plenary

Embed Size (px)

DESCRIPTION

plenary

Citation preview

LAPORAN PLENARY DISCUSSIONKELOMPOK TUTORIAL 5

BLOK 6IMUNITAS DAN INFEKSI

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kami sehingga laporan ini berhasil kami selesaikan tanpa suatu halangan apapun.

Sesuai dengan syarat kurikulum, setiap kelompok tutorial pada akhir blok diwajibkan untuk menyelesaikan laporan plenary discussion salah satu skenario sebagai salah satu syarat untuk lulus blok. Pada blok 6 ini tema skenarionya adalah kandidiasis. Sehingga pada laporan ini akan kami laporkan hasil diskusi kami tentang kandidiasis.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing, dosen tutorial dan teman teman kami yang telah mendukung dan bekerjasama dalam pembuatan laporan ini.

Tentu kami selaku penyusun laporan tentu belum bisa sempurna dalam menyusun laporan ini, maka dari itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga melalui laporan ini pembaca dapat memahami dan mengambil ilmu tentang kandidiasis yang dapat terjadi pada manusia dan manifestasinya pada rongga mulut.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tim Penyusun

Tutorial 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam praktik kedokteran gigi, seringkali seorang dokter gigi menjumpai penyakit-penyakit di rongga mulut yang disebabkan oleh infeksi suatu mikroorganisme. Contoh contoh organisme yang biasanya menginfeksi adalah seperti bakteri, virus, dan jamur. Pada skenario blok 6 ini, dikhususkan membahas penyakit penyakit yang disebabkan karena infeksi jamur khusus nya di rongga mulut. Perlu diketahui bahwa awal mula terbentuknya jamur di rongga mulut kita berasal dari flora normal rongga mulut yang dipacu oleh beberapa sebab, seperti contohnya kebersihan rongga mulut yang buruk, faktor hormonal, dan ketidakseimbangan jumlah flora normal dalam rongga mulut. Hal hal seperti inilah yang perlu kita ketahui sebagai salah satu bekal kita kelak untuk menjadi dokter gigi di masa depan. Selain itu, perlu juga mengetahui etiologi-etiologi yang dapat menyebabkan infeksi jamur tersebut.Sebagai dokter gigi umum, kita harus mampu mengidentifikasi lesi-lesi tersebut dengan anamnesa seperti riwayat lesi, pemeriksaan tanda-tanda klinis baik pemeriksaan intra oral dan ekstra oral serta melakukan perawatan sesuai dengan indikasi pada pasien.

Maka pada makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan lesi-lesi yang terjadi pada rongga mulut khususnya lesi yang diakibatkan oleh infeksi jamur atau bisa kita sebut kandidiasis serta cara menegakkan diagnosis dan kemudian perawatan-perawatan yang dapat dilakukan.

2. SkenarioA 40 years old patient visits a dentist complaining the pain and uncomfortable feeling on his upper denture prothesis. Based on the anamnesis, it is noted that the patient ordered the denture prothesis to a tooth maker one year ago. The clinical examination showed that the prothesis was glued to both teeth adjacent to it. After the prosthesis is taken off from the attachment, small white spots were observe on the entire tissue surface under the upper prothesa on the palatum. The mucosa looks more bright reddish and the consistency is more elastic.3. Rumusan Masalah

BAB IIPEMBAHASAN

1. FASE PERTUMBUHAN SELAda 2 cara sel memperbanyak diri yaitu pembelahan langsung yang disebut amitosis dan pembelahan tidak langsung atau amitosis. Amitosis diawali penyempitan di tengah-tengah nukleus sehingga terbagi dua, selanjutnya diikuti oleh pembagian sitoplasma yang menghasilkan 2 sel anakan. Cara pembelahan ini dijumpai pada sel-sel yang bersifat sementara, seperti sel-sel membran embrionik dan sel-sel yang memasok makanan sementara, kedua macam sel itu pada akhirnya mengalami binasa.

