Upload
dinhnhan
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KAWASAN
MAKAM BUNG KARNO TAHUN 1979-2017
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Arif Dwi Pradana
NIM 130210302092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Penegasan Judul ............................................................................. 4
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
MATRIK PENELITIAN .................................................................................. 20
PEDOMAN WAWANCARA .......................................................................... 21
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sosial ekonomi merupakan dejarat seseorang di mata masyarakat yang
berkaitan dengan masyarakat lain dalam lingkungan, pendidikan, hak serta
kewajiban. Kondisi sosial ekonomi setiap masyarakat berbeda dan bertingkat, ada
yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang tinggi, kemudian sedang, dan rendah.
Menurut Soerjono Soekanto (2002:75). Taraf hidup individu dalam kacamata
masyarakat berbeda-beda. Masyarakat melihat kondisi individu biasanya dari
ekonomi, pendidikan, serta jabatan yang dimiliki setiap individu.
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat kawasan Makam Bung Karno
sebelum tahun 1979 bisa dikatakan sederhana dan berbeda. Sumber daya ekonomi
yang didapat oleh masyarakat kawasan Makam Bung Karno berbeda setiap
daerah. Untuk daerah Sentul mayoritas masyarakat bekerja sebagai buruh dihome
industri kerajianan kayu, sedangkan untuk daerah Bendogerit masyarakat lebih
banyak bekerja di lembaga pemerintah.
Perbedaan kondisi sosial masyarakat di kawasan makam disebabkan faktor
lingkungan tempat tinggal sejak dari zaman penjajahan. Daerah Bendogerit dari
zaman penjajahan sudah menjadi pusat pendidikan, sedangkan daerah Sentul dari
zaman penjajahan hingga sekarang tetap menjadi daerah home industri pengrajin
kayu (wawancara dengan bidang sejarah Kota Blitar). Adanya perbedaan tingkat
profesi tersebut, menjadikan daerah Bendogerit 70% perekonomian
masyarakatnya menengah keatas. Selain faktor pendidikan yang memberikan
dampak kepada perbedaan sosial ekonomi, faktor alat produksi juga menjadi
kendala untuk masyarakat pengusaha di daerah Sentul.
Pengusaha pengrajin kayu masih menggunakan alat tradisional untuk
membuat kerajian kayu, faktor tersebut juga menjadi kendala untuk
berkembangnya ekonomi di daerah Sentul. Barang yang diproduksi oleh pengrajin
sangat beragam seperti yoyo, catur, kekean (gangsing), kendang, dll. Meskipun
kerajianan kayu tersebut masih populer di kalangan masyarakat, akan tetapi
2
pendistribusian hasil produksi yang hanya terbatas lingkup lokal juga menjadi
kendala tersendiri bagi pengusaha. Pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat
bisa dikatakan rendah berkisar Rp 25,- hingga Rp 100,- per minggu (Wawancara
dengan pedagang dan Kepala Desa Sentul, 17 Oktober 2017).
Keberadaan makam Bung Karno tahun 1970 hingga tahun 1979 tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat di
kawasan makam. Sebelum dilakukan pemugaran pada 1979, makam Bung Karno
berada di Taman Makam Pahlawan Sentul bersama dengan ibunda nya.
Pemugaran pertama tahun 1979 pemerintah hanya berfokus pada perluasan area
makam Bung Karno menjadi 2.970 m2, serta memindahkan makam ayahanda
Bung Karno dari Jakarta ke Blitar. Selain itu perbaikan infrastruktur seperti jalan
dan penerangan juga dilakukan. Pemugaran yang dilakukan oleh pemerintah Kota
Blitar memberikan peluang bagi masyarakat di sekitar kawasan makam untuk
meningkatkan keadaan perekonomian mereka. Motif ekonomi menjadi pemicu
masyarakat di sekitar kawasan makam memanfaatkan peluang usaha yang terbuka
di lingkungannya. Tuntutan kebutuhan hidup mengharuskan masyarakat bisa
bertahan termasuk mengubah kawasan Makam Bung Karno menjadi lahan
mencari rejeki, misalnya menyediakan jasa dan menjual berbagai macam
dagangan. Masyarakat membuka berbagai usaha dikawasan makam Bung Karno
dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka di kawasan tersebut, sehingga
dengan peluang usaha tersebut masyarakat mampu memperbaiki keadaan
ekonominya.
