30
BAB 1 PENDAHULUAN Perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. 1 Salah satu penyebab perdarahan antepartum adalah plasenta previa. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum pada kehamilan 28 minggu atau lebih. 1,2 Plasenta previa terjadi pada kurang lebih 1 dari 200 persalinan. Berdasarkan data WHO tahun 2009, insiden plasenta previa adalah sebesar 320 dari 100.000 kelahiran. 3 Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 - 0,5 % dari semua persalinan. Dari seluruh kejadian plasenta previa, plasenta previa totalis terjadi sebanyak 20-45 %, plasenta previa parsialis sebanyak kurang lebih 30 % dan plasenta previa marginalis sebanyak 25-50 %. Sedangkan jumlah kematian maternal akibat plasenta previa sekitar 0,03%. 2,3 Di negara yang sedang berkembang, perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, hampir selalu merupakan malapetaka besar bagi penderita maupun penolongnya karena dapat menyebabkan morbiditas atau mortalitas baik pada ibu maupun pada janinnya. Kematian 1

Plasenta Previa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kasus - ObsGin

Citation preview

Page 1: Plasenta Previa

BAB 1

PENDAHULUAN

Perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.1 Salah satu penyebab

perdarahan antepartum adalah plasenta previa. Plasenta previa merupakan salah satu

penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Plasenta previa adalah

plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum pada kehamilan 28 minggu atau

lebih.1,2

Plasenta previa terjadi pada kurang lebih 1 dari 200 persalinan. Berdasarkan

data WHO tahun 2009, insiden plasenta previa adalah sebesar 320 dari 100.000

kelahiran.3 Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 - 0,5 % dari semua

persalinan. Dari seluruh kejadian plasenta previa, plasenta previa totalis terjadi

sebanyak 20-45 %, plasenta previa parsialis sebanyak kurang lebih 30 % dan plasenta

previa marginalis sebanyak 25-50 %. Sedangkan jumlah kematian maternal akibat

plasenta previa sekitar 0,03%.2,3

Di negara yang sedang berkembang, perdarahan yang salah satunya disebabkan

oleh plasenta previa, hampir selalu merupakan malapetaka besar bagi penderita

maupun penolongnya karena dapat menyebabkan morbiditas atau mortalitas baik pada

ibu maupun pada janinnya. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau

karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas ibu

dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran

kencing dan pneumonia post operatif.1,2 Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan

insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang

dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu

yang tidak menderita plasenta previa.4 Risiko kematian neonatal juga meningkat pada

bayi dengan plasenta previa.1

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa

penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.

Dengan demikian bila fasilitas kesehatan di tempat pelayanan kesehatan tidak

1

Page 2: Plasenta Previa

memadai untuk menangani kasus plasenta previa maka secepatnya ibu dibawa ke

pusat kesehatan yang memiliki fasilitas untuk menangani plasenta previa.1

2

Page 3: Plasenta Previa

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum

pada kehamilan 28 minggu atau lebih. Pada keadaan normal, plasenta terletak di

bagian atas dari uterus.1

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui

ostium uteri internum pada waktu tertentu, yaitu:1

a. Plasenta previa totalis: seluruh ostium uteri internum tertutup oleh jaringan

plasenta.

b. Plasenta previa parsialis: sebagian ostium uteri internum tertutup oleh jaringan

plasenta.

c. Plasenta previa marginalis: pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium

uteri internum.

d. Plasenta letak rendah: plasenta letaknya abnormal pada segmen bawah uterus,

akan tetapi belum sampai menutupi ostium uteri internum. Pinggir plasenta

berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan

teraba pada ostium uteri internum.

Gambar 2.1 Jenis-jenis Plasenta Previa2

3

Page 4: Plasenta Previa

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah

rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim ikut berpindah seolah plasenta tersebut bermigrasi. Perubahan luas

pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta dalam persalinan kala satu

berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan

dilakukan baik dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan

USG maupun pemeriksaan digital.1

2.2 Epidemiologi

Berdasarkan data WHO tahun 2009, insiden plasenta previa adalah sebesar 320

dari 100.000 kelahiran.3 Di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 - 0,5 %

dari semua per-salinan. Dari seluruh kejadian plasenta previa, plasenta previa totalis

terjadi sebanyak 20-45 %, plasenta previa parsialis sebanyak kurang lebih 30 % dan

