Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
PHOTOTERAPY UNIT DENGAN HOURMETER MIKROKONTROLLER
(Sasiskarini A.w, Triwiyanto,SSi,MT, Hj.)
Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Surabaya
Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya
ABSTRAKFototerapi merupakan cara untuk mencegah agar kadar billirubinkadarbilirubin
tidak meningkat sampai keadaan yang memerlukan tindakan tranfusi tukar.tingkat keefektifan phototheraphy bergantung pada tiga factor yaitu spectrum cahaya,energy output cahaya ,dan area permukaan bayi yang tersinari fototerapi . AAP menganjurkan jarak fototerapi dengan bayi yang akan di lakukan fototerapi adalah 10cm-20cm.pada alat ini spectrum cahaya di dapat dari tujuh buah lampu tl 20 watt dengan spesifikasi panjang gelombang 400-550nm dengan jarak 20cm dari atas permukaan tubuh bayi.
Alat ini memiliki empat pemilihan waktu terapi yaitu 6 jam ,12 jam , 18 jam dan 24 jam , yang dipilih dengan masing-masing pemilihan tombol. Serta menggunakan hourmeter mikrokontroller phothotherapy unit dengan hourmeter mikrokontroller ini di ukur dengan menggunakan lux meter dan stopwatch . Untuk mengetahui keakuratan penyinaran . Nilai error % yang di dapat dari pengukuran pewaktu yaitu pada saat 6 jam sebesar 0.63%, 12 jam sebesar 0,56% , 18 jam sebesar 0,53% , dan 24 jam sebesar 0,56%. Dan penyinaran terkuat yang dapat dilakukan oleh 7 buah lampu tl 20watt pada jarak 20cm adalah 4470 lux,penyinaran terlemah adalah3630lux.berdasarkan data hasil pengukuran alat phototerapy unit dengan hourmeter mikrokontroller dapat digunakan .Kata kunci: fototerapi ,spectrum cahaya ,pewaktu , jarak
1. Pendahuluan1.1. Latar Belakang
Phototherapy berfungsi untuk
therapy bayi yang terkena penyakit
kuning atau Hiperbilirubin. Prinsip dasar
dari phototherapy adalah Memberikan
sinar secara langsung pada kulit bayi
dalam jangka waktu tertentu . sinar yang
dipakai adalah sinar dari lampu Blue
Light yang memiliki panjang gelombang
450 – 460 ηm dengan intensitas 4500
Lux tetapi dalam prakteknya
phototheraphy menggunakan lampu TL
atau Fluorosence yang memiliki
intensitas yang sama. lampu yang
dipergunakan adalah tiap lampu 20 watt
sebanyak 7 buah .
Masih banyak dijumpai alat
phototherapy hanya dilengkapi dengan
setting timer, serta hourmeter yang
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
masih mekanik. Akan sangat efisien
dalam penggunaan apabila phototherapy
memiliki tanda pengingat posisi tidur
dan hourmeter mikro dengan
penyimpanan EEPROM .
Apabila alat phototheraphy masih
belum memiliki tanda pengingat
pembalik posisi tidur di khawatirkan
selama proses phototherapy bayi akan
mengalami dehidrasi karena lamanya
proses terapi penyinaran dan kurangnya
pengawasan suhu badan serta pemberian
ASI, hourmeter yang masih mekanik
dikhawatirkan terjadi kemacetan pada
proses penghitungan mekanik.
Berdasarkan hal tersebut penulis
akan memodifikasi alat phototherapy
pada Laboratorium Terapi dilengkapi
tanda pengingat pembalik posisi tidur
dan hourmeter mikrokontroller dengan
penyimpanan EEPROM.
1.2 Batasan Masalah
1.2.1 Menggunakan 7 lampu TL
1.2.2 Waktu yang ditentukan untuk
terapi selama 6 ,12 ,18 dan 24
jam.
1.2.3 Tampilan timer dan hourmeter
(hanya jam ) dengan seven
segment.
1.3 Rumusan Masalah
“Dapatkah dibuat alat phototeraphy
Unit disertai hourmeter mikrokontroller
?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Dibuatnya alat terapi
“Phototherapi Unit dengan
hourmeter mikrokontroller“ .
