14
Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 2008 1629 PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH DI PROVINSI RIAU Caska*) dan RM. Riadi**) Abstract: This research aimed to know disparity of economic growing in Riau Province between Regency. The data was analyzed with Kuadran System, Williamson Indeks, entropi Theil Indeks and the proof of Kuznets Hypothesis. From the research, can conclussion that only Pekanbaru City in First Kuadran ((high growth and high income). The area that catego- rize into high growth but low income is Pelalawan, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu and Siak Regency.. Indragiri Hilir, Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar can categorized into high income but low growth, meanwhile the area categorized into low income and low growth are Rokan Hilir, Dumai and Bengkalis. In Williamson and entropi Theil Index got different answer. According to Williamson Index, Riau Province have increasing disparity in growing of economic but entropi Theil Index categorized that Riau Province have decreasing dispar- ity of growing in economic. Based on Williamson and entropi Theil Index, Riau Province is not categorized based on Kuznets Hypothesis. Keywords: Income and Growth, disparity, economic, Riau Province Pendahuluan Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh masing-masing orang, daerah satu dengan lainnya maupun negara satu dengan negara lainnya. Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestik Produk (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada PDRB suatu provinsi, kabupaten dan kota. *) Peneliti Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pendidikan Ekonomi-FKIP Unri **) Staff Pengajar Pendidikan Ekonomi P-IPS, FKIP Universitas Riau Namun muncul kemudian alternatif definisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini lebih menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Kontribusi pertanian mulai digantikan dengan kontribusi industri. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan

PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekonomi pembangunan

Citation preview

Page 1: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081629

PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGANPEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR DAERAH

DI PROVINSI RIAU

Caska*) dan RM. Riadi**)

Abstract: This research aimed to know disparity of economic growing in Riau Provincebetween Regency. The data was analyzed with Kuadran System, Williamson Indeks, entropiTheil Indeks and the proof of Kuznets Hypothesis. From the research, can conclussion thatonly Pekanbaru City in First Kuadran ((high growth and high income). The area that catego-rize into high growth but low income is Pelalawan, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu andSiak Regency.. Indragiri Hilir, Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar can categorized intohigh income but low growth, meanwhile the area categorized into low income and low growthare Rokan Hilir, Dumai and Bengkalis. In Williamson and entropi Theil Index got differentanswer. According to Williamson Index, Riau Province have increasing disparity in growingof economic but entropi Theil Index categorized that Riau Province have decreasing dispar-ity of growing in economic. Based on Williamson and entropi Theil Index, Riau Province isnot categorized based on Kuznets Hypothesis.

Keywords: Income and Growth, disparity, economic, Riau Province

PendahuluanIstilah pembangunan bisa saja

diartikan berbeda oleh masing-masingorang, daerah satu dengan lainnyamaupun negara satu dengan negaralainnya. Penting bagi kita untuk dapatmemiliki definisi yang sama dalammengartikan pembangunan. Secaratradisional pembangunan memiliki artipeningkatan yang terus menerus padaGross Domestik Produk (GDP) atauProduk Domestik Bruto (PDB) suatunegara. Untuk daerah, maknapembangunan yang tradisionaldifokuskan pada PDRB suatu provinsi,kabupaten dan kota.

*) Peneliti Pusat Pengkajian Koperasi danPemberdayaan Ekonomi MasyarakatPendidikan Ekonomi-FKIP Unri

**) Staff Pengajar Pendidikan EkonomiP-IPS, FKIP Universitas Riau

Namun muncul kemudian alternatifdefinisi pembangunan ekonomi yanglebih menekankan pada peningkatanincome per capita (pendapatan perkapita). Definisi ini lebih menekankanpada kemampuan suatu negara untukmeningkatkan output yang dapatmelebihi tingkat pertumbuhanpenduduk. Definisi pembangunantradisional sering dikaitkan dengansebuah strategi mengubah struktur suatunegara atau sering kita kenal denganindustrialisasi. Kontribusi pertanianmulai digantikan dengan kontribusiindustri.

Pembangunan ekonomi daerahadalah suatu proses di mana pemerintahdaerah dan seluruh komponenmasyarakat mengelola berbagai sumberdaya yang ada dan membentuk suatupola kemitraan untuk menciptakan suatulapangan pekerjaan baru danmerangsang perkembangan kegiatan

Page 2: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081630

ekonomi dalam daerah tersebut(Lincolin Arsyad, 1999 ; Blakely E. J,1989). Tolok ukur keberhasilanpembangunan dapat dilihat daripertumbuhan ekonomi, struktur ekonomidan semakin kecilnya ketimpanganpendapatan antarpenduduk, antardaerahdan antarsektor.