plasenta previa marginalis sebanyak 25-50 %. Sedangkan jumlah kematian maternal

akibat plasenta previa sekitar 0,03%.2,3

2.3 Etiologi

Plasenta previa muncul akibat implantasi embrio (embryonic plate) yang

abnormal yaitu di segmen bawah uterus.1,4 Sejalan dengan terbentuk dan

berkembangnya plasenta, plasenta akan tumbuh menutupi ostium uteri internum.1

Salah satu teori mengatakan bahwa blastokista menimpa desidua begitu saja tanpa ada

latar belakang tertentu. Teori lain mengemukakan bahwa penyebabnya adalah

vaskularisasi desidua yang tidak memadai akibat dari proses radang atau atrofi.

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan insiden plasenta previa. Cacat pada rahim

seperti pada bekas bedah sesar dapat meningkatkan insiden dua hingga tiga kali lipat.

Faktor risiko lain yaitu kebiasaan merokok. Hipoksemia akibat karbon monoksida

menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Pada kehamilan

ganda, pertumbuhan plasenta dapat melebar hingga ke segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.1

2.4 Faktor Risiko

Faktor risiko untuk terjadinya plasenta previa, antara lain: 1,5

a. Riwayat plasenta previa sebelumnya

b. Riwayat seksio sesarea

4

Page 5: Plasenta Previa

c. Riwayat aborsi dengan kuretase

d. Kehamilan ganda

e. Umur ibu yang telah lanjut

f. Multiparitas

Plasenta previa terjadi pada 1 dari 20 wanita yang memiliki faktor risiko.2

Riwayat plasenta previa sebelumnya, riwayat seksio sesarea dan riwayat aborsi

sebelumnya dapat menyebabkan perubahan trofik dan pembentukan jaringan parut

pada desidua. Meski perubahan yang terjadi pada desidua tidak selalu menyebabkan

terjadinya plasenta previa namun hal tersebut merupakan faktor risiko untuk

terjadinya plasenta previa. Risiko terjadinya plasenta previa meningkat 2 kali lipat

pada kehamilan ganda karena permukaan plasenta akan meluas bahkan sampai ke

ostium uteri internum.1,2,5

2.5 Patofisiologi

Dimulai dari usia kehamilan 20 minggu, segmen bawah uterus akan terbentuk

serta mulai melebar dan menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen

bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta

tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan

serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya

sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darah

yang keluar berwarna merah segar, berbeda dengan darah yang disebabkan oleh

solusio plasenta yang berwarna kehitaman.1,4

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari

dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya

tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus

untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak seperti serabut otot uterus

yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal.

Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,

perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak

rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.1,2,4

5

Page 6: Plasenta Previa

2.6 Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang tampak pada plasenta previa adalah:1,2,4

1. Kehamilan 28 minggu atau lebih dengan perdarahan pervaginam yang sifatnya

tidak nyeri dan darah berwarna merah segar.

Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan

pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur

atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak

akan berakibat fatal dan sering berhenti sendiri. Akan tetapi, perdarahan

berikutnya hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, dan lebih

berbahaya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.

2. Bagian terendah janin masih tinggi atau tidak masuk pintu atas panggul.

Turunnya bagian terbawah janin ke pintu atas panggul akan terhalang karena

adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi

kepala, kepalanya akan didapatkan belum masuk ke pintu atas panggul yang

mungkin karena plasenta previa sentralis, mengolak ke samping karena

plasenta previa parsialis, menonjol ke atas simfisis karena plasenta previa

posterior, atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa

anterior.

3. Sering disertai dengan kelainan letak janin.

Tidak jarang terjadi kelainan letak seperti letak lintang atau letak sungsang.

4. Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering

mengadakan pendekatan yang erat dengan dinding uterus.

5. Sering terjadi perdarahan postpartum apabila plasenta telah lahir.

Ini terjadi karena kurangnya kemampuan serabut-serabut otot segmen bawah

uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas insersio

plasenta atau karena perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh

dan mengandung banyak pembuluh darah besar yang dapat terjadi bila

persalinan berlangsung pervaginam.

2.7 Diagnosis

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya

ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.1,2,4,5

6

Page 7: Plasenta Previa

1. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu berlangsung tanpa

rasa nyeri, berwarna merah segar, tanpa alasan, terutama pada multigravida.

Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari

pemeriksaan hematokrit.

