portofol diaper rash

Embed Size (px)

DESCRIPTION

portofol diaper rash

Citation preview

BAB I

KASUSNama Penderita

: An. Nayla Erina YuniartiUmur

: 1 TahunJenis Kelamin : PerempuanDokter Muda Pembina : Lastri Ronauli Sitompul, S.Ked

A. Anamnesis

(Autoanamnesis dengan pasien pada Tanggal 10 Juli 2015)

Keluhan Utama

Rumah kemerahan di daerah kemaluanKeluhan Tambahan

Gatal pada ruamRiwayat Perjalanan Penyakit

Seorang anak 1 tahun dibawa ibunya berobat ke Puskesmas Merdeka dengan keluhan utama ruam kemerahan di daerah kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal pada daerah ruam ada sehingga pasien sering menggaruk kulit daerah kemaluannya. Demam disangkal, alergi disangkal, batuk pilek disangkal, ruam di kulit bagian tubuh lain disangkal. Ibu pasien mengaku ruam kemerahan mulai timbul semenjak pasien menggunakan popok selama 1 hari penuh tanpa diganti. Ibu pasien mengaku selalu mencuci bagian kemaluan pasien dengan sabun setiap kali mandi, BAK, dan BAB serta memberikan bedak di daerah yang merah. Pasien kemudian dibawa berobat ke Puskesmas Merdeka.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkalRiwayat penyakit Keluarga

Riwayat keluarga pasien menderita penyakit dengan keluhan yang sama disangkalRiwayat PengobatanSebelum ke Puskesmas, pasien belum diberi minum obat atau menggunakan obat apapunRiwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan anak dari ayah yang bekerja sebagai karyawan dengan penghasilan sekitar 2 juta/ bulan dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Kesan status ekonomi : menengahRiwayat Higienitas Rumah dan Keluarga

Penderita tinggal di rumah sendiri bersama ayah dan ibu serta kakak pasien. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang makan. Kamar tidur memiliki satu jendela dan di ruang tamu ada 2 jendela. Aktivitas memasak, mencuci, dan mandi menggunakan air PDAM dan sumur. Air minum yang digunakan berasal dari air galon isi ulang.Kesan: Ventilasi dan sanitasi baik

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan

: cukup bulan

Partus

: spontan

Ditolong oleh

: bidan

Berat Badan lahir

: 2600 gram

Panjang badan

: 47 cm

Keadaan saat lahir

: langsung menangis

Riwayat Perkembangan :

Tengkurap: 4 bulan

Merangkak: 9 bulan

Duduk: 11 bulan

Berdiri: 13 bulan

Berjalan: 14 bulan

Berbicara: 12 bulan

Kesan: Riwayat perkembangan sesuai usiaRiwayat makanan:

ASI

: lahir 6 bulan

Bubur susu : 6 bulan sekarang

Riwayat makan saat ini: Penderita mengkonsumsi bubur susu dan ASI. Frekuensi makan 3 kali perhari (pagi, siang dan malam), banyaknya 1 mangkok setiap kali makan. Penderita tidak makan sendiri melainkan disuapi oleh ibu penderita dan penderita selalu menghabiskan makanan yang diberikan.

Kesan : kuantitas dan kualitas makan baik

Riwayat Imunisasi

BCG

= 1x

Hepatitis B = 4x

DPT

= 4x

Polio

= 4x

Campak

= 2x

Kesan : Imunisasi dasar lengkapB. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah: tidak diukur

Nadi

: 89 x/menit

Pernapasan

: 22 x/menit

Suhu

: 36,20C

Berat badan

: 8,2 kg

Tinggi Badan: 77 cmBB/U

: < -3 SD (normal)

TB/U

: di antara -1 s.d -2 SD (normal)

BB/TB

: di antara -1 s.d -2 SD

Status Gizi

: Status gizi kurang

Keadaan spesifik

Kepala

Kulit kepala

: tidak ada kelainan

Mata

: konjungtiva palpebra anemis tidak ada,

sklera ikterik tidak ada, pupil bulat, isokor.

Hidung

: sekret tidak ada

Telinga

: sekret tidak adaTenggorokan: arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1 T1, faring hiperemis (-)

Leher

: pembesaran KGB submandibular (-/-)

Thorax

: Inspeksi: simetris, retraksi tidak ada.

