Upload
yogi-fr
View
65
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
POLISAKARIDA PADA PRODUK PANGAN
SELAI
oleh
Yogi Fathur Rohman
NIM 121710101131
THP C
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
POLISAKARIDA PADA PRODUK PANGAN SELAI
Morin merupakan makanan sejenis
selai. Makanan tersebut mengandung
polisakarida yaitu pektin.
A. PEKTIN
Pektin merupakan senyawa
polisakarida dengan komponen utama
polimer asam α-D-galakturonat (Gambar 3) tetapi terdapat juga D-
galaktosa, L-arabinosa, dan L-ramnosa dalam jumlah yang beragam dan
kadang terdapat gula lain dalam jumlah kecil yang dihubungkan dengan
ikatan α-1,4 glikosidik . Beberapa gugus karboksilnya dapat teresterifikasi
dengan metanol. Polimer asam
anhidrogalakturonat tersebut merupakan
rantai lurus atau tidak bercabang. Jumlah unit
asam anhidrogalakturonat setiap rantai adalah 100 sampai
lebih dari 1000. Rata-rata panjang rantai berbeda dari satu
tanaman atau jaringan ke jaringan yang lain dan berubah
sesuai dengan perkembangan jaringan
Pektin mengandung gugus metil ester pada konfigurasi
atom C-2 . Komponen minor berupa polimer unit-unit α-L-
arabinofuranosil bergabung dengan ikatan α-L-(1-5).
Komponen minor lainnya adalah rantai lurus dari unit-unit β-D-galaktopiranosil yang
mempunyai ikatan 1-4. 2
Struktur pektin memiliki kemiripan dengan struktur selulosa. Perbedaan antara
keduanya ialah pektin memiliki gugus metil ester sedangkan selulosa tidak. Selulosa yang
bersumber dari kayu, kapas, maupun selulosa mikrobial dapat dimodifikasi menjadi selulosa
asetat melalui reaksi sebagai berikut:
Selulosa asetat tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat membran
organik. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk mencoba membuat pektin asetat dengan
memodifikasi gugus fungsi pektin sehingga diharapkan produk sintesis yang diperoleh dapat
diterapkan sebagai bahan baku pembuat membran. Membran organik dapat dibuat dari
polimer yang memiliki massa molekul yang besar. Polimer yang biasa digunakan sebagai
bahan baku membran adalah selulosa asetat, turunan selulosa, poliakrilonitril, poliamida,
polisulfon, poliestersulfon, dan poliolefin
B. Sifat Fisis dan Kimia Pektin
Pektin merupakan zat berbentuk serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih kekuningan,
tidak berbau, dan memiliki rasa seperti lendir. Pektin kering yang telah dimurnikan berupa
kristal yang berwarna putih dengan kelarutan yang berbeda-beda sesuai dengan kandungan
metoksilnya. Pektin yang mempunyai kadar metoksil tinggi larut dalam air dingin sedangkan
pektin bermetoksil rendah larut dalam alkali dan asam oksalat. Kelarutan pektin dalam air
ditentukan oleh jumlah gugus metoksil, distribusinya, dan bobot molekulnya. Secara umum,
kelarutan akan meningkat dengan menurunnya bobot molekul dan meningkatnya gugus metil
ester. Namun pH, suhu, jenis pektin, garam, dan adanya zat organik seperti gula juga
mempengaruhi kelarutan pektin.
Sifat-sifat fisis seperti kelarutan, viskositas, dan kemampuan membentuk gel
bergantung pada ciri kimia pektin seperti derajat esterifikasi, bobot molekul, ditambah
dengan senyawa kimia yang merupakan bagian dari molekul pektin. Menyatakan bahwa
viskositas larutan pektin mempunyai kisaran cukup lebar bergantung pada konsentrasi pektin,
pH, garam, ukuran rantai asam poligalakturonat, derajat esterifikasi, dan bobot molekul. Bila
suhu meningkat, viskositas larutan pektin menjadi berkurang.
Pektin bersifat asam dan koloidnya bermuatan negatif karena adanya gugus karboksil
bebas. Larutan 1% pektin yang tidak ternetralkan akan memberikan pH 2,7-3,0. Larutan
pektin stabil pada pH 2,0-4,0. Pada pH lebih dari 4,0 atau kurang dari 2,0, viskositas dan
kekuatan gelnya akan berkurang karena terjadi depolimerisasi rantai pektin. Pektin dapat
mengalami saponifikasi dan degradasi melalui reaksi β-eliminasi pada kondisi basa.
Degradasi dan dekomposisi pektin juga dapat disebabkan oleh adanya oksidator seperti asam
periodat, klorin dioksida, bromin, permanganat, asam peroksida, dikromat, dan asam
askorbat. Kecepatan degradasi bergantung pada suhu, pH, dan konsentrasi oksidator. Larutan
pektin lebih cepat mengalami degradasi dibanding tepung pektin.
Sifat penting pektin adalah kemampuannya membentuk gel. Pektin metoksil tinggi
membentuk gel dengan gula dan asam, yaitu dengan konsentrasi gula 58- 75% dan pH 2,8-
3,5. Pembentukan gel terjadi melalui ikatan hidrogen di antara gugus karboksil bebas dan di
antara gugus hidroksil. Pektin bermetoksil rendah tidak mampu membentuk gel dengan asam
dan gula tetapi membentuk gel dengan adanya ion-ion kalsium. Mekanismenya adalah
adanya hubungan yang terjadi antara molekul pektin yang berdekatan dengan kation divalen
membentuk struktur tiga dimensi melalui pembentukan garam dengan gugus karboksil
pektin.
C. Kegunaan Pektin Dalam Bahan
Pektin digunakan sebagai pembentuk jeli, selai, pengental. Pektin cukup luas dan
banyak kegunaannya baik dalam industri pangan maupun nonpangan. Pektin berkadar
metoksil tinggi digunakan untuk pembuatan selai dan jeli dari buah-buahan, pembuatan
kembang gula bermutu tinggi, pengental untuk minuman dan sirup buah-buahan, serta
digunakan dalam emulsi flavor dan saus salad. Pektin dengan kadar metoksil rendah biasa
digunakan dalam pembuatan saus salad, puding, gel buah-buahan dalam es krim, selai, dan
jeli. Pektin berkadar metoksil rendah efektif digunakan dalam pembentukan gel saus buah-
buahan beku karena stabilitasnya yang tinggi pada proses pembekuan, thawing dan
pemanasan, serta digunakan sebagai penyalut dalam banyak produk pangan.
Pektin bisa digunakan sebagai zat penstabil emulsi air dan minyak. Pektin juga
berguna dalam persiapan membran untuk ultrasentrifugasi dan elektrodialisis. Dalam industri
karet pektin berguna sebagai bahan pengental lateks. Pektin juga dapat memperbaiki warna,
konsistensi, kekentalan, dan stabilitas produk yang dihasilkan.