Upload
others
View
16
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Petunjuk
Praktikum Fisika Dasar ini.
Buku ini disusun untuk dapat dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan praktikum fisika dasar bagi mahasiswa INSTITUT
TEKNOLOGI NASIONAL sehingga mahasiswa dapat
mempraktekkan pengetahuan yang didapat di dalam kuliah.
Penyusun berpesan agar buku ini dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya oleh mahasiswa untuk memperoleh
tambahan ilmu pengetahuan secara praktek dan teori.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut membantu dalam menyusun buku Petunjuk
Praktikum Fisika Dasar ini. Terima kasih kepada rekan-rekan
asisten dan praktikan serta pihak-pihak yang telah ikut
memberitahukan hal-hal yang perlu diralat/diperbaiki, tentu saja
penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Bandung, Oktober 2021
Penyusun
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM FISIKA DASAR ................................... iv
PERCOBAAN M1 ............................................................................................ 1
PERCOBAAN M2 .......................................................................................... 21
PERCOBAAN M3 .......................................................................................... 37
PERCOBAAN M4 .......................................................................................... 49
PERCOBAAN M5 .......................................................................................... 59
PERCOBAAN M6 .......................................................................................... 73
PERCOBAAN L1 ........................................................................................... 92
PERCOBAAN L2 ......................................................................................... 110
PERCOBAAN L3 ......................................................................................... 118
PERCOBAAN L4 ......................................................................................... 129
PERCOBAAN L5 ......................................................................................... 144
PERCOBAAN L6 ......................................................................................... 156
PERCOBAAN P1 ......................................................................................... 170
PERCOBAAN P2 ......................................................................................... 181
PERCOBAAN P3 ......................................................................................... 198
PERCOBAAN P4 ......................................................................................... 205
PERCOBAAN P5 ......................................................................................... 217
PERCOBAAN O .......................................................................................... 230
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
iv
PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM FISIKA
DASAR
1. Laboratorium adalah tempat bekerja/praktikum, maka:
a. Laboratorium Fisika Dasar merupakan salah satu sarana
pendidikan dan pembelajaran di Institut Teknologi
Nasional, oleh karena itu, selama berada di Laboratorium,
praktikan harus bersikap sopan dan santun.
b. Berpakaian rapi: mengenakan kemeja, memakai sepatu
tertutup berkaos kaki, celana yang sopan (tidak sobek,
bukan legging, dan bukan rok mini), dan tidak memakai
aksesoris (contoh : gelang, topi, jaket, cincin, dll kecuali
jam tangan).
c. Selama berada di dalam Laboratorium Fisika, praktikan
tidak diperkenankan makan, tidur, dan merokok.
d. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan meja
praktikum tanpa seizin asisten.
e. Praktikan diperkenankan untuk minum saat praktikum
dengan seizin asisten di sekitar loker atau di luar
laboratorium.
f. Selama kegiatan praktikum tas dan barang-barang lain
yang tidak perlu untuk praktikum harus disimpan dalam
loker yang disediakan, tidak diperkenankan membawa ke
meja praktikum.
g. Praktikan wajib bertanggung jawab terhadap kunci loker
masing-masing.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
v
h. Keselamatan dan keamanan barang milik pribadi menjadi
tanggung-jawab masing masing praktikan, Laboratorium
Fisika Dasar tidak bertanggung-jawab atas segala jenis
kehilangan barang pribadi.
i. Sebelum memasuki laboratorium praktikan diharuskan
memakai jas laboratorium, dan hanya boleh dilepas
jika sudah diluar laboratorium.
2. Praktikan wajib melakukan semua percobaan sesuai
dengan rencana (lihat jadwal di media-media informasi
Laboratorium Fisika Dasar).
3. Perihal kartu praktikum:
a. Setiap kali praktikum, kartu praktikum harus dibawa
(kartu praktikum diberikan pada hari pertama praktikum),
jika tidak membawa maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum saat itu dan tidak diberikan praktikum
pengganti/susulan.
b. Apabila kehilangan kartu praktikum, maka harus melapor
selambat lambatnya 1 (satu) hari sebelum praktikum
berikutnya pada jam kerja (08.00 – 17.00 WIB) kepada
asisten dan/atau admin laboratorium.
4. Praktikan wajib datang tepat pada waktunya sesuai dengan
jadwal praktikum masing-masing (pagi pukul 07.50, siang
pukul 12.50). Keterlambatan akan mendapat sanksi, mulai dari
kehilangan nilai test awal sampai tidak diperkenankan
praktikum pada hari tersebut.
5. Pelajari petunjuk praktikum dengan baik sebelum
praktikum dimulai. Asisten akan menilai persiapan, cara
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
vi
kerja Saudara/i dalam melakukan percobaan, menghitung dan
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, dll. Semua ini
akan mendapat nilai tersendiri dan akan digabungkan menjadi
nilai akhir suatu praktikum.
6. Perihal kehilangan atau kerusakan alat:
a. Kerusakan atau kehilangan alat yang disebabkan oleh
kelalaian praktikan selama praktikum berlangsung adalah
tanggung jawab praktikan dan rekan satu kelompok.
b. Praktikan dan rekan satu kelompok harus mengganti
dengan alat dengan spesifikasi yang sama. Penggantian
alat yaitu satu minggu setelah praktikum berlangsung
c. Keterlambatan penggantian alat dapat menyebabkan
praktikan dan rekan sekelompok yang bersangkutan
diberi nilai akhir praktikum C.
d. Jika lebih dari 3 hari terhitung dari batas maksimum
pengembalian, alat belum juga diganti, maka praktikan
dan rekan sekelompok yang bersangkutan diberi nilai
akhir praktikum E (atau dinyatakan tidak lulus
praktikum).
7. Setiap praktikan harus mempersiapkan diri untuk
pelaksanaan praktikum sesuai dengan modul yang akan
dilaksanakan, hal ini dilihat dari Tugas Pendahuluan dan Tes
Awal. Nilai Tes Awal yang tidak memenuhi kriteria dapat
dikenai perlakuan mulai dari pengulangan tes hingga praktikan
yang bersangkutan tidak diperkenankan praktikum (nilai
modul saat itu akan nol).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
vii
8. Tugas pendahuluan harus ditulis tangan menggunakan
pena berwarna biru, tidak boleh diketik.
9. Sebelum memulai praktikum, serahkan kartu praktikum
dan tugas pendahuluan. Tulislah data kunci loker yang
dipegang di form yang akan diberikan oleh asisten, lalu tulis
alat-alat yang diperlukan dalam praktikum pada bon
peminjaman alat (akan diserahkan oleh asisten sebelum
praktikum dimulai). Setelah praktikum selesai, kembalikan
alat ke ruang peminjaman alat. Catat data ruang
(temperatur, tekanan, dan kelembaban udara) sebelum
dan sesudah praktikum.
10. Tiap kelompok akan diberikan 1 buku panduan praktikum dan
1 buku laporan. Tiap kelompok harus menyerahkan buku
laporan setiap selesai praktikum.
11. Setiap kelompok akan melaksanakan praktikum enam
modul praktikum.
12. Perihal izin tidak mengikuti praktikum:
a. Batas waktu izin (selain sakit) untuk tidak mengikuti
praktikum yaitu maksimal 2 hari (jam kerja) sebelum
praktikum dilaksanakan.
b. Jenis-jenis izin yang tidak diperkenankan adalah:
• Acara selain acara keluarga kandung
• Liburan
• Kegiatan organisasi, baik intra maupun ekstra kampus
c. Batas waktu izin sakit sehingga tidak mengikuti praktikum
yaitu maksimal 2 hari (jam kerja) setelah praktikum
dilaksanakan.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
viii
d. Berkas-berkas yang perlu diserahkan untuk menjadi syarat
diterimanya izin (baik sakit maupun selain sakit) adalah
surat izin dan bukti lain jika memang diperlukan.
13. Segala bentuk kecurangan dan penipuan akan mengakibatkan
pemberian nilai akhir praktikum menjadi E tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
14. Perhatikan setiap kali media informasi Laboratorium
Fisika Dasar (Seperti perubahan jadwal, panggilan kepada
praktikan, pengumuman, dsb.).
Bandung, Oktober 2021
Laboratorium Fisika Dasar
PERCOBAAN M1
(PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)
Disusun Oleh:
M. AZHIMAN PRIHADI
(13-2019-184)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
2
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M1–PENGUKURAN DASAR PADA BENDA
PADAT
I. CAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan Pengukuran Langsung (massa,
panjang, temperatur) dan Pengukuran Tidak Langsung (volume,
massa jenis) dengan baik dan benar.
II. TEORI
Pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran pada
objek ukur dengan besaran sejenis yang dijadikan standar.
Pengukuran dapat bersifat kuantitatif yang hasil pengukurannya
berupa suatu nilai dengan satuan dan kecermatannya namun dapat
juga bersifat kualitatif yang hasil pengukurannya berupa kualifikasi.
Terdapat dua jenis metode pengukuran, yaitu:
Metode Pengukuran langsung
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Metode Pengukuran tidak langsung
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya didapat dengan
cara membandingkan beberapa jenis alat ukur dengan ukuran
standar. Perbedaan nilai yang ditunjukkan oleh skala alat ukur
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
3
sewaktu mengukur objek ukur dan ukuran standar digunakan untuk
menentukan dimensi dari objek ukur. Pengukuran tidak langsung
dapat juga dilakukan dengan mengukur besaran lain. Contohnya,
mengukur luas suatu bidang segi empat, maka yang dikur adalah
panjang dan lebar bidang. Besaran luas didapat dengan menghitung
panjang kali lebar.
Semua perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan proses pengukuran disebut alat ukur. Ada beberapa istilah
yang sering ditemukan dalam suatu proses pengukuran:
- Kecermatan, kemampuan suatu alat ukur untuk
menunjukkan nilai sekala terkecil (NST).
- Ketelitian atau Akurat (Accuracy), kemampuan suatu
proses pengukuran untuk menunjukkan kedekatan nilai hasil
mengukur yang didapat dengan nilai sebenarnya.
- Ketepatan atau Presisi (Precision), atau keterulangan,
kemampuan suatu alat ukur untuk menunjukkan nilai yang
seragam secara berulang.
Untuk menghindari kesalahan akibat alat ukur pada saat proses
pengukuran, maka dilakukan kalibrasi pada alat ukur yang
digunakan. Kalibrasi merupakan proses mengecek suatu alat ukur
berdasarkan standar yang telah ditentukan untuk memastikan alat
ukur tersebut layak digunakan.
Proses pengukuran bertujuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang berupa besaran yang memiliki nilai dan satuan.
Segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka
merupakan definisi dari besaran fisis. Besaran fisis dikelompokkan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
4
atas besaran dasar dan besaran turunan. Besaran dasar adalah besaran
yang satuannya didefinisikan terlebih dahulu.
No. BESARAN DASAR
SATUAN SI
NAMA LAMBANG RUMUS
DIMENSI
1. Panjang meter m [ L ]
2. Massa kilogram kg [ M ]
3. Waktu second s [ T ]
4. Arus Listrik ampere A [ I ]
5. Suhu termodinamika Kelvin K [ θ ]
6. Jumlah Zat mol mol [ N ]
7. Intensitas Cahaya candela cd [ J ]
BESARAN TAMBAHAN
1. Sudut bidang radian rad
2. Sudut ruang steradian sr
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari
satuan satuan besaran dasar. Beberapa contoh besaran turunan
diantaranya luas, volume, kecepatan, gaya, dan massa jenis. Terdapat
dua cara untuk mengukur besaran fisis, yaitu:
Pengukuran cara statis
Pengukuran cara statis merupakan aplikasi dari pengukuran
langsung, digunakan untuk mengukur benda yang bentuknya teratur
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
5
sehingga didapat dimensinya. Contoh pengukuran cara statis yaitu
untuk mendapatkan panjang, lebar, atau tinggi dari suatu benda.
Pengukuran cara dinamis
Pengukuran cara dinamis merupakan aplikasi dari pengukuran
tidak langsung, digunakan untuk mengukur benda yang bentuknya
tidak teratur. Pengukuran cara dinamis menggunakan hukum-hukum
fisika seperti Hukum Archimedes sebagai acuan.
Secara umum konsep dari Hukum Archimedes menyatakan bahwa:
“Benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida,
akan mengalami gaya ke atas sebesar berat fluida yang dipisahkan”
Sehingga maksud dari Hukum Archimedes terhadap benda yang
dicelupkan ke dalam fluida dapat dirumuskan:
𝐹𝐴 = 𝜌𝑓 𝑉𝑓 𝑔………………………… (1)
Dimana,
𝐹𝐴 : gaya ke atas (N)
𝜌𝑓 : massa jenis fluida (kg/m3)
𝑉𝑓 : volume fluida yang dipisahkan (m3)
𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2)
Dalam setiap pengukuran besaran fisis selalu menemui batas
ketelitian dan kesalahan pengukuran, baik karena salah baca maupun
karena batas ketelitian alat. Setiap alat ukur memiliki karateristik
masing-masing baik dari cara penggunaan maupun kemampuan
dalam proses pengukuran seperti ketelitian, kecermatan, dan
ketepatan.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
6
Jangka sorong (Sigmat)
Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang
dalam praktek sehari-hari mempunyai banyak sebutan misalnya
jangka sorong, mistar ingsut, schuifmaat atau vernier caliper. Pada
batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya sama
seperti pada mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan
dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak.
Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak ini maka
jangka sorong bisa digunakan untuk mengukur dimensi luar,
dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur.
Di samping skala utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan
yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yaitu yang
disebut dengan skala nonius. Skala nonius menaikkan tingkat
kecermatan jangka sorong. Dalam pembacaan skalanya ada yang
dalam sistem inchi dan ada pula yang dalam sistem metrik. Biasanya
pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam
skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur
dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian
alat ukur jangka sorong bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05
milimeter. Ada pula mistar ingsut yang tidak dilengkapi dengan skala
nonius. Sebagai penggantinya maka dibuat jam ukur yang
dipasangkan sedemikian rupa sehingga besarnya pengukuran dapat
dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh jam
ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang
koma yang menunjukkan tingkat kecermatan).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
7
Gambar 1. Skala Utama dan Skala Nonius pada Jangka Sorong
Gambar 2. Penunjuk skala Jangka Sorong
Gambar 3. Bagian-bagian Jangka Sorong Universal
Rahang Bawah/ Rahang Luar
Skala nonius
Tangkai Ukur Kedalaman
Skala Utama
Baut Pengunci Rahang
Rahang Atas/ Rahang Dalam
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
8
Cara Menggunakan Jangka Sorong
Berdasarkan bagian-bagian utama yang dipunyai oleh jangka
sorong, secara umum jangka sorong dapat digunakan antara lain
untuk mengukur ketebalan, mengukur jarak luar, mengukur diameter
luar (outside), diameter dalam (inside), mengukur kedalaman (depth)
, mengukur tingkatan, mengukur celah, dan sebagainya.
Agar pemakaian jangka sorong berjalan baik dan tidak
menimbulkan kemungkinan yang dapat menyebabkan cepat
rusaknya jangka sorong maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Gerakan rahang ukur harus dapat meluncur dengan mulus
tanpa hambatan dan jalannya rahang ukur tidak boleh
bergoyang.
2. Saat melakukan pengukuran benda ukur harus masuk agak
kedalam rahang ukur.
3. Sebelum mengukur pastikan bahwa posisi nol dari skala ukur
dan kesejajaran muka ukur pada rahang ukur sudah benar.
4. Waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda
ukur harus diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat
menekan kedua rahang ukur akan menyebabkan kebengkokan
atau ketidaksejajaran rahang ukur. Disamping itu, bila benda
ukur mudah berubah bentuk maka terlalu kuat menekan rahang
ukur dapat menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
5. Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu jangka
sorong masih berada pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya
lalu dilepas dari benda ukur kemudian baru dibaca skala
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
9
ukurnya dengan posisi pembacaan yang tegak lurus bidang
skala ukur.
6. Jangan lupa bersihkan kembali jangka sorong setelah
digunakan sebelum disimpan ditempatnya. Bersihkan jangka
sorong menggunakan alat-alat pembersih yang telah
disediakan misalnya kertas tissue, wash benzine, dan
sebagainya.
Cara Membaca Skala Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai skala ukur dalam inchi dan dalam
metrik. Akan tetapi, kebanyakan skala jangka sorong yang
digunakan dalam sistem metrik. Karena kedua sistem satuan tersebut
sama-sama digunakan maka pembahasan cara membacanya pun
kedua-duanya akan dijelaskan.
Cara Membaca Skala Jangka Sorong dalam Inchi
Pada jangka sorong dengan skala inchi, skala vernier-nya
(nonius) dibagi dalam 25 bagian dan ada juga yang dibagi dalam 50
bagian. Untuk jangka sorong yang skala vernier-nya dibagi dalam 25
bagian, skala utama 1 inchi dibagi dalam 10 bagian utama yang diberi
nomor 1 sampai 9. Berarti satu bagian skala utama mempunyai jarak
0.1 inchi. Masing- masing dari satu bagian skala utama (0.1 inchi)
dibagi lagi dalam 4 bagian kecil. Untuk jangka sorong yang skala
vernier-nya dibagi 50 bagian, skala utama 1 inchi juga dibagi dengan
10 bagian. Akan tetapi yang sepersepuluh bagian (0.1) dibagi lagi
dengan 2 bagian kecil. Berarti satu skala (divisi) dari skala utama
berjarak 0.050 inchi.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
10
Cara Membaca Skala Jangka Sorong dalam Metrik
Sistem pembacaan jangka sorong dengan skala satuan metrik
sebetulnya sama saja dengan sistem pembacaan jangka sorong dalam
satuan inchi. Perbedaannya hanyalah pada satuannya dan juga
tingkat ketelitian pada skala vernier (nonius). Untuk jangka sorong
dengan sistem metrik skala nonius memiliki kecermatan 0.05
milimeter. Tiap angka pada skala utama menunjukkan besarnya jarak
dalam centimeters. Misalnya angka 1 berarti 1 centimeters = 10
milimeter. Jarak antara dua angka berarti 10 milimeter. Jarak ini
dibagi dalam 10 bagian yang sama, berarti satu skala kecil (divisi)
pada skala utama menunjukkan jarak 1 milimeter.
Mikrometer
Mikrometer merupakan alat ukur linear yang mempunyai
kecermatan yang lebih tinggi dari pada jangka sorong, umumnya
mempunyai kecermatan sebesar 0,01 mm (meskipun namanya
“mikrometer”). Jenis khusus memang ada yang dibuat dengan
kecermatan 0,005 mm, 0,002 mm.
Mikrometer memang dirancang untuk pemakaian praktis, sering
dimanfaatkan oleh operator mesin perkakas dalam rangka pembuatan
beragam komponen yang dibuat berdasarkan acuan toleransi
geometrik dengan tingkat kualitas sedang s.d. menengah. Jadi,
kecermatan sebesar 0,01 mm dianggap sesuai karena semakin cermat
alat ukur memerlukan kesaksamaan yang tinggi saat pengukuran
berlangsung (lebih cocok dilakukan pada laboratorium ukur/
metrologi dari pada dilakukan di pabrik dengan berbagai jenis
gangguan; getaran, debu, suhu).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
11
Dengan memutar silinder putar satu kali, poros ukur akan
bergerak linier sepanjang satu kisar sesuai dengan kisar (pitch) ulir
utama (biasanya 0,5 mm). Apabila poros ukur digerakkan mulai dari
nol sampai batas akhir, kesalahan kisar ini akan “terkumpul” atau
terakumulasi sehingga menimbulkan penyimpangan yang sering
disebut dengan kesalahan kumulatif. Oleh karena itu, untuk
membatasi kesalahan kisar kumulatif, biasanya panjang ulir utama
(jarak gerakan poros ukur) dirancang hanya sampai 25 mm saja.
Gambar 4. Bagian-bagian Mikrometer
Pemakaian Mikrometer (0-25 mm)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu memakai mikrometer
adalah sebagai berikut:
Permukaan benda ukur dan mulut ukur mikrometer harus dalam
kondisi bersih. Adanya debu terutama geram bekas proses
Rahang
Tetap
Rahang
Geser
Mur Pengunci
Skala Utama
Skala Nonius
Roda
Bergerigi
Bagan
Selubung Luar
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
12
pemesinan dapat menyebabkan kesalahan sistematik dan bisa
merusak permukaan mulut ukur (sensor) mikrometer.
Sebelum dipakai, kedudukan nol mikrometer harus diperiksa.
Apabila perlu, kedudukan nol ini diatur dengan cara merapatkan
mulut ukur (dengan memutar ratchet sampai terdengar suara ratchet
dua/tiga kali; dua atau tiga “klik” ) kemudian silinder tetap diputar
(relatif terhadap suaiannya yaitu silinder rangka; lihat gambar 5,
dengan memakai kunci penyetel sampai garis referensi skala tetap
bertemu dengan garis nol skala putar.
Bukalah mulut ukur sampai sedikit, melebihi dimensi objek ukur.
Apabila dimensi tersebut cukup lebar, poros ukur dapat digerakkan
(dimundurkan) dengan cepat dengan cara menggelindingkan
silinder putar pada telapak tangan.
Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan
tangan kanan, lihat gambar 5. Rangka mikrometer diletakkan pada
tapak kanan dan ditahan oleh kelingking, jari manis serta jari manis
serta jari tengah. Telunjuk dan ibu jari digunakan untuk memutar
silinder putar, setelah hampir menyentuh gunakan ratchet untuk
memutar sampai “tiga klik”.
Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur pada benda ukur
tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan kesalahan ukur
karena adanya deformasi. Penekanan yang amat keras dapat
merusakkan ulir utama. Ketepatan pengukuran bergantung pada
penggunaan tekanan pengukuran yang cukup dan diusahakan selalu
tetap sama. Hal ini dapat dicapai dengan cara memutar silinder putar
melalui gigi gelincir (ratchet) atau tabung gelincir (friction thimble)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
13
sewaktu poros ukur hampir mencapai permukaan benda ukur. Jika
pembatas momen putar tidak ada, gunakanlah perasaan yang baik
sewaktu memutar silinder putar. Pada alat ukur lain yang memakai
mikrometer sebagai penggerak sensor ukur, kadang dilengkapi
dengan sensor tekanan, atau indikator, meskipun tak ada ratchet atau
friction thimble pemutaran silinder putarnya dihentikan ketika jarum
indikator menunjukkan angka nol.
Gambar 5. Cara memegang Mikrometer
Neraca Teknis
Neraca Teknis merupakan salah satu alat untuk mengukur massa
benda. Neraca Teknis termasuk ke dalam neraca yang tidak
memiliki ketelitian yang tinggi. Neraca Teknis hanya memiliki
ketelitian 0,01 gram. Karena ketelitiannya yang rendah neraca ini
biasanya hanya dipakai untuk menimbang zat atau benda yang tidak
memerlukan ketelitian yang tinggi, misalnya untuk menimbang
bahan yang diperlukan untuk membuat larutan pereaksi, larutan
baku sekunder dll.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
14
Neraca teknis memiliki bagian-bagian tertentu seperti sekrup
penyeimbang, tuas penopang (didalam), peredam, magnet,
penyangga, meja tambahan (tidak tertimbang), piring tempat
menimbang, batang gantung dan poros penggantung. Sekrup
penyeimbang berfungsi untuk mengkalibrasi neraca teknis sebelum
digunakan, piring tempat menimbang berfungsi untuk meletakkan
benda yang akan ditimbang
Gambar 6. Bagian-bagian Neraca Teknis
Tuas Penopang
(di dalam)
Poros
Penggantung
Sekrup
Penyeimbang Peredam
Batang
Gantung Magnet
Piringan
tempat
menimbang
Penyangga
Meja tambahan
(tidak tertimbang)
Skala Nonius
Skala Utama
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
15
III. ALAT-ALAT
1. Jangka sorong (Sigmat/ Vernier Caliper).
2. Mikrometer sekrup.
3. Neraca teknis.
4. Benda-benda yang diukur (dua buah)
5. Kawat tipis.
6. Bejana gelas.
7. Termometer 50 °C.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan:
a. Pengukuran
b. Pengukuran langsung
c. Pengukuran tidak langsung
2. Jelaskan apa perbedaan pengukuran dan perhitungan!
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan besaran fisis!
4. Sebutkan besaran-besaran dasar dalam fisika beserta satuan dan
dimensinya dalam sistem SI (berdasarkan sistem MKS)!
5. Sebutkan 10 besaran turunan dalam fisika beserta satuan (SI)!
6. Tuliskan rumus yang digunakan untuk menentukan volume benda
dengan cara statis dan dinamis!
7. Sebutkan tiga ciri khas alat ukur!
8. Tentukan massa jenis dari suatu balok yang memiliki panjang
60cm, lebar 35cm, dan tinggi 20cm dengan massa 1500g!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kalibrasi!
10. Sebutkan hasil pengukuran dari alat ukur dibawah ini!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
16
a. Jangka Sorong
b. Mikrometer Sekrup
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Cara Statis
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Ukurlah panjang dan lebar benda padat dengan jangka sorong
masing-masing 10 kali pada sisi yang berlainan!
3. Ukurlah tebal benda padat dengan mikrometer sekrup, sama
seperti langkah V.A.2!
4. Timbanglah massa benda padat dengan neraca teknis (cukup
sekali saja)!
5. Ulangi langkah V.A.2 s.d. V.A.4 untuk benda padat lainnya!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
17
Tabel pengamatan cara statis
No.
Benda 1 (warna ………….) Benda 2 (warna ………….)
p
(cm)
l
(cm)
t
(mm)
p
(cm)
l
(cm)
t
(mm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Massa benda 1 ................. gr
Massa benda 2 ................. gr
B. Cara Dinamis
1. Ikat benda padat menggunakan kawat tipis kemudian
gantungkan pada neraca teknis!
2. Timbanglah massa benda padat menggunakan neraca teknis
dalam keadaan tergantung (cukup sekali saja)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
18
3. Isi air pada bejana sebanyak 250 ml dan letakkan bejana pada
meja tambahan sehingga bejana tidak tertimbang oleh neraca
(tanya asisten)!
4. Celupkan benda padat yang akan diukur ke dalam bejana
yang berisikan air dalam keadaan tergantung pada kawat
tipis!
5. Timbanglah benda dengan posisi di tengah-tengah antara
dasar dan permukaan air (cukup sekali saja)!
6. Ukur suhu awal air dalam keadaan benda padat tercelup ke
dalam bejana menggunakan termometer!
7. Ukur suhu akhir air dalam keadaan benda padat telah
dikeluarkan dari dalam bejana!
8. Ulangi langkah V.B.1 s.d. V.B.5 untuk benda padat lainnya!
9. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Tabel pengamatan cara dinamis
Benda 1 Benda 2
Suhu air awal
(°C)
Suhu air akhir
(°C)
Suhu air awal
(°C)
Suhu air akhir
(°C)
Benda Massa + tali tipis
(gram)
Massa + tali tipis di dalam air
(gram)
1
2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
19
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Cara Statis
1. Panjang Benda Rata-rata (𝑐𝑚):
=Ʃ𝑝
𝑛
2. Lebar Benda Rata-rata (𝑐𝑚):
𝑙 =Ʃ𝑙
𝑛
3. Tebal Benda Rata-rata (𝑐𝑚):
𝑡 =Ʃ𝑡
𝑛
4. Volume Benda (𝑐𝑚3):
𝑉 = . 𝑙 . 𝑡
5. Massa Jenis Benda (𝑔𝑟/c𝑚3):
𝜌 =𝑚
𝑉
B. Cara Dinamis
1. Temperatur Air Rata-rata (°C):
𝑇𝑟 =𝑇𝑚+𝑇𝑎
2
2. Volume Benda (𝑐𝑚3):
𝑉 =𝑚𝑢−𝑚𝑎
𝜌𝑎
3. Massa Jenis Benda (𝑔𝑟/c𝑚3):
𝜌 =𝑚
𝑉
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
20
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Prasodjo, Budi dkk. 2006. Teori dan Aplikasi Fisika.