Suatu ekonomi dikatakanmengalami pertumbuhan yangberkembang apabila tingkat kegiatanekonominya lebih tinggi daripada apayang dicapai pada masa sebelumnya.Pertumbuhan ekonomi adalah proseskenaikan output per kapita dalam jangkapanjang. Di sini, proses mendapatpenekanan karena mengandung unsurdinamis. Para teoretikus ilmu ekonomipembangunan masa kini masih terusmenyempurnakan makna, hakikat dankonsep pertumbuhan ekonomi. Parateoretikus menyatakan bahwapertumbuhan ekonomi tidak hanyadiukur dengan pertambahan (ProdukDomestik Bruto) PDB dan PDRB saja,akan tetapi juga diberi bobot yangbersifat immaterial seperti kenikmatan,kepuasan dan kebahagiaan dengan rasaaman dan tentram yang dirasakan olehmasyarakat luas (Lincolin Arsyad,1999).

Selain itu masalah ketimpanganekonomi antardaerah tidak hanyatampak pada wilayah kecamatan,kabupaten, provinsi melainkan juga padaantar Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa,Kawasan Barat Indonesia (Kabarin) danKawasan Timur Indonesia (Katimin).Berbagai program yang dikembangkanuntuk mengurangi maupunmenghilangkan ketimpanganantardaerah selama ini ternyata belummencapai hasil yang memadai.

Alokasi anggaran pembangunansebagai instrumen untuk mengurangi

ketimpangan ekonomi tampaknya lebihperlu diperhatikan. Strategi alokasianggaran tersebut harus mendorong danmempercepat pertumbuhan ekonominasional sekaligus menjadi alat untukmengurangi kesenjangan/ketimpanganregional (Majidi, 1997).

Proses akumulasi dan mobilisasisumber-sumber berupa akumulasimodal, keterampilan tenaga kerja dansumber daya alam yang dimiliki olehsuatu daerah merupakan pemicu dalamlaju pertumbuhan ekonomi wilayah yangbersangkutan. Adanya heterogenitas danberagam karateristik suatu wilayahmenyebabkan kecendrungan terjadinyaketimpangan antardaerah danantarsektor ekonomi suatu daerah.

Bertitik tolak dari kenyataantersebut, kesenjangan atau ketimpanganantardaerah merupakan konsekuensilogis pembangunan dan merupakansuatu tahap perubahan dalampembangunan itu sendiri. Perbedaantingkat kemajuan ekonomi antardaerahyang berlebihan akan menyebabkanpengaruh yang merugikan (backwasheffects) mendominasi pengaruh yangmenguntungkan (spread effects)terhadap pertumbuhan daerah, dalam halini mengakibatkan proses ketidak-seimbangan. Pelaku-pelaku yangmempunyai kekuatan di pasar secaranormal akan cenderung meningkatbukannya menurun, sehingga akanmengakibatkan peningkatanketimpangan antar daerah. Tujuan utamadari usaha pembangunan ekonomi selainmenciptakan pertumbuhan yangsetinggi-tingginya, harus pulamenghapus dan mengurangi tingkatkemiskinan, ketimpangan pendapatandan tingkat pengangguran. Kesempatankerja bagi penduduk atau masyarakatakan memberikan pendapatan untuk

Page 3: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081631

memenuhi kebutuhan hidupnya(M.P.Todaro, 2000).

Paradigma pembangunan modernmemandang suatu pola yang berbedadengan pembangunan tradisional.Beberapa ekonomi modern mulaimengedepankan dethronement of GNP(penurunan tahta pertumbuhanekonomi), pengentasan gariskemiskinan, pengurangan distribusipendapatan yang semakin timpang danpenurunan tingkat pengangguran yangada. Teriakan para ekonom ini membawaperubahan dalam paradigmapembangunan yang mulai menyorotibahwa pembangunan harus dilihatsebagai suatu proses yangmultidimensional (Mudrajat Kuncoro,2003).

