PHC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PHC

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangPuskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dalam hierarki pelayanan kesehatan berkedudukan pada tingkat pelayanan kesehatan pertama (Primary Health Care/ PHC), bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan mencakup pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Upaya kesehatan wajib puskesmas diantaranya adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, gizi, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, upaya kesehatan ibu, anak dan KB.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, Puskesmas memerlukan suatu sistem manajerial yang tertata dengan baik. Melalui kegiatan stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) inilah dokter muda diharapkan dapat mempelajari mengenai kegiatan manajerial puskesmas.

B. Tujuan Pembelajaran1. Umum :

Mempelajari manajemen kerja puskesmas yang berkualitas dan optimal sebagai usaha pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kabupaten/kota..

2. Khusus :

a. Mengetahui struktur, tugas, dan fungsi masing-masing bagian di Puskesmas Sukoharjo sebagai pelayanan kesehatan tingkat dasar yang bersifat komprehensif dan holistik.

b. Mendapatkan gambaran pencapaian hasil mutu kegiatan serta manajemen puskesmas. c. Meningkatkan cakupan TB di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. d. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB.C.ManfaatSebagai bahan pembelajaran untuk lebih memahami permasalahan, kendala, dan solusi seputar kegiatan manajerial di Puskesmas sehingga mungkin diperoleh ide-ide pemecahannya.BAB IIPUSKESMAS SUKOHARJO

A. Keadaan Umum Puskesmas Sukoharjo

Puskesmas Sukoharjo adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan Sukoharjo. Puskesmas yang berlokasi di Jl. Raya Solo Wonogiri No. 173A Begajah, Sukoharjo, Telp. (0271) 591028, berperan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk kecamatan Sukoharjo agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Secara geografis, seluruh wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo adalah daerah pemukiman penduduk dengan sebagian ada area persawahan dan tegalan, sedangkan topografi Puskesmas Sukoharjo seluruhnya merupakan daerah datar. Wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo meliputi 14 kalurahan dengan luas wilayah 45,47 Km2, berada di wilayah Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bendosari, sebelah barat dengan Kabupaten Klaten, sebelah utara dengan Kecamatan Grogol, dan sebelah selatan dengan Kecamatan Nguter dan Kecamatan Tawangsari.

Sesuai dengan kebijakan dasar puskesmas (Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004) maka upaya kesehatan yang diselenggarakan meliputi upaya kesehatan wajib, yaitu Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak dan KB, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan dan didukung upaya pengembangan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan kesehatan di tingkat kabupaten dan kecamatan.

B. Visi dan Misi

1. VisiVisi Puskesmas Sukoharjo dalam melaksanakan pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut :

Puskesmas Sukoharjo menuju masyarakat Sukoharjo sehat dan mandiri dengan pelayanan prima

2. MisiUntuk melaksanakan visi besar tersebut diwujudkan dalam beberapa misi sebagai upaya untuk menuntun kebijakan puskesmas dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, sebagai berikut :a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan paripurna.

b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

C. Keadaan PendudukJumlah penduduk Kecamatan Sukoharjo berdasarkan data BPS tahun 2011 adalah 87.833 jiwa dengan komposisi penduduk menurut umur adalah sebagai berikut :

Penduduk usia 0-4,9 tahun:10.276 jiwa (11,8%)

Penduduk usia 5-14,9 tahun:18.234 jiwa (18,5%)

Penduduk usia 15-24,9 tahun:16.811 jiwa (19,1%)

Penduduk usia 25-55 tahun:33.621 jiwa (38,3%)

Penduduk usia 55-60 tahun:4.227 jiwa (4,8%)

Penduduk usia > 60 tahun:6.664 jiwa (7,6%)

Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Sukoharjo berdasarkan data keputusan Bupati Sukoharjo tahun 2010 adalah sebesar 26.071 jiwa / 7.419 KK (28% dari penduduk Kabupaten Sukoharjo). Kalurahan dengan penduduk miskin terbanyak adalah Kalurahan Kriwen 2.731 jiwa (50%), Kalurahan Sonorejo 2.266 jiwa (46%), dan Kalurahan Dukuh 2.627 jiwa (45%). Sedangkan komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :

Tidak sekolah:1.036 jiwa (25,02%)

Tidak / belum tamat SD:4.983 jiwa (21,15%)

SD:8.152 jiwa (20,32%)

SLTP:6.121 jiwa (14,41%)

SLTA:7.690 jiwa (14,43%)

Diploma:906 jiwa (2,44%)

Universitas:790 jiwa (2,22%)

D. Keadaan Sosial EkonomiKeadaan sosial ekonomi penduduk wilayah Puskesmas Sukoharjo sebagian besar merupakan petani (20,97%). Berdasarkan jumlah penduduk menurut golongan umur, maka angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Puskesmas Sukoharjo adalah sebesar 58,6 yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 58 orang penduduk usia tidak produktif.