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Membuat rangkaian
minimum system.
1.4.2.2 Membuat rangkaian
driver blue light (lampu
TL).
1.4.2.3 Membuat rangkaian
driver buzzer.
1.4.2.4 Membuat timer dan
hourmeter display seven
segment.
1.4.2.5 Melakukan uji fungsi
timer, hourmeter.
1.4.2.6 Melakukan uji fungsi
alarm 6 jam.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan wawasan dan
pengetahuan pada alat terapi
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
khususnya Phototerapy Unit
dengan hourmeter mikrokontroller.
1.5.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memudahkan
user dalam melakukan
pekerjaannya dan bayi dapat di
therapy dengan baik. Serta
membantu kegiatan belajar teknik
elektromedik..
Tinjauan Pustaka
1.2. Teori Dasar2.1.1 Neonatal Jaundice
Neonatal yang berarti kelahiran baru (umur 0-28 hari) dan Jaundice atau icterus yang berarti bayi penderita hiperbilirubbin atau penyakit akibat kelebihan kadar bilirubin, ditandai dengan warna kekuningan yang nampak pada sklera, selaput lendir, kulit dan organ lainnya. Sehingga yang dimaksud dengan neonatal jaundice ialah bayi penderita penyakit kuning pada masa awal kelahiran. Icterus menurut Ngastiyah (2005) dibagi menjadi dua yaitu icterus fisiologis dan icterus patologis. Icterus fisiologis adalah keadaaan normal karena faktor fisiologis yang merupakan gejala normal dan sering dialami pada bayi baru lahir
2.1.2 Phototeraphy
Phototeraphy atau dalam bahasa
indonesia berarti fototerapi digunakan
untuk mencegah agar kadar bilirubin
tidak meningkat sampai tingkat yang
memerlukan tindakan transfusi tukar.
Selama ini fototerapi telah dikenal
sebagai tindakan yang aman dan
efektif dan dapat menurunkan
perlunya tindakan transfusi tukar.
Gambar 2.1 : (a) Phototherapy model atas
Tidak ada perbedaan yang
mencolok antara fototerapi model atas
ataupun bilibed. Berdasarkan
penelitian dari M. Jeffrey Maisels
(Pediatrics Vol. 98, No, 2, Agustus
1996: Why use Homoeopathic Doses
of Phototherapy) kemujaraban
fototerapi bergantung pada tiga faktor:
a. Spektrum cahaya yang dikirimkan
oleh alat fototerapi. Karena sifat
optik bilirubin dengan kulit,
panjang gelombang paling efektif
adalah pada spektrum biru-hijau.
b. Energi output cahaya. Hal ini
bergantung pada jarak sumber
cahaya dari bayi. Semakin dekat
jaraknya, maka akan semakin
mujarab.
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
c. Area permukaan bayi yang tersinari
fototerapi, jika ingin semakin
mujarab maka kulit yang tersinari
harus semakin luas.
Referensi lain (Stephanie D. P. Wentworth, infant 1(1): 14-19, 2005) menyatakan bahwa kriteria untuk fototerapi yang efektif ialah spektrum yang efektif, irradiance (energi output lampu), area permukaan kulit yang efektif maksudnya sinari permukaan kulit bayi sebanyak mungkin dengan lampu terapi.
Setelah diketahui bahwa sinar lampu
dengan panjang gelombang tertentu juga
berpengaruh dalam mengobati
hiperbillirubin,barulah bermunculan alat
fototerapi dengan berbagai macam bentuk.
Panjang gelombang yang paling efektif
untuk menyerap billirubi adalah sinar biru
dengan panjang gelombang 455-
465(nanometer).AAP menganjurkan jarak
fototerapi dengan bayi yang akan dilakukan
fototerapi adalah 10 cm. luas permukaan
terbesar dari tubuh bayi yaitu badan bayi ,
harus diposisikan dipusat sinar ,tempat
dimana irradiansi paling tinggi.
