Upload
anggoro-yn
View
32
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Newsletter from IEEE INdonesia Section PES Chapter containing articles and news on energy and electricity
Citation preview
P & E Indonesia Media Informasi dan Komunikasi
28 Mei 2015
Volume 1, Issue 4
Akses Listrik Untuk Semua Sekilas Mengenai Program Listrik Perdesaan
1
I E E E P o w e r & E n e r g y S o c i e t y
I n d o n e s i a C ha p t e r
Listrik Perdesaan? Banyak diantara
kita yang sering mendengar, atau
setidaknya pernah mendengar,
program Listrik Perdesaan. Namun,
tahukah kita perencanaan dan
pelaksanaan program ini? Mungkin
tidak banyak yang tahu.
Halaman muka majalah elektronik
“P & E Indonesia” edisi Mei 2015
mencoba memaparkan Program
Listrik Perdesaan agar kita semua,
Insinyur Listrik, terutama yang di
sektor ketenagalistrikan dan energi,
dapat lebih memahami program ini
dan kita dapat menyumbangkan
keahlian dan kompetensi kita bagi
kesuksesan program ini.
Sebagai program resmi pemerintah,
Listrik Perdesaan dilandasi oleh
amanat Undang-undang No 30
Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan, yaitu pasal 4.
Dalam ayat 3, disebutkan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menyediakan dana untuk
penyediaan listrik kelompok
masyarakat tidak mampu,
pembangunan sarana penyediaan
listrik di daerah yang belum
berkembang, pembangunan tenaga
listrik di daerah terpencil dan
perbatasan serta pembangunan
listrik perdesaan.
Perlu untuk dicatat bahwa
pembangunan ketenagalistrikan di
Indonesia bertujuan untuk
menjamin ketersediaan tenaga
listrik dalam jumlah yang cukup,
kualitas yang baik, dan harga yang
wajar dalarn
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
dan
kemakmuran
rakyat secara adil
dan merata serta
mewujudkan
pembangunan
yang
berkelanjutan,
sebagaimana
dinyatakan di
Pasal 2 ayat 2 UU Ketenagalistrikan.
Dengan demikian, Program Listrik
Perdesaan adalah merupakan
kebijakan Pemerintah dalam bidang
ketenagalistrikan untuk perluasan
akses listrik pada wilayah yang
belum terjangkau jaringan distribusi
tenaga listrik di daerah perdesaan.
Untuk daerah terpencil yang tidak
dapat dijangkau oleh jaringan listrik
PLN, diarahkan pada potensi energi
setempat (PLTS, PLT Bayu dan
PLTMH).
Sumber pendanaan Program Listrik
Perdesaan dapat dipilah ke dalam
dua kategori:
APBN dan APBD
a. Program Listrik Perdesaan dan
Program Listrik Hemat dan
Murah.
b. Pembangunan Pembangkit
Energi Baru Terbarukan (EBT).
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Energi Perdesaan.
bersambung hal 3
Non APBN
Akses Listrik Untuk Semua
1
Energi Terbarukan untuk Kehidupan
Yang Lebih Baik
4
Apakah PLTS Rumah Tangga Dapat
Mengguncang Bisnis Penyediaan
Listrik
7
Mengenal Lebih Dekat Ketua IEEE
Indonesia Section 2015
9
Perawatan dan Pengujian Gawai
Proteksi Arus Lebih
10
Prinsip Dasar Akuntansi
11
Edisi ketiga majalah elektronik “P & E Indonesia” hadir sedikit terlambat dibandingkan edisi
sebelumnya. Untuk itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini. Kami
akan terus berupaya belajar agar majalah ini dapat menjadi semakin baik dan kami berusaha
agar kami dapat mendisiplinkan diri kami agar kami dapat menyajikan yang terbaik.
Edisi ini menyajikan beberapa artikel, antara lain mengenai Program Listrik Perdesaan, Energi
Terbarukan, serta artikel lainnya. Di edisi ini kita juga bisa mengenal profil Bapak Satriyo
Sharmanto, Ketua IEEE Indonesia Section 2015. Beliau juga berkenan menyumbangkan tulisan
mengenai energi terbarukan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Satriyo Dharmanto
dan Bapak Akalangka de Zoysa yang telah meluangkan waktu untuk berbagi pengetahuan
dengan kita semua.
Kembali kami mengajak para pembaca, terutama anggota IEEE Power and Energy Society
Indonesia agar bersedia menyumbangkan ide, ilmu dan pemikiran melalui tulisan untuk
dimuat di majalah ini. Sebagaimana kata orang bijak, ilmu tidak akan berkurang sedikitpun
walaupun ilmu itu dibagikan ke semua orang di penjuru bumi. Dengan meng-“infaq”-kan ilmu
yang sudah kita miliki, maka akan datang ilmu-ilmu baru yang akan dipermudah kita
memahaminya.
Demikian dari kami dan selama membaca.
Anggoro YN/Pamred
2
P & E Indonesia
Merupakan buletin bulanan
sebagai media informasi dan
komunikasi bagi anggota IEEE
Power and Energy Society
Indonesia
Para anggota IEEE PES
Indonesia, anggota IEEE pada
umumnya serta para pemangku
kepentingan sektor ketenaga-
listrikan dan energi, baik praktisi,
akademisi maupun aparat
birokrasi dipersilakan untuk
mengirimkan artikel.
Terbit bulanan setiap tanggal 28
Pimpinan Redaksi:
Anggoro Yudho Nuswantoro
Staff Redaksi
Ryandi ([email protected])
Fanni Irsanti
Pernyataan:
Segala opini / pendapat yang
termuat dalam buletin ini dalah
merupakan tanggung jawab dari
masing-masing penulis. IEEE
ataupun IEEE Power and Energy
Society Indonesia tidak
bertanggung jawab atas isi yang
termuat di dalam buletin ini.
Tanpa mengubah isi / materi,
naskah yang masuk akan
menjalani proses penyuntingan
untuk menyesuaikan dengan
layout majalah.
Dari Redaksi
Edisi Ini
Akses Listrik Untuk Semua
3
Sambungan dari hal 1
d. Pengembangaan Listrik
Perdesaan oleh Pemerintah
Daerah
Non APBN
a. Pembangunan pembangkit dan
perluasan jaringan PLN melalui
APLN.
b. Pembangunan pembangkit
Energi Baru Terbarukan oleh
Koperasi, Swasta dan LSM.
Pada tahun
anggaran 2015,
Pemerintah
mengalokasikan
dana sebesar Rp
3,107 triliun untuk
pelaksanaan
Program Listrik Perdesaan. Dengan
dana tersebut, Kementrian ESDM selaku
pelaksana mentargetkan pembangunan
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
sepanjang 4.217 km, Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) sepanjang 4.260 km,
Gardu Distribusi sebanyak 2.870 unit
dengan kapasitas 178 MVA serta
penyambungan dan instalasi listrik
gratis kepada nelayan dan rakyat tidak
mampu sebanyak 121.399 RTS (Rumah
Tangga Sasaran).
