25
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis masyarakat, tidak terlepas dari adanya masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir sebagai bagian dari jenis masyarakat Indonesia merupakan komunitas yang patut untuk di perhatikan, yang pada saat ini masih termasuk dalam problematika negara untuk memberikan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan masyarakat umumnya. Kemiskinan yang hingga kini masih menjadi momok Negara, yang belum terpecahkan. Dan masyarakat pesisir yang sering dijadikan peran utama tingkatan masyarakat yang mengalami kemiskinan. Masyarakat pesisir dengan karakteristik yang hidupnya tergantung dari sumber hayati laut, memang sangat akrab dengan kehidupan yang serba apa adanya. Dan sering di katakan sebagai masyarakat tingkat rendah. Berbagai masyarakat pesisir dengan adat, budaya yang berbeda – beda banyak terdapat di Indonesia. Perekonomian masyarakat pesisir hal ini dalam kategori nelayan sangat tergantung dari hasil penangkapan yang di dapat. Dan pada saat ini masih banyak masyarakat yang melakukan penagkapan dengan alat – alat tradisional. Dan kemampuan yang sangat jauh di bandingkan dengan masyarakat modern. Mencandra kehidupan masyarakat pesisir, sangatlah dibutuhkan dengan menelaah kehidupan – kehidupan yang ada di dalamnya, sebagai akademisi yang bergelut dalam kaidah tentang wilayah pesisir. Berbagai macam kehidupan masyarakat pesisir dapat kita temukan. Dalam hal ini saya 1

Pesisir-Simeulue

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pesisir-Simeulue

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai jenis masyarakat, tidak

terlepas dari adanya masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir sebagai bagian

dari jenis masyarakat Indonesia merupakan komunitas yang patut untuk di

perhatikan, yang pada saat ini masih termasuk dalam problematika negara

untuk memberikan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan masyarakat

umumnya. Kemiskinan yang hingga kini masih menjadi momok Negara, yang

belum terpecahkan. Dan masyarakat pesisir yang sering dijadikan peran

utama tingkatan masyarakat yang mengalami kemiskinan.

Masyarakat pesisir dengan karakteristik yang hidupnya tergantung dari

sumber hayati laut, memang sangat akrab dengan kehidupan yang serba apa

adanya. Dan sering di katakan sebagai masyarakat tingkat rendah. Berbagai

masyarakat pesisir dengan adat, budaya yang berbeda – beda banyak

terdapat di Indonesia. Perekonomian masyarakat pesisir hal ini dalam kategori

nelayan sangat tergantung dari hasil penangkapan yang di dapat. Dan pada

saat ini masih banyak masyarakat yang melakukan penagkapan dengan alat –

alat tradisional. Dan kemampuan yang sangat jauh di bandingkan dengan

masyarakat modern.

Mencandra kehidupan masyarakat pesisir, sangatlah dibutuhkan dengan

menelaah kehidupan – kehidupan yang ada di dalamnya, sebagai akademisi

yang bergelut dalam kaidah tentang wilayah pesisir. Berbagai macam

kehidupan masyarakat pesisir dapat kita temukan. Dalam hal ini saya selaku

penulis menyusun makalah dengan judul “ Strategi Penanggulangan

Kemiskinan Masyarakat Pesisir Simeulue Provinsi Aceh Indonesia ”

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kehidupan masyarakat pesisir Simeulue Provinsi Aceh

Indonesia.

2. Mengetahui secara umum kebudayaan masyarakat pesisir di wilayah

tersebut.

3. Mengetahui peran pemerintah sebagai fasilitator kesejahteraan

masyarakat dan strategi penangulangan kemiskinan di wilayah tersebut.

1

Page 2: Pesisir-Simeulue

1.3 Sasaran

Sasaran dari penulisan makalah ini adalah keseluruhan masyarakat

pesisir Simelue provinsi aceh. Dengan seluruh kebudayaan yang ada. Dan

pemerintah dalam penyusun strategi penanggulangan masyarakat pesisir

dengan segala aspek kebijakan.

1.4 Output

Harapan dari penulisan ini atau Output dari penulisan ini adalah sebagai

berikut :

1. Tersampaikannya informasi tentang masyarakat pesisir Simeulue Aceh

dan strategi pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan di wilayah

tersebut.

2. Terbentuknya akademisi mahasiswa yang perduli terhadap

perkembangan dan kemajuan masyarakat pesisir khusunya wilayah Aceh

Indonesia.

