Upload
reyhan-valiant
View
122
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENGELOLAAN HAMA TERPADU(PERTARUNGAN ANTARA TEKNOLOGI
KONVENSIONAL VERSUS MODERN) DALAM RANGKA PENCAPAIAN PRODUKSI PERTANIAN SECARA
KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Orasi Ilmiah Disampaikan pada Upacara Dies Natalis ke 42
Universitas Mataram 2 Oktober 2004
Oleh
Ir. M. Sarjan, M.Ag.CP., Ph.D
(Dosen dan Peneliti bidang Pengendalian Hayati Hama pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian
Universitas Mataram )
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
UNIVERSITAS MATARAM 2004
Yang terhormat :
Bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat
Bapak Rektor Universitas Mataram
Anggota Senat Universitas Mataram
Bapak Ketua DPRD Nusa Tenggara Barat
Bapak-bapak Anggota Muspida Propinsi Nusa Tenggara Barat
Bapak-bapak perwakilan Universitas/ PerguruAN Tinggi Swasta se NTB
Bapak-bapak Pejabat Sipil dan Militer Nusa Tenggara Barat serta
Para undangan hadirin dan hadirat yang saya hormati pula
Assalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh
Pada kesempatan yang berbahagia ini marilah kita memanjatkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita sekalian. Kita harus mensyukuri pula atas berbagai
nikmat, diantaranya berupa kekayaan sumberdaya alam yang
dilimpahkan-Nya serta atas kesempatan dan kemampuan yang kita
peroleh untuk mengelola dan memanfaatkannya, walaupun hingga saat
ini masih belum mencapai hasil yang optimal. Salam dan salawat kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
1
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Terima kasih saya ucapkan kepada Rektor serta panitia Dies Natalis
Universitas Mataram yang ke 42 yang telah memberikan penghargaan
kepada saya untuk menyampaikan pidato ilmiah pada kesempatan yang
berharga ini. Semoga Universitas Mataram akan semakin menunjukkan
kemajuan sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Negeri kebanggaan
masyarakat NTB dan akan lebih mampu mengejar ketinggalannya dari
beberapa Perguruan Tinggi yang seusia hampir setengah abad ini.
Para hadirin yang kami hormati,
Tema yang diangkat pada acara Dies Natalis Unram ke 42 saat ini
adalah ”PERGURUAN TINGGI BERKUALITAS UNTUK
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN .” Berkaitan dengan tema
tersebut maka saya mencoba untuk menyampaikan pemikiran di bidang
pertanian dalam bentuk pidato ilmiah dengan topik : “PENGELOLAAN
HAMA TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN DI ERA GLOBALISASI “
Pertama-tama marilah kita bandingkan dua model pertanian dari aspek
keberlanjutan sistem yang pernah ada di Indonesia yaitu :
Sistem tradisional (Pertanian alami) : Kenyataan mengungkapkan
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah bercocok tanam sejak
jaman dulu pada saat jumlah manusia sedikit, lahan luas, air
cukup ,varietas unggul (lokal) berlimpah, tahan hama/penyakit, tidak
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
2
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
pernah ada pemupukan dan pemberantasan hama, produksi mencukupi,
petani sejahtera dengan umur yang panjang. Degradasi lahan diatasi
melalui sistem perladangan berpindah (shifting cultivation). Pada sistem
ini interaksi antara tanah dengan kehidupan di dalamnya berlangsung
secara seimbang dan mencapai suatu suksesi, sehingga diperoleh
kehidupan yang stabil dan berkelanjutan. Sistem hara-tanaman bersifat
daur tertutup (closed nutrient recycling). Dalam hal ini tidak ada atau
sedikit sekali masukan hara dari luar sistem (low external nutrient input).
Masukan hara berasal dari daur ulang sisa kehidupan (jasad mati) atau
berasal dari udara atau air yang masuk ke dalam sistem
Sistem Modern (Revolusi Hijau): Diawali dari Eropah, dan
Indonesia dimulai pada tahun 1970-an hingga saat ini, melalui program
Padi-Sentra,Bimas, Inmas, Insus, Supra-Insus, Gema-Palagung,
Ketahanan Pangan. Konsep awal adalah untuk mengatasi masalah
pertambahan penduduk yang berlangsung seperti deret ukur, sementara
pertambahan pangan seperti deret hitung, diperlukan revolusi melalui
rekayasa genetika, melalui varietas unggul berumur pendek dengan
produktivitas tinggi. Varietas ini respon pupuk tetapi peka terhadap
hama/penyakit, lalu berkembanglah industri pupuk dan pestisida.
Penggunaan pupuk dan pestisida secara tidak rasional berdampak pada
produktivitas mengalami “ levelling off” dan serangan hama sulit
dikendalikan, terjadi kerusakan lingkungan karena tercemar. Masukan
hara dari luar yang tinggi (high external nutrient input) telah
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
3
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
menyebabkan degradasi kesuburan tanah. Akibatnya sifat fisik, kimia dan
biologi tanah terganggu dan produktivitas tanaman mengalami stagnasi
serta berdampak negatif terhadap lingkungan. Kondisi seperti ini yang
memunculkan gagasan dan konsep sistem pertanian berkelanjutan (
Sustainable agriicultural systems ).
Dalam konteks pembangunan sistem pertanian berkelanjutan,
pengelolaan sumberdaya pertanian juga dilaksanakan dalam satu pola
yang menjamin kelestarian lingkungan hidup, menjaga keseimbangan
biologis, memelihara kelestarian dan bahkan memperbaiki kualitas
sumberdaya alam sehingga dapat terus dimanfaatkan, dan menerapkan
model pemanfaatan sumberdaya yang efisien (Harwood, 1990; TAC,
1988). Penerapan model Pengelolaan Hama terpadu (PHT) merupakan
salah satu wujud nyata kebijaksanaan dalam mendukung pembangunan
pertanian berkelanjutan tersebut baik secara nasional maupun
Internasional. Demikian juga dari aspek dukungan hukum dan realita
global yang membawa konsekuensi akan mengharuskan kita untuk
mererapkan prinsip-prinsip dasar tersebut di atas. Oleh karenan itu pada
kesempatan ini akan saya sampaikan pemikiran prinsip, strategis dan
potensi serta peluang yang perlu dicermati untuk mensukseskan
implementasi pembangunan sistem pertanian berkelanjutan melalui
praktik pengelolaan hama terpadu .