Peran pemerintah Kota Blitar terhadap perbaikan infrastruktur komplek
makam maupun jalan menuju makam memberikan dampak ekonomi yang sangat
luas, artinya perubahan ekonomi tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di
kawasan makam Bung Karno tetapi juga masyarakat dari luar daerah. Pemugaran
selanjutnya yang langsung dikoordinatori oleh pusat pada tahun 2003. Pemerintah
di sini lebih memfokuskan pada pembangunan fasilitas untuk menunjang
ramainya makam Bung Karno. Fasilitas yang ditambah oleh pemerintah yakni
perpustakaan, musium, dan parkiran khusus bus. Penambahan fasilitas-fasilitas
tersebut, memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan atau penziarah yang
3
datang ke Makam Bung Karno. Semakin besar wisatawan yang datang ke Makam
Bung Karno, semakin besar pula peluang masyarakat untuk merubah kehidupan
mereka. Dari tahun ke tahun, pengunjung Makam Bung Karno semakin
mengalami peningkatan, hal ini yang menjadikan masyarakat sekitar berantusias
untuk mendirikan kios-kios pedagang. Jumlah pengunjung Makam Bung Karno
rata-rata mencapi 890.966 orang pertahun (Badan Pusat Statistik data pengunjung
makam, 2015). Kios-kios dagang yang didirikan masyarakat, biasanya menjual
berbagai produk yang dihasilkan oleh daerah, seperti kerajinan kayu (kendang,
catur, asbak, dsb), kerajinan tangan (tas, topi, kalung, gelang, dsb), buah, serta
makanan dan minuman. Hingga saat ini, tahun 2017 jumlah kios pedagang yang
ada di kawasan makam Bung Karno mencapai 80 kios, sedangkan untuk pedagang
asongan dan pedagang bunga sejumlah 30 pedagang. Pada pemugaran pertama
tahun 1979, penghasilan masyarakat masih sama seperti sebelum dipugar yakni
Rp 25,- hingga Rp 100,-. Hal ini dikarenakan makam Bung Karno masih sepi oleh
pengunjung. Di pemugaran ke dua tahun 2003, pendapatan masyarakat
berkembang pesat, yang semula berpenghasilan Rp 25.000,- per hari kini bisa
mencapai Rp 250.000,- per hari.
Masyarakat juga berhasil menciptakan lapangan usaha serta bisa
mengenalkan hasil komoditi daerah. Makanan produksi industri rumahan yang
berhasil di kenalkan seperti dodol blimbing, wajik kletik, kripik telo, dan opak
gambir. Kesemua komoditi tersebut memberikan dampak sosial maupun ekonomi
terhadap masyarakat. Bagi masyarakat sekitar yang memiliki lahan luas biasanya
menyewakan lahan mereka untuk parkir yang dekat area makam. Harga yang di
patok oleh masyarakat untuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 5000 dan roda
dua sebesar Rp. 2000.
Objek Makam Bung Karno yang berada di pusat Kota Blitar sangat
mudah di jangakau oleh para peziarah lokal maupun luar daerah. Keberadaan
parkiran kendaraan peziarah yang jauh memberikan tembahan ekonomi bagi
masyarakat penyedia jasa transportasi becak, dengan biaya Rp.15.000 peziarah
sudah mendapat pelayanan PP makam ke parkiran. Ada hal yang sangat berbeda
saat berziarah ke makam Bung Karno dengan berziarah ke makam para Wali,
4
yaitu tidak adanya pengemis yang berjejer di depan pintu masuk. Hal ini
memberikan ketenangan bagi para peziarah yang datang ke makam. Komplek
makam juga menyediakan pasar di pintu keluar, pasar tersebut di sediakan bagi
masyarakat sekitar dan luar daerah untuk bergadang dengan sistim sewa. Kondisi
demikian memperlihatkan bawasannya makam memberikan dampak terhadap
perubahan nilai sosial ekonomi di masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas wilayah Sentul dan Bedogerit merupakan
daerah terdekat dengan Makam Bung Karno. Secara langsung maupun tidak
langsung masyarakat selalu terlibat dalam kegiatan pariwisata. Oleh karena itu
penulis bermaksud mengkaji masalah ini yang dirumuaskan dengan kalimat judul
“Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Makam Bung Karno
Tahun 1979-2017”.
1.2 Penegasan Pengertian Judul
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi tentang
pengertian judul penelitian ini, maka penulis memandang perlu memberikan
maksud judul penelitian. Penulis memandang penegasan judul dari sudut pandang
definisi konseptual dan definisi operasional yang berkaitan dengan judul
penelitian.
Perubahan adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang telah berganti
akibat adanya interaksi yang dilakukan antara masyarakat (Departemen
Pendidikan Nasional, 2005:950). Menurut Syani (1995:83) perubahan merupakan
suatu keadaan dalam masyarakat yang mengalami gerak peralihan akibat adanya
hubungan timbal balik sebab akibat yang saling berkesinambungan dalam tata
kehidupan masyarakat. Jadi, perubahan ialah suatu kondisi masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosial masyarakat, termasuk nilai-nilai, pola, serta perilaku
dalam kelompok.
Secara konseptual, menurut Haryanto (2011:11) mengemukakan
perubahan sosial ekonomi yaitu perubahan cara seseorang atau masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka terhadap barang dan jasa dengan
memperhatikan fenomena atau kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat.
