portofolio 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ddddd

Citation preview

PortofolioKasus IV

Nama Peserta: dr. Arwaini Ulfa Nasution

Nama Wahana: Puskesmas Muara Bungo I

Topik: Konjungtivitis oculi dextra e.c suspect viral infection

Tanggal Kasus: 5 Juni 2015 Tempat Presentasi: Aula Puskesmas

Nama Pasien: Nn. STanggal Presentasi:

No. RM:Nama Pendamping: dr. Oneng Soekiraten

Obyektif Presentasi:

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia bumil

Deskripsi : Perempuan 25 tahun, mata merah (+), nyeri (+), keluar kotoran dengan cairan berwarna bening (+), bengkak pada kelopak mata kanan bagian atas (+).

Tujuan : Memberikan pengobatan dan edukasi yang tepat

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama : Nn. SNo. RM :

Nama Klinik : Puskesmas Muara Bungo I Telp:Terdaftar sejak :

Data Utama Untuk Bahan Diskusi

1. Diagnosis/ Gambaran KlinisPasien dating dengan keluhan merah pada mata kanannya sejak 4 hari yang lalu, disertai rasa nyeri. Pasien mengaku awalnya mata kanannya hanya merah sedikit yang semakin hari dirasa semakin merah dan nyeri, namun keluhan ini tidak dirasakan pada mata kirinya. Pasien juga mengeluh mata kanannya keluar kotoran sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan kotoran terasa sangat banyak pada mata kanan pada pagi hari. Kotoran tersebut dikatakan sering keluar dengan cairan berwarna bening. Selain itu, pasien juga mengeluhkan bengkak pada kelopak mata bagian atas sejak 4 hari yang lalu. Bengkak dirasakan terus menerus dan disertai sedikit rasa gatal. Keluhan nyeri, mata silau dan penglihatan kabur pada mata kiri disangkal oleh pasien.

Pemeriksaan Fisik: Tanda VitalSensorium : Kompos MentisKeadaan Umum : Sedang sakitNadi : 80 x/menitRR : 18 x/menitSuhu : 370 CTekanan Darah : 120/80 mmHg Pemeriksaan Fisik

Kulit : hangat, turgor kulit baikMata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)Mulut : dalam batas normalParu, jantung dan abdomen : dalam batas normalEkstremitas : dalam batas normalGenitalia : dalam batas normal Status oftalmikusDextraOculiSinistra

NormalVisusnormal

Tidak dilakukanKoreksiTidak dilakukan

Dalam baats normalsupersiliaDalam batas normal

Edema (+) minimal, spasme (-)Palpebral superiorEdma (-), spasme (-)

edema (-), spasme (-)Palpebral inferiorEdema (-), spasme (-)

Dalam batas normalSiliaDalam batas normal

Baik kesegala arahGerak bola mataBaik kesegala arah

Eksoftalmus (-), endoftalmus (-)Bulbus oculiEksoftalmus (-), endoftalmus (-)

Hiperemis konjungtiva (+)Konjungtiva bulbiHiperemi konjungtiva (-)

Hiperemi (+)Konjungtiva fornicesHiperemi (-)

Hiperemi (+), sikatrik (-)Konjungtiva palpebraHiperemi (-), sikatrik (-)

Siliar injeksi (-)skleraSiliar injeksi (-)

Jernih, infiltrate (-), ulkus (-)korneaJernih, infiltrate (-), ulkus (-)

Kedalaman cukup, beningCamera oculi anteriorKedalaman cukup, bening

Kripta (+), warna coklatIrisKripta (+), warna coklat

Bulat, regular, sentral, 3mm, reflex cahaya (+)PupilBulat, regular, sentral, 3mm, reflex cahaya (+)

-Shadow test-

JernihLensaJernih

Tidak diperiksaFundus refleksTidak diperiksa

Tidak diperiksaCorpus vitreumTidak diperiksa

T (digital) NormalTension oculiT (digital) Normal

Dalam batas normalSystem canalis lakrimalisDalam batas normal

2. Riwayat Pengobatan :Pasien belum diberikan obat apapun

3. Riwayat kesehatan/ penyakit :-

4. Riwayat Keluarga :Adik pasien mengalami keluhan yang sama sejak 1 minggu yang lalu, akan tetapi keluhan mata merah pada adik pasien berkurang dan sudah membaik.

