Upload
andi-hakim-ali
View
93
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi, komunikasi
Citation preview
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
1/20
POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA
DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOKAN
KABUPATEN SUKOHARJO
JURNAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dengan Minat Komunikasi Massa
Oleh:
Andi Hakim Ali kamaini
0710020014
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
2/20
1
POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA
DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOKAN
KABUPATEN SUKOHARJO
Oleh:Andi Hakim Ali Kamaini
FISIP, Universitas Brawijaya
ABSTRAKSI
RAPI merupakan salah satu organisasi yang berperan aktif membantu
pemerintah dalam menanggulangi bencana, salah satunya kerika banjir terjadi di DesaKadokan, Kabupaten Sukoharjo. Cara berkomunikasi antar anggota RAPI dalam
mengabarkan informasi bencana banjir menggunakan frekuensi radio atau dikenal
juga dengan istilah point-to-point communication. Penelitian ini berusahamenganalisa pola jaringan komunikasi antar anggota RAPI ketika dalam situasi
bencana alam banjir di Desa Kadokan Kabupaten Sukoharjo, dengan menggunakan
analisis jaringan melalui paradigma post-postitivis yang bertujuan untuk mencari data
relasional yang diolah menggunakan software UCINET. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa tujuh peran dalam jaringan komunikasi yaitu, klik, bridge,
cosmopolite, opinion leader, liaison, gatekeeper dan isolate tidak semuanya
ditemukan dalam jaringan komunikasi RAPI. Ketiadaan cosmopolite,gatekeeperdanklik tidak menimbulkan ketimpangan dalam komunikasi rapi dikarenakan peran
bridge, opinion leader, liaison saling mengisi dalam menyebarkan informasi
mengenai kebencanaan. Pola jaringan komunikasi RAPI menggunakan pola roda, dan
alur informasi tersebut kemudian bergulir kepada sesama anggota RAPI dengan polayang mirip dengan polanantai dalam sebuah komunikasi jaringan.
Kata kunci: Jaringan komunikasi, RAPI, tujuh peran dalam jaringan
komunikasi
A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas
yang tidak bisa dihindari dalam
kehidupan sehari-hari. Di manapun,kapanpun dan apa itu jenis pekerjaannya,
manusia selalu membutuhkan komunikasi
atau interaksi dengan manusia lainnya.Komunikasi yang dilakukan bertujuan
untuk saling bertukar informasi. Seperti
pernyataan dari Theodore M. Newcomb
dalam Mulyana (2005, h.62) setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai
suatu transmisi informasi terdiri dari
rangsangan yang diskriminatif, dari
sumber kepada penerima.Seperti pernyataan di atas bahwa
komunikasi adalah kegiatan bertukar
pesan, baik secara langsung atau tidak,baik secara face-to-face maupun dengan
memmanfaatkan teknologi komunikasi.
Perkembangan teknologi menjadikan
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
3/20
2
jarak bukan lagi halangan untuk
melakukan interaksi. Alat komunikasi
yang canggih membuat informasi apapunakan mudah diakses. Masih ada kalangantertentu yang memanfaatkan radio untuk
melakukan komunikasi antar anggota
ataupun menyebarkan informasi, salahsatunya adalah RAPI (Radio Antar
Penduduk Indionesia). Organisasi ini
memanfaatkan radio komunikasi dua arah
handy talky (HT) untuk salingberkomunikasi antar anggotanya. Cara
kerja radio komunikasi ini adalah dengan
memanfaatkan satu titik frekuensi radioyang menghubungkan seluruh anggota
RAPI. Menurut Moreno (2001, h.14)
bentunk link radio relay point-to-point
memungkinkan komunikasi terjadi antaradua titik tetap, dengan menggunakan
transmisi gelombang radio dan penerima
gelombang. Kinerja radio point-to-pointadalah komunikasi antar dua titik secara
langsung tanpa menggunakan repeater.
Menurut buku panduan RAPI
(2012, h.4) dalam proses berkomunikasiRAPI menggunakan menggunakan radio
komunikasi HF dan VHF/UHF. Alokasi
Frekuensi HF (High Frequency) yangberada pada frekuensi 26.960 Mhz -
27.410 Mhz digunakan untuk jarak jauh.
Frekuensi ini mempunyai sifat gelombangyang dapat memantul dan tidak memiliki
efek hambatan pada objek atau lawan
komunikasi. Keadaan cuaca menjadi satu-
satunya hambatan ketika berkomunikasi,
karena frekuensi ini dapat memantulsampai ke lapisan ionosphere,
Frekuensi VHF (Very High
Frequency) yang bekerja pada 142.000Mhz - 143.600 Mhz digunakan RAPI
untuk melakukan komunikasi jarak dekat.
Gelombang yang dipancarkan berbentukgaris lurus (horisontal) sehingga daya
pancarnya sangat dipengaruhi oleh
keadaan obyek atu benda padat dimana
gelombang melaluinya. Apabila diantaradua stasiun Komunikasi Radio AntarPenduduk/KRAP terdapat hambatan atau
halangan objek seperti gunung, pohon,
bangunan tinggi, yang posisinya lebihtinggi dibanding dengan salah satu tempat
mengudara (pancaran gelombang
radionya lebih rendah dibanding
penghalang atau hambatannya), makatransmisi yang dikirimkan ataupun
diterima akan terhambat. Untuk
mengatasi hambatan seperti ini, biasanyaditambahkan antena pada alat komunikasi
Sebagai sebuah organisasi, RAPI
ikut aktif membantu pemerintah yaitu
selalu tampil dan berperan aktif dalamsetiap kegiatan pemerintah, baik dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, politik,
olah raga, Pramuka, dan penanggulanganbencana alam di tingkat Daerah maupun
Nasional, RAPI masih diberikan
kepercayaan untuk melakukan kegiatan
mereka. (arsip RAPI 2011)
1
Ketika dalamsituasi bencana alam, RAPI berperan
dalam bidang komunikasi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah satunarasumber pada 22 Desember 2013,
Widodo, anggota RAPI cabang
Kabupaten Sukoharjo, ketika terjadibanjir di Desa Kadokan kecamatan
Grogol Kabupaten Sukoharjo, RAPI
cabang Kabupaten Sukoharjo berperan
memberikan bantuan komunikasi.
Bantuan komunikasi yang dimaksudadalah dengan memberikan frekuensi
radio untuk digunakan dalam proses
penyampaian informasi kebencanaan.