5
Damsar (2009:17) menerangkan bahwa perubahan sosial ekonomi yaitu
perubahan yang terjadi didalam hubungan antar masyarakat yang didalamnya
terjadi suatu interaksi sosial dengan ekonomi. Kondisi sosial ekonomi setiap
masyarakat berbeda dan bertingkat, ada yang memiliki kondisi sosial ekonomi
yang tinggi, kemudian sedang, dan rendah. Menurut Soerjono Soekanto
(2002:75), sosial ekonomi merupakan dejarat seseorang di mata masyarakat yang
berkaitan dengan masyarakat lain dalam lingkungan, pendidikan, hak serta
kewajiban.
Aspek sosial ekonomi yang dimaksud oleh peneliti adalah perubahan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kawasan Makam Bung Karno.
Perubahan sosial ekonomi yang dimaksud adalah perubahan mengenai mata
pencaharian masyarakat sekitar makam, peran pemerintah, pendapatan masyarakat
sekitar makam, pola konsumsi masyarakat, serta interaksi sosial yang terjadi di
dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas yang dimaksud dengan perubahan sosial
ekonomi yaitu perubahan tatanan masyarakat yang saling mempengaruhi atau
terjadi hubungan timbal balik antar individu yang mencangkup status sosial
meliputi pekerjaan masyarakat dan peran sosial serta upaya-upaya untuk
mencukupi kebutuhan-kebutuhan rumah tangga.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud oleh peneliti mengenai
judul skripsi “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Makam Bung
Karno Tahun 1979-2017” adalah perubahan peningkatan maupun penurunan yang
terjadi secara terus menerus untuk keadaan sosial ekonomi masyarakat yang
berada di kawasan Makam Bung Karno.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Penentuan ruang lingkup bahasan penelitian ini dimaksudkan untuk
menghindari penyimpangan uraian dari fokus permasalahan. Dalam penelitian ini
penulis memberi batasan pembahasan dan permasalahan yang penulis ambil dari
yaitu lingkup temporal, spasial dan materi. Lingkup temporal dalam penelitian ini
adalah tahun 1979-2017. Tahun 1979 sebagai batasan awal karena pada tahun ini
6
Bung Karno dimakamkan di kawasan tersebut. Tahun 2017 sebagai batas akhir
penulisan ini dengan pertimbangan dari rentang waktu itu dinilai sudah cukup
untuk melihat perkembangan pariwisata makam Bung Karno.
Lingkup spasial atau tempat yang diambil dalam penulisan skripsi ini
adalah wilayah kawasan Makam Bung Karno Kota Blitar, sedangkan lingkup
materi dalam penelitian ini adalah menekankan pada dampak dari obyek wisata
makam bung karno terhadap sosial ekonomi masyarakat kawasan makam.
Batasan ruang lingkup tersebut tidak muntlak akan tetapi bersifat
flexibel, jika dianggap perlu penulis juga akan mengkaji masalah yang terjadi
pada sebelum atau sesudah batasan tersebut sehingga hasil pembahasannya akan
lebih jelas dan lengkap.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1) bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan setelah
pemugaran Makam Bung Karno tahun 1979-2017 ?
2) faktor – faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sosial
ekonomi masyarakat di kawasan Makam Bung Karno tahun 1979-2017?
3) bagaimanna peran pemerintah dalam mendorong pertumbuhan sosial
ekonomi masyarakat di kawasan Makam Bung Karno tahun 1979-2017 ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1) untuk mengkaji keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum ada Makam
Bung Karno dan mendeskripsikan perubahan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setelah adanya Makam Bung Karno tahun 1979-2017;
2) untuk mengkaji faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat di kawasan Makam Bung Karno
tahun 1979-2017;
7
3) untuk mengkaji peran pemerintah dalam mengembangkan komplek makam
tahun1979-2017.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1) dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menyusun
kebijakan pembangunan pariwisata untuk kesejahteraan rakyat;
2) dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan evaluasi seberapa besar dampak
kepariwisataan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat yang hidup di
sekitar obyek wisata;
3) bagi perkembangan ilmu kesejarahan, memberi kontribusi nyata atas
penelitian yang telah dilakukan sebagai pemerkaya khasanah keilmuan
kesejarahan;
4) bagi penulis memberi pengalaman serta mengasah kemampuan dalam
menulis karya ilmiah.
8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka terdiri dari penelitian terdahulu dan buku-buku
penunjang penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menemukan penelitian-
penelitian terdahulu yang berupa jurnal. Sedangan sumber yang berupa buku
minim sekali untuk didaptkan peneliti. Jurnal-jurnal tersebut menunjang
penelitian yang di lakukan peneliti berkaitan dengan topik yang di bahas yaitu
“Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Makam Bung Karno Tahun
1979-2017”.
Penelitian ini ditulis menggunakan jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan
dengan tema. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sholik dan Sujali (2011)
dengan judul “Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makam dan Perpustakaan
Bung Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Pelaku Usaha Perdagangan
di Sekitarnya”. Hasil dan pembahasan penelitian ini adalah adanya interaksi antar
masyarakat dan wisatawan yang yang membawa pengaruh bagi keduanya.