Palpasi

: Batas jantung: dalam batas normal Paru

: dalam batas normal

Auskultasi:

Jantung : bunyi jantung I-II reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru: suara napas vesikuler menurun, ronkhi tidak ada, wheezing eskpirasi ada pada kedua lapangan paruAbdomen:

Inspeksi: Datar, simetris, lemas.

Palpasi: hepar,lien; tidak teraba.Perkusi: timpani

Auskultasi: bising usus normal

Kulit

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: akral hangat, edema tidak ada

KGB

: tidak ada pembesaran pada KGB regio

coli, aksila dan inguinal.

Genitalia: tampak makula eritem, multipel, ireguler, plakat, diskret.C. Diagnosis Banding

Dermatitis popokDermatitis seboroik infantilD. Diagnosis Kerja

Dermatitis popokE. Terapi

Umum : Melaksanakan KIE (Konseling, informasi, dan edukasi ) kepada pasien dan keluarga : Menjelaskan mengenai apa penyakit dermatitis popok tersebut : penyakit dermatitis popok disebabkan oleh jamur yang berkembang di lingkungan lembab, seperti daerah kemaluan Mengedukasi ibu pasien untuk menghindari faktor pencetus seperti pemakaian popok dalam waktu lama, kurang sering membersihkan dan mengganti popok yang telah kotor Mengedukasi ibu pasien untuk menjaga kebersihan dan kekeringan daerah kemaluan dan lipat paha pasien dengan tidak melakukan pencucian dan penggosokan daerah bekas popok secara berlebihan, mencuci daerah kemaluan dan lipat paha dengan air hangat. Menyarankan ibu pasien untuk menggunakan popok dengan daya serap tinggi untuk anaknya guna mengurangi kelembapan daerah popok Khusus : Sistemik: - CTM tab 1x tab - Hidrokortison salepF. Prognosis

Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Functionam: Bonam

Quo ad Sanationam: BonamBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISIDiaper rash merupakan kelompok dermatosis spesifik, yang merupakan satu dari sekian banyak kasus dermatologik yang terjadi pada bayi dan anak-anak, tercatat 1 juta anak menderita diaper rash tiap tahunnya.1

Diaper rash disebut juga ruam popok, diaper dermatitis atau napkin dermatitis yang menggambarkan terjadinya erupsi inflamasi pada daerah yang tertutupi popok yaitu pada daerah paha, bokong, dan anal . Penyakit ini merupakan salah satu penyakit kulit tersering yang timbul pada bayi dan anak-anak yang popoknya selalu basah dan jarang diganti, dapat pula terjadi pada pasien-pasien inkontinensia yang memerlukan popok untuk menampung urin ataupun feses. Sebagian besar kasus diaper rash tidak berlangsung lama dan dapat diatasi dengan penanganan sederhana yang bisa dilakukan di rumah.2, 3

2.2. EPIDEMIOLOGI

Diaper dermatitis merupakan salah satu dari sekian banyak masalah kulit yang terjadi pada bayi dan anak-anak akibat penggunaan popok, yaitu sekitar 7-35% terjadi pada bayi. Etiologi dari diaper dermatitis bersifat multifaktorial. Faktor yang paling utama akibat peningkatan kelembaban pada daerah kulit yang berlangsung lama. Prevalensi tertinggi yaitu pada bayi umur 6-12 bulan, tetapi dapat pula terjadi diberbagai umur pada mereka yang menggunakan popok akibat inkontinensia urin atau alvi. Kondisi ini dapat sembuh sendiri ketika anak sudah memasuki masa toilet-trained, yaitu sekitar umur 2 tahun.2, 4

Iritant diaper dermatitis dan Candida diaper dermatitis merupakan jenis diaper dermatitis yang paling banyak terjadi pada setiap umur akibat penggunaan popok. Prevalensi diaper rash sebanyak 4% dari kasus dermatologi pediatrik dan lebih sering ditemukan pada bayi dan anak-anak hingga berumur 2 tahun.5Diaper rash biasanya mengenai individu yang daya tahan tubuhnya terganggu. tidak ada kematian yang berhubungan dengan diaper dermatitis selama di diagnosis dengan benar, namun kesalahan diagnosis ruam sebagai diaper dermatitis mengarah pada morbiditas dan mortalitas yang signifikan akibat kesakitan yang serius.6