1Peneliti mendapatkan data dari sekretaris RAPI
cabang kabupaten Sukoharjo pada tanggal 10
Desember 2011.
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
4/20
3
RAPI dapat tampil sebagai pemecah
masalah, dengan menggunakan alat
komunikasi handy talkie yang manaringan, komunikasi 2 arah dan dapat cepatdalam mengabarkan informasi. Widodo
menambahkan dengan adanya jaringan
komunikasi yang dilakukan oleh RAPIcabang kabupaten Sukoharjo, sangat
membantu pemerintah daerah dalam
penanganan bencana.
Melihat seperti apa komunikasiyang dilakukan oleh antar anggota RAPI
dalam menyebarkan informasi
kebencanaan, bisa ambil kesimpulanbahwa kegiatan RAPI dalam memberikan
informasi kebencanaan bersifat jaringan.
Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh
DeVito (1997, h. 344) bahwa jaringankomunikasi merupakan saluran yang
digunakan untuk meneruskan pesan dari
satu orang ke orang lain. Dengan inikegiatan memberikan pelayanan
informasi kebencanaan yang dilakukan
RAPI sesuai dengan teori jaringan. RAPI
memiliki sarana dan sumber dayamanusia yang memadai untuk berperan
sebagai jaringan komunikasi dalam
situasi bencana. Daya jangkau teknologiradio yang dimiliki RAPI juga mampu
menjangkau wilayah yang luas.
Ketertarikan peneliti padafenomena ini adalah pada jaringan
komunikasi yang dilakukan oleh RAPI.
Ketika bencana alam melanda, dimana
jaringan komunikasi terputus, RAPI
masih bisa memberikan pelayananinformasi. Komunitas ini merupakan
komunitas yang telah diakui pemerintah,
mempunyai struktur organisasi yangjelas. Ketika bencana melanda bagaimana
mereka dapat mengkomunikasikan
keadaan medan bencana secara cepat danakurat, seperti apa proses komunikasinya
serta peralatan apa saja yang menunjang
untuk melakukan tugas mereka.
1.2 Rumusan MasalahBagaimana pola jaringankomunikasi antar anggota RAPI
ketika dalam situasi bencana alam
banjir di Desa KadokanKabupaten Sukoharjo?
B. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RadioPoint-to-point sebagai Media
Alternatif dalam Situasi Bencana AlamDewasa ini radio komunikasi telah
mengalami perkembangan dan kemajuan
yang pesat juga dengan jangkauan yang
luas. Menurut Moreno (2001, h.14)bentunk link radio relay point-to-point
memungkinkan komunikasi terjadi antara
dua titik tetap, dengan menggunakantransmisi gelombang radio dan penerima
gelombang. Kinerja radio point-to-point
adalah komunikasi antar dua titik secara
langsung tanpa menggunakan repeater.Seperti halnya RAPI mereka
memanfaatkan media handy talky dalam
berkomunikasi yakni memanfaatkangelombang radio untuk saling berintiraksi
satu dengan yang lainnya. Menurut Yuri
dkk (1992, h. 12) radio dapatdikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
radio sebagai media komunikasi satu arah
(one way traffic comunication) yaitu radio
penyiaran dan radio sebagai media
komunikasi dua arah (two way trafficcomunication) yaitu radio komunikasi.
Ketika dalam situasi kebencanaan,
radio point-to-point dapat dijadikansebagai media alternatif. Menurut
Widodo (berdasarkan hasil wawancara
viasms tanggal 22 Desember 2012, pukul15.19 wib), selaku sekretaris RAPI
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
5/20
4
cabang Kabupaten Sukoharjo mengatakan
bahwa, ketika media konvensional seperti
Koran dan TV tidak dapat terjun langsungkarena terhalang medan yang tidak dapatdiakses, radio point-to-point dapat
diandalkan. Karena proses komunikasi
yang bersifat dua arah serta alat yangdipergunakan juga tergolong ringan
sehingga mempermudah petugas yang
terjun ke medan bencana untuk
mengabarkan situasi.Untuk itulahdiperlukan sebuah manajemen
komunikasi bencana yang baik agar dapat
meminimalisir kerugian baik morilmaupun materi.
2.2 Manajemen Komunikasi Bencana
Susanto dkk (2012, h. 88)menjelaskan yang dimaksud dengan
manajemen komunikasi bencana adalah
pengaturan penaggulangan masalahbencana yang melibatkan proses
komunikasi, koordinasi antara
masyarakat, pemerintah, pendonor, dan
lembaga swadaya masyarakat. Setiappenanganan bencana, komunikasi
memang sangat diperlukan. Radio Antar
Penduduk Indonesia (RAPI) memilikiperhatian kepada upaya penanggulangan
bencana alam. Organisasi memberikan
bantuan pada berbagai bencana yangmelanda Indonesia. Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2007 menjelaskan
tentang penanggulangan bencana,
dikemukakan,
bencana adalah peristiwa ataurangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, yangdisebabkan baik oleh faktor alam dan
atau faktor non-alam maupun faktor
manusia, keruskan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Berdasarkan pengertian di atas,maka penanganan bencana sesungguhnyabukan semata-mata membantu dalam hal
materi, memberikan dukungan moral juga
tidak kalah penting. Dengan manajemenkomunikasi bencana yang baik, maka
akan mempermudah dalam memberikan
bantuan terhadap penanganan bencana
alam. Dalam menjalankan manajemenkomunikasi bencana peran serta
pemerintah, relawan, pendonor,
masyarakat korban bencana, serta mediaharus dapat berjalan dengan baik.
Sosialisasi sedini mungkin melalui
berbagai teknik komunikasi harus
digalakkan, sehingga untukmeminimalisir jatuhnya korban dapat
dimaksimalkan.
Dari penjelasan di atas dapatditarik sebuah pemahamam bahwa
manajemen komunikasi bencana yang
baik akan memberikan kontribusi yang
maksimal terhadap arus komunikasi. Bilaarus komunikasi tidak terganggu, maka
proses pencegahan, penanganan serta
rehabilitasi bencana dapat dilakukandengan baik. Lebih lanjut, manajemen
dalam komunikasi bencana tidak bisa
lepas dari organisasi serta anggota yangterlibat didalamnya.
