Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Matakuliah Manajemen SDA

Citation preview

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di masa lalu Bengawan Solo mempunyai peranan yang sangat penting sebagai

    prasarana transportasi penghubung daerah pedalaman (bagian hulu) dan pelabuhan di

    Pantura Gresik (bagian hilir), sehingga berkembang desa-desa penambangan yang

    merupakan cikal bakal permukiman di sepanjang Sungai Bengawan Solo.

    Sungai Bengawan Solo menjadi sumber air baku yang sangat penting bagi

    masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Curah hujan tahunan rata-rata di WS

    Bengawan Solo sebesar 2.100 mm, namun distribusinya sangat tidak menguntungkan,

    umumnya 80% turun pada musim hujan (Oktober - April). Dengan terjadinya

    fenomena perubahan iklim global (global climate change), distribusi dan intensitas

    curah hujan tersebut menjadi lebih ekstrem.

    Selain menjadi sumber air untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik untuk

    keperluan rumah tangga, industri, perkotaan, maupun pertanian, hampir setiap tahun

    sungai Bengawan Solo menimbulkan bencana banjir yang sangat merugikan

    masyarakat.

    Setelah banjir besar pada tahun 1966 yang menenggelamkan sebagian besar Kota

    Solo, Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir

    Bengawan Solo. Dengan bantuan teknis Pemerintah Jepang (OTCA) pada tahun 1974,

    dirumuskan Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo.

    Untuk mengendalikan banjir dan mendukung pengembangan wilayah, Master

    Plan WS Bengawan Solo (1974), antara lain merekomendasikan pem-bangunan 4

    waduk serbaguna, yakni : (i) Waduk Wonogiri, (ii) Waduk Jipang, (iii) Waduk Bendo

    dan (iv) Waduk Badegan. Master Plan juga mereko-mendasikan 25 lokasi waduk-

    waduk irigasi di anakanak sungai Bengawan Solo yang potensial untuk dibangun.

    Disamping itu, Master Plan merekomendasikan pekerjaan perbaikan dan

    pengaturan sungai Bengawan Solo Hulu ruas Nguter Jurug, Kali Madiun ruas CaturKwadungan dan Bengawan Solo Hilir ruas CepuTanjung Kepolo.

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    2

    BAB II

    PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

    2.1 Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Sungai Bengawan Solo

    Definisi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air menurut UU No 7/2004 adalah

    kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi

    kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan

    pengendalian daya rusak air. Undang-undang tersebut (Peraturan Pemerintah yang

    terkait) mencerminkan arah pemikiran yang berkembang saat ini berkaitan dengan

    penataan ulang tanggung jawab dalam sector sumber daya air.

    Undang-undang tersebut mengungkapkan sejumlah aspek pengelolaan sumber

    daya air di wilayah sungai dapat ditingkatkan lebih lanjut, antara lain dimuatnya pasal-

    pasal tentang perencanaan pengelolaan sumber daya air. Dengan berlakunya UU No. 7

    tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tersebut di atas, jelas bahwa tahapan pengelolaan

    Sumber Daya Air Wilayah Sungai adalah sebagai berkut : Sebelum dilakukannya

    penyusunan Rencana nduk (master plane) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah

    Sungai, terlebih dahulu perlu dilakukan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya

    Air Wilayah Sungai yang berisi tentang :

    1. Tujuan umum pengelolaan Sumber Daya Air.

    2. Dasar-dasar pengelolaan Sumber Daya Air.

    3. Prioritas dan strategi dalam mencapai tujuan.

    4. Konsepsi kebijakan-kebijakan dasar pengelolaan Sumber Daya Air.

    5. Rencana pengelolaan strategis.

    Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Bengawan Solo disusun dengan acuan

    sebagai berikut :

    1. Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo (1974).

    2. Rencana Induk (2001) Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air WS

    Bengawan Solo yang disusun dari CDMP (Comprehensive Development and

    Management Plan).

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    3

    3. Matriks Kesepakatan Antar Pemerintahan dalam rangka Penanganan Banjir DAS

    Bengawan Solo (2008).