E. Manajemen Puskesmas Sukoharjo

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan pilar penting dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan oleh karena itu pengaturan SDM sangat berperan untuk menjamin terlaksananya perencanaan yang telah disusun.

a. Optimalisasi peran Tim Desa Puskesmas sebagai salah satu upaya untuk mendorong pencapaian desa sehat.

b. Pembinaan SDM puskesmas secara profesionalisme dan berkesinambungan melalui peningkatan pertemuan teknis medis program di puskesmas dan pelatihan teknis.

c. Keseimbangan peran fungsi pelayanan dan program setiap SDM puskesmas.

2. Pembiayaan

Pembiayaan operasional puskesmas digunakan untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan pelayanan kesehatan di dalam gedung, di luar gedung, dan optimalisasi pelaksanaan program yang teralokasikan dalam DPA APBD puskesmas. Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan antara lain :

a. Pemenuhan barang cetak masih belum sesuai kebutuhan puskesmas (kartu rawat jalan, surat keterangan sehat, surat rujukan, family folder).

b. Pemeliharaan fisik ringan yang bersifat insidentil untuk PKD/pustu/puskesmas.

c. Biaya pajak PBB tanah puskesmas tidak teralokasi dalam DPA.

Pemenuhan kekurangan tersebut ada yang dapat teralokasi dalam anggaran BOK tetapi ada yang tetap tidak dapat alokasi anggaran.

F. Upaya Pembangunan Puskesmas Sukoharjo

1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Revitalisasi Forum Kesehatan Desa (FKD) untuk mendorong pemberdayaan masyarakat desa di bidang kesehatan.

b. Pendampingan FKD dalam penyusunan rencana kegiatan tahunan agar menempatkan permasalahan prioritas tersebut dalam rencana kegiatan FKD.

c. Pendampingan FKD dalam pengusulan rencana kegiatan FKD ke musrenbang di setiap kalurahan.

d. Implementasi PHBS menuju terwujudnya desa siaga secara bertahap dan berkesinambungan.

e. Promosi kesehatan untuk mendukung program dengan permasalahan kesehatan prioritas, yaitu DBD, TB paru, kematian ibu/bayi/balita dan gizi buruk.

f. Menata jaminan pembiayaan kesehatan sehingga tepat sasaran dan fungsi dengan cara kerjasama lintas sektoral terutama FKD dan stake holder desa.

2. Program Kesehatan Lingkungan

a. Pelayanan konseling kesehatan lingkungan di puskesmas

b. Mapping daerah dan institusi sekolah dengan permasalahan kesehatan lingkungan

c. Mendorong pemberdayaan masyarakat dan masyarakat sekolah untuk menciptakan lingkungan sehat.

3. Program Kesehatan Ibu, Anak, Lansia, dan Gizi

a. Peningkatan kualitas pelayanan posyandu melalui peningkatan kualitas kader posyandu.

b. Pelaksanaan pelayanan poli KIA dengan MTBS.

c. Peningkatan pelaksanaan SIDDITK di posyandu dan pembentukan klinik tumbuh kembang anak di puskesmas.

d. Pembentukan kelas ibu hamil dan balita di desa.

e. Pelacakan bayi, balita, dan ibu hamil resiko tinggi.

f. Peningkatan kegiatan AMP secara rutin di puskesmas.

g. Pelayanan kesehatan peduli remaja dengan pembentukan klinik PKPR di puskesmas, pembentukan kelompok konselor sebaya di sekolah dan layanan konseling di puskesmas melalui tatap muka dan SMS.

h. Peningkatan kegiatan penyuluhan kesehatan pada posyandu lansia.

4. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Peningkatan kerja sama lintas sektor dan institusi pelayanan kesehatan swasta dalam upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit.

b. Secara bertahap membentuk sistem surveilans melalui kader kesehatan sebagai upaya deteksi dini, penjaringan kasus dan pelaporan cepat KLB.

c. Peningkatan kerjasama dengan institusi pelayanan kesehatan swasta dalam penjaringan dan pengobatan TB.

5. Program Pelayanan Pengobatan

a. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan disertai pengembangan sarana pendukung, yaitu laboratorium dan kesehatan gigi.

b. Sinergi pelaksanaan pelayanan pengobatan untuk mendukung pelaksanaan program prioritas.

c. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM untuk mendorong pelayanan yang profesional.