1. Pembelahan Sel secara LangsungPerbedaan antara organisme prokariotik dan eukariotik, terutama berdasarkan pada ada tidaknya membran inti selnya. Membran inti sel tersebut membatasi cairan pada inti sel (nukleoplasma) dengan cairan di luar inti sel, tempat terdapatnya organel sel (sitoplasma). Organisme prokariotik tidak mempunyai membran inti sel, sedangkan organisme eukariotik mempunyai membran inti sel. Oleh karena itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus) sejati.

Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat pada daerah yang disebut nukleoid .DNA pada bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada sel eukariotik. DNA pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga tidak perlu dikemas menjadi kromosom sebelum pembelahan.

Proses pembelahan sel pada Amoeba2. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis dan Meiosis)Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan pembelahan ditandai dengan penampakan kromosom yang berbeda-beda. Kalian telah mengetahui bahwa di dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin . Ketika sel akan membelah, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian disebut kromosom. Kromosom dapat berikatan dengan warna tertentu, sehingga mudah diamati dengan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom merupakan benang pembawa sifat. Di dalam kromosom terdapat gen sebagai faktor pembawa sifat keturunan.

Pada waktu sel sedang membelah, terjadi proses pembagian kromosom di dalamnya. Tingkah laku kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase itulah yang disebut pembelahan secara tidak langsung. Mengenai fase-fase pembelahan mitosis akan dibahas pada subab tersendiri.

Pembelahan sel secara tidak langsung dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis . Sebelum kalian mempelajari lebih jauh tentang pembelahan sel secara tidak langsung, ada baiknya kalian lakukan rubrik Diskusi beri-kut ini.

Proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan atau organ tu-buh organisme terjadi melalui proses pembelahan sel secara mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya. Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan gamet (sel kelamin).

Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi dua sel anakan. Sel anakan ini mewarisi sifat sel induknya dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Jika sel induk memi-liki 2n kromosom, maka setiap sel anakan juga emiliki 2n kromo-som. Jumlah 2n ini disebut juga kromosom diploid .

Pembelahan mitosis terjadi selama pertumbuhan dan reproduksi secara aseksual. Pada manusia dan hewan, pembelahan mitosis terjadi pada sel meristem somatik (sel tubuh) muda yang mengalami pertum-buhan dan perkembangan. Sebagai contoh, sel telur yang telah dibuahi sperma akan membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk embrio. Sel-sel pada embrio ini terus-menerus membelah secara mitosis dan akhirnya terbentuk bayi. Pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa juga melalui mekanisme pembelahan sel secara mitosis.

Pembelahan meiosis yang disebut juga sebagai pembelahan reduksi merupakan pembelahan sel induk dengan jumlah kromosom diploid (2n) menghasilkan empat sel anakan. Setiap sel anakan mengandung separuh kromosom sel induk atau disebut haploid ( n). Pembelahan meiosis terjadi pada proses pembentukan sel gamet (sel kelamin) pada organ reproduksi (testis atau ovarium).

Pada manusia atau hewan, sperma yang haploid dihasilkan di dalam testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan di dalam ovarium. Pada tumbuhan berbunga, sel gamet dihasilkan di dalam putik dan benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet betina terjadi melalui tahapan gametogenensis (dibahas pada subbab tersendiri). Penyatuan kedua gamet akan menghasilkan zigot dengan variasi genetik. Ini disebabkan karena sel anakan merupakan hasil penyatuan dua sel yang berbeda materi genetiknya. Perpaduan ini menyebabkan adanya variasi genetik.

B.Tahapan Pembelahan MitosisPembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu. Sebenarnya, pembelahan mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel. Siklus sel terdiri dari fase pembelahan mitosis (M) dan periode pertumbuhan yang disebut interfase. Interfase merupakan bagian ter-besar dari siklus sel. Interfase terdiri dari tiga sub fase, yaitu fase G1 (pertumbuhan primer), fase S (sintesis) , dan fase G2 (pertumbuhan sekunder ).

Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasil-kan sel-sel tubuh (sel somatik). Secara garis besar, pembelahan selsecara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase), fase pembelahaninti sel (kariokinesis), dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis).

1. Interfase (Fase Istirahat)Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melaku-kan pembelahan. Namun, interfase merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan pembelahan atau melakukan metabolisme sel. Pada interfase, tingkah laku kromosom tidak tampak karena berbentuk benang-benang kromatin yang halus. Walaupun begitu, sel anak yang baru terbentuk sudah melakukan metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum memasuki proses pembelahan berikutnya.Apa saja kegiatan sel pada saat interfase? Pada saat interfase, sel mengalami subfase berikut.

a. Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 )Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase ini, sel-sel belum mengadakan replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid). Sementara organel-organel yang ada di dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan or-ganel lainnya memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.

b. Fase Sintesis (S)Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi ge-netik adalah bahan-bahan yang akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA. DNA dalam inti sel mengalami replikasi (penggandaan jumlah salinan). Jadi, subfase sintesis (penyusunan) menghasilkan 2 salinan DNA.

c. Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 )Setelah DNA mengalami replikasi, subfase berikutnya adalah per-tumbuhan sekunder (G2). Pada subfase ini, sel memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Ini bertujuan agar organel-organel tersebut dapat diwariskan kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini, rep-likasi DNA telah selesai dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara mitosis. Selain itu, inti sel (nukleus) telah terbentuk dengan jelas dan terbungkus membran inti.

Pada subfase ini, inti sel mempunyai satu atau lebih nukleolus (membran inti sel). Di luar inti terdapat dua sentrosom yang terbentuk oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya. Sentrosom mengala-mi perpanjangan menyebar secara radial yang isebut aster (bintang). Pada sentrosom terdapat sepasang sentriol yang berfungsi menentukan orientasi pembelahan sel. Walaupun kromosom telah diduplikasi pada fase S, namun pada fase G2, kromosom belum dapat dibedakan secara individual karena masih berupa benang-benang kromatin.

Setelah ketiga tahapan interfase dilalui, sel telah siap menjalani pembelahan secara mitosis. Seperti fase interfase, pembelahan mitosis juga terdiri dari beberapa fase. Untuk mengetahui lebih jauh tentang fase-fase pada pembelahan mitosis, simaklah penjelasan berikut.

2. Pembelahan MitosisKalian telah mengetahui bahwa pembelahan mitosis menghasil-kan sel anakan yang identik dengan induknya. Secara garis besar, fase pembelahan mitosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembelahan inti (kariokinesis) dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis).Kariokinesis adalah fase pembelahan inti sel. Secara rinci, fase kariokinesis dibagi menjadi empat subfase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Sekarang, marilah kita bahas keempat subfase tersebut.

a. ProfasePada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom , yaitu benang-benang rapat dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya kromatin. Pada fase ini, kromosom dapat dilihat menggunakan mikroskop. Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi duplikasi kromosom (kromosom membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom anakan yang disebut kromatid. Kedua kromatid tersebut bersifat identik sehingga disebut kromatid kembar (sister chromatid), yang bersatu atau dihubungkan oleh sentromer pada lekukan kromosom. Sentromer merupakan bagian kromosom yang menyempit, tampak lebih terang dan membagi kromosom menjadi 2 lengan.

Pada akhir profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk gelendong pembelahan (spindel) yang berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus tersebut memanjang, seolah-olah mendorong dua sentrosom di sepanjang permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya, sentrosom saling menjauh.

b. MetafaseTahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya kromosom (kromosom ini terdiri dari 2 kromatid) danterpecahnya membran inti (membran nukleus). Hal ini menyebab-kan mikrotubulus dapat menembus inti sel dan melekat pada struktur khusus di daerah sentromer setiap kromatid, disebut kinetokor . Oleh karena itu, kinetokor ini berfungsi sebagai tempat bergantung bagi kromosom Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor disebut mikro-tubulus kinetokor, sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh kinetokor disebut mikrotubulus non kinetokor. Sementara itu, mikrotubulus non kinetokor berinteraksi dengan mikrotubulus lain dari kutub sel yang berlawanan. Pada metafase, kromosom tampakjelas.