5. Riwayat pekerjaan :-

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :-

Daftar Pustaka1. Garcia-Ferre FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburrys General Opthalmology. 16 th edition. McGraw-Hill Companies. USA: 2004. P108-1122. Ilyas S. ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. P128-1313. Susila, Niti et al. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2009.4. Budhiastra, P et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Mata RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2009.

Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subyektif:Pasien datang dengan keluhan merah pada mata kanannya sejak 4 hari yang lalu, disertai rasa nyeri. Pasien juga mengeluh mata kanannya keluar kotoran yang berwarna bening sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan kotoran terasa sangat banyak pada mata kanan pada pagi hari. Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kelopak mata bagian atas sejak 4 hari yang lalu. Bengkak dirasakan terus menerus dan disertai sedikit rasa gatal.

2. Obyektif: Tanda VitalSensorium : Kompos MentisKeadaan Umum : Sedang sakitNadi : 80 x/menitRR : 18 x/menitSuhu : 370 CTekanan Darah : 120/80 mmHg Pemeriksaan FisikKulit : hangat, turgor kulit baikMata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)Mulut : dalam batas normalParu, jantung dan abdomen : dalam batas normalEkstremitas : dalam batas normalGenitalia : dalam batas normal Status oftalmikusDextraOculiSinistra

NormalVisusnormal

Tidak dilakukanKoreksiTidak dilakukan

Dalam baats normalsupersiliaDalam batas normal

Edema (+) minimal, spasme (-)Palpebral superiorEdma (-), spasme (-)

edema (-), spasme (-)Palpebral inferiorEdema (-), spasme (-)

Dalam batas normalSiliaDalam batas normal

Baik kesegala arahGerak bola mataBaik kesegala arah

Eksoftalmus (-), endoftalmus (-)Bulbus oculiEksoftalmus (-), endoftalmus (-)

Hiperemis konjungtiva (+)Konjungtiva bulbiHiperemi konjungtiva (-)

Hiperemi (+)Konjungtiva fornicesHiperemi (-)

Hiperemi (+), sikatrik (-)Konjungtiva palpebraHiperemi (-), sikatrik (-)

Siliar injeksi (-)skleraSiliar injeksi (-)

Jernih, infiltrate (-), ulkus (-)korneaJernih, infiltrate (-), ulkus (-)

Kedalaman cukup, beningCamera oculi anteriorKedalaman cukup, bening

Kripta (+), warna coklatIrisKripta (+), warna coklat

Bulat, regular, sentral, 3mm, reflex cahaya (+)PupilBulat, regular, sentral, 3mm, reflex cahaya (+)

-Shadow test-

JernihLensaJernih

Tidak diperiksaFundus refleksTidak diperiksa

Tidak diperiksaCorpus vitreumTidak diperiksa

T (digital) NormalTension oculiT (digital) Normal

Dalam batas normalSystem canalis lakrimalisDalam batas normal

3. Assessment:Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien ini didiagnosis menderita konjungtivitis Oculi Dextra e.c Susp. Viral Infection dimana pasien mengeluhkan merah pada mata kanannya, dirasakan nyeri, keluar cairan berwarna bening, disertai bengkak pada kelopak mata bagian atas sejak 4 hari yang lalu.

4. Plan:Diagnosis : Dari tanda dan gejala kasus ini mengarah pada kasus Konjungtivitis Oculi Dextra e.c Susp Viral InfectionPengobatan : Pemberian obat tetes mata yang mengandung antibiotic dan inflamasi mendampingi prinsip utama penanganan konjungtivitis oculi dextra e.c susp viral infection.Pendidikan : Menjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan penyebab dari penyakit pasien dan penanganan yang akan dilakukan.