Intensitas yang diberikan menentukan
efektifitas dari fototerpi, semakin tinggi
intensitas sinar maka semakin cepat
penurunan kadar nillirubin serum. Intensitas
sinar diukur dengan menggunakan suatu alat
yaitu radianmeter . penelitian di san
fransisco dengan intensitas sinar 8-
10µW/cm2/nm untuk standart fototerapi
digunakan intensitas ≥30 µW/cm2/nm cukup
signifikan dalam menurunkan kadar
billirubin.
2.1.3 Blue Light
Fototerapi menggunakan sinar
biru yang memiliki spektrum 400 –
550 nm. Penyinaran paling efektif
ialah pada spektrum 459 nm. Energi
radian yang dipancarkan digunakan
untuk mengubah bilirubin tidak
terkonjugasi menjadi fotoisomer yang
siap untuk diekskresikan oleh hati dan
ginjal.
(sumber : the New England Journal of
Medicine)
Gambar 2.2 : Spektrum cahaya
Dosis dan kemanjuran fototerapi
dipengaruhi oleh jenis sumber cahaya.
umumnya digunakan unit fototerapi
pada siang hari, putih, atau biru tabung
fluorescent. Namun, ketika serum total
kadar bilirubin mendekati kisaran di
mana intensif fototerapi dianjurkan,
penting untuk menggunakan lampu
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
dengan emisi biru untuk alasan yang
diuraikan di atas. The
AmericanAcademy of Pediatrics
merekomendasikan khusus saat biru
lampu neon atau light-emitting diode
(LED) lampu yang telah ditemukan
efektif untuk fototerapi . lampu
halogen, sering dimasukkan ke dalam
serat-optik perangkat. Dosis dan
kemanjuran fototerapi juga
dipengaruhi oleh jarak bayi dari
cahaya (yang dekat sumber cahaya,
semakin besar irradiance) dan daerah
kulit yang terkena maka kebutuhan
sumber cahaya di bawah bayi untuk
fototerapi intensif. Meskipun
percobaan terkontroltelah
menunjukkan bahwa luas permukaan
lebih terbuka, semakin besar
penurunan total serum tingkat
bilirubin.
Sifat dan karakter sumber cahaya
Fototerapi
1. Meskipun lampu hijau secara
teoritis menembus kulit lebih baik,
itu belum terbukti secara tegas
untuk lebih efisien dalam
penggunaan klinis dari cahaya biru
atau putih. Karena cahaya hijau
membuat bayi terlihat sakit dan
tidak menyenangkan untuk bekerja
di, lampu hijau tidak mendapat
penerimaan yang luas.
2. Tabung neon biru banyak
digunakan untuk fototerapi. Lampu
biru spektrum sempit (biru khusus)
muncul untuk bekerja terbaik,
sementara biasa lampu neon biru
mungkin setara dengan standar
lampu siang hari putih. Lampu biru
dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada anggota staf
rumah sakit, yang dapat diperbaiki
dengan mencampur tabung biru
dan putih di unit fototerapi.
3. Tabung neon Putih (siang hari)
kurang efisien daripada lampu biru
khusus, namun, mengurangi jarak
antara bayi dan lampu dapat
mengkompensasi efisiensi yang
lebih rendah. Penggunaan bahan
yang mencerminkan juga
membantu. Dengan demikian, di
negara berkembang di mana biaya
lampu biru khusus dapat menjadi
penghalang, fototerapi efisien
dicapai dengan lampu putih.
4. Lampu kuarsa putih merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
beberapa penghangat cerah dan
inkubator. Mereka memiliki
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
komponen biru signifikan dalam
spektrum cahaya. Ketika digunakan
sebagai lampu sorot, bidang energi
sangat terfokus terhadap pusat,
dengan kurang energi secara
signifikan disampaikan di
perimeter, seperti dibahas di atas.
5. Lampu kuarsa juga digunakan
dalam bank tunggal atau ganda dari
lampu 3-4 melekat pada sumber
panas overhead dari beberapa
penghangat bercahaya. Bidang
energi yang dikirim oleh jauh lebih
homogen dibandingkan dengan
lampu sorot, dan keluaran energi
cukup tinggi. Namun, karena
lampu yang terpasang ke unit
pemanas overhead, kemampuan
untuk meningkatkan pengiriman
energi dengan bergerak lebih dekat
ke lampu bayi terbatas.