2. Pemeriksaan luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila

presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung diatas pintu atas

panggul atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas

panggul. Sering disertai dengan kelainan letak janin, seperti letak lintang atau

letak sungsang

3. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari

osteum uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina, seperti erosio

porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva

dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum, adanya

plasenta previa harus dicurigai. Dilakukan pemeriksaan ini jika perdarahan

telah berhenti.

4. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Ultrasonografi (USG). Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata

sangat tepat karena mudah dilakukan, tidak menimbulkan bahaya radiasi pada

ibu dan janinnya, tidak menimbulkan rasa nyeri dan memiliki keakuratan yang

tinggi untuk men-diagnosis plasenta previa, dimana dengan USG

transabdominal keakuratannya sebesar 95 % sedangkan dengan USG

transvaginal mencapai 100 %. Selain itu USG juga dapat mengidentifikasi

adanya anomali kongenital, malpresentasi dan pertumbuhan janin terhambat.

5. Penentuan letak plasenta secara langsung.

Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta

previa adalah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis.

Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan

perdarahan banyak. Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis

hanya dilakukan apabila penanganan pasif ditinggalkan, dan ditempuh

penanganan aktif. Pemeriksaannya harus dilakukan dalam keadaan siap

operasi. Pemeriksaan dalam di meja operasi dilakukan sebagai berikut:1,5

7

Page 8: Plasenta Previa

Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam

presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas

panggul, perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya

terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan

terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala tidak terdapat plasenta.

Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis mungkin

tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu mendahului pemeriksaan

melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada tidaknya

plasenta previa.

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah

terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis,

dengan tujuan kalau-kalau meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon

plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Jangan

sekali-kali berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin

plasenta akan terlepas dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan

yang banyak.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Prinsip dasar penatalaksanaan

Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit

yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah dan operasi. Apabila dari

penilaian ternyata perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung

tidak akan membahayakan ibu dan/atau janinnya (yang masih hidup), dan

kehamilannya belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500

gram, dan pasien belum inpartu, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai

janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi. Penanganan pasif ini, pada kasus-

kasus tertentu sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonatus yang

tinggi akibat prematuritas, asal jangan dilakukan pemeriksaan dalam.1,4,5

Penanganan pasif ini bertujuan untuk memberikan kesempatan janin untuk dapat

hidup dan berkembang lebih lama di dalam uterus sehingga akan meningkatkan luaran

bayi kemungkinan bayi untuk hidup di luar kandungan lebih besar lagi.1,5 Penanganan

pasif ini harus dilakukan secara konsekuen dimana menuntut fasilitas rumah sakit dan

perhatian dokter yang luar biasa. Penderita harus dirawat di rumah sakit sejak

perdarahan pertama sampai pemeriksaan menunjukkan tidak adanya plasenta previa

8

Page 9: Plasenta Previa

atau sampai bersalin. Transfusi darah atau operasi harus dapat dilakukan setiap saat

apabila diperlukan. Anemia harus segera diatasi mengingat kemungkinan perdarahan

berikutnya. Menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada pemeriksaan

hemoglobin dan hematokrit secara berkala, daripada memperkirakan banyaknya darah

yang hilang pervaginam. Ada atau tidaknya plasenta previa diperiksa dengan

penentuan letak plasenta secara tidak langsung. Penderita dianjurkan untuk

melakukan tirah baring atau bedrest, diberikan antibiotika, dan tokolitik bila ada his.

Bila umur kehamilan kurang dari 34 minggu diberikan kortikosteroid untuk

mempercepat pematangan paru-paru janin. Jika ibu memiliki tipe darah Rh negatif,

diberikan injeksi Rh immune globulin atau RhoGam.1,4,5

Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan, pada pasien dilakukan mobilisasi

bertahap. Setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan, pasien boleh pulang

dengan diinformasikan agar mengurangi aktifitas fisik dan menghindari setiap

manipulasi intravaginal.4

Untuk cara penanganan pasif berdasarkan protap di Rumah Sakit Sanglah adalah

sebagai berikut :5

a. Observasi di kamar bersalin IRD selama 24 jam.

b. Keadaan umum ibu diperbaiki, berikan transfusi sampai Hb lebih dari 10 gr%.

c. Berikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin (menjaga kemungkinan

penanganan pasif gagal), dengan dexametason 5 mg, 4 kali tiap 6 jam.

d. Bila perdarahan berhenti, penderita dipindahkan ke ruangan setelah

sebelumnya dilakukan USG di IRD.

e. Observasi Hb setiap hari, tensi, nadi, denyut jantung janin, perdarahan setiap 6

jam.

f. Penanganan pasif gagal jika terjadi perdarahan berulang (penanganan aktif).

g. Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang setelah dilakukan

mobilisasi.

h. Waktu pasien pulang, diberi nasehat agar istirahat, tidak melakukan

koitus/manipulasi vagina, bila perdarahan lagi segera datang ke rumah sakit,

dan periksa ulang (ANC) 1 minggu lagi.