Yudhistira Ghalia Indonesia. Jakarta.
2. Rochim, Taufiq, dan Sri Hardjoko Wirjomartono. 2001.
Spesifikasi, Metrologi, & Kontrol Kualitas Geometrik.
Penerbit ITB. Bandung.
3. Saripudin, Aip dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
4. Soeprapto Andar, Drs., Muhammad Ridwan, ST. MT., Dkk.
2012. Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
21
PERCOBAAN M2
(HUKUM NEWTON)
Disusun Oleh:
MUHAMMAD INKA
(13-2019-145)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
22
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M2 – HUKUM NEWTON
I. CAPAIAN
1. Mampu menjelaskan fenomena gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
2. Mampu mengidentifikasi fenomena Hukum Newton.
II. TEORI
A. HUKUM NEWTON
Hukum I Newton berbunyi: “Setiap benda akan mempertahankan
keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang
bekerja untuk merubahnya”. Maksud dari bunyi tersebut adalah jika
suatu benda mendapatkan gaya yang sama besar dan berlawanan arah,
benda tersebut akan diam, begitu juga dengan benda yang bergerak
dengan kecepatan tetap hal itu disebut dengan setimbang.
Kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan keadaan disebut
Inersia, sehingga hukum I Newton biasa disebut hukum inersia. Hukum
I Newton dirumuskan dengan:
∑F = 0 ………………………………………………… (1)
Dengan:
∑F = Gaya
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
23
Hukum II Newton berbunyi: “Percepatan suatu benda berbanding
lurus dengan gaya yang diberikan/bekerja padanya dan berbanding
terbalik dengan massa benda. Arah percepatan searah dengan arah gaya
yang diberikan”. Maksud dari bunyi tersebut adalah benda akan
bertambah cepat atau lambat di akibatkan oleh gaya, dan gerak benda
tersebut akan searah dengan gaya tersebut. Terdapat tiga variabel dalam
hukum II Newton, yaitu: Gaya, Massa, Percepatan. Gaya akan sebanding
dengan percepatan jika variabel massa konstan, dan gaya akan sebanding
dengan massa jika variabel percepatan konstan. Dirumuskan dengan:
∑F = m.a ……………………………….………………(2)
Dengan:
∑F = Gaya (N)
m = Massa (Kg)
a = Percepatan (m/s2)
Bunyi dari hukum ke 3 adalah: “Untuk setiap aksi selalu ada reaksi
yang sama besar dan berlawanan arah, atau setiap benda yang
memberikan gaya aksi pada benda lain akan menerima gaya reaksi yang
sama besar dan berlawanan arah”. Maksud dari bunyi tersebut adalah
jika suatu benda diberi gaya aksi maka benda tersebut akan memberi
gaya reaksi yang sama besar dan berlawanan arah. Di rumuskan dengan:
∑F aksi= -∑F reaksi ..............................................(3)
Dengan:
∑F = Gaya (N) a = Percepatan (m/s2)
m = Massa (Kg)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
24
B. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda pada lintasan
berupa garis lurus dengan kecepatan tetap (konstan) pada selang waktu
tertentu.
Gambar 1. Contoh Gerak Lurus Beraturan
Dirumuskan dengan:
s = v.t...................................................................(4)
Dengan:
s = Perpindahan (m) t = Waktu (s)
v = Kecepatan (m/s)
C. GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB)
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak suatu benda
pada lintasan berupa garis lurus dengan kecepatan yang berubah-ubah
secara teratur (percepatan konstan).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
25
Gambar 2. Contoh Gerak Lurus Berubah Beraturan
Dirumuskan dengan:
V = V0 ± at.........................................................(5)
V2 = V02 ± 2as....................................................(6)
S = V0t ± 1
2 a t2....................................................(7)
Dengan:
S = Perpindahan (m) t = Waktu (s)
V = Kecepatan akhir (m/s) a = Percepatan/Perlambatan (m/s2)
V0 = Kecepatan awal (m/s)
D. MOMEN INERSIA
Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka pada gerak
melingkar ini berlaku persamaan-persamaan gerak yang ekuivalen
dengan persamaan-persamaan gerak linier. Dalam hal ini besaran fisis
”momen inersia” (momen kelembaman) ekuivalen dengan besaran fisis
”massa” m pada gerak linier. Momen inersia dapat diartikan sebagai
ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada porosnya.
Momen inersia I suatu benda terhadap poros tertentu harganya
sebanding dengan massa benda tersebut, sebanding dengan kuadrat dan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
26
ukuran atau jarak benda pangkat dua terhadap poros, dan sebanding
dengan bentuk dari benda tersebut.
I ≈ m
I ≈ k I =
k.m.r2................................................(8)
I ≈ r2
Untuk katrol dengan beban seperti pada gambar 1 maka berlaku
persamaan:
𝑎 = 𝑚3𝑔
𝑚1+𝑚2+ 𝑚3+𝐼
𝑟2
……………………………….(9)
Dengan:
a = percepatan gerak (m/s2) I = momen inersia katrol (kg.m2)
m1, m2 = massa beban (kg) r = jari-jari katrol (m)
m3 = massa beban tambahan (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Gambar 3. Percobaan
GLB
Gambar 4. Percobaan
GLBB
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
27
Keterangan Gambar:
P = penjepit
A = kedudukan awal
B = penyangkut beban
C = meja akhir
S1 = sensor gerbang cahaya pertama
S2 = sensor gerbang cahaya kedua
Pada saat awal, m1 dijepit P, m2 dan m3 di A. Jika kemudian m1
dilepas, maka m2 dan m3 akan turun dari A ke B dengan gerak dipercepat.
Pada saat melalui B, m3 akan tersangkut, maka gerak dari B ke C
merupakan gerak lurus beraturan bila m1=m2.
Gambar 5. Pesawat Atwood
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
28
III. ALAT-ALAT
1. Pesawat Atwood lengkap: tiang berskala, katrol, 2 buah beban
dengan tali, 3 buah beban tambahan, penjepit beban, penyangkut
beban, meja akhir.
2. Pencacah waktu (Timer Counter).
3. Sensor gerbang cahaya (2 buah).
4. Neraca teknis.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan bunyi Hukum Newton serta tuliskan perumusannya!
Serta beri keterangan dan satuan untuk huruf-huruf yang dipakai
(dalam SI)!
2. Apa yang dimaksud dengan gerak lurus beraturan dan gerak lurus
berubah beraturan? Berikan keterangan dan satuannya dalam SI!
3. Apa yang dimaksud dengan momen inersia serta tuliskan
perumusannya! Beri keterangan dan satuan untuk huruf-huruf
yang dipakai (dalam SI)!
4. Gambarkan rangkaian pesawat atwood pada percobaan GLB dan
GLBB! Jelaskan perbedaannya!
5. Jelaskan fungsi alat-alat yang digunakan pada modul M2!
6. Jelaskan perbedaan percobaan GLB dengan percobaan GLBB!
(Lihat pada Gambar 3 Percobaan GLB dan Gambar 4 Percobaan
GLBB)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
29
7. Berikan contoh peristiwa yang mengalami kejadian Hukum
Newton I, II, & III pada kehidupan sehari-hari! (masing-masing
minimal 2)
8. Gambarkan grafik kecepatan dan waktu serta tuliskan contoh
cara perhitungan jaraknya!
9. Turunkan percepatan gerak yang didapat pada persamaan (9)
dengan menggunakan persamaan Hukum Newton II dan momen
Inersia (I)!
10. Gambarkan Diagram Gaya yang bekerja pada sistem berikut!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Mula-mula atur tiang berskala agar benar-benar tegak lurus,
dengan cara mengatur sekrup-sekrup pada kaki (lihat gambar 3). Juga
atur sekrup-sekrup pada katrol, katrol harus dapat bergerak bebas.
Kedudukan ini tidak boleh diubah-ubah sampai semua percobaan
selesai.
A. Gerak Lurus Beraturan
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Timbang beban m1, m2, dan 3 buah m3 dengan
menggunakan neraca teknis!
3. Ukur keliling katrol dengan menggunakan tali (tanya
asisten)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
30
4. Letakkan penjepit beban (P), 2 buah beban (m1 dan m2), 2
buah sensor gerbang cahaya (S1 dan S2), penyangkut beban
(B), dan meja akhir (C) seperti pada gambar 1 dengan
menggunakan 1 buah beban tambahan (m3A)!
5. Atur agar posisi sensor gerbang cahaya (S1 dan S2) berjarak
50 cm di tengah-tengah tiang berskala!
6. Pasang penyangkut beban (B) kira-kira 10 cm di atas sensor
gerbang cahaya 1 (S1) dan meja akhir (C) kira-kira 10 cm di
bawah sensor gerbang cahaya 2 (S2)!
7. Hubungkan sensor gerbang cahaya 1 (S1) ke port 1 (P1) dan
sensor gerbang cahaya 2 (S2) ke port 2 (P2) pada pencacah
waktu!
8. Gunakan fungsi timing 2 pada pencacah waktu (tanya
asisten)!
9. Setelah beban m2 diam, lepaskan penjepit (P), kemudian
catat waktu tempuh beban dari sensor gerbang cahaya 1 (S1)
ke sensor gerbang cahaya 2 (S2) pada pencacah waktu
(usahakan agar beban m2 tidak kembali melewati kedua
sensor)!
10. Lakukan langkah V.A.9 sebanyak 3 kali!
11. Ulangi langkah V.A.9 dan V.A.10 dengan mengubah jumlah
beban tambahan (tanya asisten)!
12. Ulangi langkah V.A.6 s.d. V.A.11 dengan jarak kedua sensor
yang berbeda (lihat tabel pengamatan)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
31
Tabel Keadaan Ruang
Keadaan Awal Akhir
Suhu ( C )
Kelembapan
(%)
Tekanan
(mmHg)
Tabel pengamatan
Massa beban m1 ................. gr
Massa beban m2 ................. gr
Massa beban tambahan m3A ................. gr
Massa beban tambahan m3B ................. gr
Massa beban tambahan m3C ................. gr
Jarak antar
sensor (cm)
Pengukuran
ke-
Waktu tempuh beban m2 berdasarkan
jumlah beban tambahan (second)
m3A m3A + m3B m3A + m3B +
m3C
50
1
2
3
45 1
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
32
Catatan:
Selama serangkaian percobaan berlangsung jangan mengubah
kedudukan atau jarak antara A dan B.
B. Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Pastikan tiang berskala benar-benar tegak lurus dan katrol
dapat bergerak bebas !
2. Letakkan penjepit beban (P), 2 buah beban (m1 dan m2), 2
buah sensor gerbang cahaya (S1 dann S2), penyangkut beban
(B), dan meja akhir (C) seperti pada gambar 2 dengan
menggunakan 1 buah beban tambahan (m3A)!
3. Atur agar posisi sensor gerbang cahaya (S1 dan S2) berjarak
50 cm di tengah-tengah tiang berskala!
4. Pasang penyangkut beban (B) kira-kira 10 cm dibawah
sensor gerbang cahaya 2 (S2)! (C diabaikan).
2
3
40
1
2
3
35
1
2
3
30
1
2
3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
33
5. Hubungkan sensor gerbang cahaya 1 ke port 1 (P1) dan
sensor gerbang cahaya 2 ke port 2 (P2) pada pencacah waktu!
6. Gunakan fungsi timing 2 pada pencacah waktu (tanya
asisten)!
7. Setelah beban m2 diam, lepaskan penjepit (P), kemudian
catat waktu tempuh beban dari sensor gerbang cahaya 1 (S1)
ke sensor gerbang cahaya 2 (S2) pada pencacah waktu
(usahakan agar beban m2 tidak kembali melewati kedua
sensor)!
8. Lakukan langkah V.A.6 sebanyak 3 kali!
9. Ulangi langkah V.A.6 dan V.A.7 dengan mengubah jumlah
beban tambahan (tanya asisten)!
10. Ulangi langkah V.A.3 s.d. V.A.7 dengan 5 jarak kedua sensor
yang berbeda (tanya asisten)!
11. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Tabel Pengamatan
Jarak
antar
sensor
(cm)
Pengukuran
ke-
Waktu tempuh beban m2 berdasarkan jumlah
beban tambahan (second)
m3A m3A + m3B m3A + m3B +
m3C
50
1
2
3
45 1
2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
34
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Gerak Lurus Beraturan
1. Waktu tempuh beban rata-rata (𝑡)(s)
𝑡 = Σ𝑡
𝑛=
2. Kecepatan beban (𝑣)(cm/s)
𝑣 =𝑠
𝑡=
3. Kecepatan beban rata-rata ()(cm/s)
=Σ𝑣𝑛
=
3
40
1
2
3
35
1
2
3
30
1
2
3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
35
4. Grafik 𝑠 terhadap 𝑡 ()(cm/s)
B. Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Waktu tempuh beban rata-rata (𝑡)(s)
𝑡 = Σ𝑡
𝑛=
2. Percepatan beban (𝑎)(cm/s2)
𝑎 =2𝑠
𝑡2=
3. Percepatan beban rata-rata ()(cm/s2)
=Σ𝑎𝑛
=
Sumbu x (𝑡) Sumbu y (s)
Titik Sentroid = [s] = [cm]
𝑠 (𝑐𝑚)
𝑡 (𝑠)
𝜃
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆𝑠
∆𝑡=
Titik sentroid
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
36
4. Grafik 2𝑠 terhadap 𝑡2 ()(cm/s2)
5. Momen inersia katrol (𝐼)(gr.cm2)
𝐼 = [ 𝑚3. 𝑔
− (𝑚1 +𝑚2 + 𝑚3)] 𝑟
2 =
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Scientific, Pudak. 2010. Panduan Percobaan-Percobaan
Fisika KIT MEKANIKA (PMS 500). Bandung: Pudak
Scientific.
2. Halliday, Resnick, Walker, J. 2011. Fundamentals of
Physics 9th Edition. John Wiley & sons, Inc.: Danvers.
Sumbu x (𝑡) Sumbu y (s)
Titik Sentroid = [s] = [cm]
2𝑠 (𝑐𝑚)
𝑡2 (𝑠2)
𝜃
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆2𝑠
∆𝑡2=
Titik sentroid
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
37
PERCOBAAN M3
(FENOMENA HUKUM HOOKE)
Disusun Oleh:
ALIF RIDWAN FIRDAUS
( 12-2019-163)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
38
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M3 – FENOMENA HUKUM HOOKE
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena hukum Hooke
II. TEORI
Hukum Hooke merupakan hukum yang mengkaji jumlah
maksimum yang gaya dapat diberikan sebuah benda yang bersifat
elastis (contoh : pegas) agar tidak melewati batas elastisnya, dan
menghilangkan sifat elastisnya. Misalkan sebuah benda
digantungkan di ujung sebuah pegas. Benda kemudian turun akibat
massa benda itu sendiri dan pengaruh gaya gravitasi, sehingga pegas
bertambah panjang sebesar x dari posisi setimbang. Posisi setimbang
adalah posisi ketika pegas tidak terdorong atau tertarik. Jenis pegas
antara lain pegas daun, pegas koil, dan pegas batang torsi (puntir).
Berdasarkan hukum Hooke yang berbunyi “Bila gaya tarik tidak
melewati batas elastis pegas, maka , gaya tarik pegas berbanding
lurus dengan pertambahan panjang pegas.” gaya yang dilakukan
pegas pada benda memenuhi persamaan:
𝐹 = 𝑚𝑔 = −𝑘𝑥………………………………………………..(1)
Dengan:
F = Gaya ( 𝑁 )
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
39
m = Massa ( 𝐾𝑔 )
g = Percepatan Gravitasi ( 𝑚
𝑠2 )
k = Konstanta Pegas ( 𝑁
𝑚 )
x = Pertambahan Panjang ( 𝑚 )
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya selalu berlawanan
dengan arah perubahan panjang pegas. Jika pegas ditarik ke bawah
melewati posisi setimbang maka gaya pegas berarah ke atas.
Sebaliknya jika pegas ditekan ke atas melewati posisi setimbang
maka gaya pegas berarah ke bawah (Gambar 1).
Pada saat pegas menghasilkan getaran akan menghasilkan
frekuensi tertentu. Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di
sekitar posisi setimbang dimana kuat lemahnya energi dipengaruhi
oleh besar kecilnya energi yang diberikan. Frekuensi adalah
banyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik.
Gambar 1. Ilustrasi Pegas
Posisi
Setimbang X1 F1
F2
- - - -
X2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
40
Dengan membuat grafik antara pertambahan beban 𝑚 dengan
pertambahan panjang 𝑥, maka dapat ditentukan harga 𝑛, dimana:
N = 𝑥
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 ……………………………………….....………(2)
Dimana:
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = Massa Beban (Kg)
𝑥 = Pertambahan Panjang (m)
Bila pegas digantungi suatu beban sebesar F, dan ditarik sedikit
melewati titik setimbangnya sebesar ∆𝑥, kemudian dilepaskan, maka
pegas akan bergetar seperti yang ditunjukan pada gambar 1.
𝑚𝑒𝑓𝑓= |𝐶 . 𝑔
4 . 𝜋2 . 𝑛 − 𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔|………...........……………(3)
𝐹𝑒𝑓𝑓 = 𝑚𝑒𝑓𝑓
𝑚𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠……………………………...........………..........(4)
T = 2𝜋√𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑘 ……………………….....…………………….(5)
g = 4.𝜋2.𝑛
𝑡𝑎𝑛 𝜃 ………………….......................................................(6)
dengan
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 + 𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔 + 𝑚𝑒𝑓𝑓
𝐶 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
Dari persamaan (1), (2), (5), dan (6) diperoleh
𝑇2 = 4 . 𝜋2 . 𝑛 . 𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑔………………………….......………....(7)
Dimana:
T = Periode, waktu yang diperlukan untuk melakukan satu
kali getaran.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
41
III. ALAT-ALAT
1. Batang statif.
2. Bosshead universal.
3. Pasak penumpu.
4. Pegas Helik (3 buah).
5. Beban bercelah (4 buah)
6. Penggantung beban.
7. Stopwatch.
8. Neraca teknis.
9. Mistar gulung.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Hooke? Tuliskan persamaan
dan keterangannya!
2. Apa arti minus (-) dalam persamaan Hukum Hooke?
3. Apa yang dimaksud dengan:
a. Periode (T).
b. Frekuensi (f).
c. Amplitudo.
d. Konstanta pegas.
4. Jelaskan korelasi apa yang terjadi antara gaya (F) dan perubahan
panjang (Δx)!
5. Apa yang dimaksud dengan posisi setimbang pegas?
6. Pada prosedur percobaan, untuk apa kita melakukan
penimbangan terhadap penggantung beban, pegas helik, dan
beban-beban bercelah?
7. Gambarkan:
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
42
a. Bosshead universal
b. Pegas helik
c. Penggantung beban
d. Beban-beban bercelah
8. Jelaskan fungsi alat-alat yang digunakan pada modul M3!
9. Jelaskan pengertian dan perbedaan dari jenis-jenis pegas!
10. Sebutkan aplikasi penerapan hukum Hooke pada kehidupan
sehari-hari!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Statis
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Timbang massa penggantung beban, pegas helik, dan beban-
beban bercelah!
3. Pasang pegas pada bosshead universal yang telah terpasang
pada batang statif horizontal!
4. Gantungkan penggantung beban pada pegas dan tandai posisi
ini sebagai posisi setimbang (Tanya asisten)!
5. Urutkan beban 𝑚1 yang paling berat sampai 𝑚4 yang paling
ringan!
6. Tambahkan beban 𝑚1 ke dalam penggantung! Tunggu
beberapa saat (hingga beban tidak berayun), kemudian ukur
pertambahan panjangnya dengan menggunakan mistar
gulung!
7. Tambahkan beban 𝑚2,ukur kembali pertambahan
panjangnya! Lakukan hal ini hingga beban habis
ditambahkan satu per satu!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
43
8. Setelah semua beban ditambahkan, kurangi secara berturut-
turut beban sebelumnya, kemudian ukur pengurangan
panjangnya setiap pengurangan beban!
9. Ulangi langkah V.A.3 s.d. V.A.7 untuk kedua pegas lainnya!
Tabel Pengamatan
Massa pegas 1 ….............. gr
Massa pegas 2 ….............. gr
Massa pegas 3 ….............. gr
Massa beban 𝑚1 ….............. gr
Massa beban 𝑚2 ….............. gr
Massa beban 𝑚3 ….............. gr
Massa beban 𝑚4 ….............. gr
Massa penggantung …………….gr
No Massa beban total
(gr)
Perubahan
kedudukan (cm)
pegas 1
Perubahan
kedudukan (cm)
pegas 2
Perubahan
kedudukan (cm)
pegas 3
x+ x- x+ x- x+ x-
1
2
3
4
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
44
B. Dinamis
1. Gantungkan penggantung beban pada pegas, kemudian
getarkan! Usahakan ayunan penggantung tidak bergetar ke
arah kiri-kanan dan dengan memberikan simpangan yang
tidak terlalu besar!
2. Tambahkan beban 𝑚1, kemudian ayunkan kembali, serta
amati dan catat waktunya untuk 20 ayunan!
3. Ulangi langkah V.B.2 untuk beban lainnya (sampai dengan
𝑚4)!
4. Ulangi langkah V.B.1 s.d. V.B.3 untuk kedua pegas lainnya!
5. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Tabel Pengamatan
No Massa beban
total (gr)
Waktu untuk 20
ayunan (s)
pegas 1
Waktu untuk 20
ayunan (s)
pegas 2
Waktu untuk 20
ayunan (s)
pegas 3
t+ t- t+ t- t+ t-
1
2
3
4
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
45
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Statis
No Massa beban
total (gr)
Perubahan Kedudukan
(cm)
Pegas 1
Perubahan Kedudukan
(cm)
Pegas 2
𝑥+ 𝑥− 𝑥 𝑥+ 𝑥− 𝑥
1
2
3
4
1. Menghitung Perubahan Kedudukan Pegas Rata – Rata (𝑥) [cm]
𝑥 = 𝑥+ + 𝑥−
2
No Massa beban
total (gr)
Rasio Pertambahan
Panjang Terhadap Massa
( 𝑐𝑚
𝑔𝑟 )
Pegas 1 [ n ]
Rasio Pertambahan
Panjang Terhadap Massa
( 𝑐𝑚
𝑔𝑟 )
Pegas 2 [ n ]
1
2
3
4
Rasio Rata-Rata
Pertambahan Panjang
Terhadap Massa [ 𝑛 ]
2. Menghitung Rasio Pertambahan Panjang Terhadap Massa (n) [ 𝑐𝑚
𝑔𝑟 ]
𝑛 = 𝑥
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
46
3. Menghitung Rasio Rata – Rata Pertambahan Panjang Terhadap
Massa (𝑛) [𝑐𝑚𝑔𝑟
]
𝑛 = 𝛴𝑛
4
4. Membuat Grafik 𝑥 𝑣𝑠 𝑚
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆𝑥
∆𝑚
B. Dinamis
No Massa beban
total (gr)
Waktu Untuk 20 Ayunan
Pegas 1 (s)
Waktu Untuk 20 Ayunan
Pegas 2 (s)
𝑡+ 𝑡− 𝑡 𝑡+ 𝑡− 𝑡
1
2
3
4
1. Menghitung Waktu Rata – Rata (𝑡) [s]
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
47
𝑡 = 𝑡++𝑡−
2
No Massa beban
total (gr)
Periode Kuadrat ( 𝑠2 )
Pegas 1 [ 𝑇2]
Periode Kuadrat ( 𝑠2 )
Pegas 2 [ 𝑇2]
1
2
3
4
2. Menghitung Periode Kuadrat Pegas (𝑇2) [s²]
𝑇2 = (𝑡
20)2
3. Membuat Grafik 𝑇2 𝑣𝑠 𝑚
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆𝑇2
∆𝑚
4. Menghitung Percepatan Gravitasi (g) [𝑐𝑚2
𝑠]
𝑔 = 4.𝜋2.𝑛
𝑡𝑎𝑛 𝜃
5. Mencari Massa Efektif Pegas (𝑚𝑒𝑓𝑓) [gr]
𝑚𝑒𝑓𝑓 = |𝐶 . 𝑔
4 . 𝜋2 . 𝑛 – 𝑚𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔|
6. Mencari Faktor Efektif Pegas (𝐹𝑒𝑓𝑓)
𝐹𝑒𝑓𝑓 = 𝑚𝑒𝑓𝑓
𝑚𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠
7. Mencari Konstanta Pegas (k) [𝑔𝑟
𝑠2]
k = 𝑔
𝑛
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
48
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
2. Tyler, F., B.Sc., Ph.D., F.Inst.P. 1967. A Laboratory Manual of
Physics. Edward Arnold (Publishers) Ltd.: London.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
49
PERCOBAAN M4
(TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR)
Disusun Oleh:
NANDITA ANGGRAENI. P
(12-2018-046)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
50
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M4 – TUMBUKAN MOMENTUM LINIER
I. CAPAIAN
Membuktikan hukum kekekalan momentum linear pada tumbukan.
II. TEORI
Momentum merupakan besaran yang menyatakan tingkat
kesulitan/kesukaran suatu partikel dengan massa m yang bergerak
dengan kecepatan linear (v). Berdasarkan persamaannya,
momentum juga dapat diartikan sebagai hasil kali massa benda
dengan kecepatan gerak benda tersebut. Hukum Newton kedua
menyatakan bahwa ∑𝐹 = 𝑚𝑎, dengan mempertimbangkan massa
benda (partikel) konstan, karena 𝑎 =𝜕𝑣
𝜕𝑡, kita dapat menuliskan juga
hukum kedua Newton ini sebagai berikut:
∑𝐹 = 𝑚𝜕𝑣
𝜕𝑡=
𝜕
𝜕𝑡(𝑚𝑣) =
𝜕𝑝
𝜕𝑡 ………………………... (1)
Dengan demikian, hukum kedua Newton menyatakan bahwa
gaya total (∑𝐹) yang bekerja pada suatu benda (partikel) sama
dengan laju perubahan kombinasi mv terhadap waktu. Kombinasi
ini disebut dengan momentum atau momentum linear dari suatu
benda (partikel). Momentum dinyatakan dengan simbol p.
Secara matematis, persamaan momentum pada sebuah benda
dapat dituliskan menjadi:
𝑝 = 𝑚𝑣 ……………………………………....... (2)
Momentum merupakan besaran vektor, selain mempunyai
besar atau nilai, momentum juga mempunyai arah. Arah
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
51
momentum sama dengan arah kecepatan gerak benda tersebut.
