Upload
rahmat-darsono
View
17
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
STIEPAR YAPARI AKTRIPA BANDUNG
Tourism product as service product
Intangibility word of mouth & market comm. central
Inseparability production & consumption simultaneous
processes, front-line personnel important Variability
”the human factor” (personnel & tourist) means that quality / experience may vary
Perishability can’t be stored for later consumption (e.g.
hotel beds)
1. Intangibility - “u can’t touch this”
2. Production (or performing the service) and Consumption (using the service) - happens at the same time
3. Heterogeneity - services are not always delivered the same way
4. Perishability - cannot be put in inventory or stored for later useie. You can’t buy 2 haircuts
4 Characteristics of Services
Not in the text
Tangibility Spectrum
TangibleDominant
IntangibleDominant
SaltSoft Drinks
DetergentsAutomobiles
Cosmetics
AdvertisingAgencies
AirlinesInvestment
ManagementConsulting
Teaching
Fast-foodOutlets
Fast-foodOutlets
Tourism Product Categories
HARD ADVENTURERequires experience, element of risk,
Physical and mental fitness Prepared for all weather conditions, sleeping
arrangements and dietary restrictions, Multiple days in unusual / exotic wilderness destination,
high levels of activity
e.g. rock climbing, whitewater river rafting/canoeing, kayaking, multi-day backpacking Icons: Nahanni
National Park Reserve, South Nahanni River whitewater canoeing, multi-day Mackenzie River
canoeing etc..
SOFT ADVENTURELittle experience required, risks minimized,
Low / modestly physically demanding, Standards of safety and comfort above average,
Typically a day product not overnightLess demanding than hard adventure
e.g. flat-water rafting/canoeing/kayaking, day camping, day hiking, wilderness lodge experience,
Icons: boating the Mackenzie or North Nahanni Rivers, Nahanni Mountain Lodge, North Nahanni Naturalist
Lodge, Virginia Falls flight etc.
ECO-TOURISMEngaging, participatory and socially responsible travel,
Focus on experiencing environment visited, Economic contribution to local community,
Small groups and leader with local knowledge, Possible component of a hard & soft adventure product.
e.g. bird and wildlife viewing, cultural tours, cultural camps, geological interest, etc.
Icons: cultural camps along the Mackenzie or Liard Rivers, Mackenzie Bison Sanctuary, wildlife viewing in
the Ram Plateau.
CONSUMPTIVE TOURISM
Tangible products / materials removed from natural environment as part of tourist’s commercial experience.
e.g. fishing and hunting (Catch and release popular). Icons: sport hunting concession area or fishing lodges.
Pergeseran Minat Wisata
Old (mass) Tourism New Tourism
Demand (tourist)
Package/group tourismPsycho centric orientationSun lust/sight seeing
Independent travelersAllocentric orientationSeeking a variety of special interest
Supply (industry)
Large scaleEuropean styleService/resortForeign ownership/linkagesGreater dependence on manMade attraction
Small scaleIndegenous styleService architectureLocal ownershipGreater dependence on pristineCulture or environment
(Faulkner 1997)
TRIPLE A
“The success of a tourist destination depends upon the interrelationship of three factors: its attractions; its amenities (or facilities); and its accessibility for tourists”.
(Holloway, 1989)
Atraksi
Prinsip daya tarik disebuah destinasi atau kawasan wisata adalah adanya agregasi atraksi yang dapat di tawarkan kepada wisatawan. Semakin agregasinya bervariasi, semakin menarik tempat tersebut untuk dikunjungi.
Amenitas (Fasilitas)
Semenarik apapun sebuah destinasi, apabila fasilitas yang dimilikinya sangat terbatas bagi wisatawan, maka akan mengurangi daya tariknya.
Secara esensi ini berarti tempat menginap bagi wisatawan (akomodasi), tempat makan (rumah makan) dan lain-lain pendukung destinasi akan sangat berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Artinya bahwa fasilitas sangat tergantung dari apa yang menjadi pembeda (something different) di destinasi tersebut.