6. Light-emitting diode (LED) LED
ditemukan di beberapa unit
fototerapi baru. Keuntungan
termasuk konsumsi daya rendah,
produksi panas rendah, dan masa
hidup lebih lama dari cahaya-
emitting unit (20.000 jam)
dibandingkan dengan sumber
cahaya yang lebih tua. Lampu LED
biru memiliki band spektral sempit
tinggi intensitas cahaya yang
tumpang tindih spektrum
penyerapan bilirubin. Percobaan
membandingkan fototerapi LED
untuk sumber cahaya lainnya baru-
baru ini ditinjau oleh Cochrane
Collaboration. Para penulis
menyimpulkan bahwa keberhasilan
lampu LED dalam mengurangi
jumlah kadar serum bilirubin
adalah sebanding dengan sumber
cahaya konvensional seperti lampu
neon atau halogen. Namun, studi
lebih lanjut diperlukan untuk
mengevaluasi efikasi yang
sebanding dari lampu LED pada
bayi dengan ikterus hemolitik atau
dengan hiperbilirubinemia berat.
“Double” dan “triple” fototerapi,
yang berarti penggunaan
bersamaan dari 2 atau 3 unit
fototerapi untuk mengobati pasien
yang sama, telah sering digunakan
dalam pengobatan bayi dengan
tingkat yang sangat tinggi serum
bilirubin. Studi yang muncul untuk
menunjukkan manfaat dengan
pendekatan ini dilakukan dengan
lama, relatif berkadar rendah unit
fototerapi. Unit fototerapi baru
memberikan tingkat jauh lebih
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
tinggi dari radiasi, yang mungkin
sebenarnya dekat dengan tingkat
kejenuhan jelas photoisomerization
bilirubin. Apakah fototerapi dua
atau tiga juga bermanfaat dengan
unit baru, belum diuji dalam uji
sistematis.
Cahaya serat optik juga digunakan
dalam unit fototerapi. Unit ini
memberikan tingkat energi yang
tinggi, tetapi untuk luas permukaan
terbatas. Efisiensi mungkin
sebanding dengan konvensional
rendah-output unit biaya overhead
fototerapi tetapi tidak untuk yang
unit overhead yang digunakan
dengan output maksimal.
Kelemahan dari unit fototerapi
serat optik termasuk kebisingan
dari kipas dalam sumber cahaya
dan mengurangi energi
disampaikan dengan penuaan dan /
atau kerusakan dari serat optik.
2.2 Teori Dasar Rangkaian
2.2.1Minimumsystem
Sistem minimum (sismin)
mikrokontroler Atmega8535 adalah
rangkaian elektronik minimum yang
diperlukan untuk beroperasinya IC
mikrokontroler. minsis ini kemudian
bisa dihubungkan dengan rangkaian
lain untuk menjalankan fungsi
tertentu. Di mikrokontroler AVR,
seri 8535 adalah salah satu seri yang
sangat banyak digunakan.
Dari gambar minimum system tersebut
ATmega8535 akan mengolah data sesuai
program dan system EEPROM sudah ada di
dalamnya , kemudian hasil dapat di
displaykan. Memori EEPROM digunakan
untuk mengaktifkan fitur dalam jenis produk
lainnya yang tidak ketat produk memori
Komparator
2.2.2
Rangkaian komparator merupakan
aplikasi op-amp dimana rangkaiannya
digunakan dalam loop terbuka dan
tidak linear. Hal ini karena
keluarannya tidak berbanding lurus
dengan masukan tetapi hanya memiliki
harga +Vcc/-Vcc atau High/Low.
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
Dalam rangkaian ini op-amp juga
tidak berfungsi sebagai penguat.
Komparator akan membandingkan
nilai masukan pada masukan inverting
dan non-inverting. Output akan
bernilai positif apabila masukan
inverting lebih besar dari pada
masukan non-inverting, dan
sebaliknya.