Pembangunan dalam lingkupnegara secara spasial tidak selalu merata.Kesenjangan antardaerah seringkalimenjadi permasalahan yang serius.Beberapa daerah dapat mencapaipertumbuhan yang signifikan, sementarabeberapa daerah lainnya mengalamipertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah yang tidak mengalami kemajuanyang sama disebabkan karena kurangnyasumber-sumber yang dimiliki; adanyakecendrungan pemilik modal (investor)memilih daerah perkotaan atau daerahyang memiliki fasilitas seperti prasaranaperhubungan, jaringan listrik, jaringantelekomunikasi, perbankan, asuransijuga tenaga terampil. Di samping itu jugaadanya ketimpangan redistribusipembagian pendapatan dari PemerintahPusat atau Propinsi kepada daerahseperti propinsi atau kecamatan(Mudrajat Kuncoro, 2004)

Provinsi Riau merupakan salah satuprovinsi/daerah yang cukup kaya baikdengan hasil bumi berupa migas danhasil perkebunan berupa kelapa sawit,nenas, kelapa, karet dan lainnya. Akan

tetapi masyarakat masih belum puasdengan pembangunan yang dilakukanoleh pemerintah terhadap masing-masing daerah. Hal ini tentu saja akandapat menimbulkan gejolak bagi daerahyang tidak puas.

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui posisi pertumbuhanperekonomian masing-masing daerahatau kabupaten di Provinsi Riauberdasarkan pertumbuhan ekonomi danPDRB (Produk Domestik RegionalBruto) per kapita serta untuk mengetahuiketimpangan pertumbuhan ekonomiantar kabupaten di Provinsi Riau sertauntuk membuktikan apakah hipotesisKuznets berlaku di Provinsi Riau.

Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan pada daerah

Provinsi Riau. Data yang digunakanadalah berupa data sekunder yangdiperoleh dari pihak terkait. Data yangdiperlukan antara lain data berupa PDRB(Produk Domestik Regional Bruto), databerupa sensus sosial ekonomi masing-masing Kabupaten dan Provinsi Riau,pendapatan per kapita dari masing-masing kabupaten dan Provinsi Riau.Adapun analisis data yang digunakanoleh penulis adalah sebagai berikut ;1. Analisis yang digunakan untuk

mengetahui gambaran tentang poladan struktur pertumbuhan ekonomimasing-masing daerah adalahAnalisis Tipologi Klassen/Daerah(H. Aswandi dan MudrajatKuncoro, 2002). Kritera yangdigunakan terdiri dari empat ;

a) Kuadaran I (pertama) yaknidaerah cepat maju dan cepattumbuh (high income and highgrowth) adalah daerah yangmemiliki pertumbuhanekonomi dan pendapatan per

Page 4: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081632

kapita yang lebih tinggidibandingkan dengan ProvinsiRiau

b) Kuadaran II (kedua) yakni daerahmaju tapi tertekan (high incomebut low growth) adalah daerahyang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapitingkat pertumbuhannya lebihrendah dibandingkan denganProvinsi Riau

c) Kuadaran III (ketiga) yaknidaerah berkembang cepat (highgrowth but low income) adalahdaerah yang memiliki tingkatpertumbuhan tinggi, tetapitingkat pendapatan per kapitalebih rendah dibandingkandengan Provinsi Riau

d) Dan kuadaran IV (keempat)adalah daerah relatif tertinggal(low growth and low income)adalah daerah yang memilikitingkat pertumbuhan ekonomidan pendapatan per kapita lebihrendah dibandingkan denganProvinsi Riau

2. Analisis Ketimpangan Ekonomiantar Daerah digunakan 2 jenisanalisis yakni ;a) Indeks Ketimpangan

Williamson (Syafrizal, 1997)yakni analisis yang digunakansebagai indeks ketimpanganregional (regional inequality)dengan rumusan sebagai berikut;

IW = Y

n /if2Y)-i(Y

Dimana ;Yi = PDRB per kapita di Kabupaten iY = PDRB per kapita rata-rata di

Provinsi Riau

fi = jumlah penduduk di Kabupaten in = jumlah penduduk di Provinsi RiauDengan indikator bahwa apabila angkaindeks ketimpangan Williamsonsemakin mendekati nol makamenunjukkan ketimpangan yangsemakin kecil dan bila angka indeksmenunjukkan semakin jauh dari nolmaka menunjukkan ketimpangan yangmakin melebar.

b) Indeks Entropi Theil yangmerupakan aplikasi konsep teoriinformasi dalam mengukurketimpangan dan konsentrasiindustri yang menawarkantentang pendapatan regional perkapita dan kesenjanganpendapatan. Adapun rumusan dariindeks entropi Theil adalahsebagai berikut (L.G. Ying, 2000);I(y) = (yj / Y)x log [(yj / Y) / Xj / X)]

Dimana ;I(y) = indeks entropi TheilYj = PDRB per kapita kabupaten jY = rata-rata PDRB perkapita

Provinsi RiauXj = jumlah penduduk kabupaten jX = jumlah penduduk Provinsi RiauDengan indikator bahwa apabilasemakin besar nilai indeks entropi Theilmaka semakin besar ketimpangan yangterjadi sebaliknya apabila semakin kecilnilai indeks maka semakin merataterjadinya pembangunan.