Presentasi KasusNoIsi Slide

1.Judul Kasus : Konjungitvitis Oculi Dextra e.c Susp Viral infectionNama Presentan: dr. Arwaini

2.PendahuluanKasus ini adalah asli, diangkat menjadi bahan diskusi karena konjungtivitis e.c susp viral infection merupakan kasus yang masih sangat sering terjadi pada semua usia. Konjungtivitis ini sangat mudah menular pada orang lain. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan pasien jatuh pada keadaan meradangnya kornea hinggat dapat menjadi ulkus kornea.

3.Data PasienNama : Nn. SUmur : 27 tahunJenis kelamin : perempuanNo. RM : Pekerjaan : -

4.Data BiologikTinggi Badan : 150 cmBerat Badan : 49 kg

5.Data KlinisAnamnesis Terfokus Diagnostik: Mata kanan merah disertai rasa nyeri sejak 4 hari yang lalu Keluar kotoran yang cairan berwarna bening Bengkak pada kelopak mata disertai sedikit rasa gatal

Anamnesis Penyakit DD Mata silau disangkal oleh pasien Penglihatan kabur disangkal oleh pasien

6.Pemeriksaan Jasmani Tanda VitalSensorium : Kompos MentisKeadaan Umum : Sedang sakitNadi : 80 x/menitRR : 18 x/menitSuhu : 370 CTekanan Darah : 120/80 mmHg Pemeriksaan FisikKulit : hangat, turgor kulit baikMata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)Mulut : dalam batas normalParu, jantung dan abdomen : dalam batas normalEkstremitas : dalam batas normalGenitalia : dalam batas normal Status oftalmikusDextraOculiSinistra

NormalVisusnormal

Tidak dilakukanKoreksiTidak dilakukan

Dalam baats normalsupersiliaDalam batas normal

Edema (+) minimal, spasme (-)Palpebral superiorEdma (-), spasme (-)

edema (-), spasme (-)Palpebral inferiorEdema (-), spasme (-)

Dalam batas normalSiliaDalam batas normal

Baik kesegala arahGerak bola mataBaik kesegala arah

Eksoftalmus (-), endoftalmus (-)Bulbus oculiEksoftalmus (-), endoftalmus (-)

Hiperemis konjungtiva (+)Konjungtiva bulbiHiperemi konjungtiva (-)

Hiperemi (+)Konjungtiva fornicesHiperemi (-)

Hiperemi (+), sikatrik (-)Konjungtiva palpebraHiperemi (-), sikatrik (-)

Siliar injeksi (-)skleraSiliar injeksi (-)

Jernih, infiltrate (-), ulkus (-)korneaJernih, infiltrate (-), ulkus (-)

Kedalaman cukup, beningCamera oculi anteriorKedalaman cukup, bening

Kripta (+), warna coklatIrisKripta (+), warna coklat

Bulat, regular, sentral, 3mm, reflex cahaya (+)PupilBulat, regular, sentral, 3mm, reflex cahaya (+)

-Shadow test-

JernihLensaJernih

Tidak diperiksaFundus refleksTidak diperiksa

Tidak diperiksaCorpus vitreumTidak diperiksa

T (digital) NormalTension oculiT (digital) Normal

Dalam batas normalSystem canalis lakrimalisDalam batas normal

7.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan sitology konjungtiva Polymerase chain reaction (PCR)

8.DiagnosisKonjungtivitis ec susp viral infection

9.Strategi Penanganan Masalah Non Medikamentosa: Menjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan penyebab dari penyakit pasien serta rencana tatalaksana selanjutnya Medikamentosa: memberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotic dan kortikosteroid

10.Konsultasi dan RujukanTidak diperlukan

11.Penjelasan untuk pasien dan keluargaKonjungtivitis sangat mudah menular, sehingga pada kasus ini harus diperhatikan kebersihan tangan pada saat menyentuh mata. Pada pengobatan konjungtivitis yang inadekuat dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada kornea. Kornea yang rusak akan menyebabkan gangguan terhadap penglihatan. Kerusakan yang berkelanjutan dapat menembus hingga lensa, yang menyebabkan terjadinya katarak. Dan komplikasi yang lebih jarang terjadi, akan tetapu mempunyai kemungkinan hal ini terjadi adalah glaucoma. Apabila glaucoma terjadi lapang pandang pasien akan semakin berkurang.