3. Terciptanya strategi yang tepat untuk menanggulangi kemiskinan

masyarakat pesisir.

4. Terbentuknya akses bagi masyarakat pesisir dalam memahami kontek

terkini.

2

Page 3: Pesisir-Simeulue

2. KERANGKA TEORI

2.1 Sejarah Aceh

Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa

Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah

provinsi paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur

tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena

alasan sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah

utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur,

danSumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.

Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-

Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh

merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26

Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali.

Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh

Barat, Singkil dan Simeulue.

Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas

alam. Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga

terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit

Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh Besar, sampai Ulu

Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung

Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara.

Pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa

Alam, Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang

penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman

tersebut, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau hingga Perak.

Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia

Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda.

Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan

sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-

18 denganBritania Raya (Inggris) dan Belanda.

Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya

di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.

Pada tahun 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana

Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania

3

Page 4: Pesisir-Simeulue

mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar.

Pada tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh,

kemungkinan untuk mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di

kawasan tersebut.

Menurut Beberapa Data Provinsi Aceh termasuk dalam wilayah yang

memiliki angka kemiskinan tertinggi.

Tabel.1 Angka Kemiskinan

No. Provinsi Angka Kemiskinan

1. Papua Barat 36.80

2. Papua 34.88

3. Maluku 27.74

4. Sulawesi Barat 23.19

5. Nusa Tenggara Timur 23.03

6. Nusa Tenggara Barat 21.55

7. Aceh 20,98

8. Bangka Belitung 18.94

9. Gorontalo 18.70

10. Sumatera Selatan 18.30

2.2 Kabupaten Simeulue

Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia.

Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten

Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue

merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan

harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini. Ibukota

Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah

adalah Si navang yang berasal dari legenda Navang. Navang adalah si

pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang.

Dulunya Navang membuat garam dengan membendung air laut yang masuk

ke pantai Babang, kemudian dikeringkan lalu menjadilah garam.

Garam Navang lambat laun menjadi dikenal di sekitar Ujung Panarusan

sampai ke Lugu. Jika penduduk membutuhkan garam, maka mereka akan

menuju si Navang, yang lambat laun konsonan 'V' pada Navang berubah

menjadi Nabang. Sementara Sibigo ibukota kecamatan Simeulue Barat

berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa penjajahan dulu,

4

Page 5: Pesisir-Simeulue

Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu

sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut. Karena

posisi geografisnya yang terisolasi dari Pulau Sumatera, hiruk-pikuk konflik di

Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada

pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini. Lokasi simeulue seperti gambar

di bawah.

Gambar.1 Lokasi Pesiair Simeulue

- Bahasa

Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari

yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Leukon. Bahasa Devayan

umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue

Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam.

Bahasa Sigulai umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat,

Alafan dan Salang. Sedangkan bahasa Leukon digunakan khususnya oleh

penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan. Selain itu digunakan

juga bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan sebagai bahasa

perantara sesama masyarakat yang berlainan bahasa di Simeulue yaitu

bahasa Jamu atau Jamee (tamu), awalnya dibawa oleh para perantau niaga

dari Minangkabau dan Mandailing.

- Budaya

Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda

dengan saudara-saudaranya di daratan Aceh, salah satunya adalah seni

Nandong, suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola

yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa.

Terdapat pula seni yang sangat digemari sebagian besar masyarakat, seni

5

Page 6: Pesisir-Simeulue

Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari

tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu, serta

benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue

acap diundang ke mancanegara.

2.3 Sekilas Tentang Kabupaten Simeulue

Kabupaten Simeulue adalah sebuah kabupaten dalam wilayah Provinsi

Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh.

Kabupaten Simeulue terdiri dari Pulau Simeulue dan 56 pulau-pulau kecil

lainnya. Pulau Simeulue memiliki panjang sekitar 100 km dan lebar sekitar 8-

28 km. Kabupaten Simeulue memiliki luas sekitar 2.310 km². Gunung yang

tertinggi adalah sekitar 600 meter. Kabupaten ini memiliki curah hujan sekitar

2.824 mm pertahun. Ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang.