Pembagian Tegangan
Rangkaian pembagi tegangan
digunakan untuk mengkonversi
perubahan resistansi menjadi
perubahan tegangan. Gambar 1
memperlihatkan sebuah rangkain
pembagi tegangan sederhana.
Tegangan pada keluarannya diberikan
oleh :
VD= ( )( )( ) ( )
Rangkaian Lampu TL Fluorescent
Lampu TL Fluorescent
memerlukan sebuah Starter dan Ballast
untuk menghidupkannya . Fungsi
Starter di Lampu TL Fluorescent
adalah sebagai saklar otomatis yang
membantu memanaskan Elektroda
untuk proses pemindahan Elektron-
elektron di dalam Tabung Fluorescent.
Perlu diingat bahwa untuk
memanaskan Elektroda agar gas yang
terdapat di dalam Tabung Lampu (TL)
dapat berpendar, diperlukan tegangan
yang tinggi hingga 400 Volt. Setelah
proses penyalaan selesai, Bi-metal
yang terdapat pada starter akan
terbuka (open). Dengan demikian
Starter dapat dilepaskan dari
Rangkaian Lampu TL Fluorescent
karena penggunaan Starter hanya pada
saat penyalaannya saja. Sedangkan
Ballast yang terdapat pada Rangkaian
Lampu TL Neon / TL Fluorescent
berfungsi sebagai pembatas besarnya
arus dan menstabilkan arus agar dapat
mengoperasikan Lampu TL
Fluorescent pada karakteristik listrik
yang sesuai. Terdapat 2 jenis Ballast,
yaitu Ballast jenis Induktor/kumparan
(Inductive Ballast) dan Ballast jenis
Elektronik (Electronic Ballast).
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
METODOLOGI
3.1 Blok Diagram Setelah Dimodifikasi
Tegangan PLN AC 220 volt
mensupply tegangan pada keseluruhan
rangkaian. Tombol On/Off digunakan untuk
menghidupkan atau mematikan. Timer
ditentukan dengan menggunakan tombol
timer dengan pilihan waktu terapi selama 6
jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Timer
ditampilkan dengan display 7segment.
Kemudian tekan tombol START untuk
memulai terapi. Mikrokontroller akan
mengirimkan data untuk mengaktifkan
driver agar menyalakan lampu TL dan
hourmeter. Timer akan menghitung counting
down dan saat waktu habis lampu TL mati,
hourmeter juga berhenti berjalan dan hasil
counting disimpan pada memori eeprom
oleh ATmega8535. Dan buzzer akan bunyi
setiap 6 jam sekali untuk tanda membalik
posisi tidur dan pemberian ASI
Diagram Alir
Pertama proses inisialisasi dilakukan .
kemudian proses penyimpanan data akan
ditransfer ke EEPROM untuk Hourmeter.
Setelah itu lakukan pemilihan setting timer
untuk lama terapi dengan menekan tombol .
Lalu lampu akan menyala bersamaan dengan
timer akan bekerja mengounter down dan
hourmeter akan bekerja mengounter up. Jika
terdapat data yang tersimpan pada memori
eeprome maka data tersebut akan
ditampilkan pada display hourmeter. Jika
timer sudah 6 jam maka buzzer akan
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
berbunyi menandakan bayi harus ditukar
posisinya. Jika setting timer sudah selesai
maka lampu akan mati disertai dengan
hourmeter yang berhenti mengounter.
Kemudian memori eeprom akan
menyimpan hasil data counter hourmeter.
Diagram mekanis
3.4.1 diagram mekanis sebelum di
modifikasi
Warna : kusam
Kondisi : tidak bisa di
operasikan
Tampilan : LCD
3.5.1 diagram mekanis setelah di
modifikasi
Warna : Putih
Ukuran : Tetap
seperti sebelum di
modif
Tampilan:7 segment
Rancangan Penelitian
Dalam pembuatan phototherapy
unit dengan hourmeter mikrokontroller
ini penulis menggunakan metode
penelitian pre eksperimental , dengan
jenis penelitian pre post test design.