    Substansi Pola Pengelolaan SDA ini telah disepakati bersama Tim Koordinasi

    Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Bengawan Solo. Dalam

    Pola Pengelolaan SDA diusulkan pembangunan Waduk Serbaguna Jipang yang

    berlokasi di sebelah hulu Kota Cepu guna pengendalian banjir Bengawan Solo Hilir

    dan penyediaan air baku untuk berbagai kebutuhan masyarakat di Kabu-paten Blora,

    Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik.

    Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo Program 2010-

    2014 direncanakan dengan 2 (dua) alternatif, yaitu :

    Alternatif 1 : Dengan Waduk Serbaguna Jipang.

    Alternatif 2 : Tanpa Waduk Serbaguna Jipang.

    1. Alternatif I :

    Pembangunan Waduk Serbaguna Jipang dengan tampungan total sebesar 800 juta

    m3

    akan sangat efektif untuk pengendalian banjir Bengawan Solo Hilir, namun

    konsekuensinya sangat besar terutama dalam aspek pembebasan lahan seluas

    13.000 Ha dan pemindahan penduduk sebanyak 84.000 orang, yang

    pembangunannya memerlukan waktu 15 tahun.

    2. Alternatif II :

    Tanpa Waduk Serbaguna Jipang, masyarakat harus dapat menerima kenyataan

    banjir Bengawan Solo Hilir akan berulang setiap tahun, sehingga perlu

    disosialisasikan perilaku living harmony with floods, khususnya untukmasyarakat yang tinggal di wilayah banjir routine Bengawan Solo Hilir.

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    4

    Berikut ini adalah skema dari Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai

    Bengawan Solo :

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    5

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    6

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    7

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    8

    2.2 Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2010

    Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) di

    Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air, maka berikut ini akan diuraikan Kedudukan,

    Tugas pokok dan Fungsi BBWS Bengawan Solo adalah sebagai berikut :

    a. Kedudukan :

    1. Balai Besar Wilayah Sungai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

    Direktur Jenderal Sumber Daya Air.

    2. Balai Besar dipimpin oleh seorang Kepala.

    b. Tugas :

    Balai Besar Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber

    daya air di wilayah sungai yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi,

    operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumber

    daya air dan pengendalian daya rusak air pada sungai danau, waduk, bendungan

    dan tampungan air lainnya, irigasi, air tanah, air baku, rawa, tambak dan pantai.

    c. Fungsi :

    1. Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah

    sungai;

    2. Penyusunan rencana dan program, studi kelayakan dan perencanaan

    teknis/desain/pengembangan sumber daya air;

    3. Persiapan, penyusunan rencana dan dokumen pengadaan barang dan jasa;

    4. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sertapenetapan pemenang selaku Unit

    Layanan Pengadaan (ULP);5. Pengendalian dan pengawasan konstruksi pelaksanaan pembangunan sumber

    daya air;

    6. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber air

    pada wilayah sungai;

    7. Pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi dan pendayagunaan

    sumber daya air serta pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai;

    8. Pengelolaan sistem hidrologi;

    9. Pengelolaan sistem informasi sumber daya air;

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    9

    10. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air pada wilayah sungai;

    11. Pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya air yang menjadi

    kewenangan provinsi dan kabupaten/kota;

    12. Penyiapan rekomendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan,

    peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah

    sungai;

    13. Fasilitasi kegiatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah

    sungai;

    14. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air;

    15. Pelaksanaan penyusunan laporan akuntansi keuangan dan akuntansi barang

    milik negara selaku Unit Akuntansi Wilayah;

    16. Pelaksanaan pemungutan, penerimaan dan penggunaan biaya jasa pengelolaan

    sumber daya air (BJPSDA) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan; dan

    17. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai serta koordinasi dengan

    instansi terkait.

    d. Struktur Organisasi

    Secara organisasi, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dimulai

    sejak terjadi banjir besar pada tahun 1966 yang mengenangi hampir seluruh kota

    Surakarta, dibentuklah Proyek Penanggulangan Bencana alam yang selanjutnya

    pada tahun 1969 berdasarkan Kepmen PUTL No : 135/KPTS/1969 berubah

    menjadi Badan Pelaksana Proyek Bengawan Solo (PBS).

    Seiring dengan perjalanan waktu PBS ini, setelah berganti-ganti nama dan

    tugas serta funsinya, saat ini menjadi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Soloberdasarkan Peraturan menteri Pekerjaan Umum No : 12/PRT/M/2006 tentang

    Organisasi dan Tata kerja Balai Besar Wilayah Sungai. Peraturan tersebut pada

    tahun 2010 diperbaharui menjadi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

    21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Wilayah Sungai

    (BBWS) di Lingkungan Ditjen Sumber Daya Air.