Program listrik gratis bagi nelayan dan
rakyat tidak mampu berupa instalasi
rumah tinggal sebanyak tiga titik lampu
lengkap dengan lampu hemat energi,
satu stop kontak, satu grounding dan
satu panel MCB, pemeriksaan
instalasinya serta penyambungan
dengan daya 450 VA.
Sesuai dengan APBN-P 2015,
pemerintah menyebar sambungan listrik
gratis di 33 provinsi. Empat provinsi
yang mendapatkan sambungan
terbanyak adalah Provinsi Gorontalo
(sebanyak 10.000
sambungan listrik
gratis) dan disusul
Provinsi Maluku,
Provinsi Maluku Utara
dan Provinsi Sulawesi
Selatan. Ketiga provinsi
ini masing-masing
dianggarkan untuk
7.500 sambungan listrik
gratis.
Program Listrik
Perdesaan pun
mengalami berbagai
kendala di lapangan.
Sebagian besar lokasi sumber energi
primer pembangkit energi terbarukan
berada pada daerah dengan jumlah
penduduk yang kecil. Kepadatana
penduduk yang rendah serta faktor
geografis seringkali menyulitkan
pembangunan jaringan distribusi listrik.
Seringkali
pembangunan
kelistrikan
berbenturan dengan permasalahan
perizinan, baik dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah maupun instansi
lain yang terkait terutama jika jaringan
listrikmelintasi kawasan hutan lindung
atau perkebunan. Permasalahan ganti
rugi lahan atau tanaman yang dilewati
jaringan listrik juga seringkali menjadi
kendala.
Titik ujung dari Program Listrik
Perdesaan adalah peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat secara adil dan merata. Hal
ini tercapai antara lain melalui:
a. peningkatan ekonomi masyarakat
pedesaan.
b. peningkatan kualitas bidang
pendidikan dan kesehatan
c. peningkatan produktivitas ekonomi,
sosial dan budaya masyarakat
pedesaan
d. percepatan akses terhadap informasi
dari media elektronik serta media
komunikasi lainnya bagi masyarakat
pedesaan
e. peningkatan keamanan dan
ketertiban masyarakat pedesaan.
(ayn)
Sumber:
1. https://www.djk.esdm.go.id/index.php/in
dex.php/detail-berita?ide=3894
2. http://fastnewsindonesia.com/article/prog
ram-listrik-pedesaan-akan-dapat-
anggaran-rp-317-triliun
3. https://dreamindonesia.files.wordpress.co
m/2011/03/img_2890.jpg
4. http://us.images.detik.com/content/2013/0
6/13/1034/padam.jpg
5. http://v-images2.antarafoto.com/g-
pr/1355127313/listrik-perdesaan-13.jpg
6. http://2.bp.blogspot.com/-
akWKSBEH0CQ/UI7aGl3lwEI/AAAAAA
AAJVQ/M0Da88U-
ndA/s1600/Belasan+Rumah+Dialiri+Lisde
s+di+Cintalaksana.JPG
7. http://www.dpupesdm.jogjaprov.go.id/be
rita/343-lisdes.html
8. Budget in Brief APBNP 2015
9. Program Listrik Perdesaan di Indonesia:
Kebijakan, Rencana dan Pendanaan
10. Undang-undang No 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan
Energi Terbarukan
Untuk Kehidupan
Yang Lebih Baik Satriyo Dharmanto
4
Walau raga sudah tidak lagi berfungsi,
namun otak masih bisa berfikir, di mana
kecerdasan dan emosi manusia bisa
dikodifikasi menjadi data, yang
kemudian diunggah ke jejaring internet,
sehingga “manusia” yang berhasil
memberdayakan mesin super cerdas
bernama Physically Independent Neural
Network (PINN), dapat mengatur,
bertindak, bertransaksi apapun,
kapanpun, dan di manapun melalui
jejaring internet tanpa batas ruang dan
waktu.
Sepenggal kisah dalam
film science fiction
berjudul Transcendence,
garapan sutradara Wally
Pfister, yang
memvisualisasikan
perkembangan ICT
mendatang, di mana
dunia semakin
terkoneksi, semakin
borderless dan informasi
apapun berupa ide
tulisan, gambar/foto,
suara dan video, bila
sudah diunggah dan
terhubung ke internet,
akan dengan mudah
diakses oleh siapapun, kapanpun dan
dari manapun, yang bisa menjadi
kekuatan berdampak sangat dahsyat
bagi umat manusia.
Kini, ICT bukan lagi menjadi sekedar
sarana pendukung, namun sudah
menjadi enabler, bagian integral yang
tidak terpisahkan bagi kehidupan umat
manusia. Sebagian besar bidang
kehidupan saat ini sudah sangat
tergantung pada kehadiran ICT.
Pemerintahan negara manapun dan
perusahaan atau organisasi sebesar
apapun kini sangat tergantung dengan
sistem ICT yang handal. Sebagian besar
negara maju, sudah melakukan
deregulasi ICT yang bertujuan
mengoptimalkan
kinerja secara
nasional.
Perkembangan bidang Power dan
Energy telah menghasilkan konsep
efisiensi energi (Energy Efficiency) dan
Energi Terbarukan (Renewable Energy),
yang merupakan dua pilar penting
dalam kebijakan energi berkelanjutan
(sustainable energy). Kedua strategi ini
perlu terus ditingkatkan agar diperoleh
kestabilan bumi dan penurunan emisi
carbon dioxide, untuk mengatasi
Climate change dan global warming.
Inilah yang mendasari para pelaku
inovasi teknologi untuk terus sadar
bahwa peningkatan effisiensi energi
merupakan kebutuhan mutlak di dunia
modern ini. Implementasi teknologi ICT
terus digunakan dan menjadi andalan
dalam mengontrol, memonitor dan
mengoptimalkan pengelolaan energi
untuk memperoleh energi
berkelanjutan.
Pada saat effisiensi energi sedang terus
dikampanyekan, diimplementasikan
dan ditingkatkan di negara-negara maju,
energi terbarukan sangat mendesak
untuk diimplementasikan di negara-
negara berkembang, khususnya di
pedesaan, di daerah terpencil, di mana
transportasi, transmisi dan distribusi
energi yang dihasilkan dari bahan bakar
fosil sulit didaptakan, yang
berkonsekuensi pada tingginya biaya
untuk mengkonsumsinya.
Energi terbarukan merupakan energi
yang berasal dari sumber
alami seperti sinar
matahari, angin, hujan,
pasang surut, gelombang,
dan panas bumi.