Variabel Penelitian
1) Variable bebas : LUX
2) Variable tergantung : lampu TL
3) Variable terkendali :
mikrokontroller , timer ,
hourmeter
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
Definisi operasional
Table 3.1 Definisi Operasional
PENGAMBILAN DATA DAN
PENGUJIAN
4.1. Pengujian Test Point
1) TP 1 : test point driver lampu
2) TP 2 : test point driver hourmeter
3) TP 3 : test point driver buzzer
4.2 Hasil Pengukuran Test Point
4.2.1 perbandingan pengukuran waktu
Pengukuran timer dilakukan sebanyak
6 kali menggunakan stopwatch hp
Samsung dan diperoleh data sebagai
berikut :
Table 4.1 Hasil pengukuran waktu pada
tampilan dengan stopwatch.
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kuat Intensitas
(Lux)
PEMBAHASAN
5.1 pembahasan per blok hadware dan
software
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
5.1.1 Rangkaian minimum system
Cara kerja rangkaian secara keseluruhan
adalah sebagai berikut : rangkaian ini di
supply oleh tegangan DC 5V. Pertama-tama
, saat tombol ON ditekan display sevent
segmen untuk hourmeter dan timer akan
menampilkan tampilan awal yang akan
dilanjutkan dengan tampilan waktu yang
telah di pilih yaitu dengan menekan terlebih
dahulu tombol pemilihan waktu 6,12,18 atau
24 jam.setelah waktu dipilih tekan tombol
start untuk memulai terapi . pada saat setelah
tombol start di tekan timer aktif , kemudian
lampu TL menyala dan hourmeter akan
mulai mengitung . setelah proses berjalan
selama 6 jam buzzer akan aktif .kemudian
selama lampu menyala maka hourmeter
akan tetap menghitung dan akan menyimpan
data terakhir pada eeprom meskipun catu
daya dimatikan . dan data tidak akan hilang
jika tidak dihapus dengan menekan tombol
clear yang terhubung pada PORTA.7.
berikut list program AVR.
Program diatas mrupakan inisialisasi
variable
pada sub program unsigned int eeprom
jm=0,mn=0; digunakan untuk penyimpanan
data hourmeter jam (jm) dan menit (mn)
dengan menggunakan memory EEPROM.
unsigned int eeprom jm=0,mn=0;
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
Di bawah ini adalah rangkaian display
timer
driver lampu TL
SSR pada alat ini digunakan untuk
driver lampu TL yaitu dengan menggunakan
SSR DC to AC . SSR akan bekerja atau
aktif menyalakan lampu jika pada input kaki
3(+) mendapat logika 1 (high ) dari
mikrokontroller. sementara pada kaki 4(-)
diberi input 0 (low) , kemudian output kaki 1
dihubungkan pada trafo ballast sementara
kaki 2 mendapat input 220AC . berikut
adalah listing program untuk mengaktifkan
lampu .
DRIVER HOURMETER
pada driver hourmeter ini bekerja
dalam dua kondisi , yaitu saat lampu
menyala dan saat lampu mati. Rangkaian ini
menggunakan sensor LDR yang mempunyai
karakteristik resistansi akan bertambah saat
kondisi gelap dan berkurang saat kondisi
terang . jika lampu TL menyala , resistansi
ldr kecil sehingga output lm311 1 ( high )
hourmeter aktif dan ketika lampu mati
resistansi LDR besar sehingga otput lm311 0
(low) kemudian hourmeter non aktif.
ZEROVOLTAGEDETECT Q1
TRIAC
CONTROLVOLTAGE
POSITIV (+)
LOAD
PHASER2RESISTOR
ACLINE
RESISTORNOL
D1
LED
C1CAP NP
NEGATIVE (-)
R23K3
VCC
R1
104
13
2
VCC
VCC
+
-
U1
LM311
2
37
5 64 1
8
TP 2CON1
1
J5TP 1
1
VCC J4
suply
12
J3
PORTD 6
12
R41K
R3LDR
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
Rangkaian tujuh lampu TL
Untuk merangkai tujuh buah lampu TL
sama halnya merangkai seperti 2 lampu di
atas yaitu dengan merangkai secara parallel .
kemu dian salah satu sambungan trafo di
hubungkan pada output SSR. (220VAC) dan
sambungan lampu yang tidak terhubung
pada starter atai TL lain dihubungkan pada 0
VAC
Perbandingan Dari Hasil Pengukuran
Dengan Teori
a) Dari teori yang mengatakan
bahawa Energi output cahaya
sangat mempengaruhi keberhasilan
phototerapy. Hal ini bergantung
pada jarak sumber cahaya dari bayi.