2.3 Jaringan Komunikasi RAPI dalam
Situasi Bencana Alam
Muhammad (2005, h. 102)mengatakan yang dinamakan jaringan
komunikasi adalah pertukaran pesan
diantara sejumlah orang-orang yangmenduduki posisi atau peranan tertentu.
Dalam jaringan komunikasi mempunyai
perbedaan diantara jumlah anggota danstruktur. Memungkinkan hanya sebagian
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
6/20
5
atau keseluruhan anggota organisasi yang
melakukan komunikasi.
Dalam penelitian ini jaringankomunikasi digunakan untuk menganalisapola jaringan komunikasi yang dilakukan
oleh antar anggota RAPI ketika terjun
langsung dalam proses penangananbencana. Untuk melihat proses
penyebaran informasi antar anggota
sehingga informasi dapat disebarluaskan
kepada masyarakat.
2.4 Analisis Jaringan Komunikasi
Rogers dan Kincaid (1981, h. 117)menjelaskan bahwa analisis jaringan
komunikasi adalah merupakan metode
penelitian untuk mengidentifikasi struktur
komunikasi dalam suatu sistem, dimanadata hubungan mengenai arus komunikasi
dianalisa menggunakan beberapa tipe
hubungan-hubungan interpersonalsebagai unit analisa. Tujuan penelitian
komunikasi menggunakan analisis
jaringan komunikasi adalah untuk
memahami gambaran umum mengenaiinteraksi manusia dalam suatu sistem.
Jaringan komunikasi mempunyai
tujuh peran yang mempunyai pengaruhterhadap keberhasilan pertukaran pesan
dalam komunikasi organisasi. Menurut
Pace dan Faules (2006, h. 176-183) tujuhperan ini dinamakan anggota klik,
opinion leader, gatekeeper, bridge,
liaison, cosmopolite serta isolate. Setiap
peranan memiliki bagian atau peran
khusus dalam jaringan komunikasiAnggota klik adalah jantung sistem dan
bertindak sebagai tujuan akhir dari pesan.
Individu penyendiri memberikansumbangan pada sistem dan menciptakan
derajat ketidakpastian pada keefektifan
program penyebaran pesan. Sedangkanperan seorang jembatan merupakan
pemroses informasi yang menyediakan
hubungan langsung antara klik-klik yang
berlainan. Seorang penghubungmenginstegrasikan dan menjadipenghubung antar klik Gatekeeper
mengendallikan perpindahan pesan dan
kontak dengan tujuan meminimalkankelebihan beban dan meningkatkan
keefektifan. Dan seorang opinion leader
melancarkan pembentukan sikap dan
membantu dalam pengambilan keputusandalam lingkungan yang lebih besar.
Untuk dapat mengidentifikasi ada
tidaknya tujuh peran dalam polakomunikasi RAPI maka peneliti akan
melakukan penjelasan mengenai jaringan
global, serta memaparkan data hasil
wawancara terhadap anggota RAPI.Tahapan selanjutnya adalah mengenai
pola jaringan komunikasi. Dimana proses
runtutan pesan disampaikan dari atasankepada anggota organisasi lainnya.
Menurut Robbin (2002, h. 153), pola
komunikasi organisasi atau jaringan
komunikasi ini dibedakan menjadi 3,yakni jaringan rantai, jaringan roda serta
jaringan semua saluran
1. Jaringan RantaiPada jaringan rantai, komunikasi
mengalir sesuai dengan rantai komando
formal, baik kebawah maupun keatas.
Gambar 1. Jaringan Rantai
Sumber: Robbins (2002, h.153) Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi Edisi Kelima
2. Jaringan Roda
Pada jaringan roda komunikasi
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
7/20
6
mengalir antara pemimpin yang kuat dan
mudah dikenal dan orang lain dalam
kelompok atau tim kerja. Pemimpintersebut berlaku sebagai pusat jaringanyang semua komunikasi akanmelalui dia.
Gambar 2. Jaringan Roda
Sumber: Robbins (2002, h.153)Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi EdisiKelima
3. Jaringan Semua SaluranPada jaringan semua saluran,
komunikasi mengalir dengan bebas di
antara semua tim kerja.
Gambar 3. Pola Semua Saluran
Sumber: Robbins (2002, h.153)
Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi EdisiKelima
Ketiga pola komunikasi di atas
mempunyai kriteria berdasarkankeefektifan baik menyangkut kecepatan,
ketepatan, munculnya seorang pemimpin
serta kepuasan anggota. Menurut Robbins(2002, h.10) pola rantai mempunyai
kecepatan arus informasi sedang, bisa
dilihat pola yang beruntun dalam aruskomunikasinya. Bila dipandang dari
ketepatan pesan yang disampaikan, pola
rantai memiliki ketepatan tinggi. Dalam
pola rantai ini sosok munculnya seorangpemimpin dinilai tidak dominan. Begitujuga dengan kepuasan anggota dalam
memperoleh informasi.
Lain halnya dengan pola roda biladilihat dalam hal kecepatan, tingkat arus
informasinya berjalan cepat. Bisa dilihat
dengan arah informasi berasal dari satu
orang/pemimpin yang yang langsungdisebarkan kepada anggota yang lain.
Dengan demikin ketepatan informasi
yang disampaikan juga bisa akurat.Namun, bila dipandang dari segi
kepuasan anggota dalam memperoleh
informasi dapat dikatakan kurang.
Dominasi sumber informasi bisa jadimerupakan faktor utamanya.
Pola terakhir adalah pola semua
saluran. Pola ini mempunyai kecepatanyang tinggi dalam arus penyebaran
informasi. Dengan tidak memunculkan
sosok seorang pemimpin, informasi yang
ada akan menyebar dengan menyeluruh.Semua anggota organisasi mempunyai
kewenangan untuk menyebarkan
informasi tanpa melihat struktur. Wajarbila kepuasan anggota tinggi, karena
tanpa memperhatikan struktur mereka
bebas menyebarkan informasi. Tapi untukketepatan arah informasi pola ini tidak
sebaik pola roda.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini, tujuan yangingin dicapai peneliti adalah untuk
menganalisa pola jaringan komunikasi
antar anggota RAPI ketika dalam situasibencana banjir. Merujuk kepada hal
tersebut sehingga paradigma yang
digunakan dalam penelitian ini adalahpost-positivis. Menurut Poerwandari
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
8/20
7
(2007, h.37) post-positivis bukan hanya
berdasarkan pada pandangan positivis
terkait masalah peramalan danpengendalian, tapi juga mencoba untukmengembangkan pemahaman berbeda
tentang hal-hal lain untuk menjawab
kritik-kritik yang dilontarkan olehkelompok positivis. Meskipun mengambil
posisi objektif, tidak menutup
kemungkinan interaksi peneliti dengan
informan yang akan mempengaruhi datapost-positivis yang nantinya digunakan
mendapatkan hukum-hukum umum
pendekatan yang dipilih.Berdasarkan asumsi ini, pola
jaringan komunikasi dalam situasi
bencana dapat dilihat, tapi belum tentu
pola jaringan komunikasi yang dipakaidalam situasi bencana banjir di Desa
Kadokan di bantaran sungai Bengawan
Solo ini dapat digunakan dalam situasibencana-bencana yang lain. Sedangkan
metode yang dilakukan ialah
menggunakan metode analisis jaringan.