Bapak Gubernur, Bapak Rektor dan para hadirin yang saya hormati
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
4
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas antara negara-negara
Asean (AFTA) sejak tahun 2003 yang lalu, Asia Pasific ( APEC) dan
organisasi perdagangan dunia (WTO) pada tahun 2010, sektor pertanian
dihadapkan pada kondisi yang kurang mendukung, yaitu: (1) kemampuan
sumberdaya manusia yang relatif rendah; (2) lahan serta sarana dan
prasarana pertanian yang semakin langka; dan (3) tingginya biaya
investasi pertanian di lahan baru. Aktiivitas sektor pertanian yang
dilakukan oleh penduduk dan terkonsentrasi pada wilayah padat populasi,
yang sebagian besar dilakukan secara tidak ramah lingklungan karena
tekanan ekonomi, telah menyebabkan berbagai kerusakan sumberdaya
pertanian ( Rasahan, 1996). Hal ini terlihat pada banyak wilayah yang
kurang subur dengan kondisi yang tidak stabil, khususnya pada daerah
lahan kering dan lahan pasang surut.
Pasar Internasional telah mensyaratkan “label ekologi (eco-labelling)”
untuk berbagai jenis komoditas, yang harus diproduksi dengan proses
ramah lingkungan. Produk tersebut dinamakan produk yang “eko-efisien
atau produk bersih “ ( Untung, 1996). Dalam menerapkan pembangunan
berkelanjutan, KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 telah
menetapkan Agenda 21. dalam Agenda 21, bagian II, bab 14 dari “
Promoting Sustainable Agriculture and Rural development” disebutkan
ada 12 program pertanian berkelanjutan yang harus diterapkan oleh setiap
negara. Salah satunya yang terpenting adalah Pengelolaan dan
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
5
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
pengendalian hama terpadu (PHT) atau Integrated Pest management
dalam bidang pertanian (butir 1). Dengan demikian , penerapan PHT
merupakan satu bagian yang penting dari sisitem usahatani berkelanjutan
secara global. Secara Nasional di Indonesia telah diaplikasikan PHT
pada berbagai komoditas terutama setelah diterapkannya PHT sebagai
satu-satunya kebijakan dalam perlindungan tanaman yang didukung
dengan dikeluarkannya UU 12/1992 tentang sistem Budidaya Tanaman,
PP No 5/1996 tentang perlindungan tanaman, Inpres 3/1986 tentang
pengendalian hama wereng coklat .
Para hadirin yang saya hormati
Konsep dan Prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)
Pengelolaan Hama terpadu (PHT) adalah suatu cara pendekatan, cara
berfikir atau falsafah pengendalian hama yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang bertanggung jawab ( Untung, 1993). Konsep
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pemikiran atau cara
pendekatan pengendalian hama yang secara prinsip berbeda dengan
konsep pengendalian hama secara konvensional yang sangat tergantung
pada penggunaan pestisida. Konsep PHT timbul dan berkembang di
seluruh dunia karena kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan
pestisida yang terus meningkat bagi kesejahteraan masyarakat dan
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
6
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
lingkungan hidup. Kesadaran global akan pentingnya kualitas lingkungan
hidup sebagai bagian pemenuhan kesejahteraan hidup telah mendesak
akan perlunya diadakan perubahan mendasar tentang berbagai
penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida. Apabila
penggunaan pestisida harus dikurangi maka masalah yang kemudian
muncul dan dihadapi oleh petani adalah bagaimana cara penggunaan
pestisida dapat dikurangi tetapi kehilangan atau kerugian hasil akibat
serangan hama dapat dihindari. Konsep PHT merupakan alternatif yang
tepat untuk menjawab dilema tersebut, karena PHT bertujuan membatasi
penggunaan pestisida sesedikit mungkin tetapi sasaran kualitas dan
kuantitas produksi pertanian masih dapat dicapai (Luna and Garfield,
1990) .
Untung (1995) menyebutkan beberapa prinsip teknologi PHT yang dapat
dikategorikan sebagai bagian dari sistem usahatani yang berkelanjutan
yaitu :
(1) Pengelolaan ekosistem pertanian dengan perpaduan optimal
teknik-teknik pengendalian hama dan meminimalkan
penggunaan pestisida sintetis yang berspektrum luas.
(2) Promosi dan dukungan pengendalian hayati yang dapat
menekan populasi hama sampai pada aras keseimbangan
(3) Kegiatan-kegiatan lapangan PHT seperti pemantauuan, analisis
ekosistem, pengambilan keputusan dan interval pengendalian
hama.
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
7
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
(4) Teknologi PHT harus bersifat lokasi spesifik dan sesuai dengan
keadaan sosial-ekonomi masyarakat.
(5) Teknologi PHT adalah praktis, mudah dipelajari dan diadopsi
oleh petani yang kemungkinan kondisi lapangannya berbeda-
beda.
Hadirin yang berbahagia
Saya memahami bahwa banyak diantara kita berpola pikir seperti
kebanyakan petani khususnya di negara–negara berkembang seperti
Indonesia yang masih melaksanakan cara-cara pengendalian dengan
pendekatan supresif dan eradikatif yang dianggap paling berhasil
meningkatkan produksi pertanian tanpa mempertimbangkan faktor
ekologi seperti pada pengelolaan hama terpadu di atas.
Konsep Pengendalian Hama Secara Konvensional
Kenyataan menunjukkan bahwa tindakan pengendalian hama yang
menggunakan satu taktik saja dapat memberikan hasil pengendalian yang
efektif. Namun sebaliknya, seringkali timbul berbagai masalah akibat
tindakan sepihak khusunya pengendalian secara kimiawi saja
(pengendalian secara konvensional). Oleh karena itu tindakan yang
demikian bukanlah cara pendekatan yang baik dan benar, terbukti bahwa
efektivitas dan efisiensi pestisida dalam pengendalian hama semakin
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
8
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
lama semakin menurun, bahkan timbul berbagai masalah baru yang lebih
sulit untuk diatasi.
Ciri-ciri pengendalian hama secara konvensional adalah sebagai
berikut ( Sastrosiswojo dan Untung, 1994).:
1) Tujuan pengendalian hama adalah untuk meberantas dan
memusnahkan hama semaksimal mungkin agar program
peningkatan produksi tanaman tidak terganggu.
2) Usaha pemberantasan hama yang paling baik adalah dengan
melindungi tanaman dengan bahan kimia yang beracun
(pestisida) agar hama tidak mampu menyerang tanaman. Azaz
preventif ini dilaksanakan dengan program penyemprotan
pestisida berjadwal (sistem kalender).
3) Karena sasarannya adalah pemberantasan dan pelaksanaannya
mengikuti azaz preventif, maka ketergantungan terhadap
pestisida organik sintetis berspektrum luas menjadi semakin
besar.
4) Alternatif pemberantasan hama bukan antara satu teknik
pengendalian dengan teknik pengendalian lainnya, tetapi
kebaikan suatu cara pemberantasan yaitu jenis pestisida yang
memberikan hasil yang efektif (cepat dan banyak membunuh
hama), caranya mudah serta harganya terjangkau.