Pelabuhan utama di Sinabang berjarak 105 mil laut dari Meulaboh (Aceh

Barat) dan berjarak 85 mil laut dari Tapaktuan (Aceh Selatan). Kabupaten ini

sekarang dipimpin oleh Drs. H. Darmili. Kabupaten Simeulue dibagi menjadi 8

kecamatan dan 135 desa. Kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten

Simeulue adalah sebagai berikut:

1. Simeulue Timur

2. Teupah Barat

3. Teupah Selatan

4. Simeulue Tengah

5. Teluk Dalam

6. Salang

7. Alafan

8. Simeulue Barat

Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari

yakni bahasa Ulau, bahasa Sibigo, dan bahasa Jamee. Bahasa Ulau (pulau)

umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue

Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam.

Bahasa Sibigo umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat,

Alafan dan Salang.

6

Page 7: Pesisir-Simeulue

Sedangkan bahasa Jamee (tamu) digunakan khususnya oleh para

penduduk yang berdiam di sekitar kota Sinabang dan sekitarnya yang

umumnya perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing.

Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan

saudara-saudaranya di daratan Aceh, salah satunya adalah seni Nandong,

suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola  yang

ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa.

Terdapat pula seni yang sangat digemari sebagian besar masyarakat, seni

Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari

tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu, serta

benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue

acap diundang ke mancanegara.

Kabupaten Simeulue mempunyai potensi yang besar di sektor

perikanan. Dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat

terkenal adalah Lobster (udang laut) yang cukup besar ukurannya dan telah

diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri

hingga Singapura dan Malaysia. Selain itu terdapat 305.000 ha area penghasil

ikan yang merupakan pusat penghasil Tuna. Penangkapan ikan laut termasuk

mata pencaharian utama dengan jumlah nelayan sekitar 6.500 jiwa.

Berdasarkan data Bappenas Provinsi Aceh Daftar Penduduk

Berpendidikan wilayah Simeulue adalah Sebagai berikut :

Tabel.2 Tentang Penduduk Berpendidikan

No Kabupaten/Kota

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009

1. Simeule 95.08 98.30 97.44 98.17 99.18

2. Aceh Singkil 89.66 88.86 85.88 90.71 93.91

3. Aceh Selatan 92.10 90.84 89.82 93.67 95.02

4. Aceh Tengara 92.68 95.32 95.89 97.27 96.63

5. Aceh Timur 96.74 97.00 96.97 95.69 97.51

6. Aceh Tengah 91.57 96.84 94.06 96.97 97.89

7. Aceh Barat 96.15 86.82 94.63 94.06 93.05

8. Aceh Besar 93.93 93.10 93.55 94.63 93.98

9. Pedie 93.46 91.93 93.55 95.51 94.29

10. Bireuen 97.54 98.34 95.87 98.09 97.59

11. Aceh utara 93.74 96.04 94.72 95.12 94.43

7

Page 8: Pesisir-Simeulue

12. Aceh Barat Daya 90.40 91.47 93.14 96.12 94.04

13. Gayo lues 82.12 83.65 77.65 96.22 98.25

14. Aceh tamiang 93.41 95.46 97.04 84.41 93.58

15. Nanag Raya 85.76 83.45 89.60 97.87 93.31

16. Aceh Raya 89.36 95.46 91.78 88.59 98.61

17. Bener Meriah 96.24 83.45 91.78 93.73 92.93

18. Pedie jaya 92.56 97.06 99.10

19. Banda Aceh 99.05 98.56 98.09 92.56 98.26

20. Sabang 97.45 97.85 98.98 98.95 99.10

21. Langsa 97.01 98.04 98,75 98.78 99.63

22. Lhokseumawe 96.11 98.82 89.41 98.58 96.13

23. Subulusalam 98.06 91.36 96.13

Total 93.88 94.27 94.51 95.94 96.39

2.4 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Saat ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai

program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom

up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-

program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur

masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.

Pertanyaan kemudian muncul apakah konsep pemberdayaan yang

salah atau pemberdayaan dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari

segolongan orang. Memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan

peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya,

merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan

kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan

kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena didalam habitat pesisir

terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:

a) Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang

mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini

dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan

nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari

jenis kapal/peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.

8

Page 9: Pesisir-Simeulue

b) Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir

yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan

mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun

dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat

sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi

pengumpul ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.

c) Masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang

paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka

dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka,

mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha

produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK)

pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.

d) Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok

masyarakat nelayan buruh.

Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan

dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi

mereka. Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya, mereka

membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda

dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal

kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah

dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan

keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap

kelompok tersebut.

Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir

haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan

antara satu kelompk dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah

dengan daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah

bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah

pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok

masyarakat sasaran. Banyak sudah program pemberdayaan yang

dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi

masyarakat pesisir (PEMP). Pada intinya program ini dilakukan melalui tiga

pendekatan, yaitu:

(a) Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi tawar masyarakat,

mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh,

9

Page 10: Pesisir-Simeulue

sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan

secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung

(intermediate) antara pemerintah dan swasta. Selain itu

kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin

terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.

(b) Pendampingan. Keberadaan pendamping memang dirasakan

sangat dibutuhkan dalam setiap program pemberdayaan.

Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena

kekurangtauan, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah,

atau mungkin masih kuatnya tingkat ketergantungan mereka karena

belum pulihnya rasa percaya diri mereka akibat paradigma-

paradigma pembangunan masa lalu. Terlepas dari itu semua, peran

pendamping sangatlah vital terutama mendapingi masyarakat

menjalankan aktivitas usahanya. Namun yang terpenting dari

pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat pada

kelompok yang tepat pula.

(c) Dana Usaha Produktif Bergulir. Pada program PEMP juga

disediakan dana untuk mengembangkan usaha-usaha produktif

yang menjadi pilihan dari masyarakat itu sendiri. Setelah kelompok

pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus menyisihkan

keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain

yang membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya akan disepakati

di dalam forum atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sendiri

dengan fasilitasi pemerintah setempat dan tenaga pendamping.

10

Page 11: Pesisir-Simeulue

2.5 Penanggulangan Kemiskinan Pesisir Simelue Aceh indonesia

Tinggal di daerah tersebut adalah para nelayan. Pemberdayaan ini lebih

difokuskankepada pencerdasan para nelayan itu sendiri agar mereka paham

dan mengertibagaimana memanfaatkan sumber daya laut secara

berkelanjutan, serta bagaimana caramengentaskan kemiskinan mereka agar

mata pencaharian nelayan dapat dipandangsebagai mata pencaharian

unggulan sehingga mereka, para nelayan tersebut tidakterjebak lagi dalam

ingkaran setan kemiskinan (vicious circle). Beberapa pemecahanyang

mungkin dapat dilakukan setelah mengkaji pembahasan di atas diantaranya.

Memberdayakan para nelayan agar tidak bergantung pada hasil melaut saja,

melainkan juga pada mata pencaharian lain, misalnya dengan

pembudidayaan perikanan maupun non perikanan. Tujuan dari ‘mengalihkan’

mata pencaharian lain ini adalah agar mereka memiliki pendapatan yang

relative lebih stabil dan tidak hanya bergantung pada musim saja.

Mendukung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri di sektor kelautan dan perikanan yang digalakkan oleh pemerintah.

Dengan adanya program ini diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan

nelayan di Indonesia. Program ini dijalankan melalui pengembangan kegiatan

perekonomian masyarakat yang berbasis pada sumber daya lokal, baik

masyarakat maupun sumber daya alamnya, sehingga para nelayan dapat

mengembangkan usaha sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya

sendiri. Dan masih banyak lagi kebijakan – kebijakan yang lain.

11

Page 12: Pesisir-Simeulue

3. DATA PEMBAHASAN

3.1 Masyarakat Pesisir Simeulue.

Simeulue adalah bagian dari masyarakat pesisir provinsi aceh.

Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada

kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri

tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran

dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan

semakin ditingkatkan di kawasan ini. Ibukota Kabupaten Simeulue adalah

Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Si navang yang

berasal dari legenda Navang. Navang adalah si pembuat garam masa dulu di

daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang. Dulunya Navang membuat

garam dengan membendung air laut yang masuk ke pantai Babang, kemudian

dikeringkan lalu menjadilah garam.

Di kabupaten ini simeulue merupakan sektor yang penunjang

perkembangan masyarakat pesisir yang ada di aceh. Kabupaten Simeulue

mempunyai potensi yang besar di sektor perikanan. Dalam satu dasawarsa

terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah Lobster (udang

laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti

Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri hingga Singapura dan Malaysia.

Selain itu terdapat 305.000 ha area penghasil ikan yang merupakan pusat

penghasil Tuna. Penangkapan ikan laut termasuk mata pencaharian utama

dengan jumlah nelayan sekitar 6.500 jiwa.