Momentum suatu benda (partikel) tidak akan berubah kecuali ada
gaya eksternal yang bekerja. Peristiwa ketika kedua partikel
bertemu dan terjadi kontak fisik secara langsung (bertabrakan)
dinamakan tumbukan. Menurut hukum kekelan momentum, dalam
sebuah tumbukan antara dua benda dalam sebuah sistem,
momentum sebelum tumbukan adalah sama dengan momentum
setelah tumbukan. Secara matematis ungkapan ini dapat ditulis
menjadi:
∑𝑝 = ∑𝑝′
mA. vA + mB. vB = mA.vA’ + mB. vB’……………………..(3)
Dimana:
P = momentum sebelum tumbukan (kg.m/s)
P’ = momentum setelah tumbukan (kg.m/s)
mA = massa benda A
mB = massa benda B
vA = kecepatan benda A sebelum tumbukan
vB = kecepatan benda B sebelum tumbukan
vA’ = kecepatan benda A setelah tumbukan
vB’ = kecepatan benda A setelah tumbukan
Jika tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka tumbukan tidak
akan mengubah momentum total sistem.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
52
Gambar 1. Skema Praktikum
Tumbukan dapat terjadi apabila terdapat dua benda yang
bergerak dan bertemu pada suatu titik yang sama. Dengan kata lain,
tumbukan dapat terjadi ketika kedua benda saling menumbuk atau
salah satu benda menumbuk benda yang lain. Selama tumbukan,
terjadi gaya interaksi antar kedua benda tersebut. Berdasarkan
berlaku atau tidaknya kekekalan energi kinetik, tumbukan dapat
dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Tumbukan lenting sempurna, dimana jumlah momentum dan
jumlah energi kinetik antara kedua benda sebelum dan sesudah
tumbukan adalah sama. Dengan demikian pada tumbukan lenting
sempurna dapat dikatakan berlaku hukum kekekalan momentum
dan hukum kekekalan energi kinetik dengan nilai koefisien
restitusi (𝑒) adalah 1.
2. Tumbukan tidak lenting, terjadi perubahan jumlah energi kinetik
antara kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan, namun
jumlah momentum antara kedua benda sebelum dan sesudah
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
53
tumbukan tidak berubah. Tumbukan tidak lenting dibagi menjadi
dua yaitu:
a. Tumbukan tidak lenting sebagian, koefisien restitusi (𝑒)
antara 0 dan1.
b. Tumbukan tidak lenting sama sekali, koefisien restitusi (𝑒)
bernilai 0.
Untuk dapat memahami jenis - jenis tumbukan, maka perlu
meninjau apa yang dimaksud dengan koefisien restitusi. Koefisien
restitusi merupakan rasio perbandingan antara selisih kecepatan
benda setelah bertumbukan dengan selisih kecepatan benda
sebelum bertumbukan yang dilambangkan dengan e.
Secara sistematis nilai koefisien restitusi dapat dituliskan sebagai
berikut:
Dimana :
va = kecepatan benda A sebelum tumbukan (m/s)
vb = kecepatan benda B sebelum tumbukan (m/s)
va’= kecepatan benda A setelah tumbukan (m/s)
vb’= kecepatan benda A setelah tumbukan (m/s)
I. ALAT – ALAT
1. Rel presisi (2 buah).
2. Penyambung rel (2 buah).
3. Kaki rel (buah).
4. Pencacah waktu.
5. Stopwatch.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
54
6. Kereta dinamika beserta pasak dan pegas (2 buah).
7. Beban bercelah (4 buah).
8. Sensor gerbang cahaya F (2 buah).
9. Neraca teknis.
10. Batang dan statif (2 buah).
II. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari modul praktikum M4 ini!
2. Apa yang dimaksud dengan tumbukan? Jelaskan!
3. Jelaskan contoh fenomen tumbukan dalam kehidupan sehari-
hari untuk setiap jenis tumbukan!
4. Sebukan jenis-jenis tumbukan dan jelaskan apa
perbedaannya!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan energi kinetik!
6. Tuliskan persamaan energi kinetik serta berikan keterangan
dan satuan yang digunakan dalam SI!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan impuls!
8. Tuliskan persamaan impuls serta berikan keterangan dan
satuan-satuan yang digunakan dalam SI!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan momentum!
10. Tuliskan persamaan momentum serta berikan keterangan dan
satuan-satuan yang digunakan dalam SI!
III. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Timbang masing-masing kereta dinamika beserta pegas dan
pasak penumpu, Timbang juga masing-masing beban bercelah.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
55
Beban bercelah ke-1 (kecil) dan beban bercelah ke-2 (besar)
untuk masing-masing kereta jangan lupa ditukar!
3. Susunlah alat-alat seperti gambar 1!
4. Atur agar jarak antar kereta 1 (penumbuk) dan kereta 2
(ditumbuk) s1 adalah 40 cm (diukur dari pasak penumpu dan
kereta dalam keadaan tanpa beban bercelah). Atur jarak antara
sensor 1 dan sensor 2 s2’ adalah 40 cm (diukur dari batang
sensor)!
5. Set timing 2 pada pencacah waktu, gunakan tombol function!
6. Setelah rangkaian diperiksa oleh asisten, beri dorongan pada
kereta 1 hingga kereta 1 bergerak dan menumbuk kereta 2.
• Catat waktu t1 setelah kereta didorong hingga menumbuk
kereta 2 dengan menggunakn stopwatch.
• Catat waktu t2 yang terbaca pada pencacah waktu setelah
kereta 2 melewati sensor 1 dan sensor 2! (Usahakan kereta
tidak keluar dari rel dan tidak bergerak kembali melewati
sensor 2).
7. Ulangi langkah 5 s.d. 7 dengan penambahan beban!
Massa kereta 1 : +0 +20 +50 +70 +20
Massa kereta 2 : +0 +50 +70 + 50 + 70
8. Ulangi langkah 5 s.d. 7 untuk jarak s1 dan s2’ yang berbeda (50
cm dan 60 cm)!
9. Catat keadaan ruang dan posisikan alat-alat praktikum seperti
semula!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
56
Data Keadaan Ruang
Massa kereta dinamika pertama + pasak penumpu + pegas penumbuk
................gr
Massa kereta dinamika kedua + pasak penumpu + pegas penumbuk ................gr
Massa beban bercelah ke-1 untuk kereta dinamika pertama ................gr
Massa beban bercelah ke-2 untuk kereta dinamika pertama ................gr
Massa beban bercelah ke-1 untuk kereta dinamika kedua ................gr
Massa beban bercelah ke-2 untuk kereta dinamika kedua ................gr
No Kereta Dinamika 1 Kereta Dinamika 2
m1 (gr) s1 (cm) t1 (s) m2 (gr) s2 (cm) t2 (s)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Keadaan Ruang Awal Akhir
Suhu (ºC)
Tekanan (mmHg)
Kelembapan (%)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
57
No Kereta Dinamika 1 Kereta Dinamika 2
m1 (gr) s1 (cm) t1 (s) m2 (gr) s2 (cm) t2 (s)
15
IV. PENGOLAHAN DATA
1. Suhu ruang rata-rata
=𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
2 (C)
2. Kecepatan kereta dinamika 1 sebelum tumbukan
𝑣1 =𝑠1
𝑡1 (cm/s)
3. Kecepatan kereta dinamika 2 setelah tumbukan
𝑣2′ =
𝑠2′
𝑡2′ (cm/s)
4. Momentum total sebelum tumbukan
∑𝑝 = 𝑚1. 𝑣1 + 𝑚2. 𝑣2 (gr cm/s)
5. Momentum total setelah tumbukan
∑𝑝′ = 𝑚1. 𝑣1 +𝑚2. 𝑣2′ (gr cm/s)
6. Menghitung energi kinetik sebelum tumbukan
Ek = 1
2 𝑥 𝑚1𝑣1
2 (gr cm2/s2)
7. Menghitung energi kinetik setelah tumbukan
Ek = 1
2 𝑥 𝑚2𝑣2′
2 (gr cm2/s2)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
58
8. Menghitung koefisien restitusi
𝑒 = 𝑣2′
𝑣1
V. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Soeprapto dkk. 2019. Buku Petunjuk Fisika Dasar.
Bandung: Laboratorium Fisika Dasar Institut Teknologi
Nasional
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
59
PERCOBAAN M5
(BANDUL FISIS)
Disusun Oleh:
FITRIANI PUTRI ZULKARNAIN
(13-2019-149)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
60
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M5 – BANDUL FISIS
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan osilasi bandul fisis melalui metode owen dan
metode bandul reversibel.
II. TEORI
Bandul fisis terdiri dari batang seragam dengan panjang
(dilambangkan dengan d) dan massa (dilambangkan dengan m)
berputar pada suatu poros, merupakan bandul yang dapat berosilasi
secara bebas pada suatu sumbu tertentu dari suatu benda rigid atau
padat dengan memperhatikan ukuran, bentuk, massa benda, dan
massa penggantung benda (batang pejal).
Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gerakan bolak-
balik dinamakan periode (dilambangkan dengan T, dengan satuan
sekon [s]), banyaknya getaran yang dihasilkan per waktu disebut
frekuensi (dilambangkan dengan f dengan satuan Hertz [Hz]) dan
simpangan maksimum osilasi dinamakan amplitudo (dilambangkan
dengan A). Posisi saat dimana resultan gaya pada benda sama
dengan nol adalah posisi setimbang, kedua benda mencapai titik nol
(setimbang) selalu pada saat yang sama. Bandul yang berosilasi dan
lama kelamaan akan berhenti bergetar, ini merupakan arti dari
periodik teredam.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
61
Osilasi mempunyai istilah lain yaitu vibrasi atau getaran
merupakan gerak bolak-balik yang terjadi di sekitar titik
kesetimbangan, osilasi yang terjadi pada bandul fisis merupakan
contoh osilasi mekanis. Osilasi yang terjadi pada bandul fisis
disebut gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik sederhana
adalah gerak bolak-balik melalui titik kesetimbangan secara konstan
dalam setiap sekon, persamaannya berupa fungsi sinus. Syarat suatu
gerak dikatakan harmonik, antara lain:
1. Gerakannya periodik (bolak-balik).
2. Gerakannya selalu melewati posisi kesetimbangan.
3. Percepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding
dengan posisi/simpangan benda.
4. Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada benda selalu
mengarah ke posisi kesetimbangan.
Pada percobaan Bandul Fisis ini kita melakukan percobaan
dengan Metode Owen dan Metode Bandul Reversibel.
1. Metode Owen
Bandul fisis pada metode owen merupakan bandul fisis
dengan pusat massa di C dan poros yang dapat digeser (Lihat
Gambar 1).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
62
Gambar 1. Bandul Fisis Metode Owen
Apabila bandul tersebut diosilasikan, maka didapatkan
rumus perioda:
𝑇 = 2𝜋√𝑘2+𝑎2
𝑔.𝑎………………………………………......(1)
Dengan:
T = Periode osilasi
k = Radius girasi (jari-jari girasi)
a = Jarak poros osilasi dari pusat massa C
g = Percepatan gravitasi
Jari-jari girasi adalah titik distribusi massa pada sebuah
benda agar massa pada sebuah benda tersebut.
Persamaan (1) dapat dituliskan kembali menjadi:
𝑎𝑇2 =4𝜋2
𝑔𝑎2 +
4𝜋2
𝑔𝑘2………………………………....(2)
Berikut gambar penyusunan alat percobaan untuk bandul
fisis Metode Owen:
(C)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
63
Gambar 2. Penyusunan Bandul Fisis Metode Owen
2. Metode Bandul Reversibel
Bandul reversibel adalah bandul fisis yang mempunyai
sepasang titik tumpu dengan jarak tertentu. Bandul tersebut
dapat diosilasikan pada kedua titik tumpu dalam hal ini titik
tumpu A dan B seperti tampak pada gambar berikut.
Gambar 3. Bandul Fisis Reversibel
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
64
Periode osilasi bandul dapat diatur sehingga periode pada
kedua titik tumpu sama atau hampir sama. Bandul dilengkapi 2
buah pemberat, pemberat pertama berfungsi sebagai pemberat
pada posisi tetap dan pemberat lainnya dapat digeser sepanjang
batang bandul.
Pada percobaan, posisi “pemberat tetap” tidak diubah-ubah
sedangkan “pemberat tidak tetap” digeser-geser untuk
mendapatkan periode osilasi yang sama atau hampir sama pada
kedua titik tumpu. Pengukuran waktu dapat dilakukan dengan
stopwatch atau untuk akurasi pengukuran waktu yang lebih baik
menggunakan sistem pengukur waktu yang terdiri atas gerbang
cahaya dan pewaktu cacah atau timer counter. Jika bandul
ditumpu pada titik A, maka:
𝑇𝐴 = 2𝜋√𝐼𝐴
𝑚.𝑦𝐴.𝑔 ………………………………………...(3)
Dengan:
TA = Periode bandul ketika ditumpu pada titik A
IA = Momen inersia bandul terhadap titik tumpu A
m = Massa bandul
yA = Jarak antara titik tumpu A dan pusat gravitasi
Jika 𝐼𝐴
𝑚.𝑦𝐴 diganti oleh lA , maka persamaan (3) dapat dituliskan:
𝑇𝐴 = 2𝜋√𝑙𝐴
𝑔 ……………………………………………..(4)
Jika bandul ditumpu pada titik B, maka:
𝑇𝐵 = 2𝜋√𝑙𝐵
𝑔 ……………………………………………..(5)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
65
Pada saat TA sama dengan TB, maka lA = lB = l , dimana l
merupakan panjang ekuivalen bandul dan sama dengan jarak
antara kedua titik tumpu tersebut, sehingga percepatan gravitasi
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝑇 = 2𝜋√𝑙
𝑔 …………………………………………........(6)
Berikut gambar penyusunan alat percobaan untuk bandul
reversibel:
Gambar 4. Penyusunan Bandul Fisis Reversibel
III. ALAT-ALAT
1. Batang Bandul.
2. Mata Pisau (2 buah).
3. Bantalan Pisau.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
66
4. Beban (2 buah).
5. Sensor Gerbang Cahaya.
6. Timer Counter.
7. Dasar Statif.
8. Batang Statif.
9. Boss-head.
10. Mistar Gulung.
11. Kunci L.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bandul fisis?
2. Apa perbedaan Metode Owen dan Metode Bandul Reversibel?
3. Apa yang dimaksud dengan gerak harmonik sederhana?
4. Apa yang dimaksud dengan:
a. Perioda
b. Frekuensi
c. Amplitudo
5. Apa nama alat yang digunakan sebagai tumpu pada percobaan
ini?
6. Jelaskan apa yang dimaksud titik kesetimbangan?
7. Sebutkan syarat-syarat suatu gerak dapat dikatakan harmonik!
8. Jelaskan perbedaan antara bandul fisis dan bandul matematis!
9. Jelaskan hubungan antara sensor gerbang cahaya dan timer
counter?
10. Sebutkan prosedur percobaan praktikum pada modul M5!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
67
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Bandul Fisis Metode Owen
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Tentukan titik tengah pada batang bandul sebagai pusat
massanya!
3. Pasang mata pisau sehingga berjarak 5 cm dari pusat massa
batang bandul (Lihat Gambar 2)!
4. Kencangkan baut pada mata pisau dengan menggunakan
kunci L hingga mata pisau terpasang dengan baik (Tanya
asisten)!
5. Susun alat-alat percobaan seperti pada Gambar 2 dengan
kondisi bandul yang diam!
6. Letakkan ujung mata pisau di atas bantalan pisau sehingga
batang bandul dapat berosilasi!
7. Letakkan sensor gerbang cahaya kira-kira 3 cm dari batang
bandul sehingga sensor dapat membaca jumlah ayunan!
8. Siapkan pencacah waktu pada fungsi cycles!
9. Simpangan bandul sejauh kira-kira 3 cm, kemudian
lepaskan sehingga bandul berisolasi! Perhatikan posisi mata
pisau dan bandul (Ulangi jika terjadi perubahan pada posisi
ini)!
10. Ukurlah waktu untuk 20 osilasi dengan menggunakan
pencacah waktu (Tanya asisten)!
11. Ulangi Langkah V.A.3 s.d. V.A.9 untuk jarak mata pisau
lainnya (Tanya asisten)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
68
Gambar 5. Peletakan Beban Bandul Fisis Metode Owen
Tabel Pengamatan
B. Bandul Fisis Reversibel
1. Perhatikan Gambar 4!
2. Pasanglah mata pisau pertama (A) pada jarak 12,5 cm dari
salah satu ujung batang bandul dan mengarah ke ujung yang
lain, kemudian kencangkan baut sehingga mata pisau A
terpasang dengan baik!
No. α (cm) t20 (s)
1. 5
2. 10
3. 15
4. 20
5. 25
6. 30
7 35
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
69
3. Pasang beban A pada jarak 11 cm di belakang mata pisau
A!
4. Pasang beban B pada jarak 5 cm di depan mata pisau A!
5. Pasang mata pisau kedua (B) dengan arah menghadap ke
ujung mata pisau A, sehingga posisi kedua mata pisau saling
berhadapan dan berjarak 50 cm!
6. Susun alat-alat percobaan seperti pada Gambar 4 dengan
kondisi bandul yang diam!
7. Letakkan mata pisau A di atas bantalan pisau, kemudian
letakkan gerbang cahaya kira-kira 3 cm dari batang bandul!
8. Siapkan pencacah waktu pada fungsi cycles!
9. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm dari titik awal,
kemudian lepaskan sehingga bandul berisolasi! Perhatikan
posisi mata pisau dan bandul (Ulangi jika terjadi perubahan
pada posisi ini)!
10. Balikkan bandul sehingga mata pisau B berada di atas
bantalan pisau! Perhatikan kedudukan sensor, buatlah
sedemikian sehingga sensor dapat membaca jumlah
ayunan!
11. Ulangi langkah V.B.9!
12. Balikkan kembali bandul pada posisi semula!
13. Ulangi langkah V.B.4 s.d. V.B.12 dengan jarak yang
berbeda antara beban B dan mata pisau A (Lihat tabel
pengamatan)!
14. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
70
Gambar 6. Penaruhan Beban Bandul Fisis Reversibel
Tabel Pengamatan
No. y (cm)
Waktu 20 Osilasi
tA (s) tB (s)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
71
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Bandul Fisis Metode Owen
1. Menghitung Periode (T) [s]
T = 𝑡
20
2. Grafik 𝑎𝑇 2 terhadap 𝑎2 (𝑡𝑎𝑛 𝜃) [s2/cm]
𝑡𝑎𝑛 𝜃 =∆𝑎𝑇2
∆𝑎2 𝑐 = ..... cm.s2
3. Menghitung Jari-Jari Girasi (𝑘) [cm]
𝑘 = √𝑐
𝑡𝑎𝑛 𝜃
4. Menghitung Percepatan Gravitasi (𝑔) [cm/s2]
𝑔 =4𝜋2
tan 𝜃
B. Bandul Fisis Reversibel
1. Menghitung Periode (T) [s]
T = 𝑡
20
𝑎𝑇 2
𝑐
𝑎2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
72
2. Grafik T terhadap y [s/cm]
T = 𝑇1+𝑇2
2
3. Menghitung Percepatan Gravitasi (𝑔) [cm/s2]
𝑔 = 4𝜋2𝜆
𝑇2
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Asisten Laboratorium Fisika Dasar. 2018. Buku Petunjuk
Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Itenas.
𝑇
y
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
73
PERCOBAAN M6
(MODULUS PUNTIR)
Disusun Oleh:
RIFAT AVICENNA
(13-2019-177)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
74
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M6 – MODULUS PUNTIR
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena Hukum Hooke pada proses
pemuntiran batang logam.
II. TEORI
Modulus puntir merupakan suatu nilai keelastisitasan material
terhadap momen puntir. Modulus puntir bisa didapatkan melalui uji
puntir. Uji puntir dilakukan di alat uji puntir dengan memberikan
tegangan geser berupa momen puntir (torsi) pada benda uji. Secara
umum peralatan uji puntir terdiri dari bagian penumpu untuk
menahan salah satu ujung benda uji dan bagian kepala puntir yang
dilengkapi cekam untuk mencengkeram ujung lain benda uji
sekaligus memberikan momen puntir, serta bagian penunjuk untuk
menunjukan besar simpangan sudut yang terjadi pada saat pengujian.
Suatu material apabila belum melampaui batas elastis maka
deformasi akan sebanding dengan pembeban yang terjadi. Hal
tersebut biasa dikenal dengan istilah Hukum Hooke yang
menyatakan batas proporsionalitas antara tegangan dengan regangan.
Semakin bertambahnya tegangan yang dibebankan pada suatu
material maka akan diikuti dengan pertambahan nilai regangan yang
terjadi secara linier. Fenomena ini pertama kali diamati oleh
matematikawan Inggris bernama Robert Hooke (1635-1703).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
75
Pada fenomena puntiran, elastisitas dapat diamati ketika suatu
batang logam silinder dengan panjang (L) diberi pembebanan berupa
momen puntir (T) pada salah satu ujungnya (titik A) dan ujung
lainnya ditahan (titik B) maka akan muncul tegangan geser pada
struktur logam tersebut yang mengakibatkan perubahan kedudukan
(titik A’) yang menghasilkan simpangan sudut (θ), kemudian ketika
pembebanan (T) dihilangkan maka simpangan (titik A’) kembali ke
kedudukan semula (titik A). Simpangan sudut tersebut dapat dilihat
pada gambar 1. Maka elastisitas dapat didefinisikan sebagai
kemampuan material yang diberi pembebanan untuk kembali ke
bentuk dan ukuran semula apabila pembebanan telah dihilangkan.
Gambar 1. Benda sebelum (a ) dan sesudah (b ) diberi momen puntir
Sumber: Statics and Mechanics of Material
Pembebanan secara bahasa memiliki arti proses, cara, perbuatan
memberikan beban. Pada material pembebanan memiliki bermacam
- macam bentuk seperti yang akan dijelaskan pada bagian ini:
a. Gaya
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
76
Gaya (force) dilambangkan dengan huruf F bisa dinyatakan
dalam satuan Newton [kg.m.s-2]. Gaya didefinisikan sebagai
segala bentuk interaksi yang menyebabkan perubahan, baik
perubahan kedudukan maupun bentuk.
b. Tekanan
Tekanan (pressure) dilambangkan dengan huruf P bisa
dinyatakan dalam satuan Pascal [N.m-2]. Secara sederhana
didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Dalam penjelasan
lain, tekanan merupakan pembebanan luar (external stress)
yang kontak dengan permukaan bidang material dengan
luasan tertentu.
Gambar 2. Tekanan pada Bidang
c. Tegangan Normal
Tegangan normal (normal stress) dilambangkan dengan
huruf σ (sigma) bisa dinyatakan dengan satuan [N.m-2].
Dapat didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja
tegak lurus terhadap suatu luasan penampang benda.
Tegangan normal dapat berbentuk berupa beban tarik dan
beban tekan. Tegangan normal dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan panjang benda yang dinyatakan
dengan regangan normal, yaitu nilai yang menunjukan
perbandingan antara perubahan panjang terhadap panjang
awal benda.
A F
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
77
Gambar 3. Tegangan Normal
Sumber: Statics and Mechanics of Material
d. Tegangan Geser
Tegangan geser (shear stress) dilambangkan dengan huruf
τ (tau) bisa dinyatakan dengan satuan [N.m-2]. Dapat
didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja sejajar
terhadap suatu luasan penampang benda. Tegangan geser
dapat berbentuk berupa momen lentur dan momen puntir
(torsi). Tegangan geser dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan sudut benda yang dinyatakan dengan regangan
geser, yaitu nilai yang menunjukan perubahan sudut dalam
arah radial.
Gambar 4. Tegangan Geser Berupa Momen Lentur
Sumber: Statics and Mechanics of Material
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
78
e. Momen Puntir (Torsi)
Momen puntir (torsi) dilambangkan dengan huruf T bisa
dinyatakan dengan satuan [N.m]. Dapat didefinisikan
sebagai perkalian dari besarnya gaya dengan jarak letak
pemberian gaya terhadap titik sumbu benda. Dalam
penjelasan lain disebutkan juga sebagai kemampuan sebuah
gaya untuk membuat benda bergerak rotasi pada titik
sumbunya.
Gambar 5. Torsi
Sumber: Statics and Mechanics of Material
Pada dunia teknik, modulus puntir dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu acuan sifat mekanik yang dimiliki suatu material.
Terutama kemampuan material pada poros, gandar, dan sebagainya
dalam menerima beban puntir. Sifat mekanik dapat didefinisikan
sebagai sifat yang menunjukan kelakuan material ketika menerima
segala bentuk pembebanan baik statik maupun dinamik.
Pembebanan pada material akan menghasilkan beragam fenomena-
fenomena, seperti:
a. Deformasi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
79
Deformasi secara sederhana didefinisikan sebagai peristiwa
perubahan bentuk material setelah mengalami pembebanan
dari luar.
b. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah peristiwa perubahan bentuk pada
material saat diberi pembebanan kemudian ketika
pembebanan tersebut dihilangkan maka material akan
kembali ke ukuran dan bentuk semula. Dalam kata lain
deformasi elastis adalah perubahan bentuk benda secara tidak
permanen.
c. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah peristiwa perubahan bentuk pada
material saat diberi pembebanan kemudian ketika
pembebanan tersebut dihilangkan maka material tidak dapat
kembali ke ukuran dan bentuk semula. Dalam kata lain
deformasi plastis adalah perubahan bentuk secara benda
permanen.
d. Diagram Tegangan – Regangan (Kurva Uji Tarik)
Kurva uji tarik merupakan sebuah kurva yang
menggambarkan karakteristik material ketika mendapatkan
pengujian tarik. Uji tarik dilakukan dengan cara menarik
material uji hingga putus di alat uji tarik. Parameter-
parameter yang didapat dari pengujian ini antara lain
kekuatan tarik, kekuatan luluh, pengecilan luas penampang,
hingga tegangan putus material uji. Kurva ini dapat juga
menunjukkan fenomena deformasi elastis, deformasi plastis,
hingga pembuktian dari Hukum Hooke. Berbeda dengan uji
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
80
puntir, material uji tarik menerima tegangan normal dari
pemberian beban tarik.
Gambar 6. Kurva Uji Tarik Metode Offset
Keterangan gambar:
G : Modulus Kekakuan atau Modulus Puntir
E : Modulus Elastisitas atau Modulus Young
σ : Tegangan Normal
ε : Regangan
σ Yield : Kekuatan Luluh atau Batas Elastisitas
σ UTS : Ultimate Tensile Strength atau Kekuatan Tarik
Maksimum
σ Fracture : Tegangan Patah
e. Modulus Kekakuan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
81
Modulus kekakuan (G) didefinisikan sebagai nilai yang
menyatakan hubungan kesebandingan antara tegangan geser
dengan regangan geser. Modulus kekakuan bisa juga disebut
modulus puntir. Secara sederhana modulus puntir merupakan
suatu nilai tegangan geser minimum berupa momen puntir yang
diperlukan untuk membuat sebuah material mulai terpuntir.
f. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas (E) didefinisikan sebagai ukuran kekakuan
suatu bahan. Modulus elastisitas merupakan nama lain dari
Modulus Young. Secara sederhana modulus elastisitas dapat
menjelaskan kemampuan material untuk terdeformasi elastis
tanpa mengalami perubahan bentuk secara permanen. Nilai ini
merupakan batas berlakunya Hukum Hooke pada suatu material
apabila menerima pembebanan berupa tegangan normal.
g. Batas Elastisitas
Batas elastisitas suatu nilai yang memisahkan daerah deformasi
elastis dengan deformasi plastis. Suatu material bila diberikan
pembebanan melebihi nilai batas elastisitasnya, kemudian
pembebanannya dihilangkan maka material tersebut akan
mengalami perubahan secara permanen. Apabila sebuah material
bila diberikan pembebanan kurang dari nilai batas elastisitasnya,
kemudian pembebanannya dihilangkan maka material tersebut
tidak akan mengalami perubahan secara permanen.
h. Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh (σ yield) didefinisikan sebagai nilai tegangan
terbesar yang masih dapat ditahan material tanpa mengalami
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
82
regangan sisa permanen yang terukur. Kekuatan luluh dapat
didefinisikan juga sebagai batas elastisitas.
i. Batas Kekuatan Tarik Maksimum
Batas kekuatan tarik maksimum atau ultimate tensile strength (σ
UTS) didefinisikan sebagai nilai beban maksimum yang mampu
ditahan suatu material ketika menerima tegangan normal berupa
beban tarik.
j. Strain Hardening
Strain hardening atau pengerasan regangan merupakan
fenomena peningkatan tegangan yang diperlukan untuk
mengubah bentuk benda karena telah terjadi pengerasan pada
material yang disebabkan oleh deformasi plastis yang terjadi
sebelumnya.
k. Necking
Necking atau pengecilan luas penampang setempat merupakan
fenomena menyusutnya luas penampang material pada satu
tempat ketika diberikan pembebenan melebihi beban maksimum
yang dapat ditahan material tersebut.
l. Tegangan Patah
Tegangan patah (σ fracture) merupakan nilai yang menunjukkan
besarnya tegangan yang terjadi pada saat benda patah.