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    10

    Disamping organisasi struktural tersebut, BBWS Bengawan Solo juga

    dilengkapi dengan organisasi fungsional, yaitu :

    1. Satuan Kerja BBWS BS

    PPK Ketatalaksanaan

    PPK Pengelolaan BMN

    PPK Perencanaan& Program

    PPK O&P SDA I

    PPK O&P SDA II

    PPK O&P SDA III

    2. Satuan Kerja NVT PJPA

    PPK IrigasidanRawa I

    PPK Irigasi dan Rawa II

    PPK Penyedia Air Baku

    PPKPendayagunaan Air Tanah

    3. Satuan Kerja NVT PJSA

    PPK Sungai danPantai I

    PPK Sungai danPantai II

    PPK Sungai danPantai III

    PrasaranaKonservasi I

    PrasaranaKonservasi II

    Adapun jumlah sumber daya yang ada di BBWS Bengawan Solo adalah sebagai

    berikut :

    PNS : 395 Orang

    Non PNS : 143 Orang

    PHL : 168 Orang

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    11

    Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

    (Fungsional)

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    12

    Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo

    (Struktural)

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    13

    BAB III

    RENCANA INDUK

    3.1 Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo

    Rencana Induk Pengambangan Wilayah Sungai Bengawan Solo sampai dengan

    saat ini telah disusun pada tahun 1974 (master plan 1974, OCTA) dan Rencana Induk

    Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air SWS Bengawan Solo tahun 2001

    (CDMP tahun 2001). Menurut UU No.7/2004, Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

    Wilayah Sungai Bengawan Solo disusun pada tahun ini dan sudah dimasukkan dalam

    DIPA tahun anggaran 2007.

    Rencana Induk (2001) pengembangan dan pengelolaan sumber daya air terdiri

    dari 5 komponen rencana, yang didukung oleh 29 kegiatan seperti pada tabel di bawah

    ini :

    Komponen 1 : Usulan Pengembangan Sumber Daya Air

    A. Rencana Penyediaan Air Domestik dan Industri :

    1. Tampungan Memanjang (Long-chanel Storage) Bengawan Solo Hilir.

    2. Penyediaan air PDAM di Wilayah Surakarta.

    3. Penyediaan air untuk sistem pengembangan PDAM.

    4. Penyediaan air untuk daerah Rembang.

    B. Rencana Rehabilitasi dan Pengembangan Irigasi :

    5. Solo Vallei Werken.

    6. 9 (Sembilan) waduk irigasi pada anak sungai Bengawan Solo hulu.

    7. 3 (tiga) waduk irigasi pada anak sungai Kali Madiun.

    8. 16 (enambelas) waduk irigasi pada anak sungai Bengawan Solo hilir.

    9. Waduk Irigasi Kedung Bendo.

    10. Rehabilitasi & Peningkatan Sistem Irigasi.

    11. Waduk Serbaguna Bendo.

    12. Waduk Serbaguna Badegan.

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    14

    13. Waduk Pidekso.

    14. Rehabilitasi Telaga Ngebel.

    Komponen 2 : Memantapkan Pengelolaan Daerah Tangkapan Air

    A. Rencana Konservasi dan Pengelolaan Daerah Tangkapan Air :

    1. Penanganan Mendesak Sedimentasi Waduk Wonogiri.

    2. Rehabilitasi Waduk dan Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Waduk Wonogiri.

    3. Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Kritis di 6 (enam) Lokasi Daerah Tangkapan

    Air.

    Komponen 3 : Memantapkan Pengelolaan Kualitas Air

    A. Rencana Pengelolaan Kualitas Air :

    1. Peningkatan Kerangka Peningkatan Kualitas Air di SWS Bengawan Solo.

    2. Studi Mengenai Buangan Air Limbah di SWS Bengawan Solo.

    Komponen 4 : Memantapkan Pengelolaan Pengendalian Air

    A. Rencana Pengelolaan Pengendalian Banjir :

    1. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hilir Fase II.

    2. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hulu Fase II.