5) Pengambilan keputusan pelaksanaan pengendalian tidak
dilakukan atas pengamatan dan keadaan lapangan (ekosistem)
tetapi atas dasar yang telah ditentukan yang merupakan paket
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
9
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
teknologi budidaya tanaman yang direkomendasikan. Keadaan
ekosistem termasuk populasi hama, populasi musuh alami,
keadaan tanaman dan keadaan cuaca serta kelayakan sosial
ekonomi kurang dipertimbangkan dalam memutuskan
penggunaan pestisida.
6) Program pengendalian hama dan budidaya tanaman pada
umumnya kurang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan
yang cukup tentang tanaman, ekosistem dan prinsip budidaya
tanaman yang bernalar. Petani lebih mengandalkan diri pada
intuisi mereka, hasil empirik atau yang berasal dari sumber-
sumber lain yang kurang tepat dan mempunyai konsisi yang sama
dengan mereka.
7) Teknologi pengendalikan hama diterapkan secara seragam baik
secara spasial (antar tempat) maupun temporal (antar waktu) oleh
para pelaksana pengendalian (petani atau perusahaan pertanian
/perkebunan) dan tidak disesuaikan dengan keadaan ekosistem
serta kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Pendekatan ini
diikuti untuk memudahkan perencanaan dan koordinasi serta
pengawasan pelaksanaan penendalian hama.
8) Program pengendalian hama dan perlindungan tanaman pada
umumnya masih dianggap sebagai suatu bagian yang mandiri
dari program produksi tanaman guna mencapai sasaran
peningkatan produksi dan penghasilan petani. Pendekatan
fragmental menurut sektor atau bidang pembangunan serta
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
10
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
menurut bidang disiplin ilmu seakan-akan menganggap timbul
dan berkurangnya serangan hama merupakan peristiwa yang
berdiri sendiri dan penanggulangnya dianggap merupakan
urusan dan tanggung jawab para penentu keputusan/petugas
lapangan/pakar perlindungan tanaman.
Bapak Gubernur, Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati
Setelah bertahun-tahun kita berusaha menerapkan teknologi pengelolaan
hama terpadu masih banyak faktor yang menjadi kendala antara lain
faktor manusia itu sendiri / petani sebagai pengelola yang secara umum
masih menderita penyakit yang disebut dengan ” Entomofobia”.
Entomofobia bermakna fobi atau ketakutan berlebihan terhadap
serangga artinya sebagian besar petani masih belum mampu
membedakan antara serangga sebagai hama atau pengganggu tanaman
dengan serangga sebagai musuh alami yang bermanfaat. Para petani
masih sangat mengandalkan insektisida kimia sebagai alat pengendali
dengan tujuan untuk memberantas serangga yang ada pada agroekosistem
tanpa memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan khususnya
terbunuhnya serangga dari golongan musuh alami. Hal ini secara sosial
budaya sangat sulit dihindari karena pemahaman masyarakat umumnya
mengenai serangga masih bersifat negatif, yaitu sebagai musuh manusia,
karena sebagai hama dan vektor penyebab penyakit yang membahayakan.
Akibatnya petani masih mengandalkan senjata pamungkas yang bernama
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
11
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
insektisida kimia. Kondisi ini tentu merupakan salah satu kendala yang
sangat penting dalam implementasi Pengelolaan Hama terpadu di
Indonesia. Untuk mengurangi masalah tersebut sebenarnya telah
dilaksanakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
yang dicanangkan secara nasional untuk beberapa komiditas di berberapa
propinsi sejak tahun 1989. Tujuan dari SLPHT adalah untuk mengubah
perilaku fundamental petani dari pengendalian serangga pengganggu
yang tergantung pada penggunaan insektisida menjadi pengelolaan
serangga berdasarkan ciri dan mekanisme alami ekosistem pertanian.
Program pelatihan petani melalui SLPHT merupakan contoh atau model
peningkatan kualitas SDM dan penerapan pendekatan holistik yang telah
dioperasikan. Namun untuk meningkatkan kualitas SLPHT masih
diperlukan kegiatan-kegiatan penelitian yang mendukung teknologi yang
dilatihkan di SLPHT. Di samping itu agar konsep PHT dapat efektif
dilakukan di seluruh Indonesia diperlukan dukungan kelembagaan yang
penuh dari lembaga-lembaga yang ada di pemerintah dan masyarakat
( petani, kelompomk tani dan LSM).
Kalau kita perhatikan butir-butir prinsip PHT di atas yang pada intinya
adalah bagaimana upaya mengurangi penggunaan pestisida dalam
pengendalian hama dengan mengoptimalkan fungsi pengendalian secara
alami. Kajian-kajian ke arah itu sebenarnya telah banyak dilakukan baik
di tingkat laboratorium maupun lapangan, misalnya pemanfaatan
insektisida non-kimiawi sintetis yang mampu mengendalikan berbagai
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
12
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
jenis hama. Demikian juga dengan pemanfaatan agen pengendali hayati
yang paling berkembang dan sudah tersebar secara komersial misalnya,
bakteri Bacillus thuringiensis telah digunakan untuk mengendalikan
hama-hama penting dari ordo lepidoptera seperti Plutella xylostella dan
Crocidolomia binotalis pada tanaman kubis (Rajakulendran, 1993; Gahan
et al, 2001; ) dan Spodoptera exigua Hbn pada tanaman bawang merah
(Sarjan, 1995). Dengan insektisida nabati seperti nimba berdasarklan
hasil penelitian Mujiono et al (1993) menunjukkan bahwa bahan tersebut
memiliki kemempanan yang lebih tinggi daripada insektisida kimia
sintetis dalam menekan hama P. xylostella. Namun dalam penerapannya
baik insektisida hayati maupun nabati belum banyak dilakukan di
Indonesia. Oleh karena itu untuk memperluas penggunaan insektisida non
kimiawi sintetis di lapangan Sarjan (2004) telah melakukan penelitian
konservasi musuh alami pada tanaman kedelai. Pemanfaatan agen
pengendali hayati Bacillus thuringiensis (Sarjan, 1995 ; Wiresyamsi
dan Sarjan, 1996) telah dilakukan pada tingkat aplikasi yang mampu
menurunkan penggunaan pestisida dan tetap mampu mempertahankan
produksi.
Hasil-hasil yang telah dicapai oleh program nasional PHT secara ringkas
dapat dikemukakan sebagai berikut ( disadur dari Sudarwohadi dan Oka,
1997).
1. Peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM)
terlatih PHT (sampai dengan Februari 1997) adalah :
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
13
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
a. Pengamat Hama Penyakit (PHP) : 506 (padi) + 116
(sayuran) = 622 orang
b. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL): 1.012 (padi) + 185
(sayuran) = 1.197 orang
c. Petani :
i. Petani Pemandu (HPT padi) ; 14.042 orang
ii. Petani SLPHT : 399.477 (padi) =
12.290(sayuran)= 411767 orang
2. Pengurangan rata-rata penggunaan pestisida
a. PHT padi : 60% ( insektisida)
b. PHT kubis
i. Insektisida : 81 %
ii. Fungisida : 96 %
c. PHT kentang
i. Insektisida : 89%
ii. Fungisida : 81%
3. Peningkatan hasil panen sayuran (tahun 1994):
a. PHT-kubis : 7.6%
b. PHT-kentang : 24.4%
4. Peningkatan keuntungan bersih sayuran (tahun 1994)
a. PHT-kubis : Rp 2.796.000.,/ha
b. PHT-kentang Rp 1.889.000.,/ha
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
14
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Hadirin yang saya hormati
Pertanyaannya adalah “Apakah masih relevan kita berfikir dan
menerapkan Pegelolaan Hama Terpadu dalam konteks sistem
pertanian berkelanjutan pada kondisi dimana dunia sedang berpacu
mengejar produktivitas dengan perlombaan teknologi mutahir ?” .
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka saya optimis apa
yang diharapkan dalam PHT akan dapat dicapai mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi di bidang lainnya, termasuk
pemanfaatan Bioteknologi dalam perlindungan tanaman.
Bioteknologi di bidang Pengendalian secara hayati
Pertanian sedang menuju ke bentuk revolusi yang lain , namun saat ini
lebih besar pada revolusi genetik yang dinyatakan sebagai revolusi
teknologi ketiga mengikuti revolusi di bidang industri dan komputer.
Walaupun Bioteknologi bukan merupakan kompopnen PHT, tapi sebagai
alat inovativ dimana dengan hasil-hasil bioteknologi akan membantu
menyediakan sarana yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan
PHT. Teknologi maju di bidang kimia, biokimia, molekuler genetik dan
rekayasa genetik telah menghasilkan bahan-bahan dan produk yang
kurang toksik dan berbahaya bagi manusia dan lingkungan.,
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
15
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
dibandingkan dengan insektisida kimia konvensional. Produk-produk ini
termasuk rekayasa genetik tanaman yang lebh aman terhadap hama dan
penyakit, tanaman dan musuh alami hama yang cukup toleran terhadap
pestisida yang semuanya akan menjadi potensi yang tepat dengan konsep
Pengelolaan hama secara modern.
Salah satu contoh produk bioteknologi yang sedang digalakkan saat ini
adalah “Transgenic Plant” pada beberapa produk pertanian seperti
kapas, jagung dan bahkan pada tanaman padi. Prinsip bioteknologi ini
adalah memanipulasi tanaman dengan memasukkan gen pengendali
hayati (Bt-toksin). Tanaman itu merupakan hasil rekayasa gen dengan
cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut
transgene - bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies lain
sama sekali. Karena berisi transgene tadi, tanaman itu disebut genetically
modified crops (GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa
genetika (genetically modified organisms, GMOs).
Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul
tertentu. Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar
bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt)
penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt ini
disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung, sehingga tanaman resipien
(jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek
jagung Bt akan mati. Begitu pun racun pada kapas Bt dapat membunuh
boll-worm, hama perusak tanaman kapas.
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
16
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Dengan teknik ini, tidak diperlukan penyemprotan biopestisida, karena
tanaman itu sendiri telah mengandung gen biopestisida. Tansgenic Bt
crop telah mulai dilaksanakan sejak awal 1990 an di beberapa negara
maju dan transgenic Bt pada tanaman padi dimulai sejak tahun 1997.
Berikut beberapa contoh Transgenic Insecticidal Cultivars (TIC) yang
telah dikomersalkan di beberapa negara dengan merek dagang yang
beragam.
BACILLUS THURINGIENSIS CROP YANG SUDAH
DIKOPMERSIALKAN
Diperkirakan bahwa nilai perdagangan dunia tanaman GE akan meningat
terus sebesar $ 8 miliar pada tahun 2005 dan sekitar $25 miliar pada
tahun 2010. Jumlah negara yang menanam tanaman transgenic juga
meningkat dari hanya 1 negara pada th 1992 menjadi 13 negara pada
tahun 1999. Antara tahun 1996-2000 luas pertanaman tanaman
transgenic meningkat menjadi lebih 25 kali lipat, dari 1,7 juta ha pada
tahun 1996 menjadi 44,2 juta ha pada th 2000. Tiga negara ( US, Canada
dan Argentina) menanam sebanyak 98% dari total luas tanam, Negara-
negara yang sudah mengkomersiakan tanaman GE ( dan persentasi
keseluruhan tanaman transgenic) pada tahun 1999 adalah : US, 30,3 juta
ha ( 68%); Argentina , 10,0 juta ha (23%); Canada, 3,0 juta ha (7%);
China, 0,5 juta ha (1%); dan Australia dan Afrika, masing-masing kurang
dari 0,2 juta ha ( 0,5%). Adopsi teknologi baru ini seperti teknologi
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
17
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
lainnya sangat pesat pada negara-negara industri, tapi proporsi
penanaman tanaman transgenic di negara-negara berkembang juga selalu
meningkat dari 14% th 1997 menjadi 16% th 1998, menjadi 18% th 1999,
dan 24% pada th 2000. Data-data tersebut menunjukkan bahwa terjadi
perkembangan yang pesat pada penerapan bioteknologi di bidang
pertanian , dan berikut ini disajikan contoh-contoh tanaman transgenik
yang sudah dikomersialkan dan sedang dikembangkan .
Tanaman kentang
Pada th 1995, Bt- potato ( NewLeaf TM, Mosanto, St Louis, MO, USA),
merupakan Bt
-crop pertama yang dikomersialkan. Tanaman kentang ini direkayasa
mengandung Cry3A protein untuk mengendalikan hama jenis kumbang
(Colorado potato beetles). Pengggunaan insektisida diperkirakan
menurun sampai 40% pada areal ini pada tahun 1997. Produk ini suidah
dicoba di beberapa negara seperti Canada, Jepang, Mexico dan Georgia.
Tanaman kapas.
Pada th 1996, Bt-cotton (Boolgard TM, Monsanto) sudah disebarkan untuk
mengendalikan hama penggerek kapas ( Heliothis sp). Tanaman ini
mengandung Cry IAc protein yang pada tahun 1997 menunjukkan
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
18
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
peningkatan hasil sebesar 14% dengan penurunan pengunaan insektisida
kimia sebanyak 300.000 gallon, serta sudah dicoba di negara seperti
Australia, China, Mexico, Afrika selatan dan USA.
Tanaman jagung
Beberapa perusahaan telah megembangkan Bt-maize dan dikomersialkan
sejak 1996 oleh: Novarties, Basel, Switzerland (Yieldgard TM, Knockout TM, dan Bitegard TM ) Mycogen, San Diego, CA, USA (Naturegard TM ),
Monsanto(Yieldgard TM ) dan DEKALB genetics, IL, USA( Bt-Xtra TM ).Kecuali Bt-Xtra TM semua mengandung CryIAb protein. Pada
penelitian lapangan BT-maize megendalikan 99% generasi pertama
penggerek tongkol. sudah disebarkan ke negara Argentina, Canada,
Jepang USA dan negara-negara Eropa.