Semakin dekat jaraknya, maka akan
semakin mujarab dapat dibuktikan
dengan hasil pengukuran kuat
intensitas cahaya yang di ukur
menggunakan LUX meter dengan
jarak 20 cm mendekati angka 4500
LUX dengan menggunakan lampu
TL , dimana didapatkan rata-rata
pengukuran yaitu 4308.3 , 4331.6 ,
4280 , 4328.3 , 4270 , 4223.3 . Dan
teori Tabung neon Putih (siang
hari) kurang efisien daripada lampu
biru khusus karena dalam
pengukuran radiance yang
dilakukan BPFK diperoleh data
minimum dan hasil ukur
phototherapy dengan lampu TL 20
watt menggunakan alat ukur yang
terkalibrasi adalah minimal 500
( / ). pada jarak 20 cm
sehingga berarti bahwa dengan
menggunakan 7 buah lampu TL 20
watt bisa dilakukan phothoterapy ,
namun kurang efisien karena lampu
TL dapat mengalami penurunan
yang drastis secara cepat dan tidak
bisa dilakukan phototherapy pada
jarak 45 cm , mengurangi jarak
antara bayi dan lampu dapat
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
mengkompensasi efisiensi yang
lebih rendah. Penggunaan bahan
yang mencerminkan juga
membantu. Dengan demikian, di
negara berkembang di mana biaya
lampu biru khusus dapat menjadi
penghalang, fototerap i efisien
dicapai dengan lampu putih dan
akan lebih efisien apabila dilakukan
dengan lampu blue light.
b) Untuk waktu dari data yang ada
pada bab IV dapat dilihat bahwa
setiap waktu memiliki nilai error ,
namun nilai error yang ada tidak
terlalu besar karena Telah sesuai
dengan perhitungan Timer AVR .
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan proses pembuatan
dan study literature perencanaan
,percobaan,pengujian alat,pendataan, serta
analisis data .Penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut :
1) Rangkaian minimum system dapat
berfungsi dengan baik sehingga dapat
mengeluarkan output high(1)dan low
(0) sesuai program .
2) Rangkaian mikrokontroller juga dapat
mengaktifkan driver-driver yang
digunakan dalam pembuatan modul ini
.
3) Rangkaian sevent segment berfungsi
dengan baik sehingga mampu
menampilkan waktu untuk proses
terapi dan hasil penyimpanan
hourmeter.
4) SSR dapat bekerja dengan baik
sehingga lampu dapat menyala secara
bersamaan.
5) Berdasarkan hasil analisis pengukuran
timer didapatkan nilai error rata-rata
yaitu pada saat 6 jam 0.02%, 12 jam
sebesar 0,027% , 18 jam sebesar
0,083% , dan 24 jam sebesar 0,018%.
6) Dapat dibuat alat phototherapy unit
dengan hourmeter mikrokontroller
dengan tampilan 7segment.
Berdasarkan dari kesimpulan di atas
maka dapat dikatakan alat “phototherapy
unit dengan hourmeter
mikrokontroller”berfungsi dengan baik dan
dapat digunakan sebagai sarana pendukung
untuk belajar mengenai alat phototherapy.
6.2 SARAN
Pada pembuatan Tugas akhir ini
selanjutnya penulis menyarankan untuk adik
tingkat yang ingin membuat modul dengan
judul yang sama :
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
1) Menambahkan hourmeter untuk
setiap lampu.
2) Pemerataaan kuat intensitas
3) System mekanik yang lebih
mudah dan ringan.