    3. Perbaikan Sungai Kali Madiun Fase II & III.

    4. Studi Perbaikan Kali Grindulu.

    5. Studi Perbaikan Kali Lamong.6. Pengembangan Bengawan Jero.

    7. Studi Perbaikan Drainasi Kota.

    8. Rehabilitasi Bangunan-bangunan Sungai yang Sudah Ada.

    9. Bengawan Solo FFWS.

    Komponen 5 : Memantapkan Kelola Institusi Pengelola Sumber Daya Air

    A. Rencana Memantapkan dan Peningkatan Kerangka Institusi Pengelola Sumber Daya

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    15

    Air :

    1. Pemberdayaan Institusi Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di SWS Bengawan

    Solo.

    Realisasi Rencana Induk pengembangan dan pengelolaan SDA Wilayah Sungai

    Bengawan Solo (Master Plan Th 1974) :

    1. Bendungan serbaguna Wonogiri.

    2. Bendungan Irigasi Nekuk, Pondok, Sangiran dan Gondang (Kedung Brubus dan

    Gonggang).

    3. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hulu (USRIP).

    4. Perbaikan Sungai Kali Madiun (MRUF)

    5. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hilir (LSRIP)

    6. Modifikasi / rehabilitasi beberapa bangunan seperti :

    bendungan irigasi, modifikasi bendung, waduk-waduk lapangan/embung,

    perbaikan pada beberapa anak-anak sungai, floodway, dll

    Pelaksanaan COMPREHENSIVE DEVELOPMENT and MANAGEMENT PLAN

    (CDMP/Review Master Plan Th. 2001) sampai dengan saat ini :

    1. Babat Barrage, Floodway (LSRP Phase 1).

    2. Rehabilitasi prasarana pengairan (USRIP).

    3. Rehabilitasi pembangunan Embung.

    4. Pengembangan prasarana air baku Sumber Maron.

    5. O&P Irigasi, Sungai dan Waduk.

    6. Urgent Countermeasure Wonogiri Reservoir (Grant Jepang).

    7. Studi Penanganan Sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri (Grant Jepang).

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    16

    8. Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan SDAWilayah Sungai Bengawan Solo

    (dalam proses).

    9. Pembentukan TKPSDA Wilayah Sungai Bengawan Solo (dalam proses).

    10. Pelaksanaan GNKPA.

    3.2 Identifikasi Waduk Sungai Bengawan Solo

    Waduk atau reservoir (etimologi: rservoir dari bahasa Perancis berarti "gudang"[

    adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau pembendungan sungai

    yang bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di lembah sungai pada

    saat pembangunan sebuah bendungan atau penggalian tanah atau teknik konstruksi

    konvensional seperti pembuatan tembok atau menuang beton.

    Berdasarkan fungsinya waduk dibagi menjadi 2 macam (Hadihardjaja, J., 1997),

    yaitu :

    1. Waduk Tunggal Guna (Single Purpose)

    Waduk tunggal guna merupakan waduk yang fungsinya hanya digunakan

    untuk satu manfaat, misalnya :

    a) Waduk untuk irigasi.

    b) Waduk untuk pembangkit listrik tenaga air.

    c) Waduk untuk pengendalian air.

    2. Waduk Serba Guna (Multi Purpose)

    Waduk serba guna merupakan waduk yang dapat digunakan untuk memenuhi

    berbagai keperluan sekaligus secara bersamaan antara lain untuk keperluan :

    a) Irigasi

    b) Pembangkit listrik tenaga air

    c) Pengendalian banjir

    d) Rekreasi

    e) Perikananf) Penggelontoran

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    17

    g) Air minum

    h) Dan lain-lain.

    Bangunan waduk perlu memperhatikan bendungan (termasuk bangunan

    spillway), kapasitas tampungan waduk, sedimentasi waduk dan pengoperasian waduk

    (Hadihardjana, 1997).

    Waduk yang terdapat pada Sungai Bengawan Solo adalah Waduk gajah

    Mungkur. Waduk Gajah Mungkur terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa

    Tengah. Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah waduk yang terletak 3 km di selatan

    Ibu Kota Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini

    dibuat dengan membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa yaitu Sungai BengawanSolo. Waduk tersebut merupakan waduk terbesar di Asia Tenggara.

    Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dibangun dengan membendung Sungai

    Bengawan Solo. Waduk Gajah Mungkur dibangun dari tahun 1976 - 1981 berlokasi 7

    km arah selatan Kota Wonogiri tepat di bagian hilir pertemuan Kali Keduang. Luas

    daerah genangan lebih dari 8.800 ha dan luas daerah yang dibebaskan 90 km2

    yang

    terdiri dari 51 desa di 7 kecamatan. Pada saat pembebasan daerah genangan ini

    mengorbankan 12.525 kepala keluarga (KK) terdiri dari + 68.750 jiwa yang secara

    sukarela melakukan Program Bedhol Desa dengan bertransmigrasi ke berbagai daerah

    di Indonesia. Pengerjaan waduk ini dilakukan secara swakelola dengan bantuan

    konsultan dari Nippon Koei Co, Ltd Jepang.

    Gambar 3.1 Waduk Gajah Mungkur

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    18

    Kondisi Waduk Gajah Mungkur secara umum :

    1. Luas daerah tangkapan air seluas kurang lebih 1.350 km2;

    2. Waduk Gajah Mungkur memiliki 6 (enam) Daerah Aliran Sungai / DAS

    seluas 1.260 km2 yaitu Sub DAS Keduang, Tirtomoyo, Temon, Bengawan

    Solo Hulu, Alang, dan Ngunggahan;

    3. 74 % daerah tangkapan air masuk wilayah Kabupaten Wonogiri;

    4. Daerah pasang surut seluas kurang lebih 6.000 Ha, dan yang digunakan oleh

    masyarakat untuk budidaya pertanian seluas kurang lebih 804 Ha;

    5. Luas daerah sabuk hijau atau Green Belt kurang lebih 996 Ha.

    Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dalam pemanfaatannya dibagi dalam 5 zonasiyaitu Zona Bahaya, Zona Wisata, Zona Suaka, Zona Bebas, dan Zona Usaha

    Perikanan (SK Bupati Wonogiri No. 133. Tanggal 5 Juni 1986).

    Zona Bahaya adalah kawasan yang dinyatakan tertutup untuk umum, dengan

    pertimbangan keamanan bangunan bendungan dan keselamatan pengunjung.

    Zona Wisata adalah kawasan pengembangan rekreasi dengan kegiatannya berupa,

    pengoperasian perahu motor, olah raga jet ski, kebun binatang, taman rekreasi,rumah makan, dan kolam renang.

    Zona suaka ditujukan pada perlindungan, terutama populasi ikan. Diharapkan

    ikan dapat berkembang biak di tempat tersebut, dan menjamin kelangsungan dan

    kelestarian populasinya.

    Zona bebas adalah kawasan produksi ikan tambahan dari Waduk Gajah Mungkur

    Wonogiri. Penangkapan ikan dalam kawasan ini tidak terlalu membutuhkan

    pengawasan ketat. Zona Usaha dinyatakan sebagai kawasan produktif perikanan utama. Di kawasan

    itu, dapat dilaksanakan usaha penangkapan ikan sesuai dengan batas batas

    pengaturan dan membutuhkan pengawasan ketat. Di zona ini dibudidayakan

    perikanan berupa karamba jaring apung. Aktivitas tersebut secara langsung

    maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesuburan waduk. Sisa

    pemberian pakan setelah terjadi perombakan secara aerob akan berupa

    pemupukan tambahan dan memberikan pengaruh yang paling penting pada

  • 5/19/2018 Pola Pengelolaan Sungai Bengawan Solo 17-10-2014

    19

    komponen fisik, kimia, dan biologi perairan. Zona usaha perikanan dibagi

    menjadi 3 yaitu produksi, terarah, dan terpadu (karamba).

    Waduk Gajah Mungkur dibangun dengan fungsi utama sebagai pengendali banjir

    (Flood Control). Selain itu, Waduk Gajah Mungkur juga menghasilkan listrik dari

    PLTA sebesar 12,4 MegaWatt. Waduk Gajah Mungkur juga dimanfaatkan warga

    untuk menyediakan air irigasi bagi 33.200 ha sawah, budidaya perikanan air tawar,

    serta menjadi obyek pariwisata bagi masyarakat. Daerah pinggiran waduk selama

    musim kemarau dimanfaatkan warga untuk menanami tanaman semusim, misalnya

    jagung.

    Gambar 3.2 Karamba di Waduk Gajah