Tanaman padi .
Di India merupakan penelitian pertama transgenik plant pada kelompok
cereal termasuk padi yang mengandung Bt CryIAc protein dalam
pengendalian hama penggerek batang padi (Scirpophaga incertulas).
Di Indonesia pun pengembangan tanaman transgenik kini masih
dilakukan, terutama di tingkat litbang (Deptan, Batan, LIPI, dan BPPT).
Komoditasnya meliputi produk dari luar negeri dan produk dalam negeri.
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
19
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Dalam perkembangannya terjadi pro-kontra mengenai produk
bioteknologi tersebut terutama kaitannya dengan dampak negatif yang
ditimbulkan, misalnya “ apakah tanaman tansgenik tersebut bisa
berkembang justru menjadi tanaman yang peka terhadap hama atau
dengan kata lain hama yang menyerang akan tahan terhadap bahan
aktif yang terkandung dalam tanaman transgenik” . Ilmuwan
menyadarai bahwa tidak ada suatu teknologi yang benar-benar 100%
aman, sehingga akan selalu dipertimbangkan potensi-potensi manfaat dan
resiko yang diakibatkan oleh teknologi tersebut. Kondisi seperti ini
merupakan peluang yang sangat besar bagi ilmuwan bioteknologi
disamping untuk mengembangkan juga untuk selalu menggali dan
mencari alternativ-alternativ yang mampu memberikan solusi dari resiko
yang akan ditimbulkan oleh hasil bioteknologi. Sebagai contoh untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya ketahanan hama terhadap tanaman
transgenik, Sarjan (2003) menawarkan alternatif STRATEGI
PENGELOLAAN KETAHANAN HAMA TERHADAP BT DENGAN
REKOMBINAN LECTIN. Dalam model ini dijelaskan bahwa resistensi
serangga terhadap Bt disebabkan oleh meningkatnya jumlah protein
koagulasi yang menghambat masuknya toksin ke membran (Glatz et al ;
Ma et al; Rachman et al, 2004 ; Sarjan, 2002; Sarjan, 2003 a; Sarjan,
2003b). Lectin merupakan kelompok glykoprotein yang diisolasi dari
berbagai hewan dan tanaman, dan beberapa diantaranya dapat
menghambat atau merurunkan protein koagulasi dalam usus serangga,
sehingga menyebabkan toksin Bt akan mampu sampai ke membran yang
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
20
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
selanjutnya mematikan serangga tersebut. Dengan keragaman flora dan
fauna yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara trofis sangat
berpotensi sebagai sumber lectin yang bisa digunakan baik untuk
mencegah terjadinya ketahanan serangga terhadap Bt toksin maupun
untuk bahan insektisida alami. Penelitian ini dilakukan melalui
pendekatan molekuler yang bertujuan untuk mengembangkan strategi
pengelolaan resistensi serangga terhadap Bt, yaitu untuk menghindari
terjadinya resistensi Bt di lapangan atau untuk mengurangi resistensi
yang telah terjadi baik pada tanaman transgenik maupun non-transgenik.
Hadirin yang saya hormati
Seperti saya kemukakan di awal , pada bagian terakhir pidato ilmiah ini
akan mencoba melihat potensi serta peluang yang perlu dicermati untuk
mensukseskan implementasi pembangunan sistem pertanian
berkelanjutan melalui praktik pengelolaan hama terpadu. Dalam hal ini
akan saya paparkan hubungan antara pertanian organik yang sudah
menjadi trend global dalam pembangunan pertanian berkelanjutan
dengan upaya pengelolaan hama terpadu.
Seiring dengan makin tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan dan kesehatan, maka saat ini telah dikembangkan suatu model
alernatif yang lebih aman dan menjanjikan yaitu dengan sistem pertanian
organik. Tujuan utama pertanian organik adalah mengembangkan
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
21
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
kegiatan produksi berkelanjutan serta harmonis dengan lingkungan
(Agriculture, Food and Rural Revitalization, 2002) yang mengenalkan
suatu ekosistem kehidupan yang komplek, dimana tanah merupakan
ekosistem kehidupan yang dinamis. Sayuran organik sebagai contoh
merupakan sayuran yang dihasilkan dari sistem budidaya organik, yaitu
budidaya pada tanah yang subur dengan tingkat humus dan aktifitas
biologi yang tinggi dan terutama tanpa tambahan input sintetis (McCoy,
2001). Dengan demikian pengelolaan hama terpadu sangat berperanan
dalam menghasilkan produk organik . Sebagai output adalah produk
pertanian dan lingkungan hidup yang sehat yang pada prinsipnya
mengacu pada sistem alami dengan meminimalisasi masukan senyawa-
senyawa anorganik (pupuk, pestisida). Namun timbul pertanyaan
selanjutnya “ Sampai seberapa jauh petani dan masyarakat
Indonesia mengembangkan organic farming dan apakah mereka
sudah menerima produk-produk organik tersebut?”
Sebagai gambaran marilah kita perhatikan perkembangan organik
produk secara global dengan peluang agribisnisnya. Pada saat ini satu
dari empat orang Amerika mengkonsumsi produk organik, dan terus
tumbuh dengan laju pertumbuhan produk organik sebesar 20% setiap
tahun dalam sepuluh tahun terakhir serta mampu mengisi sektor ekonomi
di negara tersebut (Wood et al, 2002). Dalam era globalisasi , pasar
sayuran organik sangat terbuka dan saat ini Australia telah mengekspor
sayuran organik ke pasar Amerika dan beberapa negara Eropa seperti
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
22
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Inggris, Jerman dan Prancis serta beberapa negara Asia seperti Jepang,
Singapore dan Malaysia (McCoy, 2001). Keadaan ini juga dimanfaatkan
oleh negara Asia seperti Thailand yang sejak tahun 1995 telah
mengeluarkan standarisasi dan sertifikasi produk organik (ACT, 2001).
Pertanian organik bukan saja sebagai sistem yang ramah lingkungan, tapi
terbukti mudah dilakukan dengan biaya lebih murah dan hasil masih bisa
dipertahankan seperti pada sistem pertanian konvensional. Contoh yang
paling nyata adalah pada budidaya beberapa sayuran seperti kubis
(Brassica oleraceae.var. italica Plenck) , Bunga kol (Brassica
oleraceae.var. brotritys), Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca
sativa), kentang (Solanum tuberosum L.) dan wortel (Daucus carota) di
kebun percobaan Cangar,, Malang (Suryanto et al, 2003). Produksi
sayuran organik tersebut masih terbatas tergantung dari outlet yang telah
terbentu seperti Swalayan serta beberapa hotel dan katering di kota
Malang. Dalam sosialisasi sayuran organik dilakukan kerjasama dengan
Mitra Bumi Indonesia, LSM yang bergerak dalam advokasi pertanian
organik. Ditambah pula di Indonesia sudah terbentuk kelompok
Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) yang semestinya
diharapkan akan menjadi badan yang bertanggung jawab terhadap
sertifikasi. Namun sampai saat ini sistem budidaya organik masih belum
banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya di Nusa Tenggara
Barat, padahal konsep ini telah lama dikenal dan diterapkan di negara
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
23
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
maju dengan menerapkan sistem organik dengan menetapkan persyaratan
sertifikasi tertentu (IFOAM, dll).