G. Sarana dan Prasarana Puskesmas Sukoharjo

1. Sarana Fisik

a. Puskesmas induk dan unit layanan

Puskesmas Begajah digunakan sebagai pusat manajemen Puskesmas Sukoharjo dan puskesmas utara sebagai unit layanan puskesmas. Unit layanan puskesmas utara sangat berpotensi untuk dikembangkan terutama untuk pelayanan konsultasi yang mendukung program, yaitu poli konsultasi kesling, poli ANC terpadu, dan poli konsultasi PKPR dengan rencana menempati bangunan BRI setelah direhab atau setelah dibangun perluasan gedung puskesmas sampai ke BRI. Sementara iyu, rumah dinas di Begajah direncanakan akan diusulkan perbaikan untuk menunjang pelaksanaan KIA gizi.

b. Puskesmas pembantu, terdapat di :

Pustu Banmati

Pustu Combongan

Pustu Joho

Pustu Cuplik

Pustu Sonorejo

c. Puskesmas keliling, terdapat di :

Kalurahan Jetis

Kalurahan Mandan

Kalurahan Begajah

Kalurahan Kenep

d. Poliklinik kesehatan desa dengan bangunan fisik :

Kalurahan Banmati

Kalurahan Begajah

Kalurahan Kenep

Kalurahan Joho

Kalurahan Bulakrejo

Kalurahan Dukuh

Kalurahan Bulakan

Kalurahan Combongan menjadi satu dengan pustu

Kalurahan Sonorejo menjadi satu dengan pustu

Kalurahan Gayam menempati satu ruangan di komplek kalurahan

Kalurahan Sukoharjo menempati satu ruangan di komplek kalurahan

Kalurahan Mandan menempati satu ruangan di komplek kalurahan

Kalurahan Jetis menempati satu ruangan di komplek kalurahan

Kalurahan Kriwen menempati satu ruangan di komplek kalurahan

2. Sarana Alat Kesehatan

Sarana alat kesehatan yang masih diperlukan adalah alat kesehatan gigi (scaler ultrasonik) dan alat pendukung layanan obat (pembuat puyer).

3. Sarana Mebelair Puskesmas

Sarana mebelair (meja, kursi) masih diperlukan di puskesmas, yaitu untuk aula dan ruang administrasi serta di PKD. Beberapa PKD dibangun tanpa dialokasikan sarana mebelair pendukungnya.

4. Sarana Komputer dan Perlengkapannya

Dengan adanya program SIMPUS online di unit layanan puskesmas utara, maka untuk administrasi perkantoran dan pembuatan SPJ kekurangan komputer karena hanya teralokasi 1 unit.

5. Sarana Kendaraan Roda Empat

Terdapat 2 buah sarana kendaraan roda 4 atau pusling yang digunakan untuk memperlancar operasional kegiatan di luar gedung.

6. Sarana Kendaraan Roda Dua

Terdapat 18 buah kendaraan roda 2 dengan pengalokasian diproritaskan kepada petugas program dengan kegiatan lebih banyak di luar gedung untuk memperlancar operasional pelaksanaan kegiatan.

H. Fungsi Puskesmas Sukoharjo

Fungsi Puskesmas Sukoharjo :

1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan

2. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat

3. Pusat pelayanan kesehatan dasar strata pertama

I. Susunan Organisasi

J. Prioritas Kinerja Puskesmas Sukoharjo

Prioritas kinerja Puskesmas Sukoharjo didasarkan pada prinsip paradigma sehat serta diimplementasikan pada sistem PHBS dalam Program Kalurahan Sehat untuk mendorong pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan terutama upaya promotif dan preventif. Berikut adalah prioritas kerja pada Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2012:

1. Mengedepankan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan dan peran serta masyarakat dalam program pembangunan kesehatan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di dalam gedung maupun di luar gedung untuk meningkatkan daya tawar puskesmas dan daya dorong puskesmas dalam melaksanakan program kesehatan lingkungan.

3. Mengembangkan sistem informasi kesehatan menuju keterpaduan data kesehatan di puskesmas sebagai data dasar untuk perencanaan kegiatan dan pengambilan keputusan.

4. Mengoptimalkan peran FKD sebagai faktor yang berperan dalam surveilans kesehatan.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. TUBERKULOSIS

1. Etiologi

Merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacteriom tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.2. Epidemiologi

Sampai saat ini diperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman TB. Dari jumlah tersebut sekitar 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB terjadi di Negara berkembang. TB juga lebih banyak menyerang usia produktif yang menyebabkan penurunan produktivitas dan pendapatan.

Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Baru pada tahun ini turun ke peringkat ke-5 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1 tahun Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina.

Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010).3. Cara Penularan

Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi pada ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang cukup lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, dan sinar matahari dapat langsung membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab (Tim Field Lab FK UNS, 2011).

