Pneumo Thorak s

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    1/21

    Laporan Kasus

    PNEUMOTHORAKS SPONTAN SEKUNDER

    Oleh :

    Elvicha Dwi Novertha

    0908151699

    Pembimbing :

    dr. Surya Hajar, SpP

    KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU PENYAKIT PARU RSUD ARIFIN ACHMAD

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

    PEKANBARU

    2014

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    2/21

    BAB I

    PNDAHULUAN

    Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara pada rongga pleura

    yaitu diantara jaringan paru dan dinding dada. Kondisi ini termasuk

    kegawatdaruratan medik, karena mengakibatkan gangguan fungsi pernapasan

    secara akut dan bermakna. Diagnosis yang tepat harus diikuti dengan tindakan

    medik sesegera mungkin untuk menghindari mortalitas.1

    Pneumothoraks dapat terjadi secara traumatik, iatrogenik, maupun terjadi

    secara spontan. Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi pneumotoraks

    primer dan sekunder. Pneumothoraks spontan primer adalah pneumothoraks yang

    terjadi tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya ataupun trauma dan dapat terjadi

    pada individu yang sehat. Sedangkan pneumothoraks spontan sekunder berkaitan

    dengan kelainan paru atau riwayat penyakit paru sebelumnya, misalnya penyakit

    paru obstruktif kronik (PPOK) dan tuberkulosis paru (TB paru).1

    Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak dan

    tidak diketahui. Perbandingan pria dan wanita 5:1. Pneumotoraks spontan

    merupakan jenis pneumotoraks yang paling banyak ditemukan dengan

    kecenderungan semakin meningkat.1 Pada penelitian terkini dari 505 pasien di

    Israel dengan pneumothoraks spontan sekunder didapatkan penyebab terbanyak

    adalah PPOK 348 orang, tumor 93 orang, sarkoidosis 26 orang, tuberkulosis 9

    orang, penyakit infeksi paru lainya 16. Data di RSU dr.Soetomo tahun 2000-2004

    menyebutkan terdapat 392 orang pasien pneumotoraks spontan sekunder yang

    dirawat di bangsal paru, dan pasien dengan penyakit dasar tuberkulosis paru

    sebanyak 304 orang (76%).

    2

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    3/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Pnemothoraks

    Pneumothoraks adalah keadaan dimana kavum pleura terisi udara, yang

    mengakibatkan paru-paru kolaps atau menguncup sehingga mengganggu

    respirasi.2 Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh:3

    1. Robeknya pleura viseralis sehingga saat inspirasi udara yang memasukialveolus akan memasuki rongga pleura. Pneumotoraks seperti ini disebut

    dengan closed pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura viseralis berfungsi

    sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tidak bisa keluar lagi

    dari cavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya udara semakin lama

    semakin banyak sehingga mendorong mediastinum ke arah kontralateral

    dan menyebabkan terjadinya tension pneumotoraks.

    2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubunganantara kavum pleura dan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar

    dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung melewati lubang tersebut

    dibandingkan dengan traktus respiratorius yang sebenarnya. Pada saat

    inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar

    masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan paru kolaps

    pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat,

    akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi

    ini disebut sebagai open pneumotoraks.

    Gambar 2.1 Pneumothoraks

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    4/21

    2.2 Klasifikasi Pneumothoraks

    Pneumothraks berdasarkan penyebabnya diklasifikasikan menjadi 2,

    yaitu:2

    1. Pneumotoraks spontana. Pneumotoraks spontan primer; Pneumotoraks spontan primer

    terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari

    sebelumnya. Umumnya disebabkan oleh pecahnya suatu bleb

    subpleura yang biasanya terdapat di daerah apeks paru.

    b. Pneumotoraks spontan sekunder; Terjadi sebagai komplikasipenyakit paru dasarnya (underlying lung disease). Beberapa

    penyakit yang sering menjadi penyebab pneumotoraks antara lain

    PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis paru.

    2. Pneumotoraks traumatika. Non iatrogenik; terjadi sebagai akibat trauma, baik trauma tumpul

    maupun trauma tajam di dinding dada.

    b. Iatrogenik; terjadi akibat tindakan medis karenakesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan

    parasentesis dada, biopsi pleura dan lain-lain.

    Berdasarkan jenis fistulanya pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi

    3, yaitu:

    1. Pneumotoraks tertutup (Simple pneumothorax)Pneumotoraks tertutup merupakan suatu pneumotorak dengan tekanan udara

    di kavum pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada

    sisi hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah daritekanan atmosfir.