Menurut Rogers dan Kincaid (1981, h.75) analisis jaringan komunikasi adalah
metode penelitian untuk mengidentifikasi
struktur komunikasi dalam suatu sistem,di mana data relasional tentang aliran
komunikasi dianalisis dengan
menggunakan beberapa jenis hubungan
interpersonal sebagai unit analisis.
D. PEMBAHASAN
4.4. PembahasanRAPI utamanya menggunakan
pola komunikasi roda. Namun, dapatdilihat juga bahwa terdapat pola lain dan
jaringan komunikasi yang tidak sesuai
dengan pola utama jaringan komunikasi
di RAPI yaitu, pola roda. Hal ini terjadisecara informal atau tidak sengaja
terbentuk karena kendala-kendala baik
teknis maupun non-teknis pada anggotaRAPI. Kendala teknis dalam proses
penyampaian informasi di RAPI karena
RAPI menggunakan media handy talky
(HT). RAPI menggunakan satu frekuensiyang sama dimana bila ada salah seorang
anggota mengudara atau berbicara
melalui HT maka setiap anggota lainyang berdekatan dengan HT akan dapat
mendengar apa yang disampaiakan oleh
anggota tadi. Namun, bila ada anggota
yang tidak berdekatan atau HT dalamkeadaan mati maka mereka tidak akan
dapat mendengar informasi yang
disampaiakan.Seperti yang dapat kita lihat pada
sosiogram berikut, dimana secara tidak
sengaja terbentuk pola roda baru,
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
9/20
8
Petrus merupakan anggota RAPI yangrumahnya berdekatan dengan lokasi
bencana banjir di Desa Kadokan.
Dengan melihat sosiogram di atasdapat dilihat bahwa Petrus
menyebarkan informasi secara
mandiri. Informasi dari Petrus
kemudian diterima oleh Budi Lestari,
Riyanto, Tri Mulyanto, Suharno, DidikSupriyono, serta Suwondo, yang
dimana Suwondo juga telah menerimainformasi dari Bambang Setiyono. Jika
melihat penyebaran informasi yang
dilakukan oleh Petrus, pola ini juga
dapat dikategorikan sebagai polakomunikasi roda yang terbentuk secara
tidak sengaja sehingga terlihat sebagai
pola roda baru. Dalam arti lain,
terdapat dua pola roda komunikasidalam RAPI pada studi data kasus
bencana banjir di Desa Kadokan ini.
Fenomena lain yang terjadiseperti penerimaan informasi ganda ini
akan dijelaskan pada sub-bab
berikutnya mengenai pola jaringankomunikasi antar angoota RAPI.
Fenomena ini pula yang mendasari
bagaimana jaringan komunikasi RAPItidak sepenuhnya mengacu pada pola
roda. Yang akan dijelaskan pada sub-
bab selanjutnya mengenai polajaringan komunikasi antar anggota
RAPI.
4.4.1. Pola Jaringan Komunikasi
Antar Anggota RapiIsi informasi yang disampaikan
dalam menanggapi darurat bencanaterdiri dari waktu, tempat kejadian,
dan ketinggian air pada Sungai
Bengawan Solo. Informasi ini
menyebar secara cepat dan diikutiperkembangan informasi terbaru
bencana. Pada jaringan komunikasi
global RAPI dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pola roda menjadi polakomunikasi yang digunakan. Namun,
pada komunikasi antar anggota RAPI
ternyata dapat juga kita temuibeberapa fenomena pola jaringan
komunikasi lain yang memiliki
dampak positif maupun negatif.Seperti yang tampak pada sosiogram
berikut:
Gambar 4.5 Jaringan global RAPI
Sumber hasil olah data UCINET
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
10/20
38
Dapat dilihat dari sosiogram diatas bahwa Wahyu Eko merupakan
anggota RAPI yang memperoleh
informasi bencana banjir desa
Kadokan secara mandiri karena faktor
kedekatan rumah dengan lokasibencana. Namun, Wahyu Eko tidak
menyebarkan informasi banjir keintern RAPI. Melainkan memberikan
informasi kepada BPDB dan langsung
terjun ke lokasi bencana. Wahyu Eko
tidak memberikan informasi kepadaanggota RAPI yang lain, karena
menurutnya informasi mengenai banjir
di Desa Kadokan pasti sudah ada yang
menyebarkan. Maka dari itu WahyuEko lebih memilih untuk langsung
menuju ke lokasi bencana.
Selain itu Untung salah satuanggota RAPI yang menerima
informasi dari pihak luar, yakni Satlak
PB. Untung berinisitaif langsungbergerak ke lokasi untuk mewakili
anggota RAPI yang lain. Namun, dia
juga memberikan informasi, tapi hanyadi dengar oleh Sri Mulyadi. Untung
memang dikenal sebagai anggota
RAPI yang aktif. Baik di kegiatan di
dalam RAPI maupun kegiatan di luar.
Mempunyai koneksi dengan organisasilain juga menjadi kelebihan dari
Untung. Berkaitan dengan tujuh perandalam komunikasi jaringan mengenai
untung akan dijelaskan pada sub-bab
berikutnya.