Bila sebatang logam pejal dengan panjang 𝐿 dan jari-jari 𝑅, salah
satu ujungnya dijepit, dan ujung yang lain dipuntir dengan gaya 𝐹,
maka akan terjadi simpangan atau pergeseran sebesar 𝛼 (lihat
gambar).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
83
Gambar 7. Alat Uji Puntir Sederhana
Sumber: Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Itenas
Besar pergeseran (𝛼) untuk setiap logam berbeda-beda,
tergantung koefisien elastisitasnya. Hubungan tersebut dinyatakan
sebagai berikut
𝐺 =2𝑀𝐿
𝜋𝜃𝑅4..................................................................................(1)
atau
𝐺 =360𝑔𝑟𝐿𝑚
𝜋2𝑅4𝛼.............................................................................(2)
Dengan:
𝐺 = modulus puntir [dyne.cm-2],
𝑔 = percepatan gravitasi [981 cm.s-2],
𝑅 = jari-jari batang [cm],
𝐿 = panjang batang dari penjepit ke jarum penunjuk skala [cm],
𝑚 = massa beban yang menyebabkan puntiran [gram],
𝛼 = besar simpangan pada jarak 𝐿 [o ],
𝑟 = jari-jari roda pemuntir [cm],
𝑀 = momen puntir [dyne.cm],
𝜃 = sudut puntir [rad].
III. ALAT-ALAT
1. Alat pemuntir.
2. Mikrometer sekrup.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
84
3. Mistar gulung.
4. Penyangkut beban.
5. Beban 0,5 kg (5 buah).
6. Batang logam (2 buah).
7. Jarum penunjuk (2 buah).
8. Busur pengukur (2 buah).
9. Kunci L.
10. Obeng.
11. Tang.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan maksud dari tujuan praktikum modul M6 menurut anda!
2. Jelaskan perbedaan dari :
a. tegangan dan tekanan
b. tegangan geser dan tegangan normal
c. regangan geser dan regangan normal
d. deformasi elastis dan deformasi plastis
3. Sebutkan alat-alat yang di gunakan pada modul M6!
4. Jelaskan apa yang di maksud dengan elastisitas!
5. Jelaskan secara singkat prinsip kerja alat uji puntir!
6. Jelaskan apa yang dimaksud:
a. Hukum Hooke
b. Modulus Young
c. Modulus Puntir
7. Gambarkan dan jelaskan mengenai kurva uji tarik!
8. Jelaskan secara singkat prosedur pada modul M6!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
85
9. Jelaskan apa tujuan adanya penambahan dan pengurangan beban
pada prosedur percobaan!
10. Jelaskan manfaat mempelajari kurva uji tarik pada modul M6!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Tandai batang logam menggunakan pena koreksi (tip-x) dan
dengan bantuan mistar gulung di enam titik yang ditentukan yaitu
pada panjang 15 cm, 25 cm, 35 cm, 45 cm, 55 cm, dan 65 cm
yang diukur dari ujung batang yang dijepit!
3. Menggunakan mikrometer sekrup, ukurlah diameter batang
logam pada enam titik yang telah ditandai sebelumnya!
4. Menggunakan mistar gulung dan bantuan tali, ukurlah keliling
roda pemuntir sebanyak lima kali!
5. Pasang batang logam yang akan digunakan sebagai spesimen uji
pada alat pemuntir, kencangkan sekrup pada ujung yang dijepit
dan putar kunci untuk mengunci ujung batang yang dipuntir!
(lihat gambar 2)!
6. Pastikan kedua ujung batang telah terpasang serta terkunci
dengan kencang, bila perlu gunakan tang, obeng, ataupun kunci
L untuk mengencangkannya.
7. Gantungkan penyangkut beban pada tali sehingga roda pemuntir
dan batang akan sedikit terpuntir, pasangkan jarum penunjuk
pertama pada posisi L1 15cm dan jarum penunjuk kedua pada
posisi L2 25cm yang diukur dari ujung yang dijepit! Posisikan
jarum penunjuk untuk menunjuk ke skala 90° busur derajat yang
telah disediakan dan kencangkan!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
86
8. Berilah beban secara bertahap dari mulai 500 gr hingga 2500 gr
(lihat tabel pengamatan), catat simpangan jarum pada L1 dan L2
pada masing-masing pembebanan lalu catat pada kolom α+!
9. Kurangi beban secara bertahap dari mulai 2500 gr hingga 500 gr,
catat simpangan jarum pada L1 dan L2 pada masing-masing
pembebanan dan catat pada kolom α-!
10. Ulangi langkah V.6 sampai V.9 untuk posisi penunjuk L1 dan L2
sebesar 35 cm - 45 cm, dan 55 cm – 65 cm (lihat tabel
pengamatan)!
11. Ulangi langkah V.5 sampai V.10 untuk batang logam yang
berbeda.
12. Catat keadaan ruang sesudah percobaan dan kembalikan alat-alat
pada posisi semula!
13. Bila prosedur percobaan belum dapat dipahami, bertanyalah pada
asisten!
Tabel 1. Keadaan Ruang
Temperatur (°C) Tekanan Udara
(mmHg) Kelembaban (%)
Awal
Akhir
Tabel 2. Diameter Batang dan Keliling Roda Pemuntir
No. Diameter batang 1 (cm) Diameter batang 2
(cm)
Keliling roda pemuntir
(cm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
87
Tabel 3. Simpangan Sudut pada Batang
𝐿 (cm) Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
𝐿1 = 15 𝐿2 = 25 𝐿1 = 35 𝐿2 = 45 𝐿1 = 55 𝐿2 = 65
𝑚 (gram) 𝛼+ (o)
𝛼− (o)
𝛼+ (o)
𝛼− (o)
𝛼+ (o)
𝛼− (o)
𝛼+ (o)
𝛼− (o)
𝛼+ (o)
𝛼− (o)
𝛼+ (o)
𝛼− (o)
500
1000
1500
2000
2500
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Menghitung Jari - Jari Roda Pemuntir (r) [ cm ]
a. Menghitung Keliling Roda Pemuntir Rata-Rata ( 𝑘𝑒𝑙 )
[cm]
b. Menghitung Jari - Jari Roda Pemuntir (r) [ cm ]
2. Menghitung Jari – Jari Batang Logam ( R ) [ cm ]
a. Menghitung Diameter Batang Rata-Rata ( ) [ cm ]
b. Menghitung Jari – Jari Batang Logam ( R ) [ cm ]
5
=
KelKel
2
Kelr =
6
=
DD
2
DR =
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
88
3. Menghitung Sudut Simpangan Rata – Rata ( ) [ ° ]
4. Menghitung Modulus Puntir Perhitungan ( G ) [ dyne.cm-2]
2
−+ +=
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
L (cm) L1 = 15 cm L2 = 25 cm L1 = 35 cm L2 = 45 cm L1 = 55 cm L2 = 65 cm
m (gram) 1(°) 2(°) 3(°) 4(°) 5(°) 6(°)
500
1000
1500
2000
2500
∑ (°)
𝛼 (°)
30
654321 +++++=
6
654321 LLLLLLL
+++++=
5
54321 mmmmmm
++++=
=
42
360
R
mLrgG
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
89
5. Membuat Grafik m vs. pada L = cm (gambarkan
pada kertas milimeter blok)
6. Menghitung Modulus Puntir Perhitungan ( G1 ) [ dyne.cm-2]
[ ° ]
m [ gr ]
Titik Sentroid
θ
tan
36042
=
R
LrgG
Sumbu x ( m ) Sumbu y ()
Titik Sentroid =
[gr]
=
[°]
m
=
tan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
90
7. Membuat Grafik l vs. pada m = gr (gambarkan
pada kertas milimeter blok)
8. Menghitung Modulus Puntir Perhitungan ( G ) [ dyne.cm-2]
[ ° ]
l [ cm ]
Titik Sentroid
γ
tan
360422
=
R
mrgG
Sumbu x (L) Sumbu y ()
Titik Sentroid =
[cm]
=
[°]
L
=
tan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
91
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Soeprapto, Muhammad Ridwan, Irma Amelia, Dkk. 2017.
Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Itenas.
2. Beer, Ferdinand Piere, E. Russell Johnston Jr, John T. DeWolf,
David F. Mazurek. 2011. Statics and Mechanics of Materials. New
York: McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Dieter, Goerge E., Sriati Djaprie (Alih Bahasa). 1987. Metalurgi
Mekanik Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
4. Giancoli, Douglas C. 2005. PHYSICS: Principles with
Applications Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
92
PERCOBAAN L1
(RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA)
Disusun Oleh:
NUR IKLIMA NADILA OKTAVIA
(13-2019-166)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
93
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA - LISTRIK
PERCOBAAN L1 – RANGKAIAN LISTRIK SEDERHANA
I. CAPAIAN
Mampu mengaplikasikan dan membuktikan Hukum Ohm dan
Kirchoff pada rangkaian listrik sederhana.
II. TEORI
Rangkaian listrik adalah hubungan antara elemen-elemen listrik
seperti resistor, induktor, kapasitor, sumber tegangan, sumber arus,
diode, dan elemen listrik lain dengan syarat minimal terdapat satu
arus loop yang mengalir. Tabel 1 merupakan contoh gambar
rangkaian listrik sederhana terdapat simbol-simbol yang harus
diketahui.
Tabel 1. Gambar dan Simbol Komponen Rangkaian Listrik
No Nama
Komponen
Simbol Gambar Komponen
1 Resistor
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
94
No Nama
Komponen
Simbol Gambar Komponen
2 Sumber
Tegangan
3 Saklar
4 Voltmeter
5 Amperemeter
6 Lampu
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
95
Di dalam suatu jenis rangkaian terdapat 2 jenis komponen yaitu
komponen aktif dan komponen pasif. Salah satu contoh dari
komponen aktif ialah baterai dan salah satu contoh dari komponen
pasif ialah resistor. Gambar 1 merupakan contoh gambar rangkaian
listrik sederhana.
V R
I
Gambar 1. Rangkaian Listrik Sederhana
Susunan komponen-komponen listrik dapat disusun dengan
berbagai macam cara, hubungan komponen listrik atau rangkaian
listrik yang paling dasar adalah secara seri dan parallel, seperti
dicontohkan pada gambar 2. Gambar 2 (a) merupakan contoh
rangkaian listrik dengan resistor tersusun secara parallel, sedangkan
gambar 2 (b) merupakan rangkaian listrik dengan resistor tersusun
secara seri.
V R1 R2 R3 V
R1
R2
R3
II
(a) (b)
Gambar 2. Jenis Hubungan Rangkaian Listrik Sederhana
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
96
Untuk rangkaian seri, Resistansi Total (𝑅𝑇) rangkaian tersebut
dirumuskan pada persamaan 1:
𝑅𝑇 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 ................................................................ (1)
Sedangkan pada rangkaian resistor parallel, di rumuskan pada
persamaan 2:
1
𝑅𝑇=
1
𝑅1+
1
𝑅2+
1
𝑅3 ................................................................... (2)
Dalam setiap rangkaian listrik berlaku hukum Ohm dan Hukum
Kirchoff.
Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan bahwa: tegangan (v) pada material-
material penghantar adalah berbanding lurus terhadap arus (i) yang
mengalir melalui material tersebut. Secara matematika dituliskan
pada persaman 3:
𝑣 = 𝑖. 𝑅 .................................................................................. (3)
Gambar 3. Hukum Ohm dalam Rangkaian Listrik Sederhana
Gambar 3 menunjukan penerapan Hukum Ohm pada rangkaian
sederhana, dengan konstanta proporsionalitas atau kesebandingan R
disebut sebagai resistansi. Satuan resistansi adalah Ohm, yaitu 1
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
97
Volt/Ampere, atau yang biasa disingkat menggunakan huruf besar
omega(Ω).
Hukum Kirchoff Arus
Hukum ini juga disebut hukum pertama Kirchoff, aturan Kirchoff
titik, persimpangan aturan Kirchoff (atau nodal aturan), dan aturan
pertama Kirchoff. Prinsip ini menyatakan bahwa: pada setiap node
(persimpangan) dalam sebuah sirkuit listrik, jumlah arus yang
mengalir ke node sama dengan jumlah arus yang mengalir keluar dari
simpul tersebut, atau jumlah aljabar arus dalam jaringan konduktor
bertemu di sebuah titik adalah nol.
Gambar 4. Contoh Aplikasi Hukum Kirchoff Arus
Dari gambar 4 dapat kita tuliskan persamaan hukum Kirchoff
Arus pada sebuah node sebagai berikut:
𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3 + 𝐼4
𝐼1 + 𝐼2 − 𝐼3 − 𝐼4 = 0
∑ 𝐼 = 0 .............................................. (4)
Adapun syarat-syarat dimana arus dapat mengalir, yaitu:
1. Terdapat beda potensial dalam suatu rangkaian
2. Rangkaiannya tertutup (seluruh elemen saling terhubung)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
98
Hukum Kirchoff Tegangan
Hukum ini juga disebut hukum kedua Kirchoff, loop Kirchoff
(atau mesh) aturan, atau aturan kedua Kirchoff. Prinsip ini
menyatakan bahwa:
Jumlah perbedaan potensial (tegangan) sekitar setiap sirkuit
tertutup adalah nol.
Gambar 5. Contoh Aplikasi Hukum Kirchoff Tegangan
Dari gambar 5 dapat kita tuliskan persamaan Hukum Kirchoff
tegangan pada rangkaian listrik sederhana tersebut sebagai berikut:
−𝑉𝑠 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝑉4 = 0
∑𝑉 = 0 ............................... (5)
Untuk mengetahui berapa besarnya arus dan tegangan pada suatu
komponen listrik dalam suatu rangkaian listrik digunakan alat ukur
yaitu amperemeter dan voltmeter.
Pengukuran Arus
Amperemeter adalah alat untuk mengukur arus listrik di suatu
titik. Dengan begitu amperemeter harus dipasang secara seri, nilai
arus yang terukur pada amperemeter akan sama dengan nilai arus
pada rangkaian karena tidak ada percabangan. Jika amperemeter
dipasang secara parallel maka arus yang terbaca akan menjadi keliru.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
99
Untuk mengukur arus yang melalui sebuah komponen, misalnya
resistor, maka amperemeter disisipkan ke dalam rangkaian,
dihubungkan secara seri dengan komponen yang akan diukur seperti
pada gambar 6.
Gambar 6. Contoh Perangkaian Amperemeter pada Suatu Komponen
Pengukuran Tegangan
Untuk mengukur tegangan antara dua titik pada sebuah rangkaian
atau komponen, maka voltmeter dihubungkan secara parallel dengan
rangkaian atau komponen yang diukur tegangannya. Karena pada
rangkaian parallel nilai tegangan yang terukur melalui voltmeter
akan sama dengan tegangan pada komponen.
Gambar 7. Contoh Perangkaian Voltmeter pada Suatu Komponen
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
100
III. ALAT-ALAT
1. Baterai ukuran D (2 buah).
2. Sakelar SPST.
3. Lampu 2,5[V], 0,5[A].
4. Multimeter digital (2 buah).
5. Dudukan lampu.
6. Jepit buaya bersoket (2 buah).
7. Dudukan Baterai (2 buah).
8. Kabel penghubung (9 buah).
9. Resistor 50[Ω] 5[W] (2 buah).
10. Resistor 100[Ω] 5[W] (2buah).
11. Resistor 500[Ω] 5[W].
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan rangkaian listrik sederhana?
2. Sebutkan dan jelaskan simbol-simbol yang dipakai pada
rangkaian listrik!
3. Sebutkan dan tuliskan bunyi Hukum Ohm disertai dengan
rumusnya!
4. Sebutkan dan tuliskan bunyi Hukum Kirchoff Arus dan Hukum
Kirchoff Tegangan serta persamaannya!
5. Gambarkan rangkaian seri dan parallel serta jelaskan
perbedaannya sesuai dengan apa yang kalian pahami!
6. Sebutkan dan jelaskan 2 jenis komponen yang terdapat dalam
rangkaian listrik!
7. Apa yang dimaksud dengan arus listrik?
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
101
8. Sebutkan syarat-syarat suatu rangkaian dapat dikatakan sebagai
rangkaian listrik!
9. Jika Vs=10 V, maka berapa Arus total yang mengalir pada
rangkaian tersebut?
10. Apa yang dimaksud dengan node?
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Rangkaian Resistor Seri dan Paralel
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Rangkailah rangkaian (a) seperti gambar berikut! (pastikan
sakelar dalam keadaan terbuka)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
102
Gambar Rangkaian Seri (a)
Gambar Rangkaian Seri (b)
3. Tutuplah sakelar, kemudian ukur tegangan dan arus di setiap
komponen(R1, R2, R3 dan Baterai)! Lakukan pengamatan
berulang sebanyak 3 kali serta catatlah pada tabel
pengamatan 1!
4. Lakukan langkah V.A.2 dan V.A.3 untuk rangkaian seri (b),
juga rangkaian paralel (a) dan (b)!
Gambar Rangkaian Paralel
B. Sumber Tegangan Seri dan Paralel
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
103
1. Susunlah rangkaian seperti gambar berikut, pastikan sakelar
dalam keadaan terbuka!
A
v
Gambar Rangkaian satu baterai
2. Baca tegangan (E) pada rangkaian saat sakelar terbuka!
3. Tutup sakelar, dan catat tegangan (V)!
4. Catat arus (I) yang mengalir pada rangkaian!
5. Lakukan V.B.2. s.d. V.B.4 sebanyak 3 kali! Catat hasil
pengamatan pada tabel pengamatan 2!
6. Lakukan langkah V.B.1 hingga V.B.5 untuk dengan sumber
tegangan yang telah dirangkai seperti gambar-gambar
berikut:
A
v
A
v
Gambar rangkaian dua baterai seri (a) Gambar rangkaian dua baterai seri (b)
A
v
A
v
Gambar rangkaian dua baterai paralel(a) Gambar rangkaian dua baterai parallel(b)
C. Hukum Kirchoff arus dan Hukum Tegangan
1. Rangkailah rangkaian seperti gambar berikut!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
104
Gambar Rangkaian untuk Hukum Kirchoff Arus dan Tegangan
2. Ukurlah arus Is, I1, I2, I3, dan I4 sebanyak 3 kali dengan
menggunakan amperemeter! Sesuaikan polaritas
amperemeter dengan arah arus pada gambar!
3. Ukurlah tegangan Vs, V1, V2, V3, dan V4 sebanyak 3 kali!
Sesuaikan polaritas voltmeter dengan arah arus gambar!
4. Catat hasil pada tabel pengamatan 3!
5. Lakukan langkah V.C.1 hingga V.C.4 untuk rangkaian pada
gambar (b)! Lakukan pengukuran hanya untuk V3 dan I3
saja!
6. Catat keadaan ruang setelah percobaan
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Rangkaian Resistor Seri dan Parallel
Susunan
Resistor
Tegangan (Volt) Arus (A)
Baterai R1 R2 R3 Baterai R1 R2 R3
Resistor
seri (a)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
105
Susunan
Resistor
Tegangan (Volt) Arus (A)
Baterai R1 R2 R3 Baterai R1 R2 R3
Resistor
seri (b)
Resistor
Parallel
1. Tegangan Rata-rata (V)
= ∑𝑉
3
2. Kuat Arus Rata-rata (A)
𝐼 = ∑𝐼
3
3. Hambatan (Ω)
R =
𝐼
B. Sumber Tegangan Seri dan Parallel
Susunan Baterai GGL/E (Volt) V (Volt) Arus (A)
Satu Baterai
Dua Baterai Seri
(a)
Dua Baterai Seri
(b)
Dua Baterai
Parallel (a)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
106
Dua Baterai
Parallel (b)
1. Tegangan Rata-rata (V)
= ∑𝑉
3
2. Kuat Arus Rata-rata (A)
𝐼 = ∑𝐼
3
3. GGL (Volt)
= ∑𝐸
3
4. Hambatan (Ω)
R = −
𝐼
C. Hukum Kirchoff Arus (HKA) dan Hukum Kirchoff
Tegangan (HKT)
Susunan
Resistor Tegangan (Volt) Arus (Ampere)
Rangkaian
Vs V1 V2 V3 V4 Is I1 I2 I3 I4
1. Tegangan Rata-rata (V)
𝑠 = ∑𝑉𝑠
3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
107
2. Kuat Arus Rata-rata (A)
𝐼s = ∑𝐼𝑠
3
3. Hukum Kirchoff Arus (A) (Untuk Node A, B, dan C)
Rumus :
𝐼1 + 𝐼2 = 𝐼3 + 𝐼4
𝐼1 + 𝐼2 − 𝐼3 − 𝐼4 = 0
∑𝐼 = 0
*Catatan : I yang dipakai adalah I rata-rata
4. Hukum Kirchoff Tegangan (HKT) (Untuk Loop 1, 2,
dan 3)
Berikut merupakan gambar rangkaian yang harus
dilengkapi HKT setiap loop-nya.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
108
Rumus :
−𝑉𝑠 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝑉4 = 0
∑𝑉 = 0
*Catatan : V yang dipakai adalah V rata-rata
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Soeprapto, Muhammad Ridwan, Irma Amelia, Dkk.
2017. Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung:
Laboratorium Fisika Dasar Institut Teknologi Nasional
Bandung.
V2
V3
V4
Loop 1Vs
+
-
+ -
+-
+
-
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
109
2. Halliday, Resnick, Walker, J. 2011. Fundamentals of Physics 9th
Edition. John Wiley & sons, Inc.: Danvers.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
110
PERCOBAAN L2
(JEMBATAN WHEATSTONE)
Disusun Oleh:
RISKA MUTIARA FITRI
(11-2019-087)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
111
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA - LISTRIK
PERCOBAAN L2 – JEMBATAN WHEATSTONE
I. CAPAIAN
Mampu menentukan besarnya hambatan dengan menggunakan
metoda jembatan Wheatstone.
II. TEORI
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh
Samuel Hunter Christie pada 1833 dan meningkat kemudian
dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843.
Jembatan Wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik
untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui besarannya
dengan cara membandingkan dengan hambatan yang besarnya telah
diketahui dimana arus yang mengalir pada galvanometer sama
dengan nol.
Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk
mengukur kuat arus dan tegangan listrik yang relatif kecil.
Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus
maupun tegangan yang relatif besar (diatas satu ampere), karena
komponen-komponen internalnya yang tidak mendukung. Syarat
untuk galvanometer:
• Arus harus dibawah 1 mikro A
• Peka terhadap nilai kecil.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
112
Cara kerja Galvanometer sama dengan motor Listrik tapi karena
dilengkapi pegas maka kumparannya tidak berputar. Karena muatan
dalam magnet dapat berubah karena arus listrik yang mengalir
kedalamnya . Galvanometer pada umumnya dipakai untuk arus
searah tetapi prinsipnya menggunakan konstruksi kumparan putar.
Gambar 1. Konstruksi kumparan putar pada galvanometer
Susunan rangkaian listrik Jembatan Wheatstone bisa dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2. Rangkaian jembatan wheatstone.
Prinsip kerja dari Jembatan Wheatstone yaitu ketika arus masuk
melewati rangkaian, maka jarum pada Galvanometer akan bergerak
GI3 IG
I4
I2
I1
BA
C
D
Rb
R1 R2
Rx
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
113
artinya ada arus yang melewatinya, di antara titik C dan D ada beda
potensial atau tegangan. Dengan mengatur besarnya Rb dan
hambatan geser untuk menentukan nilai R1 dan R2 (Pada praktikum
R1 dan R2 merupakan sebuah kawat A-B) akan dapat dicapai
galvanometer G tak teraliri arus (Ig = 0), kondisi jarum galvanometer
di skala 0, artinya udah tak ada beda potensial antara titik C dan D.
Gambar 3. Rangkaian jembatan wheatstone pada pratikum
Keterangan gambar:
K = komutator untuk mengubah arah arus
Rb = hambatan yang diketahui nilainya (bangku hambatan)
Rx = hambatan yang inigin dicari besarnya
G = Galvanometer
L = kawat hambatan lurus pada mistar
ST = Sumber tegangan
Bila dari gambar 1, kita dapat menentukan nilai dari hambatan
yang belum diketahuinya dengan persamaan:
𝑅𝑋 = 𝑅2
𝑅1𝑅𝑏 ....................................................................... (1)
Jika kawat A-B serba sama dengan 𝜌 (hambatan tiap satuan
panjang), dari rangkaian gambar 2, maka persamaan (1), menjadi:
G
ST AC
C
DA B
Rb Rx3 4
L1 L2
K
I2I4
I1
I3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
114
𝑅𝑥 = 𝐿2𝜌
𝐿1𝜌 × 𝑅𝑏 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑥 =
𝐿2
𝐿 1× 𝑅𝑏 ............................(2)
Disini terlihat bahwa besaran-besaran yang diperlukan hanyalah
perbandingan antara 𝐿2 dan 𝐿 1, atau panjang kawat AD dan DB.
III.ALAT-ALAT
1. Power Supply
2. Kit Modul Jembatan Wheatstone
a. Komutator
b. Resistor yang diketahui nilainya (Rb)
c. Resistor yang tidak diketahui nilainya (Rx)
d. Kawat sambungan
e. Alat ukur panjang
f. Galvanometer
3. Kabel penghubung
4. Kabel dengan kontak geser
IV.TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa judul pada modul pratikum ini?
2. Apa capaian pada modul pratikum ini?
3. Siapakah penemu Jembatan Wheatstone?
4. Gambarkan rangkaian Jembatan Wheatstone!
5. Jelaskan prinsip kerja dari rangkaian jembatan wheatstone!
6. Jelaskan apa yang dimaksud galvanometer!
7. Apa fungsi dan persyaratan untuk suatu galvanometer!
8. Gambarkan skema, fungsi dan cara kerja komutator!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
115
9. Sebutkan alat-alat yang digunakan beserta fungsinya pada modul
pratikum ini!
10. Apa pengertian hambatan dalam dan apa jenis-jenis hambatan?
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Susunlah rangkaian seperti gambar 3 dengan menggunakan 𝑅𝑥1,
komutator (K) dalam keadaan terbuka, kondisi awal Rb = 0, dan
belum dihubungkan dengan sumber tegangan!
3. Pasang arus mula-mula minimum, dengan cara mengatur
potensiometer (hambatan pengatur) yang ada pada power supply.
4. Setelah diperiksa oleh asisten, letakkan kontak geser kira-kira di
angka 50, kemudian hubungkan komutator dengan sumber arus!
5. Atur simpangan jarum pada galvanometer hingga berada di (10
𝜇𝐴) dengan mengatur potensiometer (hambatan pengatur) pada
power supply!
6. Usahakan agar simpangan jarum galvanometer (G) manjadi nol
dengan cara mengubah-ubah besarnya hambatan pada bangku
hambatan (Rb)! Catat besarnya hambatan Rb yang digunakan!
7. Buatlah arus menjadi maksimum sedikit demi sedikit (simpangan
jarum G tidak pada posisi nol lagi)!