3.2 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Pesisir Simeulue

Beberapa strategi yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan

masyarakat pesisir sejauh ini berlaku untuk seluruh masyarakat pesisir tidak

terlepas adalah masyarakat pesisir aceh dan sekitarnya. Strategi yang ada

adalah sebagai berikut :

1. Memperdayakan para nelayan agar tidak tergantung pada hasil melaut

saja. Pengalihkan ketergantungannya dengan usaha yang lain dengan

tujuan agar mereka mendapat pendapatn yang lebih stabil.

2. Mendukung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri di sektor kelautan dan perikanan yang digalakkan oleh

pemerintah. Dengan adanya program ini diharapkan dapat mengurangi

angka kemiskinan nelayan di Indonesia.

12

Page 13: Pesisir-Simeulue

3. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat nelayan. Nelayan yang buta

huruf minimal dapat membaca atau lulus dalam paket A atau B. Anak

nelayan diharapkan mampu menyelesaikan pendidikan tingkat menengah.

Sehingga ke depannya nanti akses perkembangan teknologi kebaharian

dan peningkatan ekonomi lebih mudah dilakukan.

4. Mendukung Program Mitra Bahari (PMB) yang merupakan program

kemitraan antara Departemen Kelautan dan Perikanan dengan perguruan

tinggi, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, swasta,

kelompok masyarakat dan stakeholder lainnya, dalam rangka

meningkatkan kapasitas lembaga dan SDM di daerah dan mengakselerasi

pembangunan kelautan dan perikanan. Program ini diwujudkan melalui

pelaksanaan empat komponen utama kegiatan yaitu pendampingan dan

penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, riset terapan dan analisis untuk

rekomendasi kebijakan. Adapun tujuan penyelenggaraan PMB adalah

menguatkan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan dalam

pengelolaan wilayah dan sumber daya kelautan, pesisir dan pulau-pulau

kecil, mempercepat dan mengoptimasi.

5. Pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mendukung

implementasi pengelolaan sumber daya kelautan, pesisir dan laut,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan menyelenggarakan program

penyuluhan dan pendampingan, penyebarluasan/sosialisasi, pendidikan

dan pelatihan, penelitian terapan serta analisis kebijakan.

6. Adanya bantuan modal dari pemerintah untuk dapat membantu nelayan,

khususnya dalam hal perbaikan infrastruktur yang digunakan untuk melaut

para nelayan.

Selain itu, pemerintah juga seharusnya membuat suatu lembaga yang

dapat menaungi perekonomian nelayan, dimana lembaga ini dapat membantu

permodalan mereka yang sifatnya tidak mengikat, mengingat para nelayan

memiliki tingkat fleksibilitas tinggi (misalnya waktu untuk membayar hutang,

dll). Berbagai macam upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan ini

sudah banyak dilakukan, namun pemerintah belum memiliki konsep yang

jelas, sehingga penanganan masih bersifat parsial dan tidak terpadu. Yang

terpenting dari pemberdayaan masyarakat nelayan ini terletak pada peran

serta dari pemerintah. Seperti yang kita ketahui, selama ini kebijakan dari

pemerintah masih cenderung mengarah pada satu sisi saja, yaitu wilayah kota

13

Page 14: Pesisir-Simeulue

dan ‘darat’, sektor perikanan dan kelautan belum menjadi prioritas utama

dalam kebijakan strategis nasional. Padahal apabila sektor perikanan dan

kelautan serta komponen yang ada di dalamnya, dalam hal ini nelayan,

memperoleh dukungan dari pemerintah, bukan tidak mungkin perekonomian

Indonesia akan menjadi semakin baik mengingat Indonesia merupakan

negara maritim dengan armadanya yang kuat. Relevansi Kasus di Indonesia

Kehidupan nelayan di Indonesia sendiri dapat dikatakan masih belum

makmur.

3.3 Dampak dari Strategi Yang Ada

Dari strategi yang telah dilakukan pemerintahan banyak masyarakat

pesisir yang memiliki sedikit kemajuan dari sebelumnya. Apalagi dalam

masalah ketergantungan terhadap laut dengan adanya strategi demikian,

banyak masyarakat pesisir yang tidak hanya mengandalkan hidupnya dengan

mata pencaharian sebagai nelayan tetapi dengan mata pencaharian lain.

