Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA:IDENTIFIKASI SPASIAL DAN TELAAH HUKUM OKUN
(Skripsi)
Oleh
Ukthiya Firda Pangesti
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
ECONOMIC GROWTH AND UNEMPLOYMENT IN INDONESIA:SPATIAL IDENTIFICATION AND OKUN LAW REVIEW
By
Ukthiya Firda Pangesti
This study is examined the Okun's law in the Indonesia’s economy to estimate therelationship between economic growth and the unemployment rate. This researchuses the spatial analysis with Geographical Information System (GIS) and theAutoregressive Distributed Lag ( ARDL ) method. The data used is time seriesdata in the State of Indonesia 1985-2016. The results of the spatial analysis showthat there are changes in the pattern of unemployment and economic growth inIndonesia 1985 and 2016. The results of ARDL estimation indicate that economicgrowth has a negative and significant effect on Indonesia's unemployment in thelong term, but not significantly in the short term. The estimation results show thatthe law is valid in Indonesia the long run.
Keyword: ARDL, Economic Growth, Okun’s Law, Unemployment Rate.
ABSTRAK
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA:IDENTIFIKASI SPASIAL DAN TELAAH HUKUM OKUN
Oleh
Ukthiya Firda Pangesti
Penelitian ini menguji hukum okun pada perekonomian Indonesia denganmengestimasi hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran.Metodologi yang digunakan adalah analisis data spasial dengan GeographicalInformation System (GIS) dan Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Datayang digunakan adalah data time series di Negara Indonesia tahun 1985-2016.Hasil analisis spasial menujukan bahwa terjadi perubahan pola pengangguran danpertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1985 dan 2016. Hasil dari estimasiARDL menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dansignifikan terhadap tingkat pengangguran Indonesia pada jangka panjang, namuntidak signifikan pada jangka pendek. Hasil estimasi menunjukan bahwa hukumokun berlaku di Indonesia pada jangka panjang
Kata Kunci: ARDL, Hukum Okun, Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi.
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA:
IDENTIFIKASI SPASIAL DAN TELAAH HUKUM OKUN
Oleh:Ukthiya Firda Pangesti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ukthiya Firda Pangesti lahir di Sritejokencono, Kecamatan
Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 16 April 1996, yang
merupakan anak ketiga, putri bungsu dari pasangan Bapak Dimyati dan Ibu
Saimah. Penulis mempunyai dua orang saudara yang bernama Sariyati dan
Nuryani.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Pertiwi pada tahun
2002. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
Negeri 3 Sritejokencono. Pada tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kotagajah, dan menyelesaikan
pendidikan diSekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kotagajah pada tahun
2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2014, melalui jalur
SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
PERSEMBAHAN
Terucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayahNya yang diberikan, ku persembahkan skripsi ini dengan ketulusan dan
kerendahan hati kepada:
1. Orang tua Tercinta Bapak dan Ibu yang sangat saya sayangi, serta sosok
orang tua yang sabar, selalu memberi semangat dan nasihat dengan
ketulusan kasih sayang serta doa yang tiada henti selalu beliau panjatkan,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Serta kakak-kakak
tersayang yang menjadi sebagai sosok kakak yang selalu memotivasi
untuk terus maju dan berusaha menggapai cita-cita.
2. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang begitu telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberiku saran dan motivasi.
4. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
MOTTO
“Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Allah
ada bersama kita”
(Nabi Muhammad SAW)
“Hidup tak akan selalu baik-baik saja, setiap orang pernah mengalami fluktuasi
masa, hal yang demikian mengajarkan kedamaian, semoga akan ada indah setelah
manusia berjuang”
(Ukthiya Firda Pangesti)
SANWACANA
Alhamdulillahhirobbil’alaamiin segala puji bagi ALLAH SWT, Rabb yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat teriring salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta para pengikutnya yang semoga kelak
mendapatkan syafa’at, Amin.
Penulisan skripsi dengan judul “Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di
Indonesia: Identifikasi Spasial dan Telaah Hukum Okun” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Penulis berharap, karya yang merupakan wujud dari kerja keras, do’a, dan
pemikiran maksimal serta didukung dengan bantuan dan keterlibatan berbagai
pihak ini akan bermanfaat di kemudian hari. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Dimyati dan Ibu Saimah yang selalu
mendo’akan dan memotivasi penulis sehingga penulis dapaat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.S.i. selaku ketua Jurusan Ekonomi pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.S.i. selaku sekretaris Jurusan ekonomi
Pembangunan fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5. Ibu Dr. Arivina Ratih, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing, atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, kritik dan saran
dalam proses penyelesaian skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.S.i. selaku dosen penguji pada ujian skripsi,
atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan dan pengetahuan dalam
proses menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dr Lies Maria Hamzah, S.E., M.E. selaku dosen penguji pada ujian
skripsi, atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan dan pengetahuan
dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku dosen penguji pada ujian skripsi
sekaligus selaku dosen pembimbing akademik, atas kesediaannya selama ini
dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses kuliah,
terimakasih atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan dan
pengetahuan dalam proses menyelesaikan skripsi.
9. Seluruh staf yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
10. Kakak-kakak tercinta, Sariyati dan Nuryani yang selalu mendo’akan dan
memotivasi, sehingga penulis selalu bersemangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Keluarga besar tercinta yang selalu mendukung dan mendo’akan atas
perjalanan penulis menempuh pendidikan sampai dapat menyelesaikan
skripsi ini.
12. Keluarga pengurus HIMEPA (Himpunan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung periode
2016/2017 Aji Fatullah Ikhbal, Sofyan Shaleh, Retno Putri, Meity Ona Arista,
Raden Dewa, Ramadhana Piscal Hartadi, Arnoldhi Pradisco, Utami Syifana
Widyastuti, Murniati, Ganis Kesumaningrum, Halvis, Kanti Rahayu, Rendra
Ardiyanto, Dimas Dwi Pratikno beserta seluruh staf yang memberikan
keindahan selama masa perkuliahan saya.
13. Sahabat seperjuangan Nur Amalia, Esa Eriza Anggraeni, dan Ismaya Inton
Dwingga terimakasih atas kebersamaan, keakraban, kebahagiaan, dan duka
yang selama ini selalu dilalui bersama, semoga persahabatan kita tetap abadi
dan berkah, pance kondang selalu sukses dan jaya.
14. Sahabat tercinta Gardina Jufi Andini, Nur Asih Winarti, Annisa Noerdin, Zsa
Zsa Raulia Putri, dan Windri Lestari terimakasih atas motivasi, keakraban,
dan do’a yang selma ini menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
15. Sahabat tercinta Agus Supriyanto, Agam Rahmadi, Bagus Prasetyo, Citra
Ayu Wulansari yang selalu memberikan kebahagiaan, nasehat, dan saran
yang membangun untuk kehidupan penulis sampai akhirnya penulis fokus
menyelesaikan skripsi ini.
16. Sahabat tersayang Chindy Yulia Putri, Yunita Andriani, Yuniana Putri,
Merryantika Eka, dan Imannurichsan yang tak terlupakan, terimakasih atas
segala bentuk kebahagiaan dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-
Nya.
17. Sahabat menggunjing Tiwi Andriani, Ahmad Dawami, dan Budiyanto,
terimakasih telah menyempurnakan hidup penulis.
18. Sahabat-sahabat Ekonomi pembangunan 2014 yang tak terlupakan,
terimakasih atas bantuan, motivasi, dan kebersamaan selama ini.
19. Teman-teman yang secara tidak langsung turut membantu dalam proses
pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih belum sempurna karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT, namun ada harapan semoga skripsi yang sederhana ini
dapat bermanfaat bagi semua. Amiin.
Bandar Lampung, 12 Desember 2018
Penulis,
Ukthiya Firda Pangesti
iv
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI ................................................................................................... iDAFTAR TABEL ........................................................................................... viDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISA. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................. 8B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 10
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ................................................. 102. Teori Pertumbuhan Ekonomi Schumpeter ......................................... 133. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow .................................................. 144. Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogen (Modern) ............................. 16
C. Pengangguran............................................................................................ 201. Pengertian Pengangguran ................................................................... 202. Macam-Macam Pengangguran .......................................................... 223. Dampak Pengangguran ...................................................................... 264. Teori Pengangguran Klasik ................................................................ 275. Teori Pengangguran Keynesian ......................................................... 276. Teori Pengangguran Neo Klasik ........................................................ 29
D. Hukum Okun ............................................................................................ 32E. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 36F. Kerangka Konseptual ............................................................................... 39G. Hipotesis .................................................................................................. 39
III. METODE PENELITANA. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 40B. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 40C. Metode Analisis Data ............................................................................... 42
1. Analisis GIS (Geographical Information System) ............................. 422. Analisis Model Okun ......................................................................... 42
A. Model Difference Version Hukum Okun...................................... 42
v
B. Model Okun Lanjutan (Metode ARDL) ...................................... 431. Ploting Data........................................................................... 452. Uji Correlogram .................................................................... 453. Uji Akar Unit (Unit Root Test).............................................. 464. Penentuan Lag Optimal ........................................................ 475. Uji Korelasi .......................................................................... 476. Uji Kausalitas Engel Granger .............................................. 477. Uji Kointegrasi Engel Granger ............................................. 488. Uji Asumsi Klasik (Uji Autokorelasi) .................................. 48
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Daerah Penelitian .................................................................... 51B. Hasil.......................................................................................................... 52
1. Analisis GIS (Geographical Information System) ............................. 522. Analisis Model Okun ......................................................................... 59
A. Model Difference Version Hukum Okun...................................... 59B. Model Okun Lanjutan (Metode ARDL) ...................................... 61
1. Ploting Data........................................................................... 622. Uji Correlogram .................................................................... 633. Uji Akar Unit (Unit Root Test).............................................. 654. Penentuan Lag Optimal ........................................................ 665. Uji Korelasi .......................................................................... 676. Uji Kausalitas Engel Granger .............................................. 687. Uji Kointegrasi Engel Granger ............................................. 698. Estimasi Model ARDL ......................................................... 709. Uji Asumsi Klasik (Uji Autokorelasi) .................................. 71
C. Pembahasan .............................................................................................. 72D. Implementasi Hasil Penelitian .................................................................. 76
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan .................................................................................................. 76B. Saran ........................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 372. Hasil Uji berdasarkan model UEt = α + βGDPt + εt .................................. 593. Hasil Uji Correlogram pada tingkat level .................................................. 644. Hasil Uji Correlogram pada tingkat first difference .................................. 645. Hasil Uji Stasioner (Unit Root Test) Tingkat Level .................................. 656. Hasil Uji Stasioner (Unit Root Test) Tingkat First Difference ................. 667. Hasil Penentuan Lag Optimal .................................................................... 678. Hasil Uji Korelasi antar Variabel ............................................................... 689. Hasil Uji Kausalitas Engle Granger ........................................................... 6810. Hasil Uji Kointegrasi.................................................................................. 6911. Estimasi ARDL jangka pendek.................................................................. 7012. Estimasi ARDL jangka panjang................................................................. 71
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perubahan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Penganggurandi Indonesia dalam Persen (%).................................................................. 3
2. Kerangka Pemikiran................................................................................... 393. Kerangka Metode Analisis Data ................................................................ 414. Peta Tematik Nilai Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan
ekonomi Indonesia di Atas dan di Bawah Rata-rata Nasional Tahun 1985dan 2016..................................................................................................... 53
5. Grafik Pola Pergerakan Data Tingkat Pengangguran ................................ 636. Grafik Pola Pergerakan Laju Pertumbuhan Ekonomi................................ 64
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Variabel Dependen dan Independen.................................................. L12. Data Olah Variabel ....................................................................................... L23. Kenaikan/Penurunan Data Variabel................................................................ L34. Grafik Fluktuasi Pola Variabel....................................................................... L45. Hasil Output Regresi/Equation Y dan X tanpa LN (Log) ................................ L56. Hasil Equation Y dan X dengan LN (Log) ............................................... L67. Hasil Ploting Data......................................................................................... L78. Uji Correlogram Y Tingkat Level.............................................................. L89. Uji Correlogram X Tingkat Level.............................................................. L910. Uji Correlogram Y Tingkat First Difference ............................................. L1011. Uji Correlogram X Tingkat First Difference ............................................. L1112. Uji Root Test Y Tingkat Level .................................................................. L1213. Uji Root Test X Tingkat Level .................................................................. L1314. Uji Root Test Y Tingkat First Difference .................................................. L1415. Uji Root Test X Tingkat First Difference .................................................. L1516. Uji Panjang Lag Optimum ......................................................................... L1617. Uji Kausalitas Engle Granger .................................................................... L1718. Uji Koentegrasi .......................................................................................... L1819. Hasil Estimasi ARDL................................................................................. L1920. Hasil Estimasi ARDL (Hubungan jangka panjang) .................................. L2021. Hasil Uji ARDL Jangka Panjang Lebih dari Lag 9.................................... L2122. Hasil Uji Autokorelasi................................................................................ L2223. Keterangan Berdasarkan Gambar 4.1 (Peta Tahun 1985) ......................... L2324. Keterangan Berdasarkan Gambar 4.1 (Peta Tahun 2016) ......................... L24
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja perekonomian suatu negara dikatakan tumbuh baik atau buruk dapat
diukur melalui beberapa variabel makroekonomi, diantaranya ada tiga variabel
makro ekonomi yaitu Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product = GDP),
tingkat pengangguran (unemployment rate) dan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Para ahli makro ekonomi mempelajari perubahan variabel-variabel yang
mempengaruhi kinerja perekonomian suatu negara dari waktu ke waktu untuk
melihat bagaimana interaksi antar variabel-variabel tersebut sehingga terlihat
kinerja perekonomian suatu negara (Sukirno, 2008).
Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa
yang diproduksi di suatu negara pada periode tertentu. GDP dibagi menjadi dua
yaitu, GDP atas harga berlaku dan GDP atas harga konstan. GDP atas harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
sedangkan GDP atas harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun (Mankiw, 2007). Sementara itu tingkat
pengangguran (unemployment rate) merupakan ukuran dari jumlah angkatan kerja
yang belum atau tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran merupakan masalah
yang penting di negara maju maupun di negara berkembang. Pengangguran pada
2
umumnya disebabkan oleh jumlah angkatan kerja atau pencari kerja tidak
sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ada.
Pada tahun 1962, Arthur Okun, secara khusus meneliti hubungan dua dari tiga
variabel makroekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari sisi output
dengan tingkat pengangguran. Hasil dari penilitian tersebut dikenal dengan
Hukum Okun (Okun’s Law). Berdasarkan Hukum Okun, tingkat pengangguran
mempunyai hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi (GDP riil). Jika
tingkat pengangguran naik 1 persen, maka pertumbuhan GDP riil turun 2 persen
(Mankiw, 2007:248-251).
Putong (2013) menyatakan apabila pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 2,5
persen di atas trendnya yang telah dicapai pada tahun tertentu, tingkat
pengangguran akan turun sebesar 1 persen. Pernyataan tersebut lebih dikenal
sebagai hukum Okun dan cukup memberikan informasi atau bukti empiris.
Sinclair (2005) menyatakan jika tingkat pengangguran merupakan variabel
kebijakan, maka koefisien Okun dapat diinterpretasikan sebagai besaran target
perekonomian untuk mereduksi tingkat pengangguran. Kedua, peramalan output
sering dibuat untuk menyatakan peramalan dari tingkat pengangguran. Ketiga,
koefisien Okun sangat berguna untuk mengetahui kapan output berada diatas atau
dibawah nilai potensialnya.
Penelitian mengenai keberlakuan hukum okun di Indonesia dapat memberikan
penjelasan mengenai hubungan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pengangguran di Indonesia. Menurut Mankiw (2007), hukum okun dapat
membantu pemerintah Indonesia dalam mencapai target tingkat pengangguran,
3
karena rendahnya tingkat pengangguran dan tingginya lapangan kerja merupakan
salah satu target pemerintah Indonesia. Perubahan pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pengangguran di Indonesia disajikan pada Gambar 1.1 berikut ini.
Sumber: Badan Pusat Statistika (diolah, 2018)
Gambar 1. Perubahan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran diIndonesia Tahun 1985-2016 dalam Persen (%)
Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi dua kali pada tahun 1997-1998 dan
2008-2009. Pertumbuhan ekonomi di tahun 1998 akibat krisis ekonomi bahkan
lebih rendah dari tahun 1985 yang merupakan titik awal penelitian. Puncak krisis
ekonomi Indonesia terhebat pada tahun 1998, bahwa pertumbuhan ekonomi turun
hingga mencapai angka -13,13 persen. Pertumbuhan ekonomi pada titik awal
penelitian tahun 1985 sebesar 2,46 persen, hal ini disebabkan karena terjadi
kelesuan di dalam negeri, penurunan harga minyak yang cukup tajam dan
melemahnya daya saing barang-barang hasil produksi dalam negeri, sehingga
devisa yang diterima negara dari sektor ekspor menurun. Tingkat pengangguran
1985 1994 1995 1998 2005 2009 2011 2014 2016
PertumbuhanEkonomi
TingkatPengangguran
(PE)
(TP)
4
tahun 1985 sampai 1995 lebih kecil dari pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada
tahun 1998 tingkat pengangguran justru lebih besar dari pertumbuhan ekonomi
seperti yang sudah dijelaskan diawal bahwa krisis ekonomi terjadi pada tahun
1998 (Tambunan, 2008).
Pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi 1998 mulai naik kembali hingga
5,69 persen pada tahun 2005, namun kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut
tidak didukung dengan penurunan tingkat pengangguran, melainkan tingkat
pengangguran naik mencapai angka 11,2 persen artinya menjadi rekor tingkat
pengangguran tertinggi pada periode tahun 1985-2016, hal ini disebabkan karena
penghapusan subsidi BBM pada oktober 2005 sebagai suatu konsekuensi dari
meroketnya harga BBM di pasar dunia hingga mencapai 50 dollar AS per barrel,
akibatnya harga BBM dalam negeri naik hingga 100 persen (Tambunan, 2008).
Indonesia mendapatkan sedikit imbas dari krisis global 2008-2009, yang ditandai
menurunnya pertumbuhan ekonomi menjadi 5,69 persen di tahun 2008 dan 4,1
persen di tahun 2009. Pada tahun 2010-2012, pertumbuhan ekonomi mengalami
kenaikan, yaitu dengan rata-rata 6 persen. Setelah tahun 2012, perekonomian
Indonesia terus menurun. Pertumbuhan ekonomi 2014 tumbuh sebesar 5,02
persen, melambat dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 5,78 persen.
Tingkat pengangguran tahun 2010-2016 berfluktuasi lambat, sampai tingkat
pengangguran di tahun 2016 mencapai 5,61 persen. Dari sisi eksternal,
perlambatan dipengaruhi oleh menurunnya ekspor akibat permintaan dan harga
komoditas global menurun, serta adanya kebijakan ekspor mineral mentah. Dari
5
sisi internal, perlambatan disebabkan oleh terbatasnya konsumsi pemerintah
karena program penghematan anggaran (Lamudi, 2015).
Menurut data yang ada di Indonesia, pada tahun 1995 data pertumbuhan ekonomi
dan tingkat pengangguran paling mendekati prinsip hukum okun, pertumbuhan
ekonomi naik sebesar 8,22 persen sementara tingkat pengangguran sebesar 3,9
persen, membaik dari tahun sebelumnya yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 7,54
persen sedangkan tingkat pengangguran sebesar 4,36 persen. Hal ini disebabkan
karena kenaikan konsumsi dan sebagai dampak dari adanya boom investasi yang
terjadi pada tahun 1995, dengan nilai investasi sebesar 39.914,7 juta US Dolar.
Sementara itu tahun 1998 menunjukan data yang tidak sesuai dengan prinsip
hukum okun, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terjadinya
penurunan nilai tukar rupiah secara tajam terhadap valas, kegagalan makro
ekonomi Indonesia, stok hutang luar negeri swasta, banyaknya kelemahan ssstem
perbankan di Indonesia dan tidak jelasnya arah perubahan politik
(Keyjojohadikusumo, 2000).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak selalu disertai dengan penurunan tingkat
pengangguran seperti yang terlihat pada Gambar 1. Fenomena seperti ini tidak
hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara lain, fluktuasi nilai pertumbuhan
ekonomi dan tingkat pengangguran Indonesia dapat digambarkan dengan analisis
spasial peta Indonesia yang diwakili dengan nilai tingkat pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi di masing-masing provinsi seluruh Indonesia sebagai
gambaran awal penelitian hukum okun. Pada penelitian ini tujuan memetakan
tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi dengan analisis SIG untuk
melihat pola kedua variabel di masing-masing provinsi.
6
Beberapa penelitian menemukan hal yang sejalan dengan hukum okun dan
beberapa penelitian lainnya tidak. Fenomena tersebut pernah ditemukan oleh
penelitian Knotek (2007) menemukan bahwa hukum Okun bukanlah hubungan
yang erat, ada banyak pengecualian dalam hukum Okun atau kejadian dimana
turunnya pertumbuhan output tidak selalu bertepatan dengan meningkatnya
pengangguran. Hal ini berlaku ketika melihat selama jangka waktu panjang dan
pendek. Moosa (2008) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pengangguran dengan output untuk kasus Algeria, Mesir, Maroko, dan Tunisia
karena tiga alasan: (a) Pengangguran yang terjadi bukan siklis tetapi lebih kepada
pengangguran struktural dan atau friksional; (b) Kekakuan pasar tenaga kerja
yang terjadi di empat negara tersebut di mana pasar tenaga kerja didominasi
pemerintah sebagai sumber utama permintaan tenaga kerja; (c) Struktur
perekonomian yang didominasi pemerintah. Rubcova (2010) menunjukan tidak
adanya hubungan antara output dan tingkat pengangguran untuk kasus negara-
negara di Kawasan Baltik karena data tidak reliabel dan ukuran sampelnya kecil
serta struktur pasar tenaga kerja yang kaku dan inelastisnya tingkat pengangguran
terhadap pergeseran output.
Melihat fenomena penelitian sebelumnya bahwa peningkatan atau penurunan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan belum tentu dapat meningkatkan atau
menurunkan tingkat pengangguran, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di
Indonesia serta mengetahui keberadaan hukum Okun di Indonesia, dengan
demikian penelitian ini mengangkat judul “Pengujian Hukum Okun di
Indonesia”.
7
B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemetaan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di
Indonesia?
2. Apakah Hukum Okun berlaku di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk memberikan gambaran awal tentang pertumbuhan ekonomi dan
pengangguran yang disajikan dalam bentuk peta lingkup provinsi seluruh
Indonesia.
2. Untuk mengetahui keberlakuan Hukum Okun di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan maka manfaat yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S1) di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bagi fakultas dan pembaca sebagai referensi untuk mengetahui teoritis Hukum
Okun.
3. Dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik atau buruk dari
tahun sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
diantaranya adalah Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, teknologi,
budaya, dan Sumber Daya Modal yang dibutuhkan oleh manusia untuk mengelola
SDA. Indikator penting yang digunakan untuk menilai kinerja perekonomian
berlangsung baik atau buruk dalam suatu negara adalah Gross Domestic Product
(GDP). GDP mengukur dua hal, yaitu pendapatan total semua orang dalam
perekonomian dan jumlah belanja untuk membeli barang dan jasa hasil
perekonomian. GDP memasukkan segala bentuk pembelanjaan dalam barang dan
jasa yang diproduksi secara domestik (Mankiw, 2007).
GDP dapat diukur dengan dua cara, yaitu pendekatan alur produk dan pendekatan
penghasilan dari input yang menghasilkan output. Karena laba merupakan hasil
sisa, kedua pendekatan tersebut akan menghasilkan total GDP yang sama persis.
Komponen nilai GDP merupakan jumlah dari nilai konsumsi (C), investasi bruto
(I), belanja pemerintah atas barang dan jasa (G), dan ekspor netto (XM) yang
dihasilkan di dalam suatu negara selama satu tahun tertentu (Samuelson, 2003).