8. Atur posisi kontak geser (D) sehingga diperoleh simpangan
jarum galvanometer pada posisi nol, kemudian catat panjang 𝐿1!
9. Baliklah arah arus dengan mengubah posisi komutator, kemudian
ulangi langkah V.8!
10. Putar hambatan pada sumber arus hingga minimun, kemudian
buat komutator dalam keadaan terbuka, dan matikan sumber
arus!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
116
11. Ulangi langkah V.2 s.d V.10 untuk 𝑅𝑥2, 𝑅𝑥1dan 𝑅𝑥2 dirangkai
seri, juga 𝑅𝑥1 dan 𝑅𝑥2 dirangkai paralel!
12. Tukar posisi Rb dan Rx (Rb menjadi di sisi 4 dan Rx di sisi 3)!
13. Ulangi langkah V.2 s.d. V.11!
14. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Tabel pengamatan
Sisi Rx (Ω) Rb (Ω) L (cm)
L1+ L1
-
3 Rx1”
Rx2”
Rxseri”
Rxparalel”
4 Rx1’
Rx2’
Rxseri’
Rxparalel’
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Secara Percobaan
1. Menghitung nilai L1 (cm)
𝐿1 =𝐿1+ + 𝐿1
−
2
2. Menghitung Nilai L2 (cm)
𝐿2 = 100 − 𝐿1
3. Menentukan nilai Rx” di sisi 3
𝑅𝑥" =𝐿2
𝐿1 × 𝑅𝑏
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
117
4. Menentukan nilai Rx’ di sisi 4
𝑅𝑥′ =𝐿1
𝐿2 × 𝑅𝑏
5. Menentukan Rxn
𝑅𝑥𝑛 = √𝑅𝑥𝑛′ × 𝑅𝑥𝑛"
n=1; n=2 ; n=seri ; n=paralel
B. Secara Teori
1. Rangkaian seri
𝑅𝑥𝑠𝑒𝑟𝑖 = 𝑅𝑥1 + 𝑅𝑥2
2. Rangkaian Paralel
𝑅𝑥𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝑅𝑥1 × 𝑅𝑥2
𝑅𝑥1 + 𝑅𝑥2
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Soeprapto, Muhammad Ridwan, Irma Amelia. 2016.
Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: ITENAS.
2. Bloemen. A. F.P. H, Mesritz, A.D., Alat-alat Ukur Listrik dan
Rangkaiannya. H. STAM. 1949.
3. Tyler. A Laboratory Manual of Physics. Edward Arnold. 1967.
4. Young, H. D; Freedman, R. A. (2000). Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
118
PERCOBAAN L3
(PERUBAHAN ENERGI LISTRIK MENJADI ENERGI
TERMAL)
Disusun Oleh:
DENNY SAPUTRA
(13-2019-146)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
119
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – LISTRIK
PERCOBAAN L3 – PERUBAHAN ENERGI LISTRIK MENJADI
ENERGI TERMAL
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena perubahan energi listrik menjadi
energi termal.
II. TEORI
Hukum Kekekalan Energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat
dimusnahkan ataupun diciptakan, tetapi energi dapat berpindah
tempat atau berubah bentuk. Pada perpindahan kalor terdapat sebuah
azas, yaitu Azas Black yang menyatakan bahwa besarnya kalor yang
dilepas dari temperatur tinggi akan sama dengan besarnya kalor
yang diterima di temperatur rendah dalam suatu sistem tertutup.
Dapat dirumuskan:
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
Energi listrik adalah kemampuan yang diperlukan untuk
memindahkan muatan-muatan listrik dari satu titik ke titik lain pada
selang
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
120
waktu tertentu. Energi termal adalah energi yang terjadi karena
perubahan suhu suatu benda.
Pada percobaan ini energi listrik diubah menjadi panas dengan
cara mengalirkan arus listrik pada suatu kawat penghantar
(konduktor) yang tercelup dalam air pada sebuah kalorimeter.
Dalam percobaan ini berlaku Hukum Joule. Hukum Joule
menuliskan bagaimana Energi Listrik diubah ke dalam Energi
Termal yang mana didalam suatu penghantar merupakan suatu
proses yang tidak dapat dibalik (hanya berlangsung satu arah). Joule
juga merumuskan perbandingan jumlah satuan usaha dengan
banyaknya kalor yang dihasilkan sesuai dengan persamaan (1) dan
(2):
U = V.I.t........................................................................(1)
Atau :
Q = a.V.I.t.....................................................................(2)
Dimana :
U = Usaha listrik (Joule)
Q = Kalor akibat energi listrik (kalori)
a = Tara kalor listrik (kal/J)
I = Besarnya arus listrik (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
T = Lama waktu pemberian arus listrik (detik)
Sedangkan kalor yang terjadi pada kalorimeter:
( )ma TTQ −=.............................................................(3)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
121
dimana suhu akhir (𝑇𝑎) harus dikoreksi karena adanya pertukaran
kalor dengan sekitarnya. Koreksi tersebut dinyatakan dengan
koreksi suhu dari Newton:
( ) tTTkT rk −−= ......................................................(4)
Dimana:
Q = Kalor yang diterima kalorimeter (kalori)
H = Harga air kalorimeter (kalori/°𝐶)
𝑇𝑎 = Temperatur akhir kalorimeter (°𝐶)
𝑇𝑚 = Temperatur mula-mula kalorimeter (°𝐶)
∆𝑇 = Koreksi suhu (°𝐶)
k = Konstanta koreksi suhu Newton (s-1)
𝑇𝑘 = Suhu kalorimeter rata-rata (°𝐶)
𝑇𝑟 = Suhu ruang rata-rata (°𝐶)
∆𝑡 = Selang waktu pertukaran kalor (s)
Selain itu pada suatu zat yang mengalami usaha listrik dan kalor
secara bersamaan, terdapat besaran yang menyatakan perbandingan
antara energi listrik dengan kalor sistem yang biasanya disebut
dengan tara kalor listrik.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
122
Gambar 1. Rangkaian Percobaan
III. ALAT-ALAT
1. Kalorimeter lengkap dengan pengaduk.
2. Termometer 50 oC.
3. Amperemeter.
4. Voltmeter.
5. Sumber tegangan yang dapat diatur (Variac).
6. Stopwatch.
7. Gelas ukur.
8. Neraca teknis.
9. Kabel penghubung (5 buah).
10. Power supply.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan capaian modul percobaan L3!
2. Sebutkan alat-alat yang digunakan pada percobaan L3 beserta
fungsinya!
3. Sebutkan prosedur percobaan praktikum pada modul L3!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
123
4. Gambarkan rangkaian percobaan praktikum serta berikan
polaritasnya!
5. Apa yang dimaksud dengan usaha listrik dan tara kalor listrik?
6. Apakah arti dan satuannya dari huruf-huruf yang dipakai dalam
rumus (1), (2), (3), dan (4) dalam satuan SI?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. Hukum Joule
b. Azas Black
c. Hukum Kekekalan Energi
8. Apa yang dimaksud dengan energi listrik? Berikan contoh
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
9. Apa yang dimaksud dengan energi termal? Berikan contoh
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
10. Sebutkan penerapan dalam kehidupan sehari-hari perubahan
energi listrik menjadi energi termal!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum praktikum!
2. Susun rangkaian seperti pada Gambar 1, jangan hubungkan
sumber arus dengan rangkaian! Kemudian minta asisten untuk
memeriksa!
3. Timbang kalorimeter kosong (𝑚𝑘) dan pengaduk yang
pegangannya dilepas (𝑚𝑝). Pastikan bahan pembuatnya!
4. Isi kalorimeter dengan air sampai kira-kira kawat pemanasnya
terendam! Usahakan temperatur air 3oC dibawah temperatur
ruang dengan memberi sedikit air es (Perhatikan cara
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
124
menggunakan termometer), kemudian timbang hingga massa air
dapat dihitung (𝑚𝑎)! .
5. Masukkan kalorimeter yang telah berisi air ini ke dalam
selubung luar dan pasang termometer (Usahakan ujung
termometer berada di pertengahan kawat pemanas dan dasar
kalorimeter)!
6. Lakukan percobaan pendahuluan tanpa arus listrik! Catat suhu
air dalam kalorimeter setiap 1 2⁄ menit selama 5 menit sambil
diaduk satu dua kali perlahan! (Jika percobaan pendahuluan
telah selesai, stopwatch jangan dimatikan)
7. Lakukan percobaan sebenarnya dengan mengalirkan arus listrik
sebesar 1,5 Ampere dengan cara mengatur arus masukan pada
variac. Catat tegangan yang terbaca pada voltmeter kemudian
catat suhu air dalam kalorimeter setiap 1 2⁄ menit lagi sambil
diaduk satu dua kali (Usahakan kuat arus selalu tetap dengan
mengatur tegangan pada variac) sampai suhu kalorimeter naik
kira-kira 3oC di atas suhu ruang! (Ingat, stopwatch jangan
dimatikan)
8. Matikan arus listrik, kemudian lakukan percobaan akhir! Catat
lagi suhu air dalam kalorimeter setiap 1 2⁄ menit selama 5 menit
sambil diaduk satu dua kali!
9. Ukur volume termometer yang tercelup ke dalam air dengan
menggunakan gelas ukur (Tanya asisten)!
10. Ulangi langkah V.4 s.d V.10 dengan kuat arus yang lain (Tanya
asisten)!
11. Catat keadaan ruang setelah praktikum!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
125
Catatan:
1. Selama percobaan pendahuluan, sebenarnya, dan akhir,
kalorimeter harus diaduk perlahan, jangan terlalu cepat dan
sering!
2. Kalor jenis termometer 0,46 kal/ml C
3. Kalor jenis aluminium 0,217 kal/ml C (17 - 100 C )
4. Kalor jenis kuningan 0,094 kal/ml C (15 - 100 C )
5. Setiap akan mulai percobaan ulang, air dalam kalorimeter
harus diganti dengan air baru.
Tabel Pengamatan
Data Pengukuran Percobaan ke-1 Percobaan ke-2
Massa kalorimeter/bahan (mk) ............... gr ............... gr
Massa pengaduk/bahan (mp) ............... gr ............... gr
Massa air + kalorimeter (ma+k) ............... gr ............... gr
Volume termometer tercelup (Vt) ............... ml ............... ml
Percobaan pendahuluan 5
menit tanpa arus
Percobaan sebenarnya
dengan arus … A dan
tegangan … V
Percobaan akhir 5 menit
arus diputus
t (menit) T (oC) t (menit) T (oC) t (menit) T (oC)
𝑡0 𝑇0 𝑡1 + 0,5 𝑡2 + 0,5
𝑡0 + 0,5
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
126
Percobaan pendahuluan 5
menit tanpa arus
Percobaan sebenarnya
dengan arus … A dan
tegangan … V
Percobaan akhir 5 menit
arus diputus
t (menit) T (oC) t (menit) T (oC) t (menit) T (oC)
𝑡1 𝑇1 𝑡2 𝑇2 𝑡3 𝑇3
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Temperatur ruang rata-rata (𝑇𝑟)
𝑇𝑟 = 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙+ 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
2 = ........... ()
2. Koreksi suhu Newton di T2
• ∆𝑇1 = |𝑇1− 𝑇0| = ................ ()
• ∆𝑡1 = |𝑡1 − 𝑡0| = .............. (s)
• 𝑇𝑘1 = 𝑇1+ 𝑇0
2 = .................. ()
• 𝑘1 = − ∆𝑇1
(𝑇𝑘1− 𝑇𝑟) ∆𝑡1 = .......... (𝑠−1)
• ∆𝑇3 = |𝑇3− 𝑇2| = ................ ()
• ∆𝑡3 = |𝑡3 − 𝑡2| = .............. (s)
• 𝑇𝑘3 = 𝑇3+ 𝑇2
2 = .................. ()
• 𝑘3 = − ∆𝑇3
(𝑇𝑘3 − 𝑇𝑟) ∆𝑡3 = .......... (𝑠−1)
• Syarat koreksi suhu Newton :
o 𝑘1 = 0 , 𝑘3 = 0 , Maka 𝑘2 = 0
o 𝑘1 ≠ 0 , 𝑘3 = 0 , Maka 𝑘2 = 𝑘1
o 𝑘1 = 0 , 𝑘3 ≠ 0 , Maka 𝑘2 = 𝑘3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
127
o 𝑘1 ≠ 0 , 𝑘3 ≠ 0 , Maka 𝑘2 = 𝑘1+ 𝑘3
2
𝑘2 = .................. (𝑠−1)
• 𝑇𝑘2 = 𝑇2+ 𝑇1
2 = .................. ()
• ∆𝑡2 = 𝑡2 − 𝑡1 = .............. (s)
• ∆𝑇2 = − 𝑘2(𝑇𝑘2 − 𝑇𝑟)∆𝑡2 = ................ ()
3. Suhu setelah koreksi (𝑇2′)
𝑇2′ = 𝑇2 + ∆𝑇2 = ................. ()
4. Usaha listrik (U)
𝑈 = 𝑉. 𝐼. ∆𝑡2 = ................... (Joule)
5. Harga air kalorimeter (H)
𝐻 = 𝑚𝑎. 𝑐𝑎 + 𝑚𝑝 . 𝑐𝑝 + 𝑚𝑘. 𝑐𝑘 + 𝑉𝑡. 𝑐𝑡 = .................. (𝑘𝑎𝑙
)
6. Kalor yang diterima (Q)
𝑄 = 𝐻(𝑇2′ − 𝑇0) = .................. (kal)
7. Tara kalor listrik (𝑎)
𝑎 = 𝑄
𝑈 = .................. (
𝑘𝑎𝑙
𝐽)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
128
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Robert A. Pelcovits; Joshua Farkus (2008). Barron’s AP Physics
C: Advanced Placement Examination . Barron’s Educational
Series.
2. Sears, Francis Weston, dan Zemansky, Mark Waldo. 1960.
College Physics. Addison-Wsley Publishing Company, Inc.
3. Tyler, F., B.Sc, Ph.D., F.Inst.P. 1967. A Laboratory Manual of
Physics. Edward Arnold (Publishers) Ltd, : London.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
129
PERCOBAAN L4
(KARAKTERISTIK KOMPONEN LISTRIK)
Disusun Oleh:
RIZA ARNITA SELA.P
(13-2019-187)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
130
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – LISTRIK
PERCOBAAN L4 – KARAKTERISTIK KOMPONEN LISTRIK
I. CAPAIAN
Menentukan tahanan dalam (r) dari lampu karbon dan wolfram.
II. TEORI
Berdasarkan fungsi dan cara kerjanya komponen listrik
dibedakan menjadi komponen pasif dan komponen aktif. Komponen
pasif adalah komponen yang dalam pengoperasiannya tidak
membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri.
Komponen pasif pada umumnya digunakan sebagai pembatas arus,
pembagi tegangan, tank circuit dan filter pasif.
Komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen
pasif diantaranya adalah resistor, kapasitor, induktor, saklar.
Sedangkan komponen aktif adalah komponen elektronika yang
dalam pengoperasiannya membutuhkan sumber tegangan atau
sumber arus dari luar. Komponen elektronika yang termasuk dalam
komponen aktif diantaranya dioda, transistor, IC (Integrated
Circuit), dan LED.
Apabila sebuah komponen listrik (misalnya lampu) diberi beda
potensial, maka di dalamnya akan dialiri arus listrik. Pada umumnya
untuk suatu hambatan yang biasa, grafik karakteristik I terhadap V
adalah linier dan memenuhi hukum Ohm:
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
131
V = I . R..............................................................................(1)
Dengan:
V = beda potensial antara ujung – ujung hambatan/komponen (V)
I = kuat arus yang melalui hambatan/komponen (A)
R = besarnya hambatan seluruh rangkaian (Ω)
Besarnya daya (power) oleh elemen listrik:
P = V. I ...............................................................................(2)
Rumus (1) dan (2) berlaku apabila dalam rangkaian tidak timbul
induksi dari atau induksi kapasitif.
Dalam percobaan untuk mengukur V (atau E) dan I, digunakan
dua metoda rangkaian seperti gambar (1) dan (2), dimana masing –
masing mempunyai perbedaan (kelemahan).
`
Gambar 1. Metode 1
Gambar 2. Metode 2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
132
Dengan rangkaian seperti gambar 1 dan 2, dapat diketahui kuat
arus yang melalui lampu beberapa beda potensial, sehingga nilai
hambatan dalam lampu (RL) dapat dicari.
Hukum Ohm, ditemukan dan dinamai menurut George Simon
Ohm yang menyatakan hubungan antara tegangan, arus dan
hambatan dari sebuah konduktor. Hal ini penting dalam merancang
rangkaian listrik dan elektronik untuk memastikan voltase dan arus
komponen tetap berada dalam spesifikasi. Hampir semua komponen
yang mampu membawa arus dianggap sebagai konduktor, hanya soal
apakah konduktornya Ohmik atau tidak. Perbedaan utama antara
konduktor Ohmik dan non-Ohmik adalah apakah mereka mengikuti
hukum Ohm atau tidak. Sebuah konduktor Ohmik akan memiliki
hubungan linier antara arus dan tegangan. Dengan konduktor non-
Ohmik, hubungannya tidak linier. Pada konduktor non-Ohmik nilai
tegangan dan nilai kuat arus tidak membentuk garis lurus pada grafik.
Gambar 3. Kurva Ohmik dan Non-Ohmik
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
133
Contoh yang baik dari sebuah konduktor Ohmik adalah
resistornya. Penurunan tegangan pada resistor berkorelasi langsung
dengan arus yang mengalir melewatinya. Tapi, ini hanya berlaku bila
resistor disimpan dalam kisaran suhu yang dinilainya. Karena
semakin banyak arus yang mengalir melalui sebuah resistor, maka
semakin banyak panas yang dihasilkan. Panas ini, bila menjadi
berlebihan bisa menyebabkan resistor menjadi non-Ohmik dan
resistan juga akan meningkat. Bahkan kabel biasa juga dianggap
sebagai konduktor Ohmik. Kabel biasa masih memiliki daya tahan
namun seringkali didesain sangat rendah untuk meminimalkan
kerugian.
Konduktor non-Ohmik tidak mengikuti hukum Ohm dan
dipengaruhi oleh suhu serta memiliki karakteristik tersendiri. Ada
sejumlah contoh konduktor non-Ohmik; termasuk filamen bohlam
dan semikonduktor seperti dioda dan transistor. Mari kita ambil
dioda. Sebuah dioda menyediakan voltase konstan yang hampir
konstan meskipun ada yang bervariasi saat ini, jadi tidak mengikuti
hukum Ohm. Kebalikannya terjadi pada filamen lampu; Bahkan saat
Anda meningkatkan voltase secara signifikan, hanya memungkinkan
sejumlah arus saat melewatinya.
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari
suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik
yang melewatinya. Hambatan adalah suatu penghambat yang akan
membatasi arus listrik yang mengalir pada komponen listrik.
Hambatan dari suatu penghantar mempengaruhi besar kecilnya arus
listrik yang melewatinya. Hambatan suatu bahan atau penghantar
nilainya berbeda-beda tergantung pada hambatan jenis, panjang, luas
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
134
penampang, dan suhu. Setiap resistor dengan bahan yang berbeda
akan memiliki hambatan jenis yang berbeda. Hambatan jenis resistor
berbanding lurus dengan nilai hambatan Sebuah alat yang dapat
digunakan secara langsung untuk mengukur besar kecilnya nilai
hambatan sebuah penghantar disebut ohm meter.
Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik yang bergantung terhadap besarnya
medan listrik dan kerapatan arus. Semakin besar resistivitas suatu
bahan makan semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan
untuk menimbulkan sebuah kerapatan arus. Hubungan antara
resistansi dan resistivitas adalah berbanding lurus, maka dapat
dinyatakan dengan rumus:
R= ρ L/A..………………………………………………...(3)
Dengan:
R = Resistansi ( Ω = ohm )
ρ = Resistivitas (Ωm)
L = Panjang konduktor (meter = m)
A = Luas Penampang Kawat (m2)
Jenis resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh suhu
yaitu thermistor. Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal
Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan
dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu
Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor
PTC (Positive Temperature Coefficient). Seperti namanya, Nilai
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
135
Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar
Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik / Negatif).
Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya,
semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif).
Gambar 3. Kurva Hubungan Hambatan dengan Suhu
III. ALAT-ALAT
1. Kit praktikum:
• Amperemeter AC,
• Voltmeter AC,
• Dudukan lampu,
• Dudukan kabel penghubung.
2. Lampu karbon,
3. Lampu wolfram,
4. Kabel penghubung (5 buah),
5. Sumber tegangan yang dapat diatur (Variac) dilengkapi kabel
bersteker.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
136
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan pengertian komponen listrik aktif dan pasif!
2. Jelaskan pengertian hambatan listrik dan persamaan untuk
menentukan besar hambatan berdasarkan hukum Ohm!
3. Jelaskan pengertian hambatan ohmik dan non-ohmik!
4. Jelaskan grafik hambatan dalam (r) terhadap suhu (T) untuk
hambatan Ohmik dan non-Ohmik! Gambarkan grafiknya!
5. Jelaskan perbedaan hambatan dalam dan hambatan luar!
6. Apa yang menyebabkan besarnya hambatan dalam dapat
bertambah pada suatu komponen listrik?
7. Gambarkan skema rangkaian listrik pada percobaan ini beserta
polaritasnya untuk
(2 metode)!
8. Jelaskan perbedaan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel!
Sekurang-kurangnya sebutkan 5 perbedaan.
9. Apa itu lampu karbon? Jelaskan komponen/unsur pembentuk
kawat penghantar dari lampu karbon!
10. Apa itu lampu wolfram? Jelaskan komponen/unsur pembentuk
kawat penghantar dari lampu wolfram!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Pasang lampu karbon pada dudukan lampu yang terdapat pada
kit praktikum, kemudian susunlah rangkaian seperti pada
Gambar 1, variac tidak dihubungkan dengan sumber tegangan!
Pastikan variac berada dalam kondisi minimum dan perhatikan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
137
kondisi suhu awal lampu (kondisi lampu dalam keadaan
temperatur ruangan sebelum percobaan / dingin dan tidak pecah)!
3. Setelah rangkaian diperiksa oleh asisten, hubungkan rangkaian
dengan sumber, kemudian nyalakan variac!
4. Dengan mengatur variac, catatlah kuat arus yang terukur pada
amperemeter dan tegangan pada voltmeter untuk setiap kenaikan
harga beda potensial (lihat tabel data pengamatan)! Catat pula
nilai kuat arus dan tegangan untuk setiap penurunan harga beda
potensial (Tanya asisten)!
5. Atur variac hingga minimum, kemudian matikan!
6. Ulangi langkah V.2 s.d. V.5 dengan menggunakan lampu
wolfram!
7. Setelah temperatur kedua lampu kembali seperti semula, ulangi
langkah V.2 s.d. V.5 dengan menggunakan lampu karbon yang
dirangkai seri dengan lampu wolfram! Beri keterangan saat salah
satu lampu lampu menyala terlebih dahulu, saat keduanya
menyala, serta lampu yang menyala lebih terang (Tanya asisten)!
8. Ulangi langkah V.7 dengan menggunakan lampu karbon yang
dirangkai paralel dengan lampu wolfram! Perhatikan kuat arus
yang terukur pada amperemeter ketika kenaikan harga beda
potensial (bila kuat arus sudah hampir mencapai batas ukur
maksimal amperemeter, maka harga beda potensial tersebut
menjadi harga minimum yang diamati)!
9. Ulangi langkah V.2 s.d. V.8 untuk rangkaian seperti pada gambar
2!
10. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
138
VI. DATA PENGAMATAN
Tabel Keadaan Ruang
Keadaan Awal Akhir
Suhu ( C )
Kelembapan (%)
Tekanan (mmHg)
Tabel Pengamatan
Metode 1 Lampu Karbon dan Lampu Wolfram dirangkai Seri
V (Volt) I +(mA) I- (mA) V +(Volt) V- (Volt)
Keterangan
60
80
100
120
140
160
Metode 2 Lampu Karbon dan Lampu Wolfram dirangkai Seri
V (Volt) I +(mA) I- (mA) V +(Volt) V- (Volt) Keterangan
60
80
100
120
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
139
Metode 2 Lampu Karbon dan Lampu Wolfram dirangkai Seri
V (Volt) I +(mA) I- (mA) V +(Volt) V- (Volt) Keterangan
140
160
Metode 1 Lampu Karbon dan Lampu Wolfram dirangkai Paralel
V (Volt) I +(mA) I- (mA) V +(Volt) V- (Volt) Keterangan
40
60
80
100
Metode 2 Lampu Karbon dan Lampu Wolfram dirangkai Paralel
V (Volt) I +(mA) I- (mA) V +(Volt) V- (Volt) Keterangan
40
60
80
100
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
140
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Tegangan Rata-Rata ()
=𝑉+ + 𝑉−
2
2. Arus Rata-Rata (𝐴)
𝐼 =𝐼+ + 𝐼−
2
3. Tahanan Dalam (Ὠ)
𝑟 =
𝐼
4. Daya (𝑊𝑎𝑡𝑡)
𝑃 = . 𝐼
5. Grafik 𝑉 (volt) terhadap 𝐼 (Ampere)
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆𝑉
∆𝐼=
𝜃
𝑉 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝐼 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
Titik sentroid
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
141
6. Grafik r (Ὠ) terhadap 𝐼 (ampere)
Sumbu x (I) Sumbu y (V)
Titik Sentroid = [ampere] =
[Volt]
Sumbu
x (P)
Sumbu
y (r)
Titik Sentroid =
[𝑤𝑎𝑡𝑡]
=
[ Ὠ ]
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆𝑟
∆𝐼=
𝜃
Titik sentroid
𝑟 (Ὠ)
𝐼 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
142
7. Grafik r (Ὠ) terhadap 𝑃 (watt)
Sumbu x (I) Sumbu y (r)
Titik Sentroid = [ampere] = [ Ὠ ]
𝑡𝑎𝑛𝜃 = ∆𝑟
∆𝑃=
𝜃
𝑟 (Ὠ)
𝑃 (𝑤𝑎𝑡𝑡)
Titik sentroid
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
143
VII. DAFTAR PUSTAKA
Andar Soeprapto, Muhammad Ridwan. 2016. Buku Petunjuk
Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Laboratorium Fisika Dasar
Itenas.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
144
PERCOBAAN L5
(TERMOELEMEN)
Disusun Oleh:
GINA NUR FATIMAH
(14-2019-010)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
145
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA- LISTRIK
PERCOBAAN L5 – TERMOELEMEN
I. CAPAIAN
1. Mampu menjelaskan prinsip kerja termokopel.
2. Dapat menentukan titik lebur dari paduan logam.
II. TEORI
Pada tahun 1822, ilmuwan Jerman bernama Thomas Johann
Seebeck melakukan percobaan dengan menghubungkan plat bismuth
diantara kawat-kawat tembaga. Hubungan (sambungan) tersebut
diberi temperatur yang berbeda-beda. Ternyata, pada rangkaian
tersebut muncul arus listrik. Munculnya arus listrik mengindikasikan
adanya beda potensial antara ujung-ujung kedua sambungan. Dari
percobaan Seebeck tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
adanya perbedaan temperatur antara kedua sambungan logam
tersebut akan menyebabkan munculnya gaya gerak listrik antara
ujung-ujung sambungan. Gaya gerak listrik yang muncul ini disebut
dengan gaya gerak listrik termo dan sumbernya disebut
termoelemen.
Termoelemen adalah elemen berupa sumber arus listrik searah
dari proses yang terjadi akibat adanya perbedaan temperature.