    2. Pneumotorak terbuka (open pneumothorax)Pneumotoraks terbuka terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga

    pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut.

    3. Tension pneumothoraxTension pneumothoraks terjadi karena mekanisme check valveyaitu pada saat

    inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    5/21

    udara dari rongga pleura tidak dapat keluar. Pada keadaan ini dapat

    mengakibatkan gagal napas.

    2.3 Pneumothoraks spontan sekunderPneumothoraks spontan sekunder terjadi karena terdapatnya penyakit paru

    yang mendasari. Pneumothoraks ini merupakan komplikasi dari penyakit paru

    tersebut.

    2.3.1 Etiologi pneumothoraks spontan sekunder3

    Penyakit yang dapat menyebabkan penumothoraks spontan sekunder

    meliputi :

    - Penyakit paru obstruksi kronis- Tuberkulosis- Asma- Pneumonia- Karsinoma bronkogenik atau metastase

    2.3.2 Patogenesis pneumothoraks spontan sekunder

    Mekanisme terjadinya pneumotoraks spontan sekunder adalah akibat

    peningkatan tekanan intrabronkial yang diteruskan hingga ke alveolar yangmelebihi tekanan interstisial paru dan menyebabkan udara dari alveolus berpindah

    ke rongga interstisial kemudian menuju hilus dan menyebabkan

    pneumomediastinum. Kemudian udara akan berpindah melalui pleura parietalis

    pars mediastinal ke rongga pleura sehingga menimbulkan pneumotoraks. Selain

    itu tekanan yang tinggi pada alveolar akan mengakibatkan alveoli robek sehingga

    merobek pleura disekitarnya, hal ini mengakibatkan udara masuk ke kavum

    pleura.

    Pada PPOK saat proses inspirasi, lumen bronkiolus melebar sehingga udara

    dapat melewati penyumbatan akibat penebalan mukosa dan banyaknya mukus.

    Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkus kembali menyempit sehingga sumbatan

    dapat menghalangi keluarnya udara. Akibat hilanya elastisitas dinding bronkiolus

    dan juga terjadinya emfisema yang mengakibatkan kolaps premature, sehingga

    udara terperangkap pada segmen paru yang terkena, dan akhirnya berakibat

    terjadinya distensi berlebihan serta penggabungan beberapa alveolus yang

    membentuk bula. Pembentukan bula ini terjadi akibat fragmentasi jaringan elastik

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    6/21

    intralveolar, disertai rusaknya sekat intraalveolar yang menipis. Bleb yang

    terbentuk akibat rupturnya alveoli dapat pecah ke rongga pleura yang dapat

    mengakibatkan pneumotoraks spontan.

    2.3.3 Diagnosis2,3

    a. Anamnesis :

    Sesak nafas (80-100% kasus) Nyeri dada (75-90% kasus) Batuk-batuk (25-35% kasus)

    b. Pemerikasaan fisikPada pemeriksaan fisik thoraks ditemukan:

    - Inspeksi : dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit. Padawaktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal. Trakea dan

    jantung terdorong ke sisi yang sehat.

    - Palpasi : pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal ataumelebar. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat. Fremitus suara

    melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.

    - Perkusi : suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dantidak menggetar. Batas jantung terdorong kearah toraks yang sehat, apabila

    tekanan itrapleura tinggi.

    - Auskultasi : pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampaimenghilang. Suara napas terdengar amforik bila ada fistel bronkopleura

    yang cukup besar pada pneumotoraks terbuka.

    c. Pemeriksaan penunjang : Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun

    pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.

    Gambaran radiologis foto toraks pada pneumotoraks berupa bayanganudara dalam rongga pleura yang memberikan gambaran bayangan

    radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan

    batas paru berupa garis radioopaque tipis berasal dari pleura viseralis. Jika

    pneumotoraks luas, akan menekan paru kearah hilus sehingga paru kolaps

    dan mendorong kearah kontralateral serta didapatkan pelebaran sela iga.5

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    7/21

    2.3.4 Penatalaksanaan4

    Penatalaksanaan bertujuan :

    1. Menghilangkan udara dalam rongga pleura.2. Menurunkan atau mencegah kemungkinan terjadinya pneumothoraks spontan

    berulang.