Pada tahap metafase sesungguhnya, sentrosom telah berada pada kutub sel. Dinding inti sel menghilang. Sementara itu, kromosom me-nempatkan diri pada bidang pembelahan yang disebut bidang metafase. Bidang ini merupakan bidang khayal yang terletak tepat di tengah sel, seperti garis katulistiwa bumi sehingga disebut juga bidang ekuator. Pada bidang ini, sentromer dari seluruh kromosom terletak pada satu baris yang tegak lurus dengan gelendong pembelahan. Kinetokor pada setiap kromatid menghadap pada kutub yang berlainan. Dengan letak kromosom berada di bidang pembelahan, maka pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan sama jumlahnya. Tahapan ini merupakan akhir dari metafase.

c. AnafaseSetelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap anafase. Tahap anafase ditandai dengan berpisahnyakromatid saudara pada bagian sentromer kromosom. Gerak kromatid ini disebabkan tarikan benang mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada kutub sel. Kalian telah mengetahui bahwa mikrotubulus melekat pada sentromer. Hal ini menyebabkan sentromer tertarik terlebih dahulu. Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan kromatid berada di belakang. Struktur ini seperti huruf V. Gerakan ini menempuh jarak sekitar 1m (10-6 meter) tiap menit. Pada saat bersamaan, mikrotubulus non kinetokor semakin memanjang sehingga jarak kedua kutub sel semakin jauh. Selanjutnya, masing-masing kromatid bergerak ke arah kutub yang berlawanan dan berfungsi sebagai kromosom lengkap, dengan sifat keturunan yang sama (identik). Untuk menjalankan tugasnya ini, mikrotubulus telah mengalami peruraian pada bagian kinetokornya.

Salah satu perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah ada tidaknya sentriol. Pada sel tumbuhan, peran sentriol digantikan oleh kromosom sehingga arah pembelahan tetap menuju ke kutub sel. Pada sel hewan, sentriol pada kutub sel merupakan arah yang dituju oleh gerakan kromatid saat pembelahan.

d. TelofasePada tahap telofase ini, inti sel anakan terbentuk kembali dari fragmen-fragmen nukleus. Bentuk selnya memanjang akibat peranmikrotubulus non kinetokor. Benang-benang kromatin mulai longgar. Dengan demikian, fase kariokinesis yang menghasilkan dua inti sel anak yang identik secara genetik telah berakhir, namun dua inti sel masih berada dalam satu sel.

Agar kedua inti terpisah menjadi sel baru, perlu adanya pembelahan sitoplasma yang disebut sitokinesis. Sitokinesis terjadi,segera setelah telofase selesai. Pada fase sitokinesis terjadi pembelahan sitoplasma diikuti pembentukan sekat sel baru, sehingga terbentuk dua sel anakan.

Pada sel hewan, sitokinesis ditandai dengan pembentukan alur pembelahan melalui pelekukan permukaan sel di sekitar bekas bidang ekuator. Di sepanjang alur melingkar, terdapat mikrofi lamen yang terdiri dari protein aktin dan miosin. Protein tersebut berperan dalam kontraksi otot atau pergerakan sel yang lain. Kontraksi ini semakin ke dalam sehingga menjepit sel dan membagi isi sel menjadi 2 bagian yang sama.

Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang keras. Oleh karena itu, pada sitokinensis tidak terbentukalur pembelahan. Sitokinesis terjadi dengan pembentukan pelat sel (cell plate) yang terbentuk oleh vesikula di sekitar bidang ekuator. Vesikula-vesikula yang dibentuk oleh badan golgi tersebut saling bergabung. Penggabungan juga terjadi dengan membran plasma diikuti terbentuknya dinding sel yang baru oleh materi dinding sel yang dibawa oleh vesikula.