Aksesibilitas
Faktor ketiga yang harus diperhatikan dalam menarik wisatawan adalah kemudahan dalam menuju destinasi. Destinasi tidak akan mampu menjadi mass tourists apabila kemudahan aksesibilitas tidak terpenuhi
Undang-undang Kepariwisataan
Kegiatan Usaha Kawasan Pariwisata (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan), meliputi:
Penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana dan sarana sebagai tempat untuk menyelenggarakan usaha pariwisata;
Penyediaan fasilitas pendukung lainnya; Penyediaan bangunan-bangunan untuk menunjang kegiatan usaha pariwisata di dalam kawasan pariwisata.
Paradigma baru pembangunan Pariwisata
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Pariwisata mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia melaluikegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan banyaknya warganegara yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain tempat tinggalnya akan timbul rasa persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional.
b. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation) Pembangunan pariwisata seharusnya mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah seharusnya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
c. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development) Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan berbagai contoh pengelolaan kepariwisataan yang baik, kondisi lingkungan alam dan masyarakat di suatu destinasi wisata mengalami peningkatan yang berarti sebagai akibat dari pengembangan keparwiwisataan di daerahnya.
d. Pelestarian Budaya (Culture Preservation) Pembangunan kepariwisataan seharusnya mampu kontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara atau daerah. UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di berbagai daerah.
e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema paid holidays.
f. Peningkatan Ekonomi dan Industri Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan seharusnya mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa. Syarat utama dari hal tersebut di atas adalah kemampuan usaha pariwisata setempat dalam memberikan pelayanan berkelas dunia dengan menggunakan bahan dan produk lokal yang berkualitas.
g. Pengembangan Teknologi Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan kemampuan penerapan teknologi terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan mampu memberikan dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya.
Pembangunan Kepariwisataan versi WTTC
a. Kemitraan yang koheren antara para pelaku
kepariwisataan – masyarakat, usaha swasta dan pemerintah.
b. Penyampaian produk wisata yang secara komersial menguntungkan, namun tetap memberikan jaminan manfaat bagi setiap pihak yang terlibat.
c. Berfokus pada manfaat bukan saja bagi wisatawan yang datang namun juga bagi masyarakat yang dikunjungi serta bagi lingkungan alam, sosial dan budaya setempat.
Kecenderungan Pembangunan di Kawasan Asia Pacifik
Pada kawasan Asia Pasifik terdapat 4 (empat) sub kawasan pariwisata yaitu Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, Oseania dan Asia Selatan. Pada tahun 2004 keseluruhan kawasan ini rata-rata mengalami pertumbuhan di atas 12%, Hanya saja kawasan Asia Tenggara mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu lebih dari 30% diikuti Asia Timur Jauh (29,6%), Asia Selatan (16,7%) dan Oseania (12,5%)
Kawasan Asean
Negara Jumlah Wisman
Pertumbuhan
Pendapatan Devisa
Pertumbuhan
2003 2004 2003 2004
Thailand 10.004 11.651
16,5% 7.828 10.034 28,2%
Malaysia 10.577 15.703
10,3% 5.901 8.198 38,9%
Indonesia 4.467 5.321 19,1% 4.037 4.798 18,8%
Singapore 5.705 na 3.787 5.090 34,4%
Filipina 1.907 2.291 20,2% 1.545 2.012 30,2%
Sumber : Tourism Highlight 2005, UN-WTO, 2005
Kekuatan dan Kelemahan
Negara Kekuatan Kelemahan
Thailand Atraksi wisata budayaInfrastruktur, fasilitas dan pelayanan pariwisata
Citra negatif pariwisataDominasi kepemilikan usaha oleh orang asing
Malaysia Aksesibilitas fasilitas dan pelayananpariwisata
Kemampuan untuk menahan wisman lebih lama Keragaman atraksi wisata
Singapura Infrastruktur dan aksesibi-litas (Hub penerbangan)
Keterbatasan destinasiKemampuan untuk menahan wisman lebih lama
Filipina Atraksi wisata alam & budaya Keragaman destinasi
KeamananCitra negatif pariwisata
Vietnam Kekayaan heritage tourismAtraksi wisata alam dan budaya
Terbatasnya infrastrukturBelum terbentuknya citra sebagai destinasi pariwisata