2.3 ETIOLOGI

Diaper rash disebabkan oleh infeksi jamur yang disebut Candida dan banyak mengenai anak-anak. Candida dapat hidup dilingkungan mana saja, dapat berkembang baik di daerah yang hangat, lembab seperti dibawah popok. Jamur tersebut biasanya terdapat pada bayi-bayi yang tidak terjaga kebersihan dan kekeringannya, bayi yang sedang mendapat antibiotik atau melalui ASI dari ibu yang sedang mendapatkan terapi antibiotik, frekuensi buang air besar yang sering.6

Faktor yang mendasari terjadinya iritasi pada kulit, meliputi derajat kelembapan ( kulit yang basah lebih mudah mengalami kerusakan), peningkatan pH ( kulit yang alkalis dapat meningkatkan penetrasi mikroorganisme dan aktivitas fecal enzim), kolonisasi mikroorganisme (staphylococcus aureus atau candida), dan riwayat keluarga mengenai keadaan dermatologik primer ( psoriasis, eksema, atau dermatitis seboroik).7

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya diaper rash, antara lain:1. Maserasi

Stratum korneum menentukan fungsi pertahanan (barrier) pada epidermis. Stratum korneum terdiri atas sel yang akan berhenti mengelupas dan memperbarui diri pada siklus 12-24 hari. Matriks ekstraselular hidrofobik berperan sebagai barier, mencegah kehilangan cairan dan sebagai tempat masuknya air dan bahan hidrofilik lainnya. Sel hidrofilik pada stratum korneum (korneosit) memberikan perlindungan mekanis dari lingkungan luar dalam bentuk lapisan lilin.2

Keadaan basah yang berlebihan akan memberikan dampak berat pada stratum korneum. Pertama, keadaan ini akan membuat permukaan kulit menjadi pecah-pecah dan lebih sensitif terhadap gesekan. Kedua, keadaan ini mengganggu fungsi perlindungan, menambah penyerapan bahan iritan ke dalam lapisan sensitif pada kulit di bawah stratum korneum dan membuka lapisan ini sehingga menjadi kering dan menjadi tempat masuknya mikroorganisme. Oklusi kulit yang berkepanjangan dapat menimbulkan eritema, terutama jika air kontak dengan permukaan kulit dan akhirnya dapat terjadi dermatitis.2

2. Gesekan

Gesekan antara kulit dan popok merupakan faktor penting dalam beberapa kasus diaper rash. Hal ini didukung oleh predileksi tersering diaper rash yaitu di tempat yang paling sering terjadi gesekan, misalnya pada permukaan dalam paha, permukaan genital, bokong dan pinggang.2, 8

3. UrinBayi yang baru lahir mengeluarkan urine lebih dari 20 kali dalam 24 jam. Frekuensi berkemih ini berkurang seiring pertumbuhan dan mencapai 7 kali dalam 24 jam pada umur 12 bulan.2

Selama beberapa tahun, amonia dipercaya sebagai penyebab utama terjadinya diaper rash. Namun sekarang telah diketahui bahwa amonia bukan penyebab utama terjadinya diaper rash. Jumlah mikroorganisme terkait amonia tidak berbeda antara bayi dengan atau tanpa diaper rash. Hal ini menunjukkan bahwa hasil degradasi urine lainnya selain amonia memegang peranan penting pada kejadian diaper rash. Suatu penelitian membuktikan bahwa urin yang disimpan selama 18 jam pada suhu 37o C dapat menginduksi terjadinya dermatitis ketika diberikan pada kulit bayi. Saat ini jelas bahwa pH urin memegang peranan penting pada penyakit ini. Urin yang memiliki pH tinggi (alkalis) pada bayi dapat menimbulkan irritant napkin dermatitis.2, 4

4. Feses

Telah diketahui selama bertahun-tahun bahwa feses manusia memiliki efek iritan pada kulit. Pada feses bayi terdapat protease, pankreas, lipase, dan enzim-enzim lainnya yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus. Enzim ini berperan penting dalam proses terjadinya iritasi kulit. Efek iritan dari enzim tersebut semakin meningkat dengan adanya kenaikan pH dan gangguan fungsi barier.2, 9