Sedangkan, termokopel adalah elemen-elemen atau komponen yang
digunakan untuk menghantarkan panas. Termokopel sendiri berupa
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
146
dengan sambungan lainnya. Hal ini akan menimbulkan terjadinya
Gaya Gerak Listrik (GGL). Timbulnya GGL akibat perbedaan
temperatur ini diakibatkan oleh kerapatan elektron pada material
sehingga elektron akan mudah berpindah dari yang rapat ke yang
renggang (kawat yang berbeda). GGL (gaya gerak listrik) merupakan
tegangan ketika sumber tidak terhubung ke rangkaian listrik. Satuan
gaya gerak listrik adalah Joule/coulomb yang sama dengan volt.
Gaya gerak listrik tidak bergantung pada diameter kawat logam
maupun panjangnya, akan tetapi bergantung pada jenis bahan logam
dan temperatur-temperatur sambungan. Besarnya GGL yang terjadi
berbanding lurus dengan perbedaan temperatur. Jadi dapat
dirumuskan sebagai berikut ; GGL yang terjadi sebanding dengan
selisih temperatur. GGL ~ ∆T
A
K R
T2
Rx
Cu
KonstantanT1
Es
Gambar 1. Skema termoelemen
Bila ada hambatan luar dan hambatan dalam (R + Rx) pada rangkaian
maka:
GGL = (R +Rx)…………………………………..............(1)
I sebanding dengan penyimpangan jarum galvanometer G (A), jadi:
𝛥𝑇 = 𝑘 ⋅ 𝐺 ⋅ (𝑅 + 𝑅𝑥)..........................................................(2)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
147
Dengan:
T = perbedaan suhu ujung-ujung termoelemen (T2 – T1)
k = suatu konstanta pembanding
G = penyimpangan jarum galvanometer
R = hambatan luar yang ditambahkan (diketahui)
Rx = hambatan dalam rangkaian selebihnya (belum diketahui)
Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk
menahan atau menentang aliran arus lisrik. Besarnya hambatan pada
sebuah rangkaian listrik menentukan jumlah aliran arus pada
rangkaian untuk setiap tegangan yang diberikan pada rangkaian dan
sesuai dengan prinsip Hukum Ohm.
Berbagai jenis dari termokopel telah diciptakan dengan variasi
bahan dan rentang temperatur yang berbeda-beda. Hal ini
memungkinkan adanya penggunaan yang juga lebih spesifik. Berikut
ini tabel jenis termokopel dengan rentang temperatur yang dimiliki.
Tabel 1. Jenis termokopel dengan temperatur maksimum pengukuran
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
148
III. ALAT-ALAT
1. Kawat termoelemen ( konstantan dan tembaga)
2. Multimeter digital sebagai Galvanometer
3. Gelas kimia
4. Pot berisi paduan logam
5. Komutator
6. Bangku hambatan
7. Ketel Uap Air
8. Alat Pembakar
9. Kabel-kabel (5 buah)
10. Termometer
11. Stopwatch
12. Es
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan perbedaan antara GGL dan tegangan jepit!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hambatan listrik!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis hambatan listrik!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tegangan listrik!
5. Jelaskan bagaimana proses terjadinya perubahan energi termal ke
listrik!
6. Gambarkan skema termoelemen dan jelaskan!
7. Jelaskan prinsip terjadinya emf pada termokopel!
8. Jelaskan perbedaan antara termoelemen dan termokopel!
9. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis termokopel!
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan titik lebur pada logam!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
149
V. PROSEDUR PERCOBAAN
PERCOBAAN 1
1. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
sebelum percobaan.
2. Periksa termoelemen yang akan dipakai (apakah sudah baik
sambungan-sambungannya dan tidak pecah)
3. Isi ketel uap air dengan air kira-kira setengahnya, kemudian
masukkan es ke dalam gelas kimia.
4. Pasang satu sisi tabung kaca termoelemen pada bosshead dan
masukkan satu sisi lainnya pada gelas kimia berisi es.
5. Pasang kawat termoelemen ke komutator. Hubungkan komutator
dengan galvanometer.
6. Hubungkan galvanometer dengan bangku hambatan kemudian
hubungkan bangku hambatan dengan komutator.
7. Periksa kembali rangkaian, apakah sudah terpasang dengan baik
dan sesuai dengan gambar 5.1.
8. Kemudian nyalakan kompor untuk memanaskan ketel uap!
(Pastikan termometer menyentuh es, bukan bejana)
9. Bila air sudah mendidih, buatlah bangku hambatan (R) menjadi
1.500 Ω, kemudian mengubah komutator ke dalam keadaan on.
10. Catat nilai arus yang terbaca pada galvanometer (Bila (+), catat
di kolom GGL (A(+)), bila (-), catat di kolom GGL (A(-) ).
11. Pindahkan kontak komutator dari sisi on yang satu ke sisi on yang
lainnya. Catat nilai arus yang terbaca pada galvanometer.
12. Turunkan harga R sebanyak 100 Ω. Ulangi langkah 10 dan 11.
13. Ulangi langkah 12 hingga harga R mencapai 100 Ω.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
150
14. Matikan kompor dan ubah kontak komutator ke dalam keadaan
off.
PERCOBAAN 2
1. Ganti ketel uap air dengan pot paduan logam.
2. Buatlah bangku hambatan pada 100 Ω.
3. Ubah kontak komutator dalam keadaan on. Nyalakan kompor
dan hidupkan stopwatch secara bersamaan, kemudian catat arus
yang terbaca pada galvanometer setiap ½ menit hingga seluruh
paduan logam melebur.
4. Setelah paduan logam melebur seluruhnya (stopwatch jangan
dimatikan), matikan kompor, lanjutkan pengamatan dan catat
arus yang terbaca pada galvanometer setiap ½ menit hingga
seluruh paduan logam mengeras kembali.
5. Ukur kembali suhu es pada gelas kimia.
6. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
setelah percobaan.
Catatan:
Paduan logam tidak boleh kontak langsung dengan termoelemen.
VI. PENGOLAHAN DATA
DATA PENGAMATAN
A. Data Keadaan Ruang
Keadaan Ruang Tekanan ( mmHg ) Suhu ( ˚C ) Kelembaban ( % )
Sebelum
Setelah
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
151
B. Data Suhu Es
Parameter Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan
Suhu es ( Tes )
C. Data GGL (1)
R (Ω) G+( μA ) G- ( μA )
1500
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
D. Data GGL (2)
t (menit) G ( μA )
0,5
1
1,5
2
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
152
t (menit) G ( μA )
2,5
3
3,5
PENGOLAHAN DATA
Percobaan 1
1. Menghitung tekanan ruang rata-rata (mmHg)
=+
=2
PakhirPawalP
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
153
2. Menentukan temperatur air berdasarkan P ()
P = .... mmHg Ta = ....
3. Menghitung temperatur es ()
=+
=2
akhiresawales
es
TTT
4. Menghitung temperatur akhir ( 0T ) ()
=−= esa TTT0
5. Menghitung arus rata –rata (𝐴)
𝐺 =𝐺+ + 𝐺−
2=
6. Membuat grafik ∆𝑇
𝐺 terhadap R
Gambar 2. Grafik ∆𝑇
𝐺 terhadap R
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0 0,5 1 1,5 2 2,5
∆𝑇⁄G
R
C
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
154
𝑡𝑎𝑛 𝜃 = ∆𝑦
∆𝑥 = k
7. Menentukan hambatan dalam (ohm
𝑅𝑋 = 𝐶
𝑘
Percobaan 2
1. Membuat grafik A terhadap t
Gambar 3. grafik G terhadap t
2. Menentukan titik lebur
𝑇𝐿 = 𝑘 . 𝐺𝐿( 𝑅 + 𝑅𝑋 ) + 𝑒𝑠
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Karim, Saeful dan Sunardi. 2003. Penentuan Elektromotansi
Termal Beberapa Jenis Termokopel Dengan Pasangan Logam
Yang Bervariasi. Bandung : UPI
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
G
t
AL
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
155
2. Samadi, Sri Wulan. 2014. Penerapan PhET Simulation
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Listik Dinamis.
Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
3. Soedojo, Peter. 2018. Azas-Azas Ilmu Fisika Jilid 2 : Listrik
magnet. Yogyakarta : UGM Press
4. Soeprapto Andar, Drs., Muhammad Ridwan, S.T., M.T., Irma
Amelia, S.Kom, M.T., Dkk. 2017. Buku Petunjuk Praktikum
Fisika Dasar. Bandung : Laboratorium Fisika Dasar Itenas
Bandung
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
156
PERCOBAAN L6
(REAKTANSI KAPASITIF DAN INDUKTIF)
Disusun Oleh:
FARIQ HUZAIR
(11-2019-005)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
157
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – LISTRIK
PERCOBAAN L6 – REAKTANSI KAPASITIF DAN INDUKTIF
I. CAPAIAN
Memahami prinsip kapasitor dan induktor pada arus bolak – balik.
II. TEORI
Kapasitor merupakan komponen elektronika yang berfungsi
untuk menyimpan muatan listrik sementara. Besaran yang diukur
pada sebuah kapasitor adalah kapasitansi yang dinotasikan sebagai
C. Satuan kapasitansi adalah farad (F). Fungsi kapasitor dalam
rangkaian elektronika:
1. Untuk Menyimpan muatan listrik sementara.
2. Untuk meredam noise atau ripple dibutuhkan saat mengubah
(Alternating Current) AC menjadi (Direct Current) DC.
Induktor atau dikenal juga dengan coil adalah komponen
elektronika pasif yang terdiri dari susunan lilitan kawat yang
membentuk sebuah kumparan. Pada dasarnya, induktor dapat
menimbulkan medan magnet jika dialiri oleh arus listrik. Medan
magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam
waktu yang relatif singkat.
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor,
diantaranya adalah :
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
158
1. Jumlah lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi
induktansinya.
2. Diameter Induktor, semakin besar diameternya semakin
tinggi pula induktansinya.
3. Permeabilitas Inti, yaitu bahan inti yang digunakan seperti
Udara, Besi, ataupun Ferit.
4. Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Coil)
tersebut semakin tinggi induktansinya.
Gejala umum dari listrik mengalir baik arus searah maupun arus
bolak-balik tetap sama sehingga hukum-hukum dasar yang berlaku
pada arus searah tetap berlaku terhadap arus listrik bolak-balik
seperti hukum Ohm, hukum Kirchoff, dan lain-lain.
Arus bolak-balik mengalir dengan arah yang berbalik secara
periodik sedangkan arus searah mengalir dengan arah yang tetap.
Pengertian hambatan dalam arus searah berbeda dengan hambatan
dalam arus bolak – balik yang biasa disebut dengan impedansi. Tidak
hanya resistor, kapasitor dan induktor pun memiliki sifat
menghambat arus listrik. Sifat menghambat arus listrik dari kapasitor
dan induktor dalam arus bolak-balik disebut reaktansi.
Apabila sebuah komponen listrik (misalnya lampu) diberi beda
potensial, maka di dalamnya akan dialiri arus listrik.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
159
Gambar 1 Rangkaian sederhana
Pada umumnya untuk suatu hambatan yang biasa, grafik
karakteristik I terhadap V adalah linier dan memenuhi hukum Ohm.
Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah: “Besar arus listrik
(I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang
diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya
(R)”.
V=𝐼 𝑥 𝑅…………………..............................................…(1)
dengan:
V = beda potensial antara ujung – ujung hambatan/komponen (Volt)
I = kuat arus yang melalui hambatan/komponen (Ampere)
R = besarnya hambatan di seluruh rangkain (Ohm)
Gambar 2a Rangkaian Kapasitor Tunggal
AC R
CATU
DAYA V
A
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
160
Gambar 2b Rangkaian Kapasitor Seri
Gambar 2c Rangkaian Kapasitor Pararel
Hubungan yang sama juga berlaku dalam rangkaian AC yang
tersusun dari sebuah kapasitor dengan kapasitansi C dan tegangan V.
Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk
V=I. XC………………………….......................................(2)
Dengan Xc disebut reaktansi kapasitif. Dimana reaktansi
kapasitif ialah sifat menghambat arus listrik dari kapasitor,
dinyatakan dalam bentuk
XC = 1
2𝜋𝑓𝑐…………………………………………………(3)
Untuk kapasitor yang dirangkai seri, kapasitor total (CT)
dirumuskan sebagai berikut:
1
𝐶𝑇 =
1
𝐶1+
1
𝐶2+
1
𝐶3+ ⋯
1
𝐶𝑛………………………………..(4)
sedangkan untuk kapasitor yang dirangkai pararel, kapasitor total
(CT) dirumuskan sebagai berikut:
CT = C1 + C2 + C3 + … + Cn……………………………...(5)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
161
Gambar 3a Rangkaian Induktor Tunggal
Gambar 3b Rangkaian Induktor Seri
Gambar 3c Rangkaian Induktor Pararel
Serupa juga dalam rangkaian AC yang tersusun dari sebuah
induktor dengan induktansi L dan tegangan V. Hubungan tersebut
dinyatakan dalam bentuk:
V = I . XL…………………………………………………(6)
Dengan XL disebut rektansi induktif. Dimana reaktansi induktif
ialah sifat menghambat arus listrik dari Induktor, dinyatakan dakam
bentuk
XL = 2πfL……………………………………....................(7)
CATU
DAYA V
A
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
162
Untuk induktor yang dirangkai seri, induktor total (LT)
dirumuskan sebagai berikut:
LT = L1+ L2 + L3 + … + Ln…………………….................(8)
Sedangkan untuk induktor yang dirangkai pararel, induktor total
(LT) dirumuskan sebagai berikut:
1
𝐿𝑇 =
1
𝐿1+
1
𝐿2+
1
𝐿3+⋯+
1
𝐿𝑛……………………………...(9)
Nilai reaktansi berasal dari nilai hambatan yang ada pada
kapasitor dan induktor. Beban kapasitif menyatakan impedansi yang
kapasitansinya lebih besar dari induktansinya. Demikian sebaliknya,
beban induktif menyatakan bahwa induktansi pada rangkaian itu
lebih besar dibandingkan dengan kapasitansinya.
III. ALAT – ALAT
1. Catu daya.
2. Induktor 500 lilitan (4,7 mH).
3. Induktor 1000 lilitan (19,6 mH).
4. Multimeter digital.
5. Oscilloscope beserta probe-nya.
6. Kabel penghubung (5 buah).
7. Kabel berpenjepit buaya (2 buah).
8. Kapasitor 5μF.
9. Kapasitor 10μF.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan perbedaan antara sumber AC dan DC!
2. Jelaskan apa itu reaktansi? Sebutkan macamnya dan jelaskan!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
163
3. bagaimana hubungan frekuensi terhadap sumber DC dan
sumber AC?
4. Jelaskan perbedaan dari resistansi, reaktansi, dan impedansi!
5. Apa yang kalian ketahui tentang polaritas pada rangkaian
listrik!
6. Dari gambar dibawah ini:
a. Berapa nilai kapasitansi total dari rangkaian tersebut?
b. Jika rangkaian diberi sumber tegangan AC yang memiliki
frekuensi 50 Hz, berapa nilai reaktansi kapasitif total dari
rangkaian tersebut?
7. Dari gambar dibawah ini:
a. Berapa nilai induktansi total dari rangkaian tersebut?
b. Jika rangkaian diberi sumber Tegangan AC yang memiliki
frekuensi 50 Hz, berapa nilai reaktansi induktif total yang
dari rangkaian tersebut?
AC
50 µF 100 µF
50 µF 50 µF
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
164
8. Jelaskan perbedaan antara rangkaian seri dan paralel!
9. Gambarkan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan 2
kapasitor yang dirangkai seri dengan catu daya dan gambaran
pula 2 kapasitor yang dirangkai secara pararel dengan catu
daya!
10. Gambarkan rangkaian listrik sederhana dengan menggunakan 2
Induktor yang dirangkai seri dengan catu daya dan gambaran
pula 2 Induktor yang dirangkai secara pararel dengan catu daya!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Pasangkan probe pada oscilloscope (oscilloscope dalam
keadaan tidak terhubung ke sumber tegangan)! Kenali dahulu
tombol – tombol yang terdapat pada oscilloscope (tanya
asisten)!
3. Hubungan oscilloscope dengan sumber tegangan, kemudian
kalibrasi oscilloscope tersebut! (tanya asisten)
4. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 3a dengan
menggunakan catu daya sebagai sumber AC, multimeter digital
sebagai amperemeter, induktor 500 lilitan, dan oscilloscope
AC 150mH
150mH
150mH 300mH
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
165
sebagai voltmeter! Perhatikan selector yang digunakan pada
multimeter digital!
5. Perhatikan cara penggunaan multimeter digital sebagai
amperemeter dan cara pembacaan tegangan pada oscilloscope!
6. Nyalakan catu daya, catatlah kuat arus pada multimeter digital
dan tegangan peak to peak (Vp-p) pada oscilloscope untuk setiap
kenaikan harga beda potensial (lihat tabel data pengamatan)!
Catat pula nilai kuat arus dan tegangan peak to peak (Vp-p) untuk
setiap penurunan harga beda potensial! (tanya asisten)
7. Ulangi langkah V.A.3 s.d. V.A.6 dengan menggunakan
induktor 1.000 lilitan, kemudian dua buah induktor yang
dirangkai seri, dan dua buah induktor yang dirangkai pararel!
8. Susunlah rangkaian seperti pada gambar 2a dengan
menggunakan catu daya, multimeter digital sebagai
amperemeter, kapasitor 5 μF (setelah muatan listrik yang
tersimpan pada kapasitor dikosongkan), dan oscilloscope
sebagai voltmeter!
9. Nyalakan catu daya, catatlah kuat arus pada multimeter digital
dan tegangan peak to peak (Vp-p) untuk setiap penurunan harga
beda potensial (tanya asisten)!
10. Ulangi langkah V.A.9 dengan menggunakan kapasitor 10 μF,
kemudian dua buah kapasitor (5 μF dan 10μF) yang dirangkai
seri, dan dua buah kapasitor yang dirangkai pararel!
11. Catat keadaan ruang setelah praktikum.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
166
Tabel keadaan ruang
Awal Akhir
Suhu (ºC)
Tekanan (mmHg)
Kelembapan (%)
Tabel Percobaan Induktor
Induktor
Tegangan
Catu Daya
(V)
Voltase (volt) Arus (ampere)
V+ V- I+ I- Volt/
Div
500 lilitan
1000 lilitan
500 dan 1000
lilitan
dirangkai seri
500 dan 1000
lilitan
dirangkai
paralel
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
167
Tabel percobaan kapasitor
Kapasitor
Tegangan
Catu Daya
(V)
Voltase (volt) Arus (ampere)
V+ V- I+ I- Volt/
Div
5 μF
10 μF
5 μF dan
10 μF
dirangkai seri
5 μF dan
10 μF
dirangkai
paralel
VI. PENGOLAHAN DATA
A. INDUKTOR
1. Veff + =
V+
2√2 = ….. volt
Veff - =
V−
2√2 =….volt
2. V = (Veff+) + (Veff−)
2 = ….. volt
3. I = (I+)+(I−)
2 = ….. A
4. v = ∑V
n = ….. volt
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
168
5. I = ∑I
n = ….. A
6. XL = v
I = ….. ohm (Ω)
7. L = XL
2πf = ….. H
8. Grafik V(Volt) terhadap I(A)
9. L = tanθ
2πf = ….. H (Berdasarkan Grafik)
B. KAPASITOR
1. Veff + =
V+
2√2 = ….. volt
Veff - =
V−
2√2 = ….. volt
2. V = (Veff+) + (Veff−)
2 = ….. volt
3. I = (I+)+(I−)
2 = …..A
4. v = ∑V
n = ….. volt
5. I = ∑I
n = ….. A
6. XC = v
I = ….. ohm (Ω)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
169
7. C = 1
2πfXc = ….. F
8. Grafik V(Volt) terhadap I(A)
9. C = 1
2πf x tanθ = ….. F (Berdasarkan Grafik)
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar Soeprapto, Muhammad Ridwan. 2016. Buku Petunjuk
Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Laboratorium Fisika Dasar
Itenas.
2. Young, H. D; Freedman, R. A. (2000). Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2. Penerbit Erlangga.
3. Zuhal; Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektroteknik.
Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
4. Edminister, J. A. 2002. Elektromagnetika. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
170
PERCOBAAN P1
(ANGKA MUAI PANJANG)
Disusun Oleh:
ANISA DWIPUTRI
(25-2019-011)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
171
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – PANAS
PERCOBAAN P1–ANGKA MUAI PANJANG LOGAM
I. CAPAIAN
Mahasiswa mampu menghitung nilai angka muai panjang jenis
logam.
II. TEORI
Pemuaian ialah pertambahan dimensi (panjang, luas, dan
volume) suatu benda dengan adanya kalor yang mempengaruhi.
Pemuaian terdiri dari tiga macam jenis yakni pemuaian zat padat,
pemuaian zat cair dan pemuaian gas. Pemuaian zat padat terdiri dari
3 jenis pemuaian, yaitu:
• Muai panjang
Muai panjang adalah terjadinya penambahan panjang pada
suatu benda karena adanya kalor yang memengaruhinya. Faktor
yang menentukan besarnya pemuaian panjang suatu zat
dinamakan koefisien muai panjang (α). Terdapat beberapa faktor
yang memengaruhi pemuaian panjang zat antara lain ialah
panjang awal benda, suhu dan jenis bahan pada zat tersebut.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
172
Gambar 1. Pemuaian Panjang Benda
• Muai Luas
Muai luas ialah terjadinya penambahan luas pada suatu zat
karena ada kalor yang memengaruhinya. Koefisien muai luas
biasanya dilambangkan dengan Beta (β).
Gambar 2. Pemuaian Luas Benda
• Muai Volume
Muai volume merupakan pertambahan volume suatu zat
karena ada kalor yang memengaruhi. Muai volume terjadi pada
benda atau zat tiga dimensi. Lambang untuk koefisien muai
volume ialah gamma (γ).
Gambar 3. Pemuaian luas volume
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
173
Kalor, Temperatur dan Panas
• Kalor adalah suatu energi yang berpindah dari zat yang
memiliki temperatur tinggi ke zat yang memiliki temperatur
lebih rendah.
• Temperatur adalah nilai yang menyatakan derajat panas suatu
benda.
• Panas adalah sifat dari energi yang dapat dirasakan.
Perpindahan Kalor
Suatu benda akan memuai karena adanya perpindahan kalor.
Perpindahan kalor adalah perpindahan energi kalor karena adanya
perbedaan temperatur. Proses perpindahan kalor dibagi menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan kalor tanpa
disertai dengan perpindahan partikelnya. Proses konduksi
ini secara umum terjadi pada logam atau yang bersifat
konduktor (menghantarkan panas).
2. Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan
disertainya perpindahan partikel. Konveksi ini terjadi
umumnya pada zat fluida (zat yang mengalir) seperti air dan
udara. Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi
alami dan konveksi paksa.
3. Radiasi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
174
Radiasi merupakan proses perpindahan kalor melalui
Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari
matahari.
Koefisien Muai Panjang
+
UAP
PENJEPIT
PIPA
L0
PEMBERAT
JARUM
SKALA
TE
RM
OM
ET
ER
Gambar 4. Skema alat
Untuk menentukan angka muai panjang, dapat dilakukan
percobaan dengan jalan mengukur pertambahan panjang/pemuaian
logam ditentukan dari persamaan:
0a TTT −= ........................................................................... (1)
dengan:
0T= suhu mula-mula logam (oC)
aT= suhu akhir logam (oC)
0T ditentukan dari suhu ruangan sebelum percobaan, sedangkan aT
didapat dari persamaan:
2
TTT du
a
+=
........................................................................... (2)
dengan:
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
175
uT= suhu maksimum uap yang keluar (oC)
dT= suhu didih air ( Tabel Boiling Point of Water)
Untuk menentukan pertambahan panjang logam L dilakukan
dengan mengukur perubahan penunjukkan jarum pada skala S.
Hubungan L dengan S ini dinyatakan dalam persamaan:
SR
rL =
........................................................................... (3)
dengan:
r = jari-jari roda penumpu (cm)
R= panjang jarum diukur dari panjang roda (cm)
Untuk perbedaan antara R dan r terdapat pada gambar 2.
+
UAP
PENJEPIT
PIPA
L0
PEMBERAT
JARUM
SKALA
TE
RM
OM
ET
ER
S
L
r
R
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
176
Gambar 5. Jarum Peunjuk
Lalu menentukan nilai koefisien muai panjang dapat menggunakan
persamaan berikut:
Lt = L0 + ∆L ........................................................................... (4)
∆L = L0.α.∆T ........................................................................... (5)
keterangan:
∆L = Perubahan panjang (cm)
∆T = Perubahan suhu (oC)
Lt = Panjang akhir (cm)
α = Koefisien muai panjang (oC-1)
III. ALAT-ALAT
1. Pipa logam yang akan diukur ( 2 buah )
2. Termometer
3. ketel uap dan kompor
4. Jangka sorong
5. Slang
6. Ember
7. Alat pengukur –lengkap:
• Statif dengan penjepit dan jarum penunjuk
• Skala pengukur –pemuaian
• Mistar
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa yang dimaksud dengan pemuaian ?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pemuaian benda padat!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
177
3. Apa yang dimaksud dengan angka muai panjang, angka muai
luas, dan angka muai volume!?
4. Jelaskan hubungan antara angka muai panjang, angka muai luas,
dan angka muai volume!
5. Jelaskan perbedaan antara angka muai panjang, volume dan luas!
6. Rumus apakah yang digunakan dalam menentukan angka muai
panjang? Berikan keterangan pada setiap lambang!
7. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemuaian !
8. Apa yang dimaksud dengan kalor ? Sebutkan dan jelaskan jenis-
jenis perpindahan kalor!
9. Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari peristiwa
perpindahan kalor!
10. Sebutkan jenis – jenis konveksi! Dan berikan contohnya!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Ukur diameter luar roda berjarum penunjuk dengan
menggunakan jangka sorong dan panjang jarum penunjuk (tanya
asisten)!
3. Pasang kembali roda berjarum penunjuk seperti pada gambar 4
(jangan terlalu kencang)!
4. Pasanglah pipa logam yang akan ditentukan angka muainya pada
statip dan jepit secukupnya (jangan keras-keras).
5. Ukurlah panjang pipa dari jepitan sampai titik tumpuannya pada
roda berjarum penunjuk. Usahakan roda tumpuan itu mudah
bergerak tanpa slip, bila perlu beri beban tambahan.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
178
6. Isi ketel pemanas dengan air. Hubungkan lubang uap dan pipa
dengan selang.
7. Catat kedudukan jarum penunjuk dan suhu ruang.
8. Didihkan air dan tunggu sampai penunjukan suhu uap air oleh
termometer mencapai skala tertinggi (maksimum).Catatlah suhu
didih air tersebut. Dan catat suhu uap air dari tabel (tanyakan
asisten).
9. Catat penunjukan jarum saat suhu tertinggi dicapai. Perhatikan
apakah ada slip yang terjadi antara pipa dengan roda jarum.
10. Ukurlah suhu uap yang keluar pada bagian logam yang paling
dingin. (Bagian tak di jepit/tempat keluarnya uap). Perhatikan
jangka sampai aliran uap terhambat.
11. Matikan kompor.
12. Tunggu sampai suhu pipa kembali pada kedudukan sebelum di
panaskan. Catat kedudukan jarum.
13. Ulangi percobaan ini dengan pipa yang sama, dan lakukan
langkah V.1 Sampai V.12
14. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Catatan:
Setiap kali akan memanaskan ketel air, pastikan masih cukup air
didalam katel!