4) Gunakan LCD sebagai tampilan
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Winoto . (2008). “ Mikrokontroller AVR ATmega8/16/32/8535 dan pemrogramannya dengan Bahasa C pada winAVR” . informatika, Bandung .
Boy Pribowo .(2009). “ Bilibed Phototeraphy Berbasis Mikrokontroller dengan tampilan LCD”. Tugas Akhir tidak diterbitka, Prodi D-3 Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Surabaya, Surabaya.
Diana Indah Kusumawati .(2013). “Phototeraphy System with Irradiance Level”. Tugas Akhir tidak diterbitkan, Prodi D-3 Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Surabaya, Surabaya.
Dickson Kho In Komponen Elektronik “Rangkaian Lampu TL Fluorescent Dan Lampu TL LED”.
Evlinda Fitri Aprilita Dery. (2013) . “Phototherapy Berbasis Digital”.Tugas Akhir tidak diterbitka, Prodi D-3 Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Surabaya, Surabaya.
Fresi Yuliana PTA . (2014) . “Bilibed Phototeraphy Unit”. Tugas Akhir tidak diterbitkan, Prodi D-3 Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Surabaya, Surabaya.
Gara Samara Brajadenta.”IKTERUS” “Biomedical Science, Health and Medical
Researche”. Master Biologie Santé, Beasiswa Unggulan Kemendiknas. Sciences du Médicament Université de Poitiers, France.
Gede Yudha Wastu Putra.(2015). “Double Surface Phototherapy”. Tugas Akhir tidak diterbitka, Prodi D-3 Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Surabaya, Surabaya.
Husin “Rangkaian pembagi tegangan”sumber ilmu.
Nakita. 5 April 2007. “Kapan Bayi Kuning Perlu Terapi?”. Diary Naya http://www.WordPress.com weblog (diakses pada 20 November 2014).
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit. EGC,Jakarta. http://www.muhammadananggadipa.wordpress.com (diakses pada 20 november 2014).
M. Jeffrey Maisels, M.B., B.Ch., and Antony F. McDonagh, Ph.D. ” Phototherapy for Neonatal Jaundice” . The new england journal of medicine. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMct0708376 (diakses pada 23 november 2014).
M. Ary Heryanto dan Wisnu Adi P. 2008. Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroller ATMega8535. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IDAI Jaya 2003
http://perpus.yarsi.ac.id/baru1/common.php?page=tampil_buku_all&kode=19610&session (diakses pada 20 november 2014).
Sholeh Kosim, dr., Sp.A . Oktober 2008.” Dampak Lama Fototerapi Terhadap Penurunan” Sub Bagian Perinatologi Bagian IKA FK .Sari Pediatri, Vol. 10, No. 3.
Seminar Tugas Akhir Mei 2015
http://www.paediatricaindonesiana.org/(diakses pada 24 november 2015).
Stephanie D.P. Wentworth. 2005 . Neonatal phototherapy – today’s lights, lamps and devices . VOLUME 1 ISSUE 1 in fa nt .
Siti Annisa Z.N,dkk . 2009. Makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperbilirubbin. Universitas Padjadjaran. http://www.scribd.com/doc/225910019/MAKALAH-HIPERBILIRUBIN#scribd(diakses pada 24 november 2014).
Rahma .2010. “hubungan jenis pemberian minum dengan hidrasi bayi yang di fototerapi”. Jurnal UI program pasca sarjana fakultas ilmu keperawatan , Depokhttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20285240-T%20Rahmah.pdf (diakses pada 3 desember 2014).
Widodo Judarwanto. “Penanganan Terkini Hiperbilirubinemia Atau Penyakit Kuning Pada Bayi Baru Lahir” Children Grow Up Clinic, Jakarta, Indonesia . http://growupclinic.com (diakses pada 20 november 2014).
Yunan. 2009. “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hiperbilirubbin”. Makalah ,Universitas Padjadjaran http://www.tanyadokter.com/disease.asp ?id=1001356. (posting : Jumat, 19 Juni 2009, diakses pada ) .
------------------15 april 2013 “ManfaatPhototherapy Bagi Bayi Kuning” http://www.inkubator-teknologi.com (diakses pada 3 desember 2014)