Energi terbarukan memiliki
peran penting dalam
meningkatkan kehidupan
yang lebih baik, dengan
memberikan akses energi
modern kepada miliaran
orang di negara-negara
berkembang yang masih
terus bergantung pada
sumber energi tradisional.
Saat ini, sekitar 1,5 miliar
orang di seluruh dunia
masih kekurangan akses listrik, dan
sekitar 2,6 miliar yang masih
bergantung pada kayu, jerami, arang,
atau kotoran hewan untuk memasak
makanan sehari-hari (REN21, 2014).
Teknologi untuk Energi Terbarukan
Saat ini ada beberapa mainstream
technology yang terus dikembangkan
untuk memperoleh energi terbarukan,
antara lain pembangkit listrik tenaga
angin (wind power), pembangkit listrik
tenaga air (hydropower), pembangkit
listrik tenaga matahari (solar energy),
biomassa (biomass), bahan bakar bio
(biofuel) dan pembangkit listrik panas
bumi (geothermal).
ANTARA MASDAR CITY
DAN PULAU SUMBA
5
(REN21, 2014) menyampaikan hasil
laporan bahwa energi terbarukan telah
menyumbang 19 persen konsumsi
energi dan 22 persen untuk pembangkit
listrik pada tahun 2012 dan 2013.
Sumber energi terbarukan seperti tenaga
angin, matahari, bahan bakar bio, dapat
ditemukan di mana-mana, tersebar di
daerah geografis yang sangat luas,
berbeda dengan sumber energi lain,
seperti minyak, yang hanya
terkonsentrasi di sejumlah negara.
Penyebaran energi terbarukan dan
energi efisiensi yang cepat,
menghasilkan keamanan energi global
yang signifikan, mitigasi perubahan
iklim (climate change mitigation), dan
telah memberikan manfaat ekonomi
yang merupakan bagian integral dari
Global sustainable financial system.
Dalam survei opini publik internasional
Global Trends in Sustainable Energy
Investment 2015 dalam
http://www.unep.org terdapat
dukungan yang kuat untuk
mempromosikan sumber energi
terbarukan, seperti tenaga surya dan
tenaga angin. Setidaknya 30 negara di
seluruh dunia telah memiliki energi
terbarukan yang memberikan kontribusi
lebih dari 20 persen dari pasokan energi
dunia.
Kyoto Protocol yang dicanangkan pada
bulan Desember 1997 memberikan
rekomendasi kepada negara-negara
Industri untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca sebesar 5,2%, dengan
penurunan emisi 6 gas rumah kaca,
yaitu Carbon dioxide, CO2, Methane,
CH4, Nitrous oxide, N2O, Sulfur
hexafluoride, SF6, High fructose corn
syrup, HFCs dan Perfluorinated
compound, PFCs.
Pada 09 Oktober 2009 European
Commission juga mengeluarkan
rekomendasi ”on mobilising
information and communication
technologies to facilitate the transition to
an energy-efficient, low-carbon
economy”.
Uni Eropa memiliki target penurunan
emisi gas rumah kaca (greenhouse
gases) sebesar 8%. Sementara itu US
memiliki target 7%, Japan 6%, Australia
8% dan Iceland 10%. Negara-negara
maju terus memanfaatkan penggunaan
sistem ICT untuk meningkatkan
effisiensi energi, dan terus berupaya
memanfaatkan perkembangan ICT
untuk meningkatan effisiensi energi.
Energi Terbarukan di Indonesia
Di Indonesia ada beberapa potensi
energi terbarukan yang perlu terus
dikaji dan ditingkatkan skala
ekonominya. Pengembangan
pembangkit listrik tenaga angin sedang
terus digalakkan. Menurut hasil
pemetaan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) di 120
lokasi, menunjukkan bahwa energi
angin di beberapa daerah di Indonesia
umumnya berkecepatan lebih dari 5
m/s. Beberapa wilayah di Indonesia
memiliki kecepatan angin di atas 5 m/s,
antara lain di propinsi NTB, NTT, Sulsel,
dan Pantai Selatan Jawa. Menurut
perhitungan LAPAN, kecepatan angin 4
m/s hingga 5 m/s dapat digolongkan
pada skala menengah dan memiliki
potensi kapasitas 10-100 kW, dengan
catatan diperlukan sumber dan
kecepatan angin yang kontinyu.
Energi pasang surut (Tidal Energy)
merupakan salah satu sumber energi
yang dihasilkan dari pemanfaatan air
laut yang mengalami pasang surut dan
relatif lebih mudah diprediksi
jumlahnya dibanding energi angin,
karena air laut merupakan fluida yang
memiliki massa jenis jauh lebih tinggi
(REN21, 2014) menyampaikan hasil
laporan bahwa energi terbarukan telah
menyumbang 19 persen konsumsi
energi dan 22 persen untuk pembangkit
listrik pada tahun 2012 dan 2013.
Sumber energi terbarukan seperti tenaga
angin, matahari, bahan bakar bio, dapat
ditemukan di mana-mana, tersebar di
daerah geografis yang sangat luas,
berbeda dengan sumber energi lain,
seperti minyak, yang hanya
terkonsentrasi di sejumlah negara.
Penyebaran energi terbarukan dan
energi efisiensi yang cepat,
menghasilkan keamanan energi global
yang signifikan, mitigasi perubahan
iklim (climate change mitigation), dan
telah memberikan manfaat ekonomi
yang merupakan bagian integral dari
Global sustainable financial system.
Dalam survei opini publik internasional
Global Trends in Sustainable Energy
Investment 2015 dalam
http://www.unep.org terdapat
dukungan yang kuat untuk
mempromosikan sumber energi
terbarukan, seperti tenaga surya dan
tenaga angin. Setidaknya 30 negara di
seluruh dunia telah memiliki energi
terbarukan yang memberikan kontribusi
lebih dari 20 persen dari pasokan energi
dunia.
Kyoto Protocol yang dicanangkan pada
bulan Desember 1997 memberikan
rekomendasi kepada negara-negara
Industri untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca sebesar 5,2%, dengan
penurunan emisi 6 gas rumah kaca,
yaitu Carbon dioxide, CO2, Methane,
CH4, Nitrous oxide, N2O, Sulfur
hexafluoride, SF6, High fructose corn
syrup, HFCs dan Perfluorinated
compound, PFCs.
Pada 09 Oktober 2009 European
Commission juga mengeluarkan
rekomendasi ”on mobilising
information and communication
technologies to facilitate the transition to
an energy-efficient, low-carbon
economy”.