Selain terbentuk pola rodadalam komunikasi jaringan antar
anggota RAPI, ada satu pola yang
teridentifikasi membentuk pola rantai,
sebagai gambaran bisa dilihat dalamsosiogram berikut ini:
Gambar 4.6 Jaringan global RAPISumber hasil olah data UCINET
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
11/20
10
Dalam sosiogram di atas dapatkita lihat bahwa Sri Widodo
merupakan anggota RAPI yang
mendapatkan informasi bencana banjir
dari Bambang Setyono. Namun, Sri
Widodo kemudian meneruskaninformasi ini kemudian didengar oleh
Kukuh, Lesus dan Sri Mulyadi.Padahal Kukuh dan Lesus sudah
mendapatkan info tentang banjir dari
Bambang Setiyono. Lain halnya
dengan Sri Mulyadi, selain mendapatinfo dari Sri Widodo, dia juga
mendapat info dari Untung dan Joko
Sutrisno. Bila dilihat dari pola jaringan
komunikasi yang di lakukan oleh SriWidodo, maka pola ini merujuk pada
pola rantai. Walaupun anggota yangmendengar info dari Sri Widodo
sebelumnya sudah mendapatkan dari
Bambang Setiyono, Untung, dan Joko
Sutrisno.
Sri Widodo merupakananggota yang dikenal juga cukup aktif
dalam kegiatan RAPI. Sri Widododikenal tegas, dengan melihat latar
belakang beliau sebagai seorang guru
dan pernah menjabat sebagai ketua RT
dilingkungannya. Mengenaiidentifkiasi Sri Widodo apakah masuk
dalam kategori tujuh peran dalam
jaringan komunikasi akan dijelaskan
pada sub-bab berikutnya.
Gambar 4.7 Jaringan global RAPI
Sumber hasil olah data UCINET
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
12/20
39
Lain lagi yang terjadi pada Joko
Sutrisno. Pada sosiogram diatas
diterjemahkan bahwa, Joko Sutrisno
menerima informasi secara mandiri
karena faktor kedekatan tempattinggalnya dengan lokasi bencana,
sama seperti Petrus. Namun bedanya,Joko Sutrisno menyebarkan informasi
kepada Imam Sutopo dan Sri Mulyadi
yang telah lebih dulu menerima
informasi dari saluran informasi utama
yaitu, Bambang Setiyono.
Hal ini menimbulkan
penerimaan informasi ganda dimana
hal ini merupakan suatu kelemahanpada pola jaringan komunikasi
jaringan RAPI. Informasi ganda jugaditerima oleh Suwondo, Kukuh, Lesus,
Imam Sutopo, dan Sri Mulyadi Seperti
pada sosiogram berikut:
Gambar 4.8 Jaringan global RAPI
Sumber hasil olah data UCINET
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
13/20
12
Maka bisa ditarik kesimpulan bahwapola jaringan komunikasi global dalam
RAPI yaitu, pola roda mendapat
kelemahan bahwa saluran utama
penyebar informasi yaitu, Bambang
Setyono tidak berhasil menyebarkaninformasi kepada seluruh anggota
RAPI. Karena bisa jadi merupakankendala teknis di mana anggota tidak
sedang bearda dekat dengan HT atau
HT dalam keadaan mati. Namun, hal
ini bisa diatasi karena anggota RAPImemiliki inisiatif atau kesadaran
personal untuk turut menyebarkan
informasi ke sesame anggota RAPI.
Meskipun penyebaran informasi yang
terjadi mengakibatkan penumpukaninformasi di beberapa pihak anggota
RAPI.
4.4.2. Identifikasi tujuh peran
dalam Jaringan Komunikasi RAPI
pada Kasus bencana Banjir di Desa
Kadokan.
Dalam sebuah jaringan, terdapat peran
masing-masing anggota jaringan yangberkaitan dengan fungsi mereka dalam
jaringan. Menurut Pace dan Faules(2006, h.176-183) tujuh peran ini
dinamakan anggota klik, opinion
leader, gatekeeper, bridge, liaison,
cosmopolite serta isolate. Berikut iniadalah penjelasan mengenai tujuh
peran menurut Pace dan Faules:
1. Klik adalah sebuah kelompok
individu yang paling sedikit separuhdari kontaknya merupakan hubungan
dengan anggota lainnya. Kebanyakan
anggota klik relatif akrab satu denganlainnya dalam hierarki formal
organisasi dan ini menunjukkan
kemiripan sistem komunikasi formaldan informal.
Gambar 4.9 Jaringan global RAPISumber hasil olah data UCINET
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
14/20
39
Klik adalah sebuah kelompok individuyang paling sedikit separuh dari
kontaknya merupakan hubungan
dengan anggota-anggota lainnya. Darisosiogram jaringan global komunikasi
RAPI berikut ini:
Dari gambar sosiogram RAPI tersebut
dapat diidentifikasi bahwa tidakditemukan adanya klik. Syarat sebuah
klik adalah separuh dari kontaknya
memiliki hubungan dengan anggota-
anggota lainnya. Walaupun padagambar jaringan terlihat seperti
membentuk klik, namun mereka hanya
melakukan komunikasi satu arah,
bukan berinteraksi satu sama lain.Mereka tidak melakukan hubungan
timbal balik atau interaksi yang terjalin
dari anggota-anggota tersebut tidakterpenuhi.
Pada sosiogram diatas juga
tidak ditemukan anggota yangmembuat klik atau kelompok kecil
sendiri. Hal tersebut menunjukkan
hubungan komunikasi yang terjadi
terjalin secara searah. Komunikasiantar anggota tidak terjalin secara dua
arah atau lebih dari separuh antara satu
sama lainnya. Meskipun komunikasi
dalam organisasi RAPI secara strukturberjalan searah, komunikasi dua arah
antar anggota RAPI terjadi di dalam
praktek sehari-harinya. Ada
percakapan atau proses komunikasiantar anggota melalui sebuah alat
bernama Handy Talky (HT). Ketika
menggunakan HT anggota RAPI tidaklagi memanggil dengan nama personal,
melainkan melalui sebuah call sign
atau kode panggilan yang biasamereka gunakan. Struktur baku dan
skema struktural seperti ketua terhadap
Gambar 4.10 Jaringan global RAPI
Sumber hasil olah data UCINET
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
15/20
13
anggotanya dalam sebuah organisasitidak lagi berlaku ketika mereka
melakukan komunikasi melalui
medium HT tersebut.
Dalam sebuah jaringanorganisasi terdapat Opinion leader
yang dapat membimbing tingkah laku
anggota organisasi dan mempengaruhikeputusan. Pace and Faules (2006, h.