Gaya hidup yang modern dan perubahan social juga terjadi karena

faktor kemajuan, teknologi yang ada, kemajuan Skil yang sudah terolah,

pendidikan yang tersedia, dan kemudahan – kemudahan untuk mendapat

informasi. Keterbukaan masyarakat pesisir yang mulai peduli lingkungan,

penggunaan alat – alat modern dalam penangkapan juga sudah mulai di

gunakan.

Mulai tersedianya prasaran untuk perkembangan dan kemajuan

masyarakat pesisir. Namun semua yang sudah ada tidak dapat dipungkiri

masih banyak juga masyarakat pesisir yang masih butuh perhatian lebih.

14

Page 15: Pesisir-Simeulue

4. ANALISIS

Dalam penulisan makalah ini analisis yang dengan menganalisa data

literature yang sudah ada, yang tersedia dalam internet, buku maupun jurnal,

pengambilan data secara sekunder yaitu pengambilan data yang dilakukan

secara tidak langsung dengan menggunakan informasi – informasi yang

sudah ada.

Dari data yang diperoleh bahwa tingkat kemiskinan masyarakat pesisir

di kawasan simeulue, juga merupakan penyumbang kemiskinan di wilayah

aceh. Beberapa startegi yang dilakukan cukup signifikan oleh pemerintah

yang berkaitan untuk mensejahterakan masyarakat pesisir.

15

Page 16: Pesisir-Simeulue

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

- Masyarakat pesisir simeulue adalah bagian masyarakat pesisir

kabupaten di Aceh, yang memiliki peranan penting dalam

perkembangan dan kemajuan masyarakat pesisir di wilayah tersebut.

- Strategi telah di lakukan pemerintah seperti, guna menanggulangi

kemiskinan masyarakat pesisir dengan kebutuhan yang sesui

kebutuhan masyarakat pesisir, dengan beberapa kebijakan – kebijakan

dan program – program yang dibutuhkan masyarakat pesisir.

- Dampak terhadap menempatan strategi dengan sedikit dan sedikit

kemajuan terhadap masyarakat pesisir, yang lebih baik.

5.2 Saran

Sebagai fasilitator terhadap kesejahteraan masyarakat, seharusnya

pemerintah harus selalu peka terhadap kebutuhan yang di butuhkan oleh

masyarakat. Dan kita sebagai akademisi yang mengerti juga harus

menumbuhkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan selagi kita

mampu. Saling memberikan manfaat satu dengan yang lain.

16

Page 17: Pesisir-Simeulue

DAFTAR PUSTAKA

- Balitbang Provinsi Jawa Tengah. 2010. Penelitian dan Pengembangan

Model Pemberdayaan Terhadap Keluatga Nelayan.Marbun, Leonardo.

2011. Kemiskinan Nelayan dan Perubahan Iklim. Diunduh dari

http://pppmn.wordpress.com/ pada tanggal 12 Desember 2012.

- Laila. 2009. Kemiskinan Struktural Masyarakat Nelayan. Diunduh dari

http://mhs.blog.ui.ac.id/najmu.laila pada tanggal 12 Desember 2012.

- Perpres No. 6 Tahun 2011. 17 Februari 2011. Diakses pada 12

Desember 2012.

- Salehudin, A. (2008). Rumah Aceh (Rumah Tradisional di Melayu Aceh

di Provinsi Aceh). Dipetik November 29, 2011, dari

http://asalehudin.wordpress.com/category/rumahadat/

- Saputra, A. (2008). Sejarah Kebudayaan Aceh. Dipetik November 7,

2011,dari

http://andriansaputra.multiply.com/journal/item/21/SEJARAH_KEBUDAY

AAN_ACEH

- Timphiek. (2009). Asimilasi dalam Budaya Aceh. Dipetik November 7,

2011, dari http://blog.harian-aceh.com/asimilasi-dalam-budaya-aceh.jsp

- Sjah, R . (2005). Budaya Aceh Mulai Bergeser Pasca Tsunami. Dipetik

Desember 2, 2011 dari  HYPERLINK

“http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=KolomFeature&id=10″

http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=KolomFeature&id=10

- UURI No.48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Simeulue

- Victor P.H. 2010. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta

Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. 8

- www.Wikipedia.com . Diakses pada tanggal 10 Desember 2012

- www.sumatracotourism.com Diakses pada tanggal 10 Desember 2012

17