Pengaruh yang di timbulkan sendiri bisa berupa pengaruh positif maupun negatif
hingga bisa berpengaruh kepada kondisi sosial, ekonomi maupun budaya
masyarakat sekitar. Dari segi positif obyek Wisata Makam dan Perpustakaan
Bung Karno memberikan peluang kepada masyarakat untuk membuka lahan
usaha yang bisa menopang kehidupan sehari hari. Namun setiap tempat pariwisata
mempunyai sisi negatif yang berpengaruh dalam interaksi antara masyarakat dan
wisatawan, seperti pengaruh gaya hidup yang berlebihan maupun kebudayaan luar
yang tidak sesuai dibawa oleh wisatawan dan berimbas terhadap kehidupan
masyarakat sekitar yang melakukan interaksi. Tetapi semua pengaruh positif
maupun negatif tidak selamanya berpengaruh langsung, akan tetapi terdapat juga
pengaruh yang tidak langsung yang dapat dirasakan pengaruhnya dengan jangka
waktu tertentu. Dari banyak responden yang di sample merasa banyak terjadi
peningkatan kesejahteraan dalam taraf hidup mereka. Apalagi setelah
pembangunan perpustakaan di wilayah makam meningkatkan dua kali lipat
tingkat pendapatan masyarakat sekitar. Dalam penelitian ini juga memaparkan
permasalahan tentang fenomena sosial yang sering terjadi dimasyarakat. Faktor
9
internal yang berpengaruh seperti keterbatasan modal, dan keterbatasan
pendidikan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Faktor eksternal yang
berpengaruh bagi masyarakat ialah adanya persaingan masyarakat yang membuka
lapak jual-beli dikarena homogenitas barang yang dijual. Disisi lain jarak dari
tempat pemberhentian transportasi umum menuju tempat wisata sangat jauh.
Selain itu tempat parkir bus untuk para wisatawan juga lumayan jauh, namun ada
alternatif lain bagi wisatawan untuk lebih cepat ke tempat wisata dengan
menggunakan becak ataupun ojek.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian, K (2009) dengan judul “Aktivitas
Ziarah dan Peluang Kerja Masyarakat di Sekitar Makam R.Ng Yosodipuro I”.
Dengan adanya tradisi ziarah ke makam tidak hanya menciptakan suasana yang
ramai akan tetapi juga membuka lahan usaha bagi masyarkat sekitar makam.
Letak strategis makam R.Ng Yosodipuro I dapat menjadi lahan usaha untuk
menambah penghasilan bagi masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat
yang mempunyai jiwa kewirausahaan. Tidak butuh waktu lama tumbuh berbagai
macam usaha yang telah dibuka oleh masyarakat desa Bedan maupun masyarakat
dari luar daerah yang datang ke wilayah komplek makam R.Ng Yosodipuro I
untuk berdagang seperti bunga, batu akik, sandal, jaket kulit dan kaos, bahkan
jamu tradisional. Selain itu banyak dari masyarakat juga membuka warung makan
seperti bakso, soto, rawon, pecel, dan sebagainya. Tidak jarang dari masyarakat
sekitar makam menyewakan lahan mereka untuk parkir dan tempat istirahat. Tarif
parkir yang di patok oleh masyarakat sebesar Rp. 2000 untuk roda dua dan Rp.
5000 untuk roda empat. Dengan harga parkir yang lumayan besar maka bisa
mendapatkan tambahan pendapatan sekitar Rp. 200.000 sampai Rp. 300.000
perbulan (setelah dipotong retribusi 10%).
Sari D.I (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Objek Wisata Religi
Makam Sunan Muria” mengungkapkan bawasannya dengan dibukanya makam
Sunan Muria sebagai objek wisata membuka jalan bagi masyarakat yang ada
disekitar komplek untuk menanggulangi pengangguran. Makam Sunan Muria
sendiri memberikan lahan mencari nafkah untuk masyarakat sekitar dengan cara
membuka kios-kios dagangan, tempat penginapan, toilet, serta rumah makan.
10
Dagangan yang dijual oleh masyarakat sangat beragam seperti baju taqwa, peci,
tasbih, akcesoris, buku-buku agama, kaset lagu, dll. Tidak sedikit dari masyarakat
juga menyediakan jasa transportasi untuk para pezirah. Pendapatan yang
dihasilkan oleh masyarakat sekitar Rp. 30.000 – Rp. 200.000 jika hari biasa,
apabila hari tertentu dan musim peziarah pendapatan bisa mencapai Rp. 500.000
perhari.
Listiowati (2007) dengan judul “Pengaruh Keberadaan Sunan Hasan
Munadi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Desa
Nyatnyono Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun 1980-2006”. Dalam
kehidupan ekonomi masyarakatnya dapat dilihat dengan adanya penjual di sekitar
makam Sunan Hasan Munadi meskipun masih bersifat insidential dan sewaktu-
waktu. Dapat dikatakan peziarah yang datang ke makam Sunan Hasan Munadi
mempunyai waktu tersendiri untuk ziarah, dan biasanya pada bulan puasa, hari
jumat dan bulan Ruwah (Sya’ban). Banyak dari masyarakat desa Nyotnyono
maupun dari desa lain menjual barang dagangannya didepan pintu gerbang
makam. Barang yang dijual oleh masyarakat seperti makanan, minuman, mainan,
aksecoris, bunga, kemenyan, parfum, dll. Pengunjung yang datang untuk
berziarah mulai dari anak-anak hingga orang tua, dari sini jika waktu tertentu
keuntungan yang didapat dari penjualan lumayan banyak.