177 menyebutkan bahwa seorang
opinion leader tidak selalui sebagaipimpinan formal mempunyai otoritas
tersebut. Opinion leader biasanya
mempunyai dapat diukur melalui
besarnya degree centrality atau
keterpusatan. Menurut Prell (2012, h.97) degree centrality dalam jaringan
komunikasi menitikberatkan pada
keterpusatan aktor yang dianggapsebagai saluran utama informasi dalam
jaringan. Aktor ini memberikan
informasi ke orang banyak, informasiditerima kemudian banyak orang yang
menyebarkan informasi tersebut.
Jika melihat diagram
sosiogram maka opinion leader
berdasarkan poin degree centralitydalam organisasi RAPI adalah
Bambang Setiyono. KeberadaanBambang Setiyono dalam organisasi
RAPI merupakan sosok sentral sebagai
pembimbing organisasi dan orang
yang memiliki pengaruh dalammengambil keputusan organisasi.
Keberadaan Bambang sebagai opinion
leader selain karena faktor
keterlibatannya dengan RAPI yangcukup lama juga dipengaruhi oleh
posisi ketua yang sedang dijabatnya.
Selain itu dalam organisasiRAPI terdapat sosok lain yang
mempunyai degree centrality yang
kecil dan mamapu menjadi sosokopinion leader. Orang-orang tersebut
bisa menjadi seorang opinion leader
dikarenakan beberapa faktor sepertipengalaman dan senioritas, sehingga
pendapatnya mudah didengar oleh
anggota yang lain. Dalam organisasi
RAPI sosok Joko Sutrisno dan SriWidodo muncul sebagai opinion leader
karena mereka berdua dianggap tegas
dan mempunyai wibawa untuk dapatmempengaruhi anggota yang lain.
Secara historis organisasi RAPI
merupakan sebuah organisasi yangdibentuk dari berbagai lapisan yang
ada dalam masyarakat. Bentuk tersebut
menyebakan penyebaran informasi
sifatnya tidak terstruktur. Siapa saja
bisa menyampaikan informasi terkiniataupun mempunyai opini terhadap
suatu masalah tertentu dalam
organisasi. Hal ini dialami oleh SriWidodo yang merupakan seorang yang
berprofesi sebagai guru SD dan pernah
menjabat sebagai ketua RT dilingkungannya. Sri Widodo dianggap
mempunyai wibawa dan kredibilitas
untuk menyampaikan suara atau
informasi oleh anggota-anggota RAPI
lainnya.Untuk beberapa faktor
tertentu, besar kecil degree centralitytidak menjadikan orang tersebut
menjadi seorang opinion leader
seperti yang terbaca dalam sosiogram.
Hal seperti senioritas dan peranseseorang dalam masyarakat menjadi
ukuran tersendiri untuk menjadikan
seseorang dalam RAPI bisa menjadi
opinion leader. Seberapa kredibelorang tersebut merupakan sebuah
faktor penting agar pendapatnya
didengar oleh anggota yang lain.Dalam mengelola arus
informasi dalam organisasi,
dibutuhkan seorang Gatekeeper ataupenjaga gawang, yaitu orang yang
secara strategis ditempatkan dalam
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
16/20
14
sebuah jaringan komunikasi agar dapatmelakukan pengendalian
(penyaringan) atas informasi yang
beredar. Informasi yang masuk dari
berbagai sumber tersebut harusdisaring dan dikroscek kebenarannya,
sehingga informasi yang masuk tidak
menimbulkan kesimpang siuran.Fungsi strategis dari seorang
gatekeeper dalam RAPI adalah
melakukan pengendalian(penyaringan) atas pesan apa yang
boleh disampaikan pada anggota klik
atau pesan mana yang sebaiknya tidak
disampaikan pada anggota klik.
Sehingga informasi yang menyebarbisa terus kredibel dan dapat dipercaya
kebenarannya.
Dari gambar jaringan globalkomunikasi RAPI (gambar 4.9) diatas,
maka dapat diidentifikasi bahwa tidak
ditemukan adanya Gatekeepers, karenatidak adanya orang yang mengontrol
arus informasi diantara anggota
organisasi yang secara strategis
ditempatkan dalam jaringan agar dapat
melakukan pengendalian atas pesanapa yang akan disebarkan melalui
sistem tersebut. Dari gambar jaringankomunikasi yang ada, maka diketahui
bahwa informasi diperoleh langsung
dari Bambang Setiyono, Petrus dan
Joko Susilo, diteruskan kepada angoralain tanpa melaluigatekeeperssebagai
pengontrol informasi pada individu
yang ingin memperoleh informasi.
Ada beberapa kemungkinanyang terjadi baik positif maupun
negatif ketika informasi itu diteruskan
tanpa ada gatekeeper. Yang pertamaterjadi kelebihan informasi yang
disampaikan kepada anggota RAPI
yang lain, tidak adanya penjaga yangmengecek terlebih dahulu informasi
tersebut bisa menjadikan nformasi
menjadi bias kebenarannya dan justrumembuat bingung. Seperti tampak
pada diagram sosiogram (gambar 4.9)
terjadi penumpukan informasi. Kukuh,
Lesus, Imam Sutopo, Sri Mulyadi sertaSuwondo memperoleh informasi banjir
lebih dari satu orang.
Kemungkinan yang lainterhadap informasi yang diteruskan
begitu saja tanpa adanya penyaringan
tanpa gatekeeper adalah dikarenakankepercayaan yang besar terhadap peran
Bambang Setiyono, Petrus dan Joko
Susilo sebagai informan atau sumber
informasi dan hal ini telah berlangsung
dalam waktu yang lama dan berulang-ulang sehingga hal tersebut mengalir
begitu saja. Kebiasaan tersebut
menjadikan informasi yang dibawaoleh Bambang Setiyono, Petrus dan
Joko Susilo sudah dipercaya
kebenarannya ataupun anggota yanglain sudah terbiasa dan memahami
bahwa informasi yang dibawa oleh
mereka pasti terjaga kebenarannya.
Cosmopolite,merupakan orang
yang menghubungkan organisasidengan lingkungan sekitar. Seorang
cosmopolite adalah individu yangmelakukan kontak dengan individu-
individu diluar organisasi. Temuan
penelitian ini mengidentifikasi bahwa
Untung merupakan individu yangtermasuk dalam kategori cosmopolite.