    Penatalaksanaan pneumothoraks (bergantung dari derajat atau luasnyapneumotoraks tersebut) mulai dari yang ringan sampai dengan berat adalah

    sebagai berikut:

    - Non operatifa. Observasi

    Pasien dengan luas pneumothoraks

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    8/21

    c. AspirasiAspirasi dilakukan dengan cara menusukkan jarum melalui dinding dada

    sampai masuk ke rongga pleura, sehinggta tekanan udara positif pada

    rongga pleura akan keluar melalui jarum tersebut. Tindakan ini

    dilakukan pada pasien dengan luas pneumothoraks >15%.

    d. Pemasangan Water Sealed Drainage(WSD)Pemasangan WSD dilakukan untuk mengalirkan udara dari dalam

    rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga pleura.

    Pemasangan WSD dilakukan pada ICS 6 linea mid aksilaris pada

    hemitoraks yang terkena. Untuk WSD dicabut apabila ketika pasien

    disuruh untuk batuk, undulasi cairan pada botol WSD sudah tidak

    terdapat lagi. Untuk mengevaluasi keberhasilan WSD dalam

    mengembangkan paru, maka dilakukan pemeriksaan rontgen kembali.

    - Operatifa. Pleurodesis

    Dilakukan pada pneumotoraks berulang atau habitualis. Dilakukan

    dengan merekatkan pleura parietal dan pleuran viseral.

    b. TorakoskopiTorakoskopi merupakan suatu tindakan untuk melihat langsung ke

    dalam rongga toraks menggunakan alat bantu torakoskop. Torakoskopi

    bisa untuk diagnosis maupun untuk terapi.

    c. TorakotomiTorakotomi merupakan tindakan pembedahan pada rongga toraks.

    Terapi ini digunakan bila terapi dengan torakospoi gagal dilakukan.

    2.3.5 Komplikasi pneumothoraks2

    1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema,hidropneumotoraks.

    2. Gangguan hemodinamika. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruhmediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan

    mengakibatkan penurunan kardiak output, sehingga dapat menimbulkan

    syok kardiogenik.

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    9/21

    3. Emfisema, dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.

    2.3.6 Prognosis pneumothoraksPasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami

    kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube

    thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien pneumotoraks yang

    dilakukan torakotomi terbuka. Pasien PSS tergantung dari penyakit paru yang

    mendasarinya.2

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    10/21

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. R

    Umur : 83 tahun 9 bulan

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Pekerjaan : -

    Status : Menikah

    Alamat : Tualang Siak

    Masuk RS : 20 April 2014

    Tanggal Pemeriksaan : 28 April 2014

    ANAMNESIS

    KELUHAN UTAMA

    Sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 minggu SMRS.

    RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

    - 1 tahun SMRS pasien sering mengeluhkan batuk kering dan berdahakyang hilang timbul, dahak berwarna putih, darah pada dahak (-), keluhan

    pasien juga mengeluhkan sesak nafas ringan yang hilang timbul, tidak

    dipengaruhi oleh waktu dan suhu, pasien tidak mengeluhkan demam,

    tidak ada mengeluhkan keringat pada malam hari serta penurunan nafsu

    makan.- 2 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas yang terus menerus, sesak

    dirasakan saat beraktivitas dan tidak menghilang dengan istirahat. Pasien

    juga merasakan nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri dirasakan seperti

    ditusuk-tusuk dan tidak menjalar, nyeri saat beraktivitas (-) nyeri

    bertambah terutama saat pasien batuk. Kemudian pasien dirawat di RS

    Siak dan keluhan menghilang.

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    11/21

    - Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien kembali mengeluhkansesak nafas yang semakin lama semakin berat, sesak dirasakan terus

    menerus, sesak saat beraktivitas (+) namun tidak menghilang dengan

    istirahat dan perubahan posisi, sesak tidak dipengaruhi suhu dingin dan

    debu. Nyeri pada dada sebelah kiri (+) terutama saat pasien batuk dan

    menarik nafas dalam. Batuk berdahak (+) Demam (-), riwayat trauma (-),

    mual dan muntah (-), tidak ada keluhan BAB dan BAK.

    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    Riwayat asma (-)

    Riwayat hipertensi (-)

    Riwayat DM (-)

    Riwayat keganasan (-)

    Riwayat sakit jantung (-)

    Riwayat TB paru (-)

    RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

    Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal sama.

    Riwayat asma tiak diketahui.

    Riwayat hipertensi tidak diketahui.

    RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

    Pasien tidak bekerja lagi.

    Pasien seorang perokok selama 40 tahun, 3 bungkus dalam sehari.

    Riwayat penggunaan alkohol (-).

    PEMERIKSAAN UMUM

    Kesadaran : Komposmentis

    Tekanan darah :110/70 mmHg

    Nadi : 104x/ menit

    Pernapasan : 30 x/menit

    Suhu : 36,7 C

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    12/21

    PEMERIKSAAN FISIK

    Kepala

    Kulit dan Wajah : Wajah tidak sembab. Wajah tidak terlihat pucat.

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,

    isokor dengan diameter 3/3 mm, reflek cahaya +/+

    Leher :KGB tidak membesar, tidak ada peningkatan JVP, deviasi

    trakea (-).

    Thorak

    Paru :

    - Inspeksi : Jejas (-), barrel chest (-), bentuk dan gerakandinding dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bagian yangtertinggal. Tampak selang WSD terpasang pada sela iga 6 kiri,

    undulasi (+), bubble (+), cairan (-).

    - Palpasi : Vocal fremituskiri melemah dibandingkan kanan.- Perkusi : hipersonor pada lapangan paru bagian kiri dan

    sonor pada lapangan paru bagian kanan.

    - Auskultasi : suara nafas melemah pada paru kiri, vesikuler padaparu kanan. Wheezing (+/+), ronkhi (+/+).

    Jantung :

    - Inspeksi :Ictus cordistidak terlihat.- Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.- Perkusi : Batas jantung DBN- Auskultasi : Bunyi jantung (S1 dan S2) normal, bising jantung

    (-)

    Abdomen :

    - Inspeksi : Perut cembung, tidak ada venektasi, scars, lesi dan ruam.- Auskultasi : Bising usus (+)- Palpasi : supel, nyeri tekan dan nyeri ketok tidak ada. Hepar dan

    lien tidak teraba.

    - Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    13/21

    Ekstremitas:

    - akral hangat- Capillary refill time< 2 sekon.- tidak ada edema.

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Tanggal 20 April 2014

    - Darah RutinWBC : 14.300/l

    HGB : 13 gr/dl

    HCT : 39,9 %

    PLT : 207.000/l

    - Kimia DarahAST : 31,1 U/L

    ALT : 29 U/L

    Glukosa : 135 mg/dl

    Kreatinin : 1,35 mg/dl

    Ureum : 49,9 mg/dl

    BUN : 23,3 mg/dl

    ALB : 3,81 g/dL

    - Pemeriksaan sputum SPS : Negatif- Foto thoraks AP

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    14/21

    Kesan : terlihat garis putih tipis pada tepi paru kiri, pleura viseral (pleural

    line). Tidak terdapat corakan paru antara tepi paru kiri dan dinding dada

    kiri (gambaran radiolusen tanpa corakan paru). Corakan vaskuler

    meningkat pada paru kanan.

    Luas pneumothorak : 40%

    RESUME

    Tn. R datang ke RSUD AA pada tanggal 20 April 2014 dengan keluhan

    sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 minggu SMRS. Berdasarkan hasil

    anamnesis didapatkan 1 tahun SMRS pasien sering mengeluhkan batuk kering dan

    batuk berdahak dan disertai sesak nafas ringan yang berkurang dengan istirahat. 2

    bulan SMRS pasien dirawat di RS Siak karena mengeluhkan sesak nafas yang

    terus menerus, sesak dirasakan saat beraktivitas dan tidak menghilang dengan

    istirahat. Pasien juga merasakan nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri dirasakan

    seperti ditusuk-tusuk dan bertambah terutama saat pasien batuk. Sejak 1 minggu

    SMRS pasien kembali mengeluhkan sesak nafas yang semakin lama semakin

    berat, sesak dirasakan terus menerus, sesak saat beraktivitas (+) namun tidak

    menghilang dengan istirahat dan perubahan posisi, Nyeri pada dada sebelah kiri

    (+) terutama saat pasien batuk dan menarik nafas dalam. Batuk berdahak (+).

    Kemudian pasien dibawa ke RSUD AA. Dari pemeriksaan fisik pada paru kiri

    didapatkan tampak selang WSD terpasang pada sela iga 6 dengan undulasi (+) dan

    bubble (+), vocal fremitus kiri melemah, hipersonor, suara paru kiri melemah,

    wheezing (+). Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan

    peningkatan leukosit dan pada pemeriksaan radiologi terlihat garis putih tipis pada

    tepi paru kiri, pleura viseral (pleural line). Tidak terdapat corakan paru antara tepiparu kiri dan dinding dada kiri (gambaran radiolusen tanpa corakan paru).