Penelitian yang sudah dijelaskan di atas memiliki suatu kesamaan dan
perbedaan. Dalam hal yang sama, kesemua penelitian membahas mengenai
kondisi sosial ekonomi masyakarat. Dalam penelitian Adabi Sholik dan Sujali
(2011) lebih menekankan kepada taraf hidup masyarakat pelaku usaha. Dalam
penelitian ini hanya berfokus kepada pedagang yang berdomisili di sekitar obyek
wisata. Meskipun setiap obyek wisata dalam hal ekonomi tidak hanya ada
pedagang tetapi masih ada penjual jasa seperti transportasi. Sedangkan dalam
penelitian Listiowati (2007) mengatakan bawasannya hanya pada waktu-waktu
tertentu saja di sekitar obyek terjadi kegiatan ekonomi dari masyarakat sekitar
atau bahkan luar daerah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Sosiologi Ekonomi yang menerangkan dan menggambarkan mengenai
11
pembangunan kehidupan sosial ekonomi masyarakat berada di sekitar makam
Bung Karno. Konsep tersebut dikemukakan oleh N.J Smelser, bahwasannya untuk
memenuhi dan menganalisis tentang suatu aspek kehidupan sosial tidak dapat
mengabaikan peranan ekonomi dari kehidupan sosial yang mempengaruhi
ekonomi, dan sebaliknya aspek-aspek non-ekonomi dari kehidupan sosial juga
mempengaruhi ekonomi itu sendiri (Smelser dalam Saebani, 2016:127). Adanya
usaha masyarakat untuk berubah, mendorong terjadinya proses sosial sehingga
terjadi suatu interaksi sosial yang menimbulkan dampak sosial ekonomi dalam
masyarakat. Perubahan yang terjadi di kawasan makam Bung Karno, terlihat
nyata dan menunjukan perubahan dari tahun ke tahun.
Peneliti menggunakan teori Modernisasi. Modernisasi merupakan suatu
bentuk transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern atau lebih
maju. Teori modernisasi fokus pada cara masyarakat pramodern menjadi modern
melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan
budaya (Smellser dalam Sztompka, 2005:149-150). Masyarakat tidak dipandang
sebagai suatu hal yang berdiri sendiri, tetapi sebagai suatu keseluruhan dalam
suatu sistem masyarakat seperti halnya masyarakat sekitar makam Bung Karno
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu melakukan aktifitas yang dapat
mencukupi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Peneliti menggunakan teori
modernisasi karena secara garis besar perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat seperti perubahan pada kondisi
sosial ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun faktor dari luar masyarakat biasanya hal-hal yang terjadi diluar
perencanaan manusia itu sendiri seperti bencana alam. Modernisasi memiliki ciri-
ciri pokok sebagai berikut (Suwarsono dan Alvin, 1994:21):
1. Modernisasi merupakan proses bertahap. Masyarakat yang semula
berada dalam tatanan yang primitive dan sederhana menuju dan berakhir
pada tatanan yang maju dan kompleks;
2. Modernisasi juga dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dengan
modernisasi akan terbentuk berbagai masyarakat dengan struktur yang
serupa;
12
3. Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lainnya, sebagai proses
Eropanisasi dan Amerikanisasi, atau yang lebih dikenal dengan istilah
bahwa modernisasi sama dengan barat;
4. Modernisasi juga terlihat sebagai proses yang tidak dapat bergerak
mundur;
5. Modernisasi merupakan perubahan progresif;
6. Modernisasi memerlukan waktu panjang.
Berkaitan dengan teori diatas, sebagai landasan untuk melakukan
penelitian tentang perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar makam
dengan berbagai aspek permasalahan serta terjadinya perubahan sosial ekonomi
dengan adanya makam Bung Karno yang berdampak pada sektor perekonomian
masyarakat yang semakin menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik dari
tahun ke tahun. Perubahan yang dilakukan oleh masyarakat semata-mata untuk
pemenuhan kebutuhannya. Dengan adanya arus modernisasi yang cepat, dapat
mengubah cara pandang dan cara hidup masyarakat sekitar makam Bung Karno.
