydrology and Water Resources Management,

Vienna, IAHS Publ.,235 (1996) 559-566.

Saaty, Thomas L. 2008. Decision Making With The

Analytic Hierarchy Process. Int. J. Services Sciences,

Vol. 1, No. 1, 2008.

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

SNI. 2005. Penyelidikan Potensi Air Tanah Skala

1:100.000 atau Lebih Besar. SNI 13-7121-2005.

Talabi, Abel O., Tijani, Moshood N. 2011. Integrated

remote sensing and GIS approach to groundwater

potential assessment in the basement terrain of Ekiti

area southwestern Nigeria. RMZ – Materials and

Geoenvironment, Vol. 58, No. 3, pp. 303–328, 2011.

Todd, David Keith, Mays, Larry W. 2005.

Groundwater Hydrology. Wiley, Hoboken.

Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan.

Yogyakarta: Beta Offset.

Potensi air..., Muhammad Arief Rakhman, FMIPA UI, 2013