Urea yang diproduksi oleh berbagai bakteri pada feses dapat meningkatkan pH feses. Meningkatnya pH dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase dan protease pada feses.2, 8

Produksi feses cair yang berlebihan berhubungan dengan pemendekan waktu transit dan feses ini mengandung sejumlah besar sisa enzim percernaan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit.25. Mikroorganisme

Mikroorganisme seperti bakteri (Streptococcus dan Staphylococcus), dan jamur (Candida) dapat menyebabkan diaper rash.7Meskipun sering dinyatakan bahwa infeksi bakteri berperan penting dalam terjadinya napkin dermatitis tipe iritasi primer, studi kuantitatif menunjukkan bahwa flora bakteri yang diisolasi dari daerah yang mengalami erupsi tidak berbeda dengan bakteri yang diisolasi dibeberapa area kulit yang normal pada bayi.2, 10 Antibiotik Penggunaan antibiotik spektrum luas pada bayi dengan otitis media dan infeksi traktus respiratorius menunjukkan peningkatan insiden terjadinya irritant napkin dermatitis. Antibiotik dapat membunuh bakteri, baik flora normal maupun bakteri patogen. Ketidakseimbangan kedua bakteri ini, dapat menyebabkan infeksi jamur. Hal ini dapat terjadi ketika bayi mengkonsumsi antibiotik atau pemberian ASI oleh ibu yang mengkonsumsi antibiotik. Selain itu, kesalahan dalam penggunaan bahan topikal untuk melindungi kulit juga dapat meningkatkan resiko terjadinya diaper rash.2, 3

Kesalahan atau kurangnya perawatan kulitPenggunaan sabun mandi dan bedak yang salah dapat meningkatkan resiko terjadinya dermatitis iritan. Cara pembersihan dan pengeringan di daerah popok yang tidak tepat serta frekuensi penggantian popok yang jarang juga dapat menjadi faktor pencetus.6 Reaksi alergi

Alergennya biasanya adalah parfum dan bahan dari popok. Kulit yang mengalami iritasi terlihat berwarna merah, berbatas tegas dengan permukaannya terdapat vesikel dan erosi. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan berupa patch test untuk mengidentifikasi agen penyebab. Namun, secara umum reaksi alergi jarang menyebabkan diaper rash.8

Kelainan anomali pada traktus urinarius

Kelainan anomali pada traktus urinarius dapat menyebabkan terjadinya infeksi traktus urinarius.22.4 PATOFISIOLOGI

Etiologi pasti dari diaper rash belum dapat dijelaskan. Timbulnya ruam ini merupakan hasil kombinasi dari beberapa faktor yang terdiri dari keadaan lembab, gesekan, urin, feses dan adanya mikroorganisme. Secara anatomis, bagian kulit yang menonjol dan daerah lipatan menyulitkan pembersihan dan pengontrolan terhadap lingkungan. Bahan iritan utama adalah enzim protease dan lipase dari feses, dimana aktivitasnya akan meningkat seiring dengan kenaikan pH.2, 7

Aktivitas enzim lipase dan protease feses akan meningkat akibat percepatan transit gastrointestinal, oleh karena itu insiden tertinggi diaper rash terjadi pada bayi yang diare dalam waktu kurang dari 48 jam. Penggunaan popok menyebabkan peningkatan kelembaban kulit dan pH. Kondisi lembab yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya maserasi pada stratum korneum, lapisan luar, dan lapisan pelindung kulit yang berhubungan dengan kerusakan pada lapisan lipid interselular. Kelemahan integritas fisik membuat stratum korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh gesekan permukaan popok dan iritasi lokal.2, 4Kulit bayi mempunyai barier yang efektif terhadap penyakit dan memiliki permeabilitas yang sama dengan kulit orang dewasa. Berbagai studi melaporkan bahwa kehilangan cairan transepidermal pada bayi lebih rendah daripada kulit orang dewasa. Namun, kondisi yang lembab, kekurangan paparan udara, keasaman, paparan bahan iritan, dan meningkatnya gesekan pada kulit dapat menyebabkan kerusakan barier kulit.5