13
Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
TEORI
MODERNISASI
(Smellser)
Perubahan Struktur Sosial
Perubahan Masyarakat (Adanya Kesenjangan
Sosial masyarakat)
Kondisi sosial masyarakat di kawasan makam Bung
Karno
Proses Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi
Perubahan Struktur Politik dan Budaya
Peran Pemerintah
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
mengembangkan wisata Makam Bung Karno
14
BAB 3. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan peneliti dengan topik “Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kawasan Makam Bung Karno Tahun 1979-2017” merupakan
penelitian sejarah dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Dimana
metode penelitian sejarah merupakan suatu proses kegiatan untuk mengkaji serta
menganalisis secara kritis hasil rekaman serta peninggalan masa lampau yang
telah direkonstruksi (Gottschalk, 1985:32). Menurut Gottschalk metode penelitian
sejarah dibagi menjadi empat tahap yaitu: 1. Heuristik; 2. Kritik; 3. Interprestasi;
4. Historiografi.
1. Heuristik
Tahap pertama dalam metode penelitian sejarah ialah heuristik. Heuristik
adalah tahapan bagi sejarawan untuk memilih obyek serta mengumpulkan sumber
informasi yang berhungan dengan subjek tersebut. Heuristik tidak berbeda dengan
kegiatan bibliografis yang berkaitan dengan buku-buku maupun dokumen
(Gottschalk, 1985:35). Heuristik juga merupakan tahap awal untuk
mengumpulkan data atau bahan-bahan kajian yang berkaitan dengan apa yang
akan diteliti. Data atau sumber yang dikumpulkan dapat berupa sumber primer
dan sekunder. Semua sumber haruslah relevan dengan materi kajian peneliti
(Sundoro, 2013:30).
Peneliti mencari dan mengumpulan data-data penelitian menggunakan
teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Pencarian data
dilakukan peneliti di Wilayah Makam Bung Karno, Pusat Informasi Pariwisata
dan Perdagangan (PIPP), Dinas Pariwisata Kota Blitar, dan Perpustakaan Pusat
Universitas Jember. Selain mengumpulkan data, peneliti juga melakukan
wawancara dan observasi secara langsung kepada pihak-pihak yang dirasa mampu
memberikan informasi.
Menurut Sugiyanto (2011:38) membagi sumber sejarah menjadi tiga
macam, antara lain sumber benda, sumber lisan, dan sumber tertulis (dokumen).
Sumber benda (artefact), yaitu benda-benda yang berkaitan dengan kondisi
kawasan makam Bung Karno seperti foto-foto makam zaman dahulu. Sumber
15
benda-benda ini diperoleh oleh peneliti dari Badan Arsip Daerah atau masyarakat
sekitar.
Penelusuran sumber tidak tertulis atau lisan dilakukan dengan mencari
masyarakat yang asli tinggal dan para pelaku usaha di sekitar area makam. Pelaku
atau saksi sejarah ini merupakan nara sumber yang akan memberikan kelengkapan
informasi kepada peneliti yang tidak terdapat pada sumber tertulis. Wawancara
dilakukan kepada masyarakat yang asli tinggal dan pelaku usaha di sekitar
makam, tetapi sebelum melakukan wawancara dan observasi peneliti
mempersiapkan alat-alat yang diperlukan saat wawancara dan observasi, seperti :
lembar pertanyaan, alat tulis, tape recorder, dan camera digital.
Saat melakukan wawancara kepada nara sumber peneliti tidak terpaku pada
pertanyaan yang sudah dibuat, tetapi peneliti bertanya sesuai dengan kondisi saat
wawancara berlangsung. Data-data yang diperoleh dengan tehnik perekaman dan
wawancara oleh peneliti disalin dan diterjemahkan kedalam bahasa indonesia,
kemudian di analisis dan disusun secara sistematis.
2. Kritik
Tahap selanjutnya dalam metodologi sejarah adalah dengan melakukan
kritik. Kritik dilakukan untuk memperoleh sumber yang otentik. Hal ini dilakukan
agar dalam penulisan sejarah terhindar dari adanya sumber-sumber yang tidak
akurat atau palsu. Kegiatan kritik perlu dilakukan oleh seorang sejarawan atau
oleh orang yang ingin melakukan penulisan sejarah. Serajawan harus melakukan
penyelidikan terhadap kreadibilitas dari sumber-sumber yang sebelumnya telah
diperoleh dalam tahap heuristik (Gotschalk, 1985:95).
Pengkritikan sumber pada tahap ini dapat dilakukan melalui kritik intern
serta kritik ekstern (Majid dan Wahyudi, 2014:223). Kritik ekstern merupakan
kritik yang digunakan untuk mengetahui tolak ukur dari keaslian sebuah sumber,
ini dilakukan agar tidak adanya dokumen atau sumber yang ganda. Kritik ini
dilakukan dengan melihat segi fisik dari sumber yang didapat. Hal-hal yang
diperiksa meliputi jenis kertas yang digunakan, tintanya, gaya bahasa, serta
tulisan. Setelah melakukan kritik ekstern, peneliti melanjutkan kegiatan dengan
melakukan kritik intern terhadap sumber-sumber tersebut. Kritik intern ini
16
berkaitan erat dengan substansi yang ada pada sumber, apakah sumber tersebut
dapat dipercaya atau sebaliknya. Kemudian juga membandingkan antara sumber
satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, ketika sudah diperoleh sumber yang dapat
dipercaya, sumber-sumber tersebut nantinya akan dipergunakan untuk menyusun
fakta-fakta sejarah.