3. Kurva U Terbalik oleh Kuznets(M.P.Todaro, 2000) yaitu di manapada tahap-tahap awal pertumbuhanekonomi ketimpangan memburukatau membesar dan pada tahap-tahapberikutnya ketimpang menurun,namun pada suatu waktuketimpangan akan menaik dandemikian seterusnya sehingga

Page 5: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081633

terjadi peristiwa yang berulangkalidan jika digambarkan akanmembentuk kurva U-terbalik. Dalamhal ini pembuktian kurva U-Terbalikdigunakan sebagai berikut(Mudrajat Kuncoro, 2004) ;- Menghubungkan antara angka

indeks Williamson denganPertumbuhan PDRB ProvinsiRiau.

- Menghubungkan antara angkaindeks Entropi Theil denganPertumbuhan PDRB ProvinsiRiau.

Dengan indikator apabila keduaangka indeks tersebutmenggambarkan kurva U terbalik,maka teori Kuznets berlaku diProvinsi Riau sebaliknya apabilakedua angka indeks tidakmenggambarkan kurva U terbalik,maka teori Kuznets tidak berlaku diProvinsi Riau.

Hasil Dan PembahasanPola dan Struktur Ekonomi ProvinsiRiau

Untuk mengetahui klasifikasidaerah didasarkan kepada dua indikatorutama yaitu pertumbuhan ekonomi danpendapatan atau produk domestikregional bruto per kapita. Denganmenentukan rata-rata produk domestikregional bruto (PDRB) per kapitasebagai sumbu horizontal, sedangkandaerah per kabupaten dibagi menjadiempat golongan yaitu kabupaten yangcepat maju dan cepat tumbuh (highgrowth and high income), kabupatenmaju tapi tertekan (high income but lowgrowth), kabupaten yang berkembangcepat (high growth but low income) dankabupaten yang relatif tertinggal ( lowgrowth and low income). (Sjafrizal,

1997; Mudrajat Kuncoro dan Aswandi,2002).

Dari hasil penelitian tersebut dapatdiketahui bahwa di Provinsi Riau selamaperiode tahun 2003-2005 dapatdisimpulkan bahwa jika indeksWilliamson lebih besar atau lebih kecilberarti Indek entropi Theil lebih besaratau kecil juga. Dalam arti jika PDRBper kapita antar kecamatan lebih rendahatau merata belum tentu tingkatketimpangan pembangunannya lebihkecil maupun sebaliknya.

Selama tahun 2003-2005, rata-rataPDRB Per kapita Provinsi Riau sebesar6,83. Daerah yang tertinggi di atas rata-rata provinsi adalah Kabupaten KuantanSingingi sebesar 8,02, KabupatenIndragiri Hulu, Pelalawan, Siak danKota Pekanbaru masing-masing sebesar9,31, 9,40 8,77 dan 7,11. Untuk PDRBatas harga konstan non migas tahun2000, selama 3 (tiga) tahun yakni tahun2003, 2004 dan 2005 rata-rata tertinggidimiliki oleh Kabupaten Kampar danKota Pekanbaru yakni sebesar5.137.941,59 dan 5.008.005,49.Sedangkan yang terendah dimiliki olehKota Dumai dan Kabupaten KuantanSingingi yakni masing-masing sebesar1.270.909,30 dan 1.944.157,66.

Dari gambar 1, dapat diketahuibahwa daerah yang mengalami cepatmaju dan cepat tumbuh (high growth andhigh income) hanya 1 (satu) daerah sajayakni Kota Pekanbaru. Daerah ataukabupaten yang dikategorikanberkembang cepat dalam artipertumbuhan (high growth but lowincome) adalah Kabupaten Pelalawan,Kuantan Singingi, Indragiri Hulu danKabupaten Siak. Untuk daerah ataukabupaten yang maju tapi tertekan (highincome but low growth) adalah padaKabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hulu

Page 6: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081634

dan Kabupaten Kampar, sedangkan daerah yang pembangunan atau pertumbuhanekonominya relatif tertinggal adalah Kabupaten Rokan Hilir, Dumai dan Kabupaten

Bengkalis.

