10
Regenerasi Planaria BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan regenerasi planaria telah dikenal selama lebih dari 230 tahun. Pada 1766, Peter Simon Pallas pertama menggambarkan bagaimana sepotong bagian kecil dari planaria yaitu Kepala mampu beregenerasi organisme lengkap. Analisis pertama dimulai oleh Dalyell di 1814 dan Johnson pada tahun 1822. Pada penelitian ini dilakukan penyayatan sebagian dan seluruh tubuh planaria, baik secara longitudinal dan horizontal, sepanjang sumbu dari berbagai planaria dalam rangka untuk memastikan potensi regeneratif hewan ini. Hasil ini merupakan percobaan yang dipimpin Dalyell dan di dapat kesimpulan bahwa planaria mungkin “hampir” bisa disebut abadi. Penjelasan morfologi planaria, fisiologi dan perilakunya bahkan tidak ditemukan, sampai publikasi DuGe `s 'karya klasik pada tahun 1828. Dalam karyanya, DuGe `s meletakkan dasar- dasar sistematika planaria modern. Antara 1828 dan 1890-an planaria menarik perhatian Michael Faraday, Charles Darwin dan W.H. Harvey antara lain, tetapi mereka bekerja pada subjek ini sebagian besar deskriptif. Thomas Hunt Morgan pada tahun yang sama yaitu tahun 1890 sangat tertarik untuk mencatat hasil eksperimen yang telah dilakukan selama 200 tahun lebih karena sebagian besar pertanyaan yang diajukan oleh biologi masih belum terjawab. 1

Planaria

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Planaria

Citation preview

Regenerasi Planaria

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKemampuan regenerasi planaria telah dikenal selama lebih dari 230 tahun. Pada 1766, Peter Simon Pallas pertama menggambarkan bagaimana sepotong bagian kecil dari planaria yaitu Kepala mampu beregenerasi organisme lengkap. Analisis pertama dimulai oleh Dalyell di 1814 dan Johnson pada tahun 1822. Pada penelitian ini dilakukan penyayatan sebagian dan seluruh tubuh planaria, baik secara longitudinal dan horizontal, sepanjang sumbu dari berbagai planaria dalam rangka untuk memastikan potensi regeneratif hewan ini.

Hasil ini merupakan percobaan yang dipimpin Dalyell dan di dapat kesimpulan bahwa planaria mungkin hampir bisa disebut abadi.

Penjelasan morfologi planaria, fisiologi dan perilakunya bahkan tidak ditemukan, sampai publikasi DuGe `s 'karya klasik pada tahun 1828. Dalam karyanya, DuGe `s meletakkan dasar-dasar sistematika planaria modern. Antara 1828 dan 1890-an planaria menarik perhatian Michael Faraday, Charles Darwin dan W.H. Harvey antara lain, tetapi mereka bekerja pada subjek ini sebagian besar deskriptif.

Thomas Hunt Morgan pada tahun yang sama yaitu tahun 1890 sangat tertarik untuk mencatat hasil eksperimen yang telah dilakukan selama 200 tahun lebih karena sebagian besar pertanyaan yang diajukan oleh biologi masih belum terjawab. 1.2 Pokok PembahasanPlanaria memiliki kemampuan regeneratif yang luar biasa memungkinkan mereka untuk mengganti bagian dari tubuhnya atau secara pembelahan alami. Proses regeneratif adalah mediasi oleh pembentukan dan diferensiasi dari struktur khusus yang dikenal sebagai protoplasma regenerasi.

Dalam makalah ini terdapat beberapa pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali, sehingga diharapkan mampu menambah wawasan terkait mata kuliah Zoologi Invertebrata khususnya Filum Platyhelmintes yaitu regenarasi planaria. Pokok bahasan yang akan dicoba untuk digali diantaranya :

1. Analisis eksperimental klasik tentang regenerasi planaria.2. Peran Neoblasts dalam mekanisme regenerasi planaria.1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Zoologi Invertebrata yaitu Ibu Sistiana Windyariani, M. Pd dan mengetahui serta menambah wawasan mengenai Regenerasi Planaria.BAB 2PEMBAHASAN2.1 Analisis Eksperimental Klasik tentang Regenerasi Planaria Planaria yang biasa digunakan untuk percobaan regenerasi adalah anggota hidup bebas (kelas Turbellaria, order Seriata) dari Platyhelminthes filum, para cacing pipih. Ada dua mode reproduksi di planaria:

1. reproduksi aseksual dengan pembelahan dan 2. reproduksi seksual melibatkan kawin berpasangan.Pertanyaan mendasar dalam studi ini adalah untuk memahami sifat polaritas yaitu : bagaimana ujung depan (anterior) mengetahui cara untuk membuat kepala dan ujung belakang (posterior) mengetahui cara untuk membuat ekor ketika disayat/dipotong baik secara horizontal ataupun fertikal?Untuk mempelajari masalah ini Morgan mencoba untuk mengubah polaritas dengan memproduksi regeneran heteromorphic, di mana struktur yang baru terbentuk berbeda dari struktur aslinya yang disebabkan oleh pemotongan.Eksperimen yang dilakukan menunjukkan bahwa kepala Janus dibentuk pada frekuensi yang lebih tinggi sebagai fragmen transeksi dipotong pendek dan lebih pendek, menunjukkan bahwa potongan yang lebih panjang memiliki polaritas yang lebih kuat.Pada awalnya eksperimen ini menjelaskan bahwa polaritas sebagai basis bahan pembentuk pada gradasi pembentukan tubuh baru, di mana bahan pembentuk kepala dan ekor telah didistribusikan secara asimetris keseluruh tubuh.Eksperimen yang dilakukan Morgan ini diakui sebagai model pertama bahwa gradasi morfogenetik sebagai bahan pembentuk tubuh baru yang kemudian dicatat untuk proses pengembangan. Namun hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa pertanyaan dan masalah selama ini masih belum dapat terjawab hingga akhirnya kedua model gradien nya serta studi regenerasi dan pengembangan ditinggalkan.C.M. Child adalah ahli biologi terkemuka pada tahun 1890-an dari peranan gradien dalam mengembangkan biologi mengatakan bahwa dalam aktifitas metabolik sepanjang Anteroposterior (AP) Axis memiliki pendapat yang berbeda yaitu ; 1. Banyak planaria baik kemampuan meregenerasi kepala atau kecepatan regenerasi kepala berbeda sepanjang sumbu AP, seiring menurun dari kepala ke ekor disebut frekuensi kepala ; 2. Perlakuan dengan berbagai penghambat pernafasan dan anastesi mngungkapkan kerentanan yang berbeda terhadap potongan/sayatan planaria sepanjang sumbu AP organisme.C.M Child menafsirkan hasil penelitian ini untuk merefleksikan gradien saluran pernapasan seluruh hewan, dengan titik tinggi pada daerah anterior hewan. Namun para peneliti selanjutnya tidak dapat mengukur perbedaan dalam respirasi pada tingkat tubuh yang berbeda.

Meskipun gradien saluran pernapasan tampaknya tidak ada di planaria, Walaupun jelas, dalam banyak spesies, kemampuan yang dinilai untuk membuat kepala, seperti yang tercermin dari jumlah variabel waktu yang dibutuhkan untuk mengganti struktur anterior hilang.

Dengan demikian, di wilayah tepat di belakang mata yang mampu meregenerasi lebih cepat dibandingkan dengan wilayah prepharyngeal, yang pada gilirannya dapat beregenerasi lebih cepat dibandingkan dengan wilayah postpharyngeal.

Selanjutnya ada H.V Brondsted yang mempelajari fenomena ini secara ekstensif dan menunjukkan bahwa selain perbedaan AP di tingkat kepala regenerasi ada juga perbedaan ditunjukkan oleh medial dan jaringan lateral, dengan daerah medial regenerasi lebih cepat daripada daerah lateral. Menggunakan teknik okulasi, Brndsted menunjukkan bahwa perbedaan tersebut intrinsik terhadap jaringan itu sendiri, dengan demikian, laju regenerasi kepala bagian posterior tetap tidak berubah ketika dipindahkan ke posisi anterior lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, Brndsted mendalilkan adanya 'kepala memproduksi waktu tergantung regenerasi lapangan'. Sifat molekul bidang ini masih belum jelas sampai hari ini.

2.2 Peran Neoblasts dalam Mekanisme Regenerasi PlanariaSetelah planaria telah membelah, daerah yang terluka tersebut cepat ditutupi oleh lapisan tipis sel-sel epidermis . Sel-sel berkembang kemudian menumpuk di bawah luka epitel sehingga menimbulkan struktur berpigmen yang disebut sebagai protoplasma regenerasi. Sebagai hasil regenerasi, lebih dari sel-sel terdiferensiasi terus menumpuk dalam protoplasma yang menyebabkan ia tumbuh dengan pesat.

Sel-sel yang tidak terdiferensiasi merupakan regenerasi protoplasma yang disebut sebagai neoblasts. Sitoplasma Neoblast berlimpah di RNA dan mengandung banyak ribosom seperti diungkapkan oleh histo dalam metode kimia dan mikroskop elektron. Dalam pembelahan planaria, neoblasts diedarkan ke seluruh parenkim (mesenkim) yang berfungsi sebagai sumber se-sel pengganti selama pembaruan jaringan.

Neoblast menjadi peran utama pada regenerasi planaria. Ada dua hipotesis yang berbeda menjelaskan asal neoblasts: 1) Neoblast merupakan sel-sel yang menyusun regenerasi protoplasma diperoleh dari perkembangan sel.2) Neoblasts adalah sel induk totipoten yang berkembang biak pada saat cedera. Beberapa bukti yang mendukung hipotesis ini dibuktikan dengan percobaan yang menarik menggunakan strain mosaik Schmidtea polichroa di mana sel-sel somatik triploid dan premeiotic sel germline hexaploid ( germline perempuan) atau diploid (germline laki-laki). Karyological dan cytophoto mengungkapkan bahwa setelah 3 hari dari regenerasi 5% dari inti dalam blastemata berisi diploid kromosom yang lengkap (biasanya hanya diamati dalam sel germline laki-laki). hasil ini menunjukkan bahwa sel germinal premeiotic dapat mendukung pada pembentukan plasma. BAB 3

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Planaria yang biasa digunakan untuk percobaan regenerasi adalah anggota hidup bebas (kelas Turbellaria, order Seriata) dari Platyhelminthes filum, para cacing pipih. Ada dua mode reproduksi di planaria: 1) reproduksi aseksual dengan pembelahan dan 2) reproduksi seksual melibatkan kawin berpasangan.3.2 Saran Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah isi dari makalah Kami pun banyak terdapat kekurangan, untuk itu Kami menyarankan kepada pembaca yang ingin lebih menggali ilmu tentang Regenarasi Planaria untuk tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya rujukan, tetapi sebaiknya juga mencari jurnal dan buku-buku maupun media lainnya sebagai referensi.DAFTAR PUSTAKAhttp://planaria.neuro.utah.edu/publications/PN_ELS01.pdfNewmark, P. A. (2001). Regeneration in Planaria. Retrieved 28 Desember, 2013, from Campbel, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., et al. (2008). Biologi Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

8