3. Interpretasi
Fakta-fakta sejarah diperoleh dari kegiatan kritik. Selanjutnya tahap ketiga
adalah interpretasi. Yang mana tahap ini merupakan sebuah tahapan untuk
menambah atau mengurangi (seleksi dan penyusunan) fakta-fakta sejarah yang
sudah ada (Gottschalk, 1985:144). Interpretasi dilakukan dengan cara
menghubungkan fakta-fakta yang telah ditemukan sehingga membentuk suatu
hubungan yang logis, rasional, faktual, dan kausalitas membentuk kisah sejarah
yang mendekati kebenaran. Tahap interpretasi merupakan tahap yang penting,
interpretasi dilakukan dengan cara analisis (menguraikan) dan sintesis
(menyatukan). Peneliti menginterpretasikan fakta-fakta sejarah dengan cara
menguraikan atau menyatukan fakta-fakta tersebut sehingga membentuk suatu
cerita sejarah yang menarik (Kuntowijoyo, 1995:78). Sehingga, nantinya
terbentuk suatu cerita sejarah yang berhubungan dengan pengaruh yang diberikan
Makam Bung Karno terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar
makam tahun 1979-2017.
4. Historiografi
Tahap yang terakhir adalah historiografi. Historiografi adalah cara
penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan
(Abdurrahman, 2007:76). Selain itu, historiografi adalah suatu deskripsi mengenai
masyarakat-masyarakat, kondisi-kondisi, gagasan-gagasan, dan lembaga-lembaga
yang telah lampau sebagai sebuah penelitian sejarah (Gottschalk, 1985:143). Pada
tahap ini, peneliti melakukan penulisan secara kronologis, logis, dan sistematis.
Penulisan yang disajikan melalui tulisan sejarah ini tidak dapat utuh sama persis
dengan yang terjadi, sehingga seorang sejarawan dituntut untuk dapat berimajinasi
juga (Kartodirdjo, 1992:90-91).
17
Ditahapan ini, peneliti melakukan penulisan sejarah mengenai kondisi
sosial ekonomi masyarakat di kawasan makam Bung Karno tahun 1979-2017
dengan cara merangkaikan fakta-fakta sejarah yang telah didapat sebelumnya.
Meski juga tidak dapat dihindari adanya subyektifitas dari peneliti dalam
penulisan sejarah tersebut. Namun, hal itu dianggap oleh peneliti sebagai
penjelasan dari kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut.
Penyajian yang dilakukan peneliti di dalam karya tulis ini terdiri dari
1) Bab 1 Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, penegasan judul, ruang
lingkup, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian;
2) Bab 2 Tinjauan Pustaka yang mengulas tentang kajian penelitian terdahulu
serta kajian-kajian teoritis yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di kawasan makam Bung Karno tahun 1979-2017;
3) Bab 3 Metodologi Penelitian, dalam hal ini berisikan mengenai metode yang
digunakan peneliti untuk menyusun rangkaian peristiwa sejarah, dimana
metode tersebut terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi;
4) Bab 4 Pembahasan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan
makam Bung Karno tahun 1979-2017;
5) Bab 5 Pembahasan mengenai peran pemerintah dalam perkembangan Makam
Bung Karno tahun 1979-2017;
6) Bab 6 Penutup, terdiri dari simpulan dan saran yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang dikaji oleh peneliti.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, D. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Afrizal, M.A. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Cohen, Erik. 1974. Who Is A Tourist ? A Conceptual Clarification. The
Sociological Review. The Haberw University.
Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi edisi 1. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Deliarnov. 2003. Perembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Gafindo
Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
III. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dian, K. 2009. “Aktifitas Ziarah dan Peluang Kerja Masyarakat di Sekitar Makam
R.Ng. Yosodipuro I”. Tidak Diterbitkan. Skripsi. Surakarta: Program Strata
Satu Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Terjemahan oleh Nugroho
Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Ekonomi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kartini, Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar
Maju.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosiologi dalam Metodologi
Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjoroningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Benteng
Budaya.
Listiowati. 2007. Pengaruh Keberadaan Sunan Hasan Munadi Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Desa Nyatnyono
19
Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun 1980-2006. Tidak Diterbitkan.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Majid, M. D. & Wahyudi, J. 2014. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. Jakarta:
Prenada Media Group.
Saebani, B. A. 2016. Perspektif Perubahan Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sari, D. I. 2010. Objek Wisata Religi Sunan Muria. Tidak Diterbitkan. Skripsi.
Surakarta: Program Strata Satu Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sholik & Sujali. 2011. “Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makam dan
Perpustakaan Bung Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Pelaku Usaha
Perdagangan di Sekitarnya”. Tidak Diterbitkan. Jurnal. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi Askara.
Sugiyanto. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: Universitas Jember Press.
Sundoro, Hadi. 2013. Keniscayaan Sejarah Pengantar ke Arah Ilmu dan Metode
Sejarah. Jember: Jember University Press.