    Corakan vaskuler paru meningkat pada paru kanan.

    DAFTAR MASALAH

    1. Sesak nafas2. Batuk berdahak

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    15/21

    DIAGNOSIS

    Pneumothoraks sinistra spontan sekunder e.c PPOK

    RENCANA PENATALAKSANAAN

    Non Farmakologi

    - Tirah baring- Hindari kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan peningkatan

    tekanan intra pleura ( teriak, bersin keras, mengejan dan batuk

    keras )

    - Pemberian oksigen nasal kanul 4 liter per menit- Diet makanan lunak tinggi kalori tinggi protein

    Farmakologi

    - IVFD RL 20 tpm- Cefotaksim 1mg 2x1 IV- Salbutamol 2mg 3x1- Codein 10mg 2x1

    FOLLOW UP

    Tanggal 29 April 2014

    Subjektif : sesak (+), nyeri dada (+), batuk berdahak (+) Objektif :

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : komposmentis

    Vital sign : TD : 110/80 mmHg

    Nadi : 98 x/menit

    RR : 30 x/menit

    T : 36,3 C

    Paru

    Inspeksi : gerakan nafas simetris, pada WSD undulasi (+),

    bubble (+), cairan (-).

    Palpasi : vocal fremitus kiri melemah

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    16/21

    Perkusi : dekstra : sonor

    Sinistra : hipersonor

    Auskultasi : suara nafas melemah pada lapangan paru kiri,

    suara napas vesikuler pada lapangan paru kiri.

    Wheezing (+/+), ronkhi (-/-).

    A : Pneumothoraks sinistra spontan sekunder P :

    - O2 4 liter/menit dengan nasal kanul- IVFD RL 20 tpm- Cefotaksim 1mg 2x1 IV- Salbutamol 2mg 3x1- Codein 10mg 2x1

    Tanggal 30 April 2014

    Subjektif : sesak berkurang, nyeri dada berkurang, batuk berdahak (+) Objektif :

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : komposmentis

    Vital sign : TD : 110/80 mmHg

    Nadi : 98 x/menit

    RR : 28 x/menit

    T : 36,5 C

    Paru

    Inspeksi : gerakan nafas simetris, pada WSD undulasi (+),

    bubble (+), cairan (-).

    Palpasi : vocal fremitus kiri melemah

    Perkusi : dekstra : sonor

    Sinistra : hipersonor

    Auskultasi : suara nafas melemah pada lapangan paru kiri,

    suara napas vesikuler pada lapangan paru kiri.

    Wheezing (+/+), ronkhi (-/-).

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    17/21

    Pemeriksaan radiologi: Belum terjadi pengembangan paru.

    A : Pneumothoraks sinistra spontan sekunder P :

    - O2 4 liter/menit dengan nasal kanul- IVFD RL 20 tpm- Cefotaksim 1mg 2x1 IV- Salbutamol 2mg 3x1- Codein 10mg 2x1

    Tanggal 2 May 2014

    Subjektif : sesak berkurang, nyeri dada (-), batuk berdahak (+) Objektif :

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : komposmentis

    Vital sign : TD : 110/70 mmHg

    Nadi : 96 x/menit

    RR : 28 x/menit

    T : 36,3 C

    Paru

    Inspeksi : gerakan nafas simetris, pada WSD undulasi (+),

    bubble (+), cairan (-).

    Palpasi : vocal fremitus kiri melemah

    Perkusi : dekstra : sonor

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    18/21

    Sinistra : hipersonor

    Auskultasi : suara nafas melemah pada lapangan paru kiri,

    suara napas vesikuler pada lapangan paru kiri.

    Wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

    A : Pneumothoraks sinistra spontan sekunder P :

    - O2 4 liter/menit dengan nasal kanul- IVFD RL 20 tpm- Cefotaksim 1mg 2x1 IV- Salbutamol 2mg 3x1- Codein 10mg 2x1

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    19/21

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Penegakan diagnosis pneumotoraks sinistra spontan sekunder dapat

    berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada

    anamnesis didapatkan adanya keluhan sesak nafas yang semakin lama semakin

    memberat, batuk dan dada sebelah kiri terasa nyeri.