Tabel 1. PDRB Per Kapita Provinsi Riau

PDRB Per KapitaNo Nama Kabupaten2003 2004 2005

Rata-Rata

1 Kuantan Singingi 7.37 8.02 8.66 8.02

2 Indragiri Hulu 8.69 9.26 9.97 9.31

3 Indragiri Hilir 6.43 6.92 7.38 6.91

4 Pelalawan 9.17 9.35 9.69 9.40

5 Siak 8.40 8.77 9.15 8.77

6 Kampar 5.33 5.69 6.04 5.69

7 Rokan Hulu 4.84 5.18 5.52 5.18

8 Bengkalis 4.56 4.74 4.99 4.76

9 Rokan Hilir 5.80 6.15 6.57 6.17

10 Pekanbaru 6.79 7.18 7.36 7.11

11 Dumai 5.65 5.89 6.05 5.86

Rata-Rata Riau 6.40 6.83 7.26 6.83

Sumber : Data Olahan BPS, 2003-2005

Selama tahun 2003-2005, rata-rataPDRB Per kapita Provinsi Riau sebesar6,83. Daerah yang tertinggi di atas rata-rata provinsi adalah Kabupaten KuantanSingingi sebesar 8,02, KabupatenIndragiri Hulu, Pelalawan, Siak danKota Pekanbaru masing-masing sebesar9,31, 9,40 8,77 dan 7,11. Untuk PDRBatas harga konstan non migas tahun2000, selama 3 (tiga) tahun yakni tahun2003, 2004 dan 2005 rata-rata tertinggidimiliki oleh Kabupaten Kampar danKota Pekanbaru yakni sebesar5.137.941,59 dan 5.008.005,49.Sedangkan yang terendah dimiliki olehKota Dumai dan Kabupaten KuantanSingingi yakni masing-masing sebesar1.270.909,30 dan 1.944.157,66.

Dari gambar 1, dapat diketahuibahwa daerah yang mengalami cepatmaju dan cepat tumbuh (high growth andhigh income) hanya 1 (satu) daerah sajayakni Kota Pekanbaru. Daerah ataukabupaten yang dikategorikanberkembang cepat dalam artipertumbuhan (high growth but lowincome) adalah Kabupaten Pelalawan,Kuantan Singingi, Indragiri Hulu danKabupaten Siak. Untuk daerah ataukabupaten yang maju tapi tertekan (highincome but low growth) adalah padaKabupaten Indragiri Hilir, Rokan Huludan Kabupaten Kampar, sedangkandaerah yang pembangunan ataupertumbuhan ekonominya relatiftertinggal adalah Kabupaten RokanHilir, Dumai dan Kabupaten Bengkalis.

Page 7: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081635

Ketimpangan Ekonomi antarDaerah

Ketimpangan pembangunanmemang merupakan salah satu halpenting yang harus diperhatikan olehPemerintah dan komponen masyarakat.Dari hasil penelitian diketahui bahwaselama tahap awal pembangunan,disparitas regional menjadi lebih besardan pembangunan terkonsentrasi didaerah-daerah tertentu. Pada tahap yanglebih baik, jika dilihat dari pertumbuhanekonomi tampak adanya keseimbanganantar daerah dan disparitas berkurangdengan signifikan.