Pada kulit normal, pH berkisar antara 4,5-5,5. Ketika zat urea dari urin dan feses bercampur, enzim urease akan menguraikan urine dan menurunkan konsentrasi ion hidrogen (meningkatkan pH). Peningkatan pH juga menyebabkan peningkatan hidrogen pada kulit dan membuat permeabilitas kulit meningkat.11 2.5 GAMBARAN KLINIK

Sejauh ini, tipe diaper rash yang paling banyak adalah irritant diaper dermatitis. Dermatitis ini ditemukan pada siapa saja yang memakai popok, tanpa pengaruh umur. Predileksi yang paling sering adalah pada gluteal, genital, bagian bawah abdomen, pubis dan paha atas. Irritant diaper dermatitis menampakkan efloresensi berupa daerah eritema, lembab dan kadang timbul sisik pada genital dan gluteal, yang awalnya timbul pada daerah yang lebih sering kontak dengan popok.5, 12

2.6 DIAGNOSA BANDING1. Dermatitis seboroik Infantil

Terjadi pada beberapa minggu pertama kelahiran. Predileksi pada daerah lipatan kulit misalnya pada aksila, paha dan leher dan bahkan bisa pada wajah dan kulit kepala. Daerah flexural tampak lembab, dan dapat pula berupa eritema, berbatas tegas, terang, dan kadang ditemukan krusta kekuningan.2, 13

2. Defisiensi zink (acrodermatitis enterohepatica)

Acrodermatitis enteropathica merupakan penyakit autosomal resesif akibat defisiensi zink. Penyakit ini perlu dipikirkan pada beberapa bayi dengan dermatitis popok yang mengalami kegagalan terhadap terapi. Karakter lesi pada dermatitis akibat defisiensi zink ini berupa ruam merah, berbatas, seringkali melebar, di daerah kemaluan, anus atau wajah, serta alopesia yang meluas. Bayi dengan erupsi popok yang disebabkan oleh defisiensi zink biasanya muncul bersamaan dengan dermatitis fasial yang merupakan perluasan dari daerah perioral, paronikia erosif dan lesi erosi pada lipatan palmar telapak tangan. 6,12, 13

3. Napkin Psoriasis

Diaper rash tipe psoriasis terjadi selama 2 bulan dan berakhir 2-4 bulan. Ruam terdiri dari plak bentuk psoriasis pada area popok disertai papul satelit. plak merah terang berbatas tegas, tidak bersisik, dan berbatas tegas, baik terlokalisir maupun berkelompok di daerah intertriginosa/lipatan seperti ketiak juga merupakan ciri dari penyakit ini. Terkadang lesi pada punggung dan ekstremitas memiliki morfologi yang sama dengan lesi di area popok. 13

4. Histiositosis sel Langerhans

Penyakit ini memiliki ciri bintik-bintik ruam merah kecokelatan di daerah selangkangan, kemaluan, dan anus, seringkali mengiritasi kulit, dan sukar diobati. Berbentuk bulat besar, bersisik, dan menonjol pada kulit kepala atau leher. Terdapat tanda-tanda lain berupa demam, diare, atau pembesaran hati dan limpa.2

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap : Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan, terutama jika muncul gejala sistemik seperti demam dan jika dicurigai adanya infeksi sekunder. Jika ditemukan anemia bersama dengan hepatosplenomegali dan timbul ruam dapat dicurigai sebagai histiositosis sel Langerhans atau sifilis kongenital.5 Pemeriksaan serologi untuk sifilis dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita sifilis kongenital. 5 Kadar serum zink kurang dari 50 mcg/dl dapat ditemukan pada pasien dengan acrodermatitis enterohepatika.5 Pemeriksaan kerokan kulit. Pada pasien yang diduga candidiasis, pengikisan lesi papul atau pustul menunjukkan adanya pseudohifa, hifa dan blastospora dengan diameter 2-4 m dengan menggunakan larutan KOH 10%, larutan lugol atau air suling. 5, 11

Pemeriksaan histopatologi : biopsi kulit dilakukan untuk melihat struktur histologinya. Gambaran histologi diaper rash umumnya seperti dermatitis iritan primer dengan spongiosis epidermal dan inflamasi ringan pada lapisan dermis. 62.8 PENATALAKSANAAN

Terapi yang paling baik pada diaper rash adalah menjaga kebersihan dan kekeringan area popok.