Uni Eropa memiliki target penurunan
emisi gas rumah kaca (greenhouse
gases) sebesar 8%. Sementara itu US
memiliki target 7%, Japan 6%, Australia
8% dan Iceland 10%. Negara-negara
maju terus memanfaatkan penggunaan
sistem ICT untuk meningkatkan
effisiensi energi, dan terus berupaya
memanfaatkan perkembangan ICT
untuk meningkatan effisiensi energi.
Energi Terbarukan di Indonesia
Di Indonesia ada beberapa potensi
energi terbarukan yang perlu terus
dikaji dan ditingkatkan skala
ekonominya. Pengembangan
pembangkit listrik tenaga angin sedang
terus digalakkan. Menurut hasil
pemetaan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) di 120
lokasi, menunjukkan bahwa energi
angin di beberapa daerah di Indonesia
umumnya berkecepatan lebih dari 5
m/s. Beberapa wilayah di Indonesia
memiliki kecepatan angin di atas 5 m/s,
antara lain di propinsi NTB, NTT, Sulsel,
dan Pantai Selatan Jawa. Menurut
perhitungan LAPAN, kecepatan angin 4
m/s hingga 5 m/s dapat digolongkan
pada skala menengah dan memiliki
potensi kapasitas 10-100 kW, dengan
catatan diperlukan sumber dan
kecepatan angin yang kontinyu.
Energi pasang surut (Tidal Energy)
merupakan salah satu sumber energi
yang dihasilkan dari pemanfaatan air
laut yang mengalami pasang surut dan
relatif lebih mudah diprediksi
jumlahnya dibanding energi angin,
karena air laut merupakan fluida yang
memiliki massa jenis jauh lebih tinggi
6
memiliki massa jenis
jauh lebih tinggi
dibanding angin dan
pasang surutnya air
laut dapat diprediksi
secara lebih akurat di
satu daerah dan
daerah lainnya,
sehingga dapat
menghasilkan energi
yang kontinyu.
Tidal Energy
memerlukan suatu
generator arus pasang
surut (tidal stream)
yang memanfaatkan
energi kinetik dari air
laut untuk
menggerakan turbin, dengan
memanfaatkan fitur lepas pantai
tertentu seperti selat atau teluk, yang
dapat mempercepat gerakan air laut.
Generator jenis ini dengan mudah dapat
dibangun dengan memanfaatkan
fasilitas infrastruktur yang telah ada,
misalnya infrastruktur jembatan. Bentuk
turbin dapat didesain dalam bentuk
turbin vertikal maupun turbin
horizontal, terbuka maupun terlindung
pipa, dan biasanya dapat diletakkan di
lokasi dekat dengan dasar air.
Pemerintah pusat dan daerah di
Indonesia juga sedang menggalakkan
implementasi energi terbarukan untuk
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Pemanfaatan solar panel sudah mulai
dilakukan sejak beberapa tahun lalu,
khususnya di Indonesia timur,
walaupun pencapaian effisiensi nya
memang belum optimal dan masih ada
banyak kendala di sisi perangkat
converternya yang sering mengalami
kerusakan.
Disamping itu ujicoba perangkat
pembangkit listrik tenaga angin juga
sedang dilakukan di Bali dan Nusa
Tenggara Timur, dilakukan oleh
LAPAN, BPPT dan beberapa perguruan
tinggi bekerja sama dengan pemerintah
daerah.
Potensi penelitian Energi terbarukan
Beberapa topik penelitian yang sedang
digalakan oleh IEEE di bidang
renewable energy antara lain Renewable
Energy Systems and Sources (RESSs) as
Wind Power, Hydropower, Solar
Energy, Biomass, Biofuel, Geothermal
Energy, Wave Energy, Tidal energy,
Hydrogen & Fuel Cells,
Energy Storage.
Disamping itu ada beberapa
bidang terkait lainnya, yaitu
E New Trends and
Technologies for RESSs;
E Policies and Strategies for
RESSs;
E Energy Transformation
from Renewable Energy
System (RES) to Grid.
E Novel Energy Conversion
Studies for RESs.
E Power Devices and
Driving Circuits for RESs;
E Control Techniques for
RESs, Grid Interactive
Systems Used in Hybrid
RESs;
E Performance Analysis of RESs;
E Hybrid RESSs, D
E ecision Support Systems for RESSs;
E Renewable Energy Research and
Applications for Industries;
E RESSs for Electrical Vehicles and
Components,
E Artificial Intelligence and Machine
Learning Studies for RESs and
Applications;
E Computational Methods for RESSs;
E Energy Savings for Vehicular
Technology;
E Public Awareness and Education for
Renewable Energy and Systems;
E Reliability and Maintenance in
RESSs;
E Smart grids and RESSs;
E Safety and Security of RESSs;
E Renewable Energy Systems in Smart
Cities;
E Future Challenges and Directions for
RESSs.
Sumber Gambar:
1.www.energy4humandevelopment.com/
2. subseaworldnews.com
3.euanmearns.com/german-power-2013/)
4. renewablepowernews.com/archives/1409
5.www.tidalenergy.eu/tidal_stream_systems.
html
6. teknologi.news.viva.co.id/news
Satriyo Dharmanto adalah Ketua IEEE
Indonesia Section Tahun 2015. Beliau adalah
Praktisi, Pengajar, Penulis dan beragam
aktivitas lainnya.
Nathan Richter
Apakah PLTS Rumah Tangga Dapat
Mengguncang Bisnis Penyediaan Listrik?
7
Editor:
Artikel ini disadur dari artikel berjudul
“Is Rooftop Solar Finally Good Enough
to Disrupt the Grid?”yang tampil di
Harvard Business Review.
Selama beberapa dekade, telah banyak
usaha untuk mereformasi sektor
kelistrikan. Kompleksitas teknis dan
biaya operasi yang mahal dalam
mengalirkan energi listrik membuat
bisnis kelistrikan menjadi sebuah
monopoli alami. Hambatan regulasi dan
ekonomi biaya tinggi dalam
membangun dan memelihara
infrastruktur jaringan listrik regional
meminggirkan proses kompetisi. Tapi
kemajuan teknologi dan struktur bisnis
baru memungkinkan pemain baru yang
lincah untuk bersaing dan menyediakan
alternatif hemat biaya bagi konsumen.
Dengan berkembangnya teknologi
energi terdistribusi, seperti PLTS Rumah
Tangga dan baterai, pemenuhan
kebutuhan listrik dengan pembangkitan
di tempat menjadi lebih ekonomis.
Sistem energi terdistribusi pada
dasarnya terdiri dari pembangkit skala
kecil (misalnya panel surya) yang
memungkinkan listrik diproduksi di
tempat dan dikonsumsi langsung, tanpa
membutuhkan suplai dari jaringan
listrik lokal. Perkembangan terakhir,
seperti penurunan harga panel surya
dan peningkatan efisiensi (berapa rasio
energi matahari yang dapat diubah
menjadi energi listrik), telah membuat
energi terdistribusi semakin ekonomis.