Tabel 2. PDRB Atas Harga Konstan Non Migas

No Nama Kabupaten PDRB Atas Harga Konstan Tahun 2000

2003 2004 2005Rata-Rata

1 Kuantan Singingi 1,776,319.21 1,947,432.73 2,108,721.03 1,944,157.66

2 Indragiri Hulu 2,459,709.30 2,639,431.65 2,857,461.63 2,652,200.86

3 Indragiri Hilir 4,035,890.53 4,348,272.91 4,654,045.18 4,346,069.54

4 Pelalawan 1,913,725.80 2,050,712.95 2,195,348.21 2,053,262.32

5 Siak 2,313,289.91 2,478,750.37 2,653,067.99 2,481,702.76

6 Kampar 4,299,917.91 5,074,253.30 6,039,653.57 5,137,941.59

7 Rokan Hulu 3,473,668.48 4,231,715.29 5,143,410.90 4,282,931.56

8 Bengkalis 2,889,500.03 3,126,467.10 3,357,161.38 3,124,376.17

9 Rokan Hilir 2,449,829.07 2,625,992.95 2,829,730.20 2,635,184.07

10 Pekanbaru 4,568,757.09 5,004,326.22 5,450,933.15 5,008,005.49

11 Dumai 1,170,056.51 1,271,450.43 1,371,220.97 1,270,909.30

Rata-Rata Provinsi 2,850,060.35 3,163,527.81 3,514,614.02 3,176,067.39

Sumber : Data Olahan BPS, 2003-2005

Ketimpangan pembangunan antardaerah atau antar kabupaten di ProvinsiRiau selama tahun 2003-2005 dapatdianalisis dengan menggunakan indekketimpangan regional (regionalinequality) atau biasa disebut dengannama Indeks Williamson (Sjafrizal,1997). Dalam hal ini Indeks Williamsondapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa indeksketimpangan PDRB per kapita antarakabupaten di Provinsi Riau selamaperiode 2003-2005 rata-rata sebesar0,028. Selama tahun 2003-2005, terjadikenaikan ketimpangan PDRB per kapitaantar kabupaten walaupun tidaksignifikan seperti tahun 2003 IndeksWilliamson sebesar 0,027 naik menjadisebesar 0,028 tahun 2004 dan tahun2005 sebesar 0,030. Hal ini berartimembuktikan bahwa semakin banyakpembangunan yang harus dilakukanmaka tingkat kemungkinan ketimpangan

yang akan terjadi semakin tinggi. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar2 mengenai kenaikan IndeksWilliamson.

Tinggi rendahnya nilai IndeksWilliamson mengandung arti bahwaketimpangan rata-rata produk domestikregional bruto (PDRB) per kapita antardaerah atau antar kabupaten di Provinsi

Page 8: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081636

Riau dibandingkan dengan kabupaten yang ada tersebut menunjukkan bahwa secararata-rata tingkat PDRB per kapita antar kabupaten di Provinsi Riau tidak merata.Untuk kabupaten yang Indeks Williamsonnya berada di bawah rata-rata indeksprovinsi atau lebih rendah antara lain Kabupaten Indragiri Hilir, Kota Pekanbaru,Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kabupaten Kuantan Singingi mengandungarti bahwa secara rata-rata tingkat PDRB per kapita antar kabupaten yang ada relatiflebih merata jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Provinsi Riau.

Gambar 1. Pola dan Struktur Perekonomian Provinsi Riau, 2003-2005

(Dalam Puluhan Ribu)

Keterangan :PLW : Kabupaten PelalawanKS : Kabupaten Kuantan SingingiINHU : Kabupaten Indragiri HuluINHIL : Kabupaten Indragiri HilirDMI : Kota DumaiBLS : Kabupaten Bengkalis

RHU : Kabupaten Rokan HuluRHI : Kabupaten Rokan HilirPKU : Kota PekanbaruKMP : Kabupaten Kampar

Sumber : Data Olahan

Page 9: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081637

Rendahnya nilai Indeks Williamsonantar daerah atau kabupaten bukanberarti secara otomatis menerangkanbahwa tingkat kesejahteraan masyarakatdi kabupaten tersebut (IndeksWilliamson lebih rendah) lebih baik jikadibandingkan dengan kabupaten lainnya.(Indeks Williamson lebih tinggi dari

Tabel 3. Indeks Williamson Provinsi Riau Periode 2003-2005

No Kabupaten IW 2003 IW 2004 IW 2005 RERATA IW

1 Kuantan Singingi 0,008 0,011 0,014 0,0112 Indragiri Hulu 0,052 0,055 0,064 0,0573 Indragiri Hilir 0,000 0,000 0,000 0,0004 Pelalawan 0,057 0,045 0,042 0,0485 Siak 0,039 0,034 0,031 0,0356 Kampar 0,021 0,022 0,024 0,0237 Rokan Hulu 0,028 0,029 0,030 0,0298 Bengkalis 0,076 0,093 0,106 0,0919 Rokan Hilir 0,005 0,006 0,006 0,006

10 Pekanbaru 0,004 0,003 0,000 0,00211 Dumai 0,004 0,006 0,010 0,007

RERATA 0,027 0,028 0,030 0.028

Sumber : Data Olahan

rata-rata provinsi). Indeks Williamsonhanya menjelaskan distribusi PDRB perkapita antar kabupaten di Provinsi Riautanpa menjelaskan seberapa besar PDRBper kapita antar kabupaten di ProvinsiRiau yang didistribusikan tersebutdengan rata-rata PDRB daerah ataukabupaten lainnya.