Untung mendapatkan informasi banjir
dari Satuan Pelaksana Penanggulangan
Bencana (Satlak PB) bukan darianggota RAPI yang lain.
Status Untung yang aktif
melalukan penyuluhan kebencanaanbersama dengan Tim Sar dan PMI di
wilayah sekitar sungai Benganwan
Solo membuat Untung mudahmendapatkan informasi dari pihak luar
seperti Satuan Pelaksana
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
17/20
15
Penanggulangan Bencana (Satlak PB),PMI maupun Tim Sar. Dengan
berbagai kegiatan yang dilakukan
bersama pihak luar menyebabkan
pihak luar tersebut mempercayakaninformasi terkait bencana yang terjadi
kepada Untung untuk diteruskan
melalui jaringan komunikasi RAPI.Selain Untung, Petrus yang
juga mempunyai andil dalam
melakukan penyuluhan kebencanaandi wilayah bantaran sungai Bengawan
Solo juga menjadikan Petrus mudah
mendapatkan informasi dari pihak
luar. Keberadaan rumah Petrus yang
dekat dengan sungai Bengawan Solo,memberikan tanggung jawab lebih
untuk memberikan penyuluhan atau
sosialisai mengenai kebencanaan. Jikasewaktu-waktu banjir melanda, warga
yang terkena dampak dapat melakukan
tanggap darurat dan tindakpenyelamatan atau setidaknya tahu apa
yang harus dilakukan.
Bridge atau jembatan
merupakan orang yang bertugas untuk
menghungkan organisasinya denganorganisasi lain. Dalam diagram
sosiogram jaringan komunikasipenelitian ini memang tidak terlihat
jaringan Untung dengan organisasi
lain, karena dalam jaringan ini tidak
dijelaskan secara mendetail bagaimanabridge ini terbangun, tetapi secara
spesifik menyasar bagaimana
komunikasi di dalam organisasi RAPI
ini terjalin.Akan tetapi temuan dilapangan
memberikan gambaran lain bagaimana
bridge ini terbangun. Peranan bridgedalam organisasi ini mengarah ke
Petrus dan Untung, karena mereka
berdua secara aktif telah menjadicosmopolite yang berarti mereka dua
mempunyai akses lebih terhadpa
lingkungan sekitar dan secara aktifmendapatkan informasi yang
diteruskan kepada anggota RAPI
lainnya.
Peranan Untung dan Petrusyang tercatat sebagai anggota RAPI
dalam memberikan penyuluhan atau
sosialisai mengenai bencana alambekerja sama dengan Tim SAR, PMI
danSatuan Pelaksana Penanggulangan
Bencana (Satlak PB) secara tidaklangsung membuka jaringan kerjasama
antar organisasi RAPI dan pihak luar
seperti SAR, PMI, dan Satlak PBtersebut, meskipun dilapangan
kerjasama tersebut dilakukan olehindividu dengan individu yang berbeda
organisasi. Melalui pengamatan
penelitian dalam sebuah rapat RAPI,Untung dan Petrus sebenarnya
mengharapkan ada individu lain
didalam RAPI yang muncul danberkeingianan lebih dalam
bekerjasama dengan pihak lain. Hal
tersebut dimaksudkan untuk semakin
mengembangkan RAPI dalam hal
kerjasama yang lebih strategis bersamapihak lain.
Untuk saat ini hasil nyata yangdapat diraih RAPI melalui bridge
RAPI adalah akses informasi dari
SAR, Satlak PB dan PMI kepada
Untung dan Petrus yang kemudianditeruskan kepada anggota RAPI
lainnya. Selain keterangan Untung,
Didik Supriyono juga dapat
dikategorikan sebagai bridge. Dalamhal ini Didik dapat diandalkan untuk
berkoordinasi dengan Orari
(Organisasi Radio Amatir RepublikIndonesia). Dalam kaitannya dengan
kebencanaan, RAPI akan meminta
bantuan tambahan personil pada Orarijika dirasa RAPI kekurangan personil
di lapangan. Orari tidak dimasukkan
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
18/20
16
kedalam jaringan komunikasi RAPIkarena posisinya sebagai organisasi di
luar RAPI.
Temuan lain dari hasil
penelitian ini adalah adanya bridgedari kelompok lain. Karena dalam
penanggulangan bencana banjir di desa
Kadokan RAPI tidak bekerja sendiri,ada kelompok-kelompok lain yang ikut
terlibat seperti Tim Sar, PMI, Tagana
(Taruna Tanggap Bencana). Darikelompok-kelompok ini ada dari pihak
Tim Sar yang sering melakukan
kontak dengan pihak RAPI. Namun,
kelompok-kelompok ini tidak
dimasukkan ke dalam jaringan globalRAPI karena statusnya merupakan
organisasi diluar RAPI.
Liaison atau penghubungadalah orang yang mengaitkan atau
menghubungkan dua klik atau lebih
tetapi ia bukan anggota salah satukelompok yang dihubungkan tersebut.
Dari gambar jaringan komunikasi
global RAPI (gambar 4.1) diatas, maka
dapat diidentifikasi bahwa tidak
ditemukkannya liaison. Liaisonmemiliki peranannya yang sama
dengan bridge tetapi individu itusendiri bukanlah anggota dari satu
kelompok tetapi dia merupakan
penghubung diantara satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Semuaindividu di sana merupakan satu
kesatuan, sehingga tidak ditemukan
penghubung diantara RAPI dengan
kelompok lainnya yang individu inisendiri bukanlah anggota RAPI.
RAPI sudah sering
bekerjasama dengan organisasi lainseperti Tim Sar, PMI, Taruna tanggap
bencana (Tagana), sehingga tanpa
campur tangan orang lain untukmenjadi perantara antara organisasi
RAPI dengan organisasi lainnya, RAPI
sudah mempunyai koneksi sendiridengan organisasi-organisasi lain.
Selain itu peranan bridge dalam RAPI
cukup membantu kerjasama RAPI
dengan organisasi lain dalam halkebencanaan.