Dilakukan penanganan aktif segera dan penanganan pasif harus ditinggalkan, jika

terdapat salah satu dari keadaan dibawah ini:4,5

- Penurunan kondisi ibu

9

Page 10: Plasenta Previa

- Perdarahan aktif

- Umur kehamilan > 36 minggu

- Taksiran berat janin > 2500 gram

- Gawat janin pada janin yang viable

- Kontraksi uterus yang tidak berespon pada pengobatan

Dalam hal ini pemeriksaan dalam dapat dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap

operasi.

2.8.2 Memilih cara persalinan

Pada umumnya memilih cara persalinan yang terbaik tergantung dari derajat

plasenta previa, paritas dan banyaknya perdarahan. Beberapa hal lain yang harus

diperhatikan pula ialah apakah terhadap penderita pernah dilakukan pemeriksaan

dalam, atau penderita pernah mengalami infeksi seperti seringkali terjadi pada kasus-

kasus kebidanan yang terbengkalai.1

Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea, tanpa

menghiraukan faktor-faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida

sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak, apalagi berulang,

merupakan indikasi mutlak umtuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya

disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya daripada apa yang

ditemukan pada pemeriksaan dalam, atau vaskularisasi yang hebat pada serviks dan

segmen bawah uterus.1,4

Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, atau

plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi dengan

pemecahan selaput ketuban. Akan tetapi, apabila ternyata pemecahan selaput ketuban

tidak mengurangi perdarahan yang timbul kemudian, atau setelah 12 jam tidak terjadi

persalinan, atau terjadi gawat janin, maka seksio sesarea harus dilakukan. Dalam

memilih cara persalinan per vaginam hendaknya dihindarkan cara persalinan yang

lama dan sulit karena akan sangat membahayakan ibu dan janinnya.1,4

Pada kasus yang terbengkalai, dengan anemia berat dengan perdarahan atau

infeksi intrauterin, baik seksio sesarea maupun persalinan per vaginam sama-sama

tidak mengamankan ibu maupun janinnya. Akan tetapi, dengan bantuan transfusi

darah dan antibiotika secukupnya, seksio sesarea masih lebih aman daripada

persalinan per vaginam untuk semua kasus plasenta previa totalis dan kebanyakan

kasus plasenta previa parsialis. Seksio sesarea pada multigravida yang telah memiliki

10

Page 11: Plasenta Previa

anak hidup cukup banyak dapat dipertimbangkan untuk dilanjutkan dengan

histerektomia untuk menghindarkan terjadinya perdarahan postpartum yang sangat

mungkin akan terjadi, atau sekurang-kurangnya dipertimbangkan untuk dilanjutkan

dengan sterilisasi untuk menghindarkan kehamilan yang berikutnya.1,4

Terdapat 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan per vaginam dan persalinan

per abdominal (seksio sesarea). Persalinan per vaginam bertujuan agar bagian

terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama

persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Seksio sesarea bertujuan untuk

secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian memberikan

kesempatan kepada uterus untuk menghentikan perdarahannya dan untuk

menghindarkan perlukaan pada serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila

dilangsungkan persalinan per vaginam.5

a. Persalinan per vaginam

Pemecahan selaput ketuban merupakan cara yang terpilih untuk melangsungkan

persalinan per vaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan plasenta dan

bagian plasenta yang berdarah, dan bagian plasenta yang berdarah itu dapat bebas

mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen

bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan. Apabila his tidak adekuat dapat diberikan

oksitosin drip. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesaria.1,4

b. Seksio sesarea.

