14
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud 1.1.1 Menganalisis dan mengidentifikasi sifat-sifat batuan sedimen nonklastik berdasarkan kenampakan megaskopisnya. 1.1.2 Menganalisis petrogenesis batuan meliputi lingkungan pengendapan, agen, protolith serta proses terbentuknya batuan metamorf. 1.1.3 Menentukan nama batuan metamorf berdasarkan klasifikasi W.T Huang (1962) 1.2. Tujuan 1.2.1 Mampu menjelaskan sifat sifat batuan metamorf berdasarkan kenampakan megaskopisnya 1.2.2 Mampu mengidentifikasi petrogenesis batuan meliputi ,lingkungan pengendapan,agen perubahan, protolith serta proses terbentuknya batuan 1.2.3 Mampu menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi W.T Huang (1962) 1.3 Pelaksanaan Praktikum 1.3.1 Pelaksanaan ke -1 Hari : Senin Tanggal : 14 Mei 2013 1

petrologi laporan 3.BAB I- BAB II Pndahuluan ,Dasar Teori

  • Upload
    zustila

  • View
    81

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan petrologi sedimen

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud

1.1.1 Menganalisis dan mengidentifikasi sifat-sifat batuan sedimen

nonklastik berdasarkan kenampakan megaskopisnya.

1.1.2 Menganalisis petrogenesis batuan meliputi lingkungan pengendapan,

agen, protolith serta proses terbentuknya batuan metamorf.

1.1.3 Menentukan nama batuan metamorf berdasarkan klasifikasi W.T Huang

(1962)

1.2. Tujuan

1.2.1 Mampu menjelaskan sifat sifat batuan metamorf berdasarkan

kenampakan megaskopisnya

1.2.2 Mampu mengidentifikasi petrogenesis batuan meliputi ,lingkungan

pengendapan,agen perubahan, protolith serta proses terbentuknya

batuan

1.2.3 Mampu menentukan nama batuan berdasarkan klasifikasi W.T Huang

(1962)

1.3 Pelaksanaan Praktikum

1.3.1 Pelaksanaan ke -1

Hari : Senin

Tanggal : 14 Mei 2013

Waktu : 15.00-16.30 WIB

Tempat :Ruang 202 Teknik Geologi Universitas Diponegoro

1.3.2 Pelaksanaan ke- 2

Secara mandiri

Tempat : Lab paleontologi,geologi foto dan geooptik

1

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan

aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu

(T) dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan

batuan malihan atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan.

Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral

dan tekstur batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses

pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses

metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi,

diatas 200C dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat.

Sedangkan proses diagenesa berlangsung pada suhu dibawah 200C dan

proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh dibawahnya, dalam

lingkungan atmosfir.

Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:

”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat

(solid slate) pada suhu diatas 200C dan tekanan 300 Mpa”.

Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak bertabrakan,

batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat, terpanaskan dan berubah dengan

cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan sudah mengalami perubahan dua

kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk batuan semula masih tersimpan,

karena perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti cair atau

gas cenderung untuk menyimpan peristiwa-peristiwa (events) pengubahannya.

Diantara kelompok batuan, batuan metamorf merupakan yang paling

kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya tersimpan semua

cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.

2

2.2 Tekstur Batuan Metamorf

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral

yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk

butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric).Jika warna batuan

berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur

berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur

merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi.

Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan

awalan blastoatau akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya.

Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini.Tekstur

metamorf yaitu :

2.2.1Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa.

a)Kristaloblastik

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal

sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama

sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik.

a) Relict

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari

batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan

awalan kata –blasto

2.2.2 Tekstur berdasarkan bentuk individu Kristal

a. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral

berbentuk euhedral. mineralnya dibatasi oleh Kristal berbentuk euhedral

b. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya

berbentuk anhedral

3

2.2.3 Tekstur berdasarkan ukuran butir

Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi :

a) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan matab) Afanit, Bila butiran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata

2.3 Struktur Batuan Metamorf

2.3.1 Foliasi

Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai

akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral –

mineral prismatic yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu.

Dihasilkan oleh proses metamorfisme regional, kataklastik.

a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral

pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.

b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral

granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral

pipih.

c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan

kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).

d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral

dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

2.3.2 Non-Foliasi

Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang

terdiri dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses

metamorfisme kontak.

a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran

mineral relatif seragam.

4

b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya

penghancuran terhadap batuan asal.

c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya

orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya

halus.

d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan

permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar

dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.

e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan

asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.

f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri

dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.

g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya

mempunyai ukuran beragam.

h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang

berbentuk jarus atau fibrous.

2.4 Tipe Metamorfosa

Bucher & Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan

geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

2.4.1 Metamorfosa regional/ dinamothermal

Metamorfosa regional/dinamothermal merupakan metamorfosa

yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan

menjadi tiga, yaitu metamorfosa orogenik, burial dan dasar

samudera(Ocean-floor).

a) Metamorfosa Orogenik

5

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses

deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf

yang dihasilkan mempunyai butiran mineral yang teroreintasi dan

membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer.

Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara

puluhan juta tahun.

b) Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada

daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.

Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan

fluida.

c) Metamorfosa dasar Samudera(Ocean-Floor)

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di

sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges).Batuan

metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan

ultrabasa.Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi

kimia antara batuan dan air laut tersebut.

Gambar 2.1 lokasi dan tipe metamorfosa

6

2.4.2 Metamorfosa Lokal

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada

daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.

Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

a) Metamorfosa Kontak

Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di

sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan

terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma

serta kadang oleh deformasi akibat gerakan magma. Zona metamorfosa

kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa

rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta

penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya

berbutir halus.

b) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal

Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang

menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan

dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik, contohnya pada

xenolith atau pada zona dike.

c) Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinematik/Dinamik

Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami

deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karena

gaya mekanis yang mengakibatkan  penggerusan dan granulasi batuan.

Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault

breccia, fault gauge, atau milonit.

d) Metamorfosa Hidrotermal/Metasomatisme

7

Metamorfosa hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau

gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan

sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan

kimia.Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

e) Metamorfosa Impact

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah

meteorit.Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya

ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

f) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga

kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan

mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah.

2.5 Fasies Metamorfisme

Tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperature tertentu

serta dicirikan oleh hubungan teratur antar komposisi kimia dan mineralogi

batuan. komposisi batuan tertentu, himpunan mineral yang mencapai

keseimbangan selama metamorfisme dibawah kisaran kondisi fisik tertentu,

termasuk dalam fasies metamorfisme yang sama

8

Gambar 2.2 diagram fasies metamorf (suhu vs tekanan)

2.6 Penamaan Batuan Metamorf

Tabel 2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf Menurut W.T Huang (1962)

Tekstur

FoliasiKompos

isiTipe

Batuan Asal

Nama Batuan

Foliasi

slaty mikaregional

Mudstone

slate

phylitic

kuarsa, mika, klorit

regional

Mudstone

phylite

Schistose

kuarsa, mika

regional

Slate schist

Schistose

amphibol,

plagioklas

regional

Basalt atau

gabro

amphibolite

gneiss bandin

g

feldspar, mika, kuarsa

regional

Schist gneiss

non folia

si karbon

kontak

atau regional

bituminous coal

anthracite coal

kuarsa, fragme

n batuan

kontak

atau regional

Conglomerate

metaconglomerat

e

kalsit kontak

atau regio

Limestone

marble

9

nal

kuarsa

kontak

atau regional

Sandstone

quarzite

10