Peran yang terakhir dalam jaringan
komunikasi dinamakan isolate ataupenyendiri. Peran ini mempunyai
kontak komunikasi yang paling sedikit
dalam organisasi. Seorang penyendirilebih cenderung mengasingkan diri
atau dikucilkan oleh anggota
organisasi. Mereka juga hanya
melakukan sedikit atau sama sekali
tidak mengadakan kontak dengananggota kelompok lainnya. Dari
gambar jaringan global komunikasi
RAPI (gambar 4.1) diatas, maka dapatdiidentifikasi bahwa Wahyu Eko
Yulianto dapat dikategorikan sebagai
isolate, karena dalam bencana banjir diDesa Kadokan dia tidak menyebarkan
informasi kepada anggota RAPI yang
lain, tapi langsung memberi tahu
kepada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Karenamenurutnya BPBD merupakan instansi
yang berwenang atau yangbertanggung jawab terhadap
kebencanaan di wilayah Kabupaten
Sukoharjo.
Namun, apa yang ditemukan olehpeneliti dalam penelitian ini bahwa
RAPI sebenarnya mempunyai daftar
anggota yang mencapai 100an orang.
Tapi yang aktif berkegiatan hanyaseparuhnya saja. Hal itu disebabkan
karena kesibukan personal anggota
RAPI yang kebanyakan memilikipekerjaan tetap diluar keanggotaan
RAPI.
Dalam penelitian ini, ketika sudahdiketahui klik, opinion leader,
gatekeeper, cosmopolite, bridge,
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
19/20
17
liaison serta isolatemaka dapat dilihatsiapa saja kah yang perlu dihubungi
pertama kali ketika ada bencana,
kepada siapa anggota organisasi lain
misal (PMI, Tim Sar dsb) harusmenghubungi, kaitannya dalam
managemen komunikasi bencana
RAPI sudah melakukan dua hal utama,yang pertama mengenai pra bencana,
yakni dengan memberikan sosialisasi
atau penyuluhan terhadap masyarakatsekitar bantaran sungai Bengawan
Solo yang mana rawan dan berpotensi
banjir, serta melakukan tanggap
darurat dengan memberikan bantuan
penanganan bencana dalam bidangkomunikasi.
Selain itu, dengan melihat
jaringan komunikasi, terlihat pola
aliran informasi dalam RAPI. Kalaumelihat pola yang terjadi pada RAPI
yang cendenrung kepada pola roda,
dalam hal ini berkaitan dengan
tanggap darurat bencana maka, polaroda mempunyai keunggulan dalam
kecepatan memberikan informasi. Satu
orang sebagai komunikan, makadengan sekali mengudara atau
memberikan informasi melalui media
HT, setiap anggota yang saat itu jugamemegang HT maka informasi itu
dapat langsung dapat di dengar. Akan
tetapi, yang menjadi kelemahannya
adalah ketika anggota RAPI sedang
tidak membawa atau tidak berdekatanatau HT dalam kondisi mati, maka
informasi mengenai bencana banjir di
Desa kadokan tidak akan sampai.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Charles R. Berger and Steven H.Chaffee (1987).Handbook of Communication
Science.Newbury Park, CA: Sage.
DeVito, Joseph A. (1997). Komunikasi antar manusia, edisi 5. Jakarta:
Profesionial BookFrancis D. Yuri dkk, (1992).Radio Transceiver. Solo: Aneka Solo.
Miles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas
Indonesia (UIPress)
Moleong, L.J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif Edisi Revisi, Cetakankeduapuluh dua, Bandung: PT. Remaja
Muhammad, Arni. (2005).Komunikasi Organisasi.Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. (2005).Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Pace, R, & Faules, Don F. (2006).Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
kinerja Perusahaan.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, K. (2007). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi Fakultas Psikologi Univeritas Indonesia.
5/19/2018 POLA JARINGAN KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA RAPI KETIKA DALAM SITUASI BENCANA ALAM BANJIR DI DESA KADOK
20/20
18
Prell, Christina. (2012). Social Network Analysis: History, Theory, and
Methodology.London: Sage Publication.
RAPI. (2012).Buku Panduan Radio Antar Penduduk Indonesia.Semarang: RAPI.
Robbins, Stephen P. (2002). Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi.Jakarta: Erlangga
Rogers, Everett M., and D. Lawrence Kincaid. (1981). Communication Networks:
Toward a New Paradigm for Research. New York, Free Press.
Salim, Agus & Carolina, Sinta (eds). 2001. Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial: DariDenzin Guba dan Penerapannya. Yogyakarta: Tiara Wacana
Susanto, Eko Hary., Budi, Setio HH., Lucinda., Bintoro, Agustinus Gatot.,
Lestari, Puji,Lestari., Chandra, Ade.et al. (2011). Komunikasi
Bencana.Yogyakarta: Mata Padi Pressindo
Disertasi
Kim, Kyun Do (2007). Identifying Opinion Leaders by Using Social NetworkAnalysis: A Synthesis of Opinion Leadership Data Collection Methodsand Instruments, (Disertasi Doktoral, Ohyo University, 2007). Diakses
dari
https://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file?accession=ohiou1186672135&disposition=inline
Jurnal
Zhang, Chao., Okada, Norio., Yokomatsu, Muneta & Matsuda, Yoko.Bottleneck
Analysis of Disaster Risk Communication Problems Based on Post-
disaster Field Surveys - Case Studies of Two Typhoon Disasters in Japan,2008, 13-16
E-Book
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: Km.49 Tahun
2002 Tentang Pedoman Kegiatan Amatir Radio. Tersedia dihttp://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/pemula/peraturan/P9%20-%20KM%2049%20-%202002.pdf
Moreno, Luigi (2001). Point-to-point Radio Link Engineering. Torino:
International Telecommunication Union. Tersedia di
http://www.activeonline.com.au/PPRLE%20E-Book%20v1%202.pdf
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana. Tersedia dihttp://www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdf
https://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file?accession=ohiou1186672135&disposition=inlinehttps://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file?accession=ohiou1186672135&disposition=inlinehttp://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/pemula/peraturan/P9%20-%20KM%2049%20-%202002.pdfhttp://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/pemula/peraturan/P9%20-%20KM%2049%20-%202002.pdfhttp://www.activeonline.com.au/PPRLE%20E-Book%20v1%202.pdfhttp://www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdfhttp://www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/1.pdfhttp://www.activeonline.com.au/PPRLE%20E-Book%20v1%202.pdfhttp://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/pemula/peraturan/P9%20-%20KM%2049%20-%202002.pdfhttp://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/pemula/peraturan/P9%20-%20KM%2049%20-%202002.pdfhttps://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file?accession=ohiou1186672135&disposition=inlinehttps://etd.ohiolink.edu/!etd.send_file?accession=ohiou1186672135&disposition=inline