`

2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi dari diaper rash yaitu ulkus punch-out atau erosi dengan tepi meninggi (Jacquet erosive dieper dermatitis), papul dan nodul pseudoverucous dan plak dan nodul violaceous (granuloma gluteale infantum). Jacquet erosive diaper rash memberikan gambaran eritema, skuama berlapis-lapis, terdapat fisura dan area erosi pada kulit yang kontak dengan popok.1, 15

Granuloma gluteal infantum merupakan penyakit yang tidak biasa dengan ciri nodul merah keunguan dengan ukuran yang berbeda-beda (0.5-0.3 cm) timbul pada area popok pada bayi umur 2-9 bulan. Pada pemeriksaan biopsi didapatkan infiltrat limfosit, sel plasma, netrofil, dan eosinofil. 6

2.10 PENCEGAHAN

Pencegahan merupakan tindakan yang paling baik. Tujuannya adalah untuk mengurangi kontak antara kulit dengan bahan iritan. Semakin sering popok diganti semakin kecil kemungkinan terkena diaper rash. Popok harus diganti segera setelah BAK/BAB untuk membatasi jumlah bahan iritan ini dan mencegah tercampurnya feses dan urin. Penggunaan popok dengan daya serap kuat mengurangi kelembaban pada daerah popok. 1

Pencucian dan penggosokan yang berlebihan pada daerah popok akan menimbulkan iritasi kulit. Setelah BAK/BAB, pencucian dapat dilakukan dengan air hangat dan pembersih ringan. 1,8Preparat protektif yang digunakan terdiri dari losion, krim atau ointment, yang mengandung emolien dapat ditambah dengan kaolin, talk atau zinc oxide. Penggunaan preparat ini akan mengurangi gesekan dan absorbsi bahan iritan. pH kulit sedikit lebih bersifat asam dan mendekati pH normal kulit dan berfungsi sebagai buffer terhadap pH yang lebih tinggi yang disebabkan oleh adanya amonia. Emolien digunakan 2-3 kali sehari.1

2.11 PROGNOSIS

Diaper rash hampir selalu menunjukkan respon yang baik terhadap terapi dan sebagian besar kasus dapat membaik jika tidak memakai popok dalam jangka waktu beberapa minggu. Dan jika tetap persisten kemungkinan didiagnosis dengan atopic eczema, psoriasis, zinc defisiensi, histiosit sel langerhans atau imunodefisiensi.2, 4BAB III

PENCEGAHAN/PEMBINAAN

A. Genogram Keluarga An. Nayla Tn. Achmad Rizal / 41 tahun

Ny. Emy Yuniarti / 38 tahun

Dimas Rafi Ahmad / 9 tahun

Nayla Erina Yuniarti / 1 tahunB. Home Visite (9 Fungsi Keluarga)

1. Fungsi holistik, merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis, fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.

Fungsi biologis : Dari wawancara yang dilakukan, tidak didapatkan riwayat penyakit yang menurun yaitu seperti thalasemia, hemofilia, dan lainnya. Di keluarga ini juga tidak terdapat penyakit menular, maupun penyakit kronis. Dengan demikian dapat disimpulkan fungsi biologis keluarga An. Nayla Erina Yuniarti baik.

Fungsi psikologis: Keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik, tidak terdapar kesulitan dalam menghadapi setiap masalah yang ada pada keluarga, serta hubungan antara anggota keluarga yang harmonis.

Fungsi sosial ekonomi: Dari wawancara didapatkan bahwa ibu An.Nayla Erina Yuniarti merupakan seorang ibu rumah tangga, suaminya Tn.Ahmad Rizal merupakan karyawan. Keluarga ini berperan aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, ekonomi keluarga ini tergolong sederhana.

Keluarga Tn.Ahmad mengaku tidak pernah mengalami konflik dengan tetangga sekitar dan sering ikut berpartisipasi di dalam kegiatan di sekitar rumahnya, seperti membantu untuk kerja bakti membersihkan lingkungan, dan membantu persiapan acara resepsi pernikahan tetangga, anak anak juga sering bermain bersama tetangga. Dari sudut pandang sosial, keluarga Tn. Ahmad memiliki sosialisasi yang baik.

2. Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

Adaptation : Keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu dengan yang lainnya.