Gambar 2. Grafik Indeks Willamson, 2003-2005

0.0250.0260.0260.0270.0270.0280.0280.0290.0290.0300.030

2003 2004 2005

Tahun Pengamatan

Inde

ks W

illia

mso

n

Sumber : Data Olahan

Page 10: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081638

Untuk mengetahui besarnya tingkatketimpangan suatu daerah selainmemakai Indek Williamson juga dapatmemakai Indeks entropi Theil. Indeksentropi Theil pada dasarnya merupakanaplikasi konsep teori informasi dalammengukur ketimpangan ekonomi dankonsentrasi industri . Dari hasilpenelitian didapatkan nilai indeksentropi periode tahun 2003-2005, rata-rata sebesar 1,158. Hal ini berbedadengan Indeks Williamson, maka padaindeks entropi periode tahun 2003-2005mengalami penurunan. Hal ini dapatdilihat di mana pada tahun 2003, nilaiindeks entropi sebesar 1,174 sedangkanpada tahun 2005 mengalami penurunanmenjadi 1,142. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada gambar 3 mengenai

penurunan Indeks entropi Theil.

Tabel 4. Indeks entropi Theil Provinsi Riau Periode 2003-2005

No Kabupaten I(y) 2003 I(y) 2004 I(y) 2005 RERATA I(y)

1 Kuantan Singingi 1,526 1,572 1,612 1,5702 Indragiri Hulu 1,801 1,804 1,838 1,8153 Indragiri Hilir 0,854 0,871 0,880 0,8684 Pelalawan 2,125 1,993 1,884 2,0015 Siak 1,741 1,688 1,644 1,6916 Kampar 0,702 0,706 0,713 0,7077 Rokan Hulu 0,762 0,771 0,779 0,7708 Bengkalis 0,496 0,473 0,457 0,4759 Rokan Hilir 0,886 0,881 0,894 0,887

10 Pekanbaru 0,898 0,875 0,832 0,86811 Dumai 1,127 1,085 1,030 1,081

RERATA 1,174 1,156 1,142 1,158

Sumber : Data Olahan

Indeks entropi Theil yang semakinmembesar menunjukkan ketimpanganyang semakin membesar pula. Demikianpula sebaliknya, bila indeksnya semakinkecil, maka ketimpangannya akan

semakin rendah/kecil atau dengan katalain semakin merata. Hal inimenunjukkan berarti setiappembangunan yang dilaksanakan diProvinsi Riau selama periode tahun2003-2003 menurut Indeks entropi Theilmaka tingkat ketimpangan semakinrendah.

Dari hasil penelitian tersebut dapatdiketahui bahwa di Provinsi Riau selamaperiode tahun 2003-2005 dapatdisimpulkan bahwa jika indeksWilliamson lebih besar atau lebih kecilberarti Indek entropi Theil lebih besaratau kecil juga. Dalam arti jika PDRBper kapita antar kecamatan lebih rendahatau merata belum tentu tingkat

ketimpangan pembangunannya lebih

kecil maupun sebaliknya.

Pembuktian Hipotesis Kuznets

Page 11: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081639

Dari gambar 2 dan 3 dapat diketahuiIndeks Williamson maupun Indeksentropi Theil yang menunjukkankecendrungan ketimpangan pem-bangunan ekonomi di Provinsi Riaudalam periode tahun 2003-2005. Akantetapi kecendrungan tersebut belumtentu dapat membuktikan hipotesisKuznets di Provinsi Riau berlaku.

Hipotesis Kuznets dapat dibuktikandengan cara membuat grafik antaraPDRB dengan angka indeksketimpangan baik Indeks Williamsonmaupun Indeks entropi Theil. Grafiktersebut menggambarkan hubunganantara pertumbuhan PDRB denganindeks ketimpangan Williamson maupunpertumbuhan PDRB dengan indeksketimpangan entropi Theil pada periode2003-2005.

Dari gambar 4 dan 5 dapat diketahuibahwa kurva U terbalik tidak sempurna.

Gambar 3. Grafik Indeks entropi Theil, 2003-2005

1.120

1.130

1.140

1.150

1.160

1.170

1.180

2003 2004 2005

Tahun Pengamatan

Inde

ks E

ntro

pi T

heil

Sumber : Data Olahan

Selain menggunakan gambaran kurva,peneliti juga menggunakan gambaransecara statistik yakni melalui pengolahandata statistik melalui korelasi Pearsonuntuk mengetahui hubungan antaraPDRB dengan Indeks Williamson danantara PDRB dengan Indeks EntropiTheil. Dari hasil analisis korelasiPearson antara PDRB dengan IndeksWilliamson terdapat nilai -0,997 dengantingkat signifikasi 0,23 dan korelasiantara PDRB dengan Indeks entropiTheil dengan nilai 0,982 dan signifikasi0,61 yang berarti secara statistik korelasiini kurang kuat karena tidak terbuktisecara signifikasi pada α = 5%.