DATA RUANG
Awal Akhir
Suhu (ºC)
Tekanan (mmHg)
Kelembapan (%)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
179
Awal Akhir
Tekanan Rata-rata (mmHg)
Tr (ºC)
Tabel hasil pengukuran
Panjang Jarum =
Diameter Roda =
Jari-jari roda =
L0 (cm) S0 (cm) S1 (cm) S2 (cm) Tu (ºC)
Logam I
Logam II
Tabel hasil perhitungan
Ta (ºC) T S L α γ
Logam I
Logam II
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Logam 1
1. Menetukan tekanan rata-rata (mmhg)
=
+=
2
PakhirPawalP
2. Mencari titik didih air berdasarkan literatur, dilihat dari
tekanan rata – rata (Td).
3. Menetukan suhu akhir logam (ºC)
=+
=2
dua
TTT
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
180
4. Menentukan temperatur ruang rata-rata( ºC )
=+
==2
0akhirawal
r
TTTT
5. Menentuka selisih suhu (ºC)
=−= oa TT
6. Menentukan simpangan jarum (cm)
=
+−=
2120 SS
SS
7. Menetukan pertambahan panjang (cm)
== S
R
rL
8. Menetukan koefisien muai panjang (oC-1)
=
=
TL
L
.0
9. Menetukan koefisisen muai volume (oC-1)
== 3
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Soeprapto, Muhammad Ridwan, Irma Amelia, Dkk.
2017. Buku Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung:
Laboratorium Fisika Dasar Institut Teknologi Nasional
Bandung.
2. Parambelem T. D. Rompas. 2011. Perpindahan Panas.
Universitas Negeri Manado – Sulawesi Utara ,Indonesia
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
181
PERCOBAAN P2
(KALOR JENIS ZAR DAN KALORIMETER)
Disusun Oleh:
YAN VERDY TARIGAN
(14-2018-054)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
182
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – PANAS
PERCOBAAN P2 - KALOR JENIS ZAT DAN KALORIMETER
I. CAPAIAN
Mampu menghitung kalor jenis keping tembaga dan keping gelas
II. TEORI
A. Definisi Kalor Jenis Zat
Konsep kalor erat kaitannya dengan fenomena panas dari suatu
benda, tetapi perlu dipahami bahwa kalor merupakan bentuk energi,
sedangkan panas adalah perubahan jumlah kalor pada suatu benda
ditandai dengan kenaikan suhu sehingga benda menjadi panas dan
dingin adalah penurunan suhu sehingga benda menjadi lebih dingin.
Pada beberapa kondisi, perubahan kalor juga dapat mengakibatkan
perubahan wujud benda tersebut.
Banyaknya kalor yang akan diterima atau dilepaskan suatu benda
sebanding dengan besar kenaikan dan penurunan suhunya. Secara
matematis hubungan antara banyak kalor dan kenaikan suhu ditulis
sebagai berikut:
𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇…………………………………….......(1)
Dimana:
Q = Kalor (J)
m = Massa air (kg)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
183
∆T = Perubahan Suhu (oC)
c = Kalor Jenis air (J/kg oC)
Perpindahan kalor berdasarkan adanya perbedaan temperatur.
Kalor perpindahan dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu
lebih rendah. Hal tersebut berdasarkan dengan Hukum
Termodinamika II yaitu panas mengalir secara spontan dari benda
dengan temperatur tinggi ke benda lain dengan temperatur lebih
rendah, dan tidak mengalir secara spontan dalam arah sebaliknya.
Setiap benda memiliki kemampuan penyerapan energi yang
berbeda - beda dan disebut sebagai kalor jenis. Kalor jenis zat
merupakan banyaknya energi yang diperlukan oleh suatu zat untuk
menaikkan temperatur setiap satu satuan massa benda tersebut.
B. Mekanisme Perpindahan Panas
Menurut Puteri (2016), perpindahan panas terjadi akibat adanya
perbedaan temperatur. Perbedaan temperatur dianggap sebagai
pendorong yang menyebabkan panas mengalir. Perpindahan panas
terjadi dengan tiga mekanisme yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
a) Konduksi
Perpindahan panas melalui zat penghantar tanpa disertai
perpindahan bagian-bagian zat itu. Perpindahan kalor dengan
cara konduksi pada umumnya terjadi pada zat padat.
b) Konveksi
Perpindahan panas melalui zat penghantar yang disertai
dengan perpindahan bagian-bagian zat itu. Pada umumnya
zat penghantar yang dipakai berupa zat cair dan gas.
c) Radiasi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
184
Perpindahan panas tanpa memerlukan zat perantara.
Pancaran kalor hanya terjadi dalam gas atau ruang hampa,
misalnya penghantaran panas matahari ke bumi melalui
ruang hampa udara.
C. Hukum Azas Black
Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang
dikemukakan oleh Joseph Black (Puteri, 2016). Azas ini
menjelaskan:
a) Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya
dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda
yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
b) Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah
kalor yang dilepas benda panas.
c) Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar
dengan kalor yang diserap bila dipanaskan.
Bunyi Azas Black adalah sebagai berikut: "Pada pencampuran
dua zat, banyaknya kalor yang dilepas zat yang suhunya lebih
tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima zat yang
suhunya lebih rendah".
D. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah bagian dari alam semesta yang diamati.
Sedangkan, lingkungan adalah bagian dari alam semesta di luar
sistem yang memiliki pengaruh terhadap sistem. Jenis-jenis sistem
dibagi menjadi empat;
1. Sistem Terbuka
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
185
2. Sistem Tertutup
3. Sistem Terisolasi
4. Sistem Adiabatik
E. Kalorimeter
Alat yang digunakan untuk menentukan nilai kalor pada
fenomena perpindahan panas adalah kalorimeter. Secara
termodinamika, kalorimeter dapat berfungsi dengan baik untuk
mengukur kalor suatu zat apabila memenuhi sistem yang adiabatis.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
186
Sistem adiabatis adalah suatu sistem yang terisolasi dari lingkungan,
sehingga tidak terjadi perpindahan kalor dan kerja dari sistem ke
lingkungan atau sebaliknya.
Menurut Puteri (2016), kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu perubahan
atau reaksi kimia.
F. Jenis – jenis kalorimeter
a) Kalorimeter bom
Gambar 2. Kalorimeter Bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan
pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium
penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh
api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi
pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan
kalor dan diserap oleh air dan bom (Puteri, 2016).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
187
b) Kalorimeter sederhana
Gambar 3. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran
dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter pada
tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dari gelas styrofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk
mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam
fase larutan (misalnya reaksi netralisasi asam basa atau
netralisasi, pelarutan dan pengendapan). Pada kalorimeter ini,
kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan
larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan
lingkungan diabaikan (Puteri, 2016).
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = −(𝑄𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 + 𝑄𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟).......(2)
𝑄𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐻 × (𝑇𝑎 − 𝑇𝑚)……………......(3)
Dimana H adalah harga air total kalorimeter dari kalorimeter
beserta isinya.
𝐻 = 𝑚𝑎𝑐𝑎 + 𝑚𝑘𝑐𝑘 +𝑚𝑝𝑐𝑝 + 𝐾……….………..(4)
Dengan :
mk = massa kalorimeter kosong
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
188
mp = massa pengaduk
ma = massa air
ck = kalor jenis kalorimeter
cp = kalor jenis pengaduk
ca = kalor jenis air
Harga air termometer (K):
𝐾 = 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 × 𝑉…………….(5)
Dimana :
Kalor jenis termometer = 0,46 kal/mloC
V = volume termometer tercelup dalam air.
Kalor yang diberikan oleh keping (tembaga atau gelas) :
𝑄2 = 𝑚 × 𝑐 × (𝑇 − 𝑇𝑎)………………………….(6)
Dengan :
m = massa keping
c = kalor jenis keping
Suhu akhir Ta (Suhu akhir percobaan sebenarnya) harus
dikoreksi karena adanya penukaran suhu kalorimeter dengan
sekitarnya. Koreksi suhu tersebut dinyatakan dengan Koreksi
suhu Newton.
∆𝑇 = −𝑘(𝑇𝑘 − 𝑇𝑟)∆𝑡………………..……….......(7)
Dengan :
∆T = koreksi kenaikkan/penurunan suhu terhadap Tr
k = konstanta koreksi suhu newton
Tk = suhu kalorimeter rata-rata
Tr = suhu ruang rata-rata
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
189
∆t = lamanya waktu pengamatan
III. ALAT-ALAT
1. Satu set kalorimeter reaksi.
2. Termometer 50 oC.
3. Termometer 100 oC.
4. Keping-keping tembaga dan gelas.
5. Gelas ukur.
6. Ketel uap tabung pemanas dan kompor.
7. Neraca teknis.
8. Stopwatch.
9. Lup.
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan pengertian dari kalor jenis zat beserta satuannya!
2. Sebutkan dan jelaskan macam – macam perpindahan kalor
beserta contohnya!
3. Jelaskan mengenai hukum azas black!
4. Apa yang dimaksud dengan koreksi suhu newton?
5. Sebutkan jenis – jenis kalorimeter dan jelaskan perbedaannya
dengan padat dan jelas!
6. Jelaskan jenis – jenis sistem!
7. Sebutkan dan jelaskan macam – macam kalor!
8. Apa yang dimaksud dengan kapasitas kalor?
9. Gambarkan grafik perubahan fasa pada air!
10. Gambarkan kalorimeter sederhana beserta jelaskan fungsi dari
setiap komponennya!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
190
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Isi ketel uap tabung pemanas dengan air kira-kira 3
4 bagian
3. Timbang kalorimeter kosong (mk) dan pengaduknya (mp)
menggunakan neraca teknis
4. Masukkan seluruh keping tembaga ke dalam tabung pemanas!
5. Masukkan termometer 100 oC ke dalam tabung pemanas hingga
sensor termometer menyentuh keping tembaga, kemudian
panaskan ketel dengan api tidak terlalu besar!
6. Isi kalorimeter kosong dengan air (1
2saja), kemudian timbang
(dari sini dapat dicari ma)! masukkan kalorimeter yang telah diisi
air ini kedalam selubung luar dan pasang termometer 50 oC ke
dalamnya (ujung termometer harus menyentuh air dan jangan
menyentuh dasar kalorimeter)!
7. Amati suhu keping tembaga dalam tabung pemanas dengan
memakai lup dan catat suhunya pada titik tertinggi!
8. Catat suhu kalorimeter mula-mula setiap 1
2 menit selama 5 menit
(percobaan pendahuluan) sambil diaduk satu dua kali!
9. Bila suhu tembaga sudah sama dengan suhu uap air didih,
masukkan keping-keping tembaga ke dalam kalorimeter dengan
cepat dan hati-hati (stopwatch tetap dijalankan)! Catat kenaikkan
suhu kalorimeter ini setiap 1
4 menit hingga mendapat 10 data suhu
yang konstan (percobaan sebenarnya)! Aduk pelan-pelan (satu
dua kali saja)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
191
10. Lakukan percobaan akhir! Catat suhu kalorimeter setiap 1
2 menit
selama 5 menit percobaan akhir sambil diaduk satu dua kali!
Selama percobaan ini harus diaduk sekali-sekali, jangan terus
menerus.
11. Timbang sekali lagi kalorimeter beserta isinya!
12. Ukur volume termometer tercelup dalam air kalorimeter (Tanya
asisten)!
13. Ganti air didalam kalorimeter dan tambahkan air kedalam ketel
agar air didalamnya tidak habis!
14. Ulangi langkah V.4 s.d. V.12 untuk keping gelas!
15. Lihat titik didih air dan kalor jenis zat padat/cair dalam tabel!
16. Catat keadaan ruang setelah praktikum!
Catatan:
1. Selama percobaan pendahuluan, sebenarnya, dan akhir
kalorimeter harus diaduk perlahan, jangan terlalu cepat dan
sering!
2. Kalor jenis termometer 0,46 𝑘𝑎𝑙
𝑔𝑟𝑜𝐶.
3. Kalor jenis alumunium 0,217 𝑘𝑎𝑙
𝑔𝑟𝑜𝐶 (17-100 oC).
4. Kalor jenis kuningan 0,094 𝑘𝑎𝑙
𝑔𝑟𝑜𝐶 (15-100 oC).
5. Setiap akan mulai percobaan ulang, air dalam kalorimeter harus
diganti dengan air baru.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
192
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Data Keadaan Ruang
Parameter Awal Akhir
Temperatur [C]
Tekanan [mmHg]
B. Data Pendukung
Data Pengukuran
Percobaan Percobaan
dengan keping dengan keping
tembaga gelas
Massa kalorimeter (mk)
Massa pengaduk (mp)
Massa air + kalorimeter (ma+k)
Massa air + kalorimeter + keping
(ma+k+keping)
Volume termometer tercelup (Vt)
T maksimum [oC]
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
193
C. Data Percobaan dengan Keping Tembaga
Percobaan pendahuluan 5
menit tanpa arus
PERCOBAAN
SEBENARNYA
10 data waktu konstan
Percobaan akhir 5 menit
arus diputus
t (menit)
10 data
waktu
konstan
t (menit) T (oC) t (menit) T (oC)
𝑡0 𝑇0 𝑡1 + 0,5 𝑡2 + 0,5
𝑡0 + 0,5
𝑡1 𝑇1 𝑡2 𝑇2 𝑡3 𝑇3
D. Data Percobaan dengan Keping Gelas
Percobaan pendahuluan 5
menit tanpa arus
PERCOBAAN
SEBENARNYA
10 data waktu konstan
Percobaan akhir 5 menit
arus diputus
t (menit)
10 data
waktu
konstan
t (menit) T (oC) t (menit) T (oC)
𝑡0 𝑇0 𝑡1 + 0,5 𝑡2 + 0,5
𝑡0 + 0,5
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
194
Percobaan pendahuluan 5
menit tanpa arus
PERCOBAAN
SEBENARNYA
10 data waktu konstan
Percobaan akhir 5 menit
arus diputus
t (menit)
10 data
waktu
konstan
t (menit) T (oC) t (menit) T (oC)
𝑡1 𝑇1 𝑡2 𝑇2 𝑡3 𝑇3
Data perhitungan
1. Menentukan Suhu Ruang Rata - Rata
Truang = 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
2 [oC]
2. Menentukan Tara Kalor Kalorimeter Keadaan 1
∆T1 = |𝑇1 − 𝑇0| [oC]
Tk1 = 𝑇1+𝑇0
2 [oC]
∆t1 = t1-t0 [s]
K1 = −∆𝑇1
(𝑇𝑘1−𝑇𝑟)∆𝑡1 [s-1]
Keterangan :
T1 = Suhu akhir pada percobaan pendahuluan
t1 = Waktu akhir pada percobaan pendahuluan
T0 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan pendahuluan
t0 = 0 s
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
195
Tk1 = Suhu kalorimeter pada keadaan 1
3. Menentukan Tara Kalor Kalorimeter Keadaan 3
∆T3 = |𝑇3 − 𝑇2| [oC]
Tk3 = 𝑇3+𝑇2
2 [oC]
∆t3 = t3-t2 [s]
K3 = −∆𝑇3
(𝑇𝑘3−𝑇𝑟)∆𝑡3 [s-1]
Keterangan :
T3 = Suhu akhir pada percobaan akhir
t3 = Waktu akhir pada percobaan akhir
T2 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan sebenarnya
t2 = Waktu akhir pada percobaan sebenarnya
Tk3 = Suhu kalorimeter pada keadaan 3
Syarat koreksi suhu Newton jika :
K1 = 0 , K3 ≠ 0 maka K2 = K3
K1 ≠ 0 , K3 = 0 maka K2 = K1
K1 = 0 , K3 = 0 maka K2 = 0
K1 ≠ 0 , K3 ≠ 0 maka K2 = 𝐾1+𝐾3
2
Tk2 = 𝑇2+𝑇1
2 [oC]
∆t2 = t2 - t1 [s]
4. Menghitung Koreksi Suhu Newton
∆T2 = -k2(Tk2-Tr) ∆t2 [oC]
5. Menentukan Suhu Akhir Percobaan Setelah Koreksi
T2’ = T2+∆T2 [oC]
6. Menentukan Harga Air Kalorimeter
H = ma.ca + mk.ck + mp.cp + Vt.ct [Kalori oC-1]
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
196
Keterangan :
Ma = Massa air didalam kalorimeter
Ca = kalor jenis air
Mk = Massa bejana kalorimeter kosong
Ck = Kalor jenis bejana kalorimeter
Mp = Massa batang pengaduk
Cp = Kalor jenis batang pengaduk
Vt = Volume termometer tercelup
Ct = Kalor jenis termometer
7. Menentukan Titik Didih Air
P = 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
2 [mmHg]
TD air = Tabel boiling point of water literatur
TD air = ..... [oC]
8. Menentukan Suhu Akhir Keping
T’ = 𝑇𝑚𝑎𝑥+𝑇𝐷 𝑎𝑖𝑟
2 [oC]
Keterangan:
Tmax = Suhu maksimum keping saat dipanaskan pada ketel uap
9. Menentukan Nilai Kalor
Q = H(T2’-To) [Kalori]
Keterangan :
T2’ = Suhu Akhir Percobaan Setelah Koreksi (lihat langkah E.5)
T0 = Suhu air kalorimeter sebelum percobaan pendahuluan
10. Menghitung Kalor Jenis Keping
C = 𝑄
𝑚𝑘𝑒𝑝𝑖𝑛𝑔(𝑇′−𝑇2′) [Kalori Gram-1 oC-1]
Keterangan :
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
197
T2’ = Suhu akhir percobaan sebenarnya setelah dikoreksi (lihat
langkah E.5)
T’ = Suhu akhir keping (lihat langkah E.8)
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Puteri, Mitha Devina. 2016. Uji Nilai Kalor Bahan Bakar Solar
Terhadap Perubahan Suhu Dan Pengadukan Menggunakan
Metode Kalorimeter Bom (The Experiment Of Diesel Fuel
Calorie Toward Change The Temperature And Stirring By
Using Calorimeter Bomb Method). Semarang : UNDIP.
2. Ridwan, Muhammad, dkk. 2017. Buku Petunjuk Pratikum
Fisika Dasar. Bandung : ITENAS
3. Sudrajat, Jajat. 2017. Analisis Kinerja Heat Exchanger Shell &
Tube Pada Sistem COG Booster di Integrated Steel Mill
Krakatau. Jakarta : Universitas Mercu Buana.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
198
PERCOBAAN P3
(KALOR LEBUR ES)
Disusun Oleh:
OCKY PRINCELLA
(13-2018-136)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
199
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – PANAS
PERCOBAAN P3 - KALOR LEBUR ES
I. CAPAIAN
Menentukan kalor lebur es.
II. TEORI
Kalor adalah salah satu jenis energi yang dapat diterima atau
dilepaskan oleh suatu benda. Karena dapat diterima atau dilepaskan,
maka energi kalor ini dapat berpindah atau mengalir dari satu benda
ke benda lainnya. Penyebab perpindahan kalor adalah perbedaan
suhu pada benda tersebut. Contohnya, ketika kita mencampurkan air
dingin dengan air panas, maka kita akan mendapatkan air hangat, nah
disini terjadi perpindahan kalor pada air tersebut. Dalam fisika kalor
termasuk besaran skalar karena tidak memiliki arah. Namun, kalor
termasuk besaran turunan karena nilainya bisa didapatkan tanpa
pengukuran langsung melainkan dengan memanfaatkan nilai besaran
pokok yang bersangkutan. Satuan Internasional yang dipakai untuk
kalor adalah Joule (J), tetapi secara umum juga sering dipakai satuan
Kalori (kal). Simbol yang digunakan untuk melambangkan kalor
adalah Q (huruf kapital). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
nilai kalor disebut kalorimeter. Kalor dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Kalor untuk menaikkan suhu (Kalor Sensibel)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
200
2. Kalor untuk merubah fasa (Kalor Laten)
Gambar 1. Grafik Temperatur terhadap Kalor
(Jan Skovajsa, Martin Koláček, Martin Zálešák, 2017)
Untuk meleburkan es diperlukan kalor. Kalor yang diperlukan ini
diperoleh dari sekitarnya, misalnya air atau udara. Dalam percobaan
ini digunakan azas Black untuk pertukaran kalor antara kalorimeter
serta isinya dengan es yang melebur.
Jika sistem dalam kalorimeter adiabatis, maka kondisi ruangan
tidak akan berpengaruh terhadap sistem. Jika sebalikya maka
pengaruh luar terhadap kalorimeter harus diperhitungkan, dan itu
dinyatakan dengan koreksi suhu dari Newton:
T = - k ( T k - T r ) t.........................................................(1)
dengan :
T = koreksi kenaikkan/penurunan suhu terhadap T r
k = konstanta koreksi Newton
T k = suhu kalorimeter rata-rata
T r = suhu ruang rata-rata
t = lamanya waktu pengamatan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
201
III. ALAT-ALAT
1. Kalorimeter
2. Termometer 50 ºC
3. Gelas ukur
4. Neraca teknis
5. Stopwatch
6. Es
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apa capaian dari percobaan ini?
2. Tuliskan rumus koreksi suhu?
3. Jelaskan secara singkat prosedur dari praktikum ini!
4. Apa yang menyebabkan kalor dapat berpindah?
5. Sebutkan alat-alat pada percobaan ini dan jelaskan fungsinya!
6. Apa yang dimaksud dengan kalor lebur es?
7. Jelaskan perbedaan sistem dan lingkungan!
8. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis sistem!
9. Apa yang dimaksud dengan adiabatis?
10. Bagaimana bunyi Asas Black?
11. Jelaskan perbedaan kalor laten dan kalor sensibel!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
2. Sediakan es dengan ukuran yang kecil!
3. Timbang massa dari kalorimeter kosong (mk) dan pengaduk
(mp)!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
202
4. Isi kalorimeter dengan air kira-kira setengah penuh, kemudian
ditimbang massa kalorimeter dan air (mk+ma)!
5. Masukkan kalorimeter ke dalam selubungnya serta masukkan
termometer ke dalam kalorimeter sampai ujung sensor
termometer tercelup air!
6. Catatlah suhu air kalorimeter pada percobaan awal setiap ½
menit selama 5 menit (stopwatch tidak boleh dimatikan selama
pencatatan suhu berlangsung)!
7. Pada saat akan mencapai waktu 5 menit, masukkan sedikit demi
sedikit es dengan jumlah tertentu ke dalam kalorimeter dengan
cepat dan hati-hati! Catat kenaikan suhu kalorimeter ini setiap ¼
menit untuk percobaan yang sebenarnya hingga mencapai
kesetimbangan termal (telah mendapatkan 5 data konstan)!
Sambil diaduk sesekali secara pelan!
8. Catat suhu kalorimeter setiap ½ menit selama 5 menit pada
percobaan akhir (stopwatch boleh dimatikan setelahnya)!
9. Timbang kalorimeter berisi air dan keping es (mk+ma+mes)
menggunakan neraca teknis!
10. Lepaskan termometer 50 ºC kemudian tandai pada batas mana
termometer tersebut tercelup ke dalam air kalorimeter (tanya
asisten)!
11. Ukur volume termometer tercelup (Vt) dengan menggunakan
gelas ukur yang diisi dengan air (tanya asisten)!
12. Ganti air kalorimeter dengan air yang baru!
13. Ulangi prosedur V.3 s.d. V.12 untuk percobaan dengan es yang
jumlahnya lebih banyak dari percobaan sebelumnya!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
203
14. Catat keadaan ruang setelah percobaan! Serta kalor lebur es yang
ada di literatur
Catatan:
• Menimbang dengan neraca teknis (ketelitian 10 mg)
• Kalor jenis alumunium 0,217 kal/goC (17-100 oC)
• Kalor jenis kuningan 0,094 kal/goC (15-100 oC)
• Kalor jenis termometer 0,46 kal/mloC
• Hati-hatilah dalam mengaduk! Jangan terlalu cepat dan
sering!
• Setiap akan mulai percobaan ulang, air dalam kalorimeter
harus diganti dengan air yang baru
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Data Keadaan Ruang
Parameter Awal Akhir
Temperatur [C]
Tekanan [mmHg]
Kelembaban [%]
B. Data Pendukung
Data Pengukuran Percobaan dengan
es sedikit
Percobaan dengan
es banyak
Massa kalorimeter (mk)
Massa pengaduk (mp)
Massa air + kalorimeter
(ma+k)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
204
Massa air + kalorimeter +
keping (ma+k+es)
Volume termometer
tercelup (Vt)
C. Data Percobaan dengan Es Sedikit
PENDAHULUAN
PERCOBAAN
SEBENARNYA PERCOBAAN AKHIR
5 menit tanpa keping 5 data waktu konstan 5 menit akhir
t [s] T [oC] t [s] T [oC] t [s] T [oC]
t0 = 0
t1 = T1 = t2 = T2 = t0 = T3 =
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
205
PERCOBAAN P4
(HUKUM STOKES)
Disusun Oleh:
YUDITYA PUTRI RATNADILA
(25-2019-009)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
206
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – MEKANIKA
PERCOBAAN M1–PENGUKURAN DASAR PADA BENDA
PADAT
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan fenomena gaya gesek yang dialami benda
bergerak di dalam fluida.
II. TEORI
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan tegangan geser.
Klasifikasi fluida berdasarkan tekanan dibagi menjadi dua, yaitu
kompresibel dan inkompresibel. Fluida kompresibel adalah fluida
yang densitasnya berubah ketika diberi tekanan, sedangkan fluida
inkompresibel adalah fluida yang densitasnya tidak berubah ketika
diberi tekanan. Zat gas tergolong fluida kompresibel, sedangkan zat
cair tergolong fluida inkompresibel. Adapun jenis-jenis aliran pada
fluida yaitu pertama aliran laminar yang terjadi apabila aliran fluida
dalam pipa sejajar dengan dinding pipa, kedua aliran transisi terjadi
apabila aliran fluida dalam pipa mulai tidak sejajar dengan dinding
pipa, ketiga aliran turbulent merupakan aliran yang terjadi apabila
aliran fluida dalam pipa tidak beraturan atau tidak sejajar dengan
pipa.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
207
Kesulitan suatu fluida untuk mengalir dinyatakan dengan suatu
nilai yang disebut viskositas. Semakin besar nilai viskositasnya
(kekentalan), maka semakin sulit fluida tersebut untuk mengalir.
Viskositas memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Tekanan
Viskositas cairan akan naik seiring dengan naiknya tekanan
sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
Tekanan pada viskositas fluida akan memberikan pengaruh
pada ikatan partikel-partikel pada zat cair.
2. Temperatur
Viskositas cairan akan turun seiring dengan naiknya
temperatur sedangkan viskositas gas naik seiring dengan
naiknya temperatur. Pemanasan zat cair menyebabkan
molekul-molekulnya memperoleh energi kemudian molekul-
molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar
molekul melemah maka viskositas cairan akan turun seiring
dengan kenaikan temperatur.
3. Ukuran dan berat molekul
Viskositas akan berbanding lurus dengan berat molekul.
Contohnya laju aliran alkohol akan lebih cepat dibandingkan
laju aliran minyak yang lebih lambat. Hal ini dikarenakan
minyak memiliki kekentalan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan alkohol.
4. Kekuatan antar molekul
Viskositas akan berbanding lurus dengan besarnya ikatan
antar molekul suatu zat cair.
5. Konsentrasi larutan
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
208
Viskositas akan berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang
terkandung setiap satuan volume.
Cara pengukuran viskositas fluida terbagi menjadi dua, yaitu
statis dan dinamis. Pengukuran viskositas cara statis yaitu fluida
dalam keadaan diam, sedangkan cara dinamis yaitu fluida dalam
keadaan bergerak. Pengukuran viskositas fluida dengan cara statis
dilakukan dengan menggunakan Hukum Stokes. Hukum Stokes
menjelaskan bahwa setiap benda yang bergerak dalam suatu fluida
(zat cair atau gas) akan mendapat gaya gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan fluida tersebut. Gaya gesekan ini sebanding dengan
kecepatan relatif benda terhadap fluida.