C. Pembelahan MeiosisSecara kodrat, makhluk hidup tertentu hanya melahirkan makhluk yang sejenis. Ini dikarenakan adanya mekanisme tertentu pada saat awal perkembangbiakan. Bahkan, sebelum terbentuk calon anak di dalam rahim, mekanisme ini sudah dimulai. Mekanisme ini dimulai pada sel-sel kelamin (sel reproduksi) calon bapak dan calon ibu. Mekanisme tersebut adalah pembelahan sel secara meiosis.

Makhluk hidup yang sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada setiap sel. Misalnya, manusia mempunyai 46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi atau sel kelaminnya. Sel kelamin pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah kromosom sel tubuh lainnya, yaitu 23 kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid) ini diperlukan untuk menjaga agar jumlah kromosom anak tetap 46. Kalian telah mengetahui bahwa anak terbentuk dari perpaduan antara sel kelamin betina (sel telur) dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an kedua sel kelamin yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan sel anak (calon janin) yang mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu, pembelahan meiosis sangat berpengaruh dalam perkembang an makhluk hidup.

Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi, yaitu pengurangan jumlah kromosom pada sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel gamet jantan pada hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan gamet betinanya dibentuk di dalam ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di dalam organ reproduktif berupa benang sari, sedangkan gamet betinanya dibentuk di dalam pu-tik. Sel kelamin betina pada hewan berupa sel telur, sedangkan pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya, tahap pembelahan meiosis serupa dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis terjadi dua kali pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II.

Masing-masing pembelahan meiosis terdiri dari tahap-tahap yang sama, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.

1). Tahap Meiosis ISeperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan meiosis, sel kelamin perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap interfase . Pada tahap ini, sel melakukan persiapan berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan (seperti interfase pada mitosis). Tingkah laku kromosom masih belum jelas terlihat karena masih berbentuk benang-benang halus (kromatin) sebagaimana interfase pada mitosis. Selain itu, sentrosom juga bereplikasi menjadi dua (masing-masing dengan 2 sentriol), seperti tampak pada gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-kan arah pembelahan sel.

Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan meiosis I yang diikuti tahap meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan tersebut? Berikut akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel hewan dengan 4 kromosom diploid (2n = 2).

a. Profase IPada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama dibandingkan fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada pembelahan mitosis. Profase I dapat berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya, profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima subfase, yaitu leptoten, zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.

1) LeptotenSubfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek dan menebal. Pada subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom homolog. Kalian perlu membedakan kromosom homolog dengan kromatid saudara.

2) ZigotenKromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut panjangnya. Peristiwa ini disebut sinapsis. Kromosomhomolog yang berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog).

3) PakitenKromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom homolog yang lain disebut sebagai kromatid bukan saudara (nonsister chromatids). Dengan demikian, pada setiap kelompok sinapsis terdapat 4 kromatid (1 pasang kromatid saudara dan 1 pasang kromatid bukan saudara). Empat kromatid yang membentuk pa-sangan sinapsis ini disebut tetrad.

4) DiplotenSetiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan atau berpasangan di suatu titik yang disebut kiasma(tunggal). Apabila titik-titik perlekatan tersebut lebih dari satu disebut kiasmata. Proses perlekatan atau persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang (crossing over). Pada proses pin-dah silang, dimungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik(DNA) dari homolog satu ke homolog lainnya. Pindah silang ini-lah yang memengaruhi variasi genetik sel anakan.