Di rumah sakit yang serba lengkap, seksio sesarea akan merupakan persalinan

yang terpilih. Persalinan seksio sesaria diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik

janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana pembukaannya kurang dari 4

cm atau serviks belum matang, plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan

plasenta previa dengan gawat janin. Gawat janin atau kematian janin tidak boleh

menjadi halangan untuk melakukan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Akan

tetapi, gawat ibu mungkin terpaksa menunda seksio sesarea sampai keadaannya dapat

diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan. Apabila fasilitasnya tidak memungkinkan

untuk memperbaiki keadaan ibu, jangan ragu-ragu untuk melakukan tindakan seksio

sesarea jika itu satu-satunya tindakan yang terbaik, seperti pada plasenta previa totalis

dengan perdarahan yang banyak.1,4,5

Dalam keadaan gawat, laparotomi dengan sayatan kulit median jauh lebih cepat

dapat dilakukan daripada dengan sayatan Pfannensteil yang lebih kosmetik. Sayatan

11

Page 12: Plasenta Previa

pada dinding uterus sedapat mungkin menghindarkan sayatan pada plasenta, agar

perdarahan dari pihak ibu dan janin tidak lebih banyak lagi. Perdarahan dari pihak

janin akan sangat membahayakan kehidupannya, apabila tidak segera ditemukan tali

pusatnya untuk kemudian dijepit.4

Dapat dilakukan seksio sesarea korporalis, walaupun diakui seksio sesarea

transperitoneal profunda merupakan jenis operasi yang terbaik untuk melahirkan janin

per abdominam, apabila ternyata plasenta pada dinding depan uterus yaitu untuk

menghindarkan sayatan pada plasenta dan menghindarkan sayatan pada segmen

bawah uterus yang biasanya rapuh dan penuh dengan pembuluh darah besar-besar,

sehingga dapat menghindarkan perdarahan postpartum.4

2.9. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janinnya. Komplikasi pada ibu dapat berupa

perdarahan post partum dan syok karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah

rahim, komplikasi tindakan seksio sesarea seperti trauma uterus atau serviks, infeksi

saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi

embolisasi cairan amnion. Dapat pula terjadi kematian ibu yang disebabkan karena

perdarahan post partum atau karena terjadi DIC (Disseminated Intravascular

Coagulopathy).4,5

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan

pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang

kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta

previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa

dengan angka kematian ±5%.4,5

2.10 Prognosis

Hingga kini masih didapatkan sebanyak 50 % wanita dengan plasenta previa

melahirkan bayi prematur, yang merupakan penyebab utama dari kematian perinatal.1

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan

dengan sebelumnya. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan

USG, disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir

semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama

bagi kasus yang pernah melahirkan dengan SC atau bertempat tinggal jauh dari

12

Page 13: Plasenta Previa

fasilitas kesehatan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi

berkat sosialisasi program KB menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan

demikian, banyak komplikasi maternal dapat dihindari. Namun, nasib janin masih

belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun

karena intervensi SC. Karenanya, kelahiran prematur belum sepenuhnya dapat

dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada satu penelitian yang

melibatkan 93.000 persalinan oleh Clane dkk (1999) dilaporkan angka kelahiran

prematur 47%.1

13

Page 14: Plasenta Previa

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Data Awal Kasus

A. Identitas Penderita

Nama : SUA

Tempat lahir : Gianyar

Umur : 28 tahun

Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Br. Gunaksa, Gianyar

Bangsa : Indonesia

Status perkawinan : Sudah menikah

Nama suami : I Wayan Widiada

Alamat : Br. Gunaksa, Gianyar

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Tanggal MRS : 16/06/2012

B. Anamnesis

Keluhan Utama

Os datang ke RSU Bangli pada tanggal 16 Juni 2012 pukul 08.45 WITA dengan

keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 05.00 WITA (16/06/2012) berwarna

merah segar. Gumpalan (+), sakit perut hilang timbul (+) sejak pukul 08.00

(16/06/2012), keluar air (-), gerak anak masih dirasakan baik. Ini adalah

perdarahan yang terjadi ketiga kalinyapada kehamilan ini. Sebelumnya os pernah

mengeluh keluar darah pervaginam 1 bulan yang lalu saat umur kehamilan 8 bulan

dan sempat dirawat selama 4 hari. Riwayat keluar darah sebelumnya yaitu saat

umur kehamilan 7 bulan, tetapi tidak dirawat di rumah sakit.

Riwayat Menstruasi

14

Page 15: Plasenta Previa

Menarche umur 14 tahun, siklus haid teratur setiap 28 hari, lamanya 4-5 hari,

nyeri haid (-).