F = konstanta . xv
Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak didalam
fluida yang tetap sifat-sifatnya, gaya gesekan yang dialami benda
dapat dirumuskan sebagai berikut:
F = -6.π.η.r.ν.......................................................................(1)
Dengan:
F = gaya gesekan yang bekerja pada bola
= koefisien kekentalan fluida
r = jari-jari bola
v = kecepatan bola relatif terhadap fluida
Catatan: Tanda negatif menunjukkan arah gaya F berlawanan dengan
arah kecepatan v.
Rumus (1) di atas dikenal dengan Hukum Stokes. Syarat-syarat
yang diperlukan agar Hukum Stokes dapat berlaku yaitu:
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
209
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukuran tempat fluida
cukup luas dibandingkan dengan ukuran benda dan
kedalamannya harus dalam).
2. Tidak ada turbulensi di dalam fluida.
3. Kecepatan benda tidak besar sehingga aliran masih laminer.
Jika sebuah benda padat berbentuk bola dan mempunyai
massa, dilepas pada permukaan zat cair akan bergerak tanpa
kecepatan awal, dan bola tersebut mula-mula akan mendapat
percepatan. Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka
gaya Stokes yang bekerja padanya juga bertambah besar
sehingga akhirnya bola akan bergerak dengan kecepatan tetap,
yaitu setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, gaya
Archimedes dan gaya Stokes pada bola tersebut. Apabila bola
telah bergerak dengan kecepatan tetap, maka persamaan yang
berlaku:
𝑣 = 2.𝑟2.𝑔
9.𝜂(𝜌 − 𝜌0) ............................................................(2)
Dengan:
= rapat massa bola
0 = rapat massa zat cair
g = percepatan gravitasi
Dari persamaan (2) akan didapatkan persamaan:
𝑡𝑟2 =9.𝜂.𝑑
2.𝑔(𝜌−𝜌0) ...................................................................(3)
Dengan:
t = waktu yang diperlukan bola untuk menempuh jarak d.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
210
d = jarak jatuh yang ditempuh bola, dipilih sedemikian rupa
sehingga bola telah dapat dianggap bergerak beraturan.
Bila dalam percobaan yang akan dilakukan syarat ke-3 dari
Hukum Stokes tidak dipenuhi, karena fluida yang akan ditentukan
koefisien kekentalannya, ditempatkan dalam tabung yang besarnya
terbatas sehingga jari-jari bola tidak dapat diabaikan terhadap jari-
jari dan kedalaman tabung, maka kecepatan bola harus dikoreksi
dengan koreksi kecepatan Ladenburg, yaitu:
𝑣0 = 𝑣 (1 + 2,4𝑟
𝑅) (1 + 3,3
𝑟
𝑏)..........................................(4)
atau:
𝑣0 = 𝑣 (1 + 𝑘𝑟
𝑅)................................................................(5)
Dengan:
0v = kecepatan yang sudah dikoreksi
v = kecepatan bola yang diukur (diamati)
R = jari-jari dalam tabung tempat fluida
b = kedalaman fluida
r = jari-jari bola
III. ALAT-ALAT
a. Tabung gelas berisi gliserin
b. Bola-bola dari bakelit (3 buah)
c. Stopwatch
d. Jangka sorong
e. Karet pembatas
f. Mikrometer sekrup
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
211
g. Mistar gulung
h. Hydrometer
i. Neraca teknis
j. Saringan
k. Pinset
IV. TUGAS PENDAHULUAN
a. Sebutkan dan jelaskan tujuan modul praktikum ini!
b. Apa yang dimaksud dengan fluida?
c. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi fluida berdasarkan tekanan!
d. Sebutkan jenis-jenis aliran apada fluida beserta definisinya dan
masing-masing sertakan gambar alirannya!
e. Apa yang dimaksud dengan viskositas?
f. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis viskositas beserta cara
pengukurannya!
g. Sebutkan pernyataan dari Hukum Stokes!
h. Sebutkan syarat untuk memenuhi Hukum Stokes!
i. Sebutkan faktor yang mempengaruhi viskositas!
j. Jelaskan fungsi dari alat-alat yang digunakan pada praktikum
modul P4!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
sebelum percobaan.
b. Ukur diameter tiap-tiap bola sebanyak 5 kali menggunakan
mikrometer sekrup dengan sisi yang berbeda dan timbang massa
tiap-tiap bola dengan menggunakan neraca teknis (1 kali saja).
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
212
c. Ukur diameter dalam dari tabung menggunakan jangka sorong
sebanyak 5 kali dengan sisi yang berbeda.
d. Masukkan hydrometer ke dalam tabung, pastikan posisinya
berada di tengah. Catat nilai spesific gravity yang terbaca pada
hydrometer.
e. Tempatkan gelang karet melingkar di tengah-tengah tabung kira-
kira 5 cm dibawah permukaan zat cair dengan menggunakan
mistar gulung dan sebuah lagi dibagian bawah kira-kira 5 cm dari
dasar seperti gambar 1.
Gambar 1. Tabung dengan gelang karet
f. Ukur jarak antara kedua karet (s) dengan menggunakan mistar
gulung.
g. Ambil bola dengan pinset, letakkan bola di dalam fluida dengan
posisi di atas karet. Lepaskan bola dan ukur waktu tempuh bola
dari karet bagian atas sampai karet bagian bawah.
h. Ambil bola kemudian ulangi langkah 7.
i. Turunkan karet bagian atas sebanyak 2,5 cm dan naikkan karet
bagian bawah sebanyak 2,5 cm.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
213
j. Ulangi langkah 6, 7, 8 dan 9 sampai mendapatkan 5 jarak dan
waktu tempuh yang berbeda.
k. Masukkan hydrometer ke dalam tabung, pastikan posisinya
berada di tengah. Catat nilai spesific gravity yang terbaca pada
hydrometer.
l. Catat keadaan ruang (Temperatur, Kelembaban, Tekanan)
setelah percobaan.
Tabel Data Keadaan Ruang
Keadaan Temperatur (oC) Kelembapan (%) Tekanan (hPa)
Sebelum
Sesudah
Tabel Data Diameter Bola dan Diameter Dalam Tabung
No. Diameter bola
(mm)
Diameter dalam
tabung (cm)
Massa Bola (gr)
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel Data spesific gravity fluida
Parameter Sebelum Percobaan Setelah Percobaan
Spesific gravity fluida
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
214
Tabel Data waktu tempuh bola antara jarak dua karet
No
Waktu Tempuh (s)
s1 = ... cm s2 = ... cm s3 = ... cm s4 = ... cm s5 = ... cm
1
2
VI. PENGOLAHAN DATA
1. Menghitung jari-jari tabung (R)
5
=
tabung
tabung
dd
2
tdR =
2. Menghitung diameter dan jari-jari bola rata-rata
a. Diameter rata-rata bola ( )bd
5
=
b
b
dd
b. Jari-jari bola ( )br
2
b
b
dr =
3. Menghitung volume bola ( )bV
3..
3
4bb rV =
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
215
4. Menghitung massa jenis bola ( )b
b
b
bV
m=
5. Menghitung massa jenis fluida rata –rata ( )fluida
2
akhirawal
+=
6. Menghitung waktu tempuh rata-rata bola untuk setiap jarak ( )t
2
=
tt
7. Menghitung kecepatan bola ( )bv
t
svb =
8. Menghitung koefisien kekentalan fluida ( )
( )
b
fbb
v
gr
.9
..22
−=
9. Menghitung waktu tempuh rata-rata bola ( )
5
=
tt
10. Membuat grafik terhadap R
r
Gambar 2. grafik terhadap R
r
0
1
2
3
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
𝑡
𝑟⁄𝑅
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
216
Intersep = c
11. Menghitung kecepatan setelah dikoreksi ( )
12. Menghitung koefisien kekentalan fluida setelah dikoreksi ( )
( )
0
2
.9
..2
v
gr fbb
−=
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Soeprapto Andar, Drs., Muhammad Ridwan, S.T., M.T., Irma
Amelia, S.Kom, M.T., Dkk. 2019.
1. Tim Asisten Laboratorium Fisika Dasar. 2018. Buku Petunjuk
Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Itenas.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
217
PERCOBAAN P5
(LAJU ALIR FLUIDA)
Disusun Oleh:
SALMA SAAMIYAH D
(25-2019-035)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
218
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – PANAS
PERCOBAAN P5–LAJU ALIR FLUIDA
I. CAPAIAN
Mampu menjelaskan hubungan antara viskositas fluida dengan laju
aliran fluida
II. TEORI
Fluida ialah suatu zat yang tidak dapat menahan tegangan geser,
hal tersebut dapat terlihat pada gambar 1. Fluiditas yaitu
kemudahan suatu zat cair untuk mengalir.
Gambar 1. Fluida
Jenis-jenis fluida berdasarkan sifatnya terdiri dari dua jenis yakni
fluida cair dan fluida gas, sedangkan jenis jenis fluida berdasarkan
kemampuan menahan tekanan terdiri dari dua yakni :
1. Fluida tidak termampatkan (incompressible), yaitu fluida
yang tidak dapat dikompressi dan volumenya tidak dapat
ditekan menjadi lebih kecil sehinggan densitasnya konstan.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
219
2. Fluida mampat (compressible), yaitu fluida yang dapat
dikompresi atau volumenya dapat ditekan menjadi lebih kecil
sehingga densitasnya tidak konstan.
Jenis fluida berdasarkan struktur molekulnya terdiri dari 2 macam,
yaitu :
1. Cair ialah fluida yang terdiri dari molekul-molekul tetap dan
rapat dan cenderung mempertahankan volumenya.
Gambar 2. Molekul cair
2. Gas adalah fluida yang terdiri dari molekul molekul yang
dapat bergerak bebas dan jarak antar molekulnya cukup jauh.
Gambar 3. Molekul gas
Berdasarkan kesesuaiannya dengan Hukum Newton, fluida
dibagi menjadi dua yaitu
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
220
Gambar 6. Grafik Tegangan Geser Fluida Newtonian
dan Non-Newtonian
1. Fluida Newtonian
Fluida Newtonian merupakan fluida yang memiliki kurva
tegangan yang linier dan memiliki viskositas yang bernilai
konstan apabila terdapat gaya yang bekerja pada fluida tersebut.
2. Fluida non-Newtonian
Fluida non-Newtonian merupakan fluida yang memiliki kurva
tegangan yang tidak linier atau dengan kata lain tidak memenuhi
hukum linierisasi newton dan memiliki viskositas yang bernilai
tidak konstan apabila terdapat gaya yang bekerja pada fluida
tersebut.
Jenis jenis aliran fluida :
1. Aliran laminer
Aliran laminer aliran yang beraturan dan searah. Aliran
laminer mempunyai bilangan reynold kurang dari 2000.
Gambar 4. Aliran Laminer
2. Aliran Transisi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
221
Aliran transisi ialah peralihan dari aliran laminer ke aliran
turbulen. Aliran transisi memiliki nilai bilangan reynold
diantara 2000 dan 4000
3. Aliran Turbulen
Aliran turbulen adalah aliran yang pergerakan partikelnya
tidak beraturan dan memiliki nilai bilangan reynold lebih dari
4000.
Gambar 5. Aliran Turbulen
Viskositas adalah ketahanan cairan untuk mengalir dan juga
menunjukkan gesekan yang muncul akibat adanya pergerakan fluida
atau benda padat di dalam fluida tersebut. Adanya gaya kohesi antar
partikel juga berperan terhadap viskositas.
Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas :
- Tekanan
- Temperatur
- Konsentrasi Larutan
- Berat molekul
- Kekuatan antar molekul
- Zat tambahan
Bila zat cair dialirkan melalui suatu pipa kapiler dengan jari-jari 𝛼
dan Panjang l, maka kecepatan zat cair pada jarak r dan poros pipa
adalah
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
222
𝑉𝑟 = 𝑝(𝑎2−𝑟2)
4𝜂.𝑙……………………………………………………..(1)
Dengan
𝑝 = beda tekanan ujung-ujung zat cair
𝜂 = viskositas zat cair
Sedangkan volume zat cair yang mengalir melalui pipa tiap satuan
waktu (Q) adalah
𝑄 =𝜋𝑎4𝑝
4𝜂.𝑙…………………………………………………………..(2)
Dari persamaan (1) dan (2) dapat ditulis menjadi
𝑉𝑟 = 𝜌𝑔(ℎ+𝑘)(𝑎2−𝑟2)
8𝜂.𝑙………………………………………..……..(3)
𝑑𝑎𝑛
𝑀 = 𝜋𝜌2𝑔𝑎4(ℎ+𝑘)
16𝜂.𝑙………………...………………………………..(4)
Dengan
𝑀 = jumlah massa persatuan waktu yang mengalir melalui pipa
𝜌 = massa jenis zat cair
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
223
k
h
l
Gambar 7. Skema alat percobaan Gambar 8. Alat Percobaan
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :
1. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda
ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.
Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu
yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah
diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut.
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,
terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya
archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
224
yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair
yang diselidiki.
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding
luar dari Bob dan dinding dalam dari Cup dimana Bob masuk
persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di
sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab
bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut
aliran sumbat.
4. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut.
Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar.
III. ALAT-ALAT
1. Pipa kapiler,
2. Corong dengan kran,
3. Statip dengan klem,
4. Bejana gelas 2 buah (A dan B),
5. Neraca teknis,
6. Stopwatch,
7. Mistar gulung,
8. Hydrometer.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
225
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah pengertian fluida ?
2. Jelaskan perbedaan antara fluiditas dan fluidisasi !
3. Apa pengertian kapilaritas ? Berikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari mengenai peristiwa kapilaritas !
4. Berikan contoh fluida newtonian dan non-newtonian!
5. Sebutkan dan jelaskan jenis - jenis aliran fluida !
6. Jelaskan pengertian viskositas !
7. Jelaskan prinsip pengukuran viskositas zat cair secara
pengaliran!
8. Sebutkan dan jelaskan mengenai faktor - faktor yang
mempengaruhi nilai viskositas fluida !
9. Jelaskan pengaruh ruang Temperatur dan Tekanan pada harga
viskositas!
10. Bagimana cara pengukuran viskositas berdasarkan tipe
viskometer Ostwald?
5. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Catat keadaan ruang (P, T dan e).
2. Cucilah corong, kapiler dan bejana.
3. Pasang pipa kapiler dan corong pada statif.
4. Timbanglah bejana B.
5. Isilah corong dan pipa kapiler penuh dengan zat cair yang akan
ditentukan η nya. Usahakan jangan ada gelembung udara
dalam pipa.
6. Alirkan zat cair beberapa waktu dengan ditampung bejana A.
Pada saat tertentu bejana B yaitu saat permukaan zat cair
berada pada kedudukan-kedudukan yang sudah ditentukan.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
226
7. Catat waktu yang diperlukan untuk menampung zat cair di
bejana B. Timbang massa zat cair dalam bejana B
8. Ukurlah tinggi h dan k dan ujung pipa dan juga panjang pipa l
9. Ulangilah percobaan beberapa kali, juga dengan harga h dan k
yang berlainan.
10. Tanyakan pada asisten, jari-jari pipa kapiler.
11. Catat keadaan ruang setelah percobaan.
Tabel Pengamatan
Keadaan Tekanan ( cmHg ) Suhu ( ˚C ) Kelembaban ( % )
Awal Percobaan
Akhir Percobaan
Massa Jenis Gliserin
Massa Bejana
Panjang Pipa Kapiler
Data Percobaan
No. 1 2 3 4 5
k (cm)
h (cm)
h+k (cm)
massa gliserin + bejana (gr)
massa gliserin (gr)
Waktu (s)
Data Perhitungan
(gr/s) η n nM
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
227
(dyne s/cm2)
M1
M2
M3
M4
M5
6. PENGOLAHAN DATA
1. Menentukan Laju Massa Gliserin (Mn)
𝑀𝑛 =𝑚𝑔𝑛
𝑡𝑛
2. Menentukan Suhu Ruang Rata-Rata ()
=𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
2
3. Menentukan Massa Jenis Air
=..... 𝜌𝑎𝑖𝑟=......
4. Menentukan Spesific Gravity
𝑆𝐺 =145
145 −𝑥𝑎𝑤𝑎𝑙+𝑋𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
2
5. Menentukan Massa Jenis Gliserin
𝜌𝑔𝑙𝑖 = 𝑆𝑔. 𝜌𝑎𝑖𝑟
6. Menentukan Viskositas Percobaan Ke-n (ր𝑛)
ր𝑛 =𝜋. 𝜌𝑔𝑙𝑖
2. 𝑎4(ℎ + 𝑘)𝑛
16.𝑀𝑛. 𝐿
( gr/s )
η n
( dyne s/cm2 )
nM
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
228
M1
M2
M3
M4
M5
7. Membuat grafik M terhadap (h+k)n
Titik Sentroit:
𝑥 = ∑(ℎ+𝑘)𝑛
5
5𝑛=1 ; 𝑦 = ∑
𝑀𝑛
5
5𝑛=1
tan 𝜃 = ∆𝑦
∆𝑥
tan 𝜃 = ∆(ℎ + 𝑘)
∆𝑀
8. Menentukan Viskositas Gliserin
ր𝑛 =𝜋. 𝜌𝑔𝑙𝑖
2. 𝑎4. 𝑔
16. 𝑡𝑎𝑛𝜃. 𝐿
M (g/s)
h+k
(cm
)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
229
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Ridwan, Muhammad, dkk. 2017. Buku Petunjuk Pratikum
Fisika Dasar. Bandung : Institut Teknologi Nasional.
2. Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM-Press.
3. Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
1. Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika.
Jakarta : Salemba Teknika.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
230
PERCOBAAN O
(GONIOMETER)
Disusun Oleh:
MUHAMMAD FIKRI HAEKAL
(15-2018-085)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
231
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PRAKTIKUM FISIKA – OPTIK
PERCOBAAN O2 – GONIOMETER
I. CAPAIAN
Mengukur sudut puncak prisma, sudut deviasi minimum prisma dan
menentukan indeks bias prisma.
II. TEORI
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik
yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm.
Berdasarkan sumbernya, cahaya dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
• Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari,
senter, lilin, dan lampu.
• Cahaya yang memancar dari benda akibat pantulan cahaya
pada permukaan benda tersebut dari sumber cahaya.
Berikut ini adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh cahaya antara lain:
1. Cahaya dapat menembus benda bening
2. Cahaya merambat lurus
3. Cahaya dapat dipantulkan ( Refleksi )
Ada dua jenis cahaya yaitu cahaya polikromatik dan cahaya
monokromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Contoh cahaya polikromatik
adalah cahaya putih . adapun cahaya monokromatik adalah cahaya
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
232
yang hanya terdiri dari satu warna dan satu panjang gelombang.
Contoh cahaya monokromatik adalah cahaya ungu.
Pemantulan (refleksi) atau pencerminan adalah proses
terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda yang terkena
cahaya.
Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu
permukaan datar, dan berlaku:
i = r.....................................................................................(1)
Dimana:
i = sudut datang
r = sudut pantul (refleksi)
Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media
akan mengalami pembiasan, dan berlaku:
r
in
sin
sin12 =
..........................................................................(2)
Dimana:
12n = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
Gambar 1 Pemantulan Cahaya
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
233
4. Cahaya dapat dibiaskan
Pembiasan adalah pembelokan arah rambat cahaya saat melewati dua
medium yang berbeda kerapatannya. Pembiasan cahaya
dimanfaatkan manusia dalam pembuatan berbagai alat optik. Seperti
pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga berlaku
hukum pembiasan cahaya yang diuraikan sebagai berikut :
a. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
Misalnya cahaya merambat dari udara ke air.
b. Apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang
kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
Gambar 2 Pembiasan cahaya
Gambar 3 Pembiasan pada prisma
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
234
5. Cahaya dapat diuraikan ( Dispersi )
Cahaya putih dapat diuraikan menjadi berbagai macam warna
sehingga cahaya putih disebut sinar polikromatik.. Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang tersusun atas beberapa komponen
warna. Cahaya putih tersusun atas spektrum-spektrum cahaya yang
berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Penguraian cahaya putih tersebut disebut dengan dispersi.
Prisma adalah zat optik yang dibatasi oleh dua bidang pembias
yang berpotongan. Garis potong antara kedua bidang disebut sudut
pembias. Sedangkan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang
disebut sudut bias. Ketika seberkas cahaya atau sinar masuk ke
prisma, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya,
ketika sinar keluar dari prisma, sinar akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Sudut yang dibentuk oleh titik potong garis perpanjangan
sinar datang dengan sinar bias disebut sudut deviasi.
Dalam pengukuran pada prisma, untuk menentukan sudut puncak
prisma menggunakan alat goniometer seperti pada pada gambar
berikut:
T1 T2
Gambar 2. Sudut Puncak Prisma
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
235
Maka:
2
12 TT −=
........................................................................(3)
Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum:
T1 T2
D DAA
B C
BC
(a) (b)
Gambar 3. Penentuan sudut deviasi minimum
Maka:
2
12 TTD
−=
........................................................................(4)
Dengan dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka
indeks bias prisma dapat dicari dengan cara:
( )
2
1sin
2
1sin D
n
+
=
...............................................................(5)
III. ALAT-ALAT
1. Goniometer
2. Prisma
3. Sumber cahaya (lampu air raksa)
4. Lup (kaca pembesar)
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
236
IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Cahaya apakah yang diamati ketika melakukan pengukuran sudut
puncak prisma ? Berikan penjelasan!
2. Jelaskan dan gambarkan yang dimaksud dengan dispersi!
3. Jelaskan perbedaan tentang sudut puncak prisma, sudut deviasi
minimum, dan indeks bias prisma!
4. Sebutkan Hukum Snellius yang berlaku pada pemantulan
cahaya!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan difraksi!
6. Jelaskan urutan warna cahaya hasil pembiasan berdasarkan
panjang gelombang!
7. Apa yang dimaksud dengan panjang gelombang?
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembiasan! Dan mengapa
cahaya dapat dibiaskan?
9. Jelaskan fungsi dari goniometer pada percobaan kali ini!
10. Apa perbedaan dari cahaya polikromatik dan cahaya
monokromatik? Dan berikan contohnya!
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menentukan Sudut Puncak Prisma
A. Catat keadaan ruang sebelum percobaan!
B. Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan
teropong. Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada
goniometer (tanya asisten).
C. Buat garis silang pada teropong terlihat jelas!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
237
D. Arahkan teropong pada objek yang jaraknya cukup jauh!Atur
okuler sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh
jadi jelas terlihat (kedudukan ini jangan diubah-ubah lagi)!
E. Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa.
F. Dengan pengamatan melalui teropong atur lensa kolimator
sedemikian sehingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam!
Buatlah teropong, meja putar, dan kolimator terletak pada
suatu bidang lurus (susunan lensa-lensa tersbut jangan
diubah-ubah lagi)!
G. Perhatikan gambar 1! Pasang prisma pada meja putar dan
arahkan salah satu sudutnya (Puncak A) simetris terhadap
arah cahaya yang datang dari kolimator, kemudan kunci meja
prisma agar posisinya tidak berubah (tanya asisten)!
H. Amati cahaya terpantul (cahaya putih) pada salah satu sisi
prisma dengan teropong (tanya asisten). Catat kedudukan ini
( )1T dengan nonius A dan B (lihat tabel pengamatan)!
I. Amati cahaya terpantul (cahaya putih) pada sisi prisma
lainnya dengan memutar teropong.! Catat kedudukan ini ( )2T
dengan nonius A dan B (lihat tabel pengamatan)!
J. Ulangi langkah V.A.8 dan V.A.9 sebanyak 3 kali!
K. Ulangi langkah V,A,7 s.d. V.A.10 untuk puncak B dan C!
2. Menetukan Sudut Deviasi Minimum
A. Ubah posisi prisma seperti pada gambar 2.(a) sehingga berkas
cahaya jatuh pada prisma AB (cahaya akan terbias melalui
sisi prisma AC)! Buatlah sisi AC berhimpit dengan garis yang
terdapat pada meja putar!
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
238
B. Cari dan amati cahaya yang terbias tersebut melalui
teropong! Catat kedudukan teropong ini (T1) pada nonius A
dan B untuk beberapa macam warna: merah, kuning,
biru/hijau (tanya asisten)!
C. Balikkan arah sinar datang ke prisma, sehingga arah cahaya
datang pada sisi AC dengan cara memutar meja prisma (pada
saat ini merupakan sudut deviasi minimum).
D. Cari dan amati cahaya terbias yang berbalik arahnya ini
melalui teropong! Catat kedudukan teropong ini (T2) pada
nonius A dan B untuk beberapa macam warna (lihat tabel
pengamatan)!
E. Catat keadaan ruang setelah percobaan!
Catatan:
Bila prisma diputar, maka sudut deviasi akan berubah, tergantung
dari sudut datang. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik
arahnya. Pada saat tersebut sudut deviasi merupakan sudut deviasi
minimum.
1. Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini
akan mempengaruhi bentuk perumusan (3) dan (4). 1T dan 2T
bukan besar sudut, melainkan kedudukan teropong.
2. Janganlah melakukan perhitungan dengan mencampurkan skala
A dan B. Anggapkan A dan B dua pengamatan yang berbeda.
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
239
VI. PENGOLAHAN DATA
A. Tabel Data Ruang
Sebelum Percobaan Setelah Percobaan
Tekanan (mmHg)
Temperatur (oC)
Kelembapan (%)
B. Tabel Percobaan A – Menentukan Sudut Puncak Prisma
Puncak A
Percobaan T1(°) T2(°)
ke- A B A B
1
2
3
Puncak B
Percobaan T1(°) T2(°)
ke- A B A B
1
2
3
Puncak C
Percobaan T1(°) T2(°)
ke- A B A B
1
2
3
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
240
C. Tabel Percobaan B – Menentukan Sudut Deviasi Minimum
Percobaan Sisi AB Sisi AC
T1(°) T2(°)
ke- A B A B
Merah
Kuning
Biru
Tabel Hasil Perhitungan
1. Menghitung rata – rata sudut bias prisma (𝑇) [°]
Τ =ΣΤ
3
Puncak A Puncak B Puncak C
1𝐴
1𝐵
2𝐴
2𝐵
2. Menghitung sudut puncak prisma (α’) [°]
𝛼′ =𝑇2 − 𝑇1
2
Puncak A Puncak B Puncak C
α'A
α'B
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
241
3. Menghitung sudut puncak prisma (α)[°]
𝛼 =𝛼𝐴 − 𝛼𝐵
2
α Puncak A
Puncak B
Puncak C
4.
𝐷′ =𝑇2 − 𝑇1
2
5. Menghitung deviasi minimum (D)[°]
𝐷 =𝐷𝐴 − 𝐷𝐵
2
6. Menghitung indeks bias prisma (𝑛)
𝑛 =sin
12 (𝛼 + 𝐷)
sin12𝛼
Sisi AB Sisi AC
Merah
Kuning
Biru
D
Merah
Kuning
Biru
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
242
Puncak A Puncak B Puncak C
Merah
Kuning
Biru
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Andar, Suprapto, dkk. 2017. Buku Petunjuk Praktikum Fisika
Dasar. Bandung : Laboratorium Fisika Dasar Institut
Teknologi Nasional Bandung.
2. Young, H. D; Freedman, R. A. (2000). Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 1. Penerbit Erlangga.
3. Widodo, Aris, dkk. Spektrofotometer. Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar
243