Suwarsono SO & Alvin Y. 1994. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Syani, A. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandung: Pustaka Jaya.
Sztompka, P. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.
20
MATRIK PENELITIAN
Topik Judul Penelitian Jenis dan Sifat
Penelitian
Permasalahan Sumber Data Metode Penelitian
1 2 3 4 5 6
Sejarah
Pengembangan
Wisata Lokal
Dampak Obyek
Wisata Makam
Bung Karno
Terhadap Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Kelurahan Sentul
Kecamatan
Kepanjenkidul Kota
Blitar Tahun 2003-
2016
1. Jenis Penelitian:
Penelitian
Sejarah
2. Sifat Penelitian:
Observasi
Lapang
1) Bagaimana
perkembangan
obyek wisata
Makam Bung
Karno tahun
2003-2016 ?
2) Bagaimana
dampak obyek
wisata Makam
Bung Karno
terhadap sosial
ekonomi
masyarakat
kelurahan
Sentul Kec.
Kepanjenkidul
Kota Blitar
tahun 2003-
2016 ?
1. Buku-buku
2. Jurnal
3. Artikel
4. Observasi dan
Wawancara
Tempat pencarian
sumber :
1. Perpustakaan
Universitas
Jember
2. Perpustakaan
Fakultas
Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
Program Studi
Sejarah
Universitas
Jember
3. Makam Bung
Karno
(Observasi)
4. Dinas Pariwisata
Kota Blitar
(Observasi)
Metode penelitian
sejarah dengan
langkah-langkah:
1. Heuristik;
2. Kritik;
3. Interpretasi;
4. Historiografi.
21
Pedoman Wawancara
1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar (UPTD Pengelolaan
Kawasan Wisata Makam Bung Karno)
1. Bagaimana keadaan kawasan Makam Bung Karno sebelum tahun 1970 ?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam mengembangan Makam Bung
Karno?
3. Berapakah jumlah pengunjung yang datang ke Makam Bung Karno setiap
tahunnya ?
4. Kebijakan apa saja yang di ambil untuk pemerintah untuk wisata Makam
Bung Karno ?
5. Bagaimana sikap masayarakat terhadap kebijakan-kebijakan tersebut ?
6. Bagaimana peran UPTD kawasan Makam Bung Karno dalam mengelola
kawasan wisata ?
7. Bagaimana dampak ramainya kawasan Makam Bung Karno terhadap
pariwisata Kota Blitar ?
22
2. Masyarakat dan Pelaku usaha di kawasan Makam Bung Karno
1. Bagaimana kedaaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar sebelum
adanya Makam Bung Karno ?
2. Apa pekerjaaan masyarakat sebelum adanya Makam Bung Karno ?
3. Bagaimana keadaan masyarakat setelah adanya Makam Bung Karno ?
4. Apakah ada dampak ekonomi dengan setelah adanya Makam Bung
Karno ?
5. Berapakah pendapatan yang di peroleh perminggunya dengan berdagang
di kawasan Makam Bung Karno ?
6. Apakah ada kendala pada kegiatan perekonomian di kawasan Makam
Bung Karno ?
7. Bagaimana tanggapan masyarakat dengan adanya pedagang dari
masyarakat luar yang berjualan di kawasan Makam Bung Karno ?
8. Apakah ada bantuan dari pemerintah terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat ?
9. Apakah ada retribusi yang dibayarkan setiap bulan?
10. Bagaimana interaksi anatar masayrakat di kawasan Makam Bung Karno?
11. Apakah ada paguyupan pegadang di kawasan Makam Bung Karno ?
12. Apakah ada persaingan antar pedagang di kawasan Makam Bung Karno?
13. Apakah ada pengaturan persamaan harga dari setiap barang yang dijual
di kawasan Makam Bung Karno ?
23
3. Kepala Desa Sentul dan Kepala Desa Bendogerit
1. Bagaimana peran desa terhadap pengembangan wisata Makam Bung
Karno ?
2. Apakah ada perubahan jumlah penduduk di desa sesudah adanya Makam
Bung Karno ?
3. Bagaimana kondisi masyarakat sebelum adanya sebelum adanya Makam
Bung Karno dan sesudahnya ?
4. Apa jenis pekerjaan masyarakat sekitar sebelum adanya Makam Bung
Karno ?
5. Apakah ada perubahan tingkat ekonomi setelah adanya Makam Bung
Karno ?
6. Adakah dampak positif dan negatif dengan dari ramainya kawasan
Makam Bung Karno, dan bagaimana cara menanganinya ?
7. Adakah penyuluhan dari pihak desa dalam bidang ekonomi masyarakat
sekitar Makam Bung Karno ?
8. Apakah ada kontribusi dari masyarakat yang melakukan perdagangan
untuk kas desa ?
9. Apakah ada keluhan dari masyarakat terhadap ramainya kawasan Makam
Bung Karno ?
10. Fasilitas apa yang disediakan oleh desa untuk meningkatkan kualitas
masyarakat sekitar kawasan Makam Bung Karno ?