Hari pertama haid terakhir 20/09/2011. TP 27/06/2012

Riwayat Pernikahan dan Persalinan

Menikah satu kali dengan suami sekarang sudah 1 tahun.

Umur saat menikah: 27 tahun.

Kehamilan:

I. Abortus (UK 2 bulan), tahun 2011, kuretase (+)

II. ini

ANC : Poliklinik RSU Bangli (Sp.OG), USG setiap kontrol, pada USG tanggal 9

Mei 2012, diketahui adanya plasenta letak rendah. Imunisasi TT (+) 2x, SF (+)

Riwayat Kontrasepsi

Penggunaan KB (-)

Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit asma, jantung, diabetes mellitus,

dan tekanan darah tinggi.

Riwayat penyakit dalam keluarga

Penderita menyangkal adanya riwayat sakit tertentu dalam keluarga.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu tubuh : 36,9 °C

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 80 kg

15

Page 16: Plasenta Previa

2. Status General

Mata : anemia -/-, ikterus -/-

THT : kesan tenang

Thorax:

Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)

Pulmo : suara nafas vesikuler +/+, rhonki-/-, wheezing-/-

Mamae : bentuk simetris, puting susu menonjol, sekret (-), kebersihan

cukup, hiperpigmentasi areola mammae, mammae tampak tegang

Abdomen : massa (-), nyeri tekan (-), bising usus (+) normal, distensi (-),

hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--

3. Status obstetri

Pemeriksaan luar

Inspeksi

Mammae: Tampak hiperpigmentasi pada areola mamae

Abdomen: Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan

striae albicantus), tidak tampak bekas luka SC

Vulva vagina: Tampak darah segar pada vulva vagina

Palpasi

Pemeriksaan Leopold

I. Tinggi fundus uteri 3 jari bpx (30 cm)

Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)

II. Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan bagian kecil di

kanan

III. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)

IV. Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul (5/5)

His (+) 2x/10 menit~20-25”

Auskultasi

DJJ (+), punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kiri, frekuensi

132x/menit

Pemeriksaan dalam

VT : tidak dilakukan (oleh karena plasenta previa)

16

Page 17: Plasenta Previa

D. Pemeriksaan Laboratorium (16/06/2012) :

HGB : 12,6 g/dL

WBC : 11,0 x 103 /uL

HCT : 35,6 %

PLT : 129 x 106 /uL

BT : 2’00”

CT : 8’00”

E. Pemeriksaan USG (9/5/2012) :

Janin tunggal hidup presentasi kepala kelamin laki-laki

DJJ (+) Gerakan janin (+)

Plasenta corpus posterior sampai dengan SBR grade II

BPD : 7,88

FL : 6,26

AC : 29,10

Umur Kehamilan : 32-33 minggu

EFW : 2300 gram

F. Diagnosis Kerja

G2P0010 38 – 39 mg T/H + APB (plasenta previa), PBB : 2790 gram

G. Rencana Kerja

Rencana Diagnosis : DL, BT, CT

Terapi : SC

Monitor : Observasi keluhan, vital sign, DJJ, His

KIE : Pasien dan keluarga tentang kondisi pasien termasuk diagnosis dan rencana

terapi yang akan dilakukan.

3.2 Perjalanan Penyakit

Tgl. S O A P

16/06/201213.55

Telah dilakukan SCTPLahir bayi ♂ BB 3300 gr AS 7-8, Anus

(+), kelainan (-)

P1011 Post SC hari 0

Instruksi post op:Obs. tanda vital @ 15 menitDrip oksitosin 10 IU

17

Page 18: Plasenta Previa

~ 28 tpmTx:Cefotaxime 1 grAlinamin F inj/12 jamTramadolRanitidine inj/8 jamAsam Tranexamat inj/8 jamCek Hb dan hitung volume urin 24 jam

17/06/2012

Nyeri luka operasi (+)↓, BAK (+) dalam kateter, BAB (+), flatus (-), ASI (-), mobilisasi (+)

KU : baikSt. present : T: 110/60 mmHg N : 76 x/mnt R : 20 x/mnt Tax: 37oCSt. general : dbnSt. Obst :Abd : TFU 2 jari bpst

Kontraksi uterus (+) baikLuka operasi (+) terawatVag : Lochia (+)Perdarahan aktif (-)DL:WBC: 17,3RBC: 3,99Hb: 12,1HCT: 33,7PLT: 150