5) DiakinesisPada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han (gelendong mikrotubulus). Sementara itu, membran inti selatau karioteka dan nukleolus mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan terbentuknya tetrad yang mem-bentuk dua pasang kromosom homolog. Perhatikan lagi Setelah profase I berakhir, kromosom mulai bergerak ke bi-dang metafase.

b. Metafase IPada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar berhadap-hadapan di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I). Membran inti mulai menghilang. Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub melekat pada satu kromosom di setiap pasangan. Sementara mikrotubulus dari kutub berlawanan melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal ini, kromosom masih bersifat diploid.

c. Anafase ISetelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik kromosom homolog sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-masing menuju ke kutub yang berlawanan. Peristiwa ini mengawali tahap anafase I. Namun, kromatid saudara masih terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai satu unit tunggal. Inilah perbedaan antara anafase pada mitosis dan meiosis. Pada mitosis, mikrotubulus memisahkan kromatid yang bergerak ke arah berlawanan.

d. Telofase IPada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang berlawanan. Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid. Akan tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua kromatid kembar. Pada fase ini, membran inti muncul kembali. Peristiwa ini kemudian diikuti tahap selanjutnya, yaitu sitokinesis.

e. SitokinesisKalian masih ingat pengertian sitokinesis pada sel hewan mau-pun tumbuhan bukan? Ya, sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap sitokinesis terjadi secara simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap di antara dua pembelahan meiosis. Alur pembelahan atau pelat sel mulai terbentuk . Pada tahap ini tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA. Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel haploid yangmengandung setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an, kromosom tersebut masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap). Untuk menghasilkan sel anakan yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses pembelahan selanjutnya, yaitu meiosis II. Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II disebutdengan interkinesis .

Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi kedua salinan DNA pada sel anakan yang baru hasil dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang serupa seperti meiosis I.

2. Tahap Meiosis IITahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan hasil pembelahan meiosis I akan membelah lagi menjadi dua. Sehingga, ketika pembelahan meiosis telah sempurna, dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu diingat adalah bahwa jumlah kromo-som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid (2n) tetapi sudah haploid(n). Proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi pada tahap meio-sis II.

a. Profase IIFase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II. Pada fase ini, kromatid saudara pada setiap sel anakan masih melekat pada sentromer kromosom. Sementara itu, benang mi-krotubulus mulai terbentuk dan kromosom mulai bergerak ke arah bidang metafase. Tahap ini terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.

b. Metafase IIPada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang atau berjajar pada bidang metafase II. Pada tahap ini, benang-benang spindel (benang mikrotubulus) melekat pada kinetokor masing-masing kromatid.

c. Anafase IIFase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya untuk bergerak menuju kutub yang berbeda. Kromatid yang terpisah ini se-lanjutnya berfungsi sebagai kromosom individual.

d. Telofase IIPada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub pembelahan. Hasil akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid, lengkap dengan satu salinan DNA pada inti selnya (nuklei).

e. Sitokinesis IISelama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel yang memisahkan tiap inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang haploid. Berdasarkan uraian di depan, sel-sel anakan sebagai hasil pembelahan meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama lain. Variasi genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan munculnya keturunan yang bervariasi juga.