Di Indonesia yang beriklim trofis, aneka sayuran dapat dibudidayakan
sepanjang tahun dengan keragaman yang tinggi berupa sayuran daun,
tunas, buah, umbi dan polong. Survey BPS (2000) menunjukkan produksi
sayuran di Indonesia , diantaranya bawang merah, kubis, sawi, wortel dan
kentang, berturut-turut 772.818, 1.336.410, 484.615, 326.693 dan
977.349 ton pada total areal seluas 291.192 Ha. Dengan potensi tersebut
dan dengan semakin majunya masyarakat , maka sudah saatnya
komoditas sayuran dikembangkan pula menjadi produk organik.
Budidaya sayuran organik relatif mudah dan murah untuk dilakukan dan
terbukti lebih hemat, aman dan sehat untuk dikonsumsi.
Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau Lombok yang merupakan daerah
dengan potensi sumberdaya alamnya yang melimpah baik untuk kegiatan
pariwisata maupun pertanian sebagai pendukungnya sangat berpeluang
untuk dikembangkan. Dengan maraknya pembangunan di bidang
parawisata membuat Nusa Tenggara Barat terutama Pulau Lombok
menjadi tujuan kunjungan wisata , baik domestik maupun wisman yang
semuanya akan menuntut perhatian khusus berkaitan dengan tuntutan
konsumen, termasuk di bidang produksi pertanian. Sayuran dan buah-
buahan sebagai produk pertanian tentu akan mengikuti perkembangan di
bidang pariwiata tersebut misalnya untuk memenuhi kebutuhan hotel-
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
24
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
hotel dan restoran yang menuntut persyaratan khusus terutama dari aspek
kesehatan dan kebersihan produk dari bahan-bahan kimia sintetis. Hal ini
merupakan tantangan dan sekaligus peluang tersendiri bagi petani untuk
mengembangkan usaha tani sayuran dan buah-buahan dengan sistem
budidaya organik.
Penutup
Hadirin yang saya hormati
Sebagai penutup saya kemukakan beberapa simpulan dari uraian di atas
bahwa sebagai daerah tropika secara geografis , Indonesia menyimpan
kekayaan alam yang melimpah dengan keanekaragaman hayati dengan
penduduk yang secara demografis sebagaian terbesar hidup di sektor
pertanian, secara rasional sangat berpotensi sebagai suatu negara besar
dan kuat di bidang pertanian. Tidaklah berlebihan atau Koes plus tidak
sedang bermimpi saat melantunkan syair lagu “…. bukan lautan hanya
kolam susu, tongkat dilempar jadi tanaman …..” Namun sampai saat
ini pada kenyataannya, sektor pertanian belumlah menunjukkan
kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang masih disibukkan dengan
persoalan-persoalan lainya yang justru mempengaruhi pembangunan di
bidang pertanian ke arah yang tidak menjanjikan. Ditambah pula dengan
dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan pertanian selama ini yang
selalu mengejar produktivitas dan pemenuhan kebutuhan pangan tanpa
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
25
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
memperhatikan kaedah-kaedah keberlanjutan, yang justru memunculkan
kekhawatiran, bahwa petani semakin tidak yakin dan percaya diri
terhadap keunggulan profesinya, karena bidang pertanian dianggap
tidak dapat memberikan masa depan yang lebih baik.
Melalui kesempatan yang berbahagia ini saya menggugah hadirin agar
memanfatkan potensi yang kita miliki untuk memajukan sektor pertanian
terutama berdasarkan kaedah sistem pembangunan pertanian
berkelanjutan. Dalam konteks Pengelolaan Hama Terpadu
keanekaragaman hayati yang kita miliki dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pestisida nabati maupun hayati, demikian juga dengan kekayaan
spesies serangga baik sebagai parasitoid maupun predator dapat
dioptimalkan fungsinya sebagai pengendali alami untuk mendukung
pembangunan sistem pertanian berkelanjutan. Kita seharusnya bisa hidup
berdampingan dengan serangga, kelompok binatang yang merupakan
bagian dari komunitas ekosistem bumi yang telah menjadi penentu
keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka bumi, karena interaksi
antara serangga dan manusia telah berlangsung sejak manusia ada.
Keberadaan dan kemampuan hidup manusia sampai saat ini sangat
dibantu dan didukung oleh keberadaan serangga. Sampai-sampai Allah
SWT mengabadikan sebuah surat dalam Al Qur’an tentang serangga
yang diwakili oleh LEBAH ( An Nahl = lebah)).
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
26
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
“ Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: “ Buatlah sarang-sarang
di bukit-bukit, di pohon kayu, dan di temapt-tempat yang dibikin
manusia” kemudaian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(Kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkannya.
(AnNahl 68-69)
Kaitannya dengan keanekaragaman sumberdaya alam yang kita miliki,
peluang lainnya yang sangat penting diperhatikan adalah melimpahnya
bahan organik di Indonesia yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai
modal berharga dalam praktik pertanian organik yang juga sekaligus
mendukung pembangunan sistem pertanian berkelanjutan.
Dari berbagai potensi dan peluang yang kita miliki, masih banyak
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan sistem pertanian
berkelanjutan di Indonesia. Namun sudah saatnya sekarang mendapat
prioritas utama daripada sekedar memenuhi target peningkatan
produktivitas dan kebutuhan pangan. Paradigma baru perlu segera
diwujudkan untuk mempercepat keberhasilan pembangunan pertanian di
Indonesia, bahwa penetapan teknologi spesifik lokasi yang berkelanjutan
harus lebih dipentingkan dari pada pertimbangan lain dan sejauh mungkin
menghindari pemaksanaan lahan untuk suatu komoditi dan teknologi
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
27
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
tertentu. Untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik
pemerinah, peneliti, pengusaha, organisasi kemasyarakatan, perguruan
tingi dan masyarakat petani sendiri.
Pembangunan pertanian berkelanjutan hendaknya tidak hanya menjadi
slogan dan isu politik, namun perlu dijabarkan melalui program dan
kegiatan nyata di lapangan.
Di era globalisasi saat ini , kita harus akrab dengan kaedah-kaedah
keseimbangan alam, namun tidak menutup diri dengan inovasi-inovasi
dan teknologi seperti bioteknologi pertanian yang dapat membantu
pencapaian tujuan secara cepat, tepat dan berkelanjutan.