Partnership : Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

Affection: Interaksi dan hubungan kasih sayang antara anggota ini sudah terjalin dengan baik

Resolve: Keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan sering menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga lainnya.

Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 8, dengan interpretasi Baik. (data terlampir).3. Fungsi patologis dinilai dengan SCREEM score.

Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah cukup baik.

Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup terhadap budaya, tata krama, dan sopan santun.

Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Economic, status ekonomi keluarga ini berkecukupan.

Educational, tingkat pendidikan keluarga ini cukup ayah tamatan SMA dan ibu tamatan SMA. Anak pertama masih bersekolah di tingkat SD, anak kedua belum sekolah.Medical, keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai.

4. Fungsi hubungan antarmanusia

Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan baik.

5. Fungsi keturunan (genogram)

Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan di atas)

6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)

Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini kurang baik, An. Nayla sering menggunakan popok dalam waktu lama tanpa diganti dan dibersihkan. Ibu An. Nayla sering menggosok daerah popok secara berlebihan. Sikap sadar akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminkan pola hidup sehat kurang dilakukan. Keluarga ini memerlukan penyuluhan dan promosi kesehatan dalam hal pencegahan primer, yaitu early diagnosis and prompt treatment, agar dapat menurunkan morbiditas dan mengoptimalkan activity daily living (ADL).

7. Fungsi nonperilaku (lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)

Lingkungan cukup sehat dan para tetangga juga menjalin kerjasama dengan baik, namun keluarga ini menjalin kerjasama yang baik dengan para tetangga. 8. Fungsi indoor

Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat kesehatan, lantai dan dinding dalam keadaan bersih tetapi ventilasi, sirkulasi udara dan pencahayaan kurang baik, sumber air bersih jauh dari rumah, jamban ada di dalam rumah, pengelolaan sampah dan limbah kurang baik.

9. Fungsi outdoor

Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah dengan jalan raya cukup jauh, tidak ada kebisingan disekitar rumah, jarak rumah dengan sungai juga cukup jauh, dan tempat pembuangan umum jauh dari lokasi rumah.

C. Upaya Pencegahan dan PembinaanUpaya pencegahan dan pembinaan yang saya ajukan selaku Pembina kesehatan keluarga Tn.Ahmad dapat ditinjau dari beberapa aspek.

a. Diseased-oriented point of viewDalam rangka tatalaksana penyakit pasien berupa dermatitis popok, saya membagi penatalaksanaan menjadi dua bagian utama, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus. Pada penatalaksanaan umum, saya menekan pada konsep komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, penyebab penyakit, hal-hal yang dapat memperberat penyakit, cara pencegahan, dan tatalaksana awal saya berikan kepada pasien. Saya juga menekankan pentingnya kepatuhan di dalam penatalaksanaan di dalam mencapai kesembuhan yang optimal. Penatalaksanaan khusus yang saya berikan pada pasien berupa medikamentosa dan suportif. Terapi farmakologis untuk dermatitis popok adalah CTM (Chlorpheniramin Maleat) untuk mengatasi rasa gatal dan salep hidrokortison untuk mengatasi peradangan pada kulit yang sakit, dikarenakan obat ini relatif lebih aman dipakai dan harganya terjangkau/tersedia di puskesmas.

b. Preventive medicine point of view

Dalam rangka meningkatkan health literacy pasien, saya mengedukasi pentingnya pencegahan pada pasien. Dan apabila telah terjadi penyakit, maka segeralah berobat ke puskesmas untuk early diagnosis and prompt treatment. Hal ini akan mengurangi morbiditas dan mengoptimalkan activity of daily living (ADL) pasienDAFTAR PUSTAKA

1.Wolff K, Lowell A, Katz S, Paller A, Leffell D. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. ke-7 ed. United States: The McGraw-Hill Companies; 2008. p. 942-43

2.Rook's, Wilkinson. Eczematou eruptions in the newborn. In: Burns T, Breathnach S, editors. Rooks' TEXBOOK OF DERMATOLOGY. 7 ed. USA: Blackwell Science Ltd; 2004. p. 14.22-14.27.

3.Dermatology AOCo. Diaper Dermatitis. Available at: URL: http://www.aocd.org/skin/dermatologic_diseases/index.html. Accessed 2011.