Sementara itu, model bisnis dan metode
pembiayaan baru membuatnya lebih
mudah diakses.
Cerita semacam ini bukan barang baru.
Kita telah mendengar sebelum ini
bagaimana Uber mengguncang sektor
transportasi. Sebelum munculnya Uber,
operasional perusahaan taksi yang
bersifat sentralistik dan kurang
responsif membuat konsumen tak
memiliki alternatif kecuali kendaraan
pribadi. Uber memobilisasi aset yang
ada namun kurang termanfaatkan
sehingga aset tersebut menghasilkan
aliran pendapatan bagi kedua pihak
dengan sistem bagi hasil. Uber
membangun platform teknologi yang
mengoptimalkan berbagai faktor seperti
kondisi pasar, lokasi, dan ketersediaan
untuk memenuhi kebutuhan anda dan
100 orang lainnya dalam radius
setengah mil di sekitar anda.
Jika Uber dapat membuat mobil menjadi
satu sumber potensial pendapatan,
panel surya dapat mengubah rumah
atau fasilitas perusahaan menjadi aset
produktif yang menghasilkan listrik
sendiri. Dalam kedua kasus ini, dua
barang (mobil dan rumah) diberikan
potensi penciptaan nilai lebih melalui
proses fragmentasi pasar dan
pemberdayaan konsumen. Hasilnya
adalah proposisi nilai baru: konsumen
mendapatkan layanan lebih personal
yang fleksibel dan perusahaan dapat
menawarkan harga yang kompetitif.
Dalam hal energi terdistribusi, berbagai
pilihan pembiayaan membuat
konsumen dapat menghemat dalam
berbagai cara. Berbagai pilihan yang ada
antara lain sistem sewa (penyewaan
panel surya dengan pembayaran tetap),
perjanjian jual beli listrik (mereka
membeli setiap unit listrik yang
dihasilkan oleh panel surya sesuai tarif
yang disepakati) atau sistem kredit
(panel surya menjadi milik konsumen,
dalam bentuk kredit pemilikan panel
surya). Semua model menawarkan biaya
per unit listrik yang tidak hanya murah
tapi lebih stabil bila dibandingkan
dengan tarif yang dikenakan oleh
perusahaan listrik.
Dengan diperkenalkannya berbagai
jenis baterai yang dapat menyimpan
listrik lebih baik,
seperti yang
diproduksi Tesla,
proposisi nilai
energi surya
mungkin juga
meningkat.
Baterai dapat
menyimpan
kelebihan energi
matahari di siang
hari ketika
matahari bersinar
sangat kuat dan
kemudian
melepaskan
kembali energi
tersebut pada
waktu beban
puncak. Saat ini,
pengelolaan
semacam ini
belum efektif untuk sektor perumahan,
karena mahalnya baterai dan rumitnya
perijinan (catatan: tarif listrik rumah
tangga di Indonesia tidak membedakan
jam beban puncak dan non beban
puncak). Namun, baterai telah
digunakan di sektor komersial dan
8
digunakan di sektor komersial dan
industri, di mana biaya tambahan untuk
menggunakan energi selama waktu
beban puncak besarnya sekitar 30 % dari
tagihan listrik. Selain itu, baterai dapat
menarik listrik dari jaringan saat harga
murah (misalnya di tengah malam),
menyimpannya dan kemudian
menggunakan energi dalam baterei
ketika tarif listrik lebih mahal dan ada
pengenaan biaya beban.
Perangkat lunak manajemen energi juga
dapat membantu mengidentifikasi
konsumsi yang tidak efisien dan
mengotomatisasi penggunaan listrik.
Tapi sebelum energi terdistribusi dapat
menimbulkan dampak yang lebih besar,
platform manajemen energi yang lebih
komprehensif harus dikembangkan. Ke
depan, perangkat lunak Internet of
Thing bisa mengoptimalkan interaksi di
antara komponen sistem energi
terdistribusi yang terdiri dari panel
surya, baterai dan sistem manajemen
energi bangunan komersial /
perumahan, berdasarkan data real-time
dari masing-masing komponen –
sebagimana platform Uber mengatur
dan mengkoordinasikan kebutuhan dan
ketersediaan kendaraan dengan
mengirim dan menganalisa data dari
perangkat bergerak (mobile device).
Untuk membangun sistem cerdas yang
terintegrasi, berbagai perusahaan yang
berbeda harus berkolaborasi - bahkan
Elon Musk menyadari bahwa Tesla
tidak bisa mengubah pasar energi begitu
saja. Beberapa perusahaan tenaga surya,
produsen baterai, dan perusahaan
perangkat lunak mulai bekerja sama.
Nest, termostat cerdas dari Google,
membuat kesepakatan dengan
SolarCity, perusahaan pemasang PLTS
rumah tangga terbesar di AS, untuk
mengintegrasikan termostat cerdas
dengan panel SolarCity, dan mungkin
baterai Tesla suatu saat di masa depan.
Selain itu, SunPower, produsen PLTS
terbesar kedua AS, bermitra dengan
EnerNOC, yang menyediakan perangkat
lunak manajemen energi serta
dinyatakan sebagai mitra Tesla Energy.
Sementara itu, perusahaan lsitrik tidak
berdiam diri. Semakin banyak
perusahaan yang berpaling pada data
real-time dan baterai untuk
mengefisienkan jaringan dan
mengurangi variabilitas harga listrik
sepanjang hari. Tetapi mirip dengan
industri taksi, salah satu senjata utama
perusahaan utilitas adalah otot politik
mereka yang cukup besar tetapi anti-
pasar. Tren ini semakin sering
digunakan bahkan muncul istilah
"lingkaran kematian perusahaan listrik".
Perusahaan listrik menaikkan harga
yang dikenakan pada pelanggan dalam
rangka mengkompensasi pendapatan
yang hilang dari orang-orang yang telah
berpaling ke energi terdistribusi. Tentu
saja, langkah ini justru membuat energi
terdistribusi semakin kompetitif.
Sektor kelistrikan belum akan melihat
perubahan dalam waktu dekat
sebagaimana Uber, terutama karena
sektor kelistrikan. Tapi meskipun
banyak tantangan yang dihadapi, sinyal
yang diberikan pasar sangat
menggembirakan. Penggunaan energi
terdistribusi di sektor rumah tangga
tumbuh pada tingkat 50% per tahun di
Amerika Serikat dari tahun 2012 hingga
2014. Dan dengan evolusi perangkat
lunak manajemen energi terdistribusi
yang semakin cerdas, perubahan ini
akan jauh lebih besar.
Nathan Richter adalah kandidat master
dari HSBC Graduate Business School -
Peking University. Beliau adalah
mantan editor di The Globalist.