2. Mekanisme pembengkakan gusiMekanisme pembengkakan secara umum akibat adanya peradangan atau inflamasi merupakan serangkaian proses bawaan non spesifik yang saling berkaitan yang diaktifkan sebagai respon terhadapa invasi asing atau kerusakan jaringan. Tujuan terjadinya inflamasi ini yaitu sebagai isolasi, menghancurkan atau inaktivasi penyerang, membersihkan debris,dan mempersiapkan penyembuhan. Mekanisme terjadinya pembengkakan atau edema lokal pada inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut, Diawali dengan masuknya bakteri atau benda asing ke dalam tubuh yang diikuti dengan aksi makrofag menfagositosis bakteri tersebut. Hampir setelah invasi mikroba, terjadi peningkatan aliran darah di tempat cidera yang menyebabkan vasodilatasi lokal. Vasodilatasi pembuluh darah dipicu oleh histamin yang dikeluarkan oleh sel Mast. Pelebaran pembuluh darah mengakibatkan penyaluran darah lokal membawa lebih banyak leukosit fagositik dan protein plasma yang penting untuk pertahanan. Kemudian, pelepasan histamin juga meningkatkan permeabilitas kapiler akibatnya pori-pori kapiler juga membesar sehingga protein plasma bisa keluar dari darah dan masuk ke dalam jaringan yang meradang. Akumulasi protein yang bocor pada saluran cairan interstisium akan meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam cairan interstisium. Juga mengingkatnya aliran darah lokal akan berpengaruh pada meningkatnya tekanan darah kapiler. Padahal, tekanan osmotik koloid cairan interstisium dan tekanan darah kapiler cenderung akan memindahkan cairan keluar kapiler, mendorong ultra filtrasi, dan mengurangi reabsorbsi cairan di kapiler. Dan, akhirnya terjadi penumpukan cairan di interstisium yang mengakibatkan edema local atau pembengkakan.

Mekanisme pembengkakan gusi merupakan proses atau system imun untuk memproteksi infeksi bakteri yang ada di rongga mulut. Mekanisme pembengkakan gusi diawali oleh kumpulan plak yang menempel pada gigi, lalu plak tersebut memperbanyak lalu menyerang kantung pada gusi, lalu menginfeksikan gusi, gusi yang mengalami infeksi akan membengkak.3. Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi, dan Diferensiasi SelOrgan dan Jaringan yang Lebih Kecil dari Normal

Agenesis/Aplasia

Dalam perjalanan perkembangan, rudiment embrionik dapat tidak terbentuk. Fenomena ini disebut Agenesis, dan akibatnya oprgan tertentu tidak terbentuk.

HipoplasiaKadang-kadang, rudiment embrionik terbentuk tetapi tidak pernah mencapai ukuran definitive atau ukuran dewasa, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil. Fenomena ini disebut sebagai Hipoplasia.

AtrofiOrgan yang dalam perkembangannya mencapai ukuran definitif dan kemudian secara sekunder menyusut.

Organ dan Jaringan yang Lebih Besar dari Normal

Hipertrofi

Pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran sel.

Hiperplasia

Kenaikan jumlah absolute sel dalam jaringan yang mengakibatkan pembesaran jaringan atau organ tersebut. Hyperplasia juga bisa dikaitkan dengan keadaan awal sel yang akan selanjutnya akan mengalami neoplasma. Setelah sel mengalami hyperplasia, maka keadaan selanjutnya dari sel tersebut adalah displasia, yang kemudian akan berkembangan menjadi neoplasma.

Diferensiasi Abnormal

Metaplasia

Sel tentu akan mengalami diferensiasi. Namun, apabila sistem diferensiasi ini berada dalam kondisi lingkungan yang tidak cocok, maka pola diferensiasinya dapat berubah sehingga sel akan mulai membelah menjadi sel yang seharusnya tidak ada di tempat tersebut.

DisplasiaKelainan diferensiasi sel-sel yang sedang berploriferasi sedemikian rupa, sehingga ukuran, bentuk, dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan dalam sel.

Neoplasma

Neoplasma merupakan massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang dulunya merupakan sel normal. Namun, selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi tertentu.

4. Pembentukan Sel Kanker

Pembelahan Sel

Ciri dari sel kanker adalah tumbuh yang abnormal. Tumbuh dilakukan dengan mitosis yaitu membelah diri. Berubah secara permanen dengan mutasi. Semuanya diatur oleh DNA dan RNA.