9
Persamaan tersebut merupakan persamaan identitas, dimana variabel-variabel
dalam persamaan tersebut benar.
Pengertian dari komponen GDP adalah:
1. Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga golongan yaitu, barang habis pakai
(nondurable goods) seperti makanan, barang tahan lama (durable goods)
seperti elektronik, dan jasa.
2. Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Pengeluaran
investasi ada tiga yaitu, investasi bisnis, investasi properti, dan investasi
persediaan.
3. Belanja pemerintah (government purchases) mencakup pembelanjaan barang
dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal). Belanja
pemerintah meliputi belanja alat militer, pembangunan infrastruktur, dan jasa
pegawai negeri.
4. Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh
orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga
negara (impor) (Mankiw,2008).
GDP dibagi menjadi dua yaitu, GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal adalah
nilai GDP pada harga saat ini sedangkan GDP riil adalah GDP dari indeks volume
atau kuantitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. GDP riil diukur dengan harga
tetap. Sedangkan GDP nominal diukur dengan harga yang berubah-ubah. Ketika
membagi GDP nominal dengan GDP riil, maka akan diperoleh sebuah deflator
GDP, yang berlaku sebagai ukuran dari seluruh tingkat harga. Dengan begitu
10
perhitungan GDP riil dapat dilakukan dengan cara membagi GDP nominal dengan
deflator GDP (Samuelson, 2003).
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Para ahli ekonomi klasik mendeskripsikan terdapat empat faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi
yang digunakan. Namun, mereka lebih memfokuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan klasik mereka memiliki asumsi
bahwa luas tanah dan kekayaan alam jumlahnya adalah tetap (konstan) dan
mereka tidak memikirkan adanya perubahan teknologi. Berdasarkan asumsi
tersebut maka selanjutnya akan dianalisis pengaruh pertambahan penduduk
terhadap produksi nasional dan pendapatan (Sukirno, 2008).
Ekonom yang termasuk dalam mahzab klasik adalah Adam Smith dan Robert
Malthus. Adam Smith menganut paham laissez faire laissez passer dimana dalam
perekonomian diperlukan campur tangan pemerintah seminimal mungkin. Dengan
begitu perekonomian berjalan wajar tanpa campur tangan pemerintah. Smith
menekankan peran tanah sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi tetapi yang
lebih utama adalah sumber daya manusia. Dimana jika sumber daya manusia tidak
ada maka tidak akan ada yang bisa mengolah tanah. Smith juga menjelaskan
mengenai teori pembagian tenaga kerja (division of labor), dimana pembagian
kerja tersebut digunakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dalam
11
suatu pekerjaan diperlukan pekerja di masing-masing divisi, artinya jika setiap
tenaga kerja di tempatkan sesuai dengan keahliannya maka mereka akan bekerja
maksimal dan hasil pekerjaannya juga akan maksimal. Smith juga memaparkan
mengenai teori akumulasi kapital. Smith mengatakan bahwa akumulasi kapital
merupakan hal penting dalam pertumbuhan ekonomi. Zaman perekonomian Smith
sering disebut “zaman emas” karena sumber modal utama adalah tanah. Tanah
tersedia secara cuma-cuma, disini berarti bahwa pemilik tanah akan semakin kaya
dan yang tidak mempunyai tanah akan tetap menjadi buruh. Sistem upah dalam
masa ini, seluruh pendapatan nasional akan digunakan untuk upah karena tidak
ada pengurangan sewa tanah dan bunga modal. Output berkembang sesuai dengan
jumlah penduduk, sehingga upah riil tiap buruh akan tetap sama sepanjang masa.
Selain itu karena kekayaan alam dimiliki oleh kapitalis bukan pemerintah
akibatnya jika penduduk bertambah, tanah akan digunakan untuk pemukiman
pada akhirnya tidak ditemukan keseimbangan antara ketersediaan tanah, output,
dan jumlah penduduk. Jumlah penduduk dalam suatu negara akan terus
bertambah. Namun output harus bergerak lambat daripada jumlah penduduk
karena apabila buruh tanah bertambah dan tanah yang digarap adalah tetap maka
tanah yang digarap oleh buruh akan mengalami kekurangan. Peningkatan tenaga
kerja pada penggarapan tanah akan menyebabkan penurunan produk marjinal
tenaga kerja yang menyebabkan upah riil menurun.
Ekonom mahzab klasik selanjutnya adalah Robert Malthus. Robert Malthus
beranggapan bahwa pertumbuhan manusia lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan produksi pangan. Manusia tumbuh berdasarkan deret ukur
(geometric progression, dari 2 ke 4, 8, 16 dan seterusnya). Sedangkan produksi
12
pangan tumbuh sesuai dengan deret hitung (arithmetic progression, dari 2 ke 4, 6,
8 dan seterusnya). Perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat dibandingkan
perkembangan produksi pangan. Satu-satunya cara untuk mengatasi meledaknya
jumlah penduduk atau menghindari malapetaka adalah dengan melakukan
pengontrolan jumlah penduduk atau dengan keluarga berencana (KB). Selain
melakukan KB ada cara lain untuk menganggulangi disaster yaitu dengan
menunda perkawinan dan mengurangi jumlah anak. Malthus pesimis dengan
bertambah banyaknya jumlah pendudukmenyebabkan pelipat gandaan makanan
dan pakaian yang kurang seimbang akibatnya out perkapita menurun, karena
banyak orang yang berebut tanah yang terbatas dan perolehan output per kapita
menurun. Malthus berpendapat bahwa penekanan jumlah penduduk akan
mendorong rendahnya taraf hidup buruh. Jika upah buruh diatas batas minimun
maka akan berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk. Upah minimun akan
menyebabkan angka kematian yang tinggi dengan demikian jumlah penduduk
akan terus berkurang. Akan di capai tingkat keseimbangan jika upah sama
besarnya dengan taraf kebutuhan buruh. Teori pertumbuhan klasik dapat diambil
kesimpulan bahwa jika penduduk rendah, maka produksi marjinal akan lebih
tinggi dari pendapatan per kapita, artinya jika terjadi peningkatan jumlah
penduduk, maka pendapatan perkapita akan meningkat. Menurut para ekonom
klasik, jika peningkatan jumlah penduduk secara terus menerus maka yang terjadi
adalah produksi marginal akan terus mengalami penurunan. Oleh karena itu,
pendapatan per kapita dan pendapatan nasional pertumbuhannya akan melambat.
Jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan pada jumlah penduduk
tertentu, nilai produksi marjinal sama dengan pendapatan perkapita. Dalam
13
keadaan seperti itu disebut dengan penduduk optimum. Penduduk optimum berarti
jumlah penduduk yang memiliki standar bagus dalam suatu negara. Jumlah
penduduk optimum adalah jumlah pendudukyang tidak banyak dan tidak sedikit
yaitu suatu negara mampu mencapai jumlah sesuai dengan kapasitas tanah yang
tersedia, serta penduduknya mampu mendapatkan pekerjaan serta dapat mengelola
sumber daya alam yang tersedia dengan baik.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Schumpeter
Teori pertumbuhan ekonomi Schumpeter menekankan pentingnya peranan
wirausaha dalam pertumbuhan ekonomi. Schumpeter membedakan pengertian
invensi dan inovasi. Inventasi adalah hal penemuan teknik-teknik produksi baru.
Sedangkan inovasi adalah penemuan teknik-teknik produksi baru, komoditi baru,
jenis material baru untuk produksi, dan sebagainya. Inovasi ditemukan oleh
seorang inovator, tetapi yang mengembangkan inovasi adalah seorang wirausaha.
Wirausaha tersebut memiliki peranan yang penting dalam kegiatan ekonomi
yaituberupa inovasi yang dikembangkan. Inovasi tersebut meliputi pengenalan
barangbarang yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru,
mengembangkan perubahan dalam organinasasi, memperluas pasar untuk barang-
barang baru, dan cara memproduksi barang secara efisien (Sukirno, 2011).
Schumpeter memberikan gambaran dengan menganggap bahwa perekonomian
sedang tidak berkembang dalam waktu yang cukup singkat. Dalam keadaan
seperti itu maka para wirausaha akan memikirkan cara untuk mengadakan inovasi
yang menguntungkan. Keinginan mendapat keuntungan yang tinggi dari hasil
inovasi akan membuat para wirausaha untuk meminjam modal dan menanam
14
modal (investasi). Investasi yang tinggi akan meningkatkan kegiatan ekonomi
negara. Hal ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat, konsumsi masyarakat
juga akan meningkat, serta para wirausaha akan terus berinovasi dan
menghasilkan banyak barang dan melakukan investasi. Menurut Schumpeter jika
suatu negara tingkat ekonominya terus mengalami peningkatakan maka akan
menghambat adanya inovasi, keadaan seperti ini disebut dengan stationary state
(Sukirno, 2008).
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow
Teori pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow,
mereka menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor
produksi, yaitu dapat dijelaskan dengan persamaan berikut (Sukirno, 2008):
ΔY = f (ΔK, ΔL, ΔT)
Dimana:
ΔY = tingkat pertumbuhan ekonomi
ΔK = tingkat pertumbuhan modal
ΔL = tingkat pertumbuhan penduduk
ΔT = tingkat perkembangan teknologi
Model pertumbuhan ini menjelaskan bahwa output homogen diproduksi oleh dua
jenis input, yaitu modal dan tenaga kerja. Unsur-unsur baru dari model
pertumbuhan ini adalah modal dan teknologi. Dalam hal ini teknologi nilainya
adalah konstan, sedangkan modal terdiri dari barang-barang tahan lama yang di
15
produksi. Barang-barang modal mencakup pabrik dan rumah, peralatan seperti
komputer, dan persediaan barang jadi dan barang dalam proses. Dalam proses
pertumbuhan ekonomi, para ekonom menekankan adanya penumpukan modal
(capital deepening), yaitu proses peningkatan kuantitas modal per tenaga kerja
sepanjang waktu. Penumpukan modal terjadi apabila persediaan modal lebih
tinggi daripada angkatan kerja. Dalam keadaan tanpa perubahan teknologi tingkat
upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja akan meningkat. Hal ini disebabkan
karena setiap tenaga kerja mempunyai masing-masing modal sehingga produk
marginal meningkat dan akibatnya upah riil meningkat bersamaan dengan
meningkatnya produk marginal tenaga kerja. Selain itu dampak dari penumpukan
modal adalah menurunnya keuntungan modal sehingga mengakibatkan
keuntungan dari modal menurun. Keadaan perekonomian jangka panjang dengan
adanya penumpukan modal adalah ekonomi akan memasuki kondisi tetap dan
penumpukan modal akan berhenti, upah riil berhenti, dan laba modal tetap serta
suku bunga riil tetap. Tanpa adanya perubahan teknologi upah riil tenaga kerja
akan terhenti.
Selain modal dan upah riil, ada satu lagi hal yang penting dalam perekonomian
yaitu perubahan teknologi. Riset terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh perubahan teknologi. Perubahan teknologi dapat
meningkatkan output yang dihasilkan dari input tertentu. Teori pertumbuhan baru
menyingkap mengenai perubahan teknologi. Terdapat ciri-ciri tidak lazim dalam
teknologi. Ciri-ciri tersebut adalah teknologi merupakan barang publik atau
nonrival dimana teknologi dapat dinikmati oleh orang banyak. Perubahan dalam
teknologi dapat menyebabkan kegagalan pasar yang parah karena terkadang
16
penemu teknologi takut bahwa penemuannya akan ditiru oleh orang lain. Dalam
hal ini pemerintah harus memberikan hak cipta atas riset yang ditemukan oleh
para ilmuan agar risetnya tidak ditiru oleh orang lain.
Solow dalam penelitiannya menemukan dua temuan penting, pertama hanya
separuh dari pertumbuhan total GDP yang dapat dianggap sebagai hasil
pertumbuhan masukan tenaga kerja dan modal. Kedua, kurang dari 20 persen
pertumbuhan GDP per kapita dianggap sebagai hasil pertumbuhan stok modal.
Pertumbuhan GDP yang tidak dianggap sebagai hasil peningkatan penggunaan
modal dan tenaga kerja disebut dengan residu Solow. Hal tersebut terjadi karena
adanya inovasi. Dalam model neo-klasik, perubahan teknologi dapat dianggap
sebagai pergeseran fungsi produksi sehingga jumlah tenaga kerja dan modal yang
sama akan menghasilkan GDP lebih tinggi (Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner,
1993).
Model neoklasik menunjukkan hasil penurunan jika faktor produksi ditambah dan
akan terjadi hasil yang konstan jika terjadi penambahan semua faktor produksi
secara bersama-sama. Dengan asumsi pertumbuhan seimbang tenaga kerja, modal,
dan pendapatan nasional meningkat dengan laju konstan, hal itu akan membuat
standar hidup tetap atau tidak mengalami perubahan (Lipsey, Courant, Purvis, dan
Stainer, 1993).
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogen (Modern)
Ekonom klasik menggunakan teori pertumbuhan yang sederhana, yaitu hanya
berfokus pada akumulasi modal dan ekonom neoklasik menganggap bahwa ada
pertumbuhan ekonomi yang tidak dapat dijelaskan dengan tenaga kerja dan modal
17
yang disebut dengan residu, yang terjadi karena perubahan teknologi. Teori
pertumbuhan ekonomi endogen dipelopori oleh Paul M Romer 1986 dan Robert
Lucas 1988. Teori pertumbuhan ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang dipengaruhi dari dalam (endogen). Teori pertumbuhan ekonomi endogen
berasumsi bahwa proses pertumbuhan ekonomi berasal dari perusahaan atau
industri. Model endogen menerapkan learning by doing sebagai learning
byinvesting. Teori pertumbuhan endogen ini menolak asumsi dari model Solow
tentang perubahan teknologi berasal dari luar (eksogen).
Teori pertumbuhan endogen menganggap bahwa teknologi merupakan variabel
endogen, dan difisi teknologi bersifat endogen. Teori pertumbuhan endogen
menekankan hasil dari increasing return to investment. Banyak investasi yang
menuntut biaya tetap, seperti pembangunan infrastruktur negara, hal itu akan
menguntungkan bagi investor selanjutnya. Penambahan investasi yang terkait
dengan adanya inovasi akan mengahasilkan increasing return yang meningkat
karena berbagai sebab (Lipsey, Courant, Purvis, dan Stainer, 1993).
Suatu perekonomian tidak hanya disebabkan oleh kenaikan kuantitas modal,
tenaga kerja, dan perubahan teknologi, melainkan dapat dipengaruhi oleh
perubahan kelembagaan dan kenaikan stok modal manusia. Banyak negara-
negaramaju yang menyadari pentingnya pemeliharaan daya saing internasional
untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Meningkatnya
perubahan teknologi yang semakin maju membuat negara-negara ini menyadari
mudahnya kehilangan gelar negara inovatif. Peningkatkan pengetahuan dan
teknologi baru dalam suatu negara yang bertujuan untuk melestarikan
pertumbuhan ekonomi negaranya akan berdampak pada menurunnya ketersediaan
18
Sumber Daya Alam yang ada. Jika manusia tidak dibekali dengan ilmu dan
pengetahuan yang terus meningkat maka manusia tidak akan bisa menggunakan
SDA dengan baik (Lipsey, Courant, Purvis, dan Stainer, 1993).
a. Model Dasar Teori Endogen
Untuk menggambarkan gagasan teori endogen dimulai dari fungsi produksi
sederhana sebagai berikut:
Y = AK
Dimana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta
yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal (Mankiw,
2007). Fungsi produksi ini diasumsikan bahwa tidak ada pengembalian modal
yang menurun. Tidak adanya pengembalian modal yang menurun ini merupakan
perbedaan dari teori endogen dengan teori Solow. Asumsi selanjutnnya adalah
fungsi produksi yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu pembagian
dari pendapatan yang ditabung dan yang diinvestasikan.
ΔK = SY – δK
Persamaan tersebut menyatakan perubahan persediaan modal (ΔK) sama dengan
investasi (SY) dikurangi dengan depresiasi (δK). Kemudian persamaan ini
digabungkan dengan fungsi produksi Y= AK, maka:
ΔY/Y = ΔK/K = SA – δ
Persamaan tersebut menunjukkan tingkat pertumbuhan output ΔY/Y. Berarti
selama SA > δ, pendapatan perekonomian akan tumbuh selamanya meskipun
tanpa asumsi kemajuan teknologi eksogen (Mankiw, 2007).
19
Perubahan sederhana dalam fungsi produksi mengubah prediksi mengeni
pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan mendorong
pertumbuhan untuk sementara, namun pengembalian modal yang semakin
menurun pada akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan,
dimana dalam model Solow pertumbuhan bergantung pada kemajuan teknologi.
Sedangkan, dalam teori pertumbuhan endogen tabungan dan investasi bisa
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan berkesinambungan. Penganut teori
pertumbuhan endogen berasumsi bahwa pengembalian modal adalah konstan,
berdasarkan asumsi tersebut maka teori ini berguna bagi pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang (Mankiw, 2007).
b. Model Dua Sektor
Perekonomian dibagi menjadi dua sektor yaitu perusahaan dan riset universitas.
Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk konsumsi dan
investasi. Sedangkan, universitas memproduksi faktor-faktor produksi yang
berupa ilmu pengetahuan. Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi
perusahaan dan universitas dan persamaan akumulasi modal.
Y = F [K, (1 – u) LE] (fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur)
ΔE = g(u) E (fungsi produksi dalam riset universitas)
ΔK = SY – δK (akumulasi modal)
Dimana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas dan (1 – u) adalah
bagian angkatan kerja di perusahaan manufaktur. E adalah persediaan ilmu
pengetahuan, dan g adalah fungsi yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan
20
ilmu pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja yang berada di
universitas. Model tersebut mampu menghasilkan pertumbuhan yang
berkelanjutan tanpa asumsi pergeseran eksogen dalam fungsi produksi.
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan meningkat karena penciptaan ilmu
pengetahuan di universitas yang tidak surut. Namun, pada saat yang bersaamaan
model tersebut juga berlaku seperti model Solow, jika u dinyatakan konstan maka
efisiensi pada tingkat g juga akan konstan. Dalam setiap nilai u yang tertentu
model endogen bisa bekerja seperti model Solow. Ada dua variabel penting dalam
model endogen dua sektor yaitu variabel yang digunakn untuk tabungan dan
investasi, s merupakan persediaan modal fisik pada kondisi mapan, dan u
menentukan persediaan ilmu pengetahuan. s dan u sama-sama mempengaruhi
pendapatan akan tetapi hanya u yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan
pendapatan pada kondisi mapan. Jadi, model endogen ini mengambil langkah
kecil dengan tujuan menunjukkan keputusan-keputusan kemasyarakatan yang
menentukan tingkat perubahan teknologi (Mankiw, 2007).
C. Pengangguran
1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran (unemployment) adalah orang yang tidak bekerja dan secaraaktif
sedang mencari pekerjaan (Lipsey, Steiner, dan Purvis, 1993). Pengangguran
adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif
sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkannya (Sukirno, 2008).
21
Jumlah pengangguran diukur menggunakan angka pengangguran, yaitu
persentasedari orang-orang yang belum bekerja yang tergolong dalam angkatan
kerja. Adapun golongan yang termasuk dalam angkatan kerja adalah (1) golongan
yang bekerja, (2) golongan yang belum dan atau sedang mencari pekerjaan
(Sumarsono, 2015).
Permasalahan dalam pengangguran pada umumnya disebabkan oleh lapangan
pekerjaan yang ada tidak dapat menampung banyaknya jumlah angkatan kerja.
Pengangguran merupakan masalah yang berat di negara maju maupun negara
berkembang karena dapat menyebabkan tingkat produktivitas dan pendapatan
masyarakat menurun sehingga memicu kemiskinan dan masalah sosial lainnya
(Mankiw, 2007).
Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) merupakan konsep dari
pembahasan pengangguran. Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment)
bukan berarti tidak ada pengangguran dalam suatu negara. Full employment akan
terjadi jika suatu negara hanya terdapat pengangguran friksional. Jika
perekonomian lebih rendah daripada full employment maka akan terdapat
pengangguran musiman dan pengangguran siklis. Tingkat pengangguran yang
diukur pada saat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) sering kali
disebut tingkat pengangguran alamiah. Pengangguran menyebabkan pemborosan
ekonomi dan penderitaan manusia. Jika suatu perekonomian outputnya tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap orang maka akan timbul
pengangguran yang tragis (Lipsey, Steiner, dan Purvis, 1993).
22
2. Macam-Macam Pengangguran
Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) merupakan konsep dari
pembahasan pengangguran. Penggunaan tenaga kerja penuh (full employment)
bukan berarti tidak ada pengangguran dalam suatu negara. Full employment akan
terjadi jika suatu negara hanya terdapat pengangguran friksional. Jika
perekonomian lebih rendah daripada full employment maka akan terdapat
pengangguran musiman dan pengangguran siklis. Tingkat pengangguran yang
diukur pada saat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) sering kali
disebut tingkat pengangguran alamiah. Pengangguran menyebabkan pemborosan
ekonomi dan penderitaan manusia. Jika suatu perekonomian outputnya tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap orang maka akan timbul
pengangguran yang tragis (Lipsey, Steiner, dan Purvis, 1993).
Terdapat empat macam pengangguran berdasarkan penyebabnya (Lipsey, Steiner,
dan Purvis, 1993):
a. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment).
Pengangguran Friksioanal merupakan pengangguran yang disebabkan karena
perputaran normal tenaga kerja. Dalam perekonomian selalu terdapat orang yang
keluar masuk dalam dunia pekerjaan dan selalu terjadi perubahan dalam
kesempatan kerja. Angkatan kerja bertambah, sebagian orang berhenti dari
pekerjaannya, dan sebagian lainnya berhenti bekerja karena dipecat. Diperlukan
waktu untuk menemukan pekerjaan yang baru. Waktu yang diperlukan saat
terjadikeluar-masuknya tenaga kerja, waktu tersebut selalu ada pengangguran
yang disebut dengan pengangguran friksional. Pengangguran friksional akan
23
selalu ada meskipun stuktur pekerjaan menurut keterampilan, industri, jenis
pekerjaan, dan lokasinya tidak berubah.
b. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment).
Penyesuaian struktur ekonomi dapat menyebabkan pengangguran. Jika pola
permintaan barang berubah, maka permintaan tenaga kerja juga akan berubah.
Halini disebut dengan pengangguran struktural. Pertumbuhan ekonomi dapat
menyebabkan terjadinya pengangguran struktural. Dengan adanya pertumbuhan
ekonomi maka kombinasi input yang dibutuhkan akan berubah sesuai dengan
perubahan permintaan barang jadi. Perubahan tersebut memerlukan penyesuaian,
dan penyesuaian yang lambat akan menyebabkan pengangguran struktural,
dimana akan banyak pengangguran di sektor industri dan jenis pekerjaan tertentu
karena faktor-faktor permintaan produksi menurun lebih cepat dibandingkan
dengan penawarannya. Perubahan yang mengikuti pertumbuhan ekonomi
menggeser struktur permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja di wilayah
tertentu dan pada pekerjaan tertentu akan meningkat.
Kebijakan pemerintah dapat penyebabakan perubahan-perubahan. Kebijakan
pemerintah mengenai tidak diperbolehkannya pengurangan tenaga kerja manusia
digantikan dengan mesin dapat mengurangi pengangguran struktural dalam jangka
pendek. Namun, apabila kebijakan tersebut menyebabkan menurunnya
pendapatan industri tersebut karena tidak bisa bersaing dengan industri lainnya
maka akan menyebabkan pengangguran struktural dalam jangka panjang. Ada
penyebab lain terjadinya pengangguran struktural yaitu adanya
ketidakseimbangan upah relatif. Hal ini dapat menyebabkan sebagian orang
24
kehilangan pekerjaannya karena upah relatif berada diatas tingkat
keseimbangannya.
Perbedaan antara pengangguran friksional dan pengangguran struktural terlalu
banyak sehingga menjadi kabur. Pengangguran struktural sebenarnya merupakan
pengangguran friksional dalam jangka panjang. Ciri-ciri pokok pengangguran
struktural dan pengangguran friksional adalah adanya lowongan pekerjaan yang
belum dan siap diisi oleh tenaga kerja. Jumlah pengangguran frisional dan
pengangguran struktural disebut dengan pengangguran natural.
c. Pengangguran Defisiensi Permintaan (Defisiensi Demand Unemployment)
Pengangguran defisiensi permintaan merupakan pengangguran yang disebabkan
karena permintaan total yang tidak cukup untuk membeli semua output hasil
produksi tenaga kerja. Pengangguran ini disebabkan karena kesenjangan resesi.
Akibatnya lapangan pekerjaan yang tersedia tidak dapat menampung banyaknya
pengangguran. Pengangguran defisiensi permintaan dapat dihitung dengan jumlah
tenaga kerja yang bekerja dikurangi dengan jumlah tenaga kerja yang seharusnya
dipekerjakan oleh pendapatan potensial (angka tersebut menunjukkan
keseimbangan antara kesempatan kerja terhadap kesenjangan resesi). Jika jumlah
pengangguran defisiensi permintaan sama dengan nol, berarti tersedia kesempatan
kerja bagi orang-orang yang menganggur.
d. Pengangguran Upah Rill (Riil Wage Unemployment)
Pengangguran upah rill adalah pengangguran yang disebabkan karena tingginya
upah rill. Salah satu cara untuk menurunkan pengangguran upah rill adalah
dengan menurunkan tingkat upah riil. Biaya riil yang dikeluarkan oleh perusahaan
25
disebut dengan upah riil. Upah riil yang terlalu tinggi akan mempengaruhi
kesempatan tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka
pendek, jika perusahaan menggunakan teknologi tradisional maka lambat laun
akan ketinggalan dengan perusahaan yang menggunakan teknologi modern,
sehingga perusahaan tidak mampu menutup biaya-biaya variabel dan akhirnya
akan gulung tikar. Hal ini akan meningkatkan tingginya tingkat pengangguran.
Sedangkan dalam jangka panjang, upah rill yang tinggi akan menyebabkan
kesenjangan antara tenaga kerja dengan ketersediaan modal, akhirnya hal tersebut
akan meningkatkan pengangguran.
Pengangguran berdasarkan ciri-cirinya (Sukirno, 2001), yaitu:
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena
ketidaseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja.
Penawaran tenaga kerja lebih tinggi daripada permintaan tenaga kerja sehingga
lowongan kerja yang ada tidak dapat menampung seluruh pencari kerja. Selain
itupengangguran terbuka juga disebabkan karena kemerosotan ekonomi dan
kemajuan teknologi yang mengurangi jumlah tenaga kerja manusia dan
menggantinya dengan mesin sehingga banyak tenaga kerja yang di PHK dan
akhirnya tingkat pengangguran bertambah.
b. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena kelebihan
tenaga kerja yang digunakan dalam suatu proses produksi sehingga terjadi
26
ketidakefektifan dan ketidakefisienan dalam bekerja. Pengangguran ini biasanya
terjadi pada sektor pertanian dan sektor jasa.
c. Pengangguran Bermusim
Pengangguran bermusim adalah kondisi fluktuasi dari pengangguran karena
kegiatan ekonomi jangka pendek. Pengangguran musiman merupakan
pengangguran yang sifatnya musiman. Contohnya di sektor pertanian, dari musim
panen ke musim tanam dimana diantara musim tersebut terdapat pengangguran,
tetapi jika musim panen atau tanam terjadi maka akan mengurangi pengangguran.
d. Setengah Menganggur
Setengah menganggur adalah pengangguran yang terjadi karena tenaga kerja tidak
bekerja seminggu penuh, tetapi tenaga kerja hanya bekerja satu atau dua hari
dalam seminggu atau hanya bekerja selama empat jam dalam sehari, dan banyak
waktu mereka yang menganggur.
3. Dampak Pengangguran
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat
dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pengangguran yang tinggi akan
berdampak pada proses pembangunan ekonomi dan akan sangat berbahaya jika
tidak segera diatasi. Pengangguran dapat berdampak pada bidang ekonomi,
bidang sosial, maupun secara individual bagi pelaku pengangguran. Dampak
pengangguran diantaranya yaitu, penurunan permintaan agregat, penurunan
penawaran agregat, penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat, penurunan
tingkat investasi, penurunan penerimaan pajak, munculnya sektor informal,
27
menimbulkan masalah sosial, dan penurunan potensi dan produktivitas individu
(Sukirno, 2001).
4. Teori Pengangguran Klasik
Menurut kaum klasik kegiatan ekonomi akan selalu mencapai keadaan tenaga
kerja penuh atau full employment. Hal ini bukan berarti tidak ada pengangguran,
pengangguran yang terjadi dalam setiap negara sifatnya sementara. Mekanisme
pasar akan melakukan interaksi dan penyesuaian-penyesuaian, akibatnya full
employment akan diperoleh kembali. Mekanisme pasar akan selalu menyesuaikan
antara tingkat pengangguran dan tingkat upah (Murni, 2006).
Menurut kaum klasik tidak ada kemungkinan terjadi pengangguran suka rela
apabila upah yang terjadi bersifat fleksibel maka permintaan dan penawaran
tenaga kerja akan seimbang. Artinya, semua orang akan memperoleh pekerjaan
jika bersedia bekerja pada tingkat upah riil yang berlaku di pasar tenaga kerja,
namun orang akan menjadi pengangguran jika mereka tidak bersedia bekerja pada
tingkat upah yang berlaku. Pengangguran seperti ini disebut dengan pengangguran
suka rela.
5. Teori Pengangguran Keynesian
Tahun 1930 Amerika dan Inggris mengalami depresi besar. Pada saat itu banyak
orang yang ingin bekerja tetapi tidak mendapatkan pekerjaan, akibatnya supply
barang dan jasa terbatas. Tidak ada pihak yang mengalami untung untuk memulai
produksi akibat adanya mekanisme pasar. Keynes menyebut peristiwa ini sebagai
paradoks poverty in the minds of plety. Depresi yang terjadi diakibatkan oleh
tidak cukupnya permintaan agregat (Subagiarta, 2013).
28
Menurut teori keynesian tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian tidak
dapat dikendalikan oleh tingkat upah, karena tingkat upah tidak fleksibel yaitu
tidak mudah naik dan turun. Pasar bebas tidak dapat melakukan penyesuaian-
penyesuaian untuk mencapai full employment. Untuk mencapai keadaan full
employment perlu adanya kebijakan pemerintah, seperti stabilitas tingkat harga
dan inflasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan menjaga kestabilan sektor
luar negeri (Murni, 2006).
Pasar tenaga kerja dalam teori keynes mengikuti pasar barang. Jika output (Q)
meningkat maka jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment (N) juga
akan meningkat. Begitu sebaliknya apabila Q menurun maka N juga akan
menurun. Menurut Keynes, angkapan-angkapan kaum klasik mengenai
fleksibilitas sempurna dari harga-harga dan tingkat upah dan reaksi cepat dari
pelaku ekonomi tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Proses menuju
keseimbangan ekonomi memerlukan waktu yang cukup lama dalam
kenyataannya, tergantung tingkat hambatan yang dialami. Hambatan-hambatan
yang sering terjadi meliputi, fleksibilitas yang tidak sempurna dari harga-harga
dan upah, meskipun pengangguran banyak, keterlambatan reaksi pelaku ekonomi
dalam menanggapi situasi ekonomi yang baru.
Apabila terjadi hambatan ekonomi berupa turunnya upah dan banyaknya
pengangguran, Keynes menyarankan pemerintah untuk mengambil beberapa
kebijakan, jangan mengandalkan proses alamiah yang terjadi pada kaum klasik.
Untuk mencapai kondisi full employment, salah satu kebijakan yang bisa diambil
adalah dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah (G), dimana kenaikan G
melalui proses multiplier akan meningkatkan permintaan agregat. Pada kasus
29
sebaliknya, apabila permintaan agregat meningkat maka pemerintah harus
mengurangi pengeluaran (G) dan meningkatan pajak dan tingkat bunga.
Menurut Keynes, konsep fungsi employment yang menghubungkan dengan
permintaan efektif berbeda dengan beberapa ekonom dalam perencanaan tenaga
kerja. Keynes mendefinisikan elastisitas tenaga kerja sebagai perubahan jumlah
satuan pekerja dibagi dengan ekspektasi penjualan output (Subagiarta, 2013).
E= (d/N) / (dDe/De)
Dimana E adalah elastisitas tenaga kerja, N adalah jumlah satuan kerja, dan De
adalah efective demand dalam wage units.
6. Teori Pengangguran Neo Klasik
Setelah muncul buku Keynes beberapa ekonom kurang memperhatikan masalah
tenaga kerja, karena pasar kerja diasumsikan tidak fleksibel jadi hanya kebijakan
pemerintah yang dapat menimbulkan full employment (Subagiarta, 2013).
Harrod-Domar lebih memperhatikan peran investasi dibandingkan tenaga kerja.
Tenaga kerja dilihat sebagai sumber daya namun tenaga kerja di asumsikan
mengalami peningkatan secara geometris dan full employment. Model Harrod-
Domar menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut (Subagiarta, 2013):
a. Tabungan masyarakat (S), adalah fungsi proporsi dari pendapatan nasional.
Y:S=sY.
b. Angkatan kerja (L), tumbuh secara konstan dan exogenous. Dimana exogenous
berarti bahwa pertumbuhan angkatan kerja tidak bergantung pada sistem
ekonomi yang ada.
30
c. Tidak ada perubahan teknologi dan penyusutan stok kapital.
d. Jumlah kapital (K), tenaga kerja (L), yang diperlukan untuk memproduksi
output (Y) adalah konstan.
Dengan demikian fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = - (K/y, L/u).
Dimana u adalah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output, u
menunjukkan angka konstan. Model Harrod-Domar menitik beratkan pada
tambahan kapital rasio, yaitu tambahan stok kapital yang disebabkan oleh
adanyatambahan output. Model Harrod-Domar merupakan dasar teori
perencanaan tenaga kerja. Ekonomi yang tumbuh dengan stabil membutuhkan
keseimbangan antara propensity to save dan tingkat intensitas dari penggunaan
kapital yaitu rasiooutput kapital dan pertumbuhan angkatan kerja (Subagiarta,
2013).
Setelah Harrod-Domar, model dari Solow, dimana Solow ini pertama kali
memasukkan pekerja secara eksplisit sebagai faktor produksi dan memungkinkan
subtitusi antara pekerja dan model fisik dalam proses produksi. Model yang
digunakan adalah, Y= F(K, N), dimana K dan N adalah linear homogen.
Secara matematis model keseimbangan dari fungsi produksi ini adalah:
Dx/dt = d/dt (K/N) = 1/N (dk/dt . dN/dt) = 0
Dimana dk/dt adalah net investment yang sama dengan net saving (sY). Jika
Y/Nadalah Y dan (dN/dt)/N adalah n, maka diperoleh sy-nx = 0
31
Model Solow yang kedua adalah berorientasi pada ekonometrika. Model ini
menjawab masalah mengenai bagian pertumbuhan tenaga kerja, modal fisik, dan
kemajuan teknologi. Hal ini Solow menggunakan model berikut, Y = egt .
F(K,N)dimana g merupakan kemajuan teknologi.
Model Solow mempunyai asumsi sebagai berikut:
a. Kemajuan teknologi mempengaruhi seluruh input dalam tingkat yang sama.
b. Kemajuan teknologi bersifat netral, tidak merubah rasio modal fisik
danpekerja.
c. Tingkat substitusi pekerja dan modal fisik adalah tetap.
Dalam model ini angkatan kerja diasumsikan sama seperti model Harrod-Domar
yaitu tumbuh secara geometris dan full employment akan selalu dicapai hingga
tidak terjadi pengangguran (Subagiarta, 2013).
Selanjutnya adalah Coale-Hoover, mereka berpendapat bahwa kemiskinan tidak
merupakan akibat kurangnya permintaan agregat, namun kurangnya modal fisik
dan dana pembangunan. Pertambahan penduduk yang rendah akan
menguntungkan pembangunan ekonomi tetapi mereka tidak melihat penduduk
sebagai input produksi. Pertumbuhan penduduk hanya dipandang dapat berakibat
dalam segi konsumen. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mengurangi
jumlah produksi yang dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Coale dan Hoover berpendapat bahwa perubahan penduduk akan terasa
dalam kurun waktu lebih dari tiga puluh tahun. Dalam jangka panjang
menambahan angkatan kerja harus disertai dengan peningkatan modal fisik untuk
meningkatkan produktifitas tenaga kerja (Subagiarta, 2013).
32
D. Hukum Okun
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dapat dijelaskan
dengan Hukum Okun. Arthur Okun (1929-1979) adalah salah satu pembuat
kebijakan ekonomi di Amerika yang paling kreatif pada zaman setelah perang.
Okun menuntut ilmu di Universitas Columbia dan mengajar di Universitas Yale,
dan kemudian Okun bergabung dalam staf penasehat ekonomi Presiden Kenedy
pada tahun 1961. Okun menjadi anggota CEA (Council of Economic Advisors)
pada tahun 1964 dan memimpin yayasan Presiden Johnson pada tahun 1968.
Setelah meninggalkan CEA, ia tinggal di Washington dan bekerja di
bookinginstitution. Okun memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembangunan di Amerika untuk membantu menelusuri dan mengatur perputaran
usaha di Amerika. Okun membuat konsep hubungan antara output riil dengan
pengangguran yang disebut dengan “Hukum Okun”. Salah satu pemikiran utama
Okun adalah mencari solusi untuk menahan inflasi tanpa penyebabkan
pengangguran. Ia mendukung kebijakan anti inflasi yang di sebut dengan
taxbasedincome policies (TIP). (Samuelson, 2001).
Pada tahun 1962, Okun dalam artikelnya menyajikan dua hubungan empiris yang
menghubungkan tingkat pengangguran dan output riil. Hingga saat ini, kedua
persamaan sederhana yang dikembangkan Okun telah digunakan sebagai aturan
praktis. Pengamatan Okun mengenai hubungan antara output riil dan
pengangguran ini berawal dari pergerakan yang bersamaan antara pengangguran
dengan output riil pada siklus bisnis (seperti terjadinya resesi, inflasi, dan
lainlain). Pergerakan bersama antara kedua variabel tersebut yang luar biasa,
dibarengi dengan hubungan numerikal (Samuelson, 2001).
33
Hukum Okun menyatakan bahwa setiap terjadi penurunan GDP potensial sebesar
dua persen, maka tingkat pengangguran akan meningkat sebesar satu persen.
Hukum Okun menyatakan bahwa nilai GDP aktual harus berkembang secepat
nilai GDP potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat
(Samuelson, 2001).
Hukum Okun mendeskripsikan hubungan negatif antara perubahan rata-rata
tingkat pengangguran dengan perbedaan GDP aktual dan GDP potensial. Pada
hukum tersebut menjelaskan bahwa setiap satu persen kenaikan angka pada rata-
rata tingkat pengangguran, akan menurunkan dua hingga tiga persen GDP
potensial. Dengan demikian apabila tingkat GDP potensial meningkat maka
tingkat rata-rata aktual pengangguran menurun. GDP potensial merupakan GDP
yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, perubahan harga, dan perubahan nilai
rata-rata tingkat pengangguran menggunakan kurva phillip. Berikut adalah
formula matematik dari hukum Okun yaitu:
2(unemployment rate – natural unemployment)= x 100%The difference version (Okun, 1962). Hukum Okun yang pertama menjelaskan
mengenai bagaimana perubahan tingkat pengangguran dari satu seperempat
hingga berikutnya berpindah secara triwulanan dalam output riil. Bentuk
formulanya (Knotek, 2007):
Perubahan pada tingkat pengangguran= a + b* (pertumbuhan output riil)
Hubungan ini disebut difference version dari hukum Okun. Okun menemukan,
bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan output dan perubahan dalam
34
pengangguran yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Parameter b disebut
sebagai "koefisien Okun". Harapannya koefisien ini bernilai negatif, karena
apabila output bergerak lebih cepat maka diharapkan tingginya output tersebut
akan menurunkan tingkat pengangguran.
The gap version (Okun, 1962). Pada Hukum Okun yang kedua ia mengaitkan
tingkat pengangguran dengan kesenjangan antara output potensial dan output
aktual. Dalam output potensial, Okun berusaha untuk mengidentifikasi berapa
banyak perekonomian akan memproduksi "dalam kondisi full employment".
Dalam kondisi full employment, Okun mempertimbangkan bahwa tingkat
pengangguran berada pada level cukup rendah untuk menghasilkan sebanyak
mungkin output tanpa menghasilkan terlalu banyak tekanan inflasi. Menurut
Okun, tingkat pengangguran yang tinggi, biasanya dikaitkan dengan sumber daya
yang tidak terpakai. Dalam keadaan seperti ini, maka yang akan terjadi adalah
tingkat output aktual berada dibawah tingkat output potensial.
Dengan demikian hubungan kedua dari Hukum Okun, atau gap version dari
hukum Okun, memiliki formula (Knotek, 2007) : Tingkat Pengangguran= c+d*
(Gap antara output potential dan output actual). Variabel c dapat diartikan
sebagai tingkat pengangguran yang terkait dengan full employment. Koefisien d
harus bernilai positif agar sesuai dengan persamaan diatas.
Permasalahan yang muncul antara output potensial dengan kondisi full
employment adalah kedua variabel tersebut merupakan statistik ekonomi yang
mudah untuk diamati. Dengan demikian sangat mungkin terjadi perbedaan
antaraoutput potensial dengan full employment. Selain masalah tersebut, Okun
35
menyebutkan masalah lain yaitu kesederhanaan model yang ditemukan Okun
tersebut akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Oleh karena itu,
saatini banyak ekonom yang meneliti perbedaan antara hubungan hukum asli
Okun, perbedaan tersebut tetap disebut hukum Okun walaupun secara
substansional memiliki perbedaan dengan permasalahan sebelumnya.
The dynamic version (Okun, 1962). Okun menyatakan bahwa output masa lalu
dan output saat ini berdampak pada tingkat pengangguran saat ini. Bentuk umum
untuk dynamic version Hukum Okun menunjukkan pertumbuhan output riil,
pertumbuhan output riil masa lalu, dan perubahan dalam tingkat pengangguran
sebagai variabel di sisi kanan persamaan. Variabel ini akan menjelaskan
perubahan tingkat pengangguran yang terjadi saat ini pada sebelah kiri persamaan.
Dynamic version dari hukum Okun ini mempunyai beberapa kemiripan dengan
difference version asli dari hukum Okun. Namun, pada dasarnya tetap berbeda
karena tidak hanya menangkap korelasi yang terjadi secara bersamaan antara
perubahan tingkat pengangguran dan pertumbuhan output riil. Namun, kelemahan
dari versi ini adalah hubungan antar variabel tidak dapat ditafsirkan secara
sederhana seperti difference version yang asli dari Hukum Okun.
Para ekonom yang telah mengikuti Okun (1962), yaitu Smith (1975), Gordon
(1984), Knoester (1986), Prachowny (1993), Weber (1995), Moosa (1997,1999),
Attfield dan Silverstone (1998), Lee (2000), Harris dan Silverstone (2001),
Soogner (2002), dan Silvapulle (2004). Studi-studi para ekonom tersebut pada
umumnya mendukung validasi dari hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pengangguran walaupun koefisien Okun berbeda dari waktu ke waktu.
36
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan dengan bermacam versi motode, dengan data
yang rentan waktunya bermacam-macam, dan dengan studi kasus yang berbeda-
beda untuk mendapatkan keakuratan penelitian dan tujuan penelitian yang akan
dicapai. Moosa (1997) meneliti Hukum Okun pada negara G7 yaitu Amerika,
Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Italia, dan Kanada. Lee (2000) meneliti
hubungan dalam Hukum Okun dari 16 negara OECD pasca perang dunia. Knotek
(2007) meneliti hubungan antara GDP riil dan pengangguran di Amerika. Zaleha
Mohd Noor, dkk. (2007) meneliti tentang keberadaan Hukum Okun di
perekonomian Malaysia terkait hubungan negatif antara pengangguran dan output
(GDP). Petkov (2008) menguji koefisien Okun di Inggris. Arshad (2010)
menggunakan gap equation dan tehnik Hodrick-Prescott Filter (HP) menemukan
bukti empiris hubungan negatif dan signifikan antara PDB dan pengangguran
dalam jangka pendek yang menguatkanHukum Okun (1962). Hanusch (2012)
membahas pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dengan menggunakan data 8
negara Asia Timur selama periode antara tahun 1997-2011 untuk mendapatkan
Koefisien Hukum Okun yang memperlihatkan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan lapangan kerja. Darman (2013) membahas pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap pengangguran serta validari hukum Okun di Indonesia.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Alat Analisis Hasil Penelitian1 Moosa
(1997)A Cross CountryComparison OfOkun'sCoefficient.
Ordinary LeastSquare (OLS),rolling OLS,dan seeminglyunrelatedregession(SUR).
Moosa menemukan terdapatperbedaan koefisien Okun dimasing-masing negara yangditeliti.
37
No Penulis Judul Alat Analisis Hasil Penelitian2 Lee (2002) The Robustness
of Okun's Law:Evidence fromOECD Countries.
Differencemodel dan gapmodel.
Lee menemukan bahwapasartenaga kerja danstruktur industri di negara-negara maju telah berevolusidengan cara baru sehinggahubunganantara output danpengangguran, umumnyadikenal sebagai hukum Okunitu, layak untuk dilakukanpemeriksaan ulang.
4 ZalehaMohdNoor, dkk.(2007)
The RelationshipBetween OutputAndUnemployment InMalaysia: DoesOkun's Law exist?
Ordinary LeastSquare (OLS)dan UjiKausalitasgranger.
Dari penelitian tersebutmereka menemukan bahwaterdapat hubungan negatifantara output danpengangguran dimanakoefisien yang diperolehadalah -1.748 dan diketahuibahwa pengangguranmerupakan salah satu faktoryang mempengaruhiperubahan output diMalaysia.
5 Petkov(2008)
The LabourMarket andOutput in theUK– Does Okun’sLaw Still Stand?
Analisisautoregressivedistributed lagmodel (ARDL)denganpendekatanHodrick-Prescott filter(Filter HP)
Petkov membuktikan bahwaterdapat hubungan antarapertumbuhan output danpengangguran. Namunkoefisien Okun yangditemukan Petkov nilainyaberbeda dari versi aslikoefisien Okun.
6 Arshad(2010)
The Validity ofOkun’s Law intheSwedishEconomy.
Gap equationdan tehnikHodrick-Prescott Filter(HP), ujikointegrasi danECM.
Menemukan bukti empirisbahwa terdapat hubungannegatif dan signifikan antaraPDB dan penganggurandalam jangka pendek yangmenguatkan Hukum Okun(1962), serta PDB danpengangguran terkointegrasisatu sama lain dalam jangkapanjang.
7 Hanusch(2012)
Jobless Growth?Okun’s Law inEast Asia.
Ordinary LeastSquare (OLS),uji kointegrasidan ECM.
Hasilnya menunjukkanbahwa pertumbuhanekonomi berpengaruh dalammengurangi pengangguran,namun terdapat variasi dinegara yang berbeda.Pertumbuhan ekonomimempengaruhi lapangankerja, meski tidak dalamagregat.
38
No Penulis Judul Alat Analisis Hasil Penelitian8 Darman
(2013)Pengaruhpertumbuhanekonomi danpengangguran:analisis hukumOkun.
OrdinaryLease Square(OLS)
Hukum Okun terbukti tidakvalid dalam perekonomianIndonesia karena berbedadengan koefisien asli darihukumOkun.
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
G. Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa tingkat
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif dan
signifikan seperti yang telah dinyatakan oleh Okun.
Pertumbuhan EkonomiIndonesia
Tingkat PengangguranIndonesia
Pemetaan PertumbuhanEkonomi dan Tingkat
Pengangguran
Pembuktian HukumOkun di Indonesia
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Indonesia
dengan rentang waktu tahun 1985-2016. Secara metodologi, rentang waktu yang
cukup panjang akan meminimalkan kesalahan estimasi dan akan memenuhi
asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistika dalam berbagai tahun
penelitian.
B. Definisi Operasional Variabel
Variabel operasional adalah variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian.
Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan istilah-istilah yang ada pada
penelitian ini dan digunakan untuk menghindari meluasnya permasalahan atau
menghindari adanya salah tafsir sehingga diperlukan batasan permasalahan
sebagai berikut:
1. Pengangguran (unemploment), dalam penelitian ini variabel pengangguran
menggunakan tingkat pengangguran (unemploment rate) yaitu pengangguran
yang terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan tenaga kerja dan
penawaran tenaga kerja. Tingkat pengangguran yang digunakan adalah data
seluruh provinsi di Indonesia. Tingkat pengangguran diperoleh dari
40
perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah orang yang sudah
bekerja, sehingga satuan yang digunakan adalah persen.
2. Pertumbuhan Ekonomi, dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi yang
digunakan diperoleh dari variabel GDP (Gross Domestic Product) riil. GDP
adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa jadi yang diproduksi suatu
negara pada periode tertentu. GDP riil adalah nilai yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan GDP riil adalah
persentase pertumbuhan dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi. GDP riil
menggunakan satuan persen.
C. Metode Analisis Data
Gambar 3. Kerangka Metode Analisis Data
Analisis Model Okun
difference version Hukum Okun(Knotek, 2007):
UEt = α + βGDPt + εt
Analisis ARDL(AutoregressiveDistributed Lag):UEt = β0 + β1 UEt-1 + β2 GDPt + εt
Syarat AnalisisARDL(AutoregressiveDistribute Lag):a. Model ARDL tidak
mempermasalahkan jumlah sampelyang sedikit ataupun banyak.
b. Memasukkan nilai variabel yangmenjelaskan nilai masa kini atau nilaimasa lalu (lag) dari variabel tak bebassebagai salah satu variabel penjelas.
c. Melakukan uji stasioneritas dan ujikointegrasi.
Tahapan Analisis ARDL:a. Ploting Datab. Uji Correlogramc. Uji Akar Unitd. Penentuan Lag Optimale. Uji Kausalitas Engle
Grangerf. Uji Kointegrasi Engle
Grangerg. Uji Asumsi Klsik (Uji
Autokorelasi)
Analisis GIS (GeographicInformation System)
Olah Peta Indonesia denganformat SHP menggunakan
ArcGIS Aplication
Tingkat Pengangguran&Pertumbuhan Ekonomi
41
1. Analisis arcGIS (Geographical Information System)
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment
Science dan Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari
berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS
berbasis web. Software ini mulai dirilis pada tahun 2000 oleh ESRI. Kegunaanya
aplikasi ini untuk menampilkan data spasial, membuat peta, serta melakukan
analisis data spasial (Siregar, 2014).
Versi aplikasi ArcGIS yang digunakan dalam penelitian ini adalah ArcGIS 10.3
dan digunakan untuk membuat peta pertumbuhan ekonomi dan peta tingkat
pengangguran di Indonesia. Hasil gambar peta berdasarkan data yang digunakan
dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu daerah
pertumbuhan ekonomi dan daerah tingkat pengangguran diatas nilai rata-rata dan
daerah pertumbuhan ekonomi dan daerah tingkat pengangguran dibawah nilai
rata-rata pada tahun 1985 dan 2016 berdasarkan provinsi di Indonesia.
2. Analisis Model Okun
A. Model Difference Version Hukum Okun (Jangka Pendek)
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif.
Model persamaan yang digunakan sesuai dengan difference version Hukum Okun
(Knotek, 2007), yaitu:
Change in the unemployment rate = a + b (Real output growth)
atau
∆UEt = a + b*(∆ Yt / Yt) ……………..…………………………… (Persamaan 1)
42
Keterangan :
∆UEt = Perubahan tingkat pengangguran di tahun t.
(∆Yt/ Yt) = Laju pertumbuhan GDP Riil.
Koefisien b = Perubahan pengangguran yang disebabkan oleh perubahan GDP
dan disebut dengan koefisien Okun.
Prosedur estimasi yang dilakukan untuk mendapatkan koefisien Okun digunakan
simple linear regression model, (Darnan, 2013) :
Y = β0 + βx X + ε …...…...……………………………..…..……… (Persamaan 2)
UEt = α + βGDPt + εt …...……………………………..…..……… (Persamaan 3)
Keterangan
UEt = Perubahan tingkat pengangguran di tahun t.
α = Konstanta
GDPt = Laju pertumbuhan GDP Riil.
Koefisien β = Perubahan pengangguran yang disebabkan oleh perubahan GDP
dan disebut dengan koefisien Okun.
B. Model Okun Lanjutan (Metode ARDL analisis jangka panjang)
Jika dalam model OLS hanya bisa melihat pengaruh jangka panjang, maka dengan
menggunakan model ARDL (AutoregressiveDistributed Lag) dapat melihat
pengaruh variabel Y dan X dari waktu ke waktu termasuk pengaruh varibel Y dari
masa lampau terhadap nilai Y masa sekarang.
Model ARDL (p, q1 , q2 , q3 , ... qk ) dapat dinyatakan sebagai berikut:
= + +⋯+ + + +⋯+ + …(1)
43
Pada keadaan dimana Yt dan Xt tidak stasioner tetapi mempunyai kointegrasi,
maka model yang cocok adalah model Error Correction Model (ECM). tetapi jika
keadaan dimana Yt dan Xt stasioner dan juga tidak mempunyai kointegrasi, maka
model yang cocok adalah model ARDL. Model ARDL untuk keadaan dimana Yt
dan Xt stasioner dan tidak berkointegrasi adalah sebagai berikut (Rosadi,2011):
∆ = ∝ + ∆ + ∆ + ∆ + …+ ∆ + ……………(2)
Sedangkan dalam penelitian ini spesifikasi model yang digunakan mengacu pada
model yang telah digunakan Petkov(2008):
UEt = β0 + β1UEt-q+ β2 GDPt + εt ……………………………………………...(3)
Keterangan
UEt = tingkat pengangguran tahun t (dalam bentuk persen)
UEt-q = tingkat pengangguran tahun t pada lag sesuai uji (dalam bentuk persen)
GDPt = pertumbuhan Gross Domestic Product (dalam bentuk persen)
β0 = konstanta
β1 = koefisien regresi
εt = error term
Distribution-lag model adalah jika model regresi tidak hanya mencakup nilai
sekarang tetapi juga nilai masa lalu (lag) dari variabel penjelas (X). Sedangkan
autoreggresive distributed lag adalah model yang mencakup satu atau lebih nilai
masa lalu (lag) dari variabel terikat diantara variabel penjelasnya. Model regresi
yang memasukkan nilai variabel yang menjelaskan nilai masa kini atau nilai masa
lalu (lag) dari variabel tak bebas sebagai salah satu variabel penjelas disebut
Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Model ini dapat membedakan respon
44
jangka pendek dan jangka panjang dari variabel tak bebas terhadap satu unit
perubahan dalam nilai variabel penjelas (Gujarati, 2003).
Sebelum menentukan metode analisis yang akan digunakan di dalam penelitian
ini, terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas dan uji kointegrasi untuk
menentukan model yang digunakan, selanjutnya dari hasil uji tersebut, jika hasil
uji menunjukkan adanya variabel terkointegrasi maka model yang digunakan
model analisis ECM, dan apabila hasil uji tidak terkointegrasi maka akan
digunakan model ARDL. Estimasi model ARDL sebenarnya bersifat
pengembangan langsung (straight forward) dari teknik OLS (Ordinary Least
Square), dengan menggunakan model ARDL maka kita akan dapat membedakan
koefisien atau parameter respons yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.
(Ariefianto, 2012).
Pemilihan model ARDL dipilih dikarenakan model ini memiliki banyak
keunggulan diantaranya yaitu:
1. ARDL tidak mementingkan tingkat stasioner dan tingkat integrasi.
Maksudnya ialah ARDL tetap dapat digunakan meskipun masing-masing
variabel berada pada tingkat stasioner yang berbeda baik itu pada tingkat
level, first difference, namun tidak di tingkat second difference.
2. Penggunaan model ARDL juga tidak mementingkan bahwa variabel
terintegrasi padaordo yang sama. Model ARDL tetap dapat digunakan
meskipun variabel dengan ordo integrasi yang berbeda.
3. Model ARDL tidak mempermasalahkan jumlah sampel yang sedikit.
Sedangkan pada pengujian lain jumlah sampel yang panjang adalah menjadi
salah satu syarat utama dalam penelitian.
45
Prosedur estimasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ploting Data
Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut, tahap awal yang harus
dilakukan adalah menganalisis secara deskriptif dengan melihat bergerakan data.
Pergerakan data dapat dilihat melalui ploting data, data akan disajikan secara
grafik baik secara di plot atau berbentuk spike. Penyajian data tersebut bertujuan
untuk mempermudah analisis dengan melihat pergerakan data selama periode
penelitian. Pergerakan yang dibuat oleh data dapat berupa pergerakan siklikal,
seasonal, horizontal dan lainnya.
2. Uji Correlogram
Uji Correlogram adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat
apakah data yang digunakan stasioner atau tidak stasioner. Correlogram dapat
dilihat melalui Autocorrelation Function (ACF). ACF menjelaskan seberapa besar
korelasi data berurutan dalam runtun waktu. ACF dengan demikian adalah
perbandingan antara kovarian pada kelambanan dengan variannya.
Metode terkenal yang dikembangan oleh Ljung-Box dikenal dengan uji statistik
Ljung-Box (LB). Uji LB ini sebagaimana layaknya uji statistik Q mengikuti
distribusi tabel Chi – Square. Jika nilai statistik LB lebih kecil dari nilai kritis dari
tabel Chi – Square maka data menunjukan stasioneritas. Begitu pula sebaliknya,
jika nilai statistik LB lebih besar dari nilai kritis dari tabel Chi –Square maka data
tidak stasioner.
46
3. Uji Akar Unit ( Unit Root Test )
Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonometrika
untuk data runtut waktu (time series). Data stasioner adalah data yang
menunjukkan mean, varians dan autovarians tetap sama pada waktu kapan saja
data itu dibentuk atau dipakai, artinya dengan data yang stasioner model time
series dapat dikatakan lebih stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada
yang tidak stasioner, maka data tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan
kestabilannya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner
akan menyebabkan hasil yang tidak valid.
Salah satu konsep yang dipakai untuk mengetahui stasioneritas data adalah
melalui uji akar unit (unit root test). Uji ini dikembangkan oleh David Dickey dan
Wayne Fuller dengan sebutan Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test. Uji ini
dilakukan ke dalam tiga tahap yaitu jika suatu data time series tidak stasioner pada
orde nol ( level ) maka stasioneritas data tersebut bisa dicari melalui order
berikutnya sehingga diperoleh tingkat stasioneritas pada order ke-n (first
difference atau second difference dan seterusnya.
Seluruh data yang digunakan dalam regresi dilakukan uji akar unit dengan
berpatokan pada nilai batas kritis ADF. Hasil uji akar unit dengan
membandingkan hasil t-hitung dengan nilai kritis Mac Kinnon. Jika nilai t-hitung
absolut lebih besar dari nilai kritis Mac Kinnon absolut, maka H0 ditolak artinya
data time series stasioner. Sebaliknya jika nilai t – hitung absolut lebih kecil dair
nilai kritis Mac Kinnon absolut, maka H0 diterima artinya data time series
stasioner ( Gujarati, 2008 ).
47
4. Penentuan Lag Optimal
Penentuan lag optimal adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui
berapakah panjang lag yang akan digunakan selama penelitian. Mengetahui
panjang lag bertujuan untuk mengetahui seberapa panjang periode yang masih
dapat diteliti atau seberapa panjang variabel tersebut saling berpengaruh.
Lag optimum dicari dengan menggunakan kriteria informasi yang tersedia,
ditentukan berdasarkan kriteria AIC, SC, ataupun Hannan Quinn (HQ). Akaike’s
Information Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SC) adalah metode
membandingkan spesifikasi alternatif dengan menyesuaikan jumlah kuadrat
kesalahan untuk ukuran sampel (n) dan jumlah koefisien dalam model. Dalam hal
ini semakin rendah AIC, SC, ataupun HQ adalah semakin baik spesifikasi.
5. Uji Korelasi
Uji korelasi bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel
yang sedang diteliti.
Arah hubungan dilihat dari tanda koefisien:
Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y rendah.
Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi maka variabel Y juga tinggi.
6. Uji Kausalitas Engel Granger
Uji kausalitas pertama kali dikemukakan oleh Engel dan Granger. Tujuan
kausalitas Granger adalah meneliti apakah A mendahului B, ataukah B
mendahului A, ataukah hubungan antara A dan B timbal balik. Hubungan
48
kausalitas dapat terjadi antar dua variabel. Uji kausalitas Granger bertujuan untuk
melihat pengaruh masa lalu dari suatu variabel terhadap kondisi variabel lain pada
masa sekarang. Dengan kata lain, uji kausalitas Granger dapat digunakan untuk
melihat apakah peramalan y dapat lebih akurat dengan memasukan lag variabel x.
7. Uji Kointegrasi Engle Granger
Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya
hubungan keseimbangan jangka panjang pada variabel yang diteliti. Uji
kointegrasi bertujuan untuk mengetahui apakah residual terkintegrasi stasionary
atau tidak.
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
H0 ditolak, jika nilai t kritis > Augmented Dickey Fuller (ADF) yang berarti
terdapat kointegrasi antar variabel.
H0 diterima, jika nilai t kritis < Augmented Dickey Fuller (ADF) yang berarti
tidak terdapat kointegrasi antar variabel.
8. Uji Asumsi Klasik (Uji Autokorelasi)
Dalam penggunaan model untuk metode ARDL tidak diperlukan pengujian
asumsi klasik, hanya terdapat satu asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu harus
terbebas dari asumsi adanya autokorelasi antar residu. Adapun tahapan pengujian
untuk melihat adanya korelasi antar residu seperti di bawah ini :
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual
observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data time series karena
49
berdasarkan sifatnya data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa
sebelumnya. Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan negatif. Dalam
data time series lebih besar kemungkinan terjadi autokorelasi positif karena
variabel yang dianalisis biasanya mengandung kecenderungan meningkat seperti
GDP, populasi, dan pertumbuhan ekonomi. Cara pengujiannya dapat dilakukan
dengan menggunakan statistik Metode Breusch-Godfrey (LM-test). Metode ini
merupakan pengembangan dari metode JB, namun metode ini lebih umum
digunakan dan dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Sama seperti
pengujian yang lain dalam uji LM kita akan membandingkan nilai χ tabel dengan
nilai Obs*R-squared dari pengujian. Jika nilai χ tabel lebih besar dari pada nilai
Obs*R-squared dari pengujian maka tidak ada otokorelasi dan jika nilai χ tabel
lebih kecil dari pada nilai Obs*R-squared dari pengujian maka residu akan
terdapat otokorelasi.
Apabila data yang kita analisis mengandung autokorelasi, maka koefisien dugaan
yang didapat akan memiliki karakteristik :
a. Koefisien dugaan metode kuadrat terkecil masih linear.
b. Koefisien dugaan metode kuadrat terkecil maasih tidak bias.
c. Koefisien dugaan metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang
minimum.
Dengan demikian autokorelasi akan menyebabkan koefisien dugaan hanya
bersifat LUE tidak lagi BLUE. Kriteria pengambilan keputusannya adalah apabila
nilai probabilitas dari Obs*R-squared lebih besar dari 5 persen maka data tidak
mengandung masalah autokorelasi.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan dalam penelitian dan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Simpulan
1. Terjadi perubahan pola pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia di tahun 1985 dan 2016. Wilayah yang memiliki nilai tingkat
pengangguran dibawah rata-rata nasional adalah 19 provinsi pada tahun 1985
dan 22 provinsi pada tahun 2016, sedangkan wilayah yang memiliki nilai
tingkat pengangguran diatas rata-rata nasional adalah 7 provinsi pada tahun
1985 dan 12 provinsi pada tahun 2016. Sementara itu wilayah yang memiliki
nilai pertumbuhan ekonomi dibawah rata-rata adalah 13 provinsi pada tahun
1985 dan 19 provinsi pada tahun 2016, sedangkan jumlah wilayah yang
memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata adalah 13 provinsi pada
tahun 1985 dan 15 provinsi pada tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pengangguran di masing-masing provinsi mengalami fluktuasi yang
mencerminkan kondisi hubungan yang tidak signifikan untuk kedua variabel.
2. Berdasarkan hasil penelitian maka Hukum Okun terbukti di Negara
Indonesia. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran
di Indonesia negatif dan tidak signifikan secara statistik untuk jangka pendek,
namun untuk jangka panjang terbukti signifikan.
78
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan dengan memudahkan para
investor untuk melakukan investasi pada sektor industri dan sektor pertanian.
Pemerintah juga harus memberikan perhatian khusus pada sektor pertanian,
karena sector tersebut menjadi penopang perekonomian Indonesia, sehingga
perekonomian Indonesia dapat stabil dan menuju pembangunan yang
berkelanjutan.
2. Pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan untuk memperbaiki aspek
pendidikan dan aspek tenaga kerja. Dari aspek pendidikan yaitu membekali
atau memfasilitasi pelajar untuk berwirausaha dan membekali lulusan dengan
sertifikasi skill/kompetensi yang berlaku secara nasional maupun
internasional. Dari aspek tenaga kerja yaitu memperkuat dan meningkatkan
kualitas lembaga penyaluran tenaga kerja melalui penerapan teknologi
modern sehingga pengangguran dapat berkurang.
3. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan data panel ataupun
mengembangkan motode analisis untuk mengetahui hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di Indonesia, yang
selanjutnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel keduanya
secara lebih komprehensif pada estimasi hukum Okun. Pada akhirnya
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan harapannya penelitian ini
menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
A Samuelson, dkk. 2003. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT Media GlobalEdukasi.
Arshad, Z. (2010). The Validity of Okun’s Law in the Swedish Economy.Stockholm: Departement of Economics Stockholm University.
Badan Pusat Statistika Nasional. 2017. Pendapatan Nasional. Jakarta: BadanPusat Statistika Nasional.
Badan Pusat Statistika Nasional. 2017. Tingkat pengangguran. Jakarta: BadanPusat Statistika Nasional.
Badan Pusat statistika Nasional. 2017. Gross Domestic Product. Jakarta: BadanPusat statistika Nasional.
Badan Pusat Statistika Nasional. 2017. Kepadatan Penduduk Indonesia Tahun2000-2015 Per-Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistika Nasional.
Badan Pusat Statistika Nasional. 2017. Agustus 2015 Tingkat PengangguranTerbuka (TPT) sebesar 6,18 persen. Jakarta: Badan Pusat StatistikaNasional.
Bankole, Abiodun S dan Fatai, Oyeniran Basiru. 2013. Empirical Test of Okun’sLaw in Nigeria. Department of Economics, University of Ibadan. Ibadan:Nigeria.
Darman. 2013. ”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran:Analisis Hukum Okun”. Journal The Winner,Vol. 12, No. 1.Jakarta Barat.
Hukum.online.2013. Pengangguran Tahun 2012 Didominasi Angkatan Muda.[serial online] http://www.Pengangguran-Tahun-2012-Didominasi-Angkatan-Muda-hukumonline.com.html (11 November 2017).
Indonesia, Hati. 2013. Tahun 2013, Pengangguran Indonesia Melonjak. Jakarta:Kompasinia. (diakses pada 11November 2017)
Iskandar dan Safuan. 2010. Analisis Hubungan Perkembangan SektorKeuangandan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (PendekatanAutoregressive Distributed Lag). Vol. 12. Jakarta Barat.
Putong, Iskandar. 2013. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Mitra WacanaMedia.
Iswanto, Dyan. 2012. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran: ValidasiHukum Okun di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya.
Keyjojohadikusumo, Wiryo. 2000. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: DasarTeori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: EGC.
Khusnir, Ivan. 2013. Word Macroeconomics Research 1970-2013. Jakarta:Ebook.
Knotek, Edward S. 2007. “How Useful is Okun’s Law?”. Federal Reserve BankofKanvas City, 73-103.
Kontan.co.id.2014. 7.24 Juta Orang Indonesia adalah Pengangguran. [serialonline]. http://www.7,24jutaorangIndonesiaadalahpengangguran.html(28November 2017).
Kompas.com. 2013. Turun Tipis, Angka Pengangguran Indonesia capai 7,17 JutaOrang. [serial online] http://www.Turun-Tipis_Angka-Pengangguran-di-Indonesia-Capai-7,17-Juta-Orang-Kompas.com.html (28 November 2017).
Kompas.com. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Tak Selalu Sejalan denganPengangguran. [serial online] http://www.Pertumbuhan-Ekonomi-Tak-Selalu-Sejalan-Pengangguran-Kompas.com.html (11 November 2017).
Lamudi. 2015. Perkembangan Ekonomi di Tahun 2015. Jakarta: Journal LamudiIndonesia.
Lee, Jim., 2000. The Robustness of Okun's Law: Evidence from OECD Countries.Journal of Macroeconomics, Spring 2000, Vol. 22, No. 2, pp. 331-356Louisiana State University Press.
.Mankiw, N Gregory. 2007. Macroeconomics. New York: Worth Publishers
Mohd Noor, Zaleha., Mohamed Nor, Norashidah and Abdul Ghani,Judhiana.,2007. The Relationship Between Output And Unemployment InMalaysia: Does Okun's Law exist?, International Journal of Economicsand Management, 1(3), 337-344.
Moosa, Imad A., 2008. Economic Growth and Unemployment In ArabCountries:Is Okun’s Law Valid?, International Conference on “The
Unemployment Crisis in the Arab Countries”, 17- 18 March 2008, Cairo-Egypt.
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: PT Refika Aditama.Nadapdap,priska. 2011. Pengangguran di Indonesia Tahun 2010-2011.Jakarta:Kampus Depok (diakses pada 14 November 2017).
Petkov, Boris. 2008. The Labour Market and Output in the UK – Does Okun’sLaw Still Stand?, Discussion Papers Bulgarian National Bank,DP/69/2008.
Prasetio, Endar. 2011. Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaTahun 2009. Jakarta: Kompasinia.
Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Dauglas D. Purvis. 1993. Pengantar MakroEkonomi. Jakarta: Erlangga.
Sinclair, M. 2005. The Economics of Tourism. UK : Heineman Ra.
Subagiarta, Wayan. 2013. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jember.
Suhartini, S dan S. Mardianto. 2001. Transformasi Struktur Kesempatan KerjaSektor Pertanian ke Non Pertanian di Indonesia. Agro-ekonomi No. 2Oktober 2001. PERHEPI, Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali PressSamuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2001. Economics. USA:The Mc Graw-Hill Companies.
Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Makroekonomi. Edisi Kedua. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2008. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta :Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, S. 2015. Pergeseran Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja.Bandung: Mizan Pustaka.
Smith, G. 1975. Okun’s Law Revisited, Quarterly Review of Economics andBusiness,15, 37-54.
Supranto, J. 2004. Ekonometri. Jakarta. Galia Indonesia.
Tambunan, Tulus. 2008. Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri. EdisiPertama. Jakarta: Rajawali Pers
Weber, Christian E. 1995. Cyclical Output, Cyclical Unemployment, and Okun'sCoefficient: A New Approach. Journal of Applied Econometrics (10October 1995): 33-55.
Widodo, dkk. 2013. Sustainabilitas Defisit Transaksi Berjalan perekonomianIndonesia. Bank Indonesia. Jakarta.
Wiguna, Meilyana. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Abad 21.Kompasiana Indonesia. Jakarta. (diakses pada 20 November 2017).