ANTARA MASDAR CITY
DAN PULAU SUMBA
Mengenal Lebih Dekat Ketua
IEEE Indonesia Section 2015
9
Profil Ketua IEEE Indonesia Section 2015
Satriyo Dharmanto adalah seorang
professional muda yang menggeluti
bisnis ICT sejak 20 tahun lalu. Saat ini
aktif memberikan kontribusinya melalui
beberapa kegiatan berskala Nasional
maupun Internasional. Beberapa
perguruan tinggi di Indonesia pernah
mengundangnya sebagi dosen tamu,
untuk memberikan sharing session
bidang ICT, Strategic Management dan
Knowledge Management. Lembaga
International seperti SEACOP (ICT
Research between Europe and ASEAN),
CASBAA, Asia Pacific Broadcasting
Union (ABU) dan Asia Pacific
Institute for Broadcasting
Development (AIBD) juga pernah
mengundangnya sebagai pembicara
dalam forum Internationalnya.
Saat ini dia aktif sebagi country sales
director Conax AS Indonesia, dan
President Director PT Multikom
Global Mediatama. Dia juga aktif
sebagai external consultant bidang
ICT di Kementrian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) sejak
beberapa tahun yang lalu.
Disamping menamatkan pedidikan
sarjana Teknik Elektro dari IST Akprind
pada tahun 1994 dan Magister Science
dari Universitas Indonesia pada tahun
2002, dia juga pernah mengikuti
beberapa pendidikan non formal di
bidang ICT, Management dan Busines di
beberapa Negara seperti Singapore,
Thailand, Malaysia, Hongkong,
Norway, Poland, USA, Netherland,
Belgium dan UK. Dia sangat konsisten
menekuni bidang ICT dan aktif
memperkuat professional networknya
melalui organisasi profesi seperti
Masyarakat Telematika (MASTEL),
Asosiasi Enjiner Broadcast (AEBI), ABU,
CASBAA dan Indonesia Norway
Business Council (INBC).
Suami dari Margareta Titik Sutriyaning
dan ayah dari Stefany Vellatisa Claresta
ini pernah menulis dua buku bidang TV
Digital dan Telekomunikasi dan
beberapa tulisannya dimuat di harian
Kompas dan Majalah Broadcastmagz.
Salah satu tulisannya berjudul Urban
Radio Propagation Measurement for
Digital TV Broadcast pernah diterbitkan
di IEEE Broadcast Technology Society
Newsletter, fall edition 2009.
Satriyo Dharmanto pernah menjabat
sebagai chair IEEE Communication
Society (ComSoc) Indonesia Chapter
periode 2011-2014 dan terpilih menjadi
ketua IEEE Indonesia section melalui e-
election yang diselenggarakan oleh
election committee IEEE Indonesia
section tanggal 12 - 26 Januari 2015,
yang diketuai oleh Bp. Arnold PH
Djiwatampu.
Sebagai chair, Satriyo Dharmanto
memiliki visi bahwa IEEE Indonesia
Section perlu berperan aktif dalam
penguatan kerjasama dengan
Universitas, Industri, Pemerintah, serta
Publik melalui aktivitas edukasi,
profesionalisme, masukan rancangan
kebijakan untuk pemerintah, publikasi
bersitasi tinggi, dan konferensi
Internasional yang bereputasi. Selain itu
juga perlu memperkuat kerjasama
dengan organisasi profesi dan
industri lainnya seperti Masyarakat
Telematika Indonesia (MASTEL),
Persatuan Insinyur Indonesia (PII),
dan Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Indonesia. Hal ini
dilakukan untuk menjawab
tantangan yang dihadapi Bangsa
Indonesia saat ini, yaitu ASEAN Free
Trade Area (AFTA) serta
kesepakatan mengenai Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dengan
ASEAN akan menjadi kawasan bebas
aliran barang, jasa, investasi,
permodalan, dan tenaga kerja terampil,
dan perpindahan barang modal secara
lebih bebas.
Saat ini IEEE Indonesia Section telah
membangun 8 Komite Aktivitas untuk
menjalankan aktivitasnya, yaitu
Technical Activities, Education, Industry
Relation, Professional Activity,
Conference Coordination, Membership
Development, Student Activity, dan
Women in Engineering. Dengan
beragam aktivitas yang dijalankan,
diharapkan partisipasi antara lain dari
Universitas seluruh Indonesia (termasuk
Universitas di luar pulau Jawa) dan
kalangan industri akan meningkat.
Beberapa sasaran yang telah
dicanangkan pada tahun ini adalah
pengembangan IEEE Student Branch
baru, pembentukan Chapter, dan
penyelenggaraan konferensi tingkat
dunia di Indonesia untuk meningkatkan
jumlah publikasi yang memperoleh
pengakuan dari IEEE dan Scopus.
ANTARA MASDAR CITY
DAN PULAU SUMBA
Perawatan dan Pengujian Gawai Proteksi
Arus Lebih (Overcurrent Protective Device) Edvard Csanyi
10
Keandalan sistem kelistrikan, proteksi
komponen dan rangkaian serta
keselamatan berhubungan erat dengan
keandalan dan kinerja gawai proteksi
arus lebih dan bergantung pada
pelaksanaan perawatan dan pengujian
sebagaimana disyaratkan oleh
penggunaan gawai proteksi arus lebih
tersebut.
Perawatan dan pengujian yang
diperlukan berbeda-beda untuk tiap
jenis gawai proteksi arus lebih yang
digunakan.
Circuit Breakers
NFPA 70B (Praktek yang Disarankan
untuk Perawatan Peralatan Kelistrikan),
salah satu standar yang berlaku di
Amerika Serikat, menyatakan bahwa
perawatan dan pengujian Circuit
Breaker harus dilaksanakan setiap 6
bulan sampai dengan 3 tahun,
bergantung pada kondisi pemakaian.
Hal ini mencakup pekerjaan perawatan
rutin seperti, pengencangan sambungan,
pengecekan adanya tanda-tanda
pemanasan berlebih, pengecekan
kerusakan strukturan atau keretakan
Pengoperasian Circuit Breaker secara
manual direkomendasikan untuk
dilakukan setidaknya satu kali dalam
setahun untuk memastikan bahwa
proteksi arus lebih bekerja dengan baik.
Harus dipastikan bahwa proteksi arus
lebih bekerja sesuai dengan rentang
kerja yang ada dalam lembar data dari
pabrik pembuatnya.
Yang perlu diperhatikan pada MCCB,
peralatan ini harus diganti jika dalam
pengujian ditemukan adanya kesalahan
/ ketidakcocokan dengan lembar data
dari pabrik. Hal ini karena penyetelan
dan perbaikan tidak mungkin dilakukan
untuk Circuit Breaker tipe ini.