Bapak Gubernur, bapak Rektor dan Hadirin yang berbahagia
Dari uraian panjang di atas dapat disarikan dengan rangkaian kata kunci
bahwa pembangunan pertanian harus mengikuti trend globalisasi
dimana bioteknologi dapat dimanfaatkan dalam penerapan PHT yang
merupakan komponen pendukung sistem pertanian berkelanjutan.
Demikianlah orasi ilmiah yang dapat kami sampaikan di hadapan hadirin
yang mulia, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala
kekurangan dan terima kasih atas perhatian dan kesabarannya.
Wabillahittaufiq wa;hidayah Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
28
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Daftar Pustaka
ACT (Agriculture Certification Thailand ), 2001. Organic Agriculture Standards. Organic Agriculture Certification Thailand. 27 p.
Agriculture, Food and Rural Revitalization, 2000. Organic farming(Internet access). Government of Saskatchewan, 30085 Albert Street, Saskachewan, Saskachewan Agriculture and Food.
BPS, 2000. harvest Area, Production and Yield of Vegetables in Indonesia. www.bps.go.id.
Dent, D., 1992. Insect Pest Management.C.A.B. International, Wallingford, UK. 604 p.
Glatz, R; Roberts, H. L.S., Li; Sarjan, M; Theopold, U. H.; Asgari, S and Schmidt, O: Lectin-induced hemocyte inactivation in insects.Journal of Insect Physiology ( in press)
Hallett, R.H., Zilahi-Balogh, R., Engerilli, N.P.D and Borden, J.H. (1993). Development of a Pest management System for Diamonback Moth, Plutella xylostella .L (lepidoptera: Yponomeutidae) in a Third –World Country-Considerations for Sustainability. In Pest Control and Sustainable Agriculture. CSIRO. Entomology. Canberra.Australia
Harwood, R.R., 1990. A History of Sustainable Agriculture in Sustainable Agricultural Systems. Eddited by Edwards, C.A, Rattan, L, Patrick, M, Robert, H.M and Gar House.
Luna, J.M and Garfield, J.H., 1990. Pest Management in Sustainable Agricutural System in Sustainable Agricultural Systems. Eddited by Edwards, C.A, Rattan, L, Patrick, M, Robert, H.M and Gar House.
Ma, G, Roberts, H.L.S; Sarjan, M; Featherstone, N; Lahnstein, J; Akhurst, R and Schmidt, . Is the mature endotoxin Cry1Ac from
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
29
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Bacillus thuringiensis inactivated by a coagulation reaction in the gut lumen of tolerant Helicoverpa armigera larvae?. Journal of Biological Chemistry ( in press)
McCoy, Steven, 2001. Organic vegetables. A Guide to Production. Departement of Agriculture, Western Australia. 27 p.
NOVA Vermont, 2001. VOF Standards-Soil management . http://www.nofavt.org/sht02.stdsl.cfm
Rachman, M; Sassan, A; Sarjan, M and Schmidt, O.,2004. Induction and Transmission of Bacillus thuringiensis tolerance in the flour moth Ephestia kuehniella ( Jurnal PNAS, Vol 101 No.9, 2004)
Rajakurendran, V., 1993. Use of Bt on Vegetable Crops In AustraliaSecond Bacillus thuringiensis. Meeting Canbera ( Abs) . 21 –23September 1993.
Rasahan, C.A., 1996. Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia menjelang pasar bebas. Makalah workshop” Tindak lanjut pengembangan PHT di Bandung, 3-7 Nov. 1996 17 h.
Rochim dan Rizky, 2002. Sayuran organic Penuhi Keinginan Konsumen, Majalah Hortikultura. Jakarta. H. 24-25.
Sarjan, M., 1995. The Use of Bacillus thuringiensis to control Spodeptera exigua Hbn on onion. Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian Universitas Mataram. 17h
Sarjan, M., 2002. Resistance against endotoxin from Bacillus thuringiensis in lepidopteran insects (Ph.D thesis, 2002)
Sarjan, M., 2003a. Immune Reactions in the Bacillus thuringiensis Resistant Insect (Agroteksos, Vol. 13. No. 3. October 2003)
Sarjan, M.,2003b. Glycosilation status of Glycoproteins and Location of the Immune-realated Proteins in the Gut of caterpillar( Jurnal Lemlit Universitas Mataram, Oktober 2003
Sarjan, M., 2004. The potency of non-chemical syntetic insecticides in conserving predator of army worm (Spodoptera litura F.) on soybean crop (Agroteksos, Vol. 13. No. 4. January 2004)
Sarjan, M.,? . Are soluble hemolymph components involved in hemocytes functions? ( in prep
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
30
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Sarjan, M., ?. Are immune-induction reactions involved in Bt-resistance mechanisms? (in prep)
Sudarwohadi, S dan Oka, I.N., 1997. Implementasi Pengelolaan Serangga Secara berkelanjutan.Makalah disampaikan pada simposium Entomologi Indonesia, bandung, 24-26 Juni 1997
Suryanto, A, T.Himawan dan Sitawati, 2003. Budidaya sayuran organic melalui pendekatan ekologi di kebun percobaan Cangar. Pada Pelatihan Dosen-dosen PN-PTS se- Indonesia. Petanian Berkenaljutan Untuk meningkatkan Kesejahteraanh Masyarakat. Malang 12-21 Juli 2003.
TAC (Technical Advisory Committee), 1988. Sutainable Agricultural Production: Implication for International Agricultural Research Consult. Group Int. Agric.Res. Washinton.DC.
Untung, K., 1993. Konsep Pengendalian Hama terpadu. Andi ofset. Yogyakarta. 150 h
Untung, K., 1996. PHT menyongsong era perdagangan bebas. Makalah workshop” Tindak lanjut pengembangan PHT di Bandung, 3-7 Nov. 1996. 8 h
Untung, K dan Sudomo M., 1997. Pengelolaan secara berkelanjutan. Makalah disampaikan pada simposium Entomologi Indonesia, bandung, 24-26 Juni 1997.
Wiresyamsi, A and Sarjan, M., 1996. The potency of Bacillus thuringiensis as a biological control agent of major pest of vegetables. Jurnal Penelitian –Lembaga Penelitian .Universitas Mataram
Wood, Maria, L. Chavez and Don Comis, 2002. Organic grows on America. Agricultural Research U.S. Departementb of Agriculture. 19 p.