P1011 Post SC hari 1

Tx lanjut

18/06/2012

Nyeri luka operasi (+)↓, BAK (+) dalam kateter, BAB (+), flatus (+), ASI (-), mobilisasi (+)

KU : baikSt. present : T: 130/80 mmHg N : 92 x/mnt R : 18 x/mnt Tax: 36,6oCSt. general : dbnSt. Obst :Abd : TFU 2 jari bpst

Kontraksi uterus (+) baikLuka operasi (+)

P1011 Post SC hari 2

Tx:Aff infusAff DCCefixime 3x100mgAsam mefenamat 3x500mgMetilergometrin 3x1tabBecom-C 2x1tabMobilisasi bertahap

18

Page 19: Plasenta Previa

terawatVag : Lochia (+)Perdarahan aktif (-)

19

Page 20: Plasenta Previa

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Hal pertama dan utama yang mendukung diagnosa plasenta

previa adalah dari anamnesa didapatkan adanya keluhan perdarahan pervaginam yang

berwarna merah segar. Keluhan sakit perut ada karena pasien sudah inpartu.

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang kedua sejak menikah dengan suaminya

selama 1 tahun. Os mengatakan hari pertama haid terakhirnya adalah tanggal 20

September 2011. Dari keterangan tersebut dapat diperkirakan umur kehamilan os

sekitar 38-39 minggu. Umur kehamilan ini sesuai dengan umur kehamilan dimana

gejala klinis plasenta previa mulai timbul yaitu pada trimester ketiga. Pada pasien ini

didapatkan faktor resiko untuk terjadinya plasenta yaitu riwayat aborsi.

Dari pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan gejala dan tanda yang sesuai

dengan gejala dan tanda plasenta previa yaitu besar fundus uteri yang sesuai dengan

kehamilan 38-39 mg (trimester ketiga), DJJ (+), adanya bekas darah di vagina, hasil

laboratorium dengan Hb 11,7 yang menunjukkan adanya anemia ringan dan hasil

USG yang menunjukkan letak plasenta di korpus posterior sampai SBR sehingga

didapatkan diagnosis G2P0010 38–39 mg T/H + APB (plasenta letak rendah) dengan

PBB : 2790 gram.

4.2 Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya plasenta previa pada kasus ini adalah adanya riwayat abortus

dengan kuretase pada kehamilan pertama 1 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan

teori yaitu dari beberapa faktor risiko yang dikemukakan, riwayat perlukaan pada

dinding rahim meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa.

4.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kasus ini adalah dengan terminasi kehamilan per abdominam

(SC). Indikasi dilakukan SC pada kasus ini adalah karena telah terjadinya perdarahan

yang merembes dan diagnosis plasenta previa sudah ditegakkan dengan USG.

20

Page 21: Plasenta Previa

Menurut teori, SC dilakukan apabila terjadi perdarahan pervaginam yang banyak dan

adanya gawat janin, serta diagnosis plasenta previa sudah ditegakkan. Sumber lain

mengatakan bahwa pada prakteknya hampir seluruh ibu hamil dengan plasenta previa

ditangani dengan SC.2,4

21

Page 22: Plasenta Previa

BAB 5

RINGKASAN

Telah dilaporkan suatu kasus dengan identitas wanita 28 tahun dengan perdarahan

antepartum oleh karena plasenta previa pada umur kehamilan 38-39 minggu.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Prinsip utama penatalaksanaan dengan terminasi kehamilan dengan

mempertimbangkan keadaan umum ibu dan janin. Pada kasus ini dilakukan terminasi

kehamilan perabdominam yaitu dengan Sectio Cesarea (SC).

22

Page 23: Plasenta Previa

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin, Abdul Bari., dkk(eds). Ilmu Kebidanan. Edisi keempat, cetakan

kedua. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011.

2. Joy, S. Placenta Previa. 2012. Available at: www.emedicine.com/

tictac/topic3271.htm Accessed June 17, 2012.

3. WHO. 2009. World Health Statistic 2009. Available at:

www.who.int/entity/whosis/whostat/EN_WHS9_Full.pdf Accessed June 17,

2012.

4. Leveno, K.J., et al. Williams Manual of Obstetries. 21st ed. USA. McGraw-Hill. 2003.

5. Bagian/SMF Kebidanan dan Ilmu Penyakit Kandungan FK Unud/RS Sanglah.

Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah

Denpasar. 2004. Hal 28-31.

23