    Dari pemeriksaan fisik thorak yang dilakukan pada tanggal 28 April 2014,

    pada paru kiri didapatkan tampak selang WSD terpasang pada sela iga 6 dengan

    undulasi (+) dan bubble (+), vocal fremitus kiri melemah, hipersonor pada

    perkusi, suara napas melemah, dan didapakan wheezing (+). Pada pemeriksaan

    radiologi yang dilakukan pada tanggal 20 April 2014 terlihat garis putih tipis pada

    tepi paru kiri, pleura viseral (pleural line). Tidak terdapat corakan paru antara tepi

    paru kiri dan dinding dada kiri (gambaran radiolusen tanpa corakan paru).

    Corakan vaskuler paru meningkat pada paru kanan. Luas pnemotoraks pada

    pasien ini adalah 40%.

    Pneumothoraks spontan sekunder pada pasien ini diduga disebabkan oleh

    karena penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Hal ini didasari adanya faktor

    resiko kejadian PPOK pada pasien yaitu merokok selama 40 tahun dengan 3

    bungkus perhari. Dari anamnesis juga didapatkan pasien sering mengeluhkan

    adanya batuk berdahak. Pada PPOK saat proses inspirasi, lumen bronkiolus

    melebar sehingga udara dapat melewati penyumbatan akibat penebalan mukosa

    dan banyaknya mukus. Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen bronkus kembali

    menyempit sehingga sumbatan dapat menghalangi keluarnya udara. Akibat

    hilanya elastisitas dinding bronkiolus dan juga terjadinya emfisema yangmengakibatkan kolaps premature, sehingga udara terperangkap pada segmen paru

    yang terkena, dan akhirnya berakibat terjadinya distensi berlebihan serta

    penggabungan beberapa alveolus yang membentuk bula. Pembentukan bula ini

    terjadi akibat fragmentasi jaringan elastik intralveolar, disertai rusaknya sekat

    intraalveolar yang menipis. Bleb yang terbentuk akibat rupturnya alveoli dapat

    pecah ke rongga pleura yang dapat mengakibatkan pneumotoraks spontan.

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    20/21

    Keluhan lain yang membantu diagnosis pneumothoraks adalah nyeri dada.

    Nyeri dada terjadi karena adanya udara intrapleura yang menyebabkan regangan

    pada pleura parietal, nyeri juga dapat terjadi akibat perdarahan yang terjadi akibat

    robekan pleura viseralis dan darah yang menimbulkan iritasi pada pleura

    parietalis.

    Pada pasien ini indikasi dilakukan pemasangan WSD, karena dari hasil

    pemeriksaan radiologis didapatkan luas pneumothoraks yang > 15%. Dengan

    dilakukan pemasangan WSD diharakan pengeluaran udara yang terjadi terus-

    menerus sampai terjadi penutupan fistel bronkopleura. Setelah pemasangan WSD

    dilakukan pemeriksaan radilogis untuk menentukan keberhasilan pemasangan,

    dan setelah klinis membaik dilakukan pemeriksaan ulang untuk menilai

    pengembangan paru. Jika paru telah mengembang sempurna, dilakukan uji coba

    dengan menjepit pipa 2x24 jam, dan setelah itu dilakukan rontgen ulang sebelum

    dicabut.

    Terapi lainnya berupa pemakaian oksigen dengan konsentrasi tinggi.

    Berdasarkan literature diperoleh bahwa pemberian oksigen 100% akan

    meningkatkan resorbsi oksigen enam kali lipat. Pemberian antibiotik ditujukan

    untuk mencegah infeksi sekunder akibat pemasangan WSD. Codein merupakan

    opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena yang memiliki efek anti nyeri,

    meredakan batuk dan sesak nafas.

  • 5/25/2018 Pneumo Thorak s

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Leman MM, Thabrany Z, Amrie Y. Water Seald Drainase mini dengancatheter intravena dan modifikasi fiksasi pada kasus hidropneumotoraks

    sekunder. Laporan kasus. RS Paru Dr. M Goenawan Partowidigdo; Bogor.

    No.11 tahun XXXIII, November 2007. p.774

    2. FK UI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Jilid II. Jakarta: 20073. Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

    Airlangga University Press. 2005. p.169.

    4. Sahn S, Heffner J. Spontaneus Pneumothorax. NEJM. 20005. Kusumawidjaja. Pleura dan Mediastinum. Dalam: Radiologi Diagnostik,

    Ekayuda I, editor. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006.119-20.