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
31
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
CURRICULUM VITAE
A. Personal Identity :
1. Name : Ir.H.M.Sarjan, M.Ag.CP., Ph.D
2. Sex : Male
3. Place /Date
of Birth
: Kelayu, East Lombok/ 06 April 1962
4. Official
address
: Facukty of Agriculture-University of Mataram Jl. Majapahit 62. Mataram-Lombok Telp. (0370) 621435 Fax: (0370)640186
5. Home
Address
: Jl. Danau Laut Tawar 17 Pagutan Permai Mataram,Lombok-NTB,
Phone:62-370-627237 HP. 08123706297 e-mail : [email protected]
B. Education :
University/InstituteAnd Location
Degree Year Field of Study
Faculty of Agriculture-University of Mataram - Indonesia
Ir 1986 Agronomy
Faculty of Agricultural and M.Ag.CP 1994 Entomology
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
32
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
Natural Resource Sciences, University of Adelaide-AustraliaFaculty of Agricultural and Natural Resource Sciences, Department of Applied Molecular and Ecology, University of Adelaide-Australia
Ph.D 2002 Biological Control of Insect Pest/Biotechnology
C. Work experiences :
Institustion Job/position Year
Faculty of Agriculture-University of Mataram
Lecturer 1987-Present
Faculty of Agriculture-University of Mataram
Head of Reseach development comitee (BP3F)
2003-2006
Research Institute – University of Mataram
PEER GROUP member 2003-2005
University of Mataram Secretary of Task Force Project TPSDP Batch II
2003
University of Adelaide Research Fellow March – july 1994
FAO-Roma-Italia Conultant for Nasional Project of Integrated Pest Management for estate Crop
March – April 1995
Directorate General of Higher Education –Department of National Education
Participant on the International Acade-mic networking in Univ. of Victoria, Univ. of Queen , Univ. of Guelph, Univ. of Waterloo (Canada) and Univ. of Florida (USA)
October-December 1996
Institute for Sustainable Development Resources
Director April 2003- 2008
D. Research experiences :
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
33
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
1. Evaluation of Integrated Pest management practices on rice in West Lombok District (1989)
2. Distribution of Spodoptera exigua Hubner population on onion crop (Allium ascalonicum L) (1989)
3. The effects of continuous application of several fungicides with rotation system , to response of in Vitro Alternaria porri (Ell) Cif. On garlic crop ( 1990)
4. Efficacy of Bacillus thuringiensis Berliner to army worm (Spodoptera exigua Hbn) on onion crop baed on economic threshold (1991)
5. response of in Vitro Alternaria porri (Ell) Cif.to several mixed fungicides and with rotation On garlic crop (1991)
6. Susceptibility of Sheep myasis flies , other than Lucilia cuprina to Bacillus thuringiensis. (Master Thesis, 1993)
7. Efficacy of mixed Metarhizium anisopliae (Metach) SOR and buprofezin insecticide to mortality of Brown Plant Hopper(Nilavarpata lugens Stal) (1994)
8. Study of Biology of Pareuchaetes psudoinsulata on several important weed on peanut crop (1995)
9. Bacillus thuringiensis as a biological control agent for major pest of cabbage (1996)
10. Study of Economic threshold of leaf roller insect (Nezara viridula L and Risptortus linearis F) several varieties of soybean in Lombok Island (1996)
11. Testing of fitotoxicity of Fenoksaprop-P-Etil herbicide on direct seedling system of rice (Tabela) (1997)
12. The potency of non-chemical syntetic insecticides to control cabbage pest, Plutella xylostella (1997)
13. Resistance against endotoxin from Bacillus thuringiensis in lepidopteran insects (Ph.D thesis, 2002)
E. Scientific Publicatin :
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
34
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
1. The use of Bacilluis thuringiensis to control Spodoptera exigua Hbn (Lepidoptera:Noctidae) on onion. (1995)
2. The potency of Bacillus thuringiensis as a biological contro agent of major pest of vegetables
3. The potency of non-chemical syntetic insecticides in conserving predator of army worm (Spodoptera litura F.) on soybean crop (Agroteksos, Vol. 13. No. 4. January 2004)
4. Are soluble hemolymph components involved in hemocytes functions? ( in prep)
5. Are immune-induction reactions involved in Bt-resistance mechanisms? (in prep)
6. Immune Reactions in the Bacillus thuringiensis Resistant Insect (Agroteksos, Vol. 13. No. 3. Oktober 2003)
7. Glycosilation status of Glycoproteins and Location of the Immune-realated Proteins in the Gut of caterpillar( Jurnal Lemlit Universitas Mataram, Oktober 2003
8. Induction and Transmission of Bacillus thuringiensis tolerance in the flour moth Ephestia kuehniella ( Jurnal PNAS, Vol 101 No.9, 2004)
F. Teaching Experiences :
Teaching for undergraduate students on 1. Science of Insect Pest 2. Introduction of Crop Protection 3. Biological Control and environmental Magament 4. Clinic of Insect pest and disease 5. Insect Pathology 6. Research Methodology on Crop Pest and Disease
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
35
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
G. Congress, Seminar and training
1. In country :
a. Research Methodology , University of Mataram (1989)b. Interinship course on Insect Pahology in Biothecnology Inter-
University centre University of Gadjah Mada (Yogyakarta) ( 1989/1990)
c. Scientific meeting in in Biothecnology Inter-University centre University of Gadjah Mada (Yogyakarta) (1990)
d. Training Course on Agricultural Research Methodology di Bogor Agricultural University Life Sciences Inter University Center (1996)
e. National Congress of Indonesian Entomology Association in University of Padjadjaran, Bandung ( 1997)
f. National Congress of Indonesian Phitophatology Association in Mataram (1996)
g. Practical Workshop in Molecular Markers in Plant Breeding- Adelaide-Australia, 3-7 Juli 2000
h. Seminar on Research Direction of University of Mataram -Mataram, 9 Juni 2003
i. Instructor on Biotechnology training -LPIU-Post IAEUP University of Mataram in Sahid Legi Hotel -Mataram , 14-15 July 2003
j. Training on Proposal writing on Semi QUE-V Agronomprogram study -Mataram, 30-31 June 2003
k. Speaker on 41 th Dies Natalis of University of Mataram Seminar Mataram, 1 October 2003 with topic :“ Agricultural Biothecnology and its opportunity practices in West Nusa Tenggara “
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
36
Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008
l. Nasional seminar on dryland rehabilitation by community empowerment in University of Muhammadiyah-Mataram, 18 December 2003.
2. Overseas :
a. Consultant on National Project of Pest Management for Estate Crop in Rome Italy (1995)
b. Participant in Specialized training for distance Education and Relationships between the business and University Communities di University of Florida, USA (1996)
c. Partiicipant in Research Management and Development Program di University of Guelph, Canada (1996)
d. Participant in the Indonesian Teaching Institute Faculty of Education di University of Victoria, Victoria, British Columbia ,Canada (1996)
e. Participant in Introduction to Internet and the Information Highway di Training and development, Quality Excellent and Service , Ottawa (Canada) (1996)
f. Visiting to Queens University , Kingstoon, Canada (1996) g. Speaker on seminar of Indonesia- Australia Student
Association,South Australia 28 Oktober 2000, di Adelaide with topic “ Integrated Pest management (IPM): Application and its Prospect in Indonesia.
M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM
37