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Tim Field Lab FK UNS, 2011).4. Risiko Penularan TBRisiko penularan TB tergantung tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pada pasien TB paru BTA positif, risiko penularan lebih besar dari BTA negative. Risiko penularan tiap tahun ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan reaksi tuberculin negative menjadi positif (Tim Field Lab FK UNS, 2011).5. Upaya Penanggulanangan TB

Beberapa panduan OAT jangka pendek yang direkomendasikan WHO merupakan hasil uji coba di beberapa negara, yang terutama dilakukan oleh IUAT-LD di Afrika dan juga di Sulawesi. Panduan OAT jangka pendek ini jika dilakukan dengan baik dan betul akan memberikan hasil yang bagus, angka kesembuhan lebih dari 85%. Hal ini telah terbukti di beberapa negara termasuk Indonesia, khususnya Sulawesi.

Kunci utama keberhasilan adalah keyakinan bahwa penderita TB minum semua obatnya sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan. Artinya harus ada seseorang yang ikut mengawasi atau memantau penderita saat dia minum obatnya. Inilah dasar strategi DOTS.

Strategi DOTS (Direct Observed Treatment Short-Course Chemotherapy), terbukti efektif sebagai strategi penanggulangan TB. Strategi DOTS ini telah diadopsi dan dimanfaatkan oleh banyak negara dengan hasil yang bagus, termasuk di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.

Strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu:

1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang

Dengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan, dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan strategi DOTS.2. Mikroskop

Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak lansung pada penderita tersangka TB.

3. Pengawas Minum Obat (PMO)

PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum seluruh obatnya. Keberadaan PMO ini untuk memastikan bahwa penderita betul minum obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah orang yang dikenal dan dipercaya oleh penderita maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarga, tokoh masyarakat maupun tokoh agama.4. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau selesai pengobatannya.

5. Panduan OAT jangka pendek

Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita. Kelangsungan persediaan panduan OAT jangka pendek harus selalu terjamin.Strategi umum program pengendalian TB 2011-2014 adalah ekspansi. Fase ekspansi pada periode 2011-2014 ini bertujuan untuk konsolidasi program dan akselerasi implementasi inisiatif-inisiatif baru sesuai dengan strategi Stop TB terbaru, yaitu Menuju Akses Universal: pelayanan DOTS harus tersedia untuk seluruh pasien TB, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, karakteristik demografi, wilayah geografi dan kondisi klinis. Pelayanan DOTS yang bermutu tinggi bagi kelompok-kelompok yang rentan (misalnya anak, daerah kumuh perkotaan, wanita, masyarakat miskin dan tidak tercakup asuransi) harus mendapat prioritas tinggi.Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi, terdiri dari 4 strategi umum dan didukung oleh 3 strategi fungsional. Ketujuh strategi ini berkesinambungan dengan strategi nasional sebelumnya, dengan rumusan strategi yang mempertajam respons terhadap tantangan pada saat ini. Strategi nasional program pengendalian TB nasional sebagai berikut:1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya.3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix dan menjamin kepatuhan terhadap International Standards for TB Care.4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB.6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Strategi 1 sampai dengan strategi 4 merupakan strategi umum, dimana strategi ini harus didukung oleh strategi fungsional yang terdapat pada strategi 5 sampai dengan strategi 7 untuk memperkuat fungsi-fungsi manajerial dalam program pengendalian TB (Kemenkes RI, 2011).6. Indikator Program Penanganan TB

1. Angka Penjaringan Suspek

Adalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke waktu. Rumus: Jumlah suspek yang diperiksa / jumlah penduduk x 100.000.

2. Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek

Adalah prosentase pasien TB BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai diagnosis pasien serta kepekaan menetapkan criteria suspek. Rumus: Jumlah pasien TB BTA positif yang ditemukan / jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa x 100%.

Angka ini sekitar 5-15%, bila angka ini terlalu kecil kemungkinan disebabkan:

Penjaringan suspek terlalu longgar, banyak orang yang tidak memenuhi criteria suspek

Ada masalah pemeriksaan lab (negative palsu)

Bila angka ini terlalu besar kemungkinan disebabkan: Pejaringan terlalu ketat

Ada masalah pemeriksaan lab (positif palsu)3. Proporsi pasien TB Paru BTA positif diantara semua pasien TB Paru Tercatat/Diobati

Adalah prosentase pasien Tuberkulosis paru BTA positif diantara semua pasien tuberculosis paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberculosis yang menular diantara seluruh pasien TB Paru yang diobati.

4. Proporsi Pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB

Prosentase pasien TB anak (