4.James W, Berger T, Elston D. Atopic Dermatitis, Eczema, and Noninfectious Immunodeficiency Disorders. In: Andrews' disease of the skin : CLINICAL DERMATOLOGY. USA: Waunders Company; 2006. p. 80-81.

5.Driesch P. Candidiasis. In: Herxheimer A, editor. Evidence-based Drmatology London: BMJ Books; 2003. p. 490-494.

6.Tallia A, Scherger J. Diaper Rash. Available at: URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000964.htm. Accessed 2 september, 2009.

7.Dunitz M. Skin Care For Children. In: Baran R, editor. Cosmetic Dermatology. USA: Dunitz, M in the United Kingdom; 1994. p. 349-355.

8.Diaper Rash. WebMD Community. Available at: URL: http://children.webmd.com/guide/diaper-rash. Accessed.

9.Bolognia J. Classification of Irritant Chemicals. In: Schaffer J, editor. Dermatology. 2 ed. USA: Mosby; 2008. p. 1-7.

10.Nelson E. Kandidiasis. In: Wahab S, editor. Ilmu Kesehatan Anak. 15 ed. Jakarta: EGC; 1999. p. 663-664.

11.Kuswadji. Kandidosis. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 5 ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 108-109.

12.Habif T. Diaper Candidiasis. In: Hodgson S, Cook L, editors. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4 ed. USA: Mosby; 2004. p. 448-449.

13.Horii K, Prissick T. Patient information : Diaper rash in infants and children. Available at: URL: www.uptodate.com. Accessed.

14.Marks R. ROXBURGH'S Common Skin Diseases. In: Koster J, editor. Skin Problem in infancy and old age. New York: Arnold; 2003. p. 228-231.

15.Weller R, Hunter J, Savin J, Mark D. Eczema and Dermatitis. In: Clinical Dermatology. 4 ed. Australia: Balckwell; 2008. p. 102-103.

Lampiran 1Kondisi Rumah

Lampiran 2

APGAR Score

0 : jarang/tidak sama sekali

1 : kadang-kadang

Variabe PenilaianAPGAR AyahAPGAR IbuAPGAR Anak

Adaptation222

Partnership221

Growth211

Affection121

Resolve122

Total897

2 : sering/selalu

Interpretasi : 5 : kurang, 6-7 (cukup), dan 8-10 (baik)

Rata-rata Apgar Score: 8 (baik)

Lampiran 3

SCREEM score

Variabel PenilaianPenilaian

SocialInteraksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah cukup baik.

CultureKeluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup terhadap budaya, tata krama, dan perhatian terhadap sopan santun.

ReligiousKeluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

EconomicStatus ekonomi keluarga ini berkecukupan.

EducationalTingkat pendidikan keluarga ini cukup tinggi ayah tamatan SMA dan ibu tamatan SMA. Anak pertama di tingkat SD, anak kedua belum sekolah

MedicalKeluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang memadai.

Lampiran 4

Lingkungan Indoor

Gambar 8 Infantile gluteal granulomas di pubis pada bayi umur 6 bulan. 6

Gambar 5 Jacquet erosive diaper rash 15

Gambar 5 Histiositosis sel Langerhans pada bayi menunjukkan erupsi yang tipikal pada abdomen , dermatitis seboroik pada paha dan adanya erupsi popok.8

Gambar 4 Napkin psoriasis ADDIN EN.CITE Rook20043335RookWilkinsonBurns, TBreathnach, SEczematou eruptions in the newbornRooks' TEXBOOK OF DERMATOLOGY14.22-14.271-47142004USABlackwell Science LtdRook20043335RookWilkinsonBurns, TBreathnach, SEczematou eruptions in the newbornRooks' TEXBOOK OF DERMATOLOGY14.22-14.271-47142004USABlackwell Science Ltd2

Gambar 3 Defisiensi zink (acrodermatitis enterohepatica) 8

Gambar 2 Dermatitis seboroik pada bayi10

Gambar 1 eritema iritan di daerah popok pada lipatan kulit.

Bagan 1 Patogenesis primary irritant napkin dermatitis 1

Foto Tim Home Visit bersama Ny. Emy dan An.Nayla di ruang tamu

Kamar

1

Dapur

R.Makan

Ruang Keluarga/ Ruang Tamu

WC

Kamar

2

31