Untuk Circuit Breaker tipe ACB, VCB
dll, NFPA 70B mensyaratkan perawatan
dan pengujian yang lebih lengkap.
Bahkan pengujian diperlukan jika
Pemutus Tenaga mengalami tripping
akibat adanya arus lebih. Perlu
diperhatikan bahwa perawatan dan
pengujian peralatan ini hanya boleh
dilaksanakan oleh personil yang terlatih.
Seringkali, kontraktor yang khusus
menangani perawatan Pemutus Tenaga
harus disewa untuk melaksanakan
pekerjaan ini atau peralatan tersebut
harus dikirim ke pabrik pembuatnya.
Sehingga diperlukan Pemutus Tenaga
cadangan selama periode ini.
Satu pertanyaan besar yang muncul
adalah: seberapa sering hal ini
dilakukan? Seringkali jawabannya
adalah TIDAK PERNAH. Kurangnya
perawatan dan pengujian dapat
berakibat buruk pada keandalan dan
kemampuan proteksi pada saat terjadi
arus lebih pada sistem distribusi listrik.
Sekering
NFPA 70B merekomendasikan
pengecekan sekering pada saat
perawatan berkala, tetapi tidak
mengharuskan dilakukannya pengujian
operasional dan perlindungan dari arus
lebih. Saklar yang dilengkapi dengan
sekering serta blok sekering
memerlukan perawatan seperti
pengencangan sambungan dan
pengecekan adanya panas yang berlebih
sebagaimana direkomendasikan oleh
NFPA 70B.
Mereset Gawai Proteksi Arus Lebih
Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
Circuit Breaker seringkali lebih dipilih
daripada sekering karena Circuit
Breaker dapat direset sedangkan
sekering harus diganti jika terjadi arus
lebih. Hal yang paling menyita waktu
sebagai akibat aktifnya gawai proteksi
arus lebih adalah menyelidiki penyebab
terjadinya arus lebih.
Berdasarkan aturan keselamatan kerja,
hanya jika penyebab arus lebih
diketahui, personil diperkenankan
untuk mereset Circuit Breaker atau
mengganti sekering. Jika penyebab
aktifnya gawai proteksi arus lebih tidak
diketahui, maka harus dilakukan
investigasi terlebih dahulu.
Karena penggantian sekering biasanya
membutuhkan personil yang terlatih,
kemungkinan terjadinya pelanggaran
aturan keselamatan cenderung lebih
kecil. Di samping itu, jika sebuah
sekering yang telah putus diganti
dengan sekering baru, maka rangkaian
yang sebelumnya bermasalah akan
diproteksi dengan alat baru yang telah
dikalibrasi di pabrik.
Seringkali kondisi beban berlebih terjadi
pada rangkaian percabangan, misalnya
panel penerangan atau rangkaian motor
listrik. Pada panel, biasanya yang
beroperasi adalah rele beban lebih, yang
dapat dengan mudah direset pada
kondisi beban lebih. Gawai pengaman
arus lebih, circuit breaker ataupun
sekering, bekerja untuk mengamankan
terjadinya hubung singkat dan
gangguan pembumian. Jika gawai ini
bekerja, tidak boleh direset atau diganti
tanpa melakukan investigasi atas
rangkain yang mengalami gangguan
karena sangat dimungkinkan
gangguannya berupa hubung singkat.
Arus lebih pada penyulang dan jalur
utama seringkali diakibatkan oleh
hubung singkat dan jarang terjadi.
Karena gangguan sangat dimungkinkan
diakibatkan oleh adanya hubung
singkat, rangkaian yang terganggu
harus diinvestigasi terlebih dahulu
sebelum dilakukan reset pada pemutus
tenaga atau penggantian sekering.
Di samping itu, jika pemutus tenaga
pada penyulang atau jalur utama telah
terbuka, pemutus tenaga harus diuji
untuk meyakinkan bahwa pemutus
tenaga tersebut masih layak untuk
dioperasikan kembali.
Edvard Csanyi, adalah Insinyur Listrik,
Electrical engineer, programmer dan pendiri
EEP. Spesialisasi di desain sistem tegangan
rendah berdaya besar (> 6300A).
http://electrical-engineering-
portal.com/maintenance-and-testing-of-the-
overcurrent-protective-devices
Akalangka de Zoysa
PRINSIP DASAR
AKUNTANSI
6
Pendahuluan
Sebagaimana dalam disiplin ilmu
teknik, akuntansi juga memiliki satu set
konsep dan aturan dasar yang mengatur
bagaimana suatu hal dikerjakan dengan
cara tertentu
Dalam artikel ini, akan ditunjukkan
prinsip-prinsip dasar akuntansi dan
mengapa aturan tersebut dibutuhkan
salam upaya memahami akuntansi.
Prinsip Dasar Akuntansi
Jika tiga hukum gerak newton menjadi
dasar pijakan bagi cabang ilmu fisika,
maka akuntansi memiliki lima prinsip
dasar yang menjadi pijakan bagi
perkembangan ilmu akuntansi.
Dalam perkembangan karirnya, seorang
insinyur akan mempelajari banyak
prinsip ilmu fisika dan keteknikan,
namun akan selalu berpijak pada hal-hal
dasar seperti “setiap aksi memiki
reaksi”.
Seperti itu pula yang akan dialami
seseorang dalam bidang akuntansi,
mereka akan mempelajari banyak hal
lain, namun prinsip dasar tersebut akan
selalu tetap menjadi pegangan bagi
mereka.
Prinsip dasar akuntansi terbagi menjadi
lima hal, yaitu:
1. Pemisahan
2. Jangka Waktu Operasional tak
terbatas
3. Periode Waktu tertentu
4. Sistem akrual
5. Asumsi unit keuangan
Berikut ini akan dijelaskan prinsip-
prinsip di atas secara singkat
1. Pemisahan Entitas
Sebuah usaha dinyatakan sebagai
sesuatu yang terpisah dari pemiliknya.
Pernyataan ini pasti bukan sesuatu yang
asing, tetapi apakah yang dimaksud
dengan pernyataan ini?
Dalam diskusi dengan rekan kantor saat
makan siang, misalnya, anda mungkin
pernah mendengar pembicaraan seperti
ini, ”.. pemegang saham perusahaan
kami adalah Bapak X, Y dan Z,
komisarisnya adalah … , dewan
direktunya adalah …. dst … “
Bagaimana hal ini berhubungan dengan
istilah-istilah akuntansi?
Siapa sesungguhnya pemilik
perusahaan? Jawabannya adalah
pemegang saham.
Akan tetapi, menurut perspektif
akuntansi dan hukum perusahaan,
sebuah perusahaan dan pemegang
sahamnya adalah dua entitas yang
terpisah.
Apakah yang dimaksud dengan hal ini?