12.Peran pasien dan keluarganya dalam penanganan masalahMematuhi aturna minum obat untuk mengurangi keluhan yang ada serta mematuhi saran-saran yang diberikan agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit.

13.Identifikasi resiko dan pencegahannya

14.Ilmu Dasar KedokteranKonjungtivitis merupakan peradangan pada kunjungtiva. Penyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus varicella-zoster (VSV), picornavirus, poxvirus, serta Human Immunodeficiency Virus. Infeksi oelh picornavirus menyebabkan konjungtivitis hemoragika akut yang secara klinis mirip dengan infeksi oelh adenovirus namun lebih parah dan hemoragik. Molluscum kontangiosum dapat menyebabkan konjungitvitis kronis yang terjadi akibat shedding partikel virus dari lesi ke dalam sakus konjungtiva.

EpidemiologiDi Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan penyakit Tuberculosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta dengan kondisi lingkungan yang tida hygiene. Pada orang dewasa juga dapat dijumpai tetapi lebih jarang.

Patogenesis Mekanisme pasti bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberculin, Staphylococcus aureus, Coccidioides, Chlamydia,acne rosaea, beberapa jenis parasite interstitial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik. Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oelh flikten rusak, membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut. Flikten khas biasanya unilateral pada atau didekat limbus, pada kunjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi dnegan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak menimbulkan jaringan parut. Ajringan parut fibrovskular kornea bilateral limbus cenderung membesar kebawah daripada ke atas mungkin mengidikasikan flikten sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea seing rekuren, dan migrasi sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforassi.

Manifestasi KlinisTanda-tanda konjungtivitis, yakni: Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak Produksi air mata berlebihan (epifora) Kelopak mata bagian atas Nampak menggelantung seoalh akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangn sel-sel konjungtiva bagian atas. Pembesaran pembuluh darah dikonjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi spesifik peradangan Pembengkakan kelenjar di konjungtiva dan sekitarnya Terbentuknya membrane oleh proses koagulasi fibrin Dijumpai secret dengan beragai bentuk (kental hingga bernanah)Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bias membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah mata berair, nyeri, gatak, pandangan kabur, peka terhadap cahaya dan terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk konjungtivitis viral adalah kultur dengan pemeriksaan sitology konjungtiva yang dilakukan pada infeksi yang menahun sering mengalami kekambuhan. Pada reaksi konjuntiva yang atipikal serta terjadi kegagalan respon terhadap pengobatan yang diberikan sebelumnya. Pengecatan giemsa juga dapat dilakukan. Pada konjungtivitis virus ditemukan sel mononuclear dan limfosit. Inokulasi merupakan teknik pemeriksaan dengan memaparkan organisme penyebab kepada tubuh manusia untuk memproduksi kekebalan terhadap penyakit itu. Deteksi terhadap antigen virus dan klamidia dapat dipertimbangkan. PCR merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengisolasi virus dan dilakukan pada fase akut;

Penatalaksanaan:Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfacetamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotika (Gentamycine 0,3%, chloramphenicol 0,5%). Konjungtivitis karena jamur jarang sedangkan karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi diobati dengan antihistamin (antazidine 0,5%, rapazoline 0,05%) atau kortikosteroid (misalnya deksametasone 0,1%). Penanganan dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki hygiene kelopak mata. Pembersihan kelopak mata 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan serta mengurangi gejala pada kasus ringan.

KomplikasiJika tidak ditangani dengan tepat konjungitvitis dapat menimbulkan komplikasi: Glaukoma Katarak Ablasi retina Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis Pada konjungtivitis purulenta berupa ulkus kornea Pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan dan menjadi buta Konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikatrik dapat mengganggu penglihatan.

Ilmu Kedokteran KomunitasEdukasi terhadap pasien yaitu: Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang sakit jika terasa gatal Hindari menyentuh mata sehat selama masa pengobatan Menggunakan kacamata saat keluar rumah Membersihkan kotoran mata dengan kapas yang direndam menggunakan air hangat Menggunakan obat secara teratur Control teratur ke puskesmas, jika terjadi gangguan ketajaman penglihatan