Dalam keadaan normal, sel lazimnya berada di fase atau masa G0 (zero growth = tidak ada pertumbuhan). Stabilitas G0 dipertahankan secara konsisten melalui empat fase yaitu:

1. G1 (first growth = pertumbuhan pertama);

2. S (Sintesis);

3. G2 (second growth) dan;

4. M (mitosis - pembelahan sel).

Bila G0 membutuhkan, apakah untuk mengganti sel yang mati atau kehilangan sel akibat luka, ia mendapat pasokan sel dewasa normal dari G1 sesudah lolos seleksi di pintu masuk R (restriction point = titik hambatan). Pasokan G1 berasal dari pembelahan di M, atas sel yang sudah dilengkapi dengan DNA, program kehidupan di S dan Ribonucleic Acid atau RNA sistem pengoperasiannya di G2 sesuai dengan kebutuhan jaringan dan organ yang membutuhkan.

Gen supresor seperti p53 adalah pengawas di setiap fase siklus. Sel dengan DNA normal diizinkannya menuju fase berikutnya sedangkan yang abnormal dimasukkan dalam program kematian sel. p53 baru bisa dilewati oleh sel kanker bila terjadi mutasi atau perubahan menjadi permanen. Di tengah kesibukannya masing-masing, mereka saling berhubungan melalui pesan kimia yang disampaikan ke gen. Bila yang disampaikan adalah sinyal pertumbuhan, maka gen yang bersangkutan mematuhinya sambil mengaktifkan proto-oncogenes untuk mengawasi pertumbuhan. Bila proto-oncogenes bermutasi menjadi oncogenes, maka terjadilah pembelahan yang berkelebihan tanpa menghiraukan jaringan sekitarnya.

Munculan sel kanker ini meresahkan lingkungan sekitarnya, yang disikapi dengan mengaktifkan gene supresor untuk ikut mengawasi pertumbuhan. Bila ia bermutasi pengawasan akan gagal, sehingga pembelahan yang berkelebihan berlanjut, tanpa menghiraukan jaringan sekitarnya. Selain itu ada faktor umur. Sel mempunyai masa hidup kira-kira 40 kali pembelahan sesuai panjang telomeres di DNA yang memendek di setiap pembelahan. Sel kanker menghasilkan telomerase yang memperpanjang kehidupannya sehingga ia kekal dan tidak berhenti melakukan pembelahan sel. Mutasi proto-oncogenes menjadi oncogenes, gene supresor, p53 dan deaktivasi telomeres oleh telomerase mengakibatkan sel kanker berkembang dan akan menyebar ke segala penjuru tubuh.

5. Faktor faktor yang menyebabkan pembengkaan- Keturunan- Trauma - Kelelahan- Radiasi Gelombang- Defisiensi vitamin dan mineral- Faktor hormonal- Kelainan jumlah kromosom- Kebersihan rongga mulut- Infeksi gigi

6. Pada kasus tersebut apakah terjadi keabnormalitasan sel?

Terjadi abnormalitas sel, karenan pada kasus tersebut ada trauma yang merupakan faktor eksternal terjadinya keabnormalitasan sel, dengan masuknya bakteri bakteri dalam mulut ke sel mukosa sehingga mengakibatkan peradangan.

7. Apakah bahaya menggunakan protesa?

Tidak berbahaya karena keamanan menggunakan protesa itu terletak pada perawatan dan pembuatannya. Misalkan ketelitian pada saat pemasangan, dan dan harus di kontrol karena seiring dengan bertambahnya usia terutama pada usia pertumbuhan, gigi akan mengalami pergeseran dan pemanjangan tulang rahang.selain itu kebersihan mulut pasien juga harus diperhatikan.8. Faktor yang menyebabkan abnormalitasan sel secara umum

Ada beberapa faktor yang menyebabkan keabnormalan sel, diantaranya :

a. Lingkungan : lingkungan hidup seperti kebersihan udara, kelembaban udara, kebersihanb.Genetik: Keturunan atau kelainan akibat aberasi atau variasi jumlah kromosomc. Kimia: MSG, rokok, alkohol, narkobad. Radiasi: Pacaran radiasi dalam waktu yang singkat ataupun jangka panjangBAB III KESIMPULAN SHAPE \* MERGEFORMAT