Ini berarti bahwa bagi akuntansi dan
hukum perusahaan, sebuah perusahaan
(perseroan terbatas) dianggap sebagai
entitas “hidup” yangterpisah dari
pemiliknya (pemegang saham)
Perusahaan memiliki hak untuk
melakukan transaksi usaha secara bebas
dan bertanggung jawab atas operasional
dan hasil yang diperolehnya serta
mewakili dirinya di pengadilan.
Baru saja disebutkan bahwa sebuah
perusahaan adalah sebuah entitas yang
terpisah, namun kita tidak pernah
melihat perusahaan berkeliling di
jalanan, atau melakukan transaksi
keuangan.
Pemilik perusahaan (pemegang saham)
akan menunjuk orang-orang yang
mewakili mereka untuk mengawasi
jalannya perusahaan (yaitu Dewan
Komisaris) dan orang yang mewakili
mereka mengatur jalannya perusahaan
(yaitu Dewan Direktur).
Karena itulah Laporan Keuangan
Tahunan dibuat atas nama perusahaan
dan bukan atas nama pemilik
perusahaan / pemegang saham.
Sebuah ilustrasi sederhana:
Pak Budi memiliki sebuah mobil yang
dia gunakan sebagai jasa penyewaan
mobil. Ia merekrut seorang sopir untuk
mengemudikan, merawat dan
bertanggung jawab penuh atas segala
tetek bengek mobil tersebut.
Jika dianalogikan sebagai sebuah
perusahaan
Pak Budi – Pemegang Saham
Mobil – Perusahaan
Sopir – Dewan DIrektur
2. Jangka Waktu Operasi Tidak
Terbatas
Hal ini bermakna bawa sebuah entitas
usaha akan terus beroperasi sampai
dengan jangka waktu yang tidak
terbatas. Laporan keuangan disiapkan
dengan asumsi semacam itu kecuali jika
dinyatakan lain.
Sebuah analogi yang sederhana adalah
Hukum Pertama Newton, “sebuah
benda bergerak akan terus bergerak jika
tidak ada resultan gaya yang bekerja
padanya”.
3. Periode Waktu Tertentu
Dalam istilah akuntansi, kinerja sebuah
perusahaan diukur dalam suatu periode
waktu tertentu, biasanya dalam periode
12 bulan yang dinyatakan sebagai tahun
keuangan.
ANTARA MASDAR CITY
DAN PULAU SUMBA
7
Walaupun prinsip kedua, Jangka Waktu
Operasional Tak Terbatas,
mengasumsikan bahwa sebuah
perusahaan akan beroperasi untuk
jangan waktu tak terbatas, periode
operasinya dihitung per 12 bulan untuk
keperluan analisa kinerja perusahaan.
Perlu dicatat bahwa disini digunakan
istilah Tahun Keuangan dan bukan
Tahun Kalender.
Tahun keuangan dan tahun kalender
adakalanya sama di berbagai negara
(yaitu 1 Januari – 31 Desember), sebagai
contoh di Indonesia.
Akan tetapi, di beberapa negara tahun
keuangan berbeda dengan tahun
kalender.
Tahun keuangan yang paling sering
digunakan adalah 1 April – 31 Maret.
Hal ini membawa kita pada konsep
paling penting selanjutnya.
4. Sistem Akrual
Pendapatan dan biaya dicatat pada
tahun keuangan saat transaksi tersebut
terjadi, bukan saat penerimaan /
pembayaran uang terjadi.
Dengan demikian, terdapat perbedaan
yang mendasar antara pencatatan
transaksi keuangan dan pencatatan
penerimaan/pembayaran uang
Perbedaan dalam pencatatan transaksi
keuangan dan konsep uang kas akan
menjadi subjek pembicaraan di masa
mendatang.
Di bawah ini diberikan sebuah contoh:
PT ABC adalah perusahaan dagang
yang memiliki tahun keuangan 1 Januari
– 31 Desember. Selama periode 12 bulan
antara 1 Januari 2014 – 31 Desember
2014, perusahaan ini melakukan
transaksi sebagai tabel di bawah ini.
Transaksi #1
Perusahaan berhasil menjual barang
senilai Rp 10 Juta pada 28 Desember
2014 akan tetapi pembayaran baru
diterima pada tanggal 7 Januari 2015
Tahun keuangan PT ABC berakhir pada
tanggal 31 Desember 2014 dan tahun
keuangan berikutnya dimulai pada
tanggal 1 Januari 2015. Di mana kita
akan mencatat transaksi penjualan
senilai Rp 10 Juta tersebut.
Apakah pada tahun keuangan saat
tagihan diterbitkan (2014)? Ataukan
tahun keuangan di saat uang tunai
diterima (2015)?
Konsep akrual menyatakan bahwa
transaksi dicatat pada tahun keuaangan
di mana transaksi tersebut terjadi, bukan
di saat uang pembayaran diterima.
Dengan demikian, penjualan senilai 10
juta tersebut akan dicatat pada tahun
keuangan yang berakhir di tanggal 31
Desember 2014
Transaksi #2
Berdasarkan penjelasan yang sama
sebagaimana contoh sebelumnya,
transaksi ini juga akan dicatat pada
tahun keuangan yang berakhir tanggal
31 Desember 2014
Transaksi #3
Pada contoh ini, pencatatan transaksi
dan penerimaan uang jatuh pada
periode yang sama (Tahun Keuangan
yang berakhir 31 Desember 2015)
5. Asumsi Unit Keuangan
Prinsip ini menyatakan bahwa catatan
keuangan harus dinyatakan dalam nilai
uang, seringkali dalam mata uang yang
berlaku di negara di mana laporan
keuangan tersebut dibuat.
Prinsip Yang Dikembangkan
Berdasarkan Prinsip Di Atas
Prinsip Penyesuaian
Ini berarti bahwa pendapatan dicatat
pada tahun yang sama dengan biaya
yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut,
demikian juga sebaliknya.
Prinsip ini diperoleh berdasarkan
prinsip akrual
Prinsip Biaya HIstoris
Item yang tercantum dalam neraca
biasanya dicatat pada nilai historisnya
(yaitu nilai pada saat item tersebut
diperoleh)
Neraca, biaya historis dll akan dibahas
pada artikel selanjutanya.
Mr Akalangka De Zoysa adalah warga
negara Sri Lanka yang telah bekerja di
Indonesia sejak April 2008. Beliau memiliki
pengalaman di dunia perbankan, keuangan,
manajemen serta manajemen proyek.
Mr De Zoysa memperoleh gelar BSc
Engineering (Hons) dari Universitas
Moratuwa, Sri Lanka dan merupakan
anggota dari Chartered Institute of
Management Accountants of the United
Kingdom (CIMA) dan Institute of Engineers
of Sri Lanka (IESL)