Sehingga bisa dikatakan bahwa diProvinsi Riau pada masa-masa awalpertumbuhan ketimpangan memburukdan masa berikutnya ketimpanganmenurun, namun pada periode 2003-2005 terjadi ketimpangan yang terjaditidak memburuk pada periodeberikutnya. Gambar 4 dan 5menunjukkan bahwa hipotesis Kuznetsdapat dikatakan tidak berlaku di ProvinsiRiau.

Page 12: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081640

Tabel 5. Korelasi Pearson antara PDRB dengan IndeksWilliamson dan Indeks entropi Theil

Korelasi Signifikasi PDRB

Indeks Williamson 0,23 -0,997Indeks entropi Theil 0,61 0,982

Sumber : Data Olahan

Gambar 4. Kurva Hubungan antara Indeks Williamson dengan PDRBProvinsi Riau Periode 2003-2005

Gambar 5.Kurva Hubungan antara Indeks entropi Theildengan PDRB Provinsi Riau Periode 2003-2005

Sumber : Data Olahan

Sumber : Data Olahan

Page 13: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081641

Kesimpulan1. Di dalam pertumbuhan ekonomi

daerah Provinsi Riau, daerah yangtermasuk daerah yang mengalamicepat maju dan cepat tumbuh (highgrowth and high income) hanya 1(satu) daerah saja yakni KotaPekanbaru. Daerah atau kabupatenyang dikategorikan berkembangcepat dalam arti pertumbuhan (highgrowth but low income) adalahKabupaten Pelalawan, KuantanSingingi, Indragiri Hulu danKabupaten Siak. Untuk daerah ataukabupaten yang maju tapi tertekan(high income but low growth)adalah pada Kabupaten IndragiriHilir, Rokan Hulu dan KabupatenKampar, sedangkan daerah yangpembangunan atau pertumbuhanekonominya relatif tertinggal adalahKabupaten Rokan Hilir, Dumai danKabupaten Bengkalis.

2. Selama periode pengamatan 2003-2005, terjadi ketimpanganpembangunan yang tidak cukupsignifikan berdasarkan IndeksWilliamson, sedangkan menurutIndeks entropi Theil, ketimpanganpembangunan boleh dikatakan kecilyang berarti masih terjadinyapemerataan pembangunan setiaptahunnya selama periodepengamatan. Sebagai akibatnyatidak terbuktinya hipotesis Kuznetsdi Provinsi Riau yang mengatakanadanya kurva U terbalik.

Rekomendasi1. Perlunya perhatian pemerintah

secara serius untuk mengatasimasalah-masalah yangberhubungan dengan ekonomiterutama untuk memeratakanpembangunan dan PDRB per kapita

penduduk di kabupaten atau daerahyang ada. Salah satunya adalahdengan meningkatkan kegiatanekonomi masyarakat atau sentraekonomi di daerah melaluipemberdayaan kegiatan ekonomimasyarakat.

2. Konsolidasi antar daerah ataukabupaten dengan pemerintahanprovinsi perlu dilakukan agarpelaksanaan pembangunan dapatterlaksana secara menyeluruhsehingga pemerataan pembangunandapat tercapai dan ketimpanganterhadap pembangunan ekonomidapat diminimalisir.

Daftar Kepustakaan

Arsyad, Lincolin. 1999. PengantarPerencanaan dan PembangunanEkonomi Daerah, Edisi Pertama,BPFE, Yogyakarta

Blakely, E. J. 1989. Planning LocalEconomic Development: Theoryand Practice. California: SAGEPublication, Inc

Aswandi, H dan Kuncoro, Mudrajad.2002. Evaluasi PenetapanKawasan Andalan: StudiEmpiris Di Kalimantan Selatan1993-1999. Jurnal Ekonomi danBisnis Indonesia, Vol. 17, No. 1,2002, 27 - 45

_______. 2003. Metode Riset untuk Bisnisdan Ekonomi, Erlangga, Jakarta

Page 14: PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN Pembangunan Ekonomi Antar Daerah

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 21/Februari 20081642

..............., . 2004. Otonomi danPembangunan Daerah, Erlangga,Jakarta

Majidi, N. 1997. Anggaran Pembangunandan Ketimpangan Ekonomi antarDaerah. Prisma, LP3S

Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi danKetimpangan Regional WilayahIndonesia Bagian Barat. PrismaLP3ES, No 3 Tahun XXVI.

Sukirno, Sadono. 1998. EkonomiPembangunan. Jakarta: LPFE-UI

Todaro, M.P. 2000. Economic Development,Seventh Edition, New York,Addition Wesley Longman, Inc.

Ying, L.G. 2000. China’s Changing RegionalDisparities during the ReformPeriod